You are on page 1of 17
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang bahwa sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Pemerintah Daerah dapat memberikan : Tunjangan Perbaikan Penghasilan berdasarkan pertimbangan objektif sesuai dengan kemampuan keuangan daerah; b. bahwa pemberian tunjangan perbaikan penghasilan merupakan salah satu bentuk penghargaan kepada Pegawai Negeri Sipil yang memiliki dasar hukum, pedoman, kriteria dan indikator penilaian yang terukur dan seragam serta berlaku menyeluruh bagi Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat meningkatkan disiplin, motivasi, kinerja, dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Tambahan Penghasilan Pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494 ); Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 b Menetapkan 2 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 5. _ Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041); 7. Peraturaii Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322); 8. Peraturaa Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan; 9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 41 Tahun 2018 tentang Nomenklatur Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Instansi Pemerintah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1273); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2012 tentang Analisa Jabatan —dilingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 483); MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2, Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Wali kota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan 10. 1 12. is 14, Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan dacrah otonom. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintahan dengan Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. ‘Tambahan Penghasilan Pegawai ASN yang disingkat ‘TPP adalah tambahan penghasilan yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan selain gajt pokok dan tunjangan lainnya yang sah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang- undangan yang berlaku. Pejabat Pembina Kepegawaian Dacrah adalah Kepala Daerah yang berwenang mengangkat, memindahkan dan memberhentikan Pegawai ASN Nilai Jabatan adalah nilai kvmulatif dari faktor jabatan yang mempengaruhi tinggi rendahnya jenjang jabatan berdasarkan informasi jabatan. Kelas Jabatan adalah penentuan dan pengelompokan tingkat jabatan berdasarkan nilai suatu jabatan. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi. Jabatan Struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak sescorang Pegawai Negeri dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi. Jabatan Fungsional adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pcgawai Negeri dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan untuk kenaikan jabatan dan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit. Jabatan Pelaksana adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak sescorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keterampilan tertentu dan untuk pangkatnya tidak disyaratkan dengan angka kredit. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri. Kementerian adalah —kementerian —_-yang. menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri. Q) (2) BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud pemberian TPP yaitu untuk mewujudkan terlaksananya pemberian tunjangan _perbaikan penghasilan kepada Pegawai ASN yang bersumber dari APBD selain gaji, sebagai penghargaan atas capaian kinerja, disiplin dan tanggung jawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah dan masyarakat. Pemberian TPP bertujuan untuk : a. meningkatkan disiplin pegawai ASN; b. meningkatkan motivasi kerja pegawai ASN; c. meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat; d. meningkatkan kinerja pegawai ASN; €. meningkatkan keadilan dan kesejahteraan pegawai ASN; f, meningkatkan integritas pegawai ASN; dan g. meningkatkan tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah. BAB II RUANG LINGKUP TPP Pasal 3 Ruang lingkup pemberian TPP di lingkungan Pemerintah Daerah, meliputi : prinsip pemberian TPP; persyaratan dan kriteria TPP; mekanisme persetujuan dan evaluasi TPP; dan sanksi. aoop BAB IV PRINSIP PEMBERIAN TPP Pasal 4 (1) Pemberian TPP menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: . kepastian hukum; akuntabel; proporsionalitas; efektif dan efisien; keadilan dan kesetaraan; dan kesejahteraan. @) Kepastian hukum dimaksud pada ayat (1) hurufa dimalsudkan bahwa = pemberian TPP mengutamakan landasan peraturan perundang- undangan, kepatutan, dan keadilan. (3) Akuntabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dimaksudkan bahwa TPP dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (4) Proporsionalitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢ dimaksudkan pemberian TPP peep 5 mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban pegawai. Efektif dan cfisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dimaksudkan bahwa pemberian TPP sesuai dengan target atau tujuan dengan tepat waktu sesuai dengan perencanaan kinerja yang ditetapkan. Keadilan dan kesetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dimaksudkan bahwa pemberian TPP harus mencerminkan rasa keadilan dan kesamaan untuk memperoleh kesempatan akan fungsi dan peran sebagai pegawai ASN. Kesejahteraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dimaksudkan bahwa pemberian TPP i diarahkan untuk menjamin kesejahteraan pegawai ASN. BABV PERSYARATAN DAN KRITERIA, PENILAIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI ASN Bagian Pertama Persyaratan TPP Pasal 5 Pemerintah Daerah dapat Memberikan tambahan penghasilan pegawai dengan persyaratan sebagai beriluat a. Telah melakukan analisa jabatan secara menyeluruh dan telah divalidasi oleh menteri untuk Provinsi serta b. Telah melakukan penetapan jabatan pelaksana secara menyeluruh dan telah divalidasi oleh menteri untuk Provinsi serta untuk Kabupaten/Kota divalidasi oleh c. Telah melakukan analisa beban kerja secara menyeluruh dan telah divalidasi oleh menteri untuk Provinsi serta untuk KabUpaten/Kota divalidasioleh Gubernur; d. Menetapkan kelas jabatan yang divalidasi oleh Menteri PAN dan RB setelah dilakukan pembinaan oleh Menteri Dalam Negeri; dan ¢. Telah dilakukan perhitungan Kemampuan Keuangan Daerah oleh Pemerintah Daerah; dan Bagian Kedua Kriteria Pemberian TPP Pasal 6 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Pegawai ASN di Lingkungan Pemerintah Daerah dapat diberikan TPP. (2) TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah: ‘TPP berdasarkan beban kerja; TPP berdasarkan tempat bertugas; ‘TPP berdasarkan kondisi kerja; ‘TPP berdasarkan prestasi kerja; poop 6 ¢. TPP berdasarkan kelangkaan profesi; dan/atau f. TPP berdasarkan pertimbangan objektif lainnya. (3) Basic TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) _ menggunakan harga jabatan sebagaimana terlampir. (4) Adapun Rumus basic TPP Provinsi dan kabupaten/ Kota adalah sebagai berikut: Basic TPP Provinsi = NJB Provinsi* HJP Provinsi Keterangan B TPP provinsi = | Basic TPP Provinsi NUB Provinsi = | Nilai jabatan Provinsi HUP Provinsi = | Harga Jabatan Provinsi yang didapatkan dari pembagian Upah Minimum Kab/Kota kantor pusat provinsi dibagi nilai jabatan terendah provinsi Basic TPP Kab/Kota = NJB Kab/Kota* HJP Kab/Kota Keterangan ts B TPP provinsi = | Basic TPP Kab/Kota NR JB = | Nilai jabatan Kab/Kota HJP = | Harga Jabatan Provinsi yang didapatkan dari pembagian Upah Minimum Kab/Kota kantor pusat Kab/Kota dibagi nilai jabatan terendah | kab/kota Pasal 7 (1) Bagi daerah yang tergolong kelompok Kemampuan Keuangan Daerah tinggi, TPP provinsi dan kabupaten/kota diberikan paling banyak sebesar 100% (seratus persen) dari basic TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3). (2) Bagi dacrah yang tergolong kelompok Kemampuan Keuangan Daerah sedéfig, TPP provinsi dan kabupaten/kota diberikan paling banyak sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari basic TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3). (3) Bagi daerah yang tergolong kelompok Kemampuan Keuangan Daerah fefidah, TPP provinsi dan kabupaten/kota diberikan paling banyak sebesar 401% (tujuh puluh persen) dari basic TPP sebagaiman: dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3). Bagian Ketiga Kelompok TPP Pasal 8 (1) TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dibedakan atas kelompok : a. Kelompok A; dan b. Kelompok B. (2) Kriteria TPP untuk kelompok A, terdiri dari: beban kerja; tempat bertugas; kondisi kerja; dan prestasi kerja. aogp (3) Kriteria TPP untuk kelompok B, terdiri dari: beban kerja; tempat bertugas; kondisi kerja; prestasi kerja; dan kelangkaan profesi. panoge (4)Kriteria TPP Kelompok (APdiberikan kepada pegawai ASN, meliputi a. inggi; dan b, inistrasi. (6) Kriteria TPP Kelompok(B diberikan kepada pegawai ASN® J Bagian Keempat Nilai Variabel TPP Pasal 9 (1) Nilai Variabel besaran TPP kelompok A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) meliputi: a. beban kerja dengan bobot paling tinggi 60% (enam puluh persen) dari besaran pokok yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam pasal 7; b. tempat bertugas dengan bobot paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari besaran pokok yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam pasal 7; c. kondisi kerja dengan bobot 10% (sepuluh persen) dari besaran pokok yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam pasal 7; dan d. prestasi kerja dengan bobot 20 % (lima persen) dari besaran pokok yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam pasal 7. (2) Nilai Variabel besaran TPP kelompok B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) meliputi: : 8 a. beban kerja dengan bobot paling tinggi 10% (enam puluh persen) dari besaran pokok yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam pasa) 7; b. tempat bertugas dengan bobot paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari besaran pokok yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam pasal 7; c. kondisi kerja dengan bobot 10% (sepuluh persen) dari besaran pokok yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam pasal 7; 4. prestasi kerja dengan bobot 20 % (dua puluh persen) dari besaran pokok yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam pasal 7; dan e. kelangkaan profesi dengan bobot 50 % (sepuluh persen) dari besaran pokok yang diperoleh sebagaimana dimaksud dalam pasal 7. Bagian Keempat Penilaian TPP Kelompok A Pasal 10 (1) Kriteria ‘TPP kelompok A berdasarkan beban kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, diberikan apabila melaksanakan tugas melampaui beban kerja normal atau batas waktu normal yang dinilai berdasarkan produktivitas kerja dan disiplin kerja; (2) Pegawai ASN di berikan TPP beban kerja apabila minimal (#200)menit per bulan. (3) Pembayaran TPP berdasarkan beban kerja dibayar berdasarkan pada: a. penilaian produktivitas kerja paling tinggi sebesar 60%; b. penilaian disiplin paling rendah sebesar 40%. (4) Besaran alokasi TPP berdasarkan beban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan menggunakan Rumus sebagai berikut: A TPPBK Provinsi = (B TPP Provinsi*NV TPPBK* PB)+ (B TPP Provinsi*NV TPPBK* PD) Keterangan: ATPPBK Provinsi |= |Alokasi TPP berdasarkan beban kerja Provinsi Basic TPP Provinsi B TPP Provinsi NV TPP3K Nilai Variabel TPP beban a _| kerja PB = | Besaran ‘persentase Produktivitas Kerja PD = | Besaran persentase Penilain Disiplin 9 ATPPBK Kab atau Kota = (B TPP K*NV TPPBK* PB)+ (B TPP K*NV TPPBK* PD) Keterangan: A TPPBK Kab atau |= |Alokasi TPP berdasarkan Kota beban kerja Kab atau Kota BTPP kab atau |= | Basic TPP Kab atau Kota Kota NV TPPBK =| Nilai Variabel TPP beban kerja PB = | Besaran persentase Produktivitas Kerja PD = | Besaran persentase Penilaian Disiplin Pasal 11 (1) Penilaian —Produktivitas Kerja._—_sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf a dilakukan berdasarkan: a. pelaksanaan tugas; dan/atau b. penilaian dari Pejabat Penilai —_terhadap hasil pelaksanaan tugas pegawai yang dipimpinnya. (2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) antara lain: a. uraian tugas jabatan; b. indikator kinerja utama individu; c. kontrak kinerja; atau d. sesaran kinerja pegawai. (3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan menetapkan sasaran dan target kinerja individu pada awal tahun anggaran paling lambat minggu kedua bulan Januari setiap tahunnya. Pasal 12 (1) Penilaian Disiplin Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf b, dilakukan berdasarkan pengisian daftar hadir Pegawai dengan menggunakan Daftar Hadir Elektronik menurut hari dan jam kerja yang ditentukan. (2)Pengisian daftar hadir = Pegawai_— dengan menggunakan Daftar Hadir Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pada saat masuk kerja dan pada saat pulang kerja. (3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan hasil laporan rekapitulasi bulanan Daftar Hadir Elektronik menghasilkan besaran ‘Tunjangan Kinerja dari penilaian Disiplin Kerja Pasal 13 10 (1) TPP berdasarkan tempat bertugas sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b diberikan kepada pegawai ASN yang dalam melaksanakan tugasnya berada di daerah memiliki tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil. (2)Tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil berdasarkan pada Indeks TPP tempat bertugas, yang didapatkan dari perbandingan Indeks Kesulitan Geografis Kantor Berada dibagi Indeks Kesulitan Geografis tertinggi provisi atau kabupaten/kota. (3) Indeks Kesulitan Kelurahan adalah sama dengan Indeks Kesulitan Geografis Desa terendah di Provinsi atau Kabupaten/ Kota. (4) Besaran alokasi TPP berdasarkan tempat bertugas sebagaimdna dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan menggunakan Rumus sebagai berikut: A TPPTP Provinsi = (B TPP Provinsi*NV TPPTB*I TPPTB Provinsi) Keterangan: | A TPPTB Provinsi Alokasi TPP berdasarkan | ‘Tempat bertugas Provinsi B TPP Provinsi Basic TPP Provinsi NV TPPTB Nilai Variabel TPP tempat | | bertugas Indeks TPP tempat bertugas Provinsi /TTPPTB Provinsi A TPPTP Kab atau Kota = (B TPP Kab atau Kota*NV ‘TPPTB*I TPPTB Kab atau Kota) Keterangan: ATPPTB Kab atau |= | Alokasi TPP berdasarkan Kota Tempat bertugas Kab atau Kota BTPP Kab atau |= | Basic TPP Kab atau Kota Kota NV TPPTB = |Nilai Variabel TPP tempat bertugas. ITPPTB Kab atau |= | Indeks TPP tempat bertugas Kota Kab atau Kota (5) Penilaian TPP berdasarkan tempat bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan pengisian daftar hadir Pegawai dengan menggunakan Daftar Hadir Elektronik menurut hari dan jam kerja yang ditentukan. (6)Pengisian daftar hair‘ Pegawai_— dengan menggunakan Daftar Hadir Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pada saat masuk kerja dan pada saat pulang kerja. nN (7) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan hasil laporan rekapitulasi bulanan Daftar Hadir Elektronik _menghasilkan besaran Tunjangan Kinerja dari penilaian Disiplin Kerja. Pasal 14 (1) Kriteria TPP berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, adalah diberikan kepada Pegawai ASN yang melaksanakan tugas pada lingkup tugas dan tanggungjawabnya memiliki resiko yang sangat tinggi seperti resiko keschatan, keamanan jiwa, dan lainnya. (2)Rincian Kriteria TPP berdasarkan kondisi kerja scbagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah scluruh Pegawai ASN yang melaksanakan tugas pada kriteria sebagai berikut: a. memiliki resiko yang sangat tinggi, memenuhi salah satu angka di bawah ini, antara lain; 1) pekerjaaan yang berkaitan langsung dengan penyakit menular; 2) pekerjaaan yang berkaitan langsung dengan bahan kimia berbahaya; 3) pekerjaan yang berisiko dengan keselamatan kerja; dan/atau 4) pekerjaan’ ini berisiko dengan aparat pemeriksa dan penegak hukum. b. memiliki resiko sedang, 1) Pekerjaan ini dilakukan di lingkungan kerja ang normal dan tidak membutuhkan prosedur eamnanan khusus; dan/atau 2) pekerjaan ini cukup berisiko dengan aparat pemeriksa dan penegak hukum. c. memiliki resiko rendah: 1) Pekerjaan ini dilakukan di lingkung kerja yang normal dan tidak membutuhkan prosedur keamanan khusus; dan/atau 2) Pekerjaan ini rendah berisiko dengan aparat pemeriksa dan penegak hukur. (3) Indeks Rincian Kriteria TPP berdasarkan kondisi kerja, adalah sebagai berikut: a. Sangat Tinggi adalah 1 (satu); b. Sedang adalah 0,8 (nol koma delapan); dan c. Rendah adalah 0,6 (nol koma enam). (4) Besaran alokasi TPP berdasarkan kondisi kerja sebageimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan menggunakan Rumus sebagai berikut: A TPPKK Provinsi = (B TPP Provinsi*NV TPPKK*I TPPKK Provinsi) 12 Keterangan: A TPPKK Provinsi |= | Alokasi TPP berdasarkan z Kondisi Kerja Provinsi B TPP Provinsi = | Basic TPP Provinsi NV TPPKK = | Nilai Variabel TPP Kondisi Kerja 1 TPPKK Provinsi = | Indeks TPP Kondisi Kerja Provinsi A TPPTP Kab atau Kota = (B TPP Kab atau Kota*NV TPPTB*! TPPTB Kab atau Kota) Keterangan: ‘A TPPKK Kab atau |= |Alokasi TPP berdasarkan Kota Kondisi Kerja Kab atau Kota B TPP Kab atau = | Basic TPP Kab atau Kota Kota NV TPPKK =| Nilai Variabel TPP Kondisi Kerja I TPPKK Kab atau | = | Indeks TPP Kondisi Kerja Kota Kab atau Kota (5) Penilaian TPP berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan pengisian daftar hadir © Pegawai dengan menggunakan Daftar Hadir Elektronik menurut hari dan jam kerja yang ditentukan. (6) Pengisian daftar hadir -Pegawai_-— dengan menggunakan Daftar Hadir Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pada saat masuk kerja dan pada saat pulang kerja. (7) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan hasil laporan rekapitulasi bulanan Daftar Hadir Elektronik menghasilkan besaran Tunjangan Kinerja dari penilaian Disiplin Kerja. Pasal 15 (1) Kriteria TPP berdasarkan —prestasi__—_—ikerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf d, kepada pegawai ASN yang memiliki prestasi kerja yang tinggi dan/atau inovasi. (2)Pembayaran TPP berdasarkan prestasi_ kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan Indeks TPP Prestasi Kerja yang didapatkan dari pembagian persentase target serapan anggaran satuan kerja perangkat daerah pertriwulan dibagi persentase capaian serapan anggaran satuan kerja perangkat daerah pertriwulan . 13 (3) Besaran alokasi TPP berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan menggunakan Rumus sebagai berikut: A TPPPK Provinsi = (B TPP Provinsi*NV TPPPK*I TPPPK Provinsi) Keterangan: [ATPPPK Provinsi |= |Alokasi TPP berdasarkan | Prestasi Kerja Provinsi B TPP Provinsi__| = | Basic TPP Provinsi NV TPPPK = | Nilai Variabel TPP Prestasi Kerja ITPPPK Provinsi |= | Indeks TPP Prestasi Kerja Provinsi A TPPPK Kab atau Kota = (B TPP Kab atau Kota*NV TPPPK*I TPPPK Kab atau Kota) Keterangan: ATPPPK Kab atau |= |Alokasi TPP berdasarkan Kota Prestasi Kerja Kab atau Kota BTPPKabatau | ~= | Basic TPP Kab atau Kota Kota NV TPPPK = |Niai Variabel TPP Prestasi Kerja TTPPPK Kab atau |= | Indeks TPP Prestasi Kerja Kota Kab atau Kota Pasal 16 (1) Kriteria TPP berdasarkan pertimbangan objektif lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf ¢, diberikan yang bertujuan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umum Pegawai ASN. (2) TPP berdasarkan pertimbangan objektif lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain pemberian uang makan. Besaran wang makan perharinya paling tinggi 1% dari Upah minimum Kabupaten/Kota dimana kantor berada. (4) Penilaian TPP berdasarkan pertimbangan objektif lainnya berupa uang makan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan pengisian daftar hadir Pegawai dengan menggunaken Daftar Hadir Elektronik menurut hari dan jam kerja yang ditentukan, (5) Pengisian daftar _hadir_ — Pegawai_ dengan menggunakan Daftar Hadir Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pada saat masuk kerja dan pada saat pulang kerja. (6) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan hasil laporan rekapitulasi bulanan Daftar Hadir Elektronik menghasilkan 14 besaran Tunjangan Kinerja dari penilaian Disiplin Kerja. Bagian Kelima Penilaian TPP Kelompok B Pasal 17 (1) Ketentuan Pasal 10 sampai dengan Pasal 16 berlaku secara mutatis mutandis untuk Penilaian TPP Kelompok B. (2) Kriteria TPP berdasarkan _kelangkaan_profesi sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 6 ayat (2) huruf d, adalah diberikan kepada Pegawai ASN Jabatan Fungsional yang dalam mengemban tugas memiliki keterampilan khusus dan langka. (3) TPP berdasarkan kelangkaan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinilai berdasarkan kriteria TPP kelangkaan profesi berdasarkan indeks . kebutuhan jabatan fungsional, keterampilan, dan pendidikan. (4) Rincian Kriteria TPP berdasarkan kelangkaan profesi dimaksud pada ayat (1), adalah seluruh Pegawai ASN yang melaksanakan tugas pada kriteria sebagai berikut: a. Tingkat kelangkaan tinggi apabila memenuhi syarat di bawah ini, antara lain; 1) indeks kebutuhan jabatan fungsional lebih besar 2 (dua); dan 2) keterampilan’ yang dibutuhkan untuk pkereer ini sangat khusus. 3) kualifikasi pendidikan pegawai pemda sangat sedikit/hampir tidak fae Ceereant pekerjaan dimaksud. b. Tingkat kelangkaan sedang apabila memenuhi syarat di bawah ini, antara lain: i)indeks kebutuhan jabatan fungsional lebih besar 1,1 (satu koma satu) dan lebih kecil atau sama dengan 2 (dua); dan 2)keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini khasus. 3) bkasi pendidikan pegawai pemda sedikit yang bisa memenuhi pekerjaan dimaksud. c. Tingkat kelangkaan rendah apabila memenuhi syarat di bawah ini, antara lain: 1) indeks kebutuhan jabatan fungsional lebih kecil atau sama dengan! (satu); dan 2) keterampilay yang dibutuhkan untuk Ea Ca ini biasa saja; 3) kualifikasi pendidikan pegawai pemda banyak yang bisa memenuhi pekerjaan dimaksud. (5)Indeks Rincian _Kriteria TPP __ berdasarkan kelangkaan profesi, adalah sebagai berikut: 15 a. Sangat Tinggi adalah 1 (satu); b. Sedang adalah 0,8 (nol koma delapan); dan c. Rendah adalah 0,6 (nol koma enam). (6) Besaran alokasi TPP berdasarkan kelangkaan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan menggunakan Rumus sebagai berilut: A TPPKP Provinsi = (B TPP Provinsi*NV TPPKP*I TPPKP Provinsi) Keterangan: ATPPKP Provinsi |= | Alokasi TPP berdasarkan i 5 Kelangkaan Profesi Provinsi [B TPP Provinsi = | Basic TPP Provinsi NV TPPKP = | Nilai Variabel TPP Kelangkaan Profesi TTPPKP Provinsi |= |Indeks TPP Kelangkaan Profesi Provinsi A TPPPK Kab atau Kota = (B TPP Kab atau Kota"NV ‘TPPKP*! TPPKP Kab atau Kota) Keterangan ATPPKP Kab atau |= [Alokasi TPP berdasarkan Kota Kelangkaan Profesi Kab atau Kota BTPPKabatau | = | Basic TPP Kab atau Kota | Kota NV TPPKP = |Nilai Variabel ‘TPP Kelangkaan Profesi ITPPKP Kab atau |= |Indeks TPP Kelangkaan Kota Profesi Kab atau Kota (7) Penilaian TPP berdasarkan kelangkaan__profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan pengisian daftar hadir Pegawai dengan menggunakan Daftar Hadir Elektronik menurut hari dan jam kerja yang ditentukan. (8) Pengisian daftar_ hair Pegawai_~ dengan menggunakan Daftar Hadir Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pada saat masuk kerja dan pada saat pulang kerja. (9) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan hasil laporan rekapitulasi bulanan Daftar Hadir Elektronik menghasilkan besaran Tunjangan Kinerja dari penilaian Disiplin Kerja. 16 Pasal 18 (1) TPP berdasarkan kelangkaan profesi untuk Dokter atau Jabatan lainnya dapat diberikan tambahan lagi paling besar adalah 3 (tiga) kali alokasi besaran TPP berdasarkan kelangkaan Profesi sebagaimana dimaksud salam Pasal 17 (2) Jabatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapatkan rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. BAB VI MEKANISME PERSETUJUAN DAN EVALUASI TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI ASN Pasal 19 (1) Penetapan pemberian tambahan penghasilan pegawai ASN di lingkungan Pemerintah Daerah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan Menteri. (2)Dalam menetapkan pesetujuan kepada Pemerintah Daerah, Menteri memperoleh pertimbangan dari Menteri Keuangan. (3) Apabila dalam waktu 15 (lima belas) hari kerja, Menteri Keuangan tidak © memberikan _pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri menetapkan persetujuan kepada Pemerintah Daerah. Pasal 20 (1) Pemerintah Daerah dapat melakukan evaluasi pemberian tambahan pengahasilan pegawai apabila sebagai berikut: a. perubahan organisasi, tugas dan fungsi; b. terjadi perubahan APBD yang signifikan; dan/atau c. perubahan PAD Pemerintah Daerah. BAB VII SANKSI Pasal 21 Dalam hal Kepala Daerah menetapkan pemberian tambahan penghasilan bagi Pegawai ASN tidak sesuai dengan ketentuan dimaksud dalam Pasal 7, menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan melakukan penundaan dan/atau pemotongan Dana Transfer Umum atas usulan Menteri. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 17 Pemerintah Daerah yang telah menerapkan pemberian tambahan penghasilan pegawai menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Menteri ini diundangkan. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri_ ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, TJAHJO KUMOLO

You might also like