You are on page 1of 5

RESUME PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Disusun oleh :

ROY GUNAWAN
O121 19 022

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
A. Pengertian Demokrasi

Demokrasi berasal dari kata “demos” yang artinya rakyat dan “kratos /kratein yang
artinya pemerintahan. Jadi Demokrasi adalah pemerintahan rakyat atau pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Pada proses demokrasi ini terjadi tiga tahapan yaitu demokrasi orde lama, demokrasi orde
baru, masa reformasi.

B. Demokrasi Orde Lama


Demokrasi orde lama terdiri dari masa demokrasi liberal (1950 – 1959) dan masa
demokrasi terpimpin (1959 – 1966)
1. Masa Demokrasi Liberal (1950 – 1959)
Demokrasi liberal (demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang menganut
kebebasan individual. Dimana pada 17 Agustus 1945 (setelah kemerdekaan
Indonesia), Ir. Soekarno yang menjadi ketua PPKI dipercaya menjadi Presiden
Republik Indonesia. Dan pada tanggal 29 Agustus 1945, Ir. Soekarno dilantik oleh
Kasman Singodimedjo. Bersamaan dengan itu, dibentuk Komite Nasional Indonesia
(KNIP). Badan ini bertujuan untuk membantu tugas Presiden. Hasilnya antara lain :
a. Terbentuknya 12 dapartemen kenegaraan dalam pemerintahan yang baru.
b. Pembagian wilayah pemerintahan RI menjadi 8 provinsi yang masing – masing
terdisri dari beberapa keresidenan.

Namun, kebebasan dan kemerdekaan berdemokrasi di dalam KNIP justru


mengusung pemerintah RI kepada sistem parlamenter untuk menghindari kekuasaan
Presiden yang terpusat akibatnya suara rakyart terpecah – pecah kedalam banyak
partai politik yang saling menjatuhkan antara partai yang satu dengan partai yang
lainnya.

Peristiwa jatuh bangunnya kabinet dapat di lihat sebagai berikut:

a. Kabinet Natsir (6 september 1950 – 27 April 1951)


b. Kabinet Soekiman-Soewiryo (27 April 1951 – 3 April 1952)
c. Kabinet Wilopo (3 April – 3 Juni 1953)
d. Kabinet Ali Sastrowijoyo (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
e. Kabinet Burhanudin Harahap (12 Agustus 1953 – 12 Aguatus 1955)
f. Kabinet Ali Sastrowijoyo II (20 Maret 1955 – 14 Maret 1957)
g. Kabinet Juanda (9 April 1957)

Pada 7 Oktober 1945 lahir memorabdum yang di tandatangani oleh 50 orang dari 150
orang angota KNIP.

Isinya antara lain :


1) Mendesak Presiden untuk segera membentuk MPR.
2) Meminta kepada Presiden agar anggota – anggota KNIP turut berwenang melakukan
fungsi dan tugas MPR, sebelum badan tersebut terbentuk.

Pada 16 Oktober1945 keluar Maklumat Wakil Presiden No. X tahun 1945, yang isinya :

“Bahwa Komite Nasional Pusat, sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan
Legislatif dan ikut menetapkan GBHN, serta menyetujui bahwa pekerjaan komite – komite pusat
sehari – hari berhubung dengan gentingnya keadaan di jalankan oleh sebuah badan pekerja yang
dipilih diantara mereka dan bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat”

Sejak berlakunya UUDS 1950 pada 17 Agustus 1950 dengan sistem demokrasi liberal
selama 9 tahun tidak menunjukan adanya hasil yang sesuai harapan rakyat. Bahkan muncul
desintegrasi bangsa , antara lain:

1. Pemberontakan PRRI, Pemesta, atau DI/TII yang ingin melepaskan diri dari NKRI.
2. Konstitusnte tidak berhasil menetapkan UUD sehingga negara benar – benar dalam
keadaan darurat.

Untuk mengatasi hal tersebut dikeluarkanlah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Yang dimana
hal ini menandakan bahwa sistem demokrasi liberal tidak berhasil di laksanakan di
Indonesia, karena tidak sesuai dengan pandangan hidup dan kepribadian bangsa
Indonesia.

2. Masa Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966)


Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana seluruh keputusan serta
pemikiran berpusat pada pimpinan negara. Serta menurut Tap MPRS No.
VII/MPRS/1965 demokrasi terpimpin adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka demokrasi liberal diganti
dengan demokrasi terpimpin. Dimana pada masa ini UUD yang di gunakan adalah
UUD 1945 dengan sistem demokrasi terpimpin,

Musyawarah mufakat , berporoskan Nasakom, dengan ciri – ciri :

1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI

Sama seperti yang tercantum pada sila ke empat Pancasila, demokrasi terpimpin adalah
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan , akan tetapi
presiden menafsirkan “terpimpin”, yaitu pimpinan terletak ditangan “Pimpinan Besar
Revolusi”.

Terjadinya pemusatan kekuasaan di tangan presiden menimbulkan penyimpangan dan


penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945, yaitu:

1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan


2. Peranan parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden
membentuk DPRGR
3. Jaminan HAM lemah
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan
5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)

Pemerintah Orde Lama beserta Demokrasi terpimpinnya jatuh setelah terjadinya


peristiwa G 30 S/PKI pada tahun 1965 dengan diikuti krisis ekonomi yang cukup parah
hingga dikeluarkannya Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret).

C. Demokrasi Orde Baru


1. Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dijiwai oleh sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang
berKetuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Namun, demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal
sebab:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokrasi
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela

Pada masa Orde Baru, krisis ekonomi yang melanda Indonesia mulai terasa pada pertengahan
1977, hal ini menyebabkan :

1) Menurunkan legitimasi pemerintahan Orde Baru.


2) Mendorong meluasnya gerakan massa untuk menuntut perubahan pemerintahan.

Penyebab jatuhnya Orde Baru:

1. Hancurnya ekonomi nasional (krisis ekonomi)


2. Terjadinya krisis politik
3. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menurut Presiden Soeharto untuk turun jadi
presiden
5. Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi 1998 s/d sekarang

Soeharto mundur dari kekuasaannya dan kekuasannya dilimpahkan kepada B.J Habibie

D. Masa Reformasi (1998 – sekarang )

Masa Reformasi merupakan masa demokrasi yang terbuka dan liberal. Masa reformasi
berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain :

1. Keluarnya ketetapan MPR RI No.X/MPR/1998


2. Ketetapan No.VII/MPR/1998
3. Tap MPR RI No.XI/MPR/1998
4. Tap MPR RI No.XIII/MPR/1998
5. Amademen UUD 1945

Pada masa ini, kepemimpinan rezim B.J Habibie tidak ada legitimasi dan tidak mendapat
dukungan sosial politik dari sebagian besar masyarakat. Akibatnya B.J Habibie tidak mampu
mempertahankan kekuasaanya. Kemudian, melalui pemilu presiden yang ke-4 K.H
Abdurrahman Wahid terpilih secara demokratis di parlemen sebagai Presiden RI. Akan tetapi
pada masa jabatnya beliau membuat beberapa kebijakan yang kurang sejalan dengan kroses
demokrasi sehingga beliau terpaksa tersingkir dengan melalui proses yang cukup panjang.
Setelah itu K.H Addurrahman Wahid digantikan dengan Megawati Soekarnoputri yang dipilih
secara demokratis di perlamenter. Akan tetapi proses pemerintahan demokrsi pada masa
Megawati Soekarnoputri masi cukup sulit untuk di evaluasi dan diketahui secara optimal
sehingga pada masa itu rakyat memvonis bawah pemerintah hanya ingin mencari keuntungan
semata, oleh karena itu pada tahun 2004 – 2009 Susilo Bambang Yudhoyono di angkat menjadi
pemimpin dan pemerintahan kembali di uji lagi.

You might also like