You are on page 1of 119

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

KEGAWATDARURATAN MEDIK

I. DESKRIPSI SINGKAT
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek
keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat
yang berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan yang
diberikan meliputi biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual yang
timbul secara bertahap maupun mendadak (Dep.Kes RI, 2005).

Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu :


pengkajian primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien
gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survey primer
untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien,
barulah selanjutnya dilakukan survey sekunder. Tahapan pengkajian
primer meliputi : A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga
jalan nafas disertai control servical; B: Breathing, mengecek pernafasan
dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C:
Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D:
Disability, mengecek status neurologis; E: Exposure, enviromental control,
buka baju penderita tapi cegah hipotermia (Holder, 2002).

Pengkajian yang dilakukan secara terfokus dan berkesinambungan akan


menghasilkan data yang dibutuhkan untuk merawat pasien sebaik
mungkin. Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan kemampuan kognitif,
psikomotor, interpersonal, etik dan kemampuan menyelesaikan maslah
dengan baik dan benar. Perawat harus memastikan bahwa data yang
dihasilkan tersebut harus dicatat, dapat dijangkau, dan dikomunikasikan
dengan petugas kesehatan yang lain. Pengkajian yang tepat pada pasien
akan memberikan dampak kepuasan pada pasien yang dilayani
(Kartikawati, 2012).

Modul Pelatihan PPIH 2017 1


Oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan atau
ketrampilan yang bagus dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan
gawat darurat untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan baik
aktual atau potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara
mendadak atau tidak di perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan
yang tidak dapat dikendalikan.

Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat


tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian
awal yang akan menentukan keberhasilan Asuhan Keperawatan pada
system kegawatdaruratan pada pasien dewasa. Dengan Pengkajian yang
baik akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Aspek – aspek
yang dapat dilihat dari mutu pelayanan keperawatan yang dapat dilihat
adalah kepedulian, lingkungan fisik, cepat tanggap, kemudahan
bertransaksi, kemudahan memperoleh informasi, kemudahan mengakses,
prosedur dan harga (Joewono, 2003).

Penyelanggaraan pelayanan kesehatan Jemaah Haji Indonesia di Arab


Saudi menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia, yang
pelaksanaannya dijalankan oleh PPIH. Peserta pelatihan PPIH bidang
kesehatan diberi pembekalan tentang kegawatdaruratan medik yang
bertujuan agar mampu memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan kepada jemaah haji di Arab Saudi.

Kegawatdaruratan psikiatri adalah gangguan pikiran, perasaan, perilaku


dan atau sosial yang mengancam keselamatan fisik & mental serta diri
sendiri atau orang lain yang membutuhkan tindakan segera dan intensif.

Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatri antara lain Perilaku


Kekerasan, perilaku percobaan Bunuh diri, serangan Panik, depresi akut
serta beberapa kodisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan
gejala psikiatrik yang umum. Adapun pembahasan demensia bukan

2
kondisi kegawatdaruratan tetapi kasus jamaah haji dengan usia diatas 60
tahun cukup tinggi.yang perlu menjadi perhatian

Dalam modul ini akan dibahas mengenai prinsip dasar asuhan


keperawatan pada pasien gawat darurat, asuhan keperawatan pada
beberapa kasus kegawatdaruratan, dan asuhan kegawatan pada
psikiatri

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta mampu melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus kegawatdaruratan
medik.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah selesai pelatihan, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep dan prinsip dasar asuhan keperawatan pada
pasien gawat darurat
2. Melakukan asuhan keperawatan pada kegawatdaruratan
3. Melakukan asuhan kegawatan pada psikiatri

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan
sebagai berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Konsep dan prinip-prinsip asuhan keperawatan pada
kegawatdaruratan:
a. Definisi.
b. Proses keperawatan kegawatdaruratan.
c. Prinsip patient safety.
2. Asuhan keperawatan pada kegawatdaruratan :
a. Gangguan jalan napas (airway).
b. Gangguan pola pernapasan.
c. Gangguan pertukaran gas.
d. Defisit volume cairan tubuh.
e. Penurunan curah jantung.
f. Gangguan suhu tubuh : Hipothermi/ Hiperthermi.

3
g. Kerusakan integritas kulit.
h. Gangguan ketidakstabilan gula darah : Hiperglikemik / Hipoglikemik.
3. Melakukan asuhan kegawatan pada psikiatri.
a. Perilaku Kekerasan ( AMUK ).
b. Panik.
c. Bunuh Diri.
d. Dementia.
IV. BAHAN AJAR
1. Hardisman,MMID,DRPH (2014 ) Gawat Darurat Medis Praktis
2. Bruner and Suddart ( 2001 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8.Jakarta: EGC
3. Muttaqin.Arif ( 2012) Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika
4. Doris Weinstock (2012 ): Rujukan Cepat di Ruang ICU/CCU
5. Hudak,Carolyn M.1996. Keperawatan Kritis,Pendekatan Holistik.Edisi 6.
6. Wilkinson. 2012. Buku Saku. Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta:
EGC
7. Modul kerja sama tim
8. Modul BTCLS in Disaster

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses
pembelajaran materi ini.
Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang
akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

4
Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan (sesuai dengan
metode yang telah dipilih pada GBPP). Fasilitator menjelaskan tujuan
materi dan metode yang akan disampaikan. Materi ini disampaikan dalam
bentuk ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Fasilitator menjelaskan terlebih
dahulu materi, lalu diskusi dan tanya jawab.

Langkah 3.
1. Fasilitator menjelaskan materi kepada peserta. Selama penyampaian
materi peserta diperbolehkan bertanya dan dijawab oleh fasilitator.
2. Setelah materi selesai dijelaskan dilakukan diskusi tanya jawab antar
peserta dan fasilitator.

Langkah 4 (Langkah terakhir)


Fasilitator merangkum materi yang disampaikan saat selesai materi.

VI. URAIAN MATERI


Pokok Bahasan 1:
Konsep dan prinsip dasar asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat
Sub Pokok Bahasan:
a. Definisi.
Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan
pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien
dengan injury akut atau sakit yang mengancam kehidupan.

Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek


keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat
yang berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan yang
diberikan meliputi biologis, psikologis, dan sosial pasien, baik yang
aktual, yaitu yang timbul secara bertahap maupun mendadak (Dep.Kes
RI, 2005).

5
Kegiatan pelayanan keperawatan menunjukkan keahlian dalam
pengkajian pasien, setting prioritas, intervensi krisis, dan pendidikan
kesehatan (Burrel et al, 1997). Dalam memberikan pelayanan
kegawatdaruratan, perawat selalu menghubungkan antara
pengetahuan dan keterampilan untuk menangani respon pasien pada
resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan multisystem, dan kegawatan
yang mengancam.
b. Proses keperawatan kegawatdaruratan.
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Pengkajian primer (survey primer).
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat
tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan
pengkajian awal yang akan menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada system kegawatdaruratan pada pasien dewasa.
Keperawatan kritis dan kegawatdaruratan bersifat cepat dan perlu
tindakan yang tepat, serta memerlukan pemikiran kritis tingkat tinggi.
Proses keperawatan gawat darurat diawali dengan mengkaji pasien
dengan cepat dan merencanakan intervensi sambil berkolaborasi
dengan dokter gawat darurat. Kemudian mengimplementasikan
perencanaan, mengevaluasi efektivitas pemberian asuhan, dan
merevisi perencanaan dalam parameter waktu yang sangat sempit.
Hal tersebut merupakan tantangan besar bagi perawat, yang juga
harus membuat catatan perawatan yang akurat melalui
pendokumentasian.

Primery survey mengatur pendekatan ke klien sehinggga ancaman


kehidupan segera dapat secara cepat diidentifikasi dan
tertanggulangi dengan efektif. Primery survey berdasarkan standar
“ABC” mnemonic dengan “D&E” ditambahkan untuk klien trauma
airway / spinal servical (A: jalan napas), Breathing (B: pernapasan),
Circulation (C: sirkulasi), Disability (D: ketidakmampuan), dan
Exposure (E: paparan). Usaha resusitasi terjadi secara simultan

6
dengan setiap elemen dari primery survey ini (Cummins, 2003,
dalam Ignatavicius, 2006).
Tahapan pengkajian primery survey meliputi :
 A. Airway (jalan napas) / spinal servical
Prioritas tertinggi dalam primery survey adalah mempertahankan
kepatenan jalan napas. Dalam hitungan menit tanpa adekuatnya
suplay oksigen dapat menyebabkan trauma serebral yang akan
berkembang menjadi kematian otak (Anoxic Brain Death).

Airway harus bersih dari berbagai sekret atau debris dengan


kateter suction atau secara manual jika diperlukan. Spinal servical
harus diproteksi pada klien trauma dengan kemungkinan trauma
spinal secara manual alignment leher pada posisi netral, posisi in-
line dan menggunakan manuver jaw thrust ketika
mempertahankan jalan napas.

Pada klien dengan gangguan kesadaran, diindikasikan dengan


GCS kurang dari sama dengan 8, membutuhkan airway definitif,
seperti endotracheal tube (ETT) (American Collage of Surgeons,
1997).

 B. Breathing (pernapasan)
Setelah jalan napas aman, breathing menjadi prioritas berikutnya
dalam primery survey. Pengkajian ini untuk mengetahui apakah
usaha ventilasi efektif atau tidak hanya pada saat klien bernapas.
Fokusnya adalah pada auskultasi bunyi napas dan evaluasi
expansi dada, usaha respirasi, dan adanya bukti trauma dinding
dada atau abnormalitas fisik.

 C. Circulation
Intervensi ditargetkan untuk memperbaiki sirkulasi yang efektif
melalui resusitasi kardiopulmoner, kontrol perdarahan, akses

7
intravena dengan penatalaksanaan cairan dan darah jika
diperlukan dan obat-obatan.
 D. Disability (ketidakmampuan)
Pengkajian disability memberikan pengkajian dasar cepat status
neurologis. Metode mudah untuk mengevaluasi tingkat kesadaran
adalah dengan “AVPU” mnemonic:
A : Allert (waspada)
V : Responsive to voice (berespon terhadap suara)
P : Responsive to Paint (berespon terhadap nyeri)
U : Unresponsive (tidak ada respon)
Pengkajian yang lain untuk mengukur kesadaran secara obyektif
adalah dengan Glasgow Coma Scale (GCS), yaitu menilai buka
mata, respon verbal, dan respon motorik.
 E. Exposure (paparan)
Komponen akhir primary survey adalah eksposure. Seluruh
pakaian harus dibuka untuk memudahkan pengkajian secara
menyeluruh akan tapi harus diperhatikan kemungkinan terjadinya
hipotermia (Holder, 2002).

2. Pengkajian sekunder (survey sekunder).


Survey skunder dilakukan hanya setelah survey primer, resusitasi
telah selesai dilakukan dan korban gawat darurat telah stabil. Survey
skunder adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe
examination) secara komprehensif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi taruma lain atau isu medis yang memerlukan
penatalaksanaan atau dapat mempengaruhi keperawatan.

3. Triase
Triase merupakan proses memilah dan menentukan korban sesuai
klasifikasinya atau tingkat kemandiriannya. Klasifikasi I adalah
korban sadar, dapat bergerak sendiri dan hanya memerlukan
bantuan minimal. Klasifikasi II adalah korban sadar dan perlu

8
bantuan orang lain untuk bergerak. Klasifikasi III korban tidak sadar
dan perlu bantuan segera. Klasifikasi IV adalah korban tidak
bernapas dan tidak ada denyut nadi (meninggal).

c. Prinsip patient safety.


Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang
membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

Keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan


pasien di rumah sakit menjadi lebih aman . Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Keselamatan pasien merupakan suatu variabel
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan
yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan.
Prinsip-prinsip patient safety
1. Pastikan identifikasi pasien secara benar; ketepatan dan ketelitian
dalam identifikasi pasien dapat mengurangi risiko kesalahan
tindakan dan pengobatan pada pasien. Kita dapat melakukan
identifikasi pasien dengan double check misalnya seperti nama dan
tanggal lahir pada saat akan melakukan tindakan pengobatan, saat
akan dilakukan pemeriksaan diagnostik, sebelum pengambilan
specimen dan sebelum pemberian darah atau produk darah.
2. Meningkatkan komunikasi efektif; komunikasi efektif yang tepat
waktu, akurat, jelas, lengkap, dan dipahami oleh pasien akan
mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Tujuan komunikasi efektif adalah mampu
memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang
disampaikan antara pemberi dan penerima informasi sehingga

9
bahasa yang digunakan oleh pemberi informasi jelas ,lengkap serta
dapat dimengerti dan dipahami oleh penerima informasi.
3. Meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi; dengan
memperhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look, alike,
sound-alike medication names). Obat-obat yang perlu diwaspai
adalah high-alert seperti obat-obatan high consentrate (Kcl,
MgSO4, Nacl pekat, Ca Gluconase, Adrenalin, Dobutamin, dll),
obat-obat LASA/NORUM (aminophillin dengan amphicillin, dopamin
dan dobutamin ,dll) dan obat- obatan sitotoksik yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan.
4. Mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan
pasien, dan kesalahan prosedur operasi; dengan memastikan
tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar/site marking dan
dilakukan time out oleh seluruh anggota tim operasi sebelum
tindakan operatif.
5. Mengurangi risiko infeksi yang berhubungan pelayanan kesehatan;
kita dapat memutus rantai infeksi dengan melakukan penerapan
prosedur cuci tangan yang efektif dan benar baik dengan cuci
tangan air mengalir dan cuci tangan berbasis alkohol.
6. Mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh; pelayanan kesehatan
yang kita berikan harus memperhatikan resiko cedera pada pasien
sehingga kita perlu melakukan pengawasan yang ketat pada pasien
selama masa perawatan. Penilaian risiko jatuh dapat dilakukan pada
saat pasien masuk, adanya perubahan status mental pasien, saat
transfer pasien, dan pemulangan pasien.

Pokok Bahasan 2:
Asuhan keperawatan pada kegawatdaruratan
Sub Pokok Bahasan:
a. Gangguan jalan napas (airway).
Definisi :
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.

10
Penyebab :
- Infeksi,
- disfungsi neuromuskular,
- hiperplasia dinding bronkus,
- alergi jalan nafas, asma, trauma
- obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

1) Pengkajian
- Dilakukan survey primery dan sekundery
- Batasan Karakteristik
Data Subyektif:
- Dispneu

Data Objektif:
- Penurunan suara nafas
- Orthopneu
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
- Kesulitan berbicara
- Batuk, tidak efektif atau tidak ada
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama nafas

2) Perencanaan dan Intervensi


Intervensi NIC (Nursing Intervention Classification)
Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut:
▪ Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
▪ Berikan O2 ……l/mnt, metode………
▪ Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam

11
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Lakukan fisioterapi dada jika perlu
• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
• Berikan bronkodilator
• Monitor status hemodinamik
• Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
• Berikan antibiotik
• Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
• Monitor respirasi dan status O2
• Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret
• Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction, Inhalasi

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


• jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung: oksigen,
mesin penghisapan, spirometer, inhaler, dan intermittent positive
pressure breathing (IPPB)
• informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan
merokok didalam ruangan perawatan
• instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas
dalam untuk memudahkan pengeluaran sekret
• ajarkan pasien untuk mengganjal luka insisi saat batuk, kalau
ada
• ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada
sputum: warna, karakter, jumlah dan bau

Aktivitas kolaboratif
• rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
• konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi
atau peralatan pendukung
• berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan instruksi

12
• lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer, dan
perawatan paru lainnya sesuai protocol
• beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal

Aktivitas lain
• anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran secret
• anjurkan penggunaan spirometer intensif
• jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu
sisi tempat tidur kesisi yang lainnya setiap dua jam
• informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk
menurunkan kecemasan dan control diri
• berikan pasien dukungan emosi
• atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan
maksimal rongga dada
• Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea jika perlu
• Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan secret

3) Evaluasi
Hasil NOC (nursing outcomes classification) :
• Respiratory status : Ventilation
• Respiratory status : Airway patency
• Aspiration Control

Tujuan / Kriteria Evaluasi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan
keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil :
• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum
secara efektif, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
• Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas dan frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)

13
• Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor penyebab.
• Saturasi O2 dalam batas normal
• Foto thorak dalam batas normal

Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan didefinisikan sebagai catatan
lengkap yang berisi informasi tentang status kesehatan pasien,
kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons
pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Sebagaimana
dikemukakan Perry & Potter bahwa dokumentasi adalah informasi
tertulis ataupun elektronik tentang semua kegiatan proses
keperawatan yang dilakukan perawat untuk menilai status
kesehatan klien, mengevaluasi dampak terhadap pelayanan
keperawatan, dan merupakan bagian dari pada praktek
keperawatan profesional.

Dokumentasi asuhan keperawatan yang ideal seyogyanya berisi


hasil aktivitas keperawatan yang tersusun secara sistematis, valid
dan bardasarkan tahapan berupa rangkaian untuk mengkaji
kebutuhan pasien dan menetapkan tujuan, menentukan diagnosa
keperawatan, menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan dan
mengevaluasi sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara
moral dan hukum. Sistem dokumentasi yang jelas dan logis
memuat berbagai aspek penting tentang keperawatan pasien.

b. Gangguan pola pernapasan.


Definisi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi tidak memberikan ventilasi adekuat.
Menurut Wilkinson (2007) etiologi dari masalah keperawatan
ketidakefektifan pola napas, antara lain:
• Hiperventilasi
• Penurunan energi/kelelahan

14
• Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
• Kelelahan otot pernafasan
• Hipoventilasi sindrom
• Nyeri
• Kecemasan
• Disfungsi Neuromuskuler
• Obesitas
• Injuri tulang belakang

Sumber lain mengatakan bahwa faktor yang berhubungan antara lain


di bawah ini:
• Deformitas tulang
• Hiperventilasi
• Kelainan bentuk dinding dada
• Penurunan energi/kelelahan
• Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
• Obesitas
• Posisi tubuh
• Kelelahan otot pernafasan
• Hipoventilasi sindrom
• Nyeri
• Kecemasan
• Disfungsi Neuromuskuler
• Kerusakan persepsi/kognitif
• Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
• Imaturitas Neurologis

1) Pengkajian
• Survey Primer dan Sekunder
• Anamnesa
• Batasan karakteristik : (keadaan ini terjadi selama kira-kira 15
menit)

15
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per menit
- Menggunakan otot pernafasan tambahan
- Nasal laring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan rata-rata/minimal Usia > 14 : < 11 atau > 24
- Kedalaman pernafasan : Dewasa volume tidalnya 500 ml saat
istirahat
- Penurunan kapasitas vital

2) Perencanaan dan Intervensi


NIC (Nursing Interventions Classification):
Airway Management
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Pasang mayo bila perlu
• Lakukan fisioterapi dada jika perlu
• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
• Berikan bronkodilator
• Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
• Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
• Monitor respirasi dan status O2
• Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
• Pertahankan jalan nafas yang paten
• Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

16
• Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
• Monitor vital sign
• Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas.
• Ajarkan bagaimana batuk efektif
• Monitor pola nafas

Terapi Oksigen
• Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
• Pertahankan jalan nafas yang paten
• Atur peralatan oksigenasi
• Monitor aliran oksigen
• Pertahankan posisi pasien
• Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
• Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital Sign Monitoring


• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Catat adanya fluktuasi tekanan darah
• Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
• Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
• Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
• Monitor kualitas dari nadi
• Monitor frekuensi dan irama pernapasan
• Monitor suara paru
• Monitor pola pernapasan abnormal
• Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
• Monitor sianosis perifer
• Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
• Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

17
3) Evaluasi
NOC (Nursing Outcomes Classification) :
• Respiratory status : Ventilation
• Respiratory status : Airway patency
• Vital sign Status

Kriteria Hasil :
• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
• Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
• Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernapasan)

c. Gangguan Pertukaran Gas


Definisi :
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan /atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
Factor yang berubungan
• Perubahan membrane kapiler-alveolar
• Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
1) Pengkajian
- Survey Primer dan Sekunder
- Anamnesa
- Batasan karakteristik
Data Subjektif
• Dispnea
• Sakit kepala pada saat bangun tidur
• Gangguan penglihatan

18
Data Objektif
• Gas darah arteri yang tidak normal
• pH arteri yang tidak normal
• ketidaknormalan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
• warna kulit tidak normal
• konfusi
• sianosis
• karbondioksida menurun
• diaphoresis
• hiperkapnia
• hiperkarbia
• hipoksia
• hipoksemia
• iritabilitas
• napas cuping hidung
• gelisah, somnolen
• takikardi

2) Perencanaan Intervensi
NIC (Nursing Interventions Classification):
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Pasang mayo bila perlu
• Lakukan fisioterapi dada jika perlu
• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
• Berikan bronkodilator
• Barikan pelembab udara
• Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
• Monitor respirasi dan status O2
• Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
• Monitor suara nafas, seperti dengkur

19
• Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
• Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
• Monitor TTV, AGD, elektrolit dan status mental
• Observasi sianosis khususnya membran mukosa
• Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan
dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
• Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
• kaji suara napas, frekuensi kedalaman dan usaha napas, dan
produksi sputum sebagai indicator keefektifan penggunaan alat
penunjang

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


• jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan
• ajarkan kepada pasien teknik bernapas dan relaksasi
• jelaskan pada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan
tindakan lainnya
• informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok itu
tidak baik
• manajemen jalan napas (NIC):
• ajarkan tentang batuk efektif
• ajarkan pada pasien bagaimana menggunakan inhaler yang
dianjurkan sesuai kebutuhan

Aktivitas kolaboratif
• konsultasikan dengan dokter tentang pentingnya pemeriksaan gas
darah arteri dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai
dengan adanya perubahan pada kondisi pasien
• laporkan perubahan pada data pengkajian terkait
• berikan obat yang diresepkan untuk mempertahankan
keseimbangan asam basa
• persiapkan pasien untuk ventilasi mekanis, bila perlu

20
• manajemen jalan napas (NIC).
- berikan udara yang dilembabkan atau oksigen, jika perlu
- berikan bronkodilator, jika perlu
- berikan terapi aerosol, jika perlu
- berikan terapi nebulasi ultrasonic, jika perlu
• pengaturan hemodinamik (NIC): berikan obat antiaritmia, jika perlu

Aktivitas lain
• jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur

untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan rasa kendali


• berikan penenangan kepada pasien selama periode gangguan
atau kecemasan
• lakukan oral hygiene secara teratur
• lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen
• apabila oksigen diprogramkan kepada pasien yang memiliki
masalah pernapasan kronis, pantau aliran oksigen dan
pernapasan secara hati-hati adanya resiko depresi pernapasan
akibat oksigen
• buat rencana perawatan untuk pasien yang menggunakan
ventilator, yang meliputi:
• meyakinkan keadekuatan pemberian oksigen dengan melaporkan
ketidaknormalan gas darah arteri, menggunakan ambu bag
didekat pasien dan berikan hiperoksigenasi sebelum melakukan
pengisapan
• meyakinkan keefektifan pola pernapasan
• mempertahankan kepatenan jalan napas
• memantau komplikasi
• memastikan ketepatan pemasangan slang ET
• manajemen jalan napas (NIC):
• atur posisi untuk memaksimalkan potensia ventilasi
• atur posisi untuk mengurangi dispnea
• pasang jalan napas melalui mulut atau nasoparing, sesuai dengan
kebutuhan

21
• bersihkan secret dengan menganjurkan batuk atau melalui
pengisapan
• dukung untuk bernapas pelan, dalam dan batuk
• bantu dengan spirometer insentif, jika perlu
• lakukan fisioterapi dada, jika perlu
• pengaturan hemodinamika (NIC):
• meninggikan bagian kepala tempat tidur, jika perlu
• atur posisi pasien keposisi trendelenburg, jika perlu

3) Evaluasi
Hasil NOC
• Respiratory Status : Gas exchange
• Keseimbangan asam Basa, Elektrolit
• Respiratory Status : ventilation
• Vital Sign Status

Kriteria Hasil atau NOC


Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka gangguan pertukaran
gas pasien teratasi dengan kriteria hasi:
• Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
• Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda
distress pernafasan
• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
• Tanda tanda vital dalam rentang normal
• AGD dalam batas normal
• Status neurologis dalam batas normal

Pasien akan:
• Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
• Memiliki ekspansi paru yang simetris

22
• Menjelaskan rencana perawatan dirumah
• Tidak menggunakan pernapasan bibir mencucu
• Tidak mengalami napas dangkal atau ortopnea
• Tidak menggunakan otot aksesoris untuk bernapas

d. Defisit Volume Cairan tubuh (Hipovolemia)


Definisi :
Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau
intraseluler
Factor yang berubungan:
• Kehilangan volume cairan aktif
• Konsumsi alcohol yang berlebihan terus menerus
• Kegagalan mekanisme pangaturan
• Asupan cairan yang tidak adekuat
• Evaporasi

1) Pengkajian
- Survey primer dan sekunder
- Tanda dan Gejala
Data Subjektif:
Haus
Lemah

Data Objektif:
• Perubahan status mental
• Penurunan turgor kulit dan lidah
• Penurunan haluaran urin
• Penurunan pengisian vena
• Kulit dan membrane mukosa kering
• Kematokrit meningkat
• Suhu tubuh meningkat
• Peningkatan frekuensi nadi, penurunan TD, penurunan volume
dan tekanan nadi

23
• Konsentrasi urin meningkat
• Penurunan berat badan yang tiba-tiba
• Kelemahan

2) Perencanaan dan Intervensi NIC


Catatan: fokus dari intervensi ini adalah volume cairan, walaupun
beberapa intervensi berhungan dengan asam-basa
Kaji dan observasi
• Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
• Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
• Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin, albumin, total protein )
• Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
• Kolaborasi pemberian cairan IV
• Monitor status nutrisi
• Berikan cairan oral
• Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 – 100cc/jam)
• Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
• Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
• Atur kemungkinan tranfusi
• Persiapan untuk tranfusi
• Pasang kateter jika perlu
• Monitor intake dan urin output setiap 8 jam

Aktivitas kolaboratif
• Laporkan dan catat haluaran kurang dari….ml
• Laporkan dan catat haluaran lebih dari….ml
• Laporkan abnormalitas elektrolit
• Manajemen cairan (NIC):
• Atur ketersediaan produk darah untuk tranfusi, bila perlu

24
• Berikan ketentuan penggantian nasogastrik berdasarkan
haluaran, sesuai dengan kebutuhan
• Berikan terapi IV, sesuai program

Aktivitas lain
• Lakukan oral hygiene sesering mungkin
• Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam, hitung
asupan yang diinginkan sepanjang sif siang, sore dan malam
• Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum
pembedahan
• Ubah posisi pasien trendelenburg atau tinggikan tungkai pasien
bila hipotensi, kecuali dikontraindikasikan
• Manajemen cairan(NIC);
• Tingkatkan asupan oral, Jika perlu
• Pasang kateter urin, jika perlu
• Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan

3) Evaluasi Hasil & NOC


Hasil NOC:
• Fluid balance
• Hydration
• Nutritional Status : Food and Fluid Intake

Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, defisit volume cairan
teratasi dengan kriteria hasil:
• Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal,
• Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
• Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
• Orientasi terhadap waktu dan tempat baik

25
• Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal
• Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
• pH urin dalam batas normal
• Intake oral dan intravena adekuat

Pasien akan:
• Memiliki konsentrasi urin yang normal. Sebutkan nilai dasar berat
jenis urin
• Memiliki Hb dan Ht dalam batas normal untuk pasien
• Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang
normal
• Tidak mengalami haus yang tidak normal
• Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang
dalam 24 jam
• Menampilkan hidrasi yang baik
• Memiliki asupan cairan oral atau intravena yang adekuat

e. Penurunan Curah Jantung


Definisi :
Pemompaan jantung yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Faktor yang berhubungan:
• Respon fisiologis otot jantung
• Peningkatan frekuensi
• Dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
Kondisi klinis terkait :
• Gagal jantung kongestif
• Sindroma koroner akut
• Gangguan katup jantung (stenosis/regurgitasi aorta, pulmonalis,
trikuspidalis, atau mitralis)
• Atrial/Ventrikular Septal Defect
• Aritmia

26
1) Pengkajian
Survey primer dan sekunder
Anamnesa
DO/DS:
• Aritmia, takikardia, bradikardia
• Palpitasi, oedem
• Kelelahan
• Peningkatan/penurunan JVP
• Distensi vena jugularis
• Kulit dingin dan lembab
• Penurunan denyut nadi perifer
• Oliguria, kaplari refill lambat
• Nafas pendek/ sesak nafas
• Perubahan warna kulit
• Batuk, bunyi jantung S3/S4
• Kecemasan

2) Perencanaan dan Intervensi NIC :


Cardiac Care
• Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
• Catat adanya disritmia jantung
• Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
• Monitor status kardiovaskuler
• Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
• Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
• Monitor balance cairan
• Monitor adanya perubahan tekanan darah
• Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
• Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
• Monitor toleransi aktivitas pasien
• Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
• Anjurkan untuk menurunkan stress

27
Vital Sign Monitoring
• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Catat adanya fluktuasi tekanan darah
• Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
• Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
• Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
• Monitor kualitas dari nadi
• Monitor adanya pulsus paradoksus
• Monitor adanya pulsus alterans
• Monitor jumlah dan irama jantung
• Monitor bunyi jantung
• Monitor frekuensi dan irama pernapasan
• Monitor suara paru
• Monitor pola pernapasan abnormal
• Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
• Monitor sianosis perifer
• Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
• Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

f. Gangguan Suhu Tubuh : Hipothermi/ Hiperthermi.


Definisi :
Kegagalan untuk memelihara suhu tubuh dalam batas normal
Faktor yang berubungan
• Penuaan
• Konsumsi akohol
• Kerusakan hipotalamus
• Penurunan laju metabolic
• Kulit berkeringat pada lingkungan yang dingin
• Penyakit atau trauma
• Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk menggigil
• Ketidakaktifan

28
• Penggunaan pakaian yang tidak mencukupi
• Malnutrisi
• Obat-obatan
• Terpajan lingkungan yang dingin atau kedinginan
• Hipotiroidisme
• Ketidakmampuan system pengaturan suhu neonates
• Kehilangan lemak subkutan dan malnutrisi
• Berat badan lahir rendah

1) Pengkajian
Pengkajian primer dan skunder
Batasan karakteristik Hipothermi
• Kulit dingin
• Bantalan kuku sianosis
• Hipertensi
• Pucat
• Merinding
• Penurunan suhu tubuh dibawah normal
• Menggigil
• Pengisian kapiler lambat
• takikardi

Batasan karakteristik Hiperthermi


DO/DS:
• kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
• serangan atau konvulsi (kejang)
• kulit kemerahan
• pertambahan RR
• takikardi
• Kulit teraba panas/ hangat

2) Perencanaan dan Intervensi (NIC)


• Monitor suhu sesering mungkin

29
• Monitor warna dan suhu kulit
• Monitor tekanan darah, nadi dan RR
• Monitor penurunan tingkat kesadaran
• Monitor WBC, Hb, dan Hct
• Monitor intake dan output
• Berikan anti piretik:
• Kelola Antibiotik
• Selimuti pasien
• Berikan cairan intravena
• Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
• Tingkatkan sirkulasi udara
• Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Catat adanya fluktuasi tekanan darah
• Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa )

Hasil & NOC


NOC:
• termoregulasi; keseimbangan antara produksi panas, peningkatan
panas dan kehilangan panas
• termoregulais: neonates; keseimbangan antara produksi panas,
peningkatan panas dan kehilangan panas selama 28 hari pertama
kehidupan
• tanda-tanda vital; nilai suhu, nadi, pernapasan dan TD dalam
rentang normal

Tujuan dan criteria evaluasi


Baca juga di tujuan dan criteria evaluasi untuk hipertermi dan dan
risiko perubahan suhu tubuh
• menunjukkan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:
1. ganguan eksterm

30
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan suhu tubuh
Perubahan warna kulit
Merinding atau kedinginan
Menggigil saat kedinginan
Laporan suhu yang nyaman

Pasien akan :
• menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
penurunan suhu tubuh
• melaporkan tanda dan gejala dini hipotermi
• mempertahankan suhu pasien setidaknya 36 C
Intervensi NIC
Baca juga aktivitas keperawatan untuk resiko perubahan suhu tubuh
Pengkajian
• catat nilai dasar TTV
• lakukan pemantauan jantung pada pasien
• gunakan thermometer rentang rendah, bila perlu
• kaji gejala hipotermia
• kaji kondisi medis yang dapat menyebabkan hipotermia
• regulasi suhu (NIC):
• pasang alat pantau inti suhu tubuh kontinu, jika perlu
• pantau suhu paling sedikit 2 jam sekali, jika perlu

Penyuluhan untuk pasien dan keluaraga


• regulasi suhu (NIC):
• ajarkan kepada pasien khususnya pasien usia lanjut tindakan
untuk mencegah hipotermi akibat terpajan suhu dingin

31
• ajarkan indikasi hipotermia dan tindakan kedaruratan yang
diperlukan, jika perlu

aktivitas kolaboratif
• untuk hipotermia berat, bantu dengan teknik menghangatkan suhu
inti tubuh

aktivitas lain
• berikan pakaian yang hangat, keirng, selimut penghangat, alat-alat
pemanas mekanis, suhu ruangan disesuaikan dan lain-lain sesuai
toleransi
• jangan berikan obat intramuscular atau subkutan untuk pasien
hipotermi
• untuk pasien intrabedah:
• atur suhu ruangan untuk mempertahankan kehangatan pasien
• selimuti kepala dan bagian tubuh pasien yang terbuka
• hangatkan darah sebelum diberikan
• selimuti pasien dengan selimut hangat untuk pemindahan setelah
pembedahan

Perawatan dirumah
• pastikan thermometer tersedia dirumah, ada seseorang yang dapat
menggunakannya dan cukup akurat
• ajarkan klien atau keluarga untuk menggunakan thermometer
• regulasi suhu (NIC):
• ajarkan pasien terutama pasien lansia, tindakan untuk mencegah
hipotermi akaibat terpajan suhu dingin
• ajarkan indikasi hipotermia dan tindakan kedaruratan yang sesuai

g. Kerusakan Integritas Kulit.


Factor yang berubungan
Eksternal (lingkungan)

32
• Zat kimia
• Kelembaban
• Hipertermia
• Hipotermia
• Factor mekanik (terpotong, tertekan, akibat restrain)
• Obat
• Kelembaban kulit
• Imobilisasi fisik
• Radiasi

Internal (somatic)
• Perubahan status cairan
• Perubahan pigmentasi
• Perubahan turgor
• Factor perkembangan
• Ketidakseimbangan nutrisi
• Deficit imunologis
• Gangguan sirkulasi
• Gangguan status metabolic
• Gangguan sensasi
• Penonjolan tulang

Batasan karakteristik
Objektif
• Kerusakan pada lapisan kulit
• Kerusakan pada permukaan kulit
• Invasi struktur tubuh

Hasil & NOC


NOC:
• Respon alergi setempat; tingkat keparahan hipersensitifitas imun
setempat terhadap antigen lingkungan tertentu

33
• Akses hemodinamika; keberfungsian area akses dialysis
• Integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa; keutuhan struktur
dan fungsi fisiologis normal kulit dan membrane mukosa
• Penyembuhan luka: primer; tingkat regenerasi sel dan jaringan
setelah penutupan yang disengaj
• Penyembuhan luka: sekunder; tingkat regenerasi sel dan jaringan
pada luka terbuka
Tujuan dan criteria evaluasi
• Menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa, serta
penyembuhan luka primer dan sekunder, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:
1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5
Suhu, elastisitas, hidrasi dan
sensasi
Perfusi jaringan
Keutuhan kulit
Eritema kulit sekitar
Luka berbau busuk
Granulasi
Pembentukan jaringan parut
Penyusutan luka

• menunjukkan penyembuhan luka primer, yang dibuktikan oleh


indicator sebagai berikut:
1. tidak ada
2. sedikit

34
3. sedang
4. banyak
5. sangat banyak

Indikator 1 2 3 4 5
Penyatuan kulit
Penyatuan ujung luka
Pembentukan jaringan parut

Pasian akan:
• menunjukkan rutinitas perawatan kulit atau perawatan luka yang
optimal
• drainase purulen atau bau luka minimal
• tidak ada lepuh atau maserasi pada kulit
• nekrosis, selumur, lubang, perluasan luka kejaringan dibawah kulit,
atau pembentukan saluran sinus berkurang atau tidak ada
• eritema kulit dan eritema disekitar luka minimal

Intervensi NIC
Lihat juga aktivitas perawatan pada resiko kerusakan integritas kulit
Pengkajian
• kaji fungsi alat-alat, seperti alat penurunan tekanan
• perawatan area insisi (NIC): inspeksi adanya kemerahan,
pembengkakan atau tanda-tanda dehisensi atau eviserasi pada area
insisi
• perawatan luka (NIC): inspeksi luka pada setiapmengganti balutan
• kaji luka terhadap karakteristik tersebut:
• lokasi, luas dan kedalaman
• adanya dan karakter eksudat, termasuk kekentalan, warna dan bau
• ada atau tidaknya granulasi atau epitelialisasi
• ada atau tidaknya jaringan nekrotik. Deskripsikan warna, baud an
banyaknya

35
• ada atau tadaknya tanda-tanda infeksi luka setempat
• ada atau tidaknya perluasan luka kejaringan dibawah kulit dan
pembentukan saluran sinus
penyuluhan untuk pasien dan keluarga
• ajarkan perawatan luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan
gejala infeksi, cara mempertahankan luka insisi tetap kering saat
mandi, dan mengurangi penekanan pada area insisi tersebut
aktivitas kolaboratif
• konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral,
kalori dan vitamin
• konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian makanan
dan nutrisi enteral atau parenteral untuk meningkatkan potensi
penyembuhan luka
• rujuk ke perawat terapi enterostma untuk mendapatkan bantuan
dalam pengkajian, penemuan derajat luka, dan dokumentasi
perawatan luka atau kerusakan kulit
• perawatan luka (NIC): gunakan unit TENS untuk meningkatkan proses
penyembuhan luka, jika perlu

aktivitas lain
• evluasi tindakan pengobatan atau pembalutan topika yang dapat
meliputi balutan hidrokoloid, balutan hidrofilik, balutan absorgen dan
sebagainya
• laukan perawatan luka atau kulit secara rutin seperti:
• ubah dan atur posisi pasien secara sering
• pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan kelembaban
yang berlebihan
• lindungi pasien dari kontaminasi feses atau urin
• lindungi pasien dari ekskresi luka lain dan slang drain pada luka
• bersihkan dan balut luka area pembedahan menggunakan prinsip
steril atau tindakan asepsisi medis berikut, jika perlu:
• gunakan satung tangan sekali pakai

36
• bersihkan area insisi dari area bersih ke kotor menggunakan satu
kasa atau satu sisi kasa pada setiap usapan
• bersihkan area sekitar jahitan atau staples dengan menggunakan lidi
kapas steril
• bersihkan sekitar ujung drainase, bergerak dengan gerakan berputar
dari pusat keluar
• gunakan paparat antiseptic, sesuai program
• ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap
terbuka sesuai program
• perawatan luka (NIC):
• lepaskan palutan dan plester
• bersihkan dengan salin normal atau pembersih nontoksik, jika perlu
• tempatkan area luka pada bak khusus, jika perlu
• lakukan perawatan ulkus kulit, jika perlu
• atur posisi untuk mencegah penekanan pada luka, jika perlu
• lakukan perawatan pada area infuse IV, jalur hiskman atau jalur vena
sentral, jika perlu
• lakukan masase siarea sekitar luka untuk merangsang sirkulasi

h. Ggn ketidakstabilan gula darah : hiperglikemik/hipoglikemik.


NIC: hyperglycemia management
• Monitor level glukosa darah
• Monitor tanda dan gejala hiperglikemia: puliuria, polidipsi, polipagi,
kelemahan, letargi, malaise, pandangan kabur, sakit kepala
• Monitor keton dalam urine
• Monitor kadar AGD, elektrolit, betahydroksybutyrate
• Monitor tekanan darah dan pulse ortostatis
• Berikan insulin
• Anjurkan intake cairan oral
• Monitor status cairan (intake dan output)
• Pertahankan akses IV
• Berikan cairan IV

37
• Berikan potassium
• Konsultasi dengan dokter bila tanda hiperglikemi memburuk atau
persisten
• Berikan oral hygiene
• Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
• Antisipasi situasi dimana kebutuhan insulin meningkat
• Batasi latihan bila kadar gula darah lebih dari 250 mg/dl, terutama bila
ada keton dalam urine
• Tinjau ulang kadar glukosa darah
NIC: hypoglycemia management
• Identifikasi pasien yang beresiko terkena hipoglikemia
• Monitor kadar glukosa darah
• Monitor tanda dan gejala hipoglikemia: shakiness, tremor, berkeringat,
nervousness, ansietas, irritability (mudah marah), tidak sabaran,
takikardia, palpitasi, chills (menggigil), clamminess, kepala terasa
ringan, pucat, lapar, mual, sakit kepala, kelelahan, mengantuk,
kelemahan, hangat, pusing, faintness (tidak sadarkan diri),
penglihatan kabur, mimpi buruk, mengigau dalma tidur, paresthesia,
kesulitan berkonsentrasi, kesulitan berbicara, inkoordinasi, peruahan
perilaku, bingung, coma, kejang.
• Berikan karbohidrat sederhana
• Berikan glucagon
• Pertahankan akses vena
• Pertahankan patensi jalan nafas
• Lindungi dari injury
• Kaji ulang kejadian hipoglikemia dan kemungkinan penyebabnya
• Instruksikan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala, faktor
resiko dan penanganan hipoglikemia
• Instruksikan pasien untuk selalu menyediakan karbohidrat sederhana

38
POKOK BAHASAN 3
Asuhan Kegawatdaruratan Pada Psikiatri.
SUB POKOK BAHASAN:

1. Perilaku Kekerasan ( AMUK ).


Pengkajian
Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Sehingga perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal dan non
verbal yang diarahkan pada dirisendiri, orang lain dan lingkungan

Faktor Predisposisi :
1. Biologis
Heriditer, gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan NAPZA.
2. Psikologis
Pengalaman gagal kehidupan yang mengakibatkan perasaan frustasi
,gagal
dan tidak berguna.
3. Sosiokultural
Pembelajaran sosial yang membenarkan perilaku kekerasan:
• korban kekerasan
• control sosial yang kurang (pembenaran perilaku kekerasan)

Faktor Presipitasi
Presipitasi dapat bersifat factor eksternal maupun internal dari individu.
1. Faktor internal:
• Perasaaan gagal dan kehilangan
2. Faktor eksternal:
• Korban kekerasan, lingkungan yang stresful (ribut, padat, dihina).

39
Tanda dan Gejala
Dari hasil observasi untuk perilaku kekerasan dapat diperoleh data sebagai
berikut :
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain

Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian maka diagnosis keperawatan yang dapat
ditemukan pada klien adalah sebagai berikut:
a. Perilaku kekerasan
b. Resiko perilaku kekerasan

Rencana Keperawatan
Perilaku kekerasan
Intervensi NIC (Nursing Intervention Classification)
Behavior Management: Merusak Diri
• Dorong pasien untuk mengungkapkan secara verbal konsekuensi
dari perubahan fisik dan emosi yang mempengaruhi konsep diri
• Pertahankan lingkungan dalam stimulus yang rendah
• Ciptakan lingkungan yang psikososial
• Kembangkan orientasi sesuai kenyataan
• Singkirkan semua benda berbahaya
• Lindungi klien dan keluarga dari bahaya halusinasi
• Tingkatkan peran serta keluarga pada tiap tahap perawatan dan
jelaskan prisip-prinsip tindakan pada halusinasi

40
• Salurkan perilaku merusak pada kegiatan fisik
• Lakukan fiksasi bila diperlukan
• Berikan obat-obatan antipsikotik yang sesuai untuk menurunkan
kecemasan dan menstabilkan mood serta menurunkan stimulasi
kekerasan terhadap diri sendiri
Impulse Control Training
• Ajarkan pasien penggunaan teknik menenangkan diri/relaksasi
(nafas dalam)
Evaluasi
NOC (Nursing Outcomes Classification)
• Self Mutilation
• Impulse Self Control

Kriteria Hasil:
• Dapat menahan diri dari mencederai diri sendiri
• Adanya Intervensi awal untuk mencegah respon agresif yang
diperintahkan halusinasi
• Pasien dapat mengartikan sentuhan sebagai ancaman
• Adanya upaya mencegah kemungkinan cedera pasien atau orang
lain karena adanya perintah dari halusinasi
• Pasien menyadari suara itu tidak ada
• Adanya Keterlibatan pasien dalam kegiatan interpersonal, hal ini
akan menolong pasien kembali dalam realitas
a. Resiko perilaku kekerasan
Intervensi NIC (Nursing Intervention Classification)
Behavior Management
• Mengontrol pasien bertanggung jawab atas perilakunya
• Komunikasikan tentang harapan bahwa pasien akan
mempertahankan/kontrol kondisinya (emosinya)
• Konsultasikan dengan keluarga untuk menetapkan data dasar kognitif
pasien
• Tetapkan batas dengan pasien

41
• Menahan diri dari berdebat atau tawar menawar mengenai batas yang
ditetapkan dengan pasien
• Menetapkan rutinitas
• Menetapkan pergeseran-pergeseran ke konsistensi dalam lingkungan
dan rutinitas perawatan
• Menggunakan pengulangan secara konsisten dapat dari rutinitas
kesehatan sebagai cara menetapkan mereka
• Menghindari gangguan peningkatan aktivitas fisik yang sesuai
• Membatasi jumlah perawat, memanfaatkan suara, berbicara lembut
rendah
• Menghindari kesendirian pasien mengarahkan perhatian sumber
agitasi
• Menghindari memproyeksi gambar mengancam
• Menghindari berdebat dengan pasien
• Mengabaikan perilaku yang tidak pantas
• Mencegah perilaku agresif-pasif
• Pujian upaya pengendalian diri
• Mengobati seperlunya
• Menerapkan pergelangan tangan/kaki/hambatan dada yang
diperlukan
Evaluasi
NOC (Nursing Outcomes Classification)
• Abuse Protection
• Impulse Self Control
Kriteria Hasil:
• Dapat mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perilaku
kekerasan
• Dapat mengidentifikasi cara alternative untuk mengatasi masalah
• Dapat mengidentifikasi sistem pendukung di komunitas
• Tidak menganiaya orang lain secara fisik, emosi dan seksual
• Dapat menahan diri dari menghancurkan barang-barang milik
orang lain

42
• Dapat mengidentifiakasi kapan marah, frustasi atau merasa agresif

2. RESIKO BUNUH DIRI


Pengkajian
Risiko bunuh diri adalah Perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja
untuk mengakhiri kehidupan. Individu secara sadar berkeingina nuntuk mati
sehingga melakukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan keinginan
tersebut.
• Ada 3 macam bentuk:
– Isyarat bunuh diri
– Ancaman bunuh diri
– Percobaan bunuh diri

Isyarat Bunuh Diri


• Perilaku yang secara tidak langsung untuk bunuh diri
• Berkata: “Tolong jaga anak-anak saya, saya akan pergi jauh” atau
“Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
• Pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya
• Ungkapan perasaan: rasa bersalah, sedih, marah, putus asa, tidak
berdaya.

Ancaman Bunuh Diri


• Umumnya diucapkan oleh pasien
• Berisi keinginan untuk mati
• Disertai rencana cara mengakhiri hidup, persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut.
• Belum mencoba
Percobaan Bunuh Diri
• Tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehidupan.
• Melakukan cara misal: gantungdiri, minum racun, memotong urat nadi,
terjun dari tempat yang tinggi.
• Pasien tidak mati dengan usahanya tersebut

43
Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka diagnosis keperawatan yang
dapat ditemukan pada klien adalah sebagai berikut:
Resiko Bunuh Diri
Rencana Keperawatan
Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan/tindakan sebanyak...kali pasien aman dan
selamat
Kriteria hasil:
➢ Klien dapat berpikir positif terhadap diri, dapat menyusun rencana masa
depan
Rencana tindakan:
• Bina hubungan saling percaya dengan pasien
• Atasi masalah fisik akibat percobaan bunuh diri (rawat luka atau
kondisi akibat tindakan percobaan bunuh diri)
• Identifikasi alasan, cara, dan waktu klien melakukan tindakan bunuh
diri
• Identifikasi alternatif penyelesaian masalah selain tindakan bunuh diri:
ekspresi perasaan kepada orang yang dapat dipercayai (teman atau
keluarga)
berpikir positif
melakukan aktivitas positif yang disenangi
aktivitas spiritual: baca doa, sholat
• Observasi pasien setiap 15 - 30 menit sekali
• Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas,
ikat pinggang)
• Dengan lembut jelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
• Berikan terapi musik untuk pasien atau berzikir
• Membantu pasien meningkatkan harga dirinya
- Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.

44
- Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
- Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
- Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien
• Membantu pasien menerapkan pola koping yang konstruktif:
- Identifikasi pola koping maladaptif dan adaptif
- Identifikasi dampak koping yang dilakukan
- Pilih pola koping adaptif
- Anjurkan menggunakan pola koping konstruktif
• Kolaborasi dengan medis untuk program pengobatan dengan
menggunakan prinsip lima (5) benar
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga / Pendamping Jamaah
• Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
• Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya risiko
bunuh diri dan mengambil keputusan merawat pasien.
• Melatih keluarga/pendamping menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang aman
• Melatih keluarga cara-cara membimbing dan memantau pasien
mengatasi
risiko bunuh diri dan kemampuan pasien dalam mencapai masa
depan.
• Menganjurkanfollow-up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
Evaluasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan penilaian (evaluasi) terhadap respon
verbal dan non verbal klien selama melakukan tindakan keperawatan untuk
melihat keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
Evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan adalah:
• Pasien
- Pasien aman/selamat
- Pasien meningkat harga dirinya

45
- Memiliki mekanisme koping yang konstruktif
- Memanfaatkan dukungan sosial
• Keluarga / pendamping:
- Memahami masalah pasien
- Memahami cara merawat: mengawasi, meningkatkan harga
diri, meningkatkan dukungan bagi pasien
- Memberi kesempatan menggunakan koping yang konstruktif
3. Panik.
Pengkajian
Pengertian Panik adalah serangan ansietas yang kuat, ekstrim dan akut,
yang dapat disertai dengan depersonalisasi dan/atau derealisasi (
kebingungan akan diri dan lingkungan) munculnya mendadak, tidak
terbatas pada situasi atau kondisi stresor tertentu.atau merupakan
Serangan anxietas atau ketakutan yang tidak dapat dijelaskan, timbulnya
mendadak,menghebat dengan cepat dan sering hanya berlangsung
beberapa menit
Tanda dan gejala panik
• Hilang kontrol
• Tak bisa melakukan sesuatu tanpa perintah atau arahan.
• Disorganisasi kepribadian.
• Meningkatnya aktivitas motorik
• Menurunnya kemampuan menghubung-hubungkan.
• Distrosi persepsi
• Hilangnya pikiran rasional
• Hilangnya komunikasi dan fungsi efektif.
• Bila berlangsung berkepanjangan menyebabkan exhaustion ~
kematian
• Respons fisik: napas pendek, nadi, tekanan darah naik, mulut kering,
diare/ konstipasi, gelisah, berkeringat, sakit kepala, sulit tidur
• Respons kognitif: lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima
rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

46
• Respons perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, bicara
berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
• Sering disertai gejala fisik berupa:
• Nyeri dada
• Rasa seperti tercekik
• Perut seperti terbakar
• Pusing
• Perasaan tidak nyata
• Atau merasa ada bencana pribadi: kehilangan kontrol, menjadi
gila, serangan jantung, akan mati
• Palpitasi
Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka diagnosis keperawatan
yang dapat ditemukan pada klien adalah sebagai berikut:
Panik
Rencana Keperawatan
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali pasien akan mengalami
penyembuhan dari gejala-gejala anxietas berat/panik
Intervensi NIC (Nursing Intervention Classification)

Anxiety Reduction
• Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
• Jelas menyatakan harapan perilaku pasien
• Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi diperkirakan akan dialami
selama prosedur terapi
• Berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress
• Memberikan informasi faktual tentang diagnosis, pengobatan dan
prognosa
• Tetap dengan pasien untuk meningkatkan keselamatan dan
mengurangi rasa takut
• Dorong keluarga untuk tinggal dengan pasien
• Menyediakan benda yang melambangkan keselamatan/keamanan

47
• Mendorong kegiatan kompetitif yang sesuai
• Jauhkan peralatan pengolahan keluar dari pandangan
• Mendengarkan dengan perhatian
• Memperkuat perilaku yang sesuai
• Mendorong verbalisasi perasaan, persepsi dan ketakutan
• Mengidentifikasi ketika tingkat kecemasan mengalami perubahan
• Menyediakan aktivitas pengalihan untuk mengurangi situasi yang
memicu kecemasan
• Mendukung penggunaan mekanisme pertahanan yang sesuai
• Membantu pasien mengartikulasikan gambaran realistis
• Menentukan pasien dalam kemampuan pengambilan keputusan
• Anjurkan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
• Memberi obat yang sesuai untuk mengurangi kecemasan
• Menilai tanda-tanda verbal dan kecemasan nonverbal
Evaluasi
NOC (Nursing Outcomes Classification)
• Anxiety
• Post Trauma Syndrome
• Rape Trauma Syndrome
Kriteria Hasil:
• Tingkat ketakutan : keparahan, manifestasi rasa takut, ketegangan
atau kegelisahan yang berasal dari sumber yang dapat dikenali
• Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
• Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
• Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan ketakutan
• Memantau penurunan durasi episode
• Memantau lamanya waktu antara episode ketakutan
• Mempertahankan kontro, terhadap kehidupan
• Mempertahankan performa peran dan hubungan sosial
• Mengendalikan respon ketakutan
• Tetap produktif

48
4. Dementia.
Pengkajian
Demensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi
kesadaran.
Tanda dan gejala
• Pelupa
• Disorientasi waktu, tempat, orang
• Cepat marah
• Sulit diatur
• Sukar melakukan kegiatan sehari-hari
• Sering mengulang kata-kata.
• Daya ingat hilang
• Sulit belajar
• Kurang konsentrasi
• Kurang kebersihandiri
• Risiko kecelakaan
• Tremor
• Kurang koordinasi gerakan
Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka diagnosis keperawatan yang
dapat ditemukan pada klien adalah sebagai berikut:
a. Gangguan proses Pikir Pikun
Rencana Keperawatan
Gangguan Proses Pikir Pikun
Rencana Keperawatan
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali pasien mampu berorientasi
terhadap waktu, tempat dan orang
Rencana tindakan:
a. Beri kesempatan bagi pasien untuk:
• Mengenal barang milik pribadinya
• Mengenal waktu

49
• Menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat
• mengenal dimana dia berada
b. Berikan pujian jika pasien dapat menjawab dengan benar.
c. Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
d. Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat
dilakukannya.
e. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
f. Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.
g. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
h. Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.

Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan tindakan sebanyak...kali pasien mampu
berorientasi terhadap waktu, orang dan tempat
Kriteria hasil:
Klien dapat mengenal tempat, orang dan waktu

Evaluasi
Evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan adalah:
Pasien mampu:
• menyebutkan hari, tanggal dan tahun sekarang dengan benar
• menyebutkan nama orang yang dikenal
• menyebutkan tempat dimana pasien berada
• melakukan kegiatan harian sesuai jadual
• mengungkapkan perasaannya setelah melakukan kegiatan.

50
III. LATIHAN SOAL
Soal Kasus A (soal no. 1 sd 3):
Ny. S berusia 50 tahun adalah jama’ah haji dari kloter 30 JKS datang ke
KKHI Madinah diantar oleh petugas kesehatan haji kloter (TKHI) dengan
keluhan sesak napas diserta batuk berdarah, klien punya riwayat TB paru.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan data: terdapat sisa darah
dan sekret di mulut dan hidung klien, klien tampak pucat dan lemah, akral
dingin, terlihat retraksi intercostae. Dari pemeriksaan vital sign didapatkan:
TD. 90/70 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 35x/menit (reguler), Stridor (+), Ronchi
(+), dan Suhu tubuh 36’5 °c, kesadaran compos mentis.
1. Apakah masalah keperawatan (diagnosa) yang utama pada kasus
tersebut?
a. Pola nafas tidak efektif
b. Kekurangan volume cairan
c. Risiko kekurangan volume cairan
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Intervensi/tindakan keperawatan mandiri yang utama pada kasus
tersebut adalah..........
a. Lakukan suction sesuai kebutuhan
b. Lakukan pemeriksaan AGD
c. Lakukan pemasangan IV Line
d. Berikan obat-obatan vasodilatator
3. Outcome (NOC) dari tindakan keperawatan pada kasus tersebut
adalah............
a. Kebutuhan cairan terpenuhi
b. Respiratory status : Airway patency
c. Nilai AGD (SaO2) menurun
d. Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Soal Kasus B:

51
Tn. M jama’ah haji Indonesia umur 35 tahun datang ke RSAS King Abdul
Aziz rujukan dari KKHI Mekkah dengan hematoma di temporal dekstra akibat
jatuh, dirawat di UGD dalam kondisi kesadaran menurun. Korban membuka
mata dengan cubitan di kelopak mata, dan mampu menepis cubitan tersebut
dengan tangan kanannya dan saat diajak bicara hanya erangan kesakitan
yang keluar dari mulut korban.
4. Berapakah skor GCS pada pasien tersebut?
a. E2V4M5
b. E3V2M4
c. E2V3M5
d. E3V2M5

Soal Kasus C (no. 5 sd 7)


Seorang jama’ah haji berumur 60 tahun dibawah ke klinik sektor karena
mengalami buang air besar lebih dari 5 kali dalam 24 jam dengan konsistensi
cair disertai muntah-muntah dengan riwayat makan nasi yang sudah basih.
Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan data: keadaan umum klien
lemah, mata cekung, oliguria, membran mukosa bibir kering, turgor kulit
jelek. Vital sign: TD 90/60 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 15x/menit, Suhu tubuh
36°c.
5. Apakah masalah utama keperawatan (diagnosa) pada kasus tersebut?
a. Pola napas tidak efektif
b. Gangguan perfusi jaringan: cerebral
c. Defisit Volume Cairan tubuh (Hipovolemia)
d. Gangguan pertukaran gas
6. Intervensi keperawatan bersifat kolaborasi pada kasus tersebut
adalah..............
a. Pemasangan IV line sesuai dengan kebutuhan
b. Pemberian Oksigen
c. Pemasangan NGT
d. Pemasangan kateter
7. Outcome pada kasus tersebut adalah..........

52
a. Sesak napas berkurang
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
c. Kebutuhan oksigen terpenuhi
d. Defisit volume cairan teratasi

IV. DAFTAR PUSTAKA :


1. Rubenfeld, Barbara K. 2006. Berfikir Kritis dalam Keperawatan.(2th
ed). Jakarta: EGC.
2. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : EGC
3. Hardisman,MMID,DRPH (2014 ) Gawat Darurat Medis Praktis
4. Bruner and Suddart ( 2001 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8.Jakarta: EGC
5. Muttaqin.Arif ( 2012) Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika
6. Doris Weinstock (2012 ): Rujukan Cepat di Ruang ICU/CCU
7. Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik.
Edisi 6.
8. Modul kerja sama tim
9. Modul BTCLS in Disaster

V. LAMPIRAN :
1. Panduan diskusi kelompok
Seluruh peserta dibagi menjadi 4 [empat] kelompok dan masing-masing
kelompok memilih 1 orang ketua kelompok dan sekretaris. Dengan dipandu
oleh ketua kelompok masing-masing kelompok mendiskusikan hal-hal
sebagai berikut :
2. Panduan Games

53
MEKANISME RUJUKAN DI ARAB SAUDI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada jemaah haji
Indonesia, telah menyadiakan sarana pelayanan kesehatan terbatas di tiga daerah
kerja yaitu Makkah, Madinah dan Jeddah. Namun sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan yang tersedia masih sangat terbatas, sehingga untuk kasus-kasus
tertentu yang tidak teratasi pada unit pelayanan kesehatan yang disediakan, maka
jemaah haji sakit akan dikirim kesarana pelayanan yang lebih tinggi dan lengkap
(rujuk). Pemerintah Arab Saudi sesuai denganTaklimatil Hajj telah menyiapkan
seluruh rumah sakit pemerintah sebagai pusat rujukan tertinggi secara gratis.

Tujuan dari rujukan adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan lanjutan sebagai


upaya tindakan pengobatan dan perawatan yang lebih komprehensif.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan mekanisme rujukan di
Arab Saudi.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materii ni, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep rujukan di Arab Saudi
2. Melakukan mekanisme rujukan di Arab Saudi

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut yaitu :
Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan:
1. Konsep dasar rujukan
a. Pengertian

Modul Pelatihan PPIH 2017 1


b. Tujuan
c. Kriteria pasien rujukan
d. Alurrujukan
e. Daftar rumah sakit yang ada di Arab Saudi

2. Tatalaksana rujukan
a. Persiapan rujukan
b. Pelaksanaan rujukan
c. Evaluasi rujukan

IV. BAHAN AJAR


1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji,
Bahan Ajar PelatihanPetugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta, Kementerian
Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji danUmrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi
ini.
Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan (sesuai dengan metode
yang telah dipilih pada GBPP). Fasilitator menjelaskan tujuan materi dan metode
yang akan disampaikan. Materi ini disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi,

Modul Pelatihan PPIH 2017 2


dan tanya jawab. Fasilitator menjelaskan terlebih dahulu materi, lalu diskusi dan
tanya jawab.

Langkah 3.
1. Fasilitator menjelaskan materi kepada peserta. Selama penyampaian
materi peserta diperbolehkan bertanya dan dijawab oleh fasilitator.
2. Setelah materi selesai dijelaskan dilakukan diskusi tanya jawab antar peserta
dan fasilitator.

Langkah 4 (Langkah terakhir)


Fasilitator merangkum materi yang disampaikan saat selesai materi

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
KONSEP DASARRUJUKAN
A. Pengertian
Rujukan adalah upaya pemberian layanan kesehatan yang lebih komprehensif
terhadap jemaah sakit dari satu sarana layanan kesehatan ke sarana layanan
kesehatan yang lebih tinggi Rujukan adalah suatu sistem di dalam pelayanan
kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggungjawab atas penderita untuk
pengobatan lanjutan pada unit pelayanan yang lebih lengkap dan lebih tinggi
kemampuannya dengan tetap memantau penderita tersebut.(Kepmenkes 1196/
2009).

B. Tujuan
Rujukan bertujuan agar jemaah haji Indonesia yang sedang sakit bisa segera
mendapatkan pengobatan sesuai dengan kondisi penyakitnya. Karena bisa
saja jemaah haji yang sedang sakit tiba-tiba jatuh kedalam kondisi parah dan
memerlukan pemeriksaan dan pengobatan yang lengkap, sedangkan saat itu
sarana dan prasarana yang dimiliki kurang memadai. Agar jemaah haji
dapat cepat ditangani dan tidak jatuh dalam kondisi lebih parah maka perlu

Modul Pelatihan PPIH 2017 3


dilakukan suatu rujukan yang tepat dan cepat.

C. Kriteria pasien rujukan


1. Penyakit Paru yang berat antara lain: PPOK, Asthma, Bronchopneumonia,
dll.
2. Penyakit Saraf antara lain: Stroke, Heat Stroke, dll.
3. Penyakit Jantung antara lain: Serangan jantung, Syok kardiogenik,
Disarihmia,dll.
4. Penyakit yang memerlukan tindakan segera antara lain: Appendiktomi,
Hemodialisa, Fraktur, Syok, dll.
5. Penyakit menular antara lain: Meningitis, Meningococus, H1N1, SARS,
H5N1, TBC, dll.
6. Gangguan Jiwa (Rujukan Internal); khusus masalah gangguan jiwa kita
tidak melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan milik pemerintah Arab
Saudi. Sulitnya mekanisme perawatan bagi penderita gangguan jiwa yang
di rawat di RS Arab Saudi maka di upayakan rujukan dilakukan secara
intern. Fasilitas kesehatan yang tertinggi adalah yang kita miliki adalah
KKHI.

D. Alur rujukan pasien di Arab Saudi

1. Rujukan dari kloter/maktab ke Sub KKHI


2. Rujukan dari kloterke KKHI
3. Rujukan dari sub KKHI ke KKHI
4. Rujukan dari kolter/maktab ke RSAS

Modul Pelatihan PPIH 2017 4


5. Rujukan dari sub KKHI ke RSAS
6. Rujukan dari KKHI ke RSAS

E. Daftar rumah sakit yang ada di Arab Saudi


1. Di Jeddah
✓ RumahSakit King Fahd
✓ RumahSakit King Abdul aziz
2. Di Madinah
✓ RumahSakit King Fahd
✓ RumahSakit All Anshor
✓ RumahSakitBir Ali
✓ RumahSakit Al Dhar
✓ RumahSakitWiladah
3. Di Makkah
✓ RumahSakitAjyad
✓ RumahSakit King Faizal/ Syiza
✓ RumahSakit King Abdul Aziz/ Zaher
✓ RumahSakit Al Noor
✓ RumahSakit Hera (Tan’im)
✓ RumahSakitBersalinWiladah

POKOK BAHASAN 2
MEKANISME RUJUKAN DI ARAB SAUDI
A. Persiapan Administrasi
1. Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH)
2. Formulir rujukan atau Referred Case Report (KHARu)
3. Tanda terima Jemaah haji sakit (KHRuRs)
4. Jemaah haji sakit
5. Petugas kesehatan
6. Pendamping (keluarga/karu/karom)

Modul Pelatihan PPIH 2017 5


B. Persiapan Alat Transportasi dan Penunjang lainnya
Dalam melakukan rujukan jemaah haji sakit, maka perlu disiapkan alat transportasi
dan penunjang lainnya. Adapun yang perlu disiapkan adalah:
1. Alat transportasi yang digunakan untuk merujuk jemaah haji sakit adalah mobil
ambulance.
2. Sesuaikan jumlah kendaraan dengan jumlah jemaah yang akan dirujuk
3. Pastikan kendaraan bersih dan disterilkan
4. Lengkapi kasur, bantal dan alat tenun
5. Siapkan tabung oksigen, urinal, pispot, suction, infus set, pulse oxymetri,
emergency set
6. Makanan, minuman dan obat-obatan yang dibutuhkan

C. Persiapan Pasien
Sebelum dirujuk, jemaah haji sakit perlu disiapkan:
1. Kondisi kesehatan jemaah dalam keadaan stabil
2. Pastikan jemaah sakit siap dirujuk
3. Pastikan alat-alat penunjang jemaah sakit dalam keadaan terpasang dan
berfungsi dengan baik, seperti; infus, oksigen, suction, EKG, NGT, perban,
spalk, termasuk label (gelang, identitas lainnya).

D. Persiapan petugas
Petugas kesehatan merupakan pendamping jemaah haji sakit yang akan dirujuk
selama diperjalanan, baik ke klinik sektor, KKHI, maupun ke Rumah Sakit Arab
Saudi, sehingga perlu disiapkan dengan baik. Adapun persiapan petugas yang
harus dilakukan adalah:
1. Pastikan petugas kesehatan yang berkompeten, yaitu tahu dan memahami
kondisi kesehatan jemaah haji serta mampu melakukan tindakan sesuai dengan
masalah kesehatan jemaah.
2. Pastikan petugas kesehatan yang memahami prosedur atau mekanisme
rujukan.

Modul Pelatihan PPIH 2017 6


3. Pastikan petugas kesehatan mampu berkomunikasi dengan menggunakan
Bahasa Arab atau Bahasa Inggris.
4. Pastikan petugas sudah menyiapkan kelengkapan identitas diri sebagai petugas
kesehatan haji, seperti tanda pengenal (gelang, pitoko, seragam, dll).
5. Petugas punya komitmen untuk menolong jemaah

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji,
Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta, Kementerian
Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji danUmrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji

Modul Pelatihan PPIH 2017 7


MEKANISME EVAKUASI JEMAAH HAJI DI ARAB SAUDI

I. DESKRIPSI SINGKAT
Evakuasi jemaah haji sakit merupakan proses pemindahan jemaah haji sakit /
penderita dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan
ambulance. Didalam proses pemindahan/ evakuasi terdapat 2 unsur terkait yaitu
yang melaksanakan evakuasi dan alat transportasi yang digunakan. Evakuasi
dilaksanakan oleh petugas kesehatan yang terdiri dari Dokter, Perawat dan Sopir
Ambulance.Sedangkan alat transportasi yang biasa digunakan adalah ambulance,
brankard, kursi roda, motor, dan TETA.Evakuasi bisa dilakukan dari KKHI Madinah
ke KKHI Mekkah pada saat Pra Armina.KKHI Arafah dan Mina melakukan evakuasi
ke KKHI Mekkah saat ARMINA.Dan terakhir pasca ARMINA bisa dilakukan evakuasi
dari KKHI Mekkah ke KKHI Jeddah, KKHI Mekkah Ke Madinah dan atau KKHI
Madinah ke KKHI Jeddah.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan mekanisme evakuasi
Jemaah haji di Arab Saudi.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar evakuasi pada gelombang pertama dan kedua
jama’ah haji di Arab Saudi
2. Melakukan mekanisme evakuasi Jama’ah haji di Arab Saudi

Modul Pelatihan PPIH 2017 1


III. POKOK BAHASAN
1. Konsep Dasar Evakuasi
a. Pengertian evakuasi
b. Tujuan evakuasi
c. Kriteria/indikasi evakuasi
d. Prosedur evakuasi
2. Mekanisme Evakuasi Jama’ah Haji di Arab Saudi
a. Persiapan administrasi
b. Persiapan transportasi dan logistik (obat-obatan, makanan, minuman, tirkah,
dll)
c. Persiapan pasien
d. Persiapan petugas

IV. BAHAN AJAR


1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji,
Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta, Kementerian
Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran (T= 1
jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan
meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut :

Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran


1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah
dan hangat.

Modul Pelatihan PPIH 2017 2


c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang mekanisme rujukan
jemaah haji sakit di fasilitas kesehatah dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
materi konsepsi dasar evakuasi, dan mekanisme evakuasi jamaah haji yang
disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power point).

2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2 : Review pokok bahasan


1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal
sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang
diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Modul Pelatihan PPIH 2017 3


Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.
1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan setiap
kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
e. Memberikan satu simulasi tentang visitasi jamaah haji sakit

2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan /sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas
flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.

Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan


1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari hasil
diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti
jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.

Modul Pelatihan PPIH 2017 4


2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing – masing
pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.

Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar


1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 2 pertanyaan sesuai topik pokok
bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan yang
telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang evakuasi jamaah haji dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan haji
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara
bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan

2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran evakuasi jamaah
haji dalam pelaksanaan pelayanankesehatan haji.

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
KONSEP DASAR EVAKUASI
SUB POKOK BAHASAN
A. Pengertian Evakuasi
Proses pemindahan (evakuasi) jemaah haji sakit dari satu daerah kerja dengan
daerah kerja lain dengan mempergunakan ambulance dan didampingi petugas

Modul Pelatihan PPIH 2017 5


pembimbing ibadah dan kesehatan agar Jemaah haji sakit tetap dalam kondisi
perawatan dan pengawasan selama perjalanan serta sempurna ibadahnya.

Menurut Permenkes No.62 Tahun 2016, Evakuasi Jemaah Haji adalah kegiatan
pemindahan Jemaah Haji sakit dari satu lokasi ke lokasi lainnya sesuai proses
penyelenggaraan ibadah haji.

B. Tujuan evakuasi
Tujuan dilakukannya evakuasi adalah :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan jama’ah haji sakit
2. Memindahkan/ menghantarkan/ mendampingi jama’ah sakit menuju tempat
rangkaian ibadah yang harus dijalani
3. Memindahkan/menghantarkan/mendampingi jama’ah haji sakit yang akan
kembali ke tanah air

C. Kriteria Evakuasi
1. Jemaah haji sakit rawat inap yang berdasarkan hasil pemeriksaan medis
sudah layak (transportable) untuk dipindahkan ke tempat pelayanan
kesehatan lain namun tidak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan
ibadah bersama kloternya
2. Jemaah haji sakit yang sudah sembuh dan dibenarkan pulang ke kloternya
namun kloternya sudah pindah ke daerah kerja lain

D. Prosedur Evakuasi
1. Menyiapkan jemaah sakit yang kan di evakuasi
2. Menyiapakan keperluaan pasien dan pendamping seperti makanan dan
minuman
3. Menyiapkan dokumentasi keperawatan
4. Menyiapkan oksigen, cairan infus lengkap, obat-obatan,emergency kit,
urinal/pispot dan pispot
5. Mengatur posisi pasien di ambulance

Modul Pelatihan PPIH 2017 6


POKOK BAHASAN 2
MEKANISME EVAKUASI JAMA’AH HAJI DI ARAB SAUDI
A. Persiapan Administrasi:
1. Surat jalan ang dibuat oleh bagian administrasi KKHI bagi pasien dan petugas
ang akan mendampinginya
2. Pasport pasien
3. Pasport petugas dan atau pengganti pasport yang berlaku
4. Surat rujukan/keterangan ke KKHI ang dituju
5. Dokumentasi Keperawatan
6. Buku Kesehatan Haji Jemaah(BKJH)

B. Persiapan Transportasi dan Penunjang lainna


1. Persiapan kondisi ambulance yang layak operasional
2. Kelengkapan surat mobil ambulance
3. Kelengkapan alat-alat yang diperlukan selama perjalanan seperti emergency kit,
O2, cairan infus, nebulizer, pispot/urinal,obat-obatan, Tensimeter, Glukotest,
pulse oxymeter, dll.
4. Kebutuhan nutrisi selama perjalanan yang berkoordinasi dengan tim gizi

C. Persiapan Jemaah Sakit/Pasien


1. Kondisi klinis jemaah
2. Posisi pasien selama di ambulance (duduk/berbaring)
3. Program terapi selama perjalanan
4. Barang pribadi yang dimiliki pasien
5. Kebutahan nutrisi jemaah selama perjalanan
6. Pendamping keluarga yang turut bersama pasien bila memungkinkan
7. Kerapihan pasien

Modul Pelatihan PPIH 2017 7


D. Persiapan Petugas
1. Jadwal petugas yang secara bergiliran melakukan evakuasi seperti Dokter,
Perawat, supir ambulance.
2. Mengecek kelengkapan dokumen yang akan dibawa
3. Kondisi fisik dan mental petugas
4. Kelengkapan atribut dinas selama perjalanan
5. Kebutuhan nutrisi petugas selama perjalanan
6. Posisi petugas selama di ambulance
7. Kewaspadaan petugas selama perjalanan

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji,
Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta, Kementerian
Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji

Modul Pelatihan PPIH 2017 8


MEKANISME SAFARI WUKUF

I. DESKRIPSI SINGKAT
Tugassebagai Tim safari Wukuf meliputi peran yang di lakukan saat pelaksanaan
wukuf di Arofah.Salah satu rukun haji adalah wukuf. Wukuf ini dilakukan di
padang arafah pada tanggal 9 dzulhijah dimana seluruh jemaah haji berkumpul
berdiam diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bagi jemaah yang
mengalami sakit hal ini menjadi kendala. Untuk itu Kantor Kesehatan Haji Daker
Makkah selaku pelaksana pelayanan kesehatan di daerah Makkah melaksanakan
kegiatan safari wukuf. Suatu layanan menghadirkan jemaah sakit di Padang
Arafah agar dapat berkumpul dengan jutaan para Hujjaj seluruh dunia.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan mekanisme safari
wukuf jemaah haji di Arab Saudi

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Memahami konsep safari wukuf jemaah haji di Arab Saudi
2. Melakukan mekanisme safari wukuf di Arab Saudi

Modul Pelatihan PPIH 2017 1


III. POKOK BAHASAN
1. Konsep Safari Wukuf Jemaah Haji di Arab Saudi
a. Pengertian safari wukuf
b. Tujuan safari wukuf
c. Kriteria safari wukuf
d. Prosedur safari wukuf
2. Mekanisme Safari Wukuf Jemaah Haji di arab Saudi
a. Persiapan administrasi
b. Persiapan transportasi dan logistik (obat-obatan, makanan, minuman,
tirkah, dll)
c. Persiapan pasien
d. Persiapan petugas

IV. BAHAN AJAR


1. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Kesehatan Haji
2. Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji, Kementeraian Agama Tahun
2015
3. Modul Pelatihan PPIH, Kementerian Agama Tahun 2016
4. Toha Agus Muhammad, Cerita Indah Safari Wukuf,
http://puskeshaji.depkes.go.id/news/156/Cerita-Indah-Safari-Wukuf, 2016

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran
(T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses
pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun
langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah
dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
Modul Pelatihan PPIH 2017 2
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pemulangan jemaah
haji sakit/tanazul dengan metode curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
materi konsepsi dasar pemulangan jemaah haji sakit, dan mekanisme
pemulangan jemaah haji sakit yang disampaikan dengan menggunakan
bahan tayang (slide power point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2 : Review pokok bahasan


1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal
sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang
diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.


1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan setiap
kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
Modul Pelatihan PPIH 2017 3
e. Memberikan satu simulasi tentang pemulangan jemaah haji sakit/tanazul
dalam pada kesempatan penugasan.

2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas
flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.

Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan


1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari hasil
diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti
jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.
2.Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing –
masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.

Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar


1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 2 pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan secara acak kepada peserta.

Modul Pelatihan PPIH 2017 4


b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan yang
telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang pemulangan jemaah haji sakit dalam pelaksanaan
pelayanankesehatan haji
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara
bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran pemulangan
jemaah haji sakit dalam pelaksanaan pelayanankesehatan haji.

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
KONSEP SAFARI WUKUF JEMAAH HAJI DI ARAB SAUDI
A. Pengertian safari wukuf
Safari wukuf adalah pelaksanaan wukuf bagi jemaah sakit yang dirawat di
KKHI, Rumah Sakit Arab Saudi maupun jemaah sakit yang diusulkan oleh
kloter dengan menggunakan kendaraan khusus dalam posisi berbaring
maupun dalam posisi duduk.

B. Tujuan safari wukuf


Memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan sebaik baiknya melalui
sistem dan manajemen penyelenggaraan yang terpadu dan terkoordinasi
antara kabid kesehatan, kasi kesehatan KKHI dengan pelayanan ibadah dan
kasi transportasi daerah kerja mekah dan kementerian kesehatan Haji Arab
Saudi

C. Kriteria safari wukuf


1. Penyakit Jantung
• Congestive Heart Failure Class NYHA III dan IV
• Hipertensi Emergensi ( Tekanan Darah diatas 180/ 120) yang tidak
terkontrol dengan tiga macam obat anti Hipertensi

Modul Pelatihan PPIH 2017 5


• Edema Paru kardiogenik dan non Kardiogenik
• Satu bulan masa MCI ( Myocardial Infarct)
2. Penyakit Paru
• PPOK stadium lanjut dengan eksaserbasi akut, atau membutuhkan long
time oksigen therapy atau dukungan ventilator
• Asma persistent berat dengan eksaserbasi akut dengan nilai spirometri
obstruksi berat dan sangat berat
• Karsinoma paru stadium lanjut atau dengan penyulit atau dengan
penyulit serta indeks Karnofski kurang dari 20%
• Hemoptisis Massive atau Hb < 10 %
3. Penyakit Dalam
• Ensefalopati Hepatikum grade 3 dan 4
• Koma Umerikum
• Koma Ketoasidosis dan hiperosmolar state
4. Saraf
• Cerebrovaskular Disease dengan GCS kurang dari 10
• Meningitis dan Ensefalitis
5. Psikiatri
• Demensia ; yang mengalami hilang akal , orientasi terganggu, ingatan
terganggu, perawatan diri terganggu ( makan, minum, mandi serta
ibadah) walaupun dengan bantuan orang lain
• Psikosis ; hilang akal, halusinasi, perawatan diri terganggu dan tidak
dilakukan walaupun dengan bantuan orang lain
• Jemaah dengan gaduh, gelisah dan potensi timbul agitasi ( marah,
mengamuk dan agresifitas)

D. Prosedur safari wukuf


Dijelaskan didalam pengertian safari wukuf bahwasanya
dalampelaksanaannya membutuhkan koordinasi berbagai pihak guna
melaksanakan kegiatan tersebut, karenanya diperlukan beberapa tahapan
kegiatan dalam memperisapkan pelaksanaannya, yaitu :

Modul Pelatihan PPIH 2017 6


1. Pertemuan persiapan koordinasi
2. Pendataan Jemaah haji yang akan di safari wukuf kan dan di badalkan baik
yang berada di Rumah Sakit Arab Saudi maupun yang sedang di rawat di
KKHI.
3. Selain itu kloter juga dapat mengajukan jemaahnya untuk di lakukan
pemeriksaan oleh penanggung jawab safari wukuf apakah masuk ke dalam
kriteria
4. Mempersiapkan kebutuhan dan perlengkapan safari wukuf
Kebutuhan disini berupa yang berkaitan dengan pakaian ihram yang akan
digunakan, obat-obatan jemaah, alat kesehatan, tenaga kesehatan,
tenaga pembimbing ibadah
5. Menarik seluruh jemaah sakit yang berada di sektor yang memenuhi
kriteria untuk di safari wukufkan
6. Menyiapkan penandaan ( Labeling) untuk seluruh jemaah sakit yang akan
di safari wukufkan

Persiapan Safari Wukuf


Persiapan pelaksanaan safari wukuf perlu dilakukan dikarenakan melibatkan
berbagai petugas yang terkait, didalam persiapan dilakukan hal-hal berikut :
• Penentuan kriteria jemaah sakit untuk safari wukuf
• Penentuan fasilitas safari wukuf
✓ Perlengkapan jemaah haji sikit untuk wukuf
✓ Trasnportasi untuk safari wukuf sesuai jumlah jemaah sakit, jenis
kendaraan, posisi jemaah sakit duduk atau berbaring
✓ Persiapan jemaah sakit
✓ Kelengkapan jemaah haji sakit
✓ Obat-obatan dan alat kesehatan
✓ Konsumsi
• Seleksi jemaah haji sakit untuk safari wukuf
• Penampungan jemaah haji sakit pasca seleksi di KKHI
• Penentuan rute dan jam keberangkatan
• Tenaga Pelaksana Safari Wukuf

Modul Pelatihan PPIH 2017 7


Tim pelaksana safari wukuf terdiri dari lintas fungsi secara terpadu yaitu
petugas kesehatan, pelayanan umum dan pembimbing ibadah yang
bekerja di daker dan sektor.

POKOK BAHASAN 2
MEKANISME SAFARI WUKUF JEMAAH HAJI DI ARAB SAUDI
A. Persiapan Administrasi
1. Rapat koordinasi persiapan dengan Daker
2. Membentuk tim safari wukuf, membuat daftar dan jadwal rencana kegiatan
3. Menentukan dan menyepakati kriteria/ ketentuan jemaah sakit untuk safari
wukuf diluar ketentuan yang ada
4. Memberikan informasi/edaran yang terkait pelaksanaan safari wukuf pada
Sektor,Kloter dan pihak terkait lainnya
5. Mengiventarisir daftar jemaah yang akan safari wukuf dan badal
6. Kelengkapan atribut haji seperti gelang identitas jemaah dan gelang petugas
7. Mengiventarisir daftar jemaah yang masih dirawat di RSAS untuk
menentukan badal atau bisa ikut safari wukuf
8. Melakukan koordinasi dengan Daker tentang jumlah jemaah safari wukuf
dan badal

B. Persiapan Transportasi dan Logistik (obat-obatan, makanan, minuman, tirkah,


dll)
1. Persiapan bis seperti jumlah bis yang disediakan
2. Pengaturan jumlah posisi pasien yang duduk dan berbaring
3. Persiapan bis yang dipakai untuk berbaring dengan melepas bangku yang
ada di bis
4. Kelengkapan alat-alat kesehatan didalam setiap bis yang diperlukan selama
perjalanan seperti emergency kit, O2, cairan infus, nebulizer, ekg, bantal,
kasur, alat tenun, pispot/urinal, obat-obatan, tensimeter, glukotest, pulse
oxmeter, dll.
5. Alat evakuasi pasien dari ruang perawatan ke bis dan sebaliknya
6. Kebutuhan nutrisi selama perjalanan ang berkoordinasi dengan tim gizi

Modul Pelatihan PPIH 2017 8


C. Persiapan Pasien
1. Seleksi jemaah yang akan ikut safari wukuf
2. Kondisi klinis jemaah sakit yang terlemah diprioritaskan terakhir di evakuasi
ke bis dan saat kembali diprioritaskan diturunkan terlebih dahulu ke ruang
perawatan
3. Posisi pasien selama di bis/ambulance (duduk/berbaring)
4. Program terapi selama perjalanan
5. Barang pribadi yang dimiliki pasien
6. Kebutahan nutrisi jemaah sakit selama perjalanan
7. Kerapihan pasien yang berpakaian ihram yang sesuai

D. Persiapan Tugas
1. Pra ARMINA
• Melakukan koordinasi dengan Tim Safari Wukuf seperti Dokter, Farmasi,
Perbekkes, Gizi, Sanitasi dan Surveilance, Siskohatkes, dan Administrasi
tentang persiapan yang diperlukan selama pelaksanari safari wukuf.
• Menyiapkan kebutuhan jemaah safari wukuf seperti baju ihram laki-laki
dan perempuan, alat tenun,selimut,alat mandi, emergency kit, alat-alat
kesehatan, tempat tidur, selimut, sendal, pita, obat-obatan,
makanan/minuman ,kursi roda, tandu,papan nama atau name tag sebagai
tanda identitas pasien,dll.
• Menyiapkan jadwal perawat yang bertugas mulai dari memandikan
sampai dengan melakukan evakuasi dan pendampingan di dalam bis.
• Menyiapkan form informed consent safari wukuf dan dokumentasi
keperawatan

2. ARMINA :
• Menyiapkan jemaah safari wukuf dimulai dari memandikan, memakai
pakaian ihram, dan menuntun membaca niat dan sholat 2 rakaat.
• Memastikan keperluan pasien seperti alat-alat kesehatan, obat-
obatan,makanan dan minuman, dan keperluan lainnya sudah di dalam
bis.

Modul Pelatihan PPIH 2017 9


• Melakukan evakuasi jemaah dari KKHI Mekkah dengan menggunakan
kursi roda, tandu, dituntun, maupun di gendong ke dalam bis.
• Mengecek kembali jemaah di KKHI, jangan sampai ada yang tertinggal
• Mendampingi jemaah haji mulai dari Mekkah menuju Arofah sampai
kembali lagi ke Mekkah dengan memantau kondisi mereka dengan ketat
dengan melakukan visitasi di bis/ambulance
• Memberikan pelayanan kesehatan selama di dalam bis seperti makan
obat-obatan , mengatur posisi, mengukur TTV dan lain-lain serta
memberikan bantuan bila terjadi kegawatdaruratan.
• Memfasilitasi ibadah jemaah dengan menuntun/membimbing proses
ibadahnya
• Memberikan makanan dan minuman yang sudah disediakan
• Mengembalikan jemaah safari wukuf dari bis ke posisi semula di ruang
perawatan sesuai tanda yang sudah dipasang.

3. Pasca AMINA
• Melakukan perawatan pasca Armina di ruang perawatan
• Melakukan koordinasi dengan Sektor/Kloter tentang pemulangan jemaah
kembali ke Sektor/Kloter
• Melakukan koordinasi dengan PIJU/Karu/Karom/Ketua kloter tentang
rangkaian ibadah selanjutnya seperti pelaksanaan thawaf ifadah, lontar
jumroh ,dll.
• Membuat laporan hasil pelaksanaan safari wukuf dan status ibadah
jemaah

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Kesehatan Haji
2. Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji, Kementeraian Agama Tahun
2015
3. Modul Pelatihan PPIH, Kementerian Agama Tahun 2016
4. Toha Agus Muhammad, Cerita Indah Safari Wukuf,
http://puskeshaji.depkes.go.id/news/156/Cerita-Indah-Safari-Wukuf, 2016

Modul Pelatihan PPIH 2017 10


VISITASI JEMAAH HAJI SAKIT DI FASILITASI
PELAYANAN KESEHATAN

I. DESKRIPSI SINGKAT
Program visatasi Jemaah haji merupakan salah satu program pembinaan
danperlindungan kesehatan haji kepada jamaah haji sakit yang dilaksanakan di arab
Saudi. Petugas kesehatan haji di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) serta di
sektor-sektor sengaja mengadakan pendekatan dengan para jemaah dengan cara
secara rutin melakukan kunjungan pendekatan ke pondokan para jemaah sekaligus
memberikan bimbingan di bidang kesehatan dan konsultasi serta nasihat bagi
mewujudkan ibadah secara sehat.

Menurut permenkes no.62 tahun 2016, visitasi dilaksanakan oleh Panitia


Penyelenggara Ibadah Haji (PPHI), Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), dan/atau
Tenaga pendukung Kesehatan (TPK).

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan visitasi Jemaah haji sakit
di fasilitas pelayanan

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar visitasi jama’ah haji sakit di pelayanan kesehatan
2. Melakukan mekanisme visitasi Jemaah haji sakit di fasilitas kesehatan

III. POKOK BAHASAN


1. Konsep dasar visitasi
a. Pengertian visitasi
b. Alur visitasi
c. Lokasi visitasi/tempat visitasi

Modul Pelatihan PPIH 2017 1


2. Mekanisme visitasi
a. Persiapan visitasi
b. Persiapan transportasi
c. Koordinasi dengan tim

IV. BAHAN AJAR


1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji,
Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta, Kementerian
Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran (T= 1
jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan
meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut :

Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran


1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah dan
hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang visitasi jemaah haji sakit di
fasilitas kesehatah dengan metode curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang materi
konsepsi dasar visitasi, dan mekanisme visitasi jamaah haji sakit yang
disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power point).

Modul Pelatihan PPIH 2017 2


2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2 : Review pokok bahasan


1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal
sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang
diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.


1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan setiap
kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
e. Memberikan satu simulasi tentang visitasijamaah haji sakit

Modul Pelatihan PPIH 2017 3


2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan /sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas
flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.

Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan


1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari hasil
diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti
jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing – masing
pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.

Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar


1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 2 pertanyaan sesuai topik pokok
bahasan secara acak kepada peserta.

Modul Pelatihan PPIH 2017 4


b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan yang
telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang visitasi jamaah haji sakit dalam pelaksanaan
pelayanankesehatan haji
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara
bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan

2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran pemulangan
jamaah haji sakit dalam pelaksanaan pelayanankesehatan haji.

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
KONSEP DASARVISITASI
A. Pengertian Visitasi
Visitasijamaah haji adalah upaya yang dilakukan untuk memantau kondisi
kesehatan jamaah haji dan respon nya serta bimbingan kesehatan di kelompok
terbang (kloter) yang dilakukan setiap saat agar tercapainya jamaah haji sehat.
Sasaran visitasi jamaah haji adalah semua Jemaah haji dengan prioritas
Jemaah usia lanjut terutama yang ada di pondokan dan jamaah haji sakit yang
dirawat di sektor, KKHI, dan RS Arab Saudi

Modul Pelatihan PPIH 2017 5


B. Alur visitasi
Pelaksana Sasaran/lokasi Keterangan

RS ARAB SAUDI
TKR KKHI

SEKTOR

TKHI

KLOTER
TGC

C. Lokasi / tempat visitasi


1. Visitasi Kloter/sektor
Kegiatan visitasi di kloter berupa pemantauan dan respon serta bimbingan
kesehatan yang lain meliputi:
a. Deteksi adanya masalah kesehatan (menderita sakit atau problem
kesehatan lainnya)
b. Deteksi adanya kondisi yang berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan, baik pada diri jamaah, maupun kondisi lingkungan (jammah
lain, atau tempat tinggal)
c. Timbul tindakan pemeriksaan, pengobatan, dan pemeliharaan kesehatan
d. Timbul tindakan preventif dan promotif dengan sasaran semua jammah,
dan diprioritaskan pada jamaah usia lanjut serta jamaah dengan penyakit
yang secara epidemiologi terbukti menjadi penyebab kematian terbanyak
yaitu: penyakit sistem sirkulasi (hipertensi, infark miokard akut, penyakit
jantung coroner) dan sistem pernafasan (penyakit paru obstruksi kronik,
udem paru).

Modul Pelatihan PPIH 2017 6


Cara Visitasi di kloter sebagai berikut:
a. Pada saat pelayanan klinik (jamaah datang berobat, konsultasi
anjangsana). Di samping tindakan terhadap jamaah yang berobat
tersebut, dokter juga melakukan visitasi pada orang-orang yang sekamar
atau satu rombongan yang mengantar jamaah berobat.
b. Visitasi ke kamar-kamar jamaah yang direncanakan dokter atau perawat
melakukan kunjungan ke kamar-kamar jamaah atau tempat-tempat
berkumpulnya jamaah.

Cara praktis yang dapat dilakukan adalah :


Bertemu dengan kelapa kelompok atau yang ditokohkan, membahas 4
kegiatan visitasi di atas terhadap jamaah, keluarga dan teman-teman lain
dalam satu kamar atau satu rombongan.
Melakukan pemeriksaan dengan melihat, bertanya dan atau memeriksa
fisik apabila diperlukan terhadap keseluruhan jamaah yang ada dalam
ruangan tersebut. Tanda-tanda adanya masalah kesehatan antara lain:
1) Jamaah usia lanjut terlihat menyendiri ada keluarganya
2) Jamaah usia lanjut mengeluh tidak bisa tidur, tidak mau makan,
capai/lemas dan tidak kuat lagi ke masjid
3) Jamaah demam, batuk, penyakit menular akan cepat sekali menular
dalam satu kamar
4) Kamar dengan penghuni padat orang atau barang, tanpa ventilasi,
pengap,panas
5) Adanya beberapa jamaah sakit dengan gejala sama mengindikasikan
adanya KLB, perlu investigasi lebih teliti.
c. Visitasi tanpa rencana, adalah kegiatan sama dengan nomor b, tetapi
tidak ada rencana. Ini biasanya dilakukan ndalam rangka silaturrahmi
d. Koordinasi dengan petugas kloter, ketua rombongan dan ketua regu serta
jamaah untuk melakukan kegiatan visitasi tersebut di atas sesuai dengan

Modul Pelatihan PPIH 2017 7


kemampuannya masing-masing. Jika ada masalah kesehatan perlu
diinformasikan kepada petugas kesehatan.

2. Visitasi KKHI
Visitasi di KKHI dilakukan oleh dokter spesialis sesuai diagnosis yang sudah
ditetapkan. Tempat visitasi di KKHI yaitu, ruang rawat pria, ruang rawat
wanita, ICU, dan ruang rawat jiwa .

3. Visitasi RS Arab Saudi


Visitasi jamaah sakit di RS Arab Saudi dilakukan oleh Tim Visitasi. Tugas
Tim Visitasi adalah :
1. Menanyakan kondisi /perkembangan kesehatan jamaah sakit kepada
Tim/dokter Rs Arab Saudi
2. Mengetahui tindakan medis yang telah dan akan dilakukan
3. Menanyakan perkembangan keselatan/prognosis nya
4. Apabila jamaah sakit sudah di bolehkan pulang maka jamaah sakit harus
dibawa ke KKHI untuk pemulihan minimal 1 hari tergantung kondisi
jamaah dan hasil pemeriksaan dokter spesialisasi sebelum dipulangkan
ke pondokkan.

POKOK BAHASAN 2
MEKANISME VISITASI
A. Persiapan Visitasi
Sebelum melakukan visitasi, maka seorang perawat perlu menyiakan sarana dan
prasarana serta penunjang lainnya yang dibutuhkan di dalam kegiatan visitasi,
yaitu antara lain:
1. Tim kesehatan (dokter, perawat, gizi, kesling) yang sudah ditunjuk sebagai tim
visitasi.
2. Alat-alat penunjang medis dan keperawatan, seperti; tensi meter, termometer,
stetoscope, penlight, dll).

Modul Pelatihan PPIH 2017 8


3. Dokumentasi yang dibutuhkan pada saat visitasi, seperti; format pengkajian,
format rujukan, format tindakan, format terintegrasi, format asuhan
keperawatan.
4. Identitas petugas kesehatan, seperti gelang, pitoko, seragam, dll.
5. Data pondokan / hotel jama’ah haji baik yang di Mekkah, Madinah, Jeddah,
Minna, Arrofah.
6. Daftar nama karom dari masing-masing kloter untuk koordinasi
7. Schedule kegiatan visitasi
8. Tupoksi dari masing-masing petugas visitasi

B. Persiapan transportasi
Alat transportasi yang digunakan pada saat tim kesehatan visitasi menggunakan
mobil ambulance yang sudah disiapkan berupa saranapenunjang kesehatan
jama’ah termasuk supir ambulancenya. Hal tersebut bertujuan untuk kelancara
memberikan pembinaan terhadap semua jemaah haji yang berada di arab saudi
berupa deteksi dini terutama masalah kesehatan dan memberikan perlindungan
kepada Jemaah haji sakit yang dirawat di sector, KKHI dan RS Arab Saudi
termasuk kelancaran dalam proses rujukan pada saat ada jama’ah haji yang harus
dirujuk ke sektor, KKHI, atau RSAS yang terdekat. Adapun persiapan transportasi
meliputi:
1. Persiapan kondisi ambulance yang layak operasional
2. Kelengkapan surat mobil ambulance
3. Kelengkapan alat-alat yang diperlukan selama perjalanan seperti emergency
kit, O2, cairan infus, nebulizer, pispot/urinal,obat-obatan, Tensimeter, Glukotest,
pulse oxymeter, dll.
4. Kebutuhan nutrisi selama perjalanan yang berkoordinasi dengan tim gizi

C. Koordinasi dengan tim


Dalam pelaksanaan visitasi, perawat berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya,
seperti dengan dokter, sesama perawat, tenaga gizi, tenaga kesling, tenaga
sansur, dan tenaga kesehatan lainnya, selain dengan sesama tenaga kesehatan

Modul Pelatihan PPIH 2017 9


tim visitasi (perawat) berkoordinasi juga dengan Tenaga Pendukung Kesehatan
(TPK), seperti karom, ketua kloter, ketua regu, ka sektor, dan ka daker.
Koordinasi dengan petugas kloter, ketua rombongan dan ketua regu serta jamaah
untuk melakukan kegiatan visitasi tersebut di atas sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.Jika ada masalah kesehatan perlu diinformasikan kepada petugas
kesehatan.

Petugas TKHI akan berkoordinasi dengan tim visitasi melakukan visitasi di


pondokan sesuai jadwal yang sudah buat baik kepada jamaah haji yang berisiko
tinggi maupun jammaah haji yang sehat. Tujuan dari visitasi ini adalah menjaga
agar Jemaah Haji tetap dalam kondisi sehat selama perjalanan ibadah haji, dan
mendeteksi dini suatu penyakit yang cepat diketahui dan ditangani.

Selain petugas TKHI, petugas PPIH (TGC dan TKR sektor) bersama dengan Tim
Pendukung Kesehatan juga melalukan visitasi dipondokan dan sektor sedangkan
di RS Arab Saudi dilakukan oleh TKR dan TPK yang ada di KKHI.

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan
Haji, Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta,
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji

Modul Pelatihan PPIH 2017 10


MEKANISME PEMULANGAN (TANAZUL) JEMAAH HAJI SAKIT

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada jemaah haji
Indonesia, telah menyadiakan sarana pelayanan kesehatan terbatas di tiga daerah
kerja yaitu Makkah, Madinah dan Jeddah.Pemerintah Arab Saudi sesuai dengan
Taklimatil Hajj telah menyiapkan seluruh rumah sakit pemerintah sebagai pusat
rujukan tertinngi secara gratis.

Bagi jemaah haji yang masih dirawat, bila menurut menilaian dokter tidak laik
meneruskan perjalan ibadahnya bahkan akan memperberat penyakitnya, maka dapat
dilakukan pemulangan lebih awal (dini)/tunda dari jadwal atau kelompok terbangnya
(kloter) yang telah ditelah ditentukan. Sedangkan jemaah haji yang masih rawat inap
di rumah sakit sampai masa operasional haji selesai maka proses pemulangannya
diserahterimakan kepada Konjen RI.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan mekanisme
pemulangan(tanazul) jemaah haji sakit
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep mekanisme pemulangan jemaah haji sakit
2. Melakukan mekanisme pemulangan (tanazul) jemaah haji sakit

III. POKOK BAHASAN


1. Konsep dasar pemulangan jemaah haji sakit
a. Pengertian tanazul
b. Tujuan tanazul
c. Kriteria tanazul
d. Prosedur tanazul

Modul Pelatihan PPIH 2017 1


2. Tatalaksana pemulangan (tanazul) jemaah haji sakit
a. Persiapan kelengkapan administrasi
b. Persiapan transportasi dan logistik (obat-obatan, makanan, dll)
c. Persiapan pasien / jemaah
d. Koordinasi tim tanazul

IV. BAHAN AJAR


1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji,
Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta, Kementerian
Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
3. Kementerian Agama RI, Standar Operating Procedure PPIH Arab Saudi Daerah
Kerja – Makkah , Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran (T= 1
jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan
meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah dan
hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pemulangan jemaah haji
sakit/tanazul dengan metode curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
materi konsepsi dasar pemulangan jemaah haji sakit, dan mekanisme

Modul Pelatihan PPIH 2017 2


pemulangan jemaah haji sakit yang disampaikan dengan menggunakan bahan
tayang (slide power point).

2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2 : Review pokok bahasan


1. Kegiatan Fasilitator
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal
sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang
diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.


1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan setiap
kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.

Modul Pelatihan PPIH 2017 3


e. Memberikan satu simulasi tentang pemulangan jemaah haji sakit/tanazul
dalam pada kesempatan penugasan.

2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas
flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.

Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan


1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari hasil
diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti
jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing – masing
pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.

Modul Pelatihan PPIH 2017 4


Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar
1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 2 pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan yang
telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang pemulangan jemaah haji sakit dalam pelaksanaan
pelayanankesehatan haji
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara
bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan

2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran pemulangan
jemaah haji sakit dalam pelaksanaan pelayanankesehatan haji.

VI. URAIAN MATERI


POKOK BAHASAN 1
KONSEP DASAR PEMULANGAN JEMAAH HAJI SAKIT
A. Pengertian Pemulangan Jemaah Haji Sakit
Pemulangan jemaah haji sakit terbagi dua yaitu, pemulangan dini/tunda dan
pemulangan akhir.Pemulangan dini/tunda jemaah haji sakit adalah pemulangan
ke Indonesia yang dilakukan lebih dini/tunda dari jadwal atau kelompok
terbangnya (kloter) yang telah di tentukan. Pemulangan dini/tunda ini ditentukan
berdasarkan penilaian dokter dikarenakan jemaah tersebut tidak laik untuk
meneruskan perjalanan ibadahnya bahkan dapat memperberat
penyakitnya.Tetapi dengan catatan jemaah haji telah melaksanakan seluruh
rukun dan wajib rangkaian ibadah haji.

Modul Pelatihan PPIH 2017 5


Jemaah haji yang masih rawat inap di Rumah Sakit setelah operasional haji
diserahterimakan kepada Konjen RI.Pemulangan akhir jemaah haji terpaksa
dilaksanakan setelah penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi selesai.

B. Tujuan tanazul
Tujuan dari pemulangan (tanazul) jemaah haji sakit baik pemulangan dini/tunda
dan pemulangan akhir adalah terfasilitasinya jemaah haji sakit yang akan kembali
ke Indonesia lebih awal/akhir dari jadwal kelompok terbangnya atau setelah masa
opersasional dengan aman dan nyaman.

C. Kriteria pemulangan jemaah haji sakit


Kriteria jemaah haji pulang dini/tunda adalah jemaah haji yang menderita sakit :
1. Penyakit yang menganggu atau membahayakan jemaah haji yang lain, antara
lain: penyakit jiwa
2. Penyakit yang sulit disembuhkan bahkan bisa ditambah berat dalam waktu
dekat misalnya penyakit jantung, Asma, PPOK, dan hipertensi berat

Persyaratan pemulangan dini/tunda:

1. Jema’ah haji yang pulang dini/tunda ditentukan oleh Tim Dokter Kantor
Kesehatan Haji Indonesia (KKHI)
2. Disetujui oleh yang bersangkutan dan keluarga
3. Tersedia tempat di pesawat baik posisi baring maupun posisi duduk
4. Sudah melaksanakan kesempurnaan ibadah haji
5. Telah memenuhi administrasi operasional ibadah haji

Kriteria pemulangan Akhir jemaah haji sakit dilaksankan Karena:


1. Masih dalam perawatan di RSAS yang belum memungkinkan untuk
dipulangkan
2. Kondisi kesehatan jemaah haji tidak laik terbang

Modul Pelatihan PPIH 2017 6


D. Prosedur Pemulangan (tanazul)
Prosedur pelaksanaan pemulangan dini/tunda jemaah haji :
1. Tim dokter KKHI Jeddah, Makkah, dan Madinah melakukan pemeriksaan
terhadap jemaah haji sakit yang akan dipulangkan dini baik dari kloter, KKHI,
atau RSAS
2. Petugas KKHI menginformasikan nama-nama jemaah haji/keluarga
pendamping yang akan pulang dini kepada Tim pelayanan pemulangan di
Daker masing-masing
3. Tim pelayanan pemulangan Daker menyampaikan informasi kepada petugas
KKHI tentang fasilitas yang tersedia selambat-lambatnya 4 hari sebelum hari
keberangkatan pulang (EDT)
4. Tiga hari (72 hari) sebelum rencana pemulangan, dokter KKHI melakukan
pemeriksaan/memantauan kondisi pasien yang dirawat di KKHI/RSAS untuk
menentukan apakah pasien memenuhi persyaratan laik terbang sesuai kriteria
sebagai berikut :
a) Tidak memerlukan oksigen terus-menerus
b) Tidak ada gangguan “Haemodynamic Cardiovascular”
c) Tidak dalam kondisi gaduh gelisah
5. Bila persyaratan tersebut diatas telah dipenuhi, maka petugas KKHI
berkoordinasi dengan dokter RSAS (untuk penerbangan Saudi) untuk
memperoleh surat keterangan “Laik Terbang” (medif). Bila menggunakan GIA,
maka yang mengeluarkan medif cukup dokter KKHI.
6. Kemudian surat keterangan tersebut diserahkan kepada Tim pemulangan
untuk pengurusan seat jemaah sakit sesuai posisi (duduk atau tidur) di
pesawat.
7. Petugas bimbingan ibadah melakukan pengecekan dan pencatatan
perlengkapan rukun dan wajib haji penderita
8. Khusus bagi jemaah haji sakit yang dirawat di RSAS sebelum diberangkatan
dievaluasi terlebih dalahulu di KKHI selama 24 jam untuk memantau
perkembangan kesehatannya.

Modul Pelatihan PPIH 2017 7


9. Tim pemulangan menginformasikan jadwal keberangkatan pasien yang pulang
dini kepada petugas KKHI untuk persiapan jemaah
10. Bagi jemaah haji dalam posisi baring yang memerlukan stretcher (5 seat untuk
pesawat Saudi dan 3 seat untuk garuda) atau tabung oksigen, maka petugas
KKHI harus menginformasikan kepada tim pemulangan 5 hari sebelum jadwal
keberangkatan untuk dilaporkan kepada pihak penerbangan untuk permintaan
kesediaan seatnya.
11. Apabila telah siap untuk diberangkatkan jemaah haji dievakuasi ke bandara
tujuan (di Madinah 1 jam sebelum keberangkatan, ke Jeddah 12 jam sebelum
keberangkatan).

Prosedur pelaksanaan pemulangan Akhir jemaah haji :


1. Proses pemulangan akhir jemaah haji sakit menjadi tanggung jawab Konsul
Jendral RI dan setelah kondisi jemaah haji membaik tanpa didampingi
keluarga
2. Setelah jemaah haji laik terbang, maka akan dipulangkan ke Indonesia
dengan didampingi oleh petugas Konjen RI
3. Jemaah haji akan dikembalikan sampai daerah asal dengan didampingi oelh
petugas kementerian Agama
4. Seluruh biaya selama dalam perawatan di RSAS dan perjalanan kembali ke
tanah air ditanggung oleh Pemerintah RI (Kementerian Agama).

Menurut pasal 24 dan 25 Permenkes No.62 tahun 2016, jemaah haji pasca rawat
dari RSAS yang dipulangkan ke Indonesia pasca operasional haji dan
memerlukan perawatan di rumah sakit, dapat dirujuk ke RS rujukan. Rujukan
jemaah haji ditentukan oleh dokter pemeriksa pada Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) dengan mempertimbangkan surat keterangan RS di Arab Saudi dan
kondisi kesehatan terkini.

Modul Pelatihan PPIH 2017 8


VII. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
MEKANISME PEMULANGAN (TANAZUL) JEMAAH HAJI SAKIT
A. Persiapan kelengkapan administtrasi
Sebelum pemulangan jemaah haji sakit yang dikategorikan sudah tidak layak
untuk meneruskan perjalanan ibadah dan dapat memperberat penyakitnya
dibutuhkan persiapan kelengkapan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk
proses pemulangan dini , yaitu :
1. Daftar jemaah haji sakit yang perlu dipulangkan dini
2. Informasi & biodata jemaah haji sakit pulang dini/akhir
3. Resume medis dari dokter TKHI dengan mengisi form dalam Bahasa
inggris/arab
4. Informasi fasilitas untuk kepulangan dini jemaah haji terutama seat/stretcher
sesuai dengan penerbangan
5. Mengurus status layak terbang (mdif) :
- Untuk Saudi airline diperlukan surat rekomendasi layak terbang dari
dokter RSAS
- Untuk Garuda airline status layak terbang dibuat oleh dokter
penerbangan garuda/KKHI
6. Surat keterangan kelengkapan ibadah (kelengkapan rukun & wajib haji
jemaah haji sakit)
7. Paspor dan boarding pass jemaah haji sakit
8. Mempersiapkan evakuasi pasien :
- Formulir evakuasi pasien
- Surat jalan evakuasi

B. Persiapan Transportasi dan Logistik


1. Persiapan kondisi ambulance yang layak operasional
2. Kelengkapan surat mobil ambulance

Modul Pelatihan PPIH 2017 9


3. Kelengkapan alat-alat yang diperlukan selama perjalanan seperti emergenc
kit, O2, cairan infus, nebulizer, pispot/urinal,obat-obatan, Tensimeter,
Glukotest, pulse oxmeter, dll.
4. Kebutuhan nutrisi selama perjalanan ang berkoordinasi dengan tim gizi

C. Persiapan Pasien / Jemaah


1. Seleksi jemaah tanazul
2. Jemaah/keluarga sudah menandatangani persetujuan Tanazul
3. Jemaah/keluarga sudah melaksanakan kesempurnaan ibadah haji
4. Kondisi klinis jemaah sakit yang diprioritaskan tanazul awal/akhir
5. Posisi pasien selama ambulance (duduk/berbaring)
6. Program terapi selama perjalanan
7. Kelengkapan dokumen jemaah/keluarga
8. Barang pribadi yang dimiliki pasien
9. Kebutahan nutrisi jemaah sakit selama perjalanan
10. Kerapihan pasien yang berpakaian ihram yang sesuai

D. Koordianasi Tim Tanazul


Tim terdiri dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tanazul, adapun koordinasi yang dilakukan seperti:
1. Berkoordinasi dengan Daker mengenai daftar jemaah/keluarga yang akan
tanazul sehubungan dengan persiapan pasport, seat pesawat, jadwal kloter
yang dititipkan
2. Membuat jadwal jemaah tanazul, tanggal evakuasi, tujuan evakuasi, no
kloter/embarkasi yang akan dititipkan, jam penerbangan, dan airline yang
dipergunakan
3. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang akan menerima/mengantar
jemaah/keluarga masuk sampai bandara/pesawat
4. Membuat jadwal daftar petugas yang terdiri dari Dokter, Perawat, Supir
ambulance yang berangkat mendampingi jemaah/ keluarga sampai ke
bandara

Modul Pelatihan PPIH 2017 10


5. Membuat dokumen/surat jalan yang ditujukan kepada KKHI / petugas
kesehatan yang menerima jemaah/keluarga tanazul
6. Menghubungi petugas kesehatan yang akan menerima apabila sudah
berangkat menuju lokasi

E. Alur pemulangan jemaah haji sakit

KKHI MEKKAH KKHI JEDDAH KLINIK OKTAGON

RSAS MEKKAH KLOTER/ RSAS JEDDAH


SEKTOR
BANDARA

RSAS MADINAH

POKOK BAHASAN 2

MEKANISME PEMULANGAN JEMAAH HAJI SAKIT

A. Persiapan Pemulangan
Sebelum pemulangan jemaah haji sakit yang dikategorikan sudah tidak layak untuk
meneruskan perjalanan ibadah dan dapat memperberat penyakitnya dibutuhkan
persiapan kelengkapan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk proses
pemulangan dini , yaitu :
1. Daftar jemaah haji sakit yang perlu dipulangkan dini
2. Informasi & biodata jemaah haji sakit pulang dini/akhir
3. Resume medis dari dokter TKHI dengan mengisi form dalam Bahasa inggris/arab
4. Informasi fasilitas untuk kepulangan dini jemaah haji terutama seat/stretcher
sesuai dengan penerbangan

Modul Pelatihan PPIH 2017 11


5. Mengurus status layak terbang (mdif) :
- Untuk Saudi airline diperlukan surat rekomendasi layak terbang dari dokter
RSAS
- Untuk Garuda airline status layak terbang dibuat oleh dokter penerbangan
garuda/KKHI
6. Surat keterangan kelengkapan ibadah (kelengkapan rukun & wajib haji jemaah
haji sakit)
7. Paspor dan boarding pass jemaah haji sakit
8. Mempersiapkan evakuasi pasien :
- Formulir evakuasi pasien
- Surat jalan evakuasi
Dalam persiapan pemulangan jemaah haji sakit sangat dibutuhkan komunikasi dan
koordinasi pihak- pihak yang terlibat seperti petugas kesehatan di KKHI, pihak
penerbangan terkait, petugas kloter, pihak muasasah dan pihak daker Makkah.

B. Pelaksanaan Pemulangan
Prosedur pelaksanaan pemulangan dini/tunda jemaah haji :
1. Tim dokter KKHI Jeddah, Makkah, dan Madinah melakukan pemeriksaan
terhadap jemaah haji sakit yang akan dipulangkan dini baik dari kloter, KKHI,
atau RSAS
2. Petugas KKHI menginformasikan nama-nama jemaah haji/keluarga pendamping
yang akan pulang dini kepada Tim pelayanan pemulangan di Daker masing-
masing
3. Tim pelayanan pemulangan Daker menyampaikan informasi kepada petugas
KKHI tentang fasilitas yang tersedia selambat-lambatnya 4 hari sebelum hari
keberangkatan pulang (EDT)
4. Tiga hari (72 hari) sebelum rencana pemulangan, dokter KKHI melakukan
pemeriksaan/memantauan kondisi pasien yang dirawat di KKHI/RSAS untuk
menentukan apakah pasien memenuhi persyaratan laik terbang sesuai kriteria
sebagai berikut :
a. Tidak memerlukan oksigen terus-menerus

Modul Pelatihan PPIH 2017 12


b. Tidak ada gangguan “Haemodynamic Cardiovascular”
c. Tidak dalam kondisi gaduh gelisah
5. Bila persyaratan tersebut diatas telah dipenuhi, maka petugas KKHI
berkoordinasi dengan dokter RSAS (untuk penerbangan Saudi) untuk
memperoleh surat keterangan “Laik Terbang” (medif). Bila menggunakan GIA,
maka yang mengeluarkan medif cukup dokter KKHI.
6. Kemudian surat keterangan tersebut diserahkan kepada Tim pemulangan untuk
pengurusan seat jemaah sakit sesuai posisi (duduk atau tidur) di pesawat.
7. Petugas bimbingan ibadah melakukan pengecekan dan pencatatan
perlengkapan rukun dan wajib haji penderita
8. Khusus bagi jemaah haji sakit yang dirawat di RSAS sebelum diberangkatan
dievaluasi terlebih dalahulu di KKHI selama 24 jam untuk memantau
perkembangan kesehatannya.
9. Tim pemulangan menginformasikan jadwal keberangkatan pasien yang pulang
dini kepada petugas KKHI untuk persiapan jemaah
10. Bagi jemaah haji dalam posisi baring yang memerlukan stretcher (5 seat untuk
pesawat Saudi dan 3 seat untuk garuda) atau tabung oksigen, maka petugas
KKHI harus menginformasikan kepada tim pemulangan 5 hari sebelum jadwal
keberangkatan untuk dilaporkan kepada pihak penerbangan untuk permintaan
kesediaan seatnya.
11. Apabila telah siap untuk diberangkatkan jemaah haji dievakuasi ke bandara
tujuan (di Madinah 1 jam sebelum keberangkatan, ke Jeddah 12 jam sebelum
keberangkatan).

Prosedur pelaksanaan pemulangan Akhir jemaah haji :


1. Proses pemulangan akhir jemaah haji sakit menjadi tanggung jawab Konsul
Jendral RI dan setelah kondisi jemaah haji membaik tanpa didampingi keluarga
2. Setelah jemaah haji laik terbang, maka akan dipulangkan ke Indonesia dengan
didampingi oleh petugas Konjen RI
3. Jemaah haji akan dikembalikan sampai daerah asal dengan didampingi oelh
petugas kementerian Agama

Modul Pelatihan PPIH 2017 13


4. Seluruh biaya selama dalam perawatan di RSAS dan perjalanan kembali ke tanah
air ditanggung oleh Pemerintah RI (Kementerian Agama).

Menurut pasal 24 dan 25 Permenkes No.62 tahun 2016, jemaah haji pasca rawat dari
RSAS yang dipulangkan ke Indonesia pasca operasional haji dan memerlukan
perawatan di rumah sakit,dapat dirujuk ke RS rujukan. Rujukan jemaah haji ditentukan
oleh dokter pemeriksa pada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dengan
mempertimbangkan surat keterangan RS di Arab Saudi dan kondisi kesehatan terkini.

C. Evaluasi Pemulangan

Menurut pasal 24 dan 25 Permenkes No.62 tahun 2016, jemaah haji pasca rawat dari
RSAS yang dipulangkan ke Indonesia pasca operasional haji dan memerlukan
perawatan di rumah sakit,dapat dirujuk ke RS rujukan. Rujukan jemaah haji ditentukan
oleh dokter pemeriksa pada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dengan
mempertimbangkan surat keterangan RS di Arab Saudi dan kondisi kesehatan terkini.
Dokter pada KKP berwenang menilai transportabilitas jemaah haji yang sakit untuk
penerbangan ke daerah adal dan merekomendasikan penanganan tertentu selama
penerbangan dan/atau perawatan lanjutan

Dalam rangka memfasilitasi dukungan kesehatan bagi jemaah haji yang sakit selama
perjalanan kepulangan, KKP yang memiliki wilayah kerja tempat jemaah haji mendarat,
melakukan koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan asal Jammah haji.

VIII. RANGKUMAN
Jemaah haji sakit yang berdasarkan penilaian dokter tidak laik untuk meneruskan
perjalanan ibadahnya bahkan dapat memperberat penyakitnya, dilakukan
pemulangan ke Indonesia lebih dini/akhir , dengan syarat jemaah haji sakit sudah
melaksanakan seluruh rukun dan wajib rangkaian ibadah haji.Kriteria dan
persyaratan pemulangan jemaah haji sakit terutama kelengkapan dokumen harus
dipersiapakan dengan melibatkan pihak-pihak terkait.

Modul Pelatihan PPIH 2017 14


IX. DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Agama RI, 2015, Modul Pembekalan Operasional Kesehatan
Haji, Bahan Ajar Pelatihan Petugas Haji Tahun 1436 H/2015 M, Jakarta,
Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah
2. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
3. Kementerian Agama RI, Standar Operating Procedure PPIH Arab Saudi
Daerah Kerja – Makkah , Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah

Modul Pelatihan PPIH 2017 15


PENCATATAN DAN PELAPORAN

I. DESKRIPSI SINGKAT
Pencatatan dan pelaporan atau dokumentasi asuhan keperawatan merupakan
aspek yang paling penting bagi perawat sebagai bentuk tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap tindakan yang telah dilakukan pada pasien. Sehingga
perawat dituntut untuk membuat dokumentasi yang berkualitas, lengkap, akurat
dan sesuai standar dokumentasi yang sudah ditetapkan oleh institusi maupun
lembaga profesi.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pencatatan dan
pelaporan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan pencatatan dan pelaporan
2. Melakukan pencatatan dan pelaporan

III. POKOK BAHASAN


1. Konsep Pencatatan dan Pelaporan Keperawatan
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Prinsip-prinsip
2. Melakukan Pengisian Form Pencatatan pelaporan
a. Catatan integrasi keperawatan
b. Laporan insidentil

IV. BAHAN AJAR


1. Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis
2. Kepmenkes RI No 1196/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman
Penyelenggaraan BPHI di Arab Saudi

Modul Pelatihan PPIH 2017 1


3. Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan
4. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji
5. Pedoman Pencatatan dan Pelaporan, Pusat Kesehatan Haji, Kementerian
Kesehatan RI, Tahun 2011
6. Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji, Kementerian Agama RI,
Tahun 2015

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah
dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang mekanisme rujukan
jemaah haji sakit di fasilitas kesehatah dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
materi konsepsi dasar evakuasi, dan mekanisme evakuasi jemaah haji
yang disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power
point).

2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.

Langkah 2 : Review pokok bahasan


1. Kegiatan Fasilitator
Modul Pelatihan PPIH 2017 2
a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan dari materi awal
sampai dengan materi terakhir secara garis besar dalam waktu yang
singkat
b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang
masih belum jelas.
c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan oleh peserta

2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.

Langkah 3 : Pendalaman pokok bahasan.


1. Kegiatan Fasilitator
a. Meminta kelas dibagi menjadi beberapa kelompok (3 kelompok) dan
setiap kelompok akan diberikan tugas diskusi kelompok.
b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk
dipresentasikan.
d. Mengamati peserta dan memberikan bimbingan pada proses diskusi.
e. Memberikan satu simulasi tentang visitasi jemaah haji sakit

2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan /sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada
kertas flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.

Modul Pelatihan PPIH 2017 3


Langkah 4 : Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Dari masing-masing kelompok diminta untuk melakukan presentasi dari
hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab)
c. Memberikan masukan-masukan dari hasil diskusi.
d. Memberikan klarifikasi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum dimengerti
jawabannya
e. Merangkum hasil diskusi
f. Melakukan refleksi simulasi yang telah dilakukan oleh peserta.

2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing –
masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.

Langkah 5 : Rangkuman dan evaluasi hasil belajar


1. Kegiatan Fasilitator
a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 2 pertanyaan sesuai topik
pokok bahasan secara acak kepada peserta.
b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing – masing pertanyaan
yang telah diajukan sebelumnya.
c. Bersama peserta merangkum poin-poin penting dari hasil proses
pembelajaran tentang evakuasi jemaah haji dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan haji
d. Membuat kesimpulan dapat dilakukan sendiri oleh fasilitator atau secara
bersama-sama dengan mengajak peserta untuk menyimpulkan

2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran evakuasi jemaah
haji dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan haji.
Modul Pelatihan PPIH 2017 4
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
KONSEP PENCATATAN DAN PELAPORAN KEPERAWATAN
A. Pengertian
Pencatatan dan pelaporan atau dokumentasi asuhan keperawatan
didefinisikan sebagai catatan lengkap yang berisi informasi tentang status
kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta
respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya.

B. Tujuan
1. Sebagai sarana komunikasi Dokumentasi yang dikomunikasikan secara
akurat dan lengkap dapat berguna untuk :
a. Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan
oleh tim kesehatan.
b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian
dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien
c. Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat Sebagai upaya untuk
melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima
dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan
tugasnya.
3. Sebagai informasi statistik Data statistik dari dokumentasi
keperawatan/kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan
dimasa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis
4. Sebagai sarana pendidikan
5. Sebagai sumber data penelitian Informasi yang ditulis dalam dokumentasi
dapat digunakan sebagai sumber data penetilian
6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan
7. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan

Modul Pelatihan PPIH 2017 5


8. Prinsip-prinsip
a. Dokumentasi keperawatan harus jelas dan membutuhkan ketelitian
b. Dokumentasi harus akurat
c. Dokumentasi harus berdasarkan fakta
d. Logis diartikan sesuai dengan alur berpikir, dicatat secara kronologis,
mencantumkan nama dan register setiap lembar, memulai penulisan
dengan huruf besar, dilakukan dengan identitas waktu (jam, tanggal,
hari, bulan, dan tahun).
e. Tulisan jelas dan dapat dibaca oleh siapapun
f. Terorganisir maksudnya adalah memiliki kesesuaian format dalam
setiap penulisan pada setiap tahapannya, sehingga bisa
dikomunikasikan antar sesama tenaga keperawatan dan dipahami
bersama.
g. Mutakhir (up to date) maksudnya adalah pencatatan dilakukan dengan
segala kondisi kekinian dan tidak ditunda-tunda atau nilai tukar data
(kurensi) harus senantiasa yang terbaru
h. Menjaga kerahasiaan

URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 2
MELAKUKAN PENGISIAN FORM PENCATATAN DAN PELAPORAN
KEPERAWATAN
A. Catatan Integrasi Keperawatan
Rekam medis memfasilitasi dan mencerminkan integrasi dan
koordinasiperawatan. Secara khusus, setiap praktisi kesehatan: perawat,
dokter, ahli terapi,ahli gizi dan professional kesehatan lainnya mencatat
pengamatan, pengobatan,hasil atau kesimpulan dari pertemuan/ diskusi tim
perawatan pasien dalam catatanperkembangan yang berorientasi masalah
dalam bentuk SOAP (IE) denganformulir yang sama dalam rekam medis,
dengan ini diharapkan dapatmeningkatkan komunikasi antar professional
kesehatan (Frelita, Situmorang, &Silitonga, 2011;Iyer Patricia and Camp
Nancy, 2004).

Modul Pelatihan PPIH 2017 6


Suatu rencana perawatan tunggal dan terintegrasi yang
mengidentifikasiperkembangan terukur yang diharapkan oleh masing-masing
disiplin adalah lebihbaik daripada rencana perawatan terpisah yang disusun
oleh masing-masingpraktisi. Rencana perawatan pasien harus mencerminkan
sasaran perawatan yangkhas untuk masing-masing individu, objektif, dan
realistis sehingga nantinyapenilaian ulang dan revisi rencana dapat dilakukan.
Untuk mencapai hal tersebutharus memenuhi elemen-elemen sebagai
berikut:
1. Perawatan pasien direncanakan oleh dokter, perawat dan profesional
2. kesehatan lainnya yang bertanggung jawab dalam waktu 24 jam setelah
pasien masuk sebagai pasien rawat inap.
3. Perawatan yang direncanakan bersifat khas untuk masing-masing pasien
dan berdasarkan data penilaian awal pasien.
4. Perawatan yang direncanakan didokumentasikan dalam rekam medis
dalam bentuk perkembangan (sasaran) terukur.
5. Perkembangan (sasaran) yang diantisipasi diperbarui atau direvisi jika
diperlukan berdasarkan penilaian ulang pasien oleh praktisi perawatan
kesehatan.
6. Perawatan yang direncanakan untuk setiap pasien ditinjau dan diverifikasi
oleh dokter yang bertanggung jawab dengan notasi dalam catatan
perkembangan
7. Perawatan yang direncanakan tersedia.
8. Perawatan yang diberikan untuk setiap pasien ditulis dalam rekam medis
oleh profesional kesehatan yang memberikan perawatan (Frelita,
Situmorang &Silitonga, 2011).

B. Laporan Insidentil
PENCATATAN DAN PELAPORAN DI SEKTOR
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas
dalam bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan di atas kertas, disket, pita nam,
pita film. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara.
Selanjutnya untuk melengkapi pencatatan setiap kegiatan yang dilakukan
diakhiri dengan pembuatan laporan. Pelaporan adalah catatan yang
memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan ke
Modul Pelatihan PPIH 2017 7
pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tertentu. Dengan
demikian kegiatan yang dilakukan selama melakukan tugas tersebut berkaitan
dengan pencatatan dan pelaporan terkait dengan Rawat Jalan, Rawat Inap,
Rujukan baik ke KKHI ataupun RS Arab Saudi dan kunjungan visitasi dokter
spesialis dari KKHI.
Biasanya jemaah yang di rujuk ke sektor adalah jemaah sakit dan risti yang
memerlukan tindakan yang lebih tinggi dari kloternya, apabila membaik
dengan penanganan maka jemaah tersebut dapat di pulangkan dan apabila
tidak akan dilakukan observasi di sektor. Menurut PERMENKES No:
269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang
berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat
oleh dokter sektor mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada
jemaah sakit dalam rangka palayanan kesehatan. Bentuk Rekam Medis
dalam berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas dan dalam bentuk
elektronik sesuai ketentuan.
Membuat rekam medis dengan data-data sebagai berikut:
1. Jemaah Rawat Jalan
Data jemaah rawat jalan yang dimasukkan dalam form rawat jalan :
a. Identitas Jemaah ( Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter,
Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
i. Persetujuan tindakan bila perlu.
j. Nama dan Nomor telpone dokter Kloter

Modul Pelatihan PPIH 2017 8


2. Jemaah Rawat Inap
Data Jemaah rawat inap yang dimasukkan sekurang-kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien ( Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter,
Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
d. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila perlu
i. Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
l. Nama dan Nomor telphone dokter Kloter

3. Rujukan
Di dalam Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan
pelayanan kesehatan perorangan di buatlah pengertian dari sistem rujukan
yaitu merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal
balik baik vertikal maupun horizontal. Hal demikian pada pelaksanaan musim
haji dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan dan perlindungan kepada para
jemaah haji dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal,
adapun sistem rujukan dapat dilakukan dari sektor ke KKHI atau dari sektor
langsung ke Rumah Sakit di Arab Saudi. Surat pengantar rujukan sekurang-
kurangnya memuat hal dibawah ini
a. Identitas pasien ( Nama Lengkap sesuai lembar DAPIH A, Usia, Nomor
Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Hasil pemeriksaan ( Anamnesis, Hasil Pemeriksaan Fisik, Hasil Pemeriksaan
Penunjang) yang telah dilakukan
c. Diagnosa kerja
d. Terapi atau tindakan yang sudah diberikan
e. Tujuan dilakukannya rujukan
Modul Pelatihan PPIH 2017 9
f. Nama dan nomor telphone dokter sektor/ kloter
Seiring waktu dengan proses ibadah haji yang sangat berkaitan dengan
puncak ibadah haji Armina membuat jumlah jemaah haji sakit bertambah dari
waktu ke waktu, dengan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti :
• Tingginya tingkat kelelahan fisik jemaah dalam mengikuti prosesi puncak
ibadah haji di Arafah, Musdalifah dan Mina
• Masih tingginya kelengkapan prosesi ibadah lainnya
• Kapatuhan minum obat
• Ketersediaan obat-obatan
• Kecukupan Gizi
• Kerinduan dengan keluarga
Dengan bertambah tinggi angka kesakitan mengakibatkan jumlah jemaah
sakit menjadi tinggi dan menjadi kendala dan kelemahan pada sistem
pencatatan dan pelaporan di sektor, terutama pada jemaah yang di rujuk
langsung ke rumah sakit di Arab saudi, dokter sektor harus fokus betul dalam
pencatatan dan pelaporan ini dan tidak lupa untuk selalu berkoordinasi
dengan dokter kloter jemaah haji tersebut, adapun hal yang sering terjadi
adalah :
1. Rangkaian ibadah yang harus dilakukan oleh jemaah haji yang dirawat
2. Tindakan yang perlu dilakukan oleh Rumah Sakit di Arab Saudi
3. Perkembangan klinis jemaah yang di rawat
4. Di rujuk kembali ke rumah sakit lain oleh Rumah Sakit tersebut
Untuk meningkatkan perlindungan terhadap jemaah haji sakit dan risti maka
dilakukanlah visitasi yang dilakukan oleh dokter spesialis di KKHI ke jemaah
langsung atau di kumpulkan di sektor guna memantau dan memastikan
kondisi jemaah tersebut dalam kelengkapan obat-obatan untuk meningkatkan
istitaah kesehatan, karenanya dokter TKR di sektor sekiranya mampu
menghimpun jemaah sakit dan jemaah risti dari kloter yang berada dalam
sektornya untuk kemudian berkoordinasi dengan dokter spesialis yang akan
visitasi ke sektor. Adapaun format yang tersedia berisi hal berikut :
a. Identitas Jemaah ( Nama Lengkap sesuai lembar DAPIH A, Usia, Nomor
Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Diagnosis

Modul Pelatihan PPIH 2017 10


c. Dokter Spesialis yang dituju
d. Obat-obatan
e. Waktu Visitasi
Pelaporan jemaah rawat jalan, rawat inap dan rujukan di entry kedalam
sikohatkes sebagai bentuk laporan sektor

PENCATATAN DAN PELAPORAN DI KLINIK KESEHATAN HAJI


INDONESIA ( KKHI)
Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan selama di KKHI adalah
rawat jalan, rawat inap, rujukan, visitasi, tanazul, evakuasi dan Nominasi
Safari Wukuf
Untuk kasus rawat jalan biasanya adalah rujukan dari kloter yang berkaitan
dengan kondisi jemaah haji sakit atau risti yang perlu di konsultasikan dengan
dokter spesialisnya, selain itu banyak juga jemaah dengan dengan kasus
perawatan gigi dan perawatan luka. Adapun hal yang perlu dilakukan dalam
pencatatan dan pelaporan rawat jalan dan rawat inap :
1. Jemaah Rawat Jalan
Data jemaah rawat jalan yang dimasukkan dalam form rawat jalan :
a. Identitas Jemaah ( Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter,
Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
i. Persetujuan tindakan bila perlu.
j. Nama dan Nomor telpone dokter Kloter

2. Jemaah Rawat Inap


Data Jemaah rawat inap yang dimasukkan sekurang-kurangnya antara lain:
a. Identitas Pasien ( Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter,
Embarkasi dan Nomor Rumah)
Modul Pelatihan PPIH 2017 11
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
d. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila perlu
i. Catatan obsservasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu.
l. Nama dan Nomor telphone dokter Kloter

3. Rujukan
Sistem rujukan yang terjadi di KKHI adalah untuk merujuk jemaah sakit ke
rumah sakit arab saudi untuk mendapatkan penanganan dan tindakan lebih
lanjut berkenaan dengan penyakitnya, semua ini harus dilakukan pencatatan
dan pelaporan dalam bentuk surat rujukan dan form data jemaah yang dirujuk
untuk membuat didokumentasikan sehingga dapat diakses oleh pihak yang
membutuhkan. Kendala yang pernah terjadi dikarenakan kurang baiknya
sistem pencatatan dan pelaporan pada sistem rujukan di KKHI adalah
sebagai berikut :
• Kloter kesulitan mengakses keberadaan jemaah haji sakit yang awalnya di
rujuk ke KKHI dan akhirnya oleh KKHI di rujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi
• Rumah Sakit Arab Saudi mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan
dikarenakan maksud dan tujuan tidak jelas dalam formulir rujukan,
sehingga mengakibatkan jemaah belum mendapatkan penanganan yang
maksimal

Surat pengantar rujukan sekurang-kurangnya memuat hal dibawah ini


a. Identitas pasien ( Nama Lengkap sesuai lembar DAPIH A, Usia, Nomor
Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Hasil pemeriksaan ( Anamnesis, Hasil Pemeriksaan Fisik, Hasil Pemeriksaan
Penunjang) yang telah dilakukan

Modul Pelatihan PPIH 2017 12


c. Diagnosa kerja
d. Terapi atau tindakan yang sudah diberikan
e. Tujuan dilakukannya rujukan
f. Nama dan nomor telphone dokter sektor/ kloter
4.Tanazul
Tanazul atau pemulangan dini/ tunda bagi jemaah haji sakit adalah
pemulangan ke Indonesia yang dilakukan lebih dini atau tunda dari jadwal
kelompok terbangnya yang telah di tentukan. Pemulangan dini atau tunda ini
ditentukan berdasarkan penilaian dokter dikarenakan jemaah tersebut tidak
laik untuk meneruskan perjalanan ibadahnya bahkan dapat memperberat
penyakitnya, tetapi dengan catatan jemaah haji telah melaksanakan seluruh
rukun dan wajib rangkaian ibadah haji.
Hal yang perlu di perhatikan bersama adalah apabila ditemui jemaah sakit
yang sudah lama dirawat di KKHI dan mengalami perbaikan kondisi perlu
dilakukan analisa untuk diajukan tanazul sehingga perlu dilakukan koordinasi
dengan dokter spesialis yang merawat serta dokter kloter untuk disiapkan
berbagai kelengkapan administrasi untuk keperluan tanazulnya, sehingga
setelah puncak ibadah haji yaitu armina jemaah tersebut bisa ditazulkan awal.
Disinilah diperlukan ketelitian dan analisis yang baik seorang dokter di KKHI
dalam menilai kesehatan jemaah yang di rawat dengan mempertimbangkan
istitaah kesehatan jemaah tersebut.
Dalam mempersiapkan jemaah tanazul diperlukan koordinasi yang baik
antara dokter spesialis yang merawat jemaah tersebut, rekan- rekan sansur,
dokter kloter, pihak maktab, tim tanazul dan tim evakuasi yang akan
mengantarkan jemaah ke bandara. Sebaiknya dibuatlah format pencatatan
yang isinya mengkoordinasikan berbagai pihak tersebut sehingga proses
pengajuan tanazul seorang jemaah bisa berjalan baik sesuai dengan sistem
yang ada. Kendala yang sering terjadi dalam proses pengajuan tanazul
jemaah sakit adalah sebagai berikut :
• Kurang ketelitian dalam menentukan jemaah mana yang harus di usulkan
untu di tanazulkan dikarenakan kondisi kesehatan yang tidak stabil
• Jemaah sakit yang mulai kedatangan sampai dengan kepulangan berada di
Rumah sakit Arab Saudi dan KKHI

Modul Pelatihan PPIH 2017 13


• Ketidaktersediaan kursi penerbangan di Embarkasinya
5.Safari Wukuf
Safari wukuf merupakan wukuf berjemaah bagi jemaah haji sakit yang dirawat
di KKHI, Rumah Sakit Arab Saudi maupun yang diusulkan oleh Kloter.
Pencatatan dan laporan yang sebaiknya di lakukan di mulai dari tahapan
persiapan sampai dengan pemulangan jemaah sakit ke KKHI, Rumah Sakit
Arab Saudi ataupun Sektor.
Tahap persiapan :
• Penentuan kriteria jemaah sakit untuk safari wukuf
• Penentuan fasilitas
Perlengkapan jamah sakit, Transportasi, Persiapan Jemaah sakit,
Kelengkapan data, Obat-obatan dan alat kesehatan serta konsumsi
• Petugas
• Penampungan jemaah pasca seleksi di KKHI
Tahap Pelaksanaan :
• Penempatan jemaah haji sakit dengan kondisi duduk atau berbaring di
kendaraan yang sudah disiapkan
• Kesiapan obat-obatan dan alat kesehatan disesuaikan dengan jemaah dan
jumlah kendaraan
• Kesiapan petugas pendamping
Tahap Pemulangan
• Prioritaskan Jemaah yang akan diturunkan terlebih dahulu
• Rujuk jemaah yang kondisinya semakin memburuk
6.Visitasi
Merupakan upaya perlindungan kepada Jemaah haji yang diselenggarakan di
Rumah Sakit Arab Saudi yang dilakukan oleh PPIH Arab Saudi, TKHI dan
Tenaga pendukung kesehatan. Kegiatan ini bukan hanya di peruntukan untuk
mendata jemaah haji yang dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi saja tetapi
dapat menginformasikan keadaan jemaah menyangkut :
• Perkembangan dan kemajuan tindakan yang dilakukan
• Waktu kesiapan jemaah untuk dapat dipulangkan ke KKHI/ Sektor
• Tanggal kepulangan kloter aslinya hal ini untuk mengintegrasikan dengan
pencatatan dan pelaporan jemaah yang akan diusulkan tanazul

Modul Pelatihan PPIH 2017 14


• Status Ibadah
Form visitasi baiknya dapat mengakomodirsejumlah informasi tersebut
sehingga berguna untuk sosialisasikan kepada yang membutuhkan
7.Evakuasi
Proses pemindahan jemaah haji sakit dari satu daerah kerja ke daerah kerja
lain dengan mempergunakan ambulance dan didampingi petugas
pembimbing ibadah dan kesehatan agar jemaah haji tetap dalam kondisi
perawatan dan pengawasan selama perjalanan.
Bentuk pencatatan dan pelaporan yang dilakukan adalah berkaitan dengan
Identitas, status kondisi kesehatan jemaah, kesiapan obat-obatan, alat
kesehatan, konsumsi dan status kelengkapan prosesi ibadah haji jemaah
tersebut.

PENCATATAN DAN PELAPORAN DI ARAFAH MUSDALIFAH DAN MINA


ARAFAH
Jenis pencatatan yang harus dilakukan oleh rekan-rekan TKR saat
operasional di Arafah adalah Jemaah rawat dan rujukan, bentuk format
pencatatan dan pelaporan harus memuat informasi penanganan kesehatan
jemaah selama di arafah dan lokasi rujukan jemaah yang harus mendapatkan
penanganan lanjutan baik ke KKHI ataupun ke Rumah Sakit Arab Saudi
dikarenakan singkatnya masa operasional di Arafah
MINA
Jenis pencatatan yang harus dilakukan oleh rekan-rekan TKR saat
operasional di Arafah adalah Jemaah rawat jalan, rawat inap dan rujukan.

Modul Pelatihan PPIH 2017 15


VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis
2. Kepmenkes RI No 1196/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman
Penyelenggaraan BPHI di Arab Saudi
3. Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan
4. Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan
Haji
5. Pedoman Pencatatan dan Pelaporan, Pusat Kesehatan Haji, Kementerian
Kesehatan RI, Tahun 2011
6. Modul Pembekalan Operasional Kesehatan Haji, Kementerian Agama RI,
Tahun 2015

Modul Pelatihan PPIH 2017 16

You might also like