Professional Documents
Culture Documents
Askep Anak
Askep Anak
Disusun oleh :
Ustika Lestari
202001053
https://images.app.goo.gl/Wr63jePnbCb5TiAw6
C. Patofisiologi DHF
Manusia adalah inang (host) utama dari virus dengue. Nyamuk Aedes sp akan
terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang yang sedang mengalami viremia,
kemudian virus dengue akan bereplikasi di dalam kelenjar liur nyamuk selama 8−12 hari.
Namun, proses replikasi ini tidak memengaruhi hidup nyamuk.
Kemudian, nyamuk ini akan mentransmisikan virus dengue jika menggigit manusia lain,
sehingga akan mengalami gejala setelah masa inkubasi rata-rata 4−7 hari (kisaran 3−14
hari). Virus dengue masuk ke dalam peredaran darah dan menginvasi leukosit untuk
bereplikasi. Pasien akan berstatus infeksius selama 6−7 hari setelah digigit nyamuk.
Leukosit akan merespon viremia dengan mengeluarkan protein cytokines dan interferon,
yang bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala penyakit seperti demam, flu-like
symptoms, dan nyeri otot. Bila replikasi virus bertambah banyak, maka virus dapat masuk
ke dalam organ hati dan sumsum tulang.
D. Klasifikasi
1. Derajat 1 (ringan) Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan
yaitu uji turniket.
2. Derajat 2 (sedang) Seperti derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan pada kulit dan
atau perdarahan lainnya.
3. Derajat 3 Ditemukannya kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun.
4. Derajat 4 Terdapat Dengue Shock Sindrome (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan
darah tidak dapat diukur (Wijaya, 2013).
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
A. Spesifik
1. Isolasi virus (Kultur)
Biakan sel dari nyamuk Aedes aegypti atau penderita, membutuhkan waktu 2 minggu,
merupakan cara diagnosa laboratorium yang terbaik karena hasilnya akan langsung
dapat diketahui sampai ada serotipenya (Gold Standard). Permasalahannya adalah
tindakan sulit dan biayanya.
2. Deteksi Antigen
molekuler
a. Hibridisasi DNA-RNA dan atau amplifikasi segmen tertentu dengan metode PCR
- Mahal
- rumit
- membutuhkan peralatan khusus
B. Antigen NS1
Suatu glikoprotein non struktural dari gen virus dengue
- Mendeteksi semua jenis virus dengue
- Berhubungan dengan replikasi virus
C. Serologi: Didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita yang terjadi setelah
infeksi -
Haemaglutination
Inhibition (HI)
- Complement Fixation
- Neutralization
- Enzyme Immuno Assay
- Ig M dan Ig G rapid
Ig M dan Ig G (Rapid)
- Rapid Captured Immunochromatographic Ig M dan Ig G
- Dapat mendeteksi infeksi dengue akut sekaligus membedakan infeksi primer (15
menit)
- membantu konfirmasi diagnosis klinis
- Dapat membedakan infeksi primer dan sekunder melalui (pengaturan) cut-off level Ig
M dan Ig G,
- Cut-off Ig M ditentukan untuk mendeteksi kadar antibodi yang muncul pada infeksi
virus dengue primer dan sekunder.
- Cut-off antibodi Ig G ditentukan hanya mendeteksi kadar antibodi tinggi yang khas
muncul pada infeksi virus dengue sekunder dan setara dengan titer HI > 1: 2560 (tes HI
sekunder)
B. Non Spesifik
o Hematologi
trombosit (AT) -> menurun (trombositopenia)
- Virus secara langsung menyerang megakariosit dan mieloid & trombosit oleh sistem
retikuloendotelial
- mulai menurun pada fase demam (hari 2 - 3) mencapai jumlah terendah pada hari 5
akan meningkat kembali dengan cepat pada hari 6 –7 mencapai jumlah normal pada hari
7 – 10
- derajat terombositopenia berhubungan dengan beratnya penyakit
o Hematokrit (Hmt) dan hemoglobin (Hb)
- Hmt meningkat > 20% -> hemokonsentrasi
- Hb -> bila terjadi perdarahan Hb menurun sehingga Hmt bisa menurun atau tetap
meskipun terjadi hemokonsentrasi -> hati-hati bila Hmt untuk memonitor
o Limfosit Plasma Biru (LPB) -> > 5%
Merupakan suatu limfosit reaktif karena adanya peningkatan DNAdalam nuleus dan
RNA dalam itoplasma yang disebabkan oleh adanya respon imun terhadap virus
Jumlah lekosit (AL) dan hitung lekosit (HJL)
- Al
menurun - HJL ® monositosis
- Jumlah monosit absolut berbanding terbalik dngan jumlah trombosit
- Seakin tinggi jumlah monosit ® semakin banyak monosit yang terinfeksi -> penyakit
semakin berat
o Waktu protrombin (PTT)
Untuk mengetahui adanya gangguan faktor ekstrinsik (faktor III dan faktor VII) ->
memanjang
o Activated prothrombin time (APTT)
Untuk mengetahui adanya gangguan faktor intrinsik (F XII, XI, IX, X, II dan I) ->
memanjang
o Fibrinogen -> turun
D-dimer, kalau meningkat menunjukkan adanya Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC)
o Kimia
Transaminase (SGPT dan SGOT) -> meningkat
https://pantirapih.or.id/rspr/pemeriksaan-laboratorium-penderita-demam-dengue-df-dan-
demam-berdarah-dengue-dhf/
G. Penatalaksanaan DHF
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and
Prevention, 2009), yaitu :
- Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak
istirahat.
- Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu
mereka. anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama
fase demam.
- Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat
anti inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.
- Memantau hidrasi pasien selama fase demam
- Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau
output urine
- Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin
perlu cairan IV.
- Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian
kapiler, nadi, tekanan darah, dan Output urine.
- Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah
trombosit.
- Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg
normal.
- Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal
dan berlangsung 24-48 jam.
Pasien dengue haemorrhagic fever (DHF) sebaiknya dirawat inap untuk observasi
ketat, terutama saat fase kritis. Penanganan DHF tergantung tanda bahaya pada pasien,
terdiri dari rehidrasi intravena. Pemberian transfusi darah, berupa packed red cells atau fresh
whole blood, umumnya diperlukan pada komplikasi perdarahan.
Rehidrasi Intravena
Pada pasien DHF diberikan cairan isotonik secara intravena, seperti salin normal (NaCl
0,9%), ringer laktat, atau cairan Hartmann dengan dosis pemberian:
Berikan awal 5−7 mL/kgBB/jam selama 1−2 jam
Kurangi menjadi 3−5 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam
Kurangi kembali menjadi 2−3 mL/kgBB/jam, kemudian cek hematokrit
Jika hematokrit tetap atau membaikl, maka tetap berikan 2−3 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam
Jika hematokrit meningkat atau pasien memburuk, maka berikan 5−10 mL/kgBB/jam
selama 1−2 jam
Lakukan pemeriksaan klinis pasien dan hematokrit secara berulang setiap 1-4 jam untuk
menentukan dosis terapi cairan
Berikan dosis rumatan[1-3]
Monitoring Berkala
Pada pasien DHF, harus dilakukan monitoring untuk memantau perkembangan penyakit dan
menentukan tata laksana. Monitoring terdiri dari:
Urine output setiap 4−6 jam, dengan sasaran 0,5 mL/kgBB/jam
Tanda-tanda vital dan perfusi perifer setiap 1−4 jam, sampai pasien keluar dari fase kritis
Hematokrit sebelum dan sesudah pemberian cairam, atau setiap 6−12 jam
Gula darah dan fungsi organ, seperti ginjal, liver, dan profil koagulasi (prothrombin time,
activated partial thromboplastin time, fibrinogen, dan D dimer)[1-3]
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/demam-dengue/
penatalaksanaan#:~:text=Penatalaksanaan%20Demam%20Berdarah%20Dengue&text=Pada
%20pasien%20DHF%20diberikan%20cairan,jam%20selama%202%E2%88%924%20jam
H. Penyebab DHF
Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
diperantai oleh nyamuk Aedes Aegepty dan Aedes Albopictus. Virus penyebab demam
berdarah dengue itu sendiri ada 4 jenis berbeda, yaitu virus DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua nyamuk Aedes pasti membawa virus
dengue.
https://www.alodokter.com/demam-berdarah/penyebab#:~:text=Demam%20berdarah
%20disebabkan%20oleh%20virus,di%20pagi%20dan%20sore%20hari
I. Komplikasi DHF
Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sel-
sel tulang dan Page 15-25 pendeknya masa hidup trombosit. (Hadinegoro, 2008)
http://eprint.poltekkesjogja.ac.id
J. Patway
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subjektif dan objektif, dan
peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik. Informasi subjektif,
misalnya dengan wawancara pasien/ keluarga. Sedangkan informasi objektif,
misalnya dengan pengukuran tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik (Herdman,
2015) .
Data yang perlu dikaji yaitu :
Identitas Pasien Yang perlu dikaji meliputi nama, no rekam medis, umur, jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, status, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian.
Keluhan Utama Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF dengan masalah
keperawatan hipertermia adalah pasien mengeluh badannya demam atau panas.
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu meliputi pernah menderita DHF atau tidak, riwayat
kurang gizi, riwayat aktivitas sehari-hari, pola hidup (life style).
Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat kesehatan sekarang yang dikaji meliputi suhu
tubuh meningkat, mukosa mulut kering, terdapat ruam pada kulit (kemerahan).
Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat adanya penyakit DHF dalam anggota
keluarga.
Fisiologis Hipertermia
terdiri dari gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor. Adapun gejala dan
tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :
1) Gejala dan Tanda Mayor Suhu tubuh di atas nilai normal
2) Gejala dan Tanda Minor
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardia
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2394/3/BAB%20ii.pdf.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai
b) dengan suhu tubuh diatas nilai normaKekurangan volume cairan ( Hipovolemia )
berhubungan dengan
c) peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir
d) kering
e) Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif
f) Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
g) makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun
h) Risiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi
i) (penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia
j) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan mengeluh lelah
http://repo.stikesperintis.ac.id.pdf.
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawata Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi
n
Hipertermia Setelah dilakukan intervensi Observasi
b.d. proses keperawatan selama 3x24 jam, -Identifikasi penyebab hipertermia
penyakit Hipertermia menurun dengan -Monitor TTV
demam kriteria hasil: -Monitor keluaran urin
tifoid -Pucat menurun
-Takikardi menurun Terapeutik
(60-100x/menit) -Sediakan lingkungan yang dingin
-Takipnea menurunn -Longgarkan atau lepaskan pakaian
(12-20x/menit) -Basahi dan kipasi permukaan tubuh
-Suhu tubuh membaik (36-37.5oc) -Berikan cairan oral
-Suhu kulit membaik (36-37.5oc) -Lakukan pendinginan eksternal
-Pengisian kapiler membaik (<3 Edukasi
detik) -Anjurkan tirah baring
-Tekanan darah membaik
(120/80mmHg) Kolaborasi
-Pemberian obat oral
Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Observasi
b.d. keperawatan selama 3x24 jam, Periksa tanda dan gejala
kehilangan Hipovolemia menurun dengan hipovolemia (mis. frekuensi nadi
cairan aktif kriteria hasil: meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan
Kekuatan nadi meningkat nadi menyempit,turgor kulit
Volume urin meningkat menurun, membrane mukosa
Terapeutik
Berikan posisi modified
trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV
A. Definisi
Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari perubahan morfologi,
biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler.
Berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan. Sehingga
dapat diukur dengan satuanpanjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemapuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan vahasa serta sosialisasi dan
kemandirian.
Pertumbuhan terjadi secara stimultan dengan perkembangan. Berbeda dengan
pertumbuham, perkmbangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat
dengan organ yang dipengaruhinya,misalnya perkembangan sistem neuromuskuler,
kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi.
10. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan Bicara dan bahasa
memberi isyarat dengan telunjuk atau
mats pads saat memberikan perintah
berikut ini: “Letakkan kertas ini di atas
lantai”.
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti
“di atas”, “di bawah”, “di depan” dan “di
belakang”
Jumlah jawaban ‘Ya’= 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan ‘S’
(sesuai)
Intervensi
o Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
o Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak
Beri stimulisasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur dan
kesiapan anak.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : An. A
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Suku : Sunda
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Tunjung Teja Pasir Karang
No. Rekam Medis : 90149
R. Rawat : Ruby
Dx. Medis : DHF
Tanggal Masuk : 04 Juli 2022
Tanggal Pengkajian : 05 Juli 2022
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : Buruh
Hub dengan klien : Orang tua
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
An. A mengeluh bintik-bintik merah dan ruam di kulit semenjak 4 hari yang lalu
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 3 Juli 2022, An. A berobat di Puskesmas Kolelet dengan keluhan
demam, namun pihak puskesmas memberikan rujukan ke RS Kartini. Pada saat
itu anak mengeluh gatal-gatal dan ruam pada kulit serta demam sejak 4 hari yang
lalu, mual dan muntah.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada tanggal 12 Maret 2019 berobat di Puskesmas Kolelet dengan keluhan
demam
Pada tanggal 24 Agustus 2020 berobat di Puskesmas Kolelet dengan keluhan
diare dan mual muntah
5) Genogram
An.
A
Keterangan:
Perempua Klien
n
6) Riwayat Pre Natal / Kehamilan
Ibu pasien mengatakan selama hamil tidak pernah mengalami keluhan seperti
muntah berlebihan dan perdarahan, ibu pasien tidak pernah minum jamu
7) Riwayat Intra Natal / Kelahiran
Ibu pasien mengatakan saat melahirkan anaknya dengan sesar di RS Misi Lebak
pada tahun 2017 dengan berat 3.140gr
8) Riwayat Post Natal ( setelah kelahiran )
Ibu pasien mengatakan pada saat setelah melahirkan anaknya, ia langsung
melakukan inisiasi menyusu dini dan perawatan tali pusar dilakukan oleh bidan.
9) Riwayat Tumbuh Kembang Anak / DDST
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah dapat bermain petak umpet, ular naga, dan
permainan lainnya dengan teman sebayanya, anak juga dapat memakai pakaian
sendiri, ibu pasien mengatakan anak juga dapat mematuhi berbagai isyarat dan
dapat menggambar symbol sederhana. Hasil KPSP anak sesuai dengan tumbuh
kembang (nilai 10/10)
10) Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah diberikan imunisasi dasar seperti pada usia
0 bulan hepatitis B, usia 1 bulan BCG, Polio, Usia 2 bulan DPT, Hepatitis B,
Polio, Usia 3 bulan DPT, Hepatitis B, HiB, Polio, dan Usia 4 bulan DPT,
Hepatitis B, Polio.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Anak tampak lemas berbaring di tempat tidur.
2) Tanda-tanda vital
a). Kesadaran
Kualitatif : Composmentis
b). Nadi : 89 x/menit
c). Suhu : 36,7 ºC
d). Respirasi Rate : 24 x/menit
e). Tekanan darah :-
3) Antropometri / Pengukuran
BB : 13,5 kg
TB : 110cm
IMT = (2x usia anak) +8 = (2 x 4.9) + 8 = 17.8 (Status nutrisi kurang/pasien
kurus)
4). Pemeriksaan Sistematika
a). Sistem Pernafasan
Pada saat di inspeksi hidung tampak simetris, septum hidung tampak
ditengah, tidak ada secret, tidak ada peradangan pada hidung dan tidak
terdapat pernafasan cuping hidung. Bentuk dada tampak simetris dan tidak
terdapat kelainan bentuk dada seperti barrel chest, funnel chest atau yang
lainnya. Saat di palpasi tidak terdapat edema, benjolan, dan lesi. Pada saat
diperkusi batas atas paru di ics II dan batas bawah paru di ics V dan
terdengar sonor saat di perkusi. Saat di auskultasi suara napas terdengar
vesikuler. RR : 24x/menit.
b). Sistem Cardiovaskuler & Limfe
Saat di inspeksi mukosa bibir tampak lembab, tidak terdapat clubbing
finger, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak terdapat
distensi vena jugularis dan tidak terdapat oedema. Saat di palpasi acral
teraba hangat dan CRT kembali dalam waktu 3 detik. Batas atas jantung di
ics II linea sternalis dekstra dan bawah jantung di ics V midclavikularis
sinistra. Bunyi jantung II aorta di ics III linea sternalis kanan, BJ II
pulmonal di ics II-III linea sternalis kiri, BJ I mitral di ics V midclavikularis
kiri, BJ I triskuspidalis di ics IV linea sternalis kiri. suara jantung terdengar
pekak serta tidak ada bunyi jantung tambahan seperti gallop dan murmur.
Nadi : 89 x/menit.
c). Sistem Pencernaan
Saat di inspeksi konjungtiva tampak tidak anemis, tidak terdapat stomatitis,
lidah bersih, bentuk perut simetris, tidak terdapat asites, turgor kulit
abdomen elastis dan tidak terdapat haemoroid. Saat di auskultasi bising usus
18x/menit. Saat di palpasi tidak terdapat nyeri tekan dan lepas, tidak
terdapat hepatomegali dan splenomegali. Saat diperkusi terdengar suara
timpani pada abdomen.
d). Sistem Persarafan
Kesadaran composmentis, GCS 15.
e). Sistem Penglihatan
Saat di inspeksi kedua mata tampak simetris, tidak terdapat peradangan
pada konjungtiva, sclera tidak ikterik, saat di berikan rangsangan cahaya
kedua pupil mengecil / isokor yaitu dengan diameter 2 mm, tidak terdapat
kelainan pada mata.
f). Sistem Pendengaran
Saat di inspeksi pinna kiri dan kanan tampak simetris, kanalis tampak
bersih, tidak terdapat serumen.
g). Sistem Perkemihan
Saat di inspeksi tidak terdapat edema pada ekstremitas inferior, tidak
terpasang kateter urine. Saat dipalpasi kandung kemih teraba kosong dan
tidak terdapat nyeri tekan. Saat di perkusi tidak terdapat nyeri ketuk pada
ginjal.
h). Sistem Muskuloskeletal
Saat di inspeksi bentuk tubuh simetris, keadaan umum sedang, tidak
terdapat edema pada ekstemitas atas dan bawah.
i). Sistem Endokrin
Saat di inspeksi tidak terdapat pembesaran thyroid, pasien tampak lemah,
tidak mengalami kelainan pada bentuk tubuh,
j). Sistem Integumen
Saat di inspeksi warna kulit kuning langsat dan bersih, warna rambut hitam,
tidak terdapat lesi. Saat di palpasi turgor kulit elastis dan tidak teraba
adanya edema. Suhu : 36,7 ºC
5). ADL / Pola kebisaaan sehari-hari
Do :
Pasien tampak menghabiskan hanya
¼ porsi makanannya.
2 Pola istirahat dan Ds: Ds:
tidur pasien mengatakan pasien mengatakan saat sakit tidak
sebelum sakit tidur malam mengalami kesulitan tidur
12 jam dan tidur siang 1 Do:
jam Pasien tampak sedang berbaring
Pasien mengatakan tidak ditempat tidur
mengalami kesulitan tidur
8). Data Penunjang : Tgl Pemeriksaan, Hasil, Nilai Normal dan Interpretasi
1. Hasil pemeriksaan Lab
Tanggal Pemeriksaan : 4 Juli 2022
Satua
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
n
HEMATOLOGI
Hematologi I
Hemoglobin 13.4 10.7 - 14.7 g/dl Normal
Leukosit 6.000 5000 – 14.500 /ul Normal
Hematokrit 29.5 (+) 31 – 43 % Abnormal
Trombosit 23.000 150000 – 450000 /mm3 Abnormal
KIMIA
Glukosa sewaktu 96 <180 mg/dl Normal
I. Analisa Data
Do:
BB saat ini : 13,5 kg TB :
110cm IMT = (2x usia anak)
+8 = (2 x 4.9) + 8 = 17.8
(Status nutrisi kurang/pasien
kurus)
Pasien hanya dapat
menghabiskan makanan ¼
porsi
2 Ds: pasien mengatakan terdapat Gangguan koagulasi Resiko perdarahan
bintik-bintik dan ruam pada kulit (trombositopenia)
Do:
Trombosit 23.000
(trombositopenia)
3 DS : Kelemahan Defisit perawatan diri
Pasien mengatakan semenjak
sakit belum mandi hanya di lap
.
DO :
Minat melakukan perawatan
diri tampak berkurang
Kulit terlihat lembab
11.20 Menganjurkan
meningkatkan asupan
makanan
RS: pasien mengatakan Ustika
belum bisa meningkatkan Lestari
asupan makanan
RO: asupan makanan
yang baik untuk DHF
adalah jambu biji, buah
pepaya, susu, daging
ayam dan sayur sayuran
Ustika
12.00 Memberikan vit. K Lestari
RS: -
RO: ruam pada kulit
belum berkurang