You are on page 1of 11

X

Ketetapan-ketetapan ALLAH

       I.            Defenisi Ketetapan-Ketetapan ALLAH

Ketetapan-ketetapan Allah dapat didefinisikan sebagai rencana atau rencana-rencana


abadi Allah yang dilandaskan pada pertimbangan Ilahi yang paling bijaksana. Allah telah
menetapkan ketetapannya baik secara efektif maupun permisif segala sesuatu yang akan
terjadi. Definisi ini mencakup beberapa hal:

a) Ketetapan-ketetapan itu merupakan rencana abadi Allah. Ia tidak mengubah


rencananya dan membuat rencana itu dalam kekekalan, dan rencananya tersebut tidak
akan pernah berubah (Maz 33:11 ; Yak 1:17).
b) Ketetapan-ketetapan tersebut didasarkan pada pertimbangan Allah yang paling
bijaksana dan kudus. Ia mengetahui yang terbaik dan Ia tidak mungkin merencanakan
sesuatu yang salah (Yes 48:11).
c) Ketetapan-ketetapan Allah bersumber pada kebebasan Allah (Maz 135:6 ; Ef 1:11).
d) Ia mahakuasa dan sanggup melakukan segala sesuatu yang dikehendakiNya (Dan
4:35).
e) Tujuan akhir dari ketetapan Allah ialah kemuliaanNya. Ketetapan itu diarahkan bukan
untuk mendatangkan kebahagiaan makhluk ciptaanNya, atau untuk menyempurnakan
orang kudus. Tetapi semua ketetapan ini dimaksudkan untuk kemuliaan Dia yang
mahasempurna (Bil 14:21 ; Yes 6:3).
f) Ada dua jenis ketetapan Allah, yang efektif dan permisif. Ada hal-hal yang yang
direncanakan Allah dan yang ditetapkanNya harus terjadi secara efektif, dan ada hal-
hal yang lain hanya sekedar diizinkan Allah terjadi (Rm 8:28). Dan dalam hal itu pun
semua mengarahkan bagi kemuliaan namaNya (Mat 18:7 ; Kis 2:23).
g) Ketetapan-ketetapan itu meliputi segala sesuatu di masa lampau, masa kini, dan masa
depan. Ketetapan-ketetapan yang diadakanNya secara efektif dan sekedar
diizinkanNya (Yes 46:10-11). Dengan kuasa dan kebijaksanaanNya yang tidak
terbatas bagi segenap kekekalan yang akan datang.

Page 1 of 11
    II.            Bukti Adanya Ketetapan-Ketetapan Allah

Peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta ini bukan sekadar peristiwa


kebetulan yang mengejutkan Allah, tetapi merupakan pelaksanaan maksud dan rencana Allah
yang nyata yang terarah, yang telah diajarkan oleh Alkitab:

Allah semesta alam, firmanNya, “sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah


akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana....itulah rancangan
yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala
bangsa. Allah semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya?
TanganNya yang telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali? (Yes
14:24, 26-27).

Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita, sesuai dengan rencana
kerelaanNya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkanNya di dalam
Kristus....di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan – kami yang dari semula
ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala
sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya (Ef 1:9-11)”.

Ketetapan-ketetapan itu sering kali diketengahkan sebagai satu ketetapan saja:


“terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rm 8:28, bandingkan dengan Ef 1:11). Sekalipun
ketetapan-ketetapan itu nampaknya terdiri dari atas banyak maksud, bagi Allah sebenarnya
ada satu maksud saja, yaitu satu maksud besar yang meliputi semuanya.

Selanjutnya, ketetapan-ketetapan dianggap sebagai  bersifat kekal, “sesuai dengan


maksud abadi yang telah dilaksanakanNya dalam Kristus Yesus Allah kita” (Ef 3:11), “telah
dipilih sebelum dunia dijadikan” (I Pet 1:20), “Allah telah memilih kita sebelum dunia
dijadikan” (Ef 1:4), “berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah
dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman” (II Tim 1:9),
“berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah
dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta” (Tit 1:2).

 III.            Landasan Ketetapan-Ketetapan Allah

Apa yang ditetapkan Allah telah ditetapkanNya secara bebas dan sukarela dan
ketetapan yang telah dibuatNya tidak berdasarkan paksaan. Mungkin saja kadang-kadang
Allah tidak menjelaskan alasanNya ketika menetapkan sesuatu, namun kita dapat yakin

Page 2 of 11
bahwa sekalipun tidak dijelaskan semua ketetapan mempunyai alasan (Ul 29:29). “Engkau
akan mengertinya kelak” (Yoh 13:7). Beberapa tokoh aliran determinisme yang ekstrem telah
beranggapan bahwa kehendak Allah itu mutlak adanya. Segala sesuatu adalah benar karena
Allah telah menghendakinya. Bila ini benar, maka kematian Kristus juga tidak ditentukan
oleh suatu prinsip di dalam diri Allah, tetapi sekadar oleh kehendak Allah, dan apabila Allah
telah ingin untuk menyelamatkan manusia tanpa kematian Kristus maka hal tersebut dapat
dilaksanakanNya dan tindakan itu tetap benar.

Lebih tepat bila dikatakan bahwa semua ketetapan Allah dilandaskan pada
pertimbangan Ilahi yang paling bijaksana dan kudus. Dan semua yang dilakukanNya yaitu
hendak menyelamatkan manusia maka Ia melandaskan segala rencanaNya atas segenap
pengetahuan dan pengertianNya. Dengan demikian, Allah tetap penuh kasih dan pada saat
yang sama juga adil (Maz 85:10). Jadi, atas dasar kebijaksanaan dan kekudusanNya Allah
membuat segala ketetapan itu, baik yang efektif maupun yang permisif.

 IV.            Tujuan Dari Ketetapan-Ketetapan Allah

Jelaslah bahwa tujuan Allah bukanlah terutama kebahagiaan atau pun kekudusan
manusia ciptaanNya. Allah memang menghendaki kebahagiaan manusia ciptaanNya. Paulus
berkata ketika berada di Listra, “dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa
menuruti jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan
berbagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan
musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan”
(Kis 14:16,17). Allah memang berusaha untuk membahagiakan umat manusia, bahkan
memberikan kebahagiaan jasmaniah, namun kebahagiaan tersebut adalah tujuan yang
skunder, bukan tujuan primer.

Tujuan terakhir dan tertinggi dari semua ketetapan Allah ialah kemuliaanNya. Ciptaan
memuliakan Dia. Daud mengatakan “langit menceritakan kemuliaanNya dan cakrawala
menceritakan pekerjaan tanganNya” (Maz 19:2). Allah menyatakan bahwa Ia akan
memurnikan Israel dalam perapian penderitaan, lalu ditambahkanNya, “Aku akan
melakukannya oleh karena Aku, ya oleh karena Aku sendiri, sebab masakan namaKu akan
dinajiskan? Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang lain!” (Yes 48:11). Dan
kedua puluh emapat tua-tua melemparkan mahkota mereka di depan takhta Allah sambil
berkata, “Ya Allah Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa,
sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu, dan oleh karena kehendak Mu semuanya itu

Page 3 of 11
ada dan diciptakan” (Wahyu 4:11). Jadi, tujuan akhir dari segala sesuatu ialah kemuliaan
Allah, dan hanya pada saat kita menerima kenyataan ini sebagai tujuan akhir kehidupan kita
juga maka barulah kita hidup pada tingkatan yang paling tinggi dan paling selaras dengan
kehendakNya.

    V.            Isi Dan Susunan Ketetapan-Ketetapan Allah

A.     Ketetapan Dalam Dunia Kebendaan dan Fisik

Allah telah menetapkan untuk menciptakan alam semesta ini serta manusia (Kej 1:26;
Maz 33:6-11; Ams 8:22-31; Yes 45:18). Allah telah menetapkan untuk menegakkan bumi
(Maz 119:90-91). Ia juga telah menetapkan untuk tidak lagi menghancurkan penduduk bumi
lewat air bah seperti yang pernah dilakukanNya dulu (Kej 9:8-17). Selanjutnya Allah
menetapkan pembagian bangsa-bangsa (Ul 32:8). Allah juga menetapkan usia manusia (Ayub
14:5). Semua peristiwa lain yang terjadi dalam dunia kebendaan dan fisik juga telah
ditetapkan oleh Allah sebelumnya sehingga termasuk dalam rencana dan tujuan Allah (Maz
104:3-4, Yes 14:26-27).

B.     Ketetapan Dalam Dunia Moral dan Rohani

Pada saat kita mengaitkan ketetapan-ketetapan Allah dengan dunia moral dan rohani, kita
diperhadapkan dengan dua masalah dasar yaitu adanya kejahatan dalam dunia dan kebebasan
manusia. Bagaiman mungkin Allah yang kudus dapat membiarkan begitu saja kejahatan-
kejahatan moral, dan bagaimana Allah yang berdaulat dapat membiarkan manusia tetap
bebas? Beberapa asumsi dan praduga harus dibuat lebih dahulu:

a) Allah bukanlah pencipta dosa.


b) Allah mengambil langkah pertama dalam menyelamatkan manusia.
c) Manusia bertanggung jawab atas tindakannya.
d) Tindakan-tindakan Allah didasarkan pada pertimbangan Allah yang paling bijaksana dan
kudus.

Namun beberapa pendapat para teologi mengenai ketetapan Allah bahwa Allah telah
menetapkan:

1. Untuk menyelamatkan sebagian orang serta menolak yang lain.

Page 4 of 11
2. Untuk menciptakan kedua golongan orang itu.
3. Untuk mengizinkan kedua golongan itu jatuh dalam dosa.
4. Mengutus Kristus untuk menebus orang-orang yang telah dipilih untuk
diselamatkan.
5. Mengutus Roh Kudus untuk menerapkan karya penebusan itu pada orang-orang
yang telah dipilih atau diselamatkan.

Bahkan banyak pandangan-pandangan yang lain, sehingga timbul variasi yang


mengajarkan pendamaian tak terbatas, bahwa Allah telah menetapkan:

a. Untuk menciptakan manusia.


b. Untuk mengizinkan manusia jatuh dalam dosa.
c. Untuk menyediakan di dalam Kristus penebusan yang cukup bagi seluruh umat
manusia.
d. Memilih beberapa orang untuk diselamatkan dan membiarkan yang lain
sebagaimana adanya.
e. Untuk mengutus Roh Kudus agar memastikan bahwa penebusan itu diterima oleh
orang-orang yang telah dipilihNya.

Untuk lebih memahami tempat dosa serta pemberian keselamatan bagi orang berdosa,
ada empat hal yang perlu diperhatikan. 

1. Allah telah menentukan untuk mengizinkan dosa. Sekalipun Allah bukan


pencipta dosa (Yak 1:13-14), dan Allah tidak mengharuskan adanya dosa itu,
namun berlandaskan pertimbanganNya yang bijaksana dan kudus, Ia telah
menetapkan untuk mengizinkan terjadinya kejaAllah dan dosa. Ketetapan ini
dibuatNya karenna Ia mengetahui bagaimana sifat dosa itu, apa yang akan
dilakukan oleh dosa terhadap makhluk ciptaaanNya, dan apa yang harus
dilakukanNya untuk menyelamatkan manusia. Akan tetapi alasan-alasan yang
bijaksana dan kudus, yang nampaknya belum sanggup kita pahami seluruhnya
(Rm 11:33), Allah memutuskan untuk mengizinkan dosa. 
2. Allah menetapkan untuk mengatasi dosa demi kebaikan. Ketetapan ini tidak
dapat dipisahkan dari ketetapan untuk mengizinkan dosa. Allah bukan saja
mengizinkan dosa, namun juga mengatasinya demi kebaikan. Pemazmur
mengatakan, “Allah mengagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan
rancangan suku-suku bangsa; tetapi rencana Allah tetap untuk selama-

Page 5 of 11
lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun” (Maz 33:10-11). Nampak jelas
bahwa Dia yang sebenarnya sanggup mencegah dosa memasuki kehidupan
manusia, Ia juga dapat mengatur dan menguasai pernyataan dosa itu. Allah
membenci dosa (Yer 44:4, Amos 5:21-24); Allah tidak mengizinkan dosa
merintangi tujuan-tujuanNya untuk kekudusan, dosa harus dikalahkan demi
kebaikan. 
3. Allah menetapkan untuk menyelamatkan dari dosa. Pada mulanya manusia
memiliki kebebasan dalam dua arti: kebebasan untuk melaksanakan hal-hal
yang sesuai dengan kodratnya dan kebebasan untuk bertindak bertolak
belakang dengan kodratnya. Manusia memiliki kemampuan untuk berbuat
dosa dan kemampuan untuk tidak berbuat dosa . (Kej 6:5; Ayub 14:4; Yer
13:23, 17:9). Kini manusia hanya bebas, dalam arti mampu melakukan apa
saja yang dianjurkan oleh kodratnya yang telah rusak itu. Karena manusia kini
tidak mampu dan tidak berkeinginan untuk berubah, Allah turun tangan
melalui kasih karunia pendahuluan. Akibat adanya kasih karunia pendahuluan
manusia mampu memberikan suatu tanggapan awal terhadap Allah, dan Allah
kemudian akan memberikan kepadanya pertobatan dan iman (Yer 31:18; Kis
5:31; 11:18; Rm 12:3). Diakui bahwa kasih karunia umum itu diberikan
kepada semau orang (Kis 14:17), karena Allah menginginkan agar jangan
seorang pun binasa (II Pet 3:9). 
4. Allah menetapkan untuk memberi pahala kepada hamba-hambaNya serta
menghukum orang-orang yang tidak taat. Dalam kemurahanNya Allah bukan
sekadar menetapkan untuk menyelamatkan beberapa orang, tetapi juga
memberi pahala kepada mereka yang melayani Dia (Yes 62:11, Mat 6:4, 19-
20; 10:41-42; I Kor 3:8; I Tim 5:18). Yesus mengatakan, “Demikian jugalah
kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak
berguna: kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan” (Luk 17:10).
Karena sifatNya yang adil dan kudus, Allah juga telah menetapkan untuk
menghukum orang-orang yang fasik dan yang tidak taat. Kenyataan ini
berlaku juga untuk iblis beserta pasukannya (Kej 3:15; Mat 25:41; Rm 16:20),
dan untuk manusia (Maz 37:20; Yehezkiel18:4; Nahum 1:3).

Page 6 of 11
C.  Ketetapan Dalam Dunia Sosial dan Politik

a) Keluarga dan pemerintahan manusia. Pada mulanya Allah mengatakan, “Tidak baik,


kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong baginya, yang
sepadan dengan dia” (Kej 2:18). Kenyataan bahwa Allah pada mulanya menciptakan
seorang laki-laki dan seorang perempuan saja dengan jelas menunjukan bahwa Allah
memaksudkan agar pernikahan bersifat monogami dan tidak dapat diceraikan (Mat
19:3-9). Sepanjang Alkitab kekudusan pernikahan diakui (II Sam 12:1-15; Mat 14:3-
4; Yoh 2:1-2; Ef 5:22-33; Ibr 13:4). Ketetapan pernikahan menyangkut ketetapan
untuk berkembang biak (Kej 1:27-28; 9:1,7; Maz 127:3-5) serta membangun rumah
tangga (Ul 24:5; Yoh 19:27). Yang berkaitan erat sekali dengan ketetapan ini adalah
ketetapan pemerintahan manusia (Kej 9:5-6).
b) Tugas dan panggilan Israel. Allah memilih Israel untuk menjadi umatNya, untuk
menjadikan mereka imamat yang rajani, suatu bangsa yang kudus (Kel 19:4-6).
Ketetapan ini bukanlah terutama suatu ketetapan untuk memperoleh keselamatan,
tetapi suatu ketetapan untuk memperoleh kedudukan dan kehormatan lahiriah, lewat
hukum Taurat yang kudus serta pranata ilahi, akan menuntun kepada keselamatan
serta ibadat yang berkenan kepada Allah.
c) Pendirian dan tugas gereja. Sejak kekekalan Allah telah menetapkan pendirian dan
pembangunan gereja. Kenyataan bahwa Yesus mengatakan akan membangun
gerejaNya (Mat 16:18) menunjukan bahwa gereja waktu itu belum ada. Tujuan Allah
sekarang ini ialah memanggil suatu umat bagi namaNya dari antara bangsa-
bangsa  bukan Yahudi serta sisa umat Yahudi yang masih setia, menurut pilihan kasih
karuniaNya (Kis 15:13-18; Rm 11:1, 30-31). Roh Kudus dan gereja merupakan dua
sarana yang dipakai oleh Allah untuk mencapai tujuanNya (Mat 28:19-20; Kis 1:8).
d) Kemenangan terakhir bagi Allah. Allah telah memutuskan untuk menyerahkan semua
kerajaan dunia kepada Kristus (Maz 2:6-9; Dan 7:13-14; Luk 1:31-33; Wahyu 11:15-
17; 19:11; 20:6). Tahap pertama dalam kemenangan Allah atas bumi akan
berlangsung selama seribu tahun (Wahyu 20:1-6). Setelah pemberontakan terakhir
iblis serta penghakiman di hadapan takhta putih (Wahyu 20:7-15), akan datang langit
yang baru, dunia yang baru, dan Yerusalem baru (Wahyu 21:1 – 22:5). Kemudian
Kristus akan menyerahkan kerajaan kepada Bapa, dan kemudian Tritunggal: Bapa,
Anak, dan Roh Kudus akan memerintah sampai selama-lamanya (I Kor 15:23-28).
Semuanya ini sudah ditetapkan Allah dan pastilah suatu saat akan tergenapi.

Page 7 of 11
XI

Karya-Karya Allah: Penciptaan

1.      Definisi Penciptaan

Istilah “menciptakan” dipakai dalam dua arti di dalam Alkitab: dalam arti penciptaan
langsung dan dalam arti penciptaan tidak langsung. Penciptaan langsung merupakan tindakan
bebas Allah tritunggal. Melalui tindakan ini Allah pada mulanya menciptakan segala sesuatu
yang nampak dan yang tidak nampak untuk kemuliaanNya sendiri tanpa memakai bahan
yang sudah ada sebelum dunia diciptakan atau tanpa sebab-sebab sekunder. Penciptaan tidak
langsung merupakan tindakan-tindakan Allah yang juga disebut “penciptaan”, namun tidak
bermula dari ketiadaan atau ex nihilo. Melalui tindakan-tindakan ini Allah membentuk,
menyesuaikan, menggabungkan atau mengubah bahan-bahan yang sudah ada. Hodge
mengatakan, ketika membandingkan penciptaan langsung dengan penciptaan tidak langsung,
“penciptaan langsung jadi seketika, penciptaan tidak langsung terjadi secara bertahap”.

2.      Bukti Adanya Penciptaan

Ilmu pengetahuan memang berusaha untuk menjawab masalah sekitar asal mula alam
semesta ini, namun karena ilmu pengetahuan bergerak dalam wawasan pengetahuan empiris
saja, maka penelitian terhadap asal mula alam semesta dan sebab-sebab pertama dengan
sendirinya sudah berada di luar bidangnya. Pemecahan terhadap teka-teki asal mula alam
semesta ini harus datang dari Alkitab dan harus diterima dengan iman (Ibr 11:3). Alkitab
menyatakan bagaimana dan mengapa terjadi keberadaan jasmaniah dan rohaniah.

A.             Kisah Penciptaan yang Diceritakan Musa

1.    Penciptaan langsung alam semesta. Kalimat pembukaan Alkitab menyatakan bahwa


“pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej 1:1). Menurut kata-kata tersebut,
alam semesta tidak kekal, juga tidak dibentuk dari bahan yang sudah ada sebelumnya, atau
terjadi karena prinsip penyebab yang universal, tetapi karena tindakan penciptaan langsung
dari Allah.

2.        Penciptaan tidak langsung alam semesta masa kini. 

a. Apakah penciptaan kali ini bersifat langsung, tidak langsung ataukah


kombinasi dari keduanya? Matahari mungkin saja telah diciptakan sejak

Page 8 of 11
mula pertama dan terang itu (ayat 3-5) mungkin berasal dari matahari.
Bibit-bibit kehidupan tanaman mungkin saja masih bertahan dari suatu
keadaan yang primitif, sehingga Allah hanya memerintahkan bumi untuk
“menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala
jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji” (ayat 11).
b. Apa yang termasuk dalam penciptaan yang langsung? Pastilah bukan
hanya langit, tetapi juga malaikat-malaikat yang ada di surga (Ayub 38:7;
Nehemia 9:6), dan pasti juga bukan hanya bumi, tetapi juga semua air dan
udara (Yes 42:5l; Kol 1:16; Wahyu 4:11). Beberapa sarjana
mengetengahkan bahwa mungkin beberapa dari malaikat-malaikat itu, di
bawah pimpinan makhluk yang kemudian dikenal dengan nama iblis,
ditugaskan menguasai bumi (Luk 4:5-8).
c. Adakah Kejadian 1:2 melukiskan keadaan asli bumi ini atau suatu keadaan
akibat terjadinya suatu bencana yang dahsyat? Pertanyaan ini dijawab
dengan tiga cara:
(1) beberapa teori mengemukakan bahwa setelah penciptaan
yang mula-mula (ayat 1), iblis jatuh sehingga mengakibatkan
hukuman Ilahi menimpa bumi ini (ayat 2). Ayat-ayat
berikutnya menggambarkan penciptaan ulang bumi selama
enam hari. Selanjutnnya dikemukakan bahwa gambaran tiada
bentuk, kosong, gelap gulita (ayat 2).
(2) Ayat 2 menunjukkan hukuman yang ditetapkan Allah, tetapi
bagaimana dan mengapa terjadi hukuman ini tetap
merupakan rahasia. Mungkin kejaAllah iblis merupakan
penyebab.
(3) Gambaran tentang keadaan yang tidak berbentuk, kosong,
serta gelap gulita tidak perlu menggambarkan hukuman,
tetapi menggambarkan keadaan kurang lengkap. Bumi
ciptaan Allah dimaksudkan untuk didiami (Yes 45:18). Kisah
penciptaan ini sama sekali tidak menaruh perhatian pada
peristiwa kejaAllah iblis, sekalipun demikian, pastilah
kejaAllah iblis terjadi sebelum Kejadian 3.
d. Adakah enam hari penciptaan itu harus dianggap sebagai enam hari yang
berkenan dengan penyataan, masa-masa yang lama, ataukah enam hari
Page 9 of 11
yang terdiri atas dua puluh empat jam? Beberapa sarjana beranggapan
bahwa enam hari itu merupakan enam hari dalam kehidupan Musa, dan
bukan enam hari penciptaan. Pandangan ini bertentangan dengan Keluaran
20:11, “sebab enam hari lamanya Allah menjadikan langit dan bumi, laut
dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh”. Banyak yang
menafsirkan keenam hari penciptaan itu sebagai enam hari yang dua puluh
empat jam lamanya. Namun apa arti kata “hari” menurut Alkitab? Kata ini
dipakai di Alkitab dengan berbagai arti: siang yang berbeda dengan malam
(Kej 1:5, 16, 18), siang (terang) dan malam (gelap) bersamaan (1:5).
e. Berapakah usia bumi? Standard Geological Column, yang dipakai oleh
para ahli geologi untuk menentukan usia lapisan tanah, telah
dikembangkan dari suatu penelitian tentang fosil-fosil (paleontologi) yang
terdapat dalam berbagai batuan endapan dan lapisan tanah. Standard
Geological Column, menentukan tanggal pembentukan bumi menurut
beberapa era: era Pra-Kambrium (dari 3.500 juta tahun yang lalu atau
lebih), era Paleozoik (dari 600 juta sampai 225 juta tahun yang lalu), era
Mesozoik (dari 225 juta sampai 65 juta tahun yang lalu), dan era Senozoik
(dari 65 juta tahun yang lalu hingga kini). Berbagai cara penentuan tanggal
telah dipakai. Salah satu cara, dengan mengukur pertambahan kadar
sodium per tahun dalam samudera raya, dapat ditentukan bahwa samudera
baru berumur sekitar 100 juta tahun.

B.     Bukti-Bukti Lain di Alkitab Tentang Penciptaan

Beberapa ayat berbicara mengenai penciptaan langit dan bumi yang mula-mula (Yes
40:26; 45:18). Sebagian besar ayat berbicara soal penciptaan seluruh umat manusia oleh
Allah (Maz 102:19; 139:13-16; Yes 43:1). Banyak sekali ayat yang menerangkan bahwa
Allah adalah pencipta langit dan bumi beserta segala isinya (Yes 45:12; Kis 17:24; Rm 11:36;
Ef 3:9; Wahyu 4:11). Ateisme, yang menolak adanya Allah, terpaksa harus membuat zat
bersifat kekal atau mencari suatu penyebab alamiah lainnya. Dualisme mengakui adanya dua
prinsip kekal, yang satubaik, dan yang lain jahat, atau dua oknum yang kekal, Allah dengan
iblis atau Allah dengan zat. Agnossitisme mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang
dapat tahu tentang Allah atau hasil ciptaanNya.

Page 10 of 11
3.      Tujuan Allah Dalam Penciptaan

Alasan yang sama yang menyebabkan Allah merumuskan tujuan-tujuan dan


ketetapan-ketetapanNya juga telah mendorongNya untuk melaksanakan ketetapan-ketetapan
itu. Maksudnya, Ia menciptakan segala sesuatu untuk kemuliaanNya sendiri. Pertama, Ia
menciptakan alam semesta ini untuk mempertunjukan kemuliaanNya. Alkitab menyatakan,
“Ya Allah, Allah kami, betapa mulianya namaMu di seluruh bumi! (Maz 8:2). Kedua, Allah
menciptakan alam semesta untuk menerima kemuliaan. Alkitab memerintahkan, ”Berilah
kepada Allah kemuliaan namaNya “ (I Tawarikh 16:29). Alam semesta merupakan hasil
karya Allah yang diciptakan dengan tujuan untuk memperlihatkan kemuliaanNya. Seperti
yang Paulus nasihatkan, “jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau
melakukan segala sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (I Kor
10:31).

Page 11 of 11

You might also like