You are on page 1of 10

DOKMATIKA – 1

PROGRAM STUDI S2 TEOLOGI/PAK


STT PELITA KEBENARAN
Dosen : Dr. Ir. Perlin Zebua, MM., M.Th.

Oleh Group B :
Victor Situmorang
Baringin David Sianipar
Emmy Kristina Purba
Tugas
Ringkasan dari Buku Sistematika (Henry C. Thiessen) :
Pasal VIII s.d. Pasal XII (Hal 113 - 200)
TEOLOGI PROPER
I. Sifat – sifat Allah: Hakikat dan Sifat
Banyak ciri khas Allah sudah terungkap dalam penyelidikan
sebelumnya tentang penyataan Allah serta bukti akan adanya Allah.
Namun ciri – ciri tersebut dibahas secara tidak langsung dan secara
tidak teratur, sementara beberapa fakta hampir tidak disinggung sama
sekali. Dalam topik ini akan dibahas lebih lengkap dan teratur. Pasal ini
berkaitan dengan sifat – sifat Allah, dengan rujukan kepada hakikat dan
sifat – sifatnya.
Hakikat Allah, istilah “hakikat” zat praktis. Kedua istilah ini menunjuk
kepada aspek dasar dari sifat – sifat Allah. Bila tidak ada hakikat dan zat
maka tidak mungkin ada sifat – sifat. Ketika kita bicara mengenai
Tuhan, berarti kita berbicara tentang suatu hakikat suatu zat dan bukan
sekedar suatu gagasan atau personifikasi gagasan tersebut, kekekalan
merupakan pokok yang dimaksud.
A. Kerohanian
Allah merupakan zat akan tetapi Allah bukanlah zat bendawi
melainkan zat rohani. Yesus mengatakan “Allah itu Roh”
(Yohanes 4 : 24) pernyataan ini menetapkan sifat dasar Allah
sebagi rohani.
1. Allah tidak berbadan atau berwujud (Lukas 24 : 39) 10 printah
Allah, melarang pembuatan semua jenis patung
(Keluaran 20 : 4), dilandaskan bahwa Allah tidak berbadan.
Demikian juga segala peraturan yang melarang penyembahan
berhala. (Imamat 26 : 1; Ulangan 16 : 22)
2. Allah tidak dapat dilihat, dari ini dikatakan Allah kepada Musa,
bahwa manusia tidak akan dapat melihatnya dan tetap hidup
(Keluaran 33 : 20). Yohanes juga menyatakan tidak seorangpun
dapat melihat Allah (Yohanes 1 : 18). Paulus juga menjabakan
Tuhan yang tidak dapat kelihatan (Kol 1 : 15; bnd Roma 1 : 20;
1 Timotius 1 : 17)serta menyatakan bahwa tidak ada orang
yang telah melihat Allah.
3. Allah itu hidup sebagai Allah yang hidup (Yosua 3 : 10; Samuel
17 : 26; Mazmur 84 : 3; Matius 16 : 16; Timotius 3 : 15; Wahyu
7 : 2) hidup menandakan adanya perasaan, kuasa dan kegiatan
(Mazmur 115 : 3). Allah juga sebagai pemelihara kehidupan.
Berhala ciptaan orang kafir, tidak mampu mendengar, melihat
dan mengasihi-Nya.
4. Allah itu berkepribadian
Roh manusia mempunyai kepribadian, maa pastilah Roh Illahi
juga berkepribadian. Hakikat kepribadian Allah mampu
membuat keputusan sendiri dan ditampilakan sebagai
pembicara (Kejadian 1 : 3; Kejadian 11 : 5; HK 116 - 117)
B. Ada dengan Sendirinya
Walupun sumber keberadaan manusia diluar diiringi, sendiri,
keberadaan Allah tergantung pada apapun diluar dirinya sendiri.
Bahwa ada dengan sendirinya tersirat dalam kesaksiannya. “Aku
adalah Aku” (Keluaran 3 : 14) dan Agama Kristus tentang dirinya
sendiri (Yohanes 8 : 58; Yesaya 41 : 4; Wahyu 1 : 8)
C. Kebesaran yang Tak Terhingga
Sesungguhnya Allah melebihi tempat. Dengan jelas mengajarkan
bahwa alkitab kebesaran Allah yang tidak terhingga (1 Raja – raja
8 : 27; II Tawarikk 2 : 26; Yesaya 66 : 1; Yeremia23 : 24; Kisah 17 :
24 – 28) Karena sifat dasar Allah rohani tidak dapat dibatasi. Allah
Transenden dan Immanen.
D. Kekekalan
Allah juga tidak terbatas dalam ukuran waktu. Allah tidak memiliki
awal atau akhir. Allah bebas akan keterbatasan kurun waktu. Allah
tanpa awal dan tanpa akhir (Kejadian 21 : 33; Mazmur 90 : 2;
Mazmur 102 : 28) Allah yang mulia dan bersemayam selamanya
Yesaya 57 : 15.

Sifat – sifat Allah


Sifat Allah berbeda dengan zat atau hakikat Allah, merupakan
sifat sifat yang terdapat di dalam zat dan merupakan
pemberian yang analitis dan lebih terperinci dari zat tersebut.
Semua sifat Allah harus dipandang secara nyata secara objektif
dan bukan hanya sekedar hasil pemikiran subjektif.
Sebagaimana di dalam diri manusia terdapat zat jiwa. Inntelek
dan kemauan, maka demikian juga sifat – sifat Allah dapat
dibagi pada bagian yang berkaitan dengan hakikat-Nya dan
kehendak Allah.

II. Sifat – Sifat Non Moral


Sifat – sifat non moral merupakan sifat – sifat Allah yang tidak
melibatkan hal – hal moral. Sifat – sifat tersebut ialah Maha
Hadir, Maha Tahu, Maha Kuasa, dan tidak berubah.
1. Maha Hadir
Tuhan hadir dimana – mana di sebuah alam semesta
ciptaan-Nya, Allah tidak dibatasi. Kebesaran-Nya tidak
terhingga bahwa Allah melebihi segala ruang dan batasan
waktu.
Ajaran ini merupakan penghiburan kepeda orang percaya
bahwa Allah senantiasa hadir dan siap menolong kita
(Ulangan 4 : 7; Mazmur 46 : 2; Matius 28 : 20)
2. Maha Tahu
Bukti ada pola tertentu di alam semesta dan akal ada di
dalam diri manusia merupakan bukti kemahatahuan Allah.
Kehadiran juga turut membuktikan kemahatahuan Allah
(Mazmur 139 : 1 – 10; Amsal 15 : 3; Yeremia 23 : 23 – 25)
Bahwa tidak ada yang tersembunyi dari Tuhan. (Mazmur 147
: 5; Ibrani 4 : 13)
Lingkup pengetahuan Allah tidak terhingga
a. Allah mengenal diri-Nya sendiri secara sempurna karena tidak ada
satu ciptaanpun mengenal dirinya sendiri.
b. Allah Bapa, anak dari Roh Kudus
Saling mengenal secara sempurna (Matius 11 : 27)
Paulus menulis bahwa tidak ada yang tahu dalam diri Allah selain
Roh Allah, 1 Korintus 2 : 11; Roma 8 : 27.
c. Allah mengetahui hal – hal yang benar. Termasuk juga ciptaan
yang telah hidup, Mazmur 147 : 4.
d. Allah mengetahui hal – hal yang mungkin terjadi kemahatahuan
Allah jangan dibaurkan dengan penyebab yang mendatangkan
akibat.
e. Allah mengetahui masa depan. Dipandang dari sudut manusia
maha pengetahuan Tuhan tentang masa depan disebut
pegetahuan. Namun bagi Allah, sudah mengetahui segala sesuatu,
dan sudah mengetahui secara umum sebelum terjadi. (Yesaya 46 :
9 – 10; Daniel 2 dan 7; Matius 24 : 25; Kisah 15 : 8)
3. Maha Kuasa
Tuhan Maha Kuasa adanya dan sanggup melakukan apa saja
yang dilakukan-Nya. Secara sempurna Alkitab dengan jelas
menjajarkan tentang kemahakuasaan Allah (Kejadian 17 : 1;
Wahyu 4 : 8)
Setan – setan pun takut dan gentar pada kuasa Tuhan
(Yakobus 2 : 19) karena Allah Maha Kuasa (Matius 8 : 29)
4. Allah tidak berubah
Allah tidak mungkin berubah, karena Allah sempurna. Allah
berada diatas segala sesuatu yang ada.
Sifat Allah tidak berubah. Allah selalu melakukan hal yang
benar dan senantiasa berlaku secara adil dan benar atas
seluruh makhluk – makhluk ciptaan-Nya. Ancaman –
ancaman Allah selalu bersyarat seperti mengecam akan
kehancuran Israel dan Niniwe (Keluaran 32 : 9 – 14;
Yunus 1 – 4 )

III. Sifat – sifat Moral


Sifat – sifat moral Allah merupakan sifat – sifat yang
mengandung unsur moral dalam Illahi.
1. Kekuasaan. Allah itu sama sekali berbeda dan lebih agung
dari segala makhluk ciptaan-Nya.
Kekudusan tidaklah sederajat dengan sifat – sifat lainnya.
Dalam arti kekudusan di pandang sebagai keselarasan kekal
dari diri Allah dan kehendak-Nya.
Ada 3 hal penting akan kekudusan Allah
a. Diantara Allah dan manusia ada jurang dosa.
b. Apabila manusia ingin menghampiri Allah hanya melalui
Yesus Kristus.
c. Manusia harus menghampiri Allah dengan hormat dan
takut.
2. Kebenaran dan Keadilan
Kebenaran dan keadilan Allah yang nampak di dalam cara
Allah menghadapi ciptaan-Nya. Kebenaran dan keadilan
Allah merupakan unsur kekudusan Allah yang nampak di
dalam cara Allah menghadapi ciptaan-Nya.
Bila hukum Allah dilanggar harus ada penghukuman baik
secara pribadi ataupun lewat pengganti. Keadilan menuntut
penghukuman orang berdosa. Tetapi keadilan juga bisa
menerima pengorbanan seseorang.
3. Kebaikan
Kebaikan Allah meliputi semua sifat-Nya yang sesuai dengan
gambaran kita tentang seseorang yang sempurna.
Maksudnya, kebaikan Allah meliputi sifat – sifat kekudusan-
Nya, keadilan dan kebenaran-Nya.
Kebaikan Allahberkaitan dengan keempat sifat yang
dibutuhkan
a. Kasih Allah yang merupakan kesempurnaan.
b. Kemurahan Allah akibat kebaikan-Nya.
c. Bebas kasihan Allah, merupakan kebaikan-Nya yang
dinyatakan kepada orang – orang yang berada di dalam
penderitaan dan keluhan.
d. Anugrah Allah atau kasih karunia.
4. Kebenaran
Kebenaran Allah kebenaran pengetahuan, pernyataan serta
gambaran dan lambang Allah secara kekal. Alkitab
mengajarkan bahwa Allah adalah kebenaran Yohanes
menulis bahwa kita ada di dalam yang benar
(1 Yohanes 5 : 20)
Kesetiaan Allah menepati semua janji-Nya baik yang
diucapkan maupunyang tersirat sungguh tak terselidiki
keputusan – keputusan – Nya dan tak terselami jalan-Nya
(Roma 11 : 33, 36)
Sifat dasar Allah : Keesaan dan ketritungaalan
Keesaan dan ketritunggalan Allah juga berkaitan dengan
sifat dasar atau watak Allah yang menuntut pembahasan
sendiri.
I. Keesaan Allah
Keesaan Allah berarti bahwa hanya ada satu Allah Bapa
saja. Bahwa sifat dasar atau watak Allah tidak dapat
dipisah – pisahkan Allah Esa adanya merupakan
kebenaran sejati seperti tertulis di perjanjian lama
(Ulangan 4 : 35; 2 Raja – raja 8 :60; Yesaya 45 : 5)
Kebenaran yang sama juga diajarkan di perjanjian baru
(Markus 12 : 19 – 32; Yohanes 17 : 3; 1 Korintus 8 : 4-6
dan Timotius 2 : 5)
Allah bukan saja Esa, tetapi Allah satu – satunya.
Karena itu Allah tunggal adanya dan unik (Keluaran 15 :
11; Zakharia 14 :9)
II. Ketritunggalan Allah
Ajaran trinitas atau ketritunggalan Allah, bukanlah
suatu kebenaran yang diperoleh melalui akal budi atau
yang dikenal dengan teologi natural, tetapi kebenaran
yang dapat diketahui melalui pernyataan Wahyu.
Dalam teologi Kristen, istilah “trinitas” atau tritunggal
berarti bahwa ada tiga okum kekal dalam hakikat Illahi.
Masing – masing dikenal sebagai Allah Bapa tida dapat
dikatakan sebagai tiga kepribadian Allah. Allah
tritunggal merupakan keesaan hakikat maupun
keesaan maksud dan tujuan. Ketiga pribadi Allah
tritunggal itu sehakekat.
A. PETUNJUK – PETUNJUK AWAL DALAM PERJANJIAN LAMA
Sekalipun hal terutama ditekankan dalam perjanjian lama adalah
Keesaan Allah, namun tidak kurang isyarat mengenai berbagai
pribadi KeAllahan. Demikian juga tidak kurang isyarat bahwa
pribadi – pribadi ini merupakan satu krtritunggalan.
B. Ajaran tentang trinitas diuraikan dengan lebih jelas dalam
perjanjian bru daripada perjanjian lama
Kenyataan ini dapat dibuktikan dengan dua cara :
Melalui pernyataan – pernyataan dan kiasan umum dengan
menunjukkanada tiga pribadi keAllahan yang diukur sebagai Allah
1. Pernyataan – pernyataan dan kiasan – kiasan umum. Beberapa
kali ketiga pribadi tritunggal ditampilkan bersama.
2. Bapa dikenal sebagai Allah (Yohanes 6 : 27; Roma 1 : 7; Galatia
1 : 1)
3. Anak Allah dikenal sebagai Allah
Ajaran tentang kelahiran Kristus sangat penting bagi iman
Kristen (Matius 16 : 15 : 22 : 42) Yesus adalah manusia luhur
daripada manusia biasa.
Perjanjian baru menunjukkan bahwa Dia adalah Allah dengan
berbagai cara
a. Sifat – sifat Illahi
Kristus memiliki khas sifat Illahi : Kekal, Maha Hadir, Maha
Tahu, Maha Kuasa,dan tidak berubah.
b. Jabatan – jabatan Illahi
Yesus sebagai pencipta (Yohanes 1 : 3; Kolose 1 : 16; Ibrani
1 : 10)
c. Hak Istimewa Allah
Kristus mengampuni dosa (Matius 9 : 2; Lukas 7 : 47 – 48)
d. Ia disamakan dengan Yosua dari perjanjian lama.
apa yang dalam perjanjian lama dikatakan mengenai Yekova
dalam perjanjia baru. Ia adalah pencipta (Mazmur 102 : 26 –
28; Ibrani 1 : 10 - 12)
e. Nama – nama Yesus yang menyatakan KeIllahian:
1. Yesus memakai beberapa kiasan yang mengisyaratkan
Sifat adikodrati. Ia juga memakai beberapa nama untuk
keIllahian, “Akulah Alfa dan Omega yang Awal dan yang
Akhir” (Wahyu 22 : 13; Yohanes 11 : 25)
2. Yesus disebut Immanuel (Matius 1 : 22 – 23)
3. Untuk menekankan keIllahian-Nya istilah ‘Firman’ logo.
4. Nama yang disenangi Yesus, Anak Manusia (Kisah 7 : 56)
5. Kristus disebut sebagai Tuhan yang menunjuk kepada
Allah Bapa (Matius 4 : 7; 11 : 25; Lukas 2 : 29)
6. Kritus disebut Anak Allah (Yohanes 10 : 36)
7. Yesus disebut Allah sebanyak beberapa kali dalam
perjanjian baru (Yohanes 1 : 1)

You might also like