You are on page 1of 13

LAPORAN HASIL OBSERVASI

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Pendidikan Karakter


Siswa Sekolah Dasar

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Naili Rofiqoh S.Psi., M.Si

Kelas 2SDA5

Disusun Oleh

Agdelia ibda binafsik 221330001142

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Identitas Subyek Observasi.................................................................................2
C. Jadwal Pelaksanaan.............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
ISI......................................................................................................................................3
Landasan Teori Ki Hajar Dewantara.........................................................................3
A. Pelaksanaan Observasi........................................................................................3
1. Kegiatan Siswa..................................................................................................3
B. Wawancara Siswa............................................................................................4
B. Hasil Observasi....................................................................................................5
Faktor apa saja mempengaruhi perkembangan emosi anak usia dasar..............5
BAB III.............................................................................................................................7
PEMBAHASAN...............................................................................................................7
A. Pembahasan Observasi........................................................................................7
B. Evaluasi.................................................................................................................9
C. Dokumentasi.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses humanisasi (memanusiakan manusia).
Artinya pendidikan seyogyanya dapat membantu peserta didik untuk
mencapai kematangan dan kedewasaan jasmani dan rohani, sehingga
peserta didik dapat menjadi manusia yang paripurna (manusia seutuhnya)
baik dari aspek kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sikap
(Djamaluddin, Ahdal dan Wardana. 2019). Hal ini berarti, fungsi
pendidikan tidak hanya meningkatkan kecerdasan intelektual saja namun
kecerdasan emosional peserta didik juga harus dikembangkan.
Kecerdasan emosional memiliki dua unsur penting yaitu empati
dan kontrol diri (Khodijah, 2014: 146) empati artinya dapat merasakan
perasaan orang lain terutama ketika orang lain dalam keadaan malang,
sedangkan kontrol diri adalah kemampuan mengendalikan emosi diri
sehingga seseorang dapat bersikap dan berprilaku yang dapat diterima
oleh orang lain. peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional akan
dapat diterima dalam lingkungan sosialnya, baik di lingkungan sekolah,
masyarakat maupun rumah. Selain itu, peserta didik mampu untuk
beradaptasi dan memposisikan dirinya di berbagai lingkungan karena
mereka akan mampu mengatur dan mengontrol emosinya pada kondisi-
kondisi tertentu (Ghufron, MN Dan Rini Rismawati. 2015).
Emotional intelligence (kecerdasanemosional) merupakan sesuatu
yangtidakdapat diwariskan tetapi dapat dilatihdandikembangkan pada diri
seseorangmelalui pendidikan (Shapiro, 1997) Untukitu, sekolah perlu
mengembangkankecerdasan emosional pesertadidik. karena kecerdasan
emosional memiliki kontribusi yang cukup besar terhadapkeberhasilan
belajar. Hal ini sejalandengan pendapat (Kurniawan, 2013: 32)yang
mengatakan bahwa kecerdasanemosional merupakan modal dasar bagi

1
peserta didik untuk menyongsongmasadepan karena dengan
kecerdasanemosional seseorang akan berhasil dalammenghadapi berbagai
tantangan termasuktantangan untuk berhasil secara akademik. Besarnya
kontribusi kecerdasanemosional terhadap kesuksesanseseorang dalam
hidup juga diakui olehDaniel Goleman (dalamKhodijah, 2014: 145) yang
menyatakan bahwa kecerdasanintelektual hanya berpengaruh
sebanyak20% terhadap keberhasilanhidupseseorang sedang 80%nya
dipengaruhi oleh apa yang disebutnya emotional intelligence (kecerdasan
emosional).

A. Identitas Subyek Observasi


Subyek observasi yang penulis pilih untuk narasumber observasi yaitu
guru kelas dan siswa sekolah dasar.
Identitas Guru
Nama Wali Kelas : Naning Sriati, S.Pd SD
NIP : 197701262014062003
Instansi : SD N 2 KUNIR
Alamat : Rt.17 Rw.5 Tunahan Keling Jepara
Identitas Siswa
Nama : Kenan kai elfatahan
Sekolah : SD N 2 KUNIR
Alamat : Rt2 Rw2 Kunir Jepara

B. Jadwal Pelaksanaan

No Kegiatan Waktu
1. Menentukan Topik/Masalah 16 Mei 2023
2. Meninjau dan Menentukan Subyek 16 Mei 2023
Observasi

3. Persiapan Observasi 16 Mei 2023


4. Pelaksanaan Observasi 17 Mei 2023
5. Membuat Laporan Observasi 17 Mei 2023

2
BAB II
ISI
Landasan Teori Ki Hajar Dewantara
Menurut Ki Hadjar Dewantara hakikat pendidikan adalah usaha
memasukkan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga
membentuknya menjadi manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya.
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara terdiri tiga hal yaitu:
1. Ing ngarsa sung tulada
2. Ing madya mangun karso
3. Tut wuri handayani

Kalimat ini bermakna seseorang yang dapat menjadi pemimpin


yang baik adalah di samping menjadi suri tauladan atau panutan, juga
harus mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral bagi
orang-orang di sekitarnya untuk menjadi lebih baik, sehingga menjadi
manusia yang bermanfaat bagi sesama dan masyarakat pada umumnya.

A. Pelaksanaan Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang ditujukan untuk
mengamati perilaku individu atau proses kegiatan yang diamati. Observasi
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi Kecerdasan
Emosional pada anak Sekolah Dasar yang digunakan sebagai data awal.
Selain itu, peneliti menghasilkan data dengan mengumpulkan observasi
tentang kondisi mental dan kecerdasan anak.

1. Kegiatan Siswa

No Indikator Aspek yang Diamati Keterangan


1. Faktor dalam diri Mengenali emosi dalam
siswa diri siwa

3
2. Pengenalan diri Memotivasi diri sendiri
3. Faktor Membina hubungan dan
bermasyarakat dapat mengelola emosi

1. Wawancara Guru

No Pertanyaan Deskripsi
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi
perkembangan emosi anak usia sekolah dasar?
2. Apa yang sudah ibu lakukan dalam mengatasi
perubahan emosi pada peserta didik?
3. Apakah masih ada kesulitan setelah ibu
mengatasinya serta selama proses mengajar
tersebut apa kesulitan yang ibu alami?
4. Apa yang anda lakukan ketika menghadapi siswa
yang mengalami hambatan perkembangan emosi?

B. Wawancara Siswa
No Pertanyaan Deskripsi
1. Apakah kamu pernah berkelahi dengan teman
sekelasmu?
2. Apakah dalam kelas kamu pernah merasa di kucilkan
temanmu?
3. Apa yang kamu rasakan ketika kamu di tegur oleh
guru karena atas kesalahmu?

4
B. Hasil Observasi
Faktor apa saja mempengaruhi perkembangan emosi anak usia dasar
Peneliti melakukan wawancara dengan informasi wali kelas untuk
memperoleh informasi yang lebih mendalam. Dengan pertanyaan “Faktor
apa saja yang mempengaruhi perkembangan emosi anak usia sekolah
dasar? kemudian di jelaskan “Perkembangan emosi anak secara individu
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal namun juga eksternal. Faktor
yang mempengaruhi perkembangan emosi anak adalah kondisi anak
secara individu. Perkembangan emosi anak secara individu dapat
terpengaruh oleh adanya ketidak sempurnaan fisik atau kekurangan pada
diri anak itu sendiri. Jika terjadi hal seperti ini, bukan tidak mungkin anak
akan merasa rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari
lingkungannya. Anakakan merasa tidak nyaman dengan ketidak
sempurnaan yang dimilikinya. Mereka cenderung mengindari pergaulan
dengan teman sebaya yang juga akan mempengaruhi perkembangan
sosial.
1. Perubahan emosional pada anak sekolah dasar
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti juga melakukan wawancara
dengan pertanyaan, “Apa yang kamu rasakan ketika kamu di tegur oleh
guru karena atas kesalahmu?” siswa menjawab: “saya merasa bersalah
tetapi saya juga malu karena guru menegur saya di depan teman-temanku,
jika guru menegur saya di luar kelas mungkin saya akan lebih nyaman.”
Dalam penjelasan tersebut dapat saya simpulkan bahwa anak mengetahui
dan sadar ketika dia melakukan kesalahan tetapi dia terkadang kurang
nyaman ketika harus di tegur di depan teman-temanya. Social emosional
pada anak sekolah dasar, perkembangan sosialnya sudah mulai bisa
berkompetensi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu
mandiri dan berbagi. Sementara dari segi emosionalnya anak sekolah
dasar sudah dapat mengekspresikan maupun mengontrol emosinya
melalui meniru maupun pembiasaan.

5
Anak dengan umur 9-10 tahun akan mampu mengelola ekpresi
emosi yang dihadapi nya dalam lingkungan sosial dan dapat memberikan
repson balik terhadap ekpresi emosi dari orang lain, (Ilham, 2020). Anak
pada masa ini juga sudah mampu untuk mengatur rasa takut, marah dan
sedih. Anak akan memahami apa saja hal-hal yang membuat mereka
takut, marah dan sedih sehingga anak belajar untuk dapat beradaptasi.
Untuk anak berumur 11-12 tahun anak akan paham mengenai hal yang
baik dan buruk. Anak akan paham mengenai norma dan nilai yang
berlaku. Pada tahapan ini anak sudah mampu memahami bahwa suatu
penilaian yang baik dan buruk akan dapat dirubah sesuai dengan situasi
dan keadaan munculnya prilaku tersebut. (Merianti and Nuine, 2018).
2. Pentingnya pendidikan karakter pada anak sekolah dasar

Untuk memperoleh informasi lebih dalam peneliti memberikan


pertanyaan lagi kepada guru tentang pentinya pendidikan karakter pada
anak sekolah dasar kemudian guru menjawab: sangatlah penting dan salah
satu kewajiban atau tugas untuk guru memahami karakter peserta didik
karena karakter pada anak pasti berbeda dan tugas guru untuk mengetahui
agar guru bisa mengetahui sifat tingkah laku dan murid juga nyaman dan
pendidikan karakter dinilai sangat penting untuk ditanamkan pada anak-anak usia
SD karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk
mengembangkan nilai, sikap dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau
budi pekerti luhur.

Dari ini saya simpulkan bahwa menerapkan pendidikan karakter


sejak dini akan membuat anak terbiasa memiliki perilaku baik. Anak akan
terbiasa melakukan perbuatan terpuji tanpa disuruh. Dengan begitu, ketika
dewasa, mereka menjadi seseorang yang memiliki nilai positif secara sosial
maupun agama. Tidak hanya kebiasaan baik, dengan memberikan pendidikan
karakter sejak dini, Ayah Bunda dapat mengembangkan kebiasaan lain
seperti melakukan tradisi budaya dan religius sesuai nilai yang dianut
keluarga masing-masing. Tidak hanya itu, anak yang memperoleh
pendidikan karakter memadai akan terlatih untuk menghadapi segala masalah

6
kehidupan sesuai dengan nilai yang mereka mengerti dan pahami. Diakui
atau tidak, masalah merupakan salah satu bagian dari hidup yang tidak bisa
dihindari. Dengan bekal pendidikan karakter yang kuat, anak mampu
menghadapi semuanya secara positif dan menyebarkan nilai tersebut ke
sekitar. Meskipun mungkin di masa depan mereka tidak bisa selalu
mengatasinya, paling tidak anak bisa beradaptasi dengan setiap masalah yang
ada berbekal karakter yang ditanamkan sejak dini. Pendidikan karakter tidak
hanya bisa mereka dapatkan dari Ayah Bunda, tetapi juga lingkungan
tumbuh kembang lain seperti sekolah.Inilah mengapa memilih sekolah yang
sesuai bagi anak usia dini sangatlah penting. Pada dasarnya, setiap sekolah
untuk anak usia dini memiliki program pembelajaran yang fokus pada
pengembangan kemampuan anak dalam hal motorik, kognitif, sosial
emosional, bahasa, serta nilai agama dan moral.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Observasi
Pengembangan emosi anak merupakan hal yang penting untuk
diselenggarakan. Ada beberapa hal yang mendasari bahwa perlunya
pengembangan emosi anak yaitu perkembangan era berbasis IPTEK
yang akan memberikan tekanan kepada anak sehingga anak perlu
dibekali penguasaan emosi yang baik, (Priyanto, 2019). Selain itu
kesadaran akan anak merupakan investasi dan praktisi masa depan
yang perlu latih agar dapat memiliki kemampuan sosial yang baik
untuk masa depan, Dan juga ada pembatasan usia masa-masa penting
yang harus di optimalkan agar tidak terlewatkan nya fase penting
perkembangan anak. Pandangan yang menyatakan bahwa proses
kehidupan tidak hanya saja sebatas kemampuan kognitif saja namun
juga diperlukan kemampuan emosional untuk memaksimalkan proses
kehidupan, (Astuti. 2019). Selain itu juga perlunya kesadaran dalam
hal membekali kecerdasan sosial anak sejak dini. Alasan inilah yang

7
mendasari perlunya pengembangan emosi anak terutama pada anak
usia skeolah dasar.
Pada proses pembelajaran disekolah dasar, anak akan mulai
berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa lainnya. Pada
masa ini anak usia sekolah dasar tidak hanya saja harus menguasai
emosi dirinya sendiri namun juga harus mampu menguasai emosi nya
kepada orang lain. Oleh sebab itu guru disekolah dasar harus mampu
mengembangkan emosi siswa agar dapat mengendalikan kehidupan
siswa menuju yang lebih baik. Selain itu kemampuan emosi siswa juga
akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran disekolah
dasar. Hal ini lah yang mendasari penulis untuk mengkaji
perkembangan emosi siswa sekolah dasar yang dapat dijadikan acuan
oleh guru dalam memahami dan mengembangkan emosi siswa pada
proses pembelajaran disekolah dasar. Oleh sebab itu tujuan penulisan
artikel ini adalah untuk mengkaji proses perkembangan emosi siswa
sekolah dasar.
Goleman (dalamKhodijah, 2014: 145) yang menyatakan bahwa
kecerdasanintelektual hanya berpengaruh sebanyak20% terhadap
keberhasilanhidupseseorang sedang 80%nya dipengaruhi oleh apa
yang disebutnya emotional intelligence (kecerdasan emosional).
sejalan dengan pendapat sebelumnya(Kurniawan, 2013: 32) juga
menyatakanbahwa kecerdasan emosional merupakan modal dasar bagi
peserta didik untuk menyongsong masa depan karena dengan
kecerdasan emosional seseorang akan berhasil dalam menghadapi
berbagai tantangan termasuk tantangan untuk berhasil secara
akademik. Oleh karena itu, kecerdasan emosional peserta didik harus
dipupuk dan dikembangkan sedini mungkin sehingga dapat menjadi
pondasi yang kuat bagi dirinya di masa yang akan datang. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan
emosional peserta didik adalah dengan menerapkan pendidikan
karakter. Hal ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Agus

8
Prasetyo dan Emusti Rivasintha (dalam Kurniawan, 2013: 32) yang
menyatakan bahwa melalui pendidikan karakter seorang anak akan
menjadi cerdas emosinya.

B. Evaluasi
Karakter adalah suatu kebiasaan (habit) yang didalamnya terdapat cara
berpikir dan berprilaku yang mengarahkan seseorang untuk bersikap dan
bertindak di berbagai kondisi. Karakter dapat dibentuk melalui
pendidikan. Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan secara
sadar dan terencana untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada diri
peserta didik. Nilai-nilai tersebut adalah nilai religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Pendidikan karakter harus dilakukan
dengan berkelanjutan, nilai-nilai karakter terinternalisasi dalam setiap
muatan pelajaran yang dipelajari peserta didik, nilai-nilai karakter tidak
bisa ditangkap dengan sendirinya oleh peserta didik atau hanya sekedar
diajarkan melainkan peserta didik harus mempelajari sendiri (peserta didik
terlibat aktif dalam proses pembelajaran) dan proses pelaksanaan
pendidikan karakter harus melibatkan peserta didik secara aktif

9
C. Dokumentasi

10
DAFTAR PUSTAKA

Djamaluddin, Ahdal dan Wardana. 2019. Belajar dan Pembelajaran 4 pilar


peningkatan kompetensi pedagogis. Sulawesi Selatan: W. Kaffah
Learning Lenter.

Ghufron, MN Dan Rini Rismawati. 2015. Kecerdasan emosional pada anak:


Identifikasi Faktor Yang Berperan. ELEMENTARY. 3 (2).

Kurniawan, 2013: 32 Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta:


Prenadamedia Group.

Khodijah, 2014: 145. Kesullitan Belajar: Gangguan Psikologi Pada Siswa Dalam
Menerima Pelajaran. SICIENCE EDU. 2 (2).

Ilham, 2020. Perkembangan sosial emosi pada anak usia prasekolah. Buletin
Psikologi, 23(2), 103-111.

Merianti and Nuine, 2018. Perkembangan Emosi Pada Anak Sekolah Dasar. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon

Priyanto. 2019. Pendidikan Karakter Bagi Generasi Masa Kini. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.

Astuti 2019. Kecerdasan Emosi SiswaDitinjaudari Jenis Kelamin dan JenjangKelas.


Jurnal PenelitianGuruIndonesia. 4 (2). 68-75.

Kurniawan, 2013: 32. KebijakanNasional Pembangunan KarakterBangsa. Jakarta

11

You might also like