Professional Documents
Culture Documents
Ringkasan Baca DAVE BAB 10 11
Ringkasan Baca DAVE BAB 10 11
Ketetapan-ketetapan ALLAH
Page 1 of 11
II. Bukti Adanya Ketetapan-Ketetapan Allah
Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita, sesuai dengan rencana
kerelaanNya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkanNya di dalam
Kristus....di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan – kami yang dari semula
ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala
sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya (Ef 1:9-11)”.
Apa yang ditetapkan Allah telah ditetapkanNya secara bebas dan sukarela dan
ketetapan yang telah dibuatNya tidak berdasarkan paksaan. Mungkin saja kadang-kadang
Allah tidak menjelaskan alasanNya ketika menetapkan sesuatu, namun kita dapat yakin
Page 2 of 11
bahwa sekalipun tidak dijelaskan semua ketetapan mempunyai alasan (Ul 29:29). “Engkau
akan mengertinya kelak” (Yoh 13:7). Beberapa tokoh aliran determinisme yang ekstrem telah
beranggapan bahwa kehendak Allah itu mutlak adanya. Segala sesuatu adalah benar karena
Allah telah menghendakinya. Bila ini benar, maka kematian Kristus juga tidak ditentukan
oleh suatu prinsip di dalam diri Allah, tetapi sekadar oleh kehendak Allah, dan apabila Allah
telah ingin untuk menyelamatkan manusia tanpa kematian Kristus maka hal tersebut dapat
dilaksanakanNya dan tindakan itu tetap benar.
Lebih tepat bila dikatakan bahwa semua ketetapan Allah dilandaskan pada
pertimbangan Ilahi yang paling bijaksana dan kudus. Dan semua yang dilakukanNya yaitu
hendak menyelamatkan manusia maka Ia melandaskan segala rencanaNya atas segenap
pengetahuan dan pengertianNya. Dengan demikian, Allah tetap penuh kasih dan pada saat
yang sama juga adil (Maz 85:10). Jadi, atas dasar kebijaksanaan dan kekudusanNya Allah
membuat segala ketetapan itu, baik yang efektif maupun yang permisif.
Jelaslah bahwa tujuan Allah bukanlah terutama kebahagiaan atau pun kekudusan
manusia ciptaanNya. Allah memang menghendaki kebahagiaan manusia ciptaanNya. Paulus
berkata ketika berada di Listra, “dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa
menuruti jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan
berbagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan
musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan”
(Kis 14:16,17). Allah memang berusaha untuk membahagiakan umat manusia, bahkan
memberikan kebahagiaan jasmaniah, namun kebahagiaan tersebut adalah tujuan yang
skunder, bukan tujuan primer.
Tujuan terakhir dan tertinggi dari semua ketetapan Allah ialah kemuliaanNya. Ciptaan
memuliakan Dia. Daud mengatakan “langit menceritakan kemuliaanNya dan cakrawala
menceritakan pekerjaan tanganNya” (Maz 19:2). Allah menyatakan bahwa Ia akan
memurnikan Israel dalam perapian penderitaan, lalu ditambahkanNya, “Aku akan
melakukannya oleh karena Aku, ya oleh karena Aku sendiri, sebab masakan namaKu akan
dinajiskan? Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang lain!” (Yes 48:11). Dan
kedua puluh emapat tua-tua melemparkan mahkota mereka di depan takhta Allah sambil
berkata, “Ya Allah Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa,
sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu, dan oleh karena kehendak Mu semuanya itu
Page 3 of 11
ada dan diciptakan” (Wahyu 4:11). Jadi, tujuan akhir dari segala sesuatu ialah kemuliaan
Allah, dan hanya pada saat kita menerima kenyataan ini sebagai tujuan akhir kehidupan kita
juga maka barulah kita hidup pada tingkatan yang paling tinggi dan paling selaras dengan
kehendakNya.
Allah telah menetapkan untuk menciptakan alam semesta ini serta manusia (Kej 1:26;
Maz 33:6-11; Ams 8:22-31; Yes 45:18). Allah telah menetapkan untuk menegakkan bumi
(Maz 119:90-91). Ia juga telah menetapkan untuk tidak lagi menghancurkan penduduk bumi
lewat air bah seperti yang pernah dilakukanNya dulu (Kej 9:8-17). Selanjutnya Allah
menetapkan pembagian bangsa-bangsa (Ul 32:8). Allah juga menetapkan usia manusia (Ayub
14:5). Semua peristiwa lain yang terjadi dalam dunia kebendaan dan fisik juga telah
ditetapkan oleh Allah sebelumnya sehingga termasuk dalam rencana dan tujuan Allah (Maz
104:3-4, Yes 14:26-27).
Pada saat kita mengaitkan ketetapan-ketetapan Allah dengan dunia moral dan rohani, kita
diperhadapkan dengan dua masalah dasar yaitu adanya kejahatan dalam dunia dan kebebasan
manusia. Bagaiman mungkin Allah yang kudus dapat membiarkan begitu saja kejahatan-
kejahatan moral, dan bagaimana Allah yang berdaulat dapat membiarkan manusia tetap
bebas? Beberapa asumsi dan praduga harus dibuat lebih dahulu:
Namun beberapa pendapat para teologi mengenai ketetapan Allah bahwa Allah telah
menetapkan:
Page 4 of 11
2. Untuk menciptakan kedua golongan orang itu.
3. Untuk mengizinkan kedua golongan itu jatuh dalam dosa.
4. Mengutus Kristus untuk menebus orang-orang yang telah dipilih untuk
diselamatkan.
5. Mengutus Roh Kudus untuk menerapkan karya penebusan itu pada orang-orang
yang telah dipilih atau diselamatkan.
Untuk lebih memahami tempat dosa serta pemberian keselamatan bagi orang berdosa,
ada empat hal yang perlu diperhatikan.
Page 5 of 11
lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun” (Maz 33:10-11). Nampak jelas
bahwa Dia yang sebenarnya sanggup mencegah dosa memasuki kehidupan
manusia, Ia juga dapat mengatur dan menguasai pernyataan dosa itu. Allah
membenci dosa (Yer 44:4, Amos 5:21-24); Allah tidak mengizinkan dosa
merintangi tujuan-tujuanNya untuk kekudusan, dosa harus dikalahkan demi
kebaikan.
3. Allah menetapkan untuk menyelamatkan dari dosa. Pada mulanya manusia
memiliki kebebasan dalam dua arti: kebebasan untuk melaksanakan hal-hal
yang sesuai dengan kodratnya dan kebebasan untuk bertindak bertolak
belakang dengan kodratnya. Manusia memiliki kemampuan untuk berbuat
dosa dan kemampuan untuk tidak berbuat dosa . (Kej 6:5; Ayub 14:4; Yer
13:23, 17:9). Kini manusia hanya bebas, dalam arti mampu melakukan apa
saja yang dianjurkan oleh kodratnya yang telah rusak itu. Karena manusia kini
tidak mampu dan tidak berkeinginan untuk berubah, Allah turun tangan
melalui kasih karunia pendahuluan. Akibat adanya kasih karunia pendahuluan
manusia mampu memberikan suatu tanggapan awal terhadap Allah, dan Allah
kemudian akan memberikan kepadanya pertobatan dan iman (Yer 31:18; Kis
5:31; 11:18; Rm 12:3). Diakui bahwa kasih karunia umum itu diberikan
kepada semau orang (Kis 14:17), karena Allah menginginkan agar jangan
seorang pun binasa (II Pet 3:9).
4. Allah menetapkan untuk memberi pahala kepada hamba-hambaNya serta
menghukum orang-orang yang tidak taat. Dalam kemurahanNya Allah bukan
sekadar menetapkan untuk menyelamatkan beberapa orang, tetapi juga
memberi pahala kepada mereka yang melayani Dia (Yes 62:11, Mat 6:4, 19-
20; 10:41-42; I Kor 3:8; I Tim 5:18). Yesus mengatakan, “Demikian jugalah
kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak
berguna: kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan” (Luk 17:10).
Karena sifatNya yang adil dan kudus, Allah juga telah menetapkan untuk
menghukum orang-orang yang fasik dan yang tidak taat. Kenyataan ini
berlaku juga untuk iblis beserta pasukannya (Kej 3:15; Mat 25:41; Rm 16:20),
dan untuk manusia (Maz 37:20; Yehezkiel18:4; Nahum 1:3).
Page 6 of 11
C. Ketetapan Dalam Dunia Sosial dan Politik
Page 7 of 11
XI
1. Definisi Penciptaan
Istilah “menciptakan” dipakai dalam dua arti di dalam Alkitab: dalam arti penciptaan
langsung dan dalam arti penciptaan tidak langsung. Penciptaan langsung merupakan tindakan
bebas Allah tritunggal. Melalui tindakan ini Allah pada mulanya menciptakan segala sesuatu
yang nampak dan yang tidak nampak untuk kemuliaanNya sendiri tanpa memakai bahan
yang sudah ada sebelum dunia diciptakan atau tanpa sebab-sebab sekunder. Penciptaan tidak
langsung merupakan tindakan-tindakan Allah yang juga disebut “penciptaan”, namun tidak
bermula dari ketiadaan atau ex nihilo. Melalui tindakan-tindakan ini Allah membentuk,
menyesuaikan, menggabungkan atau mengubah bahan-bahan yang sudah ada. Hodge
mengatakan, ketika membandingkan penciptaan langsung dengan penciptaan tidak langsung,
“penciptaan langsung jadi seketika, penciptaan tidak langsung terjadi secara bertahap”.
Ilmu pengetahuan memang berusaha untuk menjawab masalah sekitar asal mula alam
semesta ini, namun karena ilmu pengetahuan bergerak dalam wawasan pengetahuan empiris
saja, maka penelitian terhadap asal mula alam semesta dan sebab-sebab pertama dengan
sendirinya sudah berada di luar bidangnya. Pemecahan terhadap teka-teki asal mula alam
semesta ini harus datang dari Alkitab dan harus diterima dengan iman (Ibr 11:3). Alkitab
menyatakan bagaimana dan mengapa terjadi keberadaan jasmaniah dan rohaniah.
Page 8 of 11
mula pertama dan terang itu (ayat 3-5) mungkin berasal dari matahari.
Bibit-bibit kehidupan tanaman mungkin saja masih bertahan dari suatu
keadaan yang primitif, sehingga Allah hanya memerintahkan bumi untuk
“menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala
jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji” (ayat 11).
b. Apa yang termasuk dalam penciptaan yang langsung? Pastilah bukan
hanya langit, tetapi juga malaikat-malaikat yang ada di surga (Ayub 38:7;
Nehemia 9:6), dan pasti juga bukan hanya bumi, tetapi juga semua air dan
udara (Yes 42:5l; Kol 1:16; Wahyu 4:11). Beberapa sarjana
mengetengahkan bahwa mungkin beberapa dari malaikat-malaikat itu, di
bawah pimpinan makhluk yang kemudian dikenal dengan nama iblis,
ditugaskan menguasai bumi (Luk 4:5-8).
c. Adakah Kejadian 1:2 melukiskan keadaan asli bumi ini atau suatu keadaan
akibat terjadinya suatu bencana yang dahsyat? Pertanyaan ini dijawab
dengan tiga cara:
(1) beberapa teori mengemukakan bahwa setelah penciptaan
yang mula-mula (ayat 1), iblis jatuh sehingga mengakibatkan
hukuman Ilahi menimpa bumi ini (ayat 2). Ayat-ayat
berikutnya menggambarkan penciptaan ulang bumi selama
enam hari. Selanjutnnya dikemukakan bahwa gambaran tiada
bentuk, kosong, gelap gulita (ayat 2).
(2) Ayat 2 menunjukkan hukuman yang ditetapkan Allah, tetapi
bagaimana dan mengapa terjadi hukuman ini tetap
merupakan rahasia. Mungkin kejaAllah iblis merupakan
penyebab.
(3) Gambaran tentang keadaan yang tidak berbentuk, kosong,
serta gelap gulita tidak perlu menggambarkan hukuman,
tetapi menggambarkan keadaan kurang lengkap. Bumi
ciptaan Allah dimaksudkan untuk didiami (Yes 45:18). Kisah
penciptaan ini sama sekali tidak menaruh perhatian pada
peristiwa kejaAllah iblis, sekalipun demikian, pastilah
kejaAllah iblis terjadi sebelum Kejadian 3.
d. Adakah enam hari penciptaan itu harus dianggap sebagai enam hari yang
berkenan dengan penyataan, masa-masa yang lama, ataukah enam hari
Page 9 of 11
yang terdiri atas dua puluh empat jam? Beberapa sarjana beranggapan
bahwa enam hari itu merupakan enam hari dalam kehidupan Musa, dan
bukan enam hari penciptaan. Pandangan ini bertentangan dengan Keluaran
20:11, “sebab enam hari lamanya Allah menjadikan langit dan bumi, laut
dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh”. Banyak yang
menafsirkan keenam hari penciptaan itu sebagai enam hari yang dua puluh
empat jam lamanya. Namun apa arti kata “hari” menurut Alkitab? Kata ini
dipakai di Alkitab dengan berbagai arti: siang yang berbeda dengan malam
(Kej 1:5, 16, 18), siang (terang) dan malam (gelap) bersamaan (1:5).
e. Berapakah usia bumi? Standard Geological Column, yang dipakai oleh
para ahli geologi untuk menentukan usia lapisan tanah, telah
dikembangkan dari suatu penelitian tentang fosil-fosil (paleontologi) yang
terdapat dalam berbagai batuan endapan dan lapisan tanah. Standard
Geological Column, menentukan tanggal pembentukan bumi menurut
beberapa era: era Pra-Kambrium (dari 3.500 juta tahun yang lalu atau
lebih), era Paleozoik (dari 600 juta sampai 225 juta tahun yang lalu), era
Mesozoik (dari 225 juta sampai 65 juta tahun yang lalu), dan era Senozoik
(dari 65 juta tahun yang lalu hingga kini). Berbagai cara penentuan tanggal
telah dipakai. Salah satu cara, dengan mengukur pertambahan kadar
sodium per tahun dalam samudera raya, dapat ditentukan bahwa samudera
baru berumur sekitar 100 juta tahun.
Beberapa ayat berbicara mengenai penciptaan langit dan bumi yang mula-mula (Yes
40:26; 45:18). Sebagian besar ayat berbicara soal penciptaan seluruh umat manusia oleh
Allah (Maz 102:19; 139:13-16; Yes 43:1). Banyak sekali ayat yang menerangkan bahwa
Allah adalah pencipta langit dan bumi beserta segala isinya (Yes 45:12; Kis 17:24; Rm 11:36;
Ef 3:9; Wahyu 4:11). Ateisme, yang menolak adanya Allah, terpaksa harus membuat zat
bersifat kekal atau mencari suatu penyebab alamiah lainnya. Dualisme mengakui adanya dua
prinsip kekal, yang satubaik, dan yang lain jahat, atau dua oknum yang kekal, Allah dengan
iblis atau Allah dengan zat. Agnossitisme mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang
dapat tahu tentang Allah atau hasil ciptaanNya.
Page 10 of 11
3. Tujuan Allah Dalam Penciptaan
Page 11 of 11