You are on page 1of 26

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

SEMESTER 4

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : LA HALUNI
NIM : NR2114201067

UNIVERSITAS KARYA PERSADA MUNA


2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala Rahmat, kasih dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah Manajemen Keperawatan yaitu ‘MANAJEMEN KEPERAWATAN.
Penyusunan makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajemen Keperawatan di semester 4.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pengampuh. Semoga dapat diterima, dan bermanfaat khususnya bagi
penulis pribadi.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis
penlisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penyusun miliki.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak khususnya dari Dosen Pengampuh demi kesempurnaan makalah
ini dan untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang keperawatan.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini. Kiranya segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dapat
bernilai ibadah dimata Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.

Raha, Juli 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN
2.1 Definisi..................................................................................................2
2.2 Prinsip Manajemen Keperawatan.........................................................3
2.3 Kerangka Konsep Managemen Keperawatan......................................4
2.4 Poses Managemen Keperawatan.........................................................5
2.5 Komponen Sistem Manajemen Keperawatan.......................................5
2.6 Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan...................6
2.7 Lingkup Manajemen Keperawatan.......................................................7
2.8 Konsep Manajemen Keperawatan........................................................8
2.9 Standar Pelaksanaan Managemen Keperawatan.................................9
2.10 Tipe- Tipe Manajemen Keperawatan....................................................9
2.11 Standar Pelaksanaan Penetapan Tim Mankep.....................................10
2.12 Bentuk- Bentuk Evaluasi Manajemen Keperawatan.............................10
KONSEP TEORI DAN PRINSIP KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
2.13 Pengertian kepemimpinan…………………………………………………...11
2.14 Pengertian managemen………………………………………………………12
2.15 Teori kepemimpinan…………………………………………………………..12
2.16 Penerapan kepemimpinan dalam keperawatan……………………………14
KONSEP MANAGEMEN KONFLIK
2.17 Definisi konflik………………………………………………………………….14
2.18 Sejarah managemen konflik………………………………………………….14
2.19 Kategori konflik…………………………………………………………………15
2.20 Proses konflik…………………………………………………………………..16
2.21 Penyelesaian konflik…………………………………………………………..16
2.22 Strategi Penyelesaian konflik…………………………………………………17
2.23 Hasil managemen konflik……………………………………………………..18

iii
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................20
3.2 Saran …………………………………………………………………………20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan,
dan pengendalian aktivitas-aktivitas upaya keperawatan dalam rangka
meningkatkan mutu,kualitas dan kwantitas pelayanan dibidang kesehatan
secara komprehensif sesuai dengan standard kesehatan yang ditetapkan
oleh pemerintah. Sering kita lihat bahwa manajemen keperawatan ini
diberbagai rumah sakit belum semaksimal diterapkan atau kurang terkoodinir
dengan baik dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan harmonis
antara perawat dan pasien untuk melakukan tindakan keperawatan atau
praktik keperawatan dan asuhan keperawatan (sumber pustaka).
Selain itu Manajemen Keperawatan ini sebagai struktur kegiatan
operasional dalam melakukan pelayanan keperawatan yang akan
mendukung proses penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien yang
dirawat selama 24 jam.Hal ini menunjukkan manajemen keperawatan sangat
penting,karena membutuhkan waktu yang panjang untuk melayani pasien.
Dengan demikian perawat membutuhkan lingkungan kerja yang baik. Karena
lingkungan kerja merupakan lingkungan internal dalam sebuah organisasi
yang mempengaruhi perilaku perawat dalam menjalankan tugasnya
(Huber,1996).
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami
bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu
sendiri.
Untuk lebih memahami arti dari Manajemen Keperawatan maka kita
perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan organisasi
keperawatan, bagaimana tugas dan tanggung-jawab dari masing-masing
personil di dalam organisasi yang pada akhirnya akan membawa kita untuk
lebih mengerti bagaimana konsep dasar  dari Manajemen Keperawatan itu
sendiri.

1.2 Tujuan
Makalah ini di buat Untuk mengetahui,memahami,dan menerapkan
konsep manajemen keperawatan dalam bidang kesehatan, khususnya
bidang keperawatan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP  DASAR  MANAJEMEN KEPERAWATAN

2.1 Definisi
Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done).
(WHO, 1999) Menejemen adalah mengungkapkan apa yang hendak
dikerjakan, dan kemudian menyelesaikannya. Dengan kata lain menejemen
menentukan tujuan nya dahulu dengan pasti (yakni menyatakan dengan rinci
apa yang hendak dituju) dan kemudian mencapainya. ( WHO, 1999 )
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan melalui
upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
(Gillies, 1989 ).
Dalam keperawatan, manejemen berhubungan dengan perencaan
(planing) pengoorganisasian ( organizing ), pengaturan staf ( staffing),
kepemimpinaan ( leading), dan pengendalian ( kontroling ), aktifitas –
aktifitas upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari
sub unit departermen. Menejemen keperawatan merupakan juga kelompok
dari perawat manejer yang mengatur organisasi atau usaha
keperawatan. Pada akhirnya manejemen keperawatan adalah proses
dimana perawat menejer menjalankan profesi mereka. (Swanburg, 2000 hal
456 ).Fungsi – Fungsi Manajemen, secara ringkas fungsi manajemen adalah
sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning), perncanaan merupakan:
1) Gambaran apa yang akan dicapai
2) Persiapan pencapaian tujuan
3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
4) Persiapan tindakan – tindakan
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
6) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan
b. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,
mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit
kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.
c. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau/suka
bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi
harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval
d. Pengendalian/pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan
agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang –
orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar
kesalahan dapat segera diperbaiki.
e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan
hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian
merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai

2
korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan
manajemen.
Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man,
money, material, methode, machine, minute dan market.

2.2 Prinsip Manajemen Keperawatan


Managemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalah
memperkirakan peristiwa-peristiwa sampai pembuatan rencana operasional.
Perencanaan juga merupakan fungsi managemen dari setiap perawat kepala
dari perawat klinis profesional sampai perawat manager, penyelia, direktur
dan administrator. Ratcliffe dan logsdon menspesifikasikan 6 tahap dalam
proses perencanaan :
 Tahap merancang
 Tahap delegasi
 Tahap mendidik
 Tahap perkembangan
 Tahap implementasi
 Tahap tindak lanjut (evaluasi penampilan dan umpan balik)
Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah
a. Division of work (pembagian pekerjaan)
b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
c. Dicipline (disiplin)
d. Unity of command (kesatuan komando)
e. Unity of direction (kesatuan arah)
f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu
tunduk pada kepentingan umum)
g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
h. Centralization (sentralisasi)
i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
j. Order (ketertiban)
k. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
l. Equity (keadilan)
m. Inisiative (prakarsa)

Managemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif.


Contoh penggunaan waktu yang efektif:
 Eksekutif perawat kepala membuat suatu jadwal pertemuan yang
berhubungan dengan rencana managemen. Jadwal ini diikuti pada
seluruh aktivitas sampai pengaturan pertemuan, pertemuan divisi,
pertemuan profesi, perjalanan, ronde, pertemuan individu, dsb.
 Perawat kepala dari lembaga pelayanan perawatan di rumah
mempunyai rencana pertemuan staf yang dimulai dan di akhiri pada
setiap minggu. Jadwal individual perawat ditinjau ulang pada setiap

3
pertemuan dan di bandingkan dengan tujuan produktivitas yang
seimbang dengan anggaran.
 Perawat kesehatan di rumah meninjau kembali jadwal setiap hari. Ini
harus tepat sehingga 5 menit sebelum menggunjungi pasien dapat
ditambahkan selama 40 jam kerja setiap minggu. Dengan cara ini jasa
pelayanan meningkat bbukan berupa materi.
Managemen keperawatan adalah pembuat keputusan. Managemen
keperawatan membutuhkan keputusan yang dibuat oleh perawat manager
pada setiap tingkatan bagian di bangsal atau unit.
Managemen keperawatan adalah suatu formulasi dan pencapaian
tujuan sosial. Perubahan sosial penting dalam hubungannya dengan
kebutuhan kesehatan. Tujuan pemenuhan seperti itu tergantung pada
perawat manager. Perawat manager mengatur dampak institusi sosial dan
mengeluarkan tanggung jawab sosialnya relatif terhadap keperawatan. 
Managemen keperawatan adalah pengorganisasian. Pengorganisasian
adalah pengidentifikasian kebutuhan organisasi dari pernyataan misi kerja
yang dilakukan dan menyesuaikan desain organisasi dan struktur untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. 
Ada empat bentuk struktur organisasi : unit, departemen, puncak (divisi
atau tingkat eksekutif dari managemen organisasi), tingkat operasional
(meliputi semua fase pekerjaan dalam struktur organisasi)
Managemen keperawatan menunjukan fungsi, posisi atau tingkat sosial,
disiplin dan bidang studi. Managemen keperawatan adalah bagian yang aktif
dari divisi keperawatan, organisasi, dan lembaga dimana hal ini berfungsi :
 Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan.
 Managemen keperawatan adalah mengarahkan atau memimpin.
 Divisi keperawatan yang dikelola baik memotivasi pekerja yang
memuaskan.
 Managemen keperawatan komunikasi yang efisien.
 Managemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.
(Swanburg, 2000 )

2.3 Kerangka Konsep Managemen Keperawatan


Kerangka konsep managemen keperawatan adalah managemen
partisipatif yang berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri
atas manusia, perawat/keperawatan, kesehatan dan lingkungan.
Manusia, dalam managemen partisipatif adalah individu,
keluarga/masyarakat yang diberikan pelayanan keperawatan melelui
pelaksanaan tugas keperawatan yang terorgaisasi, terarah, terkoordinasi
dan terintregasi dalam rentang kendali yang ditetapkan.
Perawat/keperawatan adalah tenaga keperawatan baik tingkat
managerial puncak, menengah, maupun bawah dan para pelaksana
keperawatan yang berada dalam rentang komunikasi untuk bekerja sama
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar praktik

4
keperawatan.
Aspek kesehatan merupakan kisaran hasil keperawatan yang
berorientasi pada beberapa dimensi pelayanan terhadap individu, keluarga
dan masyarakat melalui upaya mencegah, mempertahankan, meningkatkan
dan memulihkan. Aspek lingkungan merupakan area kewenangan dan
tanggung jawab keperawatan baik selama pasien berada dalam institusi
pelayanan maupun persiapan menjelang pulang.

2.4 Proses Managemen Keperawatan


Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu
input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. 
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil
atau keluaran. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi 
penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan
akreditasi. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk
menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme
umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan,
dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan,
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil. ( Gillies,
1985 ).

2.5 Komponen Sistem Manajemen Keperawatan


Komponen dari Manajemen Keperawatan:
1. Input
2. Proses
3. Output
4. Kontrol
5. Feed back mechanism

5
INPUT
 Informasi
 Personal
 Peralatan
 Fasilitas 
PROSES
Kelompok manejemen [dari tertinggi sampai dengan perawat pelaksana]
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melaksanakan perencanaan,
organisasi, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.

OUTPUT
 Askep (Asuhan Keperawatan)
 Pengembangan staf sampai dengan riset
KONTROL
 Budget
 Prosedur
 Evaluasi Kinerja
 Akreditasi
FEED BACK MECHANISM
 Laporan Financial
 Audit Keperawatan
 Survey Kendali Mutu
 Kinerja 

Prinsip yang mendasari mananejemen keperawatan.


1. Berlandaskan perencanaan
2. Penggunaan waktu yang efektif
3. Melibatkan pengambilan keputusan
4. Memenuhi kebutuhan ASKEP pasien Ô kepuasan pasien sebagai tujuan
5. Terorganisir sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan

2.6 Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan


Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan
karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan
terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

6
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai
tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien
lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari
seluruh tujuan keperawatan.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan
sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih
tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan
standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki
kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan
administrator seyogyanya bekerja bersama – sama dalamperenacanaan
danpengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.7 Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan
kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan
memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan
upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan
yang terdapat didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan
yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan
perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan

7
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para


manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen
keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan
gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang
terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil
dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang –
orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor
tersebut adalah
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Ketrampilan kepemimpinan
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi.

2.8 Konsep Manajemen Keperawatan


Secara garis besar konsep terbagi lagi menjadi beberapa pengertian diantaranya;
1. Konsep Kualiatas
Dalam konsep ini organisasi mementingkan kualitas yang mampu memasuki
pasar dan dengan demikian harus mementingkan kepuasan pelanggan.
2. Konsep manajement
Dalam konsep manajemen bukan hanya manajer melainkan semua personil
bertugas melaksanankan manajemen menggunakan fakta dan
manajemen dengan siklus  PDCA (plan do check acet).
3. Konsep Proses
Dalam Konsep Proses siapapun yang akan melakukan tindakan lanjut rangkaian
tindakan,harus dianggap pelanggan yang harus dipuaskan.
Pengendalian proses juga lebih diutamakan agar kesalahan kualitas
dapat dihindari.

8
4. Konsep Standarilisasi
Dalam konsep ini semua melaksanakan pekerjaan berpangkal pada standar
seperti standar prosedur kualitas dan kompetensi 
5. Konsep Hormon Respect
Dalam konsep ini manusia sepenuhnya perlu dihormati untuk membutuhkan
motivasi.
6. Konsep Quality Assurunce
Dalam Konsep ini keikutsertaan pegawai dari kegiatan dalam gugus kendali mutu
(quality circle) 

2.9 Standar Pelaksanaan Managemen Keperawatan


1. Memenuhi Kriteria dan Hasil Manajemen Keperawatan
2. Memenuhi Aspek Aspek Operasional dan Fungsional Keperawatan
3. Memenuhi Mutu pelayanan Manajamen Kesehatan
4. Memenuhi Peran Dan meningkatkan Produktifitas Keperawatan

2.10 Tipe- Tipe Manajemen Keperawatan


Dalam setiap realitasnya bahwa manajemen dalam melaksanakan
proses manajemen keperawatannya terjadi adanya sesuatu perbedaan
antaran saru dengan lainnya ( menurut G.R Terry dikutip Maman
Ukas).terbagi 6 tipe,yaitu ; 
1. Tipe Manajemen Pribadi (Manajementl Personal)
Dalam sistem kepemimpinan ini,segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan
mengadakan kontak pribadi ( secara lisan atau lansung )
2. Tipe Manajemen Non Pribadi (Non Manajement Personal).Dilaksanakan
melalui bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah
juga pengawasan.
3. Tipe Manajemen Otoliter (Autoritotion Management).Biasanya bekerja
keras sungguh-sungguh teliti dan tertib
4. Tipe Manajemen Demokratis ( Democratis Management).Memenage
denagn demokratis oleh dirinya merupakan bagian dari kelompok yang
berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan untuk tujuan
bersama.
5. Tipe Manajemen Paternalistis (Paternalistis Management). Didirikan
oleh sesuatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan
pemimpin dan kelompok.
6. Tipe Manajemen Menurut bakat (indogenious Management) Biasanya
timbul pada orang informal yang mungkin berlatih dengan adanya
sistem kompetisi. (Sulaiman dan Sunarno,!983) dibagi menjadi 3
( Bertha,1983);
a. Otocratis
b. Demokratis 
c. Laissezfaire 

9
2.11 Standar Pelaksanaan Penetapan Tim Mankep
1. Peran Manajer 
Peran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkung
( Nursalam,2002)
2. Peran Kepala Ruang
Kepala rungan disebuah ruangan keperawatan perlu melakukan koordinasi
kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan
evaluasi kegiatan pemberian asuhan keperawatan kerja staf menurut
( Arwani, 2005 )
3. Lini dan staff
Otalitis ini menunjukakan kekuasaan supervisi langsung terhadap bawahannya.
Sebaliknya, kerja staff dirumah sakit umumnya dihubungkan dengan
kegiatan pengarahan atau pemberian saran. Dibagian perawat,
kepuasan ini dilaksanakan oleh paramenejer yang bertanggung jawab
terhadap pelatih dan pendidik.

2.12 Bentuk- Bentuk Evaluasi Manajemen Keperawatan


Evaluasi 
Tahap Akhir dari proses maenejerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan
yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai
seberapa jauh staff mampu melaksanakan tugasnya  dan mengidentifikasi
faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.
a. Langkah-Langkah Evaluasi
- Menentukan Kriteria,Standart dan pertanyaan evaluasi
- Mengumpulkan data baru tentang klien
- Menafsirkan data baru 
- Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
- Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
- Melaksanakan Tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan 

b. Hasil Evaluasi
- Tujuan tercapai ; Jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan 
- Tujuan tercapai sebagian ; jika klien menunjukkan sebagian dari
standar dan kriteria yang telah ditetapkan
- Tujuan tidak tercapai ; Jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.

10
Konsep,Teori dan Prinsip Kepemimpinan dalam Keperawatan
2.13 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan bagian dari sistem


manajemen keperawatan, dimana bagian dari sistem manajemen
keperawatan meliputi pengumpulan data, perencanaan, pengaturan,
kepegawaian, kepemimpinan dan pengawasan. Konsep kepemimpinan
dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang
ditunjukkan kepada semua staf keperawatan. Untuk mencipatakan
kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas
dalam rangka mencapai tujuan pelayanan keperawatan yag efektif, efesien
dan berkualitas. Sedangkan manajemen keprawatan adalah proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuha keperawatan
secara professional, sehingga keduanya dapat saling mendukung
( Imanuddin, 2009).

Fungsi kepemimpinan yang berkualitas dalam manajemen pada


umumnya diartikan hanya berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi dalam
keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas, apabila posisi sebagai ketua
tim, kepala ruangan atau perawat pelaksana dalam suatu ruang, maka
diperlukan pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang
lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas (Sriyanti,
2003)..

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dan mengarahkan


berbagai tugas yang berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok.
Kepemimpinan juga diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai
strategi dan tujuan, kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan
terhadap tugas untuk mencapai tujuan bersama; dan kemampuan
mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi, memelihara dan
mengembangkan budaya organisasi (Shegdill dalam Stoner dan Freeman
1989: 459-460).
Banyak definisi diberikan tentang kepemimpinan, antara lain: George
R.Terry, Leadership is the activit of influencing people to strive willingly for
group objectives. Stoner, kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan
dan pemberian pengaruh pada kegiata-kegiatan dari sekelompok anggota
yang saling berhubungan tugasnya.
Harold Koontz and Cyril O’Donnell, state that leadership is influencing
people to follow in the achivement of a common goal. Handbook of
Leadership, memberikan definisi kepemimpinan sebagai“suatu interaksi
antar anggota suatau kelompok.
Kepemimpinan dapat terjadi di luar konteks organisasi dan
didefinisikan sebagai proses menggerakkan satu atau beberapa kelompok

11
dalam beberapa arahan tanpa melalui tekanan.
1. Gardner (1990, hlm.1) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “proses
persuasif dan peneladanan oleh individu (atau tim kepemimpinan) yang
memengaruhi suatu kelompok untuk mengikuti arahan pemimpin atau
diberikan oleh pemimpin dan bawahan”.
2. Robbins (1991, hlm. 104) sependapat dengan pernyataan “kepemimpinan
adalah proses pemberdayaan kepercayaan dan mengajarkan orang lain
untuk menggunakan seluruh kemampuannya dengan menyingkirkan
kepercayaan yang membatasi mereka”.
3. Bennis (2001) menyatakan bahwa pemimpin membuat suatu visi yang
jelas dan menarik orang lain untuk mengikutinya.
Karena tidak ada titik temu antara penelitian dan teoretikus tentang
definisi pasti kepemimpinan, ada baiknya untuk berfokus pada peran apa
yang terkandung dalam kepemimpinan.

2.14 Pengertian Manajemen


Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam suatu kegiatan di organisasi. Didalam menajemen mencakup POAC
(Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap staf, sarana,
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey,1999).
Manajemen didefinisikan sebagai proses dalam menyelesaikan
pekaryaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatn adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan kepeawatan secara professional. (Gillies, 1986)

2.15 Teori Kepemimpinan


Pengembangan Teori Kepemimpinan
1. Teori Bakat ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di sini
disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya bakat-bakat
tertentu yang di perlukan seseorang untuk menjadi pemimpin
diperolehnya sejak lahir. Kemampuan seorang pemimpin di tentukan
oleh bakat, intelegensi, stabilitas emosi dan kebugaran fisik.Teori
Bakat (Trait Theory) atau Great Man Theory: Menekankan bahwa
setiap orang adalah pemimpin (yang dibawa sejak lahir) dan mereka
mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari
orang lain (Marquis dan Huston,1998).
2. Teori Perilaku: teori ini menekankan apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya . teori ini
dinamakan Gaya Kepemimpinan seorang manajer dalam suatu
organisasi ( Vestal, 1994 ).
3. Teori Kontingensi dan situasional: menekankan bahwa manajer yang
efektif adalah manajer yang melaksanakan tugasnya dengan
mengkombinasikan faktor bawaan, perilaku dan situasi

12
4. Teori Kontemporer: menekankan pada empat kompoen penting dalam
pengelolaan yaitu, manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan,
serta lingkungan yang didukung oleh teori motivasi, interaksi, dan teori
transformasi.
5. Teori Motivasi:
6. Teori Z
Teori Z dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan
pengembangan teori Y dari Mc. Gregor (1460) dan mendukung gaya
kepemimpinan demokratis. Komponen teori Z meliputi pengambilan
keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai
keahliannya, menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang
lambat, dan pendekatan yang holistik terhadap staf.
7. Teori Interaktif
Teori ini dikemukakan oleh Schein (1970), menekankan bhawa staf
atau pegawai adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang
selalu berinteraksi dengan sekitarnya dan berkembang secara
dinamis.
Hollande (1978) menekankan bahwa antara peran pemimpin dan
staf dipengaruhi oleh peran lainnya. Pemimpin yang efektif
memerlukan kemampuan unutk menggunakan proses penyelesaian
masalah, memepertahankan kelompok secara efektif, mempunyai
kemampuan komunikasi yang baik, kejujuran dalam memimpin,
kompeten, kreatif, dan kemampuan mengembangkan indentifikasi
kelompok.

8. Teori Situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional
theory). Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang
sekalipun bukan keturunan pemimpin, ternyata dapat pula menjadi
pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa
orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi
yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk
muncul sebagai pemimpin.

9. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah
kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan
sehari-hari sering ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil
dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan
yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi,
yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk
menjadi pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang
ada bakat-bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang di
peroleh dari alam.

13
2.16 Penerapan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan keperawatan
meliputi :
1. Perencanaan dan pengorganisasian
2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan
3. Pemberian bimbingan
4. Mendorong kerjasama dan partisipatif
5. Kegiatan koordinasi
6. Evaluasi hasil kerja

KONSEP MANAJEMEN KONFLIK

2.17 DEFINISI KONFLIK


Konflik adalah masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai
akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang
atau lebih. (Marquis & Huston 1998).
Konflik dapat di kategorikan sebagai suatu kejadian atau proses.
Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi dari suatu ketidak setujuan antara
dua orang atau organisasi dimana seseorang tersebut menerima sesuatu
yang akan mengancam kepentingannya. Sebagai proses, konflik di
manifestasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua
orang atau kelompok berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan diri
seseorang.
Konflik adalah suatu hal yang penting dan secara aktif mengajak
organisasi untuk terjadinya suatu konflik yang berarti juga sebagai
pertumbuhan produksi. Teori ini menekankan bahwa konflik dapat
berakibat pertumbuhan produksi dan kehancuran organisasi, tergantung
bagaimana manajer mengolahnya. Karena konflik adalah suatu yang tidak
dapat dihindarkan dalam suatu organisasi, maka manajer harus
mengolahnya dengan baik.

2.18 SEJARAH MANAJEMEN KONFLIK

Sejarah terjadinya suatu konflik di suatu organisasi dimulai seratus


tahun yang lalu, dimana konflik adalah suatu kejadian yang alamiah dan
peristiwa yang pasti terjadi di organisasi. Pada awal abad ke-20, konflik
diindikasikan sebagai suatu kelemahan manajemen disuatu organisasi dan
harus dihindarkan.
Keharmonisan suatu organisasi sangat diharapkan, tetapi konflik
selalu akan merusaknya. Sewaktu konflik mulai terjadi pada suatu
organisasi, meskipun dihindari dan ditolak, maka harus diselesaikan

14
secepatnya. Konflik sebenarnya dapat dihindari, kalo staf diarahkan
terhadap suatu tujuan yang jelas dalam melaksanakan tugasnya dan
ketidakpuasan staf harus diekspresikan secara langung supaya masalah
tidak menumpuk dan bertambah banyak.
Pada pertengahan abad ke-19, sewaktu ketidak puasan staf dan
umpan balik dari atasan tidak ada, maka konflik diterima secara pasif dan
sebagai suatu kejadian yang normal dalam organisasi. Oleh karena itu
sebagai manajer harus belajar tentang bagaimana menyelesaikan konflik
tersebut dari pada berusaha menghindarinya. Meskipun konflik dalam
organisasi sebagai suatu unsur penghambat staf dalam melaksanakan
tugasnya, tetapi diakui bahwa konflik dan kerjasama dapat terjadi secara
bersamaan.

2.19 KATEGORI KONFLIK


Konflik dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1. Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini merupakan
masalah internal untuk mengklarifikasikan nilai dan keinginan dari
konflik yang terjadi. Hal ini sering di manifestasikan sebagai akibat dari
kompetisi peran. Misalnya, manajer mungkin merasa konflik
intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas
terhadap pekerjaan dan loyalitas kepada pasien.

2. Interpersonal
Konflik yang terjadi antar dua orang atau lebih dimana nilai, tujuan
dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang
secara konstan berinteraksi dengan orang lain sehingga ditemukan
perbedaan-perbedaan. Manajer sering mengalami konfik dengan teman
sesama manajer, atasan dan bawahannya.

3. Intergroup ( Antar Kelompok )


Konflik terjadi antara dua atau lebih dari kelompok orang,
departemen atau organisasi. Sumber jenis konflik ini adalah hambatan
dalam mencapai kekuasaan dan otoritas ( kualitas jasa layanan ),
keterbatasan prasarana.

Konflik yang terjadi pada suatu organisasi merefleksikan konflik


intrapersonal, interpersonal dan antar kelompok. Tapi dalam organisasi
konflik dipandang sebagai konflik secara vertikal dan horizontal
(Marquis & Huston, 1998). Konflik vertikal terjadi atasan dan bawahan.
Konflik horizontal terjadi antara staf dengan kedudukan atau posisi
yang sama. Misalnya konflik horizontal ini meliputi wewenang, keahlian
dan praktik.

15
2.20 PROSES KONFLIK
Proses konflik dibagi menjadi beberapa tahapan antara lain :
a. Konflik Laten
Tahapan konflik yang terjadi terus menerus (laten) dalam suatu
organisasi. Misalnya, kondisi tentang keterbataan staf dan perubahan
yang cepat. Kondisi tersebut memicu pada ketidak stabilan suatu
organisasi dan kualitas produksi, meskipun konflik yang ada kadang
tidak tampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.

b. Konflik yang dirasakan ( felt konflik)


Konflik yang terjadi karena adanya suatu yang dirasakan
sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik ini
disebut juga sebagai konflik “affectives”. Hal ini penting bagi seseorang
untuk menerima konflik dan tidak merasakan konflik tersebut sebagai
suatu maslah/ancaman terhadap keberadaannya.

c. Konflik yang nampak / sengaja ditimbulkan


Konflik yang sengaja dimunculkan untuk mencari solusi.
Tindakan yang dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat
atau mencari penyelesaian konflik. Setiap orang tidak sadar belajar
menggunakan kompetisi, kekuatan dan agresivitas dalam
menyelesaikan konflik dalam perkembangannya. Sedangkan
penyelesaian konflik dalam suatu organisasi, memerlukan suatu upaya
dan strategi untuk mencapai tujuan organisasi.

d. Resolusi konflik
Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan
cara memuaskan semua orang yang terlibat di dalamnya dengan
prinsip “win-win solution”.

e. Konflik “Aftermatch”
Konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesaikannya konflik
yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar kalau tidak
segera diatasi atau dikurangi penyebab dari konflik yang sama.

2.21 PENYELESAIAN KONFLIK


Vestal (1994) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi :
1. Pengkajian
a. Analisa situasi
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang
diperlukan. Setelah fakta dan memvalidasi semua perkiraan
melalui pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlihat
dan peran masing-masing. Tentukan jika situasinya bisa berubah.

16
b. Analisa dan mematikan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi.
Tentukan masalah utama yang memerlukan suatu penyelesaian
dimulai dari masalah tersebut. Hindari penyelesaian semua
masalah dalam satu waktu.

c. Menyusun tujuan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.

2. Identifikasi
Indentifikasi dikalukan dengan mengelola perasaan. Hindari suatu
respon emosional : marah, dimana setiap orang mempunyai respon
yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi dan tindakan.

3. Intervensi
a. Masuk pada konflik
b. Diyakini dapat diselesaikan dengan baik.
c. Identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.
d. Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik
e. Penyelesaian konflik memerlukan strategi yang berbeda-beda.
Seleksi metode yang paling sesuai untuk menyelesaikan konflik
yang terjadi.

2.22 STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK


Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi 6 :

1. Kompromi atau Negosiasi


Suatu srtategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat
saling menyadari dan sepakat tentang keinginan bersama.
Penyelesaian seperti ini sering diartikan sebagai “lose-lose situation”
kedua unsur yang terlibat menyerah dan menyepakati hal yang telah
dibuat. Didalam manajemen keperawatan strategi ini sering digunakan
oleh midle – dan top manajer keperawatan.

2. Kompetisi
Strategi ini dapat diartikan sebagai “win-lose” penyelesaian
konflik. Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang
atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah.
Akibat negatif dari strategi ini adalah kemarahan, putus asa dan
keinginan untuk perbaikan da masa mendatang.

3. Akomodasi
Istilah yang lain sering digunakan adalah ”cooprative”. Konflik ini

17
berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini seseorang berusaha
mengakomodasi permasalahan-permasalahan dan memberi
kesempatan orang lain untuk menang. Masalah utama pada strategi
sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya sering digunakan
dalam suatu politik untuk suatu kekuasaan dengan berbagai
konsekwensinya.

4. Smoothing
Penyelesaian konflik dengan mengurangi komponen emosional
dalam konflik. Pada strategi ini individu yang terlibat dalam konflik
berupaya mencapai kebersamaan dari pada perbedaan dengan penuh
kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa ditetapkan pada konflik
yang ringan, tetapi untuk konflik yang besar misalnya persaingan
pelayanan/hasil produksi dan tidak dapat dipergunakan.

5. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari
tentang masalah yang dihadapi tetapi memilih untuk menghindar atau
tidak menyelesaikan masalahnya. Strategi ini dipilih bila
ketidaksepakatan adalah membahayakan kedua pihak,biaya
penyelesaian lebih besar dari pada menghindar, atau maslah perlu
orang ketiga dalam menyelesaikannya atau jika masalah dapat
terselesaikan dengan sendirinya.

6. Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi “win-win solution” pada
koloaborasi kedua unsur terlibat menentukan tujuan bersama dan
bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya
meyakini akan mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing-
masing meyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan berjalan jika
kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut, kelompok yang
terlibat tidak memiliki kemampuandalam menyelesaikan masalah dan
tidak adanya kepercayaan dari kedua kelompok / seorangan (Bowditch
& Buono, 1994).

2.23 HASIL MANAJEMEN KONFLIK


Apabila perhatian diberikan terhadap peranan manajer perawat
dalam meningkatkan suasana kerja perawat yang produktif, banyak kasus-
kasus konflik yang dapat di selesaikan. Pengetahuan dan keterampilan
manajer konflik yang terjadi adalah peran yang aktif dari manajer perawat.
Zamke menunjukan bahwa stres dan tekanan didalam merupakan
perangsang. Yang membuat nanajer lebih positif, lebih hati-hati dan pedulli
terhadap karyawannya. Dalam surveinya, ia menemukan bahwa dalam

18
penurunan memotivasi kinerja yang baik, memperbaiki keluaran, dan
menghilangkan pekerjaann yang tidak produktif yang dapat menimbulkan
masalah moral dan konflik. Dengan perubahan sistem pembayaran kembali
dirumah sakit, manajer perawat akan dihadapkan pada stres, tekanan
kerja, penurunan hasil kerja.
Konflik dapat menjadi sumber energi dan kreatifitas yang positif dan
membangun bila dikelola dengan baik. Jika tidak, konflik akan mengganggu
fungsi, dan menghancurkan, menghabiskan energi serta mengurangi
keefektifan organisasi dan pribadi.
Konflik dapat menghancurkan inisiatif atau kreatifitas, menyebabkan
perilaku bermusuhan dan kekacauan, hilangnya semangat tim dan
hilangnya keinginan untuk bekerja kearah pencapaian tujuan bersama,
mengakibatkan jalan buntu dan kemacetan. Kelola konflik jangan sampai
meluas.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori menajemen
umum yng memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi
secara efektif.Empat elemen besar dari teori manajemen adalah
perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan atau memimpin, dan
mengendalikan atau pengevaluasian seluruh aktivitas manajemen, kognitif,
afektif, dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utsms
yang bergerak secara simultan.
Kepercayaan utama dari manajemen keperawtan adalah bahwa
fokusnya pada perilaku manusia.Manajer perawat terdidik dalam
pengetahuan dan keterampilan tentang perilsku manusia mengelola perawat
profesional serta pekerja keperawatan non profesional untuk mencapai
tingkat tertinggi dari produktifitas pada pelayanan perawatan pasien

3.2 Saran
Alternatif strategi pemimpin organisasi perawat Indonesia dalam
menghadapi asuhan keperawatan di masa mendatang adalah “the nurse
should do no harm to your self” (Nightingale). Pernyataan ini berarti semua
tindakan keperawatan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien tanpa
adanya risiko negatif yang ditimbulkan. Strategi yang harus ditempuh
meliputi: (1) Peningkatan pendidikan bagi perawat practicioners, (2)
Pengembangan Ilmu Keperawatan, (3) Pelaksanaan riset yang berorientasi
pada masalah di klinik/komunitas, dan (4) Identifikasi peran manajer perawat
profesional di masa depan, dan (5) Menerapkan model dan metode asuhan
keperawatan profesional terbaru (MAKP).

20
DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar. 2005. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi kedua. Jakarta: PT.
Bina Rupa Aksara.
Christina S.I. (1990), Pengantar Manajemen Keperawatan; Akper Padjajaran
Bandung (tidak dipublikasikan).
Dee Ann Gillies. 2002. Nursing Management. Philadelphia: WB. Saunders
Company.
Eleanor J. Sullivan dan Phillip J. Decker. 1995. Effective Management in Nursing.
California: Addison-Wesley Publishing Company.
Fiedler, F.E.1967. A Theory of Leadership Effectivenss, New York: McGraw-Hill.
Gillies, DA. (1996), Manajemen Keperawatan, Suatu Pendekatan Sistem; W.B.
Saunders Company, Philadephia.
H. Moh. Isa. 2001. Beberapa Bacaan tentang Dasar-dasar Manajemen. Jakarta:
Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Depkes RI.
James A.F. Stoner, Management, Secont Editions, Prentice-Hall International,
Inc., 1982.
Lancoster, J. dan Lancoster, W. (1982), Change Agent as Leaders in Nursing;
CV. Mosby Company, St. Louis.
Prayitno, S. (1997),  Dasar-dasar Administrasi Kesehatan Masyarakat; Airlangga
University Press, Surabaya.
Robert J. Thierauf, Robert C. Klekamp, Daniel W. Gedding, Management
Principles and Practices: A Contigency and Questionnare Approach, John
Willey & Son, New York, 1997
Robbins, Stephen, et.al. 1994. Organizational Beharviour: Concepts,
Controversies and Applications, Prentice-Hall Australia and New Zealand.

Stephen J. Carrol & Henry L. Tosy, Organizational Behavior, John Willey & Son,
New York, 1977
Stoner, James A.F dan R. Edward Freeman. 1989. Management, Prentice-Hall of
India.
T. Hani Handoko. 1995. Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.
Vroom V. dan Yetton, P. 1974. Leadership and Decision Making, Pittsburgh, PA:
University of Pittsbyrgh Press.

Howell, J.M. dan Avolio, B.J. 1993. Transformational Leadership,Transactional


Leadership, Locus of Control Support for Innovation, Journal of Applied
Psychology 78, p. 891-902.
Nursalam, 2011. Manajemen keperawatan (Aplokasi dalam Praktik Keperawatan
professional)
Teori Sifat atau Pembawaan
(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)
Teori Gaya Keperilakuan
(Sumber: Diadaptasi dari Chapter Seventeen, Leadership, 2001,
The McGraw-Hill Company, Inc.)

You might also like