You are on page 1of 22

LAPORAN PRAKTIKUM

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Laboratorium Kimia

Kelompok : 1 (Satu)
Nama Anggota : 1. Arinda Handiyah Sawitri ( V3721009 )
2. Audia Reza ( V3721011 )
3. Mikael Hovhaness Nugroho Putro ( V3721035 )
4. Tiara Amalia Firdaus ( V3721055 )

Tanggal Praktikum : 09 November 2021


Asisten Praktikum : Rahma Nur Fitriana

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

I. JUDUL
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium Kimia.

II. PENDAHULUAN
A. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari keselamatan dan kesehatan kerja di
laboratorium kimia.
2. Memahami manajemen K3 di laboratorium kimia.
3. Mengidentifikasi simbol-simbol bahaya kimia yang di laboratorium
kimia.
4. Mengetahui APD yang digunakan sesuai SOP saat berada di
laboratorium kimia.
5. Memahami potensi bahaya yang dapat terjadi saat berada di
laoboratorium kimia.
6. Mengetahui upaya pencegahan dan penanganan bahaya yang
mungkin terjadi pada saat berada di laboratorium kimia yang sesuai
dengan SOP.

B. Latar Belakang

Kimia merupakan segala hal yang meliputi komposisi, struktur


dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang menggunakan
kemampuan keterampilan dan penalaran. Terdapat dua hal yang berkaitan
dengan kimia yang saling berkesinambungan, yaitu kimia sebagai
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori dan
kimia sebagai proses yaitu kerja ilmiah (Sari, dkk. 2018). Kerja ilmiah
sangat erat kaitannya dengan laboratorium, karena dari pembelajaran
terdapat konsep, teori kimia harus diikuti dengan ujicoba laboratorium.
Kegiatan praktikum laboratorium ditujukan untuk pembuktian atau
verifikasi dari teori, dan bisa jadi sebagai penemuan hal yang baru.

Laboratorium merupakan sarana dalam proses pembelajaran


untuk pengembangan keterampilan dan peningkatan pengetahuan.
Pengetahuan dapat berasal dari penggunaan berbagai macam
keterampilan dan penerapan sikap ilmiah pada proses praktikum di
laboratorium. Karena itu perlu ada nya ketersedian sarana dan prasaran
yang lengkap demi keberlangsungan kegiatan laboratorium dengan baik.
Komponen yang wajib ada adalah peralatan labolatorium, bahan, alat
pelindung diri (APD), dan sarana pelengkap (air dan listrik).

Setiap kegiatan memiliki risiko kerja tidak terkecuali di


laboratorium. Risiko kerja yang di laboratorium memiliki tingkat risiko
tinggi karena penggunaan bahan kimia dan biologi yang berbahaya,
peralatan dengan tingkat penggunaan sulit serta penggunaan sarana
pendukung seperti listrik. Karena itu perlu dilakukannya penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium untuk meminimalkan
risiko.

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium kimia?
2. Bagaimana manajemen K3 di Laboratorium kimia?
3. Apa saja simbol bahaya bahan kimia yang ada di laboratorium
kimia?
4. Apa saja APD yang digunakan saat di laboratorium kimia?
5. Apa saja potensi bahaya yang dapat terjadi di laboratorium kimia?
6. Bagaimana upaya pencegahan dan penanganan bahaya saat berada
di laboratorium kimia?

III. PEMBAHASAN

K3 Laboratorium adalah upaya pengendalian berbagai faktor


lingkungan fisik, kimia, biologi di laboratorium yang mungkin dapat
menimbulkan dampak atau gangguan kesehatan terhadap pihak yang
sedang melakukan uji lab ataupun yang berada di sekitar laboratorium.
Tujuan K3 di laboratorium adalah untuk menciptakan suasana yang aman
dengan cara memberi pengetahuan praktik baik dosen, laboran, dan
mahasiswa tentang K3, mengenal potensi bahaya yang ada, serta upaya
penanganannya. Maka daripada itu perlu adanya penyuluhan dan
pemberitahuan tentang kesadaran dan pentingnya K3 didalam
laboratorium kimia. Kedisiplinan terhadap aturan yang berlaku
merupakan faktor utama dalam menjalankan K3 di laboratorium dengan
baik dan benar.

Sebuah laboratorium harus dirancang efisien sehingga


membuat penggunanya terjaga kesehatan dan kesejahteraannya.
Kenyamanan dalam laboratorium harus dipertimbangkan meliputi
pengaturan suhu dan aliran udara yang sesuai. Penggunaan ventilasi udara
agar sirkulasi udara baik luar dan dalam laboratorium dapat mengalir
dengan baik. Pergantian udara ini harus terus menerus sehingga
konsentrasi zat beracun atau toksik tidak meningkat selama hari kerja dan
juga tidak disirkulasikan ulang dari laboratorium satu ke laboratorium
yang lain. Pencahayaan dengan kriteria tidak menyilaukan mata, tidak
menimbulkan panas berlebih, tidak menghasilkan gas, tidak
menimbulkan bayangan kontras, tidak berkedip-kedip dan pencahayaan
merata keseluruh ruangan. Sarana dalam laboratorium salah satunya
bangku dan kursi memiliki beberapa ketentuan yaitu (1) kegiatan yang
membutuhkan presisi: tinggi bangku harus berada di atas siku, (2) kerja
ringan : tinggi bangku harus tepat di bawah siku dan (4) kerja berat : tinggi
bangku harus 4-6 inci di bawah siku (Phuspa, 2017). Ketersediaan alat
pelindung diri (APD) harus dipastikan diantaranya jas laboratorium, kaca
mata pelindung, sarung tangan dan sepatu pengaman agar kegiatan
berjalan dengan baik dan menurunkan terjadinya risiko. Lantai di
laboratorium harus dijaga sejajar supaya tidak terjadi perbedaan
ketinggian, kemudian lantai harus bersih dan tidak licin. Hal ini untuk
mengantisipasi terjadinya kecelakan seperti terjatuh dan terpeleset. Perlu
adanya ketersediaan alat pemadaman kebakaran, kain pemadam
kebakaran dan petunjuk jalur keluar saat terjadi kebakaran untuk
mengantisipasi risiko yang terjadi. Juga perlu adanya identifikasi bahaya;
rencana kebersihan bahan kimia; informasi dan pelatihan; monitoring
pemaparan; dan konsultasi dan pemeriksaan medis. Hal tersebut
ditujukan untuk penanganan bahan kimia. Selanjutnya ada faktor listrik
yang merupakan faktor penunjang utama dalam kegiatan di laboratorium.
Tingkat bahaya dari listrik itu sendiri tergantung pada sentuhan langsung
atau tidak langsung pada instalasi listrik mulai dari tegangan, arus, waktu
serta kondisi badan manusia. Umumnya kebakaran karena listrik
disebabkan adanya pembebanan berlebihan, terdapat sambungan tidak
sempurna, penggunaan perlengkapan tidak standar, pembatas arus tidak
sesuai, terjadinya kebocoran isolasi serta adanya sambaran petir

Adapun unsur umum dalam manajemen pengelolaan


laboratorium kimia adalah sebagai berikut : Perencanaan (Planing),
Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating) dan
Pengendalian (Controlling). Perencanaan (Planing) dilakukan untuk
kurun waktu tertentu mulai dari perencanaan pengadaan,
penyimpanan/penggudangan, dan penggunaannya. Dalam perencanaan
ini meliputi identifikasi kebutuhan bahan, klasifikasi bahan dan
perencanaan penyimpanan. Biasanya dilakukan dalam kurun waktu 1
tahun. Pengorganisasian (Organizing) untuk meliputi penetapan tugas
dan wewenang personil pengelola, pemakai, dan pengawas. Dalam
pengorganisasian perlu adanya koordinasi antar berbagai pihak yang
berkepentingan dengan laboratorium tersebut. Selain itu juga dilakukan
penetapan persyaratan penyimpanan bahan kimia dimana setiap jenis
bahan memiliki syarat penyimpanan tertentu. Adapun syarat
penyimpanan dari berbagai jenis B3 sebagai berikut :

1. Beracun :
a. Ruangan dingin dan berventilasi
b. Jauh dari sumber panas
c. Terpisah dari bahan kimia lain yang reaktif
d. Tersedia alat pelindung diri seperti masker, pakaian
pelindung, sarung tangan dan lain-lain
2. Korosif :
a. Ruang dingin dan berventilasi
b. Wadah tertutup dan berlabel
c. Terpisah dari zat beracun
d. Tersedia alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker,
kaca mata dan lain-lain.
3. Mudah terbakar :
a. Ruang dingin dan berventilasi
b. Jauh dari sumber panas/api
c. Tersedia alat pemadam kebakaran
4. Mudah meledak :
a. Ruang dingin dan berventilasi
b. Jauh dari sumber panas/ api
5. Oksidator :
a. Ruang dingin dan berventilasi
b. Jauh dari sumber api/ panas dan dilarang merokok
c. Jauh dari bahan reduktor dan mudah terbakar
6. Reaktif terhadap air :
a. Suhu ruangan dingin, kering dan berventilasi
b. Bangunan kedap air
c. Pemadam kebakaran yang tersedia tidak menggunakan air
seperti CO2, Halon, Dry Powder
7. Reaktif terhadap asam :
a. Ruang dingin dan berventilasi
b. Jauh dari sumber api dan panas
c. Ruang penyimpanan perlu dirancang agar tidak
memungkinkan terbentuknya kantong-kantong hidrogen,
karena reaksi dengan asam akan terbentuk gas hydrogen
yang mudah terbakar.
8. Gas bertekanan :
a. Disimpan dalam keadaan tegak/ berdiri dan terikat
b. Ruang dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
c. Jauh dari api dan panas
d. Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup.

Selanjutnya ada unsur Pelaksanaan (Actuating), pelaksanaan


setiap kegiatan mulai dari penyimpanan, pemakaian dan pengawasan
harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur harus
digunakan untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan
bahan kimia oleh semua personil, baik sebagai dosen, staff, dan
mahasiswa. Adapun jenis penanganan dibagi 3 jenis antara lain :

1. Bahan beracun dan korosif :


a. Pencampuran, pengadukan, pemanasan dan pemindahan
dilakukan dalam ruang khusus atau almari asam
b. Menggunakan alat pelindung seperti masker, sarung tangan &
respirator yang sesuai dengan bahan yang ditangani, pelindung
badan/ jas lab dll. Alat ini harus terbuat dari bahan yang tahan
terhadap korosif dan mempunyai daya lindung terhadap bahan
yang ditangani.
c. Tidak diperkenankan merokok, minum dan makan didalam
ruang kerja.
d. Ruang kerja mempunyai sirkulasi dan ventilasi udara yang
baik.
2. Bahan mudah terbakar :
a. Menjauhkan sumber panas yaitu api terbuka/bara, loncatan
api listrik, logam panas, dan tidak diperkenankan merokok,
b. Ruang kerja mempunyai sirkulasi dan ventilasi udara yang
baik serta tersedia alat pemadam kebakaran.
3. Bahan reaktif :
a. Hindarkan dari sumber panas dan matahari
b. Hindarkan pengadukan yang menimbulkan panas
c. Hindarkan dari benturan dan gesekan yang kuat
d. Untuk zat reaktif thd air harus disimpan ditempat yang kering,
hindarkan dari uap air dan air. Jika terjadi kebakaran
gunakan alat pemadam, bukan air.

Dan unsur manajemen laboratorium yang terakhir adalah


Pengendalian (Controlling) dapat dilakukan dengan inspeksi, audit
maupun pengujian mulai dari perencanaan, hingga pelaksanaan.
Pengawasan ini dapat dilakukan oleh pengurus laboratorium yang
memiliki tugas pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan lab atau terhadap pihak yang berkaitan dengan penggunaan lab
agar berjalan sesuai dengan kebijakan dan peraturan/prosedur yang telah
ditetapkan.
Semua bahan kimia yang berada di laboratorium kimia
memiliki karakteristik yang beraneka ragam. Beberapa sifat tersebut
dapat membahayakan kesehatan dang keselamatan kerja. Dalam hal ini
perlu diperlukan suatu simbol khusus yang bersifat universal dengan
maksud agar dapat membedakan bahan kimia yang tidak berbahaya
dengan bahan kimia yang bahaya. Simbol bahan kimia digunakan untuk
mengklasifikasikan bahan kimia dengan memberi label dengan simbol
pencegahan bahaya yang menunjukkan fiturnya. Pemahaman terhadap
makna dari simbol pencegahan bahaya akan membantu penggunaan
bahan kimia yang aman. Simbol pencegahan kimia bertujuan untuk
menciptakan peringatan efektif yang dapat melindungi para pengguna
bahan kimia dengan lebih baik (Sardi, 2018).

Simbol bahaya bahan kimia adalah suatu piktogram yang


berlatar belakang orange dengan garis batas dan gambar berwarna hitam.
Kategori bahaya pada bahan dan formulasi dapat ditandai dengan simbol
bahaya, yang dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam antara lain:

1. Resiko kebakaran dan ledakan(bersifat fisika-kimia)


2. Resiko kesehatan (bersifat toksikologi)
3. Kombinasi dari resiko kebakaran dan resiko kesehatan

Berikut adalah simbol bahaya kimia beserta penjelasannya.


1. Explosive (bersifat mudah meledak)

Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar


diatas adalah bahan yang mudah meledak (explosive). suatu
bahan yang dapat meledak karen pukulan, benturan, gesekan,
api, pemamasam, dan sumber nyala lainnya tanpa harus
menggunakan oksigen atmosferik. Sebuah ledakan juga dapat
terjadi karena dipicu oleh sebuah reaksi keras dari suatu bahan.
Energi tinggi yag telah dilepaskan dengan propagasi suatu
gelombang udara yang mana bergerak sangat cepat. Resiko
ledakan itu dapat ditentukan dengan metode yang diberikan di
dalam ketentuan Law for Explosive Substances dalam
laboratorium. Sebuah campuran senyawa pengoksidasi kuat
dengan sebuah bahan yang mudah terbakar atau bahan
pereduksi bisa meledak. Contohnya adalah seperti pada zat
asam nitrat yang bisa menimbulkan sebuah ledakan apabila
bereaksi dengan beberapa solven seperti zat aseton, dietil eter,
etanol, atau yang lainnya. Beberapa contoh bahan kimia
dengan sifat explosive misalnya TNT, ammonium nitrat, dan
nitroselulosa. Frase-R pada bahan yang mudah meledak adalah
R1, R2 dan R3. Keamanan yang dapat dilakukan adalah dengan
menghindari benturan atau gesekan, loncatan api, dan panas.

2. Oxidizing (Mudah Teroksidasi)

Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar


diatas adalah bahan kimia yang bersifat mudah menguap dan
mudah terbakar melalui oksidasi (oxidizing). Pada umumnya
Penyebab terjadinya kebakaran akibat reaksi bahan tersebut
dengan udara yang panas, percikan api, atau karena raksi dengan
bahan-bahan yang bersifat reduktor. Adapun beberapa contoh
bahan kimia dengan sifat ini misalnya hidrogen peroksida dan
kalium perklorat. Frase-R untuk bahan pengoksidasi: R7, R8 dan
R9. Keamanan yang dapat dilakukan adalah dengan
menghindari kontak panas serta bahan yang mudah terbakar dan
juga reduktor.

3. Flammable (Mudah Terbakar)

Simbol bahan kimia diatas memiliki arti bahwa bahan


tersebut besifat mudah terbakar (flammable). Bahan mudah
terbakar dibagi menjadi 2 jenis yaitu Extremely Flammable
(amat sangat mudah terbakar) dan Highly Flammable (sangat
mudah terbakar. Bahan dengan label Extremely Flammable
mempunyai titik nyala pada suhu 0 ℃ dan titik didih pada suhu
35℃. Bahan ini umumnya berupa gas pada suhu normal dan
disimpan dalam tabung kedap udara bertekanan tinggi. Frase-R
untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah R12. Bahan
dengan label Highly Flammable mmepunyai titik nyala pada
suhu 21 ℃ dan titik didih pada suhu yang tak terbatas. Frase-R
untuk bahan sangat mudah terbakar yaitu R11. Adapun beberapa
contoh bahan bersifat flammable dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Zat terbakar langsung. Contohnya: aluminium alkil
fosfor. Keamanan: hindari kontak bahan dengan udara.
b. Gas amat mudah terbakar. Contohnya: butane dan
propane. Keamanan: hindari kontak bahan dengan
udara dan sumber api.
c. Cairan mudah terbakar. Contohnya: aseton dan
benzene. Keamanan: jauhkan dari sumber api atau
loncatan bunga api.
d. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk
gas mudah terbakar bila kena air atau api.

4. Toxic (Beracun)

Simbol bahan kimia diatas memiliki arti bahwa


bahan tersebut adalah bahan beracun. Akibat dari keracunan
bahan kimia tersebut bisa bersifat akut dan kronis, bahkan
hingga menyebabkan kematian pada konsentrasi yang tinggi.
Keracunan karena bahan dengan simbol di atas dapat melalui
mulut, proses pernafasan (inhalasi) atau melalui kontak dengan
kulit. Beberapa contoh bahan kimia bersifat racun misalnya
arsen triklorida dan merkuri klorida. Frase-R pada suatu bahan
yang beracun yaitu : berjenis R23, R24 dan R25 Hindari kontak
langsung dengan kulit, menelan, serta gunakan selubung masker
untuk mencegah uapnya masuk melalui pernafasan.
5. Harmful Irritant (Bahaya iritasi)

Simbol bahan kimia diatas terbagi menjadi 2


kode, yakni kode Xn dan kode Xi. Kode Xn menimbulkan risiko
kesehatan apabila bahan masuk melalui pernafasan (inhalasi),
melalui mulut (ingestion), dan melalui kontak kulit, contoh
bahan dengan kode Xn misalnya peridin. Hindari kontak
langsung dengan tubuh dan jangan sampai menghirup, segera
berobat ke dokter apabila kemungkinan keracunan. Sedangkan
kode Xi menimbulkan risiko inflamasi jika bahan kontak
langsung dengan kulit dan selaput lendir, contoh bahan dengan
kode Xi misalnya ammonia dan benzyl klorida. Hindarilah
menghirup bahan, kontak langsung dengan kulit dan mata.
Frase-R bahan dengan kode Xn adalah R20, R21 dan R22,
sedangkan untuk kode Xi adalah R36, R37, R38 dan R41.

6. Corrosive (korosif)

Simbol bahan kimia diatas memiliki arti bahwa bahan


tersebut bersifat korosif dan dapat merusak jaringan hidup. Pada
umumnya karakteristik bahan ini dapat dilihat dari tingkat
keasamaannya. pH dari bahan bersifat korosif adalah pada
kisaran < 2 atau >11,5. Contoh bahan yang bersifat korosif
antara lain belerang oksida dan klor. Jangan menghirup uap dari
bahan ini, dan jangan kontak langsung dengan mata dan kulit
karena dapat mengiritasi. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34
dan R35.

7. Dangerous for Enviromental (Bahaya berbahaya bagi


lingkungan)

Simbol bahan kimia pada gambar diatas memiliki arti


bahwa bahan tersebut berbahaya bagi lingkungan (dangerous for
environment). Bahan ini berbahaya bagi lingkungan meliputi
tanah, udara, perairan, atau mikroorganisme yang dapat
menyebabkan kerusakan ekosistem. Contoh bahan yang
berbahaya bagi lingkungan antara lain tetraklorometan, tributil
timah klorida, dan petroleum bensin. Frase-R untuk bahan
berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53.
Hindari pembuangan limbah atau bahan kimia langsung ke
lingkungan.

Alat yang digunakan di dalam laboratorium kimia

1. Jas laboratorium

Jas laboratorium (lab coat) berfungsi melindungi badan


dari percikan bahan kimia berbahaya. Jenisnya ada dua yaitu jas
lab sekali pakai dan jas lab berkali-kali pakai. Jas lab sekali pakai
umumnya digunakan di laboratorium bilogi dan hewan,
sementara jas lab berkali-kali pakai digunakan di laboratorium
kimia.

Jas lab kimia bisa berupa:

 Flame-resistant lab coat – Jas lab yang bahannya dilapisi


material tahan api. Jas lab jenis ini cocok digunakan
untuk mereka yang bekerja dengan peralatan atau bahan
yang mengeluarkan panas, misalnya peleburan sampel
tanah, pembakaran menggunakan tanur bersuhu tinggi,
dan reaksi kimia yang mengeluarkan panas.
 100% cotton lab coat – Ini adalah jas lab yang biasanya
digunakan di laboratorium kimia umum (misalnya lab
kimia pendidikan). Jas lab ini diperkirakan memiliki
umur pakai sekitar satu sampai dua tahun. Setelah
melewati waktu pakai terebut, jas ini rentan rusak karena
pengaruh bahan kimia asam.
 Synthetic/cotton blends – Jas lab ini bisa terbuat dari
100% poliester atau campuran poliester/cotton. Seperti
halnya cotton lab coat, jas lab ini digunakan di
laboratorium kimia umum.

2. Kaca mata keselamatan

Percikan larutan kimia atau panas dapat membahayakan


mata orang yang bekerja di laboratorium. Oleh karena itu, mereka
harus menggunakan kaca mata khusus yang tahan terhadap
potensi bahaya kimia dan panas. Kaca mata tersebut terbagi
menjadi 2 jenis, yaitu clear safety glasses dan clear safety
goggles.
Clear safety glasses merupakan kaca mata keselamatan
biasa yang digunakan untuk melindungi mata dari percikan
larutan kimia atau debu. Sementara itu, clear safety
goggles digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan
kimia atau reaksi kimia berbahaya.

Peralatan pelindung mata ini terdiri dari tiga tipe, yaitu:

 Direct vented goggles – Umumnya digunakan untuk


melindungi mata dari debu, namun tidak cocok untuk
melindungi mata dari percikan atau uap bahan kimia.
 Indirect vented goggles – Cocok digunakan untuk
melindungi mata dari kilauan cahaya dan debu, namun tidak
cocok untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia.
 Non-vented goggles – Baik digunakan untuk melindungi
mata dari debu, uap, dan percikan bahan kimia. Selai itu,
kaca mata ini juga bisa digunakan untuk melindungi mata
dari gas berbahaya.

3. Sepatu

Sandal atau sepatu sandal dilarang digunakan ketika Anda


bekerja di laboratorium. Mengapa? Karena keduanya tidak bisa
melindungi kaki Anda ketika larutan atau bahan kimia yang
tumpah.

Sepatu biasa umumnya sudah cukup untuk digunakan


sebagai pelindung. Namun, di laboratorium perusahaan besar,
sepatu yang digunakan adalah sepatu keselamatan yang tahan api
dan tekanan tertentu. Selain itu, terkadang disediakan juga plastik
alas sepatu untuk menjaga kebersihan laboratorium jika sepatu
tersebut digunakan untuk keluar dari laboratorium.

4. Pelindung muka

Seperti namanya, pelindung muka (face shield) digunakan


untuk melindungi muka Anda dari panas, api, dan percikan
material panas. Alat ini biasa digunakan saat mengambil alat
laboratorium yang dipanaskan di tanur suhu tinggi, melebur
sampel tanah di alat peleburan skala lab, dan mengambil peralatan
yang dipanaskan dengan autoclave.

5. Masker gas

Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan bisa


mengeluarkan gas berbahaya. Oleh karena itu, masker gas sangat
cocok digunakan oleh Anda sehingga gas berbahaya tersebut tidak
terhirup. Dilihat dari jenisnya, masker gas bisa berupa masker gas
biasa yang terbuat dari kain dan masker gas khusus yang
dilengkapi material penghisap gas.

Masker gas biasa umumnya digunakan untuk keperluan


umum, misalnya membuat larutan standar. Sementara itu, masker
gas khusus digunakan saat menggunakan larutan atau bahan kimia
yang memiliki gas berbahaya, misalnya asam klorida, asam sulfat,
dan asam sulfida.

6. Kaos tangan

Kaos tangan (glove) melindungi tangan Anda dari ceceran


larutan kimia yang bisa membuat kulit Anda gatal atau melepuh.
Macam-macam kaos tangan yang digunakan di lab biasanya
terbuat dari karet alam, nitril, dan neoprena.

Terkait kaos tangan yang terbuat dari karet alam, ada yang
dilengkapi dengan serbuk khusus dan tanpa serbuk. Serbuk itu
umumnya terbuat dari tepung kanji dan berfungsi untuk melumasi
kaos tangan agar mudah digunakan.

7. Pelindung telinga

Alat pelindung diri yang terakhir adalah pelindung telinga


(hear protector). Alat ini lazim digunakan untuk melindungi
teringa dari bising yang dikeluarkan perlatatan tertentu,
misalnya autoclave, penghalus sample tanah (crusher), sonikator,
dan pencuci alat-alat gelas yang menggunakan ultrasonik.

Setiap orang yang terpapar kebisingan dibatasi dari sisi


waktu dan tingkat kebisingan. Batas kebisingan yang
diperbolehkan menurut Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) adalah sebagai berikut:

 8 jam = 90 dB
 6 jam = 92 dB
 4 jam = 95 dB
 2 jam = 100 dB
 1 jam = 105 dB
 30 menit = 110 dB
 15 menit = 115 dB

Potensi bahaya yang dapat terjadi di Laboratorium Kimia


Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam laboratorium
dapat digolongkan dalam :

1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah


terbakar atau meledak.
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik
3. Bahaya radiasi
4. Luka bakar
5. Syok akibat aliran listrik
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.

Pengendalian

Hal-hal yang penting dalam mengantisipaasi pengendalian


kecelakaan kerja di Laboratorium Kimia adalah untuk mengetahui aturan-
aturan yang aman, bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi dan hal-hal
yang perlu dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan. Menurut
(Fatimhhayati, 2015) kecelakaan di dalam laboratorium dapat di analisis
potensi bahayanya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) sebagai
upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di dalam
laboratorium. Berikut adalah aturan umum yang berkaitan dengan
keamanan di Laboratorium :

1. Penataan ruangan yang baik sangat penting untuk keamanan


kerja di laboratorium. Ruangan perlu ditata rapi untuk
memberikan tempat jalan lewat yang baik dan menempatkan
segala sesuati pada tempatnya.
2. Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan
darurat seperti kotak P3K, pemadam kebakaran, botol cuci mata
dll.
3. Gunakan perlengkapan keamanan / APD ketika melakukan
eksperimen
4. Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya
yang akan terjadi dan ambil tindakan untuk mengurangi bahaya
tersebut.
5. Berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau
keadaan tertentu
6. Eksperimen tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di
laboratorium juga perlu dicegah.
7. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan
gelas, kertas dll.
8. Semua percikan dan kebocoran harus segera dibersihkan.

IV. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa :
1. Tujuan K3 di laboratorium adalah untuk menciptakan suasana yang
aman dengan cara memberi pengetahuan praktik baik dosen, laboran,
dan mahasiswa tentang K3, mengenal potensi bahaya yang ada, serta
upaya penanganannya. Maka daripada itu perlu adanya penyuluhan dan
pemberitahuan tentang kesadaran dan pentingnya K3 didalam
laboratorium kimia.
2. Simbol bahaya bahan kimia adalah suatu piktogram yang berlatar
belakang orange dengan garis batas dan gambar berwarna hitam.
3. Penerapan SMK3 bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja.
Selain membuat karyawan merasa aman, perusahaan juga akan
diuntungkan. Untuk menjalankan bisnis, perusahaan harus beroperasi
sesuai dengan aturan dan undang-undang yang berlaku.

V. DAFTAR PUSTAKA
Fatimahhayati Lina, dkk. 2015. Analisis Potensi Bahaya dengan Metode Job
Safety Analaysis (JSA) Sebagai Upaya Penerapan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Laboratorium X Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman, Samarinda. Tekinfo, 4(1).
OSHA340 (2011). Laboratory Safety Guidance. Occupational Safety and
Health Administration, 3404–11R.
Sardi, A. (2018). GHS: Keselamatan Berbicara Melalui
Simbol. Bioscience, 2(1): 01-10.
Sari, Ida, F., dan Dayana, D.. 2018. Analisis Profil Manajemen Laboratorium
dalam Pembelajaran Kimia di SMA Wilayah Sumedang. Jurnal
Tadris Kimiya, 3(1):73-82

Mengetahui Surakarta, 15 November 2021


Asisten Praktikum, Praktikan,

( Rahma Nur Fitriana ) ( Kelompok 1 )


LAMPIRAN

You might also like