Professional Documents
Culture Documents
Tkrperawat
Tkrperawat
KEGAWATDARURATAN MEDIK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek
keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat
yang berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan yang
diberikan meliputi biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual yang
timbul secara bertahap maupun mendadak (Dep.Kes RI, 2005).
2
kondisi kegawatdaruratan tetapi kasus jamaah haji dengan usia diatas 60
tahun cukup tinggi.yang perlu menjadi perhatian
3
g. Kerusakan integritas kulit.
h. Gangguan ketidakstabilan gula darah : Hiperglikemik / Hipoglikemik.
3. Melakukan asuhan kegawatan pada psikiatri.
a. Perilaku Kekerasan ( AMUK ).
b. Panik.
c. Bunuh Diri.
d. Dementia.
IV. BAHAN AJAR
1. Hardisman,MMID,DRPH (2014 ) Gawat Darurat Medis Praktis
2. Bruner and Suddart ( 2001 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8.Jakarta: EGC
3. Muttaqin.Arif ( 2012) Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika
4. Doris Weinstock (2012 ): Rujukan Cepat di Ruang ICU/CCU
5. Hudak,Carolyn M.1996. Keperawatan Kritis,Pendekatan Holistik.Edisi 6.
6. Wilkinson. 2012. Buku Saku. Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta:
EGC
7. Modul kerja sama tim
8. Modul BTCLS in Disaster
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses
pembelajaran materi ini.
Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang
akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
4
Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan (sesuai dengan
metode yang telah dipilih pada GBPP). Fasilitator menjelaskan tujuan
materi dan metode yang akan disampaikan. Materi ini disampaikan dalam
bentuk ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Fasilitator menjelaskan terlebih
dahulu materi, lalu diskusi dan tanya jawab.
Langkah 3.
1. Fasilitator menjelaskan materi kepada peserta. Selama penyampaian
materi peserta diperbolehkan bertanya dan dijawab oleh fasilitator.
2. Setelah materi selesai dijelaskan dilakukan diskusi tanya jawab antar
peserta dan fasilitator.
5
Kegiatan pelayanan keperawatan menunjukkan keahlian dalam
pengkajian pasien, setting prioritas, intervensi krisis, dan pendidikan
kesehatan (Burrel et al, 1997). Dalam memberikan pelayanan
kegawatdaruratan, perawat selalu menghubungkan antara
pengetahuan dan keterampilan untuk menangani respon pasien pada
resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan multisystem, dan kegawatan
yang mengancam.
b. Proses keperawatan kegawatdaruratan.
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Pengkajian primer (survey primer).
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat
tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan
pengkajian awal yang akan menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada system kegawatdaruratan pada pasien dewasa.
Keperawatan kritis dan kegawatdaruratan bersifat cepat dan perlu
tindakan yang tepat, serta memerlukan pemikiran kritis tingkat tinggi.
Proses keperawatan gawat darurat diawali dengan mengkaji pasien
dengan cepat dan merencanakan intervensi sambil berkolaborasi
dengan dokter gawat darurat. Kemudian mengimplementasikan
perencanaan, mengevaluasi efektivitas pemberian asuhan, dan
merevisi perencanaan dalam parameter waktu yang sangat sempit.
Hal tersebut merupakan tantangan besar bagi perawat, yang juga
harus membuat catatan perawatan yang akurat melalui
pendokumentasian.
6
dengan setiap elemen dari primery survey ini (Cummins, 2003,
dalam Ignatavicius, 2006).
Tahapan pengkajian primery survey meliputi :
A. Airway (jalan napas) / spinal servical
Prioritas tertinggi dalam primery survey adalah mempertahankan
kepatenan jalan napas. Dalam hitungan menit tanpa adekuatnya
suplay oksigen dapat menyebabkan trauma serebral yang akan
berkembang menjadi kematian otak (Anoxic Brain Death).
B. Breathing (pernapasan)
Setelah jalan napas aman, breathing menjadi prioritas berikutnya
dalam primery survey. Pengkajian ini untuk mengetahui apakah
usaha ventilasi efektif atau tidak hanya pada saat klien bernapas.
Fokusnya adalah pada auskultasi bunyi napas dan evaluasi
expansi dada, usaha respirasi, dan adanya bukti trauma dinding
dada atau abnormalitas fisik.
C. Circulation
Intervensi ditargetkan untuk memperbaiki sirkulasi yang efektif
melalui resusitasi kardiopulmoner, kontrol perdarahan, akses
7
intravena dengan penatalaksanaan cairan dan darah jika
diperlukan dan obat-obatan.
D. Disability (ketidakmampuan)
Pengkajian disability memberikan pengkajian dasar cepat status
neurologis. Metode mudah untuk mengevaluasi tingkat kesadaran
adalah dengan “AVPU” mnemonic:
A : Allert (waspada)
V : Responsive to voice (berespon terhadap suara)
P : Responsive to Paint (berespon terhadap nyeri)
U : Unresponsive (tidak ada respon)
Pengkajian yang lain untuk mengukur kesadaran secara obyektif
adalah dengan Glasgow Coma Scale (GCS), yaitu menilai buka
mata, respon verbal, dan respon motorik.
E. Exposure (paparan)
Komponen akhir primary survey adalah eksposure. Seluruh
pakaian harus dibuka untuk memudahkan pengkajian secara
menyeluruh akan tapi harus diperhatikan kemungkinan terjadinya
hipotermia (Holder, 2002).
3. Triase
Triase merupakan proses memilah dan menentukan korban sesuai
klasifikasinya atau tingkat kemandiriannya. Klasifikasi I adalah
korban sadar, dapat bergerak sendiri dan hanya memerlukan
bantuan minimal. Klasifikasi II adalah korban sadar dan perlu
8
bantuan orang lain untuk bergerak. Klasifikasi III korban tidak sadar
dan perlu bantuan segera. Klasifikasi IV adalah korban tidak
bernapas dan tidak ada denyut nadi (meninggal).
9
bahasa yang digunakan oleh pemberi informasi jelas ,lengkap serta
dapat dimengerti dan dipahami oleh penerima informasi.
3. Meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi; dengan
memperhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look, alike,
sound-alike medication names). Obat-obat yang perlu diwaspai
adalah high-alert seperti obat-obatan high consentrate (Kcl,
MgSO4, Nacl pekat, Ca Gluconase, Adrenalin, Dobutamin, dll),
obat-obat LASA/NORUM (aminophillin dengan amphicillin, dopamin
dan dobutamin ,dll) dan obat- obatan sitotoksik yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan.
4. Mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan
pasien, dan kesalahan prosedur operasi; dengan memastikan
tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar/site marking dan
dilakukan time out oleh seluruh anggota tim operasi sebelum
tindakan operatif.
5. Mengurangi risiko infeksi yang berhubungan pelayanan kesehatan;
kita dapat memutus rantai infeksi dengan melakukan penerapan
prosedur cuci tangan yang efektif dan benar baik dengan cuci
tangan air mengalir dan cuci tangan berbasis alkohol.
6. Mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh; pelayanan kesehatan
yang kita berikan harus memperhatikan resiko cedera pada pasien
sehingga kita perlu melakukan pengawasan yang ketat pada pasien
selama masa perawatan. Penilaian risiko jatuh dapat dilakukan pada
saat pasien masuk, adanya perubahan status mental pasien, saat
transfer pasien, dan pemulangan pasien.
Pokok Bahasan 2:
Asuhan keperawatan pada kegawatdaruratan
Sub Pokok Bahasan:
a. Gangguan jalan napas (airway).
Definisi :
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.
10
Penyebab :
- Infeksi,
- disfungsi neuromuskular,
- hiperplasia dinding bronkus,
- alergi jalan nafas, asma, trauma
- obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
1) Pengkajian
- Dilakukan survey primery dan sekundery
- Batasan Karakteristik
Data Subyektif:
- Dispneu
Data Objektif:
- Penurunan suara nafas
- Orthopneu
- Cyanosis
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
- Kesulitan berbicara
- Batuk, tidak efektif atau tidak ada
- Produksi sputum
- Gelisah
- Perubahan frekuensi dan irama nafas
11
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Lakukan fisioterapi dada jika perlu
• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
• Berikan bronkodilator
• Monitor status hemodinamik
• Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
• Berikan antibiotik
• Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
• Monitor respirasi dan status O2
• Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret
• Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction, Inhalasi
Aktivitas kolaboratif
• rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
• konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi
atau peralatan pendukung
• berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan instruksi
12
• lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer, dan
perawatan paru lainnya sesuai protocol
• beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal
Aktivitas lain
• anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran secret
• anjurkan penggunaan spirometer intensif
• jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu
sisi tempat tidur kesisi yang lainnya setiap dua jam
• informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk
menurunkan kecemasan dan control diri
• berikan pasien dukungan emosi
• atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan
maksimal rongga dada
• Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea jika perlu
• Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan secret
3) Evaluasi
Hasil NOC (nursing outcomes classification) :
• Respiratory status : Ventilation
• Respiratory status : Airway patency
• Aspiration Control
13
• Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor penyebab.
• Saturasi O2 dalam batas normal
• Foto thorak dalam batas normal
Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan didefinisikan sebagai catatan
lengkap yang berisi informasi tentang status kesehatan pasien,
kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons
pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Sebagaimana
dikemukakan Perry & Potter bahwa dokumentasi adalah informasi
tertulis ataupun elektronik tentang semua kegiatan proses
keperawatan yang dilakukan perawat untuk menilai status
kesehatan klien, mengevaluasi dampak terhadap pelayanan
keperawatan, dan merupakan bagian dari pada praktek
keperawatan profesional.
14
• Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
• Kelelahan otot pernafasan
• Hipoventilasi sindrom
• Nyeri
• Kecemasan
• Disfungsi Neuromuskuler
• Obesitas
• Injuri tulang belakang
1) Pengkajian
• Survey Primer dan Sekunder
• Anamnesa
• Batasan karakteristik : (keadaan ini terjadi selama kira-kira 15
menit)
15
- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per menit
- Menggunakan otot pernafasan tambahan
- Nasal laring
- Dyspnea
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
- Peningkatan diameter anterior-posterior
- Pernafasan rata-rata/minimal Usia > 14 : < 11 atau > 24
- Kedalaman pernafasan : Dewasa volume tidalnya 500 ml saat
istirahat
- Penurunan kapasitas vital
16
• Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
• Monitor vital sign
• Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas.
• Ajarkan bagaimana batuk efektif
• Monitor pola nafas
Terapi Oksigen
• Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
• Pertahankan jalan nafas yang paten
• Atur peralatan oksigenasi
• Monitor aliran oksigen
• Pertahankan posisi pasien
• Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
• Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
17
3) Evaluasi
NOC (Nursing Outcomes Classification) :
• Respiratory status : Ventilation
• Respiratory status : Airway patency
• Vital sign Status
Kriteria Hasil :
• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)
• Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
• Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernapasan)
18
Data Objektif
• Gas darah arteri yang tidak normal
• pH arteri yang tidak normal
• ketidaknormalan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
• warna kulit tidak normal
• konfusi
• sianosis
• karbondioksida menurun
• diaphoresis
• hiperkapnia
• hiperkarbia
• hipoksia
• hipoksemia
• iritabilitas
• napas cuping hidung
• gelisah, somnolen
• takikardi
2) Perencanaan Intervensi
NIC (Nursing Interventions Classification):
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Pasang mayo bila perlu
• Lakukan fisioterapi dada jika perlu
• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
• Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
• Berikan bronkodilator
• Barikan pelembab udara
• Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
• Monitor respirasi dan status O2
• Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
• Monitor suara nafas, seperti dengkur
19
• Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
• Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
• Monitor TTV, AGD, elektrolit dan status mental
• Observasi sianosis khususnya membran mukosa
• Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan
dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
• Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
• kaji suara napas, frekuensi kedalaman dan usaha napas, dan
produksi sputum sebagai indicator keefektifan penggunaan alat
penunjang
Aktivitas kolaboratif
• konsultasikan dengan dokter tentang pentingnya pemeriksaan gas
darah arteri dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai
dengan adanya perubahan pada kondisi pasien
• laporkan perubahan pada data pengkajian terkait
• berikan obat yang diresepkan untuk mempertahankan
keseimbangan asam basa
• persiapkan pasien untuk ventilasi mekanis, bila perlu
20
• manajemen jalan napas (NIC).
- berikan udara yang dilembabkan atau oksigen, jika perlu
- berikan bronkodilator, jika perlu
- berikan terapi aerosol, jika perlu
- berikan terapi nebulasi ultrasonic, jika perlu
• pengaturan hemodinamik (NIC): berikan obat antiaritmia, jika perlu
Aktivitas lain
• jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur
21
• bersihkan secret dengan menganjurkan batuk atau melalui
pengisapan
• dukung untuk bernapas pelan, dalam dan batuk
• bantu dengan spirometer insentif, jika perlu
• lakukan fisioterapi dada, jika perlu
• pengaturan hemodinamika (NIC):
• meninggikan bagian kepala tempat tidur, jika perlu
• atur posisi pasien keposisi trendelenburg, jika perlu
3) Evaluasi
Hasil NOC
• Respiratory Status : Gas exchange
• Keseimbangan asam Basa, Elektrolit
• Respiratory Status : ventilation
• Vital Sign Status
Pasien akan:
• Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
• Memiliki ekspansi paru yang simetris
22
• Menjelaskan rencana perawatan dirumah
• Tidak menggunakan pernapasan bibir mencucu
• Tidak mengalami napas dangkal atau ortopnea
• Tidak menggunakan otot aksesoris untuk bernapas
1) Pengkajian
- Survey primer dan sekunder
- Tanda dan Gejala
Data Subjektif:
Haus
Lemah
Data Objektif:
• Perubahan status mental
• Penurunan turgor kulit dan lidah
• Penurunan haluaran urin
• Penurunan pengisian vena
• Kulit dan membrane mukosa kering
• Kematokrit meningkat
• Suhu tubuh meningkat
• Peningkatan frekuensi nadi, penurunan TD, penurunan volume
dan tekanan nadi
23
• Konsentrasi urin meningkat
• Penurunan berat badan yang tiba-tiba
• Kelemahan
Aktivitas kolaboratif
• Laporkan dan catat haluaran kurang dari….ml
• Laporkan dan catat haluaran lebih dari….ml
• Laporkan abnormalitas elektrolit
• Manajemen cairan (NIC):
• Atur ketersediaan produk darah untuk tranfusi, bila perlu
24
• Berikan ketentuan penggantian nasogastrik berdasarkan
haluaran, sesuai dengan kebutuhan
• Berikan terapi IV, sesuai program
Aktivitas lain
• Lakukan oral hygiene sesering mungkin
• Tentukan jumlah cairan yang masuk dalam 24 jam, hitung
asupan yang diinginkan sepanjang sif siang, sore dan malam
• Pastikan bahwa pasien terhidrasi dengan baik sebelum
pembedahan
• Ubah posisi pasien trendelenburg atau tinggikan tungkai pasien
bila hipotensi, kecuali dikontraindikasikan
• Manajemen cairan(NIC);
• Tingkatkan asupan oral, Jika perlu
• Pasang kateter urin, jika perlu
• Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan
Kriteria Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, defisit volume cairan
teratasi dengan kriteria hasil:
• Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal,
• Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
• Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
• Orientasi terhadap waktu dan tempat baik
25
• Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal
• Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
• pH urin dalam batas normal
• Intake oral dan intravena adekuat
Pasien akan:
• Memiliki konsentrasi urin yang normal. Sebutkan nilai dasar berat
jenis urin
• Memiliki Hb dan Ht dalam batas normal untuk pasien
• Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang
normal
• Tidak mengalami haus yang tidak normal
• Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang
dalam 24 jam
• Menampilkan hidrasi yang baik
• Memiliki asupan cairan oral atau intravena yang adekuat
26
1) Pengkajian
Survey primer dan sekunder
Anamnesa
DO/DS:
• Aritmia, takikardia, bradikardia
• Palpitasi, oedem
• Kelelahan
• Peningkatan/penurunan JVP
• Distensi vena jugularis
• Kulit dingin dan lembab
• Penurunan denyut nadi perifer
• Oliguria, kaplari refill lambat
• Nafas pendek/ sesak nafas
• Perubahan warna kulit
• Batuk, bunyi jantung S3/S4
• Kecemasan
27
Vital Sign Monitoring
• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Catat adanya fluktuasi tekanan darah
• Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
• Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
• Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
• Monitor kualitas dari nadi
• Monitor adanya pulsus paradoksus
• Monitor adanya pulsus alterans
• Monitor jumlah dan irama jantung
• Monitor bunyi jantung
• Monitor frekuensi dan irama pernapasan
• Monitor suara paru
• Monitor pola pernapasan abnormal
• Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
• Monitor sianosis perifer
• Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
• Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
28
• Penggunaan pakaian yang tidak mencukupi
• Malnutrisi
• Obat-obatan
• Terpajan lingkungan yang dingin atau kedinginan
• Hipotiroidisme
• Ketidakmampuan system pengaturan suhu neonates
• Kehilangan lemak subkutan dan malnutrisi
• Berat badan lahir rendah
1) Pengkajian
Pengkajian primer dan skunder
Batasan karakteristik Hipothermi
• Kulit dingin
• Bantalan kuku sianosis
• Hipertensi
• Pucat
• Merinding
• Penurunan suhu tubuh dibawah normal
• Menggigil
• Pengisian kapiler lambat
• takikardi
29
• Monitor warna dan suhu kulit
• Monitor tekanan darah, nadi dan RR
• Monitor penurunan tingkat kesadaran
• Monitor WBC, Hb, dan Hct
• Monitor intake dan output
• Berikan anti piretik:
• Kelola Antibiotik
• Selimuti pasien
• Berikan cairan intravena
• Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
• Tingkatkan sirkulasi udara
• Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Catat adanya fluktuasi tekanan darah
• Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa )
30
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan suhu tubuh
Perubahan warna kulit
Merinding atau kedinginan
Menggigil saat kedinginan
Laporan suhu yang nyaman
Pasien akan :
• menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
penurunan suhu tubuh
• melaporkan tanda dan gejala dini hipotermi
• mempertahankan suhu pasien setidaknya 36 C
Intervensi NIC
Baca juga aktivitas keperawatan untuk resiko perubahan suhu tubuh
Pengkajian
• catat nilai dasar TTV
• lakukan pemantauan jantung pada pasien
• gunakan thermometer rentang rendah, bila perlu
• kaji gejala hipotermia
• kaji kondisi medis yang dapat menyebabkan hipotermia
• regulasi suhu (NIC):
• pasang alat pantau inti suhu tubuh kontinu, jika perlu
• pantau suhu paling sedikit 2 jam sekali, jika perlu
31
• ajarkan indikasi hipotermia dan tindakan kedaruratan yang
diperlukan, jika perlu
aktivitas kolaboratif
• untuk hipotermia berat, bantu dengan teknik menghangatkan suhu
inti tubuh
aktivitas lain
• berikan pakaian yang hangat, keirng, selimut penghangat, alat-alat
pemanas mekanis, suhu ruangan disesuaikan dan lain-lain sesuai
toleransi
• jangan berikan obat intramuscular atau subkutan untuk pasien
hipotermi
• untuk pasien intrabedah:
• atur suhu ruangan untuk mempertahankan kehangatan pasien
• selimuti kepala dan bagian tubuh pasien yang terbuka
• hangatkan darah sebelum diberikan
• selimuti pasien dengan selimut hangat untuk pemindahan setelah
pembedahan
Perawatan dirumah
• pastikan thermometer tersedia dirumah, ada seseorang yang dapat
menggunakannya dan cukup akurat
• ajarkan klien atau keluarga untuk menggunakan thermometer
• regulasi suhu (NIC):
• ajarkan pasien terutama pasien lansia, tindakan untuk mencegah
hipotermi akaibat terpajan suhu dingin
• ajarkan indikasi hipotermia dan tindakan kedaruratan yang sesuai
32
• Zat kimia
• Kelembaban
• Hipertermia
• Hipotermia
• Factor mekanik (terpotong, tertekan, akibat restrain)
• Obat
• Kelembaban kulit
• Imobilisasi fisik
• Radiasi
Internal (somatic)
• Perubahan status cairan
• Perubahan pigmentasi
• Perubahan turgor
• Factor perkembangan
• Ketidakseimbangan nutrisi
• Deficit imunologis
• Gangguan sirkulasi
• Gangguan status metabolic
• Gangguan sensasi
• Penonjolan tulang
Batasan karakteristik
Objektif
• Kerusakan pada lapisan kulit
• Kerusakan pada permukaan kulit
• Invasi struktur tubuh
33
• Akses hemodinamika; keberfungsian area akses dialysis
• Integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa; keutuhan struktur
dan fungsi fisiologis normal kulit dan membrane mukosa
• Penyembuhan luka: primer; tingkat regenerasi sel dan jaringan
setelah penutupan yang disengaj
• Penyembuhan luka: sekunder; tingkat regenerasi sel dan jaringan
pada luka terbuka
Tujuan dan criteria evaluasi
• Menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa, serta
penyembuhan luka primer dan sekunder, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:
1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Suhu, elastisitas, hidrasi dan
sensasi
Perfusi jaringan
Keutuhan kulit
Eritema kulit sekitar
Luka berbau busuk
Granulasi
Pembentukan jaringan parut
Penyusutan luka
34
3. sedang
4. banyak
5. sangat banyak
Indikator 1 2 3 4 5
Penyatuan kulit
Penyatuan ujung luka
Pembentukan jaringan parut
Pasian akan:
• menunjukkan rutinitas perawatan kulit atau perawatan luka yang
optimal
• drainase purulen atau bau luka minimal
• tidak ada lepuh atau maserasi pada kulit
• nekrosis, selumur, lubang, perluasan luka kejaringan dibawah kulit,
atau pembentukan saluran sinus berkurang atau tidak ada
• eritema kulit dan eritema disekitar luka minimal
Intervensi NIC
Lihat juga aktivitas perawatan pada resiko kerusakan integritas kulit
Pengkajian
• kaji fungsi alat-alat, seperti alat penurunan tekanan
• perawatan area insisi (NIC): inspeksi adanya kemerahan,
pembengkakan atau tanda-tanda dehisensi atau eviserasi pada area
insisi
• perawatan luka (NIC): inspeksi luka pada setiapmengganti balutan
• kaji luka terhadap karakteristik tersebut:
• lokasi, luas dan kedalaman
• adanya dan karakter eksudat, termasuk kekentalan, warna dan bau
• ada atau tidaknya granulasi atau epitelialisasi
• ada atau tidaknya jaringan nekrotik. Deskripsikan warna, baud an
banyaknya
35
• ada atau tadaknya tanda-tanda infeksi luka setempat
• ada atau tidaknya perluasan luka kejaringan dibawah kulit dan
pembentukan saluran sinus
penyuluhan untuk pasien dan keluarga
• ajarkan perawatan luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan
gejala infeksi, cara mempertahankan luka insisi tetap kering saat
mandi, dan mengurangi penekanan pada area insisi tersebut
aktivitas kolaboratif
• konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral,
kalori dan vitamin
• konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian makanan
dan nutrisi enteral atau parenteral untuk meningkatkan potensi
penyembuhan luka
• rujuk ke perawat terapi enterostma untuk mendapatkan bantuan
dalam pengkajian, penemuan derajat luka, dan dokumentasi
perawatan luka atau kerusakan kulit
• perawatan luka (NIC): gunakan unit TENS untuk meningkatkan proses
penyembuhan luka, jika perlu
aktivitas lain
• evluasi tindakan pengobatan atau pembalutan topika yang dapat
meliputi balutan hidrokoloid, balutan hidrofilik, balutan absorgen dan
sebagainya
• laukan perawatan luka atau kulit secara rutin seperti:
• ubah dan atur posisi pasien secara sering
• pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan kelembaban
yang berlebihan
• lindungi pasien dari kontaminasi feses atau urin
• lindungi pasien dari ekskresi luka lain dan slang drain pada luka
• bersihkan dan balut luka area pembedahan menggunakan prinsip
steril atau tindakan asepsisi medis berikut, jika perlu:
• gunakan satung tangan sekali pakai
36
• bersihkan area insisi dari area bersih ke kotor menggunakan satu
kasa atau satu sisi kasa pada setiap usapan
• bersihkan area sekitar jahitan atau staples dengan menggunakan lidi
kapas steril
• bersihkan sekitar ujung drainase, bergerak dengan gerakan berputar
dari pusat keluar
• gunakan paparat antiseptic, sesuai program
• ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap
terbuka sesuai program
• perawatan luka (NIC):
• lepaskan palutan dan plester
• bersihkan dengan salin normal atau pembersih nontoksik, jika perlu
• tempatkan area luka pada bak khusus, jika perlu
• lakukan perawatan ulkus kulit, jika perlu
• atur posisi untuk mencegah penekanan pada luka, jika perlu
• lakukan perawatan pada area infuse IV, jalur hiskman atau jalur vena
sentral, jika perlu
• lakukan masase siarea sekitar luka untuk merangsang sirkulasi
37
• Berikan potassium
• Konsultasi dengan dokter bila tanda hiperglikemi memburuk atau
persisten
• Berikan oral hygiene
• Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
• Antisipasi situasi dimana kebutuhan insulin meningkat
• Batasi latihan bila kadar gula darah lebih dari 250 mg/dl, terutama bila
ada keton dalam urine
• Tinjau ulang kadar glukosa darah
NIC: hypoglycemia management
• Identifikasi pasien yang beresiko terkena hipoglikemia
• Monitor kadar glukosa darah
• Monitor tanda dan gejala hipoglikemia: shakiness, tremor, berkeringat,
nervousness, ansietas, irritability (mudah marah), tidak sabaran,
takikardia, palpitasi, chills (menggigil), clamminess, kepala terasa
ringan, pucat, lapar, mual, sakit kepala, kelelahan, mengantuk,
kelemahan, hangat, pusing, faintness (tidak sadarkan diri),
penglihatan kabur, mimpi buruk, mengigau dalma tidur, paresthesia,
kesulitan berkonsentrasi, kesulitan berbicara, inkoordinasi, peruahan
perilaku, bingung, coma, kejang.
• Berikan karbohidrat sederhana
• Berikan glucagon
• Pertahankan akses vena
• Pertahankan patensi jalan nafas
• Lindungi dari injury
• Kaji ulang kejadian hipoglikemia dan kemungkinan penyebabnya
• Instruksikan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala, faktor
resiko dan penanganan hipoglikemia
• Instruksikan pasien untuk selalu menyediakan karbohidrat sederhana
38
POKOK BAHASAN 3
Asuhan Kegawatdaruratan Pada Psikiatri.
SUB POKOK BAHASAN:
Faktor Predisposisi :
1. Biologis
Heriditer, gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan NAPZA.
2. Psikologis
Pengalaman gagal kehidupan yang mengakibatkan perasaan frustasi
,gagal
dan tidak berguna.
3. Sosiokultural
Pembelajaran sosial yang membenarkan perilaku kekerasan:
• korban kekerasan
• control sosial yang kurang (pembenaran perilaku kekerasan)
Faktor Presipitasi
Presipitasi dapat bersifat factor eksternal maupun internal dari individu.
1. Faktor internal:
• Perasaaan gagal dan kehilangan
2. Faktor eksternal:
• Korban kekerasan, lingkungan yang stresful (ribut, padat, dihina).
39
Tanda dan Gejala
Dari hasil observasi untuk perilaku kekerasan dapat diperoleh data sebagai
berikut :
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian maka diagnosis keperawatan yang dapat
ditemukan pada klien adalah sebagai berikut:
a. Perilaku kekerasan
b. Resiko perilaku kekerasan
Rencana Keperawatan
Perilaku kekerasan
Intervensi NIC (Nursing Intervention Classification)
Behavior Management: Merusak Diri
• Dorong pasien untuk mengungkapkan secara verbal konsekuensi
dari perubahan fisik dan emosi yang mempengaruhi konsep diri
• Pertahankan lingkungan dalam stimulus yang rendah
• Ciptakan lingkungan yang psikososial
• Kembangkan orientasi sesuai kenyataan
• Singkirkan semua benda berbahaya
• Lindungi klien dan keluarga dari bahaya halusinasi
• Tingkatkan peran serta keluarga pada tiap tahap perawatan dan
jelaskan prisip-prinsip tindakan pada halusinasi
40
• Salurkan perilaku merusak pada kegiatan fisik
• Lakukan fiksasi bila diperlukan
• Berikan obat-obatan antipsikotik yang sesuai untuk menurunkan
kecemasan dan menstabilkan mood serta menurunkan stimulasi
kekerasan terhadap diri sendiri
Impulse Control Training
• Ajarkan pasien penggunaan teknik menenangkan diri/relaksasi
(nafas dalam)
Evaluasi
NOC (Nursing Outcomes Classification)
• Self Mutilation
• Impulse Self Control
Kriteria Hasil:
• Dapat menahan diri dari mencederai diri sendiri
• Adanya Intervensi awal untuk mencegah respon agresif yang
diperintahkan halusinasi
• Pasien dapat mengartikan sentuhan sebagai ancaman
• Adanya upaya mencegah kemungkinan cedera pasien atau orang
lain karena adanya perintah dari halusinasi
• Pasien menyadari suara itu tidak ada
• Adanya Keterlibatan pasien dalam kegiatan interpersonal, hal ini
akan menolong pasien kembali dalam realitas
a. Resiko perilaku kekerasan
Intervensi NIC (Nursing Intervention Classification)
Behavior Management
• Mengontrol pasien bertanggung jawab atas perilakunya
• Komunikasikan tentang harapan bahwa pasien akan
mempertahankan/kontrol kondisinya (emosinya)
• Konsultasikan dengan keluarga untuk menetapkan data dasar kognitif
pasien
• Tetapkan batas dengan pasien
41
• Menahan diri dari berdebat atau tawar menawar mengenai batas yang
ditetapkan dengan pasien
• Menetapkan rutinitas
• Menetapkan pergeseran-pergeseran ke konsistensi dalam lingkungan
dan rutinitas perawatan
• Menggunakan pengulangan secara konsisten dapat dari rutinitas
kesehatan sebagai cara menetapkan mereka
• Menghindari gangguan peningkatan aktivitas fisik yang sesuai
• Membatasi jumlah perawat, memanfaatkan suara, berbicara lembut
rendah
• Menghindari kesendirian pasien mengarahkan perhatian sumber
agitasi
• Menghindari memproyeksi gambar mengancam
• Menghindari berdebat dengan pasien
• Mengabaikan perilaku yang tidak pantas
• Mencegah perilaku agresif-pasif
• Pujian upaya pengendalian diri
• Mengobati seperlunya
• Menerapkan pergelangan tangan/kaki/hambatan dada yang
diperlukan
Evaluasi
NOC (Nursing Outcomes Classification)
• Abuse Protection
• Impulse Self Control
Kriteria Hasil:
• Dapat mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perilaku
kekerasan
• Dapat mengidentifikasi cara alternative untuk mengatasi masalah
• Dapat mengidentifikasi sistem pendukung di komunitas
• Tidak menganiaya orang lain secara fisik, emosi dan seksual
• Dapat menahan diri dari menghancurkan barang-barang milik
orang lain
42
• Dapat mengidentifiakasi kapan marah, frustasi atau merasa agresif
43
Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka diagnosis keperawatan yang
dapat ditemukan pada klien adalah sebagai berikut:
Resiko Bunuh Diri
Rencana Keperawatan
Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan/tindakan sebanyak...kali pasien aman dan
selamat
Kriteria hasil:
➢ Klien dapat berpikir positif terhadap diri, dapat menyusun rencana masa
depan
Rencana tindakan:
• Bina hubungan saling percaya dengan pasien
• Atasi masalah fisik akibat percobaan bunuh diri (rawat luka atau
kondisi akibat tindakan percobaan bunuh diri)
• Identifikasi alasan, cara, dan waktu klien melakukan tindakan bunuh
diri
• Identifikasi alternatif penyelesaian masalah selain tindakan bunuh diri:
ekspresi perasaan kepada orang yang dapat dipercayai (teman atau
keluarga)
berpikir positif
melakukan aktivitas positif yang disenangi
aktivitas spiritual: baca doa, sholat
• Observasi pasien setiap 15 - 30 menit sekali
• Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas,
ikat pinggang)
• Dengan lembut jelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
• Berikan terapi musik untuk pasien atau berzikir
• Membantu pasien meningkatkan harga dirinya
- Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
44
- Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
- Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
- Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien
• Membantu pasien menerapkan pola koping yang konstruktif:
- Identifikasi pola koping maladaptif dan adaptif
- Identifikasi dampak koping yang dilakukan
- Pilih pola koping adaptif
- Anjurkan menggunakan pola koping konstruktif
• Kolaborasi dengan medis untuk program pengobatan dengan
menggunakan prinsip lima (5) benar
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga / Pendamping Jamaah
• Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
• Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya risiko
bunuh diri dan mengambil keputusan merawat pasien.
• Melatih keluarga/pendamping menciptakan suasana keluarga dan
lingkungan yang aman
• Melatih keluarga cara-cara membimbing dan memantau pasien
mengatasi
risiko bunuh diri dan kemampuan pasien dalam mencapai masa
depan.
• Menganjurkanfollow-up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
Evaluasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan penilaian (evaluasi) terhadap respon
verbal dan non verbal klien selama melakukan tindakan keperawatan untuk
melihat keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
Evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan adalah:
• Pasien
- Pasien aman/selamat
- Pasien meningkat harga dirinya
45
- Memiliki mekanisme koping yang konstruktif
- Memanfaatkan dukungan sosial
• Keluarga / pendamping:
- Memahami masalah pasien
- Memahami cara merawat: mengawasi, meningkatkan harga
diri, meningkatkan dukungan bagi pasien
- Memberi kesempatan menggunakan koping yang konstruktif
3. Panik.
Pengkajian
Pengertian Panik adalah serangan ansietas yang kuat, ekstrim dan akut,
yang dapat disertai dengan depersonalisasi dan/atau derealisasi (
kebingungan akan diri dan lingkungan) munculnya mendadak, tidak
terbatas pada situasi atau kondisi stresor tertentu.atau merupakan
Serangan anxietas atau ketakutan yang tidak dapat dijelaskan, timbulnya
mendadak,menghebat dengan cepat dan sering hanya berlangsung
beberapa menit
Tanda dan gejala panik
• Hilang kontrol
• Tak bisa melakukan sesuatu tanpa perintah atau arahan.
• Disorganisasi kepribadian.
• Meningkatnya aktivitas motorik
• Menurunnya kemampuan menghubung-hubungkan.
• Distrosi persepsi
• Hilangnya pikiran rasional
• Hilangnya komunikasi dan fungsi efektif.
• Bila berlangsung berkepanjangan menyebabkan exhaustion ~
kematian
• Respons fisik: napas pendek, nadi, tekanan darah naik, mulut kering,
diare/ konstipasi, gelisah, berkeringat, sakit kepala, sulit tidur
• Respons kognitif: lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima
rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
46
• Respons perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, bicara
berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
• Sering disertai gejala fisik berupa:
• Nyeri dada
• Rasa seperti tercekik
• Perut seperti terbakar
• Pusing
• Perasaan tidak nyata
• Atau merasa ada bencana pribadi: kehilangan kontrol, menjadi
gila, serangan jantung, akan mati
• Palpitasi
Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka diagnosis keperawatan
yang dapat ditemukan pada klien adalah sebagai berikut:
Panik
Rencana Keperawatan
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali pasien akan mengalami
penyembuhan dari gejala-gejala anxietas berat/panik
Intervensi NIC (Nursing Intervention Classification)
Anxiety Reduction
• Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
• Jelas menyatakan harapan perilaku pasien
• Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi diperkirakan akan dialami
selama prosedur terapi
• Berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress
• Memberikan informasi faktual tentang diagnosis, pengobatan dan
prognosa
• Tetap dengan pasien untuk meningkatkan keselamatan dan
mengurangi rasa takut
• Dorong keluarga untuk tinggal dengan pasien
• Menyediakan benda yang melambangkan keselamatan/keamanan
47
• Mendorong kegiatan kompetitif yang sesuai
• Jauhkan peralatan pengolahan keluar dari pandangan
• Mendengarkan dengan perhatian
• Memperkuat perilaku yang sesuai
• Mendorong verbalisasi perasaan, persepsi dan ketakutan
• Mengidentifikasi ketika tingkat kecemasan mengalami perubahan
• Menyediakan aktivitas pengalihan untuk mengurangi situasi yang
memicu kecemasan
• Mendukung penggunaan mekanisme pertahanan yang sesuai
• Membantu pasien mengartikulasikan gambaran realistis
• Menentukan pasien dalam kemampuan pengambilan keputusan
• Anjurkan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
• Memberi obat yang sesuai untuk mengurangi kecemasan
• Menilai tanda-tanda verbal dan kecemasan nonverbal
Evaluasi
NOC (Nursing Outcomes Classification)
• Anxiety
• Post Trauma Syndrome
• Rape Trauma Syndrome
Kriteria Hasil:
• Tingkat ketakutan : keparahan, manifestasi rasa takut, ketegangan
atau kegelisahan yang berasal dari sumber yang dapat dikenali
• Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan
• Menghindari sumber ketakutan bila mungkin
• Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan ketakutan
• Memantau penurunan durasi episode
• Memantau lamanya waktu antara episode ketakutan
• Mempertahankan kontro, terhadap kehidupan
• Mempertahankan performa peran dan hubungan sosial
• Mengendalikan respon ketakutan
• Tetap produktif
48
4. Dementia.
Pengkajian
Demensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi
kesadaran.
Tanda dan gejala
• Pelupa
• Disorientasi waktu, tempat, orang
• Cepat marah
• Sulit diatur
• Sukar melakukan kegiatan sehari-hari
• Sering mengulang kata-kata.
• Daya ingat hilang
• Sulit belajar
• Kurang konsentrasi
• Kurang kebersihandiri
• Risiko kecelakaan
• Tremor
• Kurang koordinasi gerakan
Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka diagnosis keperawatan yang
dapat ditemukan pada klien adalah sebagai berikut:
a. Gangguan proses Pikir Pikun
Rencana Keperawatan
Gangguan Proses Pikir Pikun
Rencana Keperawatan
Setelah dilakukan kunjungan sebanyak...kali pasien mampu berorientasi
terhadap waktu, tempat dan orang
Rencana tindakan:
a. Beri kesempatan bagi pasien untuk:
• Mengenal barang milik pribadinya
• Mengenal waktu
49
• Menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat
• mengenal dimana dia berada
b. Berikan pujian jika pasien dapat menjawab dengan benar.
c. Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
d. Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat
dilakukannya.
e. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
f. Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.
g. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
h. Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
Tujuan:
Setelah dilakukan kunjungan tindakan sebanyak...kali pasien mampu
berorientasi terhadap waktu, orang dan tempat
Kriteria hasil:
Klien dapat mengenal tempat, orang dan waktu
Evaluasi
Evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan adalah:
Pasien mampu:
• menyebutkan hari, tanggal dan tahun sekarang dengan benar
• menyebutkan nama orang yang dikenal
• menyebutkan tempat dimana pasien berada
• melakukan kegiatan harian sesuai jadual
• mengungkapkan perasaannya setelah melakukan kegiatan.
50
III. LATIHAN SOAL
Soal Kasus A (soal no. 1 sd 3):
Ny. S berusia 50 tahun adalah jama’ah haji dari kloter 30 JKS datang ke
KKHI Madinah diantar oleh petugas kesehatan haji kloter (TKHI) dengan
keluhan sesak napas diserta batuk berdarah, klien punya riwayat TB paru.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan data: terdapat sisa darah
dan sekret di mulut dan hidung klien, klien tampak pucat dan lemah, akral
dingin, terlihat retraksi intercostae. Dari pemeriksaan vital sign didapatkan:
TD. 90/70 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 35x/menit (reguler), Stridor (+), Ronchi
(+), dan Suhu tubuh 36’5 °c, kesadaran compos mentis.
1. Apakah masalah keperawatan (diagnosa) yang utama pada kasus
tersebut?
a. Pola nafas tidak efektif
b. Kekurangan volume cairan
c. Risiko kekurangan volume cairan
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Intervensi/tindakan keperawatan mandiri yang utama pada kasus
tersebut adalah..........
a. Lakukan suction sesuai kebutuhan
b. Lakukan pemeriksaan AGD
c. Lakukan pemasangan IV Line
d. Berikan obat-obatan vasodilatator
3. Outcome (NOC) dari tindakan keperawatan pada kasus tersebut
adalah............
a. Kebutuhan cairan terpenuhi
b. Respiratory status : Airway patency
c. Nilai AGD (SaO2) menurun
d. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Soal Kasus B:
51
Tn. M jama’ah haji Indonesia umur 35 tahun datang ke RSAS King Abdul
Aziz rujukan dari KKHI Mekkah dengan hematoma di temporal dekstra akibat
jatuh, dirawat di UGD dalam kondisi kesadaran menurun. Korban membuka
mata dengan cubitan di kelopak mata, dan mampu menepis cubitan tersebut
dengan tangan kanannya dan saat diajak bicara hanya erangan kesakitan
yang keluar dari mulut korban.
4. Berapakah skor GCS pada pasien tersebut?
a. E2V4M5
b. E3V2M4
c. E2V3M5
d. E3V2M5
52
a. Sesak napas berkurang
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
c. Kebutuhan oksigen terpenuhi
d. Defisit volume cairan teratasi
V. LAMPIRAN :
1. Panduan diskusi kelompok
Seluruh peserta dibagi menjadi 4 [empat] kelompok dan masing-masing
kelompok memilih 1 orang ketua kelompok dan sekretaris. Dengan dipandu
oleh ketua kelompok masing-masing kelompok mendiskusikan hal-hal
sebagai berikut :
2. Panduan Games
53
MEKANISME RUJUKAN DI ARAB SAUDI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada jemaah haji
Indonesia, telah menyadiakan sarana pelayanan kesehatan terbatas di tiga daerah
kerja yaitu Makkah, Madinah dan Jeddah. Namun sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan yang tersedia masih sangat terbatas, sehingga untuk kasus-kasus
tertentu yang tidak teratasi pada unit pelayanan kesehatan yang disediakan, maka
jemaah haji sakit akan dikirim kesarana pelayanan yang lebih tinggi dan lengkap
(rujuk). Pemerintah Arab Saudi sesuai denganTaklimatil Hajj telah menyiapkan
seluruh rumah sakit pemerintah sebagai pusat rujukan tertinggi secara gratis.
2. Tatalaksana rujukan
a. Persiapan rujukan
b. Pelaksanaan rujukan
c. Evaluasi rujukan
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi
ini.
Langkah 1.
Pengkondisian
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2.
Diskusi singkat mengenai materi yang akan disampaikan (sesuai dengan metode
yang telah dipilih pada GBPP). Fasilitator menjelaskan tujuan materi dan metode
yang akan disampaikan. Materi ini disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi,
Langkah 3.
1. Fasilitator menjelaskan materi kepada peserta. Selama penyampaian
materi peserta diperbolehkan bertanya dan dijawab oleh fasilitator.
2. Setelah materi selesai dijelaskan dilakukan diskusi tanya jawab antar peserta
dan fasilitator.
B. Tujuan
Rujukan bertujuan agar jemaah haji Indonesia yang sedang sakit bisa segera
mendapatkan pengobatan sesuai dengan kondisi penyakitnya. Karena bisa
saja jemaah haji yang sedang sakit tiba-tiba jatuh kedalam kondisi parah dan
memerlukan pemeriksaan dan pengobatan yang lengkap, sedangkan saat itu
sarana dan prasarana yang dimiliki kurang memadai. Agar jemaah haji
dapat cepat ditangani dan tidak jatuh dalam kondisi lebih parah maka perlu
POKOK BAHASAN 2
MEKANISME RUJUKAN DI ARAB SAUDI
A. Persiapan Administrasi
1. Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH)
2. Formulir rujukan atau Referred Case Report (KHARu)
3. Tanda terima Jemaah haji sakit (KHRuRs)
4. Jemaah haji sakit
5. Petugas kesehatan
6. Pendamping (keluarga/karu/karom)
C. Persiapan Pasien
Sebelum dirujuk, jemaah haji sakit perlu disiapkan:
1. Kondisi kesehatan jemaah dalam keadaan stabil
2. Pastikan jemaah sakit siap dirujuk
3. Pastikan alat-alat penunjang jemaah sakit dalam keadaan terpasang dan
berfungsi dengan baik, seperti; infus, oksigen, suction, EKG, NGT, perban,
spalk, termasuk label (gelang, identitas lainnya).
D. Persiapan petugas
Petugas kesehatan merupakan pendamping jemaah haji sakit yang akan dirujuk
selama diperjalanan, baik ke klinik sektor, KKHI, maupun ke Rumah Sakit Arab
Saudi, sehingga perlu disiapkan dengan baik. Adapun persiapan petugas yang
harus dilakukan adalah:
1. Pastikan petugas kesehatan yang berkompeten, yaitu tahu dan memahami
kondisi kesehatan jemaah haji serta mampu melakukan tindakan sesuai dengan
masalah kesehatan jemaah.
2. Pastikan petugas kesehatan yang memahami prosedur atau mekanisme
rujukan.
I. DESKRIPSI SINGKAT
Evakuasi jemaah haji sakit merupakan proses pemindahan jemaah haji sakit /
penderita dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan
ambulance. Didalam proses pemindahan/ evakuasi terdapat 2 unsur terkait yaitu
yang melaksanakan evakuasi dan alat transportasi yang digunakan. Evakuasi
dilaksanakan oleh petugas kesehatan yang terdiri dari Dokter, Perawat dan Sopir
Ambulance.Sedangkan alat transportasi yang biasa digunakan adalah ambulance,
brankard, kursi roda, motor, dan TETA.Evakuasi bisa dilakukan dari KKHI Madinah
ke KKHI Mekkah pada saat Pra Armina.KKHI Arafah dan Mina melakukan evakuasi
ke KKHI Mekkah saat ARMINA.Dan terakhir pasca ARMINA bisa dilakukan evakuasi
dari KKHI Mekkah ke KKHI Jeddah, KKHI Mekkah Ke Madinah dan atau KKHI
Madinah ke KKHI Jeddah.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran (T= 1
jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan
meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut :
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang
diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan /sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas
flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran evakuasi jamaah
haji dalam pelaksanaan pelayanankesehatan haji.
Menurut Permenkes No.62 Tahun 2016, Evakuasi Jemaah Haji adalah kegiatan
pemindahan Jemaah Haji sakit dari satu lokasi ke lokasi lainnya sesuai proses
penyelenggaraan ibadah haji.
B. Tujuan evakuasi
Tujuan dilakukannya evakuasi adalah :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan jama’ah haji sakit
2. Memindahkan/ menghantarkan/ mendampingi jama’ah sakit menuju tempat
rangkaian ibadah yang harus dijalani
3. Memindahkan/menghantarkan/mendampingi jama’ah haji sakit yang akan
kembali ke tanah air
C. Kriteria Evakuasi
1. Jemaah haji sakit rawat inap yang berdasarkan hasil pemeriksaan medis
sudah layak (transportable) untuk dipindahkan ke tempat pelayanan
kesehatan lain namun tidak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan
ibadah bersama kloternya
2. Jemaah haji sakit yang sudah sembuh dan dibenarkan pulang ke kloternya
namun kloternya sudah pindah ke daerah kerja lain
D. Prosedur Evakuasi
1. Menyiapkan jemaah sakit yang kan di evakuasi
2. Menyiapakan keperluaan pasien dan pendamping seperti makanan dan
minuman
3. Menyiapkan dokumentasi keperawatan
4. Menyiapkan oksigen, cairan infus lengkap, obat-obatan,emergency kit,
urinal/pispot dan pispot
5. Mengatur posisi pasien di ambulance
I. DESKRIPSI SINGKAT
Tugassebagai Tim safari Wukuf meliputi peran yang di lakukan saat pelaksanaan
wukuf di Arofah.Salah satu rukun haji adalah wukuf. Wukuf ini dilakukan di
padang arafah pada tanggal 9 dzulhijah dimana seluruh jemaah haji berkumpul
berdiam diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bagi jemaah yang
mengalami sakit hal ini menjadi kendala. Untuk itu Kantor Kesehatan Haji Daker
Makkah selaku pelaksana pelayanan kesehatan di daerah Makkah melaksanakan
kegiatan safari wukuf. Suatu layanan menghadirkan jemaah sakit di Padang
Arafah agar dapat berkumpul dengan jutaan para Hujjaj seluruh dunia.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran
(T= 1 jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses
pembelajaran dan meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun
langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah
dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
Modul Pelatihan PPIH 2017 2
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pemulangan jemaah
haji sakit/tanazul dengan metode curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
materi konsepsi dasar pemulangan jemaah haji sakit, dan mekanisme
pemulangan jemaah haji sakit yang disampaikan dengan menggunakan
bahan tayang (slide power point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum
jelas dan perlu diklarifikasi.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas
flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
POKOK BAHASAN 2
MEKANISME SAFARI WUKUF JEMAAH HAJI DI ARAB SAUDI
A. Persiapan Administrasi
1. Rapat koordinasi persiapan dengan Daker
2. Membentuk tim safari wukuf, membuat daftar dan jadwal rencana kegiatan
3. Menentukan dan menyepakati kriteria/ ketentuan jemaah sakit untuk safari
wukuf diluar ketentuan yang ada
4. Memberikan informasi/edaran yang terkait pelaksanaan safari wukuf pada
Sektor,Kloter dan pihak terkait lainnya
5. Mengiventarisir daftar jemaah yang akan safari wukuf dan badal
6. Kelengkapan atribut haji seperti gelang identitas jemaah dan gelang petugas
7. Mengiventarisir daftar jemaah yang masih dirawat di RSAS untuk
menentukan badal atau bisa ikut safari wukuf
8. Melakukan koordinasi dengan Daker tentang jumlah jemaah safari wukuf
dan badal
D. Persiapan Tugas
1. Pra ARMINA
• Melakukan koordinasi dengan Tim Safari Wukuf seperti Dokter, Farmasi,
Perbekkes, Gizi, Sanitasi dan Surveilance, Siskohatkes, dan Administrasi
tentang persiapan yang diperlukan selama pelaksanari safari wukuf.
• Menyiapkan kebutuhan jemaah safari wukuf seperti baju ihram laki-laki
dan perempuan, alat tenun,selimut,alat mandi, emergency kit, alat-alat
kesehatan, tempat tidur, selimut, sendal, pita, obat-obatan,
makanan/minuman ,kursi roda, tandu,papan nama atau name tag sebagai
tanda identitas pasien,dll.
• Menyiapkan jadwal perawat yang bertugas mulai dari memandikan
sampai dengan melakukan evakuasi dan pendampingan di dalam bis.
• Menyiapkan form informed consent safari wukuf dan dokumentasi
keperawatan
2. ARMINA :
• Menyiapkan jemaah safari wukuf dimulai dari memandikan, memakai
pakaian ihram, dan menuntun membaca niat dan sholat 2 rakaat.
• Memastikan keperluan pasien seperti alat-alat kesehatan, obat-
obatan,makanan dan minuman, dan keperluan lainnya sudah di dalam
bis.
3. Pasca AMINA
• Melakukan perawatan pasca Armina di ruang perawatan
• Melakukan koordinasi dengan Sektor/Kloter tentang pemulangan jemaah
kembali ke Sektor/Kloter
• Melakukan koordinasi dengan PIJU/Karu/Karom/Ketua kloter tentang
rangkaian ibadah selanjutnya seperti pelaksanaan thawaf ifadah, lontar
jumroh ,dll.
• Membuat laporan hasil pelaksanaan safari wukuf dan status ibadah
jemaah
I. DESKRIPSI SINGKAT
Program visatasi Jemaah haji merupakan salah satu program pembinaan
danperlindungan kesehatan haji kepada jamaah haji sakit yang dilaksanakan di arab
Saudi. Petugas kesehatan haji di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) serta di
sektor-sektor sengaja mengadakan pendekatan dengan para jemaah dengan cara
secara rutin melakukan kunjungan pendekatan ke pondokan para jemaah sekaligus
memberikan bimbingan di bidang kesehatan dan konsultasi serta nasihat bagi
mewujudkan ibadah secara sehat.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran (T= 1
jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan
meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut :
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan yang
diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing – masing
pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran pemulangan
jamaah haji sakit dalam pelaksanaan pelayanankesehatan haji.
RS ARAB SAUDI
TKR KKHI
SEKTOR
TKHI
KLOTER
TGC
2. Visitasi KKHI
Visitasi di KKHI dilakukan oleh dokter spesialis sesuai diagnosis yang sudah
ditetapkan. Tempat visitasi di KKHI yaitu, ruang rawat pria, ruang rawat
wanita, ICU, dan ruang rawat jiwa .
POKOK BAHASAN 2
MEKANISME VISITASI
A. Persiapan Visitasi
Sebelum melakukan visitasi, maka seorang perawat perlu menyiakan sarana dan
prasarana serta penunjang lainnya yang dibutuhkan di dalam kegiatan visitasi,
yaitu antara lain:
1. Tim kesehatan (dokter, perawat, gizi, kesling) yang sudah ditunjuk sebagai tim
visitasi.
2. Alat-alat penunjang medis dan keperawatan, seperti; tensi meter, termometer,
stetoscope, penlight, dll).
B. Persiapan transportasi
Alat transportasi yang digunakan pada saat tim kesehatan visitasi menggunakan
mobil ambulance yang sudah disiapkan berupa saranapenunjang kesehatan
jama’ah termasuk supir ambulancenya. Hal tersebut bertujuan untuk kelancara
memberikan pembinaan terhadap semua jemaah haji yang berada di arab saudi
berupa deteksi dini terutama masalah kesehatan dan memberikan perlindungan
kepada Jemaah haji sakit yang dirawat di sector, KKHI dan RS Arab Saudi
termasuk kelancaran dalam proses rujukan pada saat ada jama’ah haji yang harus
dirujuk ke sektor, KKHI, atau RSAS yang terdekat. Adapun persiapan transportasi
meliputi:
1. Persiapan kondisi ambulance yang layak operasional
2. Kelengkapan surat mobil ambulance
3. Kelengkapan alat-alat yang diperlukan selama perjalanan seperti emergency
kit, O2, cairan infus, nebulizer, pispot/urinal,obat-obatan, Tensimeter, Glukotest,
pulse oxymeter, dll.
4. Kebutuhan nutrisi selama perjalanan yang berkoordinasi dengan tim gizi
Selain petugas TKHI, petugas PPIH (TGC dan TKR sektor) bersama dengan Tim
Pendukung Kesehatan juga melalukan visitasi dipondokan dan sektor sedangkan
di RS Arab Saudi dilakukan oleh TKR dan TPK yang ada di KKHI.
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pemerintah Indonesia dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada jemaah haji
Indonesia, telah menyadiakan sarana pelayanan kesehatan terbatas di tiga daerah
kerja yaitu Makkah, Madinah dan Jeddah.Pemerintah Arab Saudi sesuai dengan
Taklimatil Hajj telah menyiapkan seluruh rumah sakit pemerintah sebagai pusat
rujukan tertinngi secara gratis.
Bagi jemaah haji yang masih dirawat, bila menurut menilaian dokter tidak laik
meneruskan perjalan ibadahnya bahkan akan memperberat penyakitnya, maka dapat
dilakukan pemulangan lebih awal (dini)/tunda dari jadwal atau kelompok terbangnya
(kloter) yang telah ditelah ditentukan. Sedangkan jemaah haji yang masih rawat inap
di rumah sakit sampai masa operasional haji selesai maka proses pemulangannya
diserahterimakan kepada Konjen RI.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini adalah sebanyak 3 jam pelajaran (T= 1
jpl, P= 2 jpl, PL= 0 jpl) @45 menit. Untuk mempermudah proses pembelajaran dan
meningkatkan partisipasi seluruh perserta, maka perlu disusun langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut :
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah dan
hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pemulangan jemaah haji
sakit/tanazul dengan metode curah pendapat (brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
materi konsepsi dasar pemulangan jemaah haji sakit, dan mekanisme
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan / sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada kertas
flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing – masing
pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran pemulangan
jemaah haji sakit dalam pelaksanaan pelayanankesehatan haji.
B. Tujuan tanazul
Tujuan dari pemulangan (tanazul) jemaah haji sakit baik pemulangan dini/tunda
dan pemulangan akhir adalah terfasilitasinya jemaah haji sakit yang akan kembali
ke Indonesia lebih awal/akhir dari jadwal kelompok terbangnya atau setelah masa
opersasional dengan aman dan nyaman.
1. Jema’ah haji yang pulang dini/tunda ditentukan oleh Tim Dokter Kantor
Kesehatan Haji Indonesia (KKHI)
2. Disetujui oleh yang bersangkutan dan keluarga
3. Tersedia tempat di pesawat baik posisi baring maupun posisi duduk
4. Sudah melaksanakan kesempurnaan ibadah haji
5. Telah memenuhi administrasi operasional ibadah haji
Menurut pasal 24 dan 25 Permenkes No.62 tahun 2016, jemaah haji pasca rawat
dari RSAS yang dipulangkan ke Indonesia pasca operasional haji dan
memerlukan perawatan di rumah sakit, dapat dirujuk ke RS rujukan. Rujukan
jemaah haji ditentukan oleh dokter pemeriksa pada Kantor Kesehatan Pelabuhan
(KKP) dengan mempertimbangkan surat keterangan RS di Arab Saudi dan
kondisi kesehatan terkini.
RSAS MADINAH
POKOK BAHASAN 2
A. Persiapan Pemulangan
Sebelum pemulangan jemaah haji sakit yang dikategorikan sudah tidak layak untuk
meneruskan perjalanan ibadah dan dapat memperberat penyakitnya dibutuhkan
persiapan kelengkapan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk proses
pemulangan dini , yaitu :
1. Daftar jemaah haji sakit yang perlu dipulangkan dini
2. Informasi & biodata jemaah haji sakit pulang dini/akhir
3. Resume medis dari dokter TKHI dengan mengisi form dalam Bahasa inggris/arab
4. Informasi fasilitas untuk kepulangan dini jemaah haji terutama seat/stretcher
sesuai dengan penerbangan
B. Pelaksanaan Pemulangan
Prosedur pelaksanaan pemulangan dini/tunda jemaah haji :
1. Tim dokter KKHI Jeddah, Makkah, dan Madinah melakukan pemeriksaan
terhadap jemaah haji sakit yang akan dipulangkan dini baik dari kloter, KKHI,
atau RSAS
2. Petugas KKHI menginformasikan nama-nama jemaah haji/keluarga pendamping
yang akan pulang dini kepada Tim pelayanan pemulangan di Daker masing-
masing
3. Tim pelayanan pemulangan Daker menyampaikan informasi kepada petugas
KKHI tentang fasilitas yang tersedia selambat-lambatnya 4 hari sebelum hari
keberangkatan pulang (EDT)
4. Tiga hari (72 hari) sebelum rencana pemulangan, dokter KKHI melakukan
pemeriksaan/memantauan kondisi pasien yang dirawat di KKHI/RSAS untuk
menentukan apakah pasien memenuhi persyaratan laik terbang sesuai kriteria
sebagai berikut :
a. Tidak memerlukan oksigen terus-menerus
Menurut pasal 24 dan 25 Permenkes No.62 tahun 2016, jemaah haji pasca rawat dari
RSAS yang dipulangkan ke Indonesia pasca operasional haji dan memerlukan
perawatan di rumah sakit,dapat dirujuk ke RS rujukan. Rujukan jemaah haji ditentukan
oleh dokter pemeriksa pada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dengan
mempertimbangkan surat keterangan RS di Arab Saudi dan kondisi kesehatan terkini.
C. Evaluasi Pemulangan
Menurut pasal 24 dan 25 Permenkes No.62 tahun 2016, jemaah haji pasca rawat dari
RSAS yang dipulangkan ke Indonesia pasca operasional haji dan memerlukan
perawatan di rumah sakit,dapat dirujuk ke RS rujukan. Rujukan jemaah haji ditentukan
oleh dokter pemeriksa pada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dengan
mempertimbangkan surat keterangan RS di Arab Saudi dan kondisi kesehatan terkini.
Dokter pada KKP berwenang menilai transportabilitas jemaah haji yang sakit untuk
penerbangan ke daerah adal dan merekomendasikan penanganan tertentu selama
penerbangan dan/atau perawatan lanjutan
Dalam rangka memfasilitasi dukungan kesehatan bagi jemaah haji yang sakit selama
perjalanan kepulangan, KKP yang memiliki wilayah kerja tempat jemaah haji mendarat,
melakukan koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan asal Jammah haji.
VIII. RANGKUMAN
Jemaah haji sakit yang berdasarkan penilaian dokter tidak laik untuk meneruskan
perjalanan ibadahnya bahkan dapat memperberat penyakitnya, dilakukan
pemulangan ke Indonesia lebih dini/akhir , dengan syarat jemaah haji sakit sudah
melaksanakan seluruh rukun dan wajib rangkaian ibadah haji.Kriteria dan
persyaratan pemulangan jemaah haji sakit terutama kelengkapan dokumen harus
dipersiapakan dengan melibatkan pihak-pihak terkait.
I. DESKRIPSI SINGKAT
Pencatatan dan pelaporan atau dokumentasi asuhan keperawatan merupakan
aspek yang paling penting bagi perawat sebagai bentuk tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap tindakan yang telah dilakukan pada pasien. Sehingga
perawat dituntut untuk membuat dokumentasi yang berkualitas, lengkap, akurat
dan sesuai standar dokumentasi yang sudah ditetapkan oleh institusi maupun
lembaga profesi.
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dengan menyapa peserta dengan ramah
dan hangat.
c. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas mulailah dengan
memperkenalkan diri, Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama
lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
d. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang mekanisme rujukan
jemaah haji sakit di fasilitas kesehatah dengan metode curah pendapat
(brainstorming).
e. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang
materi konsepsi dasar evakuasi, dan mekanisme evakuasi jemaah haji
yang disampaikan dengan menggunakan bahan tayang (slide power
point).
2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan.
b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator.
c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.
d. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator bila ada hal-hal yang belum jelas
dan perlu diklarifikasi.
2. Kegiatan Peserta
a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting.
b. Mengajukan pertanyaan kepada fasilitator sesuai dengan kesempatan
yang diberikan.
c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator.
2. Kegiatan Peserta
a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.
b. Mendengar, mencatat dan bertanya terhadap hal-hal yang kurang jelas
kepada fasilitator.
c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan /sub pokok
bahasan yang ditugaskan fasilitator dan menuliskan hasil dikusi pada
kertas flipchart untuk dipresentasikan.
d. Mengikuti simulasi yang diberikan oleh fasilitator secara proaktif.
2. Kegiatan Peserta
a. Mengikuti proses penyajian kelas
b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator
c. Bersama dengan fasilitator merangkum hasil presentasi dari masing –
masing pokok bahasan yang telah dipresentasikan dengan baik.
d. Ikut serta dalam refleksi simulasi yang sudah dilakukan sebelumnya.
2. Kegiatan Peserta
a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.
b. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran evakuasi jemaah
haji dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan haji.
Modul Pelatihan PPIH 2017 4
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
KONSEP PENCATATAN DAN PELAPORAN KEPERAWATAN
A. Pengertian
Pencatatan dan pelaporan atau dokumentasi asuhan keperawatan
didefinisikan sebagai catatan lengkap yang berisi informasi tentang status
kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta
respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya.
B. Tujuan
1. Sebagai sarana komunikasi Dokumentasi yang dikomunikasikan secara
akurat dan lengkap dapat berguna untuk :
a. Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan
oleh tim kesehatan.
b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian
dalam memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien
c. Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat Sebagai upaya untuk
melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima
dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan
tugasnya.
3. Sebagai informasi statistik Data statistik dari dokumentasi
keperawatan/kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan
dimasa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis
4. Sebagai sarana pendidikan
5. Sebagai sumber data penelitian Informasi yang ditulis dalam dokumentasi
dapat digunakan sebagai sumber data penetilian
6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan
7. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 2
MELAKUKAN PENGISIAN FORM PENCATATAN DAN PELAPORAN
KEPERAWATAN
A. Catatan Integrasi Keperawatan
Rekam medis memfasilitasi dan mencerminkan integrasi dan
koordinasiperawatan. Secara khusus, setiap praktisi kesehatan: perawat,
dokter, ahli terapi,ahli gizi dan professional kesehatan lainnya mencatat
pengamatan, pengobatan,hasil atau kesimpulan dari pertemuan/ diskusi tim
perawatan pasien dalam catatanperkembangan yang berorientasi masalah
dalam bentuk SOAP (IE) denganformulir yang sama dalam rekam medis,
dengan ini diharapkan dapatmeningkatkan komunikasi antar professional
kesehatan (Frelita, Situmorang, &Silitonga, 2011;Iyer Patricia and Camp
Nancy, 2004).
B. Laporan Insidentil
PENCATATAN DAN PELAPORAN DI SEKTOR
Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas
dalam bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan di atas kertas, disket, pita nam,
pita film. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara.
Selanjutnya untuk melengkapi pencatatan setiap kegiatan yang dilakukan
diakhiri dengan pembuatan laporan. Pelaporan adalah catatan yang
memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan ke
Modul Pelatihan PPIH 2017 7
pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tertentu. Dengan
demikian kegiatan yang dilakukan selama melakukan tugas tersebut berkaitan
dengan pencatatan dan pelaporan terkait dengan Rawat Jalan, Rawat Inap,
Rujukan baik ke KKHI ataupun RS Arab Saudi dan kunjungan visitasi dokter
spesialis dari KKHI.
Biasanya jemaah yang di rujuk ke sektor adalah jemaah sakit dan risti yang
memerlukan tindakan yang lebih tinggi dari kloternya, apabila membaik
dengan penanganan maka jemaah tersebut dapat di pulangkan dan apabila
tidak akan dilakukan observasi di sektor. Menurut PERMENKES No:
269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang
berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat
oleh dokter sektor mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada
jemaah sakit dalam rangka palayanan kesehatan. Bentuk Rekam Medis
dalam berupa manual yaitu tertulis lengkap dan jelas dan dalam bentuk
elektronik sesuai ketentuan.
Membuat rekam medis dengan data-data sebagai berikut:
1. Jemaah Rawat Jalan
Data jemaah rawat jalan yang dimasukkan dalam form rawat jalan :
a. Identitas Jemaah ( Nama Lengkap, Usia, Nomor Paspor, Nomor Kloter,
Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Tanggal dan waktu.
c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).
d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medis.
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
i. Persetujuan tindakan bila perlu.
j. Nama dan Nomor telpone dokter Kloter
3. Rujukan
Di dalam Permenkes Nomor 001 tahun 2012 tentang sistem rujukan
pelayanan kesehatan perorangan di buatlah pengertian dari sistem rujukan
yaitu merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal
balik baik vertikal maupun horizontal. Hal demikian pada pelaksanaan musim
haji dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan dan perlindungan kepada para
jemaah haji dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal,
adapun sistem rujukan dapat dilakukan dari sektor ke KKHI atau dari sektor
langsung ke Rumah Sakit di Arab Saudi. Surat pengantar rujukan sekurang-
kurangnya memuat hal dibawah ini
a. Identitas pasien ( Nama Lengkap sesuai lembar DAPIH A, Usia, Nomor
Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Hasil pemeriksaan ( Anamnesis, Hasil Pemeriksaan Fisik, Hasil Pemeriksaan
Penunjang) yang telah dilakukan
c. Diagnosa kerja
d. Terapi atau tindakan yang sudah diberikan
e. Tujuan dilakukannya rujukan
Modul Pelatihan PPIH 2017 9
f. Nama dan nomor telphone dokter sektor/ kloter
Seiring waktu dengan proses ibadah haji yang sangat berkaitan dengan
puncak ibadah haji Armina membuat jumlah jemaah haji sakit bertambah dari
waktu ke waktu, dengan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti :
• Tingginya tingkat kelelahan fisik jemaah dalam mengikuti prosesi puncak
ibadah haji di Arafah, Musdalifah dan Mina
• Masih tingginya kelengkapan prosesi ibadah lainnya
• Kapatuhan minum obat
• Ketersediaan obat-obatan
• Kecukupan Gizi
• Kerinduan dengan keluarga
Dengan bertambah tinggi angka kesakitan mengakibatkan jumlah jemaah
sakit menjadi tinggi dan menjadi kendala dan kelemahan pada sistem
pencatatan dan pelaporan di sektor, terutama pada jemaah yang di rujuk
langsung ke rumah sakit di Arab saudi, dokter sektor harus fokus betul dalam
pencatatan dan pelaporan ini dan tidak lupa untuk selalu berkoordinasi
dengan dokter kloter jemaah haji tersebut, adapun hal yang sering terjadi
adalah :
1. Rangkaian ibadah yang harus dilakukan oleh jemaah haji yang dirawat
2. Tindakan yang perlu dilakukan oleh Rumah Sakit di Arab Saudi
3. Perkembangan klinis jemaah yang di rawat
4. Di rujuk kembali ke rumah sakit lain oleh Rumah Sakit tersebut
Untuk meningkatkan perlindungan terhadap jemaah haji sakit dan risti maka
dilakukanlah visitasi yang dilakukan oleh dokter spesialis di KKHI ke jemaah
langsung atau di kumpulkan di sektor guna memantau dan memastikan
kondisi jemaah tersebut dalam kelengkapan obat-obatan untuk meningkatkan
istitaah kesehatan, karenanya dokter TKR di sektor sekiranya mampu
menghimpun jemaah sakit dan jemaah risti dari kloter yang berada dalam
sektornya untuk kemudian berkoordinasi dengan dokter spesialis yang akan
visitasi ke sektor. Adapaun format yang tersedia berisi hal berikut :
a. Identitas Jemaah ( Nama Lengkap sesuai lembar DAPIH A, Usia, Nomor
Paspor, Nomor Kloter, Embarkasi dan Nomor Rumah)
b. Diagnosis
3. Rujukan
Sistem rujukan yang terjadi di KKHI adalah untuk merujuk jemaah sakit ke
rumah sakit arab saudi untuk mendapatkan penanganan dan tindakan lebih
lanjut berkenaan dengan penyakitnya, semua ini harus dilakukan pencatatan
dan pelaporan dalam bentuk surat rujukan dan form data jemaah yang dirujuk
untuk membuat didokumentasikan sehingga dapat diakses oleh pihak yang
membutuhkan. Kendala yang pernah terjadi dikarenakan kurang baiknya
sistem pencatatan dan pelaporan pada sistem rujukan di KKHI adalah
sebagai berikut :
• Kloter kesulitan mengakses keberadaan jemaah haji sakit yang awalnya di
rujuk ke KKHI dan akhirnya oleh KKHI di rujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi
• Rumah Sakit Arab Saudi mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan
dikarenakan maksud dan tujuan tidak jelas dalam formulir rujukan,
sehingga mengakibatkan jemaah belum mendapatkan penanganan yang
maksimal