You are on page 1of 85

PERCOBAAN 1

PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN

a. Maksud

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan berat isi semen portland yang
digunakan untuk pengendalian mutu semen.

b. Acuan

SNI 15-2531-1991: Metode pengujian berat jenis semen Portland.

c. Teori

Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat jenis kering semen pada suhu
o
kamar dengan berat jenis air suling pada suhu ± 4 C yang isinya sama dengan isi
semen.

berat semen
Berat jenis= γd
(V ₂−V ₁)
dimana :
V1 = pembacaan pertama pada skala botol pada saat suhu kerosin
sama dengan suhu air.
V2 = pembacaan kedua pada skala botol setelah botol diisi semen.
(V2-V1) = isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu
d = berat isi air pada suhu ± 4C

d. Peralatan

1. Botol Le-Chatelier
2. Timbangan kapasitas 200 gram dengan ketelitian ± 2 gram
3. Kerosin bebas air atau naphta dengan berat jenis 62 API (American Petrolium
Institute)

e. Benda Uji

Semen portland

1
f. Prosedur Percobaan

1. Mengisi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naphta sampai antara skala 0
sampai 1, kemudian mengeringkan bagian dalam botol diatas permukaan cairan.
2. Memasukkan botol kedalam bak air dengan suhu konstan ; biarkan selama
minimal ± 60 menit, agar suhu cairan didalam botol sama dengan suhu air
rendaman.
3. Setelah itu baca skala pada botol, setelah suhu air sama dengan suhu cairan
didalam botol (misal = V1).
4. Masukkan semua benda uji sedikit demi sedikit kedalam botol (sebanyak 64
gram), jangan sampai terjadi semen menempel pada dinding dalam botol di atas
cairan.
5. Setelah semua benda uji dimasukkan, botol diputar dengan posisi miring secara
berlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan
cairan.
6. Mengulangi pekerjaan pada langkah ke-2 dan membaca skala pada botol setelah
suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol (misal = V2).
7. Ulangi percobaan diatas untuk benda uji ke-2

g. Hasil Percobaan

Berat benda uji = 64 gram


Parameter Yang Diukur Percobaan 1 Percobaan 2
V₁ (cm) 0,8 0,5
V₂ (cm) 22,4 21,4
V₂ - V₁ (cm) 21,6 20,9
(gr/
Berat Jenis cm³) 2,962 3,062
(gr/
Berat Jenis Rata-Rata cm³) 3,012

Perhitungan
Percobaan 1
V1 = 0,8 cm3
V2 = 22,4 cm3
V2 – V1 = 21,6 cm3
Berat Semen
Berat Jenis = γ
V ₂−V ₁ d
64
= 1
22,4−0,8
= 2,962 gr/cm3

Percobaan 2
V1 = 0,5 cm3

2
V2 = 21,4 cm3
V2 – V1 = 20,9 cm3
Berat Semen
Berat Jenis = γ
V ₂−V ₁ d
64
= 1
21,4−0,5
= 3,062 gr/cm3

h. Kesimpulan

Berat jenis semen rata-rata yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebesar 3,012
gr/cm3. Dengan mengacu pada SNI 15-2531-1991dapat disimpulkan bahwa dalam
praktikum ini berat jenis bahan semen yang digunakan memenuhi persyaratan untuk
digunakan dalam perencanaan beton.

3
PERCOBAAN 2

PEMERIKSAAN KEHALUSAN SEMEN

a. Maksud

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kehalusan semen Portland dengan


menggunakan saringan No. 100 dan saringan No. 200.
Kehalusan merupakan suatu faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan
reaksi antara partikel semen dengan air.

b. Acuan

SNI 15-2530-1991 ; Metode pengujian kehalusan semen Portland

c. Teori

Persyaratan kehalusan semen adalah berat tertahan diatas saringan No.100


sebesar 0% dan berat tertahan di atas saringan No. 200 maksimum 10%.
Kehalusan semen (F) dihitung dengan rumus ;

A
F= ×100 %
B

dimana B = Berat benda uji semula (misal B = 50 gram)


A = Berat benda uji tertahan pada masing-masing saringan

d. Peralatan

1. Saringan No. 100 dan No.200 sesuai dengan standart ASTM


2. Neraca analitik kapasitas maksimum 200 gram dengan ketelitian 0,1% dari
berat contoh, berikut satu set batu timbangan terdiri dari 50 gram sampai 10
mg
3. Kuas dengan ukuran tangkai bulu kuas yang sesuai dengan keperluan ini.

e. Benda Uji

Semen Portland

f. Prosedur Percobaan

4
1. Susun urutan saringan ; mulai saringan No.100, No.200 dan Pan (diletakkan
paling bawah).
2. Timbang benda uji sebanyak 50 gram dan masukkan kedalam susunan
saringan
3. Goyang saringan secara perlahan-lahan sehingga bagian benda uji yang
tertahan kelihatan bebas dari partikel-partikel halus (pekerjaan ini dilakukan 3
sampai 4 menit).
4. Menutup saringan dan melepas pan, mengetok saringan perlahan-lahan dengan
tangkai tuas supaya abu yang menempel terlepas dari saringan.
5. Membersihkan sisi bagian bawah saringan dengan kuas, mengosongkan pan
dan membersihkan dengan kain, kemudian memasang kembali.
6. Mengambil tutup saringan dengan hati-hati, mengembalikan kedalam saringan
bila ada partikel kasar yang menempel pada tutup.
7. Melanjutkan penyaringan dengan menggoyang-goyangkan saringan perlahan
lahan selama 9 menit.
8. Menutup saringan, melanjutkan penyaringan lagi selama 1 menit dengan cara
menggerakkan saringan kedepan dan bekerja dengan posisi sedikit
dimiringkan. Kecepatan gerakan kira-kira 150 kali per menit, setiap 25
gerakan, memutar saringan kira-kira 60⁰. pekerjaan ini dilakukan diatas kertas
putih, bila ada partikel yang keluar dari saringan dan atau pan serta tertampung
diatas kertas, maka harus dikembalikan kedalam saringan. Pekerjaan
penyaringan dihentikan setelah benda uji tidak lebih dari 0,05 gram lewat
saringan dalam waktu penyaringan selama 1 menit.
9. Menimbang benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan No.100
dan No.200, kemudian menghitung prosentase berat tertahan terhadap berat
benda uji mula-mula.
10. Ulangi percobaan diatas untuk benda uji ke-2.

g. Hasil Percobaan

Berat benda uji, B = 50 gram


Berat Tertahan Presentase
Pemeriksaan (gram) Tertahan Kehalusan
Perc. 1 Perc. 2 F1 F2 Rata-Rata Persyaratan
Tertahan
0 0 0 0 0 0
Saringan No.100
Tertahan
4 5 8 10 9 < 10
Saringan No.200

Perhitungan
Percobaan 1
F1 → Saringan No.100 F2 → Saringan No.200

5
A A
F1 = ×100 % F2 = ×100 %
B B
0 4
F1 = ×100 % F2 = ×100 %
50 50
F1 = 0 % F2 = 8 %

Percobaan 2
F1 → Saringan No.100 F2 → Saringan No.200
A A
F1 = ×100 % F2 = ×100 %
B B
0 5
F1 = ×100 % F2 = ×100 %
50 50
F1 = 0 % F2 = 10 %

h. Kesimpulan :

- Benda Uji Semen Tertahan rata-rata ayakan no.100 = 0 %


- Benda Uji Semen Tertahan rata-rata ayakan no.200 = 9 %
Benda Uji Semen yang digunakan memenuhi persyaratan kehalusan
meyakini <10% berat tertahan diatas saringan No.200.
Alasan :
Kehalusan semen dipengaruhi oleh kondisi semen.Karena pada percobaan
kondisi semen yang digunakan adalah semen yang baik,maka hasil ayakan
semen yang tertahan di saringan no.200 dominan lolos dan hanya
menyisakan sekitar 9 % dari total 50 gram berat awal. Semen tersebut
memenuhi persyaratan <10% pada SNI 15-2530-1991.

6
PERCOBAAN 3

KONSISTENSI SEMEN

a. Maksud

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan konsistensi normal semen Portland


dengan vicat. Konsistensi normal semen Portland adalah suatu kondisi standard yang
menunjukkan tingkat kebasahan pasta.

b. Acuan

SNI 03-6826-2002 : Metode pengujian konsistensi normal semen Portland dengan


alat Vicat untuk pekerjaan sipil

c. Teori

Untuk mendapatkan konsistensi normal dilakukan pencampuran semen dan air secara
berulang dengan kadar air yang berbeda, sampai diperoleh penetrasi pada jarum
Vicat sebesar (10 ± 1) mm. Setiap percobaan harus dibuat dari semen yang baru dan
selama percobaan alat Vicat harus bebas getaran. Untuk percobaan pertama
disarankan dengan kadar air 25%. Pengaruh suhu, air pencampuran, dan kelembaban
ruang diabaikan. Besarnya konsistensi semen dapat dihitung dengan rumus berikut :

Konsistensi semen  Berat Air x 100%


Berat Semen

d. Peralatan

1. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang.


2. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml.
3. Satu set alat Vicat Apparatus ; terdiri dari jarum akhir (final needle) dan cincin
konik (conical ring).
4. Stop watch.
5. Sendok perata.
6. Alat pengaduk

e. Benda Uji

Semen Portland

7
f. Prosedur Percobaan

1. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 23% (jumlah air mula-
mula) dari berat benda uji ke dalam mangkok alat pengaduk.
2. Memasukkan benda uji sebanyak 300 gram ke dalam mangkok dan mendiamkan
selama 30 detik.
3. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140±5) rpm, selama 30 detik.
4. Mesin pengaduk dihentikan selama 15 detik, sementara itu pasta yang menempel
di pinggir mangkok dibersihkan.
5. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (28510) rpm, selama 1 menit.
6. Membuat pasta berbentuk bola dengan tangan, kemudian dilemparkan enam kali
dari tangan satu ke tangan yang lain dengan jarak kira-kira 15cm.
7. Memegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekanlah ke dalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin
konik penuh dengan pasta.
8. Kelebihan pasta dalam lubang besar diratakan dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
9. Meletakkan pelat kaca pada lubang besar cincin konik, membalikkan, meratakan
dan melicinkan kelebihan pada lubang kecil cincin konik dengan sendok perata.
10. Meletakkan cincin konik di bawah alat Vicat Apparatus dan mengontakkan jarum
dengan bagian tengah permukaan pasta.
11. Jatuhkan jarum dan mencatat penetrasi jarum (dengan mengukur penurunan pada
alat Vicat) yang telah berlangsung selama 30 detik.
12. Ulangi percobaan diatas dengan kadar air 25%.
13. Lalu dilakukan

g. Hasil Percobaan
Konsistensi (%) Berat semen (gr) Berat Air (ml) Penetrasi (mm)
23 300 69 0,6
25 300 75 1,5
23,7 300 71 1

Grafik Hubungan Penetrasi Vicat dengan Kadar Air


1.6
1.4
1.2
1
Penetrasi

0.8
0.6
0.4
0.2
0
22.5 23 23.5 24 24.5 25 25.5
Konsistensi %

8
h. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari grafik maka diperoleh konsistensi semen sebesar 23,7 % dan
nilai penetrasi sebesar 1 mm.

9
PERCOBAAN 4

PEMERIKSAAN WAKTU IKAT SEMEN

a. Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh pasta
semen untuk mendapatkan waktu ikat awal dan waktu ikat akhir. Waktu ikat awal
adalah waktu pengikatan pasta semen dimana terjadi penetrasi sebesar 25 mm pada
jarum Vicat, sedangkan waktu ikat akhir adalah waktu pengikatan pasta semen
dimana sudah tidak terjadi penetrasi pada jarum Vicat.

b. Acuan

SNI 03-6827-2002 : Metode pengujian waktu ikat awal semen Portland dengan
menggunakan alat Vicat untuk pekerjaan sipil

c. Teori

Waktu pengikatan awal semen minimum 60 menit dan waktu pengikatan akhir
semen maksimum 8 jam. Bila diperoleh waktu pengikatan awal kurang dari 60 menit
berarti semen tersebut tidak baik karena semen cepat mengeras. Pengaruh suhu
udara, air pencampuran dan kelembaban ruang diabaikan. Selama pemeriksaan
tersebut, alat Vicat harus bebas getaran dan jarum disegel supaya tetap lurus dan
bersih dari semen yang menempel.

d. Peralatan

1. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.


2. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml.
3. Satu set alat Vicat Apparatus ; terdiri dari jarum awal (initial needle) dan jarum
akhir (final needle) dan cincin konik (conical ring).
4. Stop-watch
5. Thermometer beton.
6. Sendok perata.
7. Alat pengaduk (SNI 03-6827-2002).

e. Benda Uji

Semen Portland sebanyak 300 gram.

10
f. Prosedur Percobaan

1. Masukkan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan
jumlah air untuk mencapai konsistensi normal (sebanyak 23,7 % ; lihat hasil
pemeriksaan konsistensi semen), kedalam mangkok alat pengaduk.
2. Masukkan benda uji kedalam mangkok dan mendiamkan selama 30 detik.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140±5) rpm selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk dan diamkan selam 15 detik, sementara itu bersihkan
pasta yang menempel dipinggir mangkok.
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285  10) rpm selama 1 menit.
6. Buatlah pasta berbentuk pola dengan tangan, kemudian melampar enam kali dari
tangan satu ketangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
7. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekanlah ke dalam cincin konik
yang dipegang dengan tangan lain melalui lubang besar, sehingga cincin konik
penuh dangan pasta (upayakan tidak ada udara yang terperangkap).
8. Meratakan kelebihan pasta pada lubang besar dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi tegak terhadap permukaan cincin.
9. Meletakkan plat kaca pada lubang besar, membalikkan, meratakan dan
melicinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin konik dengan sendok perata.
10. Menaruh thermometer beton di atas cincin dan menyimpan pada moist cabinet
selama 30 menit. Kemudian membaca thermometer udara dan thermometer
beton.
11. Mengeluarkan cincin konik dari moist cabinet dan melepaskan thermometer
beton kemudian meletakkan cincin konik di bawah jarum cincin vicat, dan
sentuhkan jarum dengan bagian tengah permukaan pasta.
12. Diamkan selama 30 menit, lalu jatuhkan jarum Vicat selama 30 detik dan dicatat
penetrasi yang terjadi.
13. Penetrasi diulangi sesuai langkah diatas, dengan selang waktu yang bervariasi
yakni; 15 menit, 10 menit, 5 menit, dan seterusnya dilakukan dengan interval 5
menit sampai diperoleh waktu ikat akhir (dimana jarum Vicat tidak dapat masuk
lagi atau skala penetrasi menunjukkan angka nol)
14. Ulangi percobaan diatas untuk benda uji yang sama atau dilakukan secara
bersamaan untuk setiap benda uji.

11
g. Hasil Percobaan
No. Penetrasi (mm)
Selang Waktu Penetrasi
Pengamata
(menit) Percobaan I Percobaan II Rerata (mm)
n
1 30 40 40 40
2 15 40 40 40
3 15 40 40 40
4 15 38 35 36,5
5 15 35 37 36
6 15 32 34 33
7 15 28 29 28,5
8 15 21 24 22,5
9 15 15 18 16,5
10 10 0,9 1,1 1
11 5 0,5 0,6 0,55
12 5 0,1 0,8 0,2
13 5 0 0 0
14 5 0 0 0
Ʃt 180 menit

Konsistensi Normal Semen : 23,7%


Suhu Pasta Semen : 29°C
Suhu Udara : 27°C
Waktu Ikat Awal : 130 menit (diperoleh dari grafik)
Waktu Ikat Akhir : 180 menit

45

40

35

30

25
waktu 20

15

10

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
penetrasi

12
h. Kesimpulan

Grafik di atas merupakan grafik hubungan penetrasi dengan waktu. Dengan menarik garis pada
penetrasi 25 mm, maka diperoleh waktu ikat awal sebesar 130 menit dan waktu pengikatan akhir
180 menit.
Ketentuan PUBI-1982 Pasal 1 (Semen Portland) Hal. 3
- Waktu pengikatan awal minimal 60 menit
- Waktu pengikatan akhir maksimal 8 jam
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa benda uji semen memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam
pencampuran beton.

13
PERCOBAAN 5

PEMERIKSAAN CLAY LUMP PASIR

a. Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui prosentase kadar lumpur yang


melekat pada pasir. Kadar lumpur pada pasir perlu diketahui karena dapat
mempengaruhi daya lekat antara agregat dengan pasta semen dan akhirnya
mempengaruhi kekuatan beton.

b. Acuan

PUBI – 1982 – Pasal II (pasir beton): Persyaratan kandungan kadar lumpur

c. Teori

Kadar lumpur pada pasir yang baik untuk digunakan pada bahan bangunan adalah
kurang dari 5%. Besarnya kandungan lumpur pada pasir dihitung sebagai berikut :

500−W
Kadar lumpur = × 100 %
500

dimana : W = berat pasir, kering oven setelah dicuci

d. Peralatan
1. Timbangan
2. Saringan No. 16, No. 200 dan pan
3. Oven, dengan pengatur suhu sampai (110  5)C

e. Benda Uji
Pasir yang tertahan diatas saringan No. 16, sebanyak 1000 gram.

f. Prosedur Percobaan

1. Pasir yang tertahan diatas saringan No.16 dikering ovenkan pada suhu (1105)C
2. Timbang pasir sebanyak 500 gram (dibuat 2 sampel pasir) dan tebarkan pada pan.
Lalu direndam dengan air suling selama 24 jam.
3. Pasir ditekan-tekan dengan jari untuk menghancurkan butiran lumpur dan bubuk
yang masih melekat pada pasir dan kemudian dicuci mempergunakan saringan
No.200 hingga air cuciannya bersih.

14
4. Tebarkan sampel diatas pan, lalu keringkan dioven selama 24 jam.
5. Timbang dan catat beratnya (W).

g. Hasil Percobaan

Benda Uji
Pemeriksaan
Percobaan 1 Percobaan 2
Berat Kering Sebelum Dicuci (gram) 500 500
Berat Kering Sesudah Dicuci (gram) 494 498
500−W
Persen Lumpur = ×100 % (%) 1,2 0,4
500
Persen Lumpur Rata-Rata (%) 0,8

Contoh Perhitungan:

Pada percobaan-1 :

(500  494) 6
Kadar lumpur  x100%  x100%  1,2 %
(500) 500
Pada percobaan-2 :

(500  498) 2
Kadar lumpur  x100% x100%  0,4 %
(500) 500
1,2 + 0,4
Kadar Lumpur, rata-rata = = 0,8 %
2
Kadar Lumpur, rata-rata sebesar 0,8 % < 5%

h. Kesimpulan

Dari percobaan diperoleh kadar lumpur sebesar 0,8 %. Dengan mengacu pada ketentuan
PUBI-1982-Pasal 11 (Semen Portland) Hal. 17, bahwa batas izin kadar lumpur agrerat
adalah < 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar lumpur agregat memenuhi
persyaratan sebagai bahan campuran beton.

15
PERCOBAAN 6

PENCUCIAN PASIR LEWAT SARINGAN NO. 200

a. Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memeriksa kadar lumpur yang dikandung


agregat halus (pasir) sehingga diketahui apakah agregat tersebut baik untuk dipakai
untuk campuran beton.

b. Acuan

SNI-03-4142-1996 : Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan
no. 200 (0,075 mm)

c. Teori

Banyaknya bahan yang lolos pada saringan No. 200 dihitung sebagai berikut

500−W
Persen lolos saringan No .200= × 100 %
500

dimana ; W = berat pasir kering oven setelah pencucian

d. Peralatan

a. Timbangan.
b. Saringan No. 200 dan No. 100 serta pan.
c. Oven, dengan pengatur suhu sampai (110  5)C.
d. Penghisap air/splitter.
e. Sekop kecil.
f. Container bejana.

e. Benda Uji

Pasir yang tertahan diatas saringan No. 100, sebanyak 1000 gram.

f. Prosedur Percobaan

1. Timbang pasir yang telah dioven sebanyak 500 gram sebanyak dua sampel.
2. Menyusun saringan No. 100 yang diletakan diatas saringan No. 200 dan pada
bagian bawah diletakan container.

16
3. Masukkan benda uji pada susunan saringan paling atas. Mengalirkan air dari kran
keatas pasir dan menghentikan jika air ditampung pada kontainer relatif sama
bersihnya dengan air yang dialirkan keatas saringan No. 100. Hal ini dilakukan
sambil menggoyang-goyangkan saringan.
4. Tuangkan pasir kedalam bejana dengan bantuan Splitter setelah bejana
ditimbang.
5. Mengeringkan benda uji dalam oven selama kurang lebih 24 jam.
6. Menimbang kembali bejana dan pasir yang telah kering (W).
7. Ulangi percobaan diatas dengan sampel / benda uji yang sama.

g. Hasil Percobaan

Benda Uji
Pemeriksaan Percobaan Percobaan
1 2
(gram
500 500
Berat Kering Mula-Mula )
Berat Kering Oven Setelah Pencucian (gram
494 491
Dengan Saringan No. 200, W )
Persen Lolos Saringan No. 200 =
500−W (%) 1,2 1,8
×100 %
500
Persen Lumpur Rata-Rata (%) 1,5 %

Contoh Perhitungan:

Pada percobaan-1 :

(500  494) 6 x100%  1,2 %


Persen lolos  x100% 
(500) 500
Pada percobaan-2 :
(500  491) 9
Persen lolos  x100%  x100%  1,8 %
(500) 500
1,2 + 1,8
Persen lolos, rata-rata = = 1,5 %
2
Persen lolos, rata-rata sebesar 1,5 % < 5 %

h. Kesimpulan

17
Dari percobaan diatas diperoleh kadar lumpur pasir sebesar 1,5 %. Dengan mengacu
pada ketentuan PUBI-1982 Pasal 11 (Pasir Beton) Hal. 17, syarat agrerat halus
dapat digunakan adalah kurang dari 5%. Sehingga dapat diambil kesimpulan, bahan
agrerat halus memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai bahan campuran beton.

18
PERCOBAAN 7

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN


AGREGAT HALUS

a. Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus
dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.Dimana penting sekali untuk mengetahui
gradasi suatu agregat yang mana berfungsi untuk mengetahui mana agregat yang
mempunyai kemampatan tinggi / rendah (agregat yang baik adalah agregat yang
mempunyai kemampatan tinggi).

b. Acuan

SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar

c. Teori

Untuk memperoleh kekautan beton yang optimal perlu susunan pembentuk beton yang
baik, diantaranya adalah gradasi agregat. Gradasi agregat kasar dan halus dibedakan
berdasarkan zone distribusi agregat menurut berat dan ukurannya, biasanya dinyatakan
dalam bentuk grafik acuan (terlampir).
Gradasi agregat dapat juga dinyatakan dengan tingkat kekasaran agregat atau modulus
kehalusan atau fines modulus (FM) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

FM jumlah persen berat tertahan diatas saringan No.200


100

Angka modulus kehalusan agregat halus berkisar antara 2 sampai 3,5 sedangkan untuk
agregrat kasar antara 5 sampai 7, makin besar angka modulus kehalusannya maka makin
kasar juga agregat tersebut.

d. Peralatan

a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 20% dari berat benda uji.
b. Satu set saringan ; 38,1 mm, 19,1 mm, 9,6 mm, 2,4 mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3mm,
0,15 mm, No. 3/8, No.8, No.12, No.30, No.50, No.100.
o
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110  5) C.
d. Alat pemisah contoh.
e. Sieve shaker machine.

19
f. Talam-talam.
g. Kuas, sikat kuningan, sendok dan lainnya.

e. Benda Uji

1. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak :
Agregat halus.
- Ukuran maksimum No. 3/8, berat minimum500 gram.
- Ukuran maksimum No. 8,berat minimum 1.000 gram.
Agregat kasar.
- Ukuran maksimum 3,5”, berat minimum 35 kg
- Ukuran maksimum 3,0”, berat minimum 30 kg.
- Ukuran maksimum 2.5”, berat minimum 25 kg.
- Ukuran maksimum 1,5”, berat minimum 15 kg.
- Ukuran maksimum 1,0”, berat minimum 10 kg.
- Ukuran maksimum ¾ “, berat minimum 5 kg.
- Ukuran maksimum ½”,berat minimum 2,5 kg.
- Ukuran maksimum 3/8”, berat minimum 1 kg.
2. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi dua dengan saringan No.4. selanjutnya agregat halus dan
kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum di atas.
Benda uji disiapkan sesuai dengan pencucian pasir lewat saringan No.200 kecuali
apabila butiran yang melalui saringan No.100 tidak diketahui jumlahnya dan
apabila syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.

f. Prosedur Percobaan
a. Timbang contoh agregat yang akan digunakan, kemudian dioven pada suhu
(1105)C selama 24 jam atau sampai berat agregat tetap.
b. Timbang masing-masing saringan.
c. Susun saringan mulai dari paling bawah pan, saringan dengan lobang terkecil
sampai saringan dengan lobang terbesar yang paling atas. Pindahkan dan
tempatkan susunan saringan tersebut keatas sieve shaker machine.
d. Masukkan benda uji mulai pada saringan teratas, kemudian tutup dan jepit pada
kedua sisi atas dengan mengencangkan baut. Jalankan sieve shakermachine
selama 10 menit.
e. Biarkan selama 5 menit, untuk memberi kesempatan debu mengendap.
f. Buka saringan dan timbang berat masing-masing saringan berikut isinya.
g. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.

g. Hasil Percobaan.

20
a. Fraksi kasar
Berat Kering = 2500 gram
Presentase Persen
Berat Jumlah
Seluruh
Saringan Tertahan Berat Tertahan
(gram) Tertahan Lolos (%) Contoh Yang
(%) Lolos (%)
76,2 mm (3*) 0 0 0 100% 100%
50,8 mm (2*) 0 0 0 100% 100%
38,1 mm (1 ½*) 0 0 0 100% 100%
25,4 mm (1*) 0 0 0 100% 100%
19,1 mm (¾*) 800 800 32 68 68
12,7 mm (½*) 1064 1864 42,16 25,44 25,44
9,52 mm (⅜*) 204 2068 8,16 17,28 17,28
Pan 432 2500 17,28 0 0

100+ 100+ 100+100+68+25,44+ 17,28+0 510,72


FM = = =5,1072
100 100

b. Fraksi halus
Berat Kering = 1000 gram
Berat Jumlah Presentase Persen Seluruh
Saringan Tertahan Berat Tertahan Lolos Contoh Yang
(gram) Tertahan (%) (%) Lolos (%)
No.4 (4,8 mm) 0 0 0 100 100
No.8 (2,4 mm) 0 0 0 100 100
No.16 (1,2 mm) 316 316 31,6 68,4 68,4
No.30 (0,6 mm) 252 568 23,2 43,2 43,2
No.50 (0,3 mm) 171 739 17,1 26,1 26,1
No.100 (0,15 mm) 146 885 14,6 11,5 11,5
No.200 53 938 5,3 6,2 6,2
Pan 62 1000 6,2 0 0

100+ 100+ 68,4+ 43,2+ 26,1+ 11,5+ 6,2+0 355,4


FM = = =3,554
100 100

h. Kesimpulan :

 Fraksi Kasar
Mengacu pada ketentuan SNI 03-1968-1990 bahwasanya nilai FM agrerat kasar
bernilai antara 5-7. Sehingga dalam hal ini agrerat kasar dengan nilai FM 5,1072
dinyatakan memenuhi persyaratan.

21
 Fraksi Halus
Mengacu pada ketentuan SNI 03-1968-1990 bahwasaya nilai FM agrerat halus
bernilai antara 1,5-3,8. Sehingga dalam hal ini agrerat halus dengan nilai FM 3,554
dinyatakan memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan campuran beton.

Fraksi Halus

Fraksi Kasar

22
PERCOBAAN 8

PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT


DENGAN MESIN LOS ANGELES

a. Maksud

Maksud pengujian ini adalah untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan
dengan menggunakan mesin Los Angeles. Keausan dinyatakan dengan perbandingan
antara berat bahan aus terhadap berat semula dalam persen.

b. Acuan

SNI 2417:2008 : Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles.

c. Teori

Ketahanan aus agregat kasar sangat bergantung kepada gradasi agregat kasar tersebut.
Beberapa jenis gradasi agregat kasar diikuti oleh persyaratan berat benda uji, susunan
saringan, (lihat Tabel-1) dalam pengujian keausan agregat.
Gradasi-A ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 37,5 mm (1 ½ inci)
sampai dengan ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci)
Gradasi B ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 19,0 mm (3/4 inci)
sampai dengan ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci)
Gradasi-C ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 9,5 mm (3/8 inci)
sampai dengan ukuran butir 4,75 mm (saringan No.4)
Gradasi-D ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 4,75 mm (saringan
No.4) sampai dengan ukuran butir 2,36 mm (saringan No.8)
Gradasi-E ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 75 mm (3 inci)
sampai dengan agregat ukuran butir 37,5 mm (1 ½ inci)
Gradasi-F ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 50 mm (2 inci)
sampai dengan agregat butir 25 mm (1 inci).
Gradasi-G ; material agregat kasar dari ukuran butir maksimum 37,5 mm (1 ½ inci)
sama dengan agregat halus
Untuk menghitung keausan agregat, digunakan rumusan berikut :

a−b
Keausan= ×100 %
b

dimana ;
a = berat benda uji semula, dalam gram
b = berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70 mm), dalam gram

23
d. Peralatan

1. Mesin Los Angeles


Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711
mm ( 28 inchi ) panjang 508 mm ( 20 inchi ). Silinder bertumpu pada dua poros
pendek yang tidak menerus dan berputar pada poros yang mendatar; silinder
berlobang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang rapat sehingga
permukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam silinder terdapat bilah
baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5 inchi).
2. Saringan No. 12 dan saringan lainnya (lihat tabel-1).
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh atau 5 gram.
4. Bola-bola baja dengan diameter rerata 4,68 cm ( 1 27/32 inchi) dengan berat
masing-masing bola antara 390 sampai 445 gram.
5. Oven dengan pengatur temperature yang dapat memanasi sampai (100±5) ºC.

e. Benda Uji

1. Gradasi dan berat benda uji (digunakan gradasi-A, dengan ukuran butiran
antara 9,5 mm sampai 19 mm)
2. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu ( 100 ± 5 ) ºC
sampai berat tetap.

f. Prosedur Percobaan
Persiapan benda uji
1. Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara
penyaringan dan lakukan penimbangan
2. Gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang dikehendaki.
Misal ; gradasi –B yang diinginkan, maka siapkan dan timbang (2500±10) gram
agregat lolos saringan 19 mm (No.3/4) dan tertahan diatas saringan 12,5 mm
(No.1/2) serta (2500±10) gram agregat lolos saringan 12,5 mm (No.1/2) dan
tertahan diatas saringan 9,5 mm (No.3/8).
3. Catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram.

Cara pengujian
Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
1. Pengujian ketahanan agregat kasar dapat dilakukan dengan salah satu dari 7
(tujuh) cara, tergantung dari jenis gradasi agregat kasarnya, yang diambil gradasi-
A.

24
2. Benda uji dan bola (sebanyak 12 buah) dimasukkan dalam mesin abrasi Los
Angeles.
3. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 putaran untuk gradasi A.
4. Selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, saringlah dengan saringan No.
12 (1,70 mm), butir yang tertahan diatasnya dicuci bersih dan keringkan dalam
oven pada suhu ( 100 ± 5 ) ºC sampai beratnya tetap.
5. Jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100
putaran, dan setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No. 12 (1,70 mm),
tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan 500
putaran agregat tertahan diatas saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian tidak
boleh lebih besar dari 0,20

25
g. Hasil Percobaan

Pengujian Agrerat Gradasi A


Ukuran Saringan
Percobaan 1 Percobaan 2
Berat Mula-Mula, Berat Mula-Mula,
Lewat (mm) Tertahan (mm)
a (gr) a (gr)
76,20 (3") 63,50 (2 ½")
63,50 (2 ½") 50,80 (2")
50,80 (2") 38,10 (1 ½")
38,10 (1 ½") 25,40 (1")
25,40 (1") 19,05 (⅜") 1250
19,05 (⅜") 12,70 (½") 1250
12,70 (½") 9,51 (⅜") 1250
9,51 (⅜") 6,35 (¼") 1250
6,35 (¼") 4,75 (No. 4)
4,75 (No. 4) 2,36 (No. 8)
Jumlah berat mula-mula, a ... (gr) 5000
Berat Tertahan # no.12, b ...(gr) 3850
Keausan = [(a-b)/a] x 100% ...(%) 23%
Keausan rata-rata ...(%) 23%

h. Kesimpulan

Keausan agregat kasar yang diperoleh dalam percobaan ini adalah 23%. Mengacu pada ketentuan
PUBI-1982-Pasal 12 (Kerikil dan Batu Pecah Untuk Beton) Hal. 18, batas keausan agrerat kasar
adalah 50%. Sehingga, agrerat kasar memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam pencampuran
beton

26
PERCOBAAN 9

PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN


AGREGAT KASAR

a. Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat
kasar. Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih besar dari 4,75
mm (tertahan pada saringan No.4).

b. Acuan

SNI 1969-2008 : Cara uji berat jenis dan penyerapan agregat kasar

c. Teori

Berat jenis agregat kasar dapat dinyatakan dengan berat jenis curah kering
(bulkspecific gravity), berat jenis curah atau berat jenis kering permukaan (saturated
surface dry), berat jenis semu (apparent).
Berat jenis curah kering (bulk specify gravity) adalah perbandingan antara
beratdari satuan volume agregat (termasuk rongga yang permeable dan
impermeabledidalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran
partikel) pada suhu temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas
gelembung dalam volume yang sama pada suhu temperatur tertentu.
Berat jenis curah /jenuh kering permukaan (saturated surface
dry)adalahperbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air
yang terdapat didalam rongga akibat perendaman selama (24±4) jam, tetapi tidak
termasuk rongga antara butiran partikel) pada suhu tertentu terhadap berat di udara
dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur
tertentu.
Berat jenis semu (apparent specific gravity) adalah perbandingan antara beratdari
satuan volume dari suatu bagian agregat yang impermeable pada suatu temperatur
tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang
sama pada suhu temperatur tertentu
Penyerapan air adalah penambahan berat dari suatu agregat akibat air yangmeresap
ke dalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar
partikel, dinyatakan sebagi persentase dari berat keringnya.

27
d. Peralatan

1. Keranjang kawat ukuran 3,34 mm (No.6) atau 2,36 mm (No.8) dengan kapasitas 5
kg.
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk sesuai pemeriksaan. Tempat ini harus
dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
3. Timbangan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
4. Batang penumbuk
o
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110  5) C
6. Alat pemisah contoh
7. Saringan No.4
8. Pan

e. Benda Uji

Agregat kasar yang tertahan saringan No.4 sebanyak 5.000 gr. ( atau ±5 kg)

f. Prosedur Percobaan

1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat
pada permukaan.
o
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110± 5) C sampai berat tetap.
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1 sampai 3 jam, kemudian timbang
dengan ketelitian 0,5 gram ( selanjutnya disebut Bk).
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama (24  4) jam.
5. Keluarkan benda uji dari dalam air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air
pada permukaan agregat hilang, untuk butiran besar pengeringan harus satu
persatu dengan memakai lap penyerap air.
3
6. Timbang benda uji didalam air yang memiliki kerapatan (997±2) kg/m pada
o
temperatur (23± 2) C, sambil menggoyang keranjang yang dalam keadaan
tenggelam, untuk mengeluarkan udara yang terserap dan tentukan beratnya dalam
air ( selanjutnya disebut Ba).
o
7. Keringkan kembali benda uji dalam oven pada suhu (110± 5) C sampai berat
tetap, kemudian timbang berat benda uji tersebut (selanjutnya disebut Bj)

g. Hasil Percobaan

28
Pemeriksaan Percobaan 1 Percobaan 2 Rata-rata
Berat benda uji kering oven, (Bk) (gram) 5000 5000 5000
Berat benda uji kering permukaan,
5050 5100 5075
Bj (gram)
Berat benda uji dalam air, Ba (gram) 3139 3142 3140,5
tanpa
Bk
Berat jenis curah kering¿ dimens 2,616 2,553 2,584
Bj−Ba
i
tanpa
Bj
Berat jenis curah, SSD¿ dimens 2,642 2,604 2,623
Bj−Ba
i
tanpa
Bk
Berat jenis semu¿ dimens 2,686 2,691 2,688
Bk−Ba
i
Bj−Bk
Penyerapan air¿ x 100% (%) 1 2 1,5
Bk

h. Kesimpulan

Hasil percobaan diperoleh berat jenis agregat kasar, SSD sebesar 2,623 dan
penyerapan air sebesar 1,5 % , Berat Jenis Curah Kering 2,584 , Berat Jenis Semu
2,688 .

Sehingga dapat disimpulkan bahwa :


- Berat jenis agrerat kasar memenuhi syarat untuk dapat digunakan karena
berada diantara batas ijin.
- Penyerapan agrerat kasar memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam
pencampuran adukan beton.

29
30
PERCOBAAN 10

PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN


AGREGAT HALUS

a. Maksud

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis dan penyerapan agregat
halus. Agregat halus adalah agregat yang ukuran butirannya lebih kecil dari 4,75 mm
(lolos saringan No.4)

b. Acuan

SNI 1970-2008 : Cara uji berat jenis dan penyerapan agregat halus.

c. Teori

Berat jenis agregat halus dapat dinyatakan dengan berat jenis curah kering
(bulkspecific gravity), berat jenis curah atau berat jenis kering permukaan (saturated
surface dry), berat jenis semu (apparent).
Berat jenis curah kering (bulk specify gravity) adalah perbandingan antara
beratdari satuan volume agregat (termasuk rongga yang permeable dan
impermeabledidalam butir partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran
partikel) pada suhu temperatur tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas
gelembung dalam volume yang sama pada suhu temperatur tertentu
Berat jenis curah /jenuh kering permukaan (saturated surface
dry)adalahperbandingan antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air
yang terdapat didalam rongga akibat perendaman selama (24±4) jam, tetapi tidak
termasuk rongga antara butiran partikel) pada suhu tertentu terhadap berat di udara
dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur
tertentu
Berat jenis semu (apparent specific gravity) adalah perbandingan antara beratdari
satuan volume dari suatu bagian agregat yang impermeable pada suatu temperatur
tertentu terhadap berat diudara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang
sama pada suhu temperatur tertentu
Penyerapan air adalah penambahan berat dari suatu agregat akibat air yangmeresap
ke dalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan luar
partikel, dinyatakan sebagi persentase dari berat keringnya.

31
d. Peralatan

1. Timbangan, sesuai persyaratan SNI 03-6414-2002


2. Piknometer
3. Labu atau wadah lain yang cocok untuk benda uji agar dapat dengan mudah
3
dimasukkan volume agregat halus sebanyak ± 100 mm secara berulang. Volume
wadah akan diisi sampai bagian yang ditandai, paling tidak harus 50% lebih besar
dari ruang yang diperlukan untuk benda uji. Suatu labu dengan kapasitas 500 ml
cukup untuk 500 gram rata-rata benda uji agregat halus.
4. Cetakan
Suatu cetakan yang terbuat dari baja yang tebalnya 0,8 mm berbentuk frustum
kerucut (kerucut terpancung) dengan ukuran sebagai berikut :
diameter dalam bagian atas (40±3) mm, diameter dalam bagian bawah (90±3)mm dan
tinggi kerucut terpancung (75±3) mm.
5. Batang penumbuk
o
6. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai (110  5) C
7. Alat pengukur temperatur
8. Alat bantu lain, seperti pompa vakum, saringan No.4, talam, bejana air

e. Benda Uji

Agregat halus yang lolos saringan No.4 sebanyak 5.000 gr ( atau ±5 kg).

f. Prosedur Percobaan

Persiapan benda uji


1. Siapkan kira-kira 1 kg agregat halus dari contoh uji menggunakan prosedur yang
sesuai dengan SNI 13-6717-2002.
2. Keringkan dalam wadah yang sesuai sampai beratnya tetap, pada temperatur
0
(110±5) C. Biarkan mendingin sampai temperatur yang dapat dikerjakan, basahi
dengan air, baik dengan cara melembabkan sampai 6% atau merendamnya,
biarkan (24±4) jam.
3. Sebagai alternatif dari langkah diatas, dimana nilai berat jenis dan penyerapan
digunakan dalam menghitung campuran beton dengan agregat dalam kondisi
lapangan seadanya, persyaratan untuk pengeringan awal sampai berat tetap dapat
diabaikan dan apabila permukaan partikel telah terjaga dalam kondisi basah,
perendaman selama (24±4) jam dapat diabaikan. Nilai penyerapan dan berat jenis
dalam kondisi jenuh kering permukaan dapat menjadi lebih tinggi untuk agregat
yang tidak dikeringkan dengan oven sebelum direndam apabila dibandingkan
dengan yang melalui langkah ke-2.

32
4. Hilangkan kelebihan air dengan hati-hati untuk menghindari hilangnya butiran
yang halus, tebarkan benda uji diatas permukaan terbuka yang rata dan tidak
menyerap air, beri aliran udara yang hangat dan perlahan, aduk untuk mencapai
pengeringan yang merata. Bila diinginkan, bantuan mekanis seperti alat pengaduk
dapat digunakansebagai alat bantu dalam mencapai kondisi jenuh kering
permukaan. Seiring dengan material yang makin mongering kedalam kondisi
yang kita inginkan, akan perlu dilakukan gerakan menggosok dengan tangan
untuk memisahkan butiran yang saling menempel. Lanjutkan sampai material
pada kondisi lepas dan tidak lagi menempel. Lakukan dan ulangi pengambilan
contoh benda uji untuk memastikan bahwa tidak ada lagi kelebihan kadar air. Bila
dianggap bahwa pada percobaan pertama masih terdapat diantara agregat,
lanjutkan pengeringan dengan mengaduk dan menggosok dengan tangan, lakukan
kembali pengeringan dan pemeriksaan sampai diketahui bahwa kondisi jenuh
kering permukaan telah tercapai. Apabila saat pertama melakukan percobaan
kerucut, terlihat kondisi tidak ada lagikelembaban permukaan, dapat dipastikan
bahwa kondisi jenuh kering permukaan telah terlewati. Bila ini terjadi, campur
kemabli beberapa milliliter air kedalam benda uji, aduk dan ratakan, masukkan
kedalam wadah yang tertutup dan biarkan ±30 menit. Ulangi kembali langkah
pengeringan dan periksa apakah telah tercapai kondisi jenuh kering permukaan.
5. Lakukan pengujian kerucut untuk memeriksa kelembaban permukaan. Pegang
cetakan diatas permukaan yang halus dan rata serta tidak menyerap air dengan
lobang kerucut yang besarberada dibawah. Masukkan sebagian agregat halus yang
sedang diperiksa kedalam kerucut sampai penuh dan meluber, ratakan bagian
yang meluber tadi dengan tetap menjaga posisi kerucut. Padatkan agregat yang
berada didalam kerucut secara perlahan dan merata sebanyak 25 kali dengan
batang penumbuk. Setiap tumbukan dilakukan dengan cara menjatuhkan dengan
bebas batang penumbuk dari ketinggian permukaan penumbuk 5 mm dari
permukaan agregat yang dipadatkan. Selalu perhatikan ketinggian jatuh setiap
setelah melakukan 1 kali pemadatan. Singkirkan sisa agregat yang tumpah
disekitar kerucut, kemudian angkat kerucut dengan arah vertical secara hati-hati.
Jika kondisi jenuh kering permukaan belum tercapai (agregat masih terlalu
lembah permukaannya) maka pasir tersebut masih akan berbentuk seperti cetakan.
Apabila pada saat cetakan diangkat dan pasir tersebut runtuh sedikit demi
sedikitmaka kondisi jenuh kering permukaan telah tercapai. Beberapa agregat
halus yang angular atau bahan yang mengandung bagian halus yang banyak dapat
saja tidak akan runtuh setelah cetakan diangkat, walaupun kondisi jenuh kering
permukaannya telah tercapai. Untuk bahanseperti ini, kondisi jenuh kering
permukaannya harus dianggap pada saat terdapat satu sisi dari agregat halus yang
runtuh sesaat setelah cetakannya diangkat.

33
Langkah kerja

1. Perhatikan bahwa seluruh penentuan berat harus sampai ketelitian 0,1 gram.
2. Isi piknometer dengan air sebagian saja. Segera setelah itu masukkan kedalam
piknometer (500±10) gram agregat halus dalam kondisi jenuh kering permukaan
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tambahkan kembali air sampai kira-kira
90% kapasitas piknometer. Putar dan guncangkan piknometer dengan tangan
untuk menghilangkan gelembung udara yang terdapat didalam air. Sesuaikan
0
temperatur piknometer, air dan agregat pada (23±2) C, apabila diperlukan rendam
dalam air yang bersirkulasi. Penuhkan piknometer samapi batas pembacaan
pengukuran. Timbang berat total piknometer, benda uji dan air. Pada umumnya
dibutuhkan waktu 15 sampai 20 menit untuk menghilangkan gelembung udara
dari dalam air bila menggunakan cara manual. Menyentuhkan ujung dari handuk
kertas kedalam piknometer cukup efektif untuk menghilangkan buih yang timbul
saat menggetarkan atau memutar untuk menghilangkan gelembung, atau dengan
cara menambahkan beberapa tetes isopropyl alcohol segera setelah gelembung
udara dihilangkan dan menambahkan air sampai batas pengukuran juga cukup
efektif untuk menghilangkan buih yang terbentuk.
3. Keluarkan agregat halus dari dalam piknometer, keringkan sampai berat tetap
0
pada temperature (110±5) C, dinginkan pada temperatur ruang selama (1,0±0,5)
jam dan timbang beratnya. Pada saat mengeringkan dan menimbang berat uji dari
dalam piknometer, sisa dari contoh uji dalam kondisi jenuh kering permukaan
boleh digunakan untuk menimbang berat kering ovennya. Benda uji ini harus
diambil pada saat yang bersamaan dan selisih beratnya hanya 0,2 gram.
4. Timbanglah berat piknometer pada saat terisi air saja sampai batas pembacaan
0
yang ditentukan pada (23±2) C.

g. Perhitungan

Beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung berat jenis agregat halus
sebagai berikut :

1. Berat jenis curah kering (bulk specific gravity)


A
Berat jenis curah kering =
( B+ S−C )
Dengan :
A adalah berat benda uji kering oven (gram)
B adalah berat piknometer yang berisi air (gram)
C adalah berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram)
S adalah berat uji kondisi jenuh kering permukaan (gram).

34
2. Berat jenis curah / kondisi jenuh kering permukaan (surface specific gravity)

S
Berat jenis curah kering =
( B+ S−C )
Dengan :
A adalah berat benda uji kering oven (gram)
B adalah berat piknometer yang berisi air (gram)
C adalah berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram)
S adalah berat uji kondisi jenuh kering permukaan (gram).

3. Berat jenis semu (apparent specific gravity)

A
Berat jenis curah kering =
( B+ A−C)
Dengan :
A adalah berat benda uji kering oven (gram)
B adalah berat piknometer yang berisi air (gram)
C adalah berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram)
S adalah berat uji kondisi jenuh kering permukaan (gram).

4. Penyerapan air (absorbsi)

Penyerapan air = [ S−A


A ]
x 100 %

Dengan :
A adalah berat benda uji kering oven (gram)
B adalah berat uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)

35
h. Hasil Percobaan

Pemeriksaan Percobaan 1 Percobaan 2 Rata-Rata


Berat benda uji kering permukaan
500 500 500
jenuh (gram)
Berat benda uji kering oven, Bk (gram) 496 494 495
Berat piknometer diisi air (25°C), B (gram) 660 670 665
Berat piknometer + benda uji SSD Tanpa
977 989 983
+ air (25°C), Bt Dimensi
Berat jenis curah (bulk specifik
Bk Tanpa 2,71 2,72 2,715
gravity)¿
B+500−Bt Dimensi
500 Tanpa
Berat jenis SSD¿ 2,73 2,76 2,745
B+500−Bt Dimensi
Bk Tanpa
Berat jenis semu¿ 2,77 2,82 2,795
B+ Bk−Bt Dimensi
500−Bk
Penyerapan¿ x 100% (%) 0,81 1,21 1,01
Bk

i. Kesimpulan:

Hasil percobaan diperoleh berat jenis agregat halus, kondisi SSD sebesar 2,745 dan
penyerapan air sebesar 1,01 %.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa :
- Berat jenis agrerat halus memenuhi syarat untuk digunakan dalam pencampuran
adukan beton.
- Penyerapan agrerat halus memenuh persyaratan untuk digunakan dalam
pencampuran adukan beton.

36
PERCOBAAN 11
PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar
atau campuran. Berat isi adalah perbandingan antara berat dengan volume.
Pemeriksaan berat isi berguna untuk mengetahui berat dari agregat, dan berkaitan
dengan kepadatan dan kekuatan dari beton.

b. Acuan
SNI 03-4804-1998 : Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat

c. Teori
Untuk menetukan berat isi agregat dapat dilakukan dengan metode lepas (tanpa
diberikan perlakuan pemadatan) dan metode pemadatan (baik dengan cara
ditusuk dan atau digoyang-goyang). Besarnya berat isi agregat dapat dihitung
dengan rumus berikut :
W
Berat isi agregat  (kg / m3 )
V
dimana : W = berat agregat dalam wadah (kg)
2 3
V = isi wadah = ¼ .d h (m )
D = diameter wadah (meter)
H = tinggi wadah (meter)
Berat isi lepas lebih kecil dari berat isi dengan cara dipadatkan (baik dengan cara
penusukan atau penggoyangan)

d. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
2. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
3. Tongkat pemadat berdiameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat
sebaiknya dari baja yang tahan karat.
4. Mistar perata.
5. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang
berkapasitas sebagai berikut :

37
Tebal wadah minim
Kapasitas Diameter Tinggi (mm) Ukuran butir
(liter) (mm) (mm) dasar sisi maksimum (mm)
2,832 152,4 ± 2,5 154,9 ± 2,5 5,08 2,54 12,7

9,435 203,2 ± 2,5 292,1 ± 2,5 5,08 2,54 25,4

14,316 254,0 ± 2,5 279,4 ± 2,5 5,08 3,00 38,1

28,316 355,6 ± 2,5 284,4 ± 2,5 5,08 3,00 101,6

e. Benda Uji
Agregat kasar dengan ukuran butir maksimum 38,1 mm (1 ½ inci)
Contoh agregat ditempatkan diatas talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas
wadah (misal ; wadah dengan kapasitas 14,316 liter disiapkan untuk agregat
dengan ukuran butir maksimum 38,1 mm), keringkan agregat dalam oven dalam
o
suhu (110 ± 5) C, sampai beratnya tetap.

f. Prosedur Percobaan

Berat isi lepas


 Menimbang dan mencatat beratnya (W1).
 Memasukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-
butir, dan ketinggian maksimum 5 cm di atas wadah menggunakan sendok
sampai penuh.
 Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
 Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W2).
 Menghitung berat benda uji (W3 = W2 - W1).

Berat isi padat (cara penusukan)


 Menimbang dan mencatat berat wadah (W1).
 Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebalnya. Setiap
lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat 25 kali tusukan secara merata. Pada
pemadat, tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bawah tiap-tiap lapisan.

38
 Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
 Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W2).
 Menghitung berat benda uji (W3 = W2 - W1).

Berat isi padat (cara penggoyangan)


 Menimbang dan mencatat berat wadah (W1).
 Mengisi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
 Memadatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyang wadah
 Meletakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, mengangkat salah
satu sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian dilepaskan.
 Mengulangi hal ini pada sisi berlawanan, memadatkan setiap lapisan
sebanyak 25 kali untuk setiap sisi.
 Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
 Menimbang dan mencatat berat wadah beserta benda uji (W2).
 Menghitung berat benda uji (W3 = W2 - W1).

Catatan :
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara berikut :
a. Mengisi wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga pada
saat ditutup dengan pelat kaca tidak terlihat gelembung udara.
b. Menimbang dan mencatat berat wadah beserta air.
c. Menghitung berat air, dimana berat air tersebut sama dengan isi wadah.

39
g. Hasil Percobaan
A. Berat Isi Lepas

Percobaan
Pemeriksaan
1 2
Berat Wadah, W1 (kg) 13,8 13,8
Berat Wadah + Agregat, W2 (kg) 26,85 26,90
Berat Agregat, W3 = W2 - W1 (kg) 13,05 13,10
Volume Wadah, V (m³) 0,00947 0,00947
W3
Berat Isi Agregat,¿ (kg/m³) 1378,035 1383,315
V
Berat Isi Agregat Rata-Rata (kg/m³) 1380,675

B. Berat Isi Padat

B.1 Cara Penusukan ; diamter butir maksimum 38,1 mm (11/2”)

Percobaan
Pemeriksaan
1 2
Berat Wadah, W1 (kg) 13,8 13,8
Berat Wadah + Agregat, W2 (kg) 27,85 27,80
Berat Agrerat, W3 = W2 - W1 (kg) 14,05 14
Volume Wadah, V (m³) 0,00947 0,00947
W3
Berat Isi Agregat,¿ (kg/m³) 1483,632 1478,352
V
Berat Isi Agregat Rata-Rata (kg/m³) 1480,992

B.2 Cara Penggoyangan: diamter butir 38,1 mm (11/2) sampai 101,6 mm (4”)
Percobaan
Pemeriksaan
1 2
Berat Wadah, W1 (kg) 13,8 13,8
Berat Wadah + Agregat, W2 (kg) 27,40 27,35
Berat Agregat, W3 = W2 - W1 (kg) 14,10 14,05
Volume Wadah, V (m³) 0,00947 0,00947
W3
Berat Isi Agregat,¿ (kg/m³) 1488,912 1483,632
V
Berat Isi Agregat Rata-Rata (kg/m³) 1486,270

40
h. Kesimpulan

Dari hasil percobaan diperoleh:


 Berat isi lepas sebesar 1380,6675 kg/m3
 Berat isi padat dengan cara penusukan sebesar 1480,992 kg/m3
 Berat isi padat dengan cara penggoyangan sebesar 1486,270 kg/m3

41
42
PERCOBAAN 12
PEMERIKSAAN SPESIFIC GRAVITY

a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mencari density atau kerapatan dari agregat
kasar dalam keadaan kering udara. Kerapatan akan berhubungan dengan
kekuatan beton dimana makin besar kerapatan akan makin baik kekuatannya.

b. Acuan

c. Teori
Specific gravity ditentukan dengan rumus berikut :

Berat kerikil di udara


Specific gravity  Berat kerikil di udara Berat kerikil di air

Satuan Specific Gravity kerikil adalah non-dimensi (tanpa satuan)

d. Peralatan
1. Density bucket, susunan kawat/jala ukuran 5 mm, diameter bucket 20 cm.
2. Timbangan, dengan ketelitian 0,1 kg.
3. Bak perendam.
4. Kuas dan sikat baja.

e. Benda Uji
Agregat kasar dengan diameter maksimum 40 mm sebanyak 2.500 gram.

f. Prosedur Percobaan
g. Menimbang berat bucket (A).
h. Memasukan kerikil yang kering udara kedalam density bucket sampai penuh
dan menimbang beratnya (B).
i. Merendam bucket dalam bak air selama kurang lebih 24 jam.
j. Mengeringkan dan membersihkan kerikil yang sudah direndam tersebut.
k. Memasukkan kembali kedalam density bucket, menimbang beratnya pada
accurate apparatus, dimana bucket ditimbang pada keadaan terendam air
didalam tabung silinder (C).
l. Ulangi percobaan diatas sebanyak 3 (tiga) kali dengan sampel lain.

43
g. Hasil Percobaan

Percobaan
Pemeriksaan
1 2
Berat Bucket, A (kg) 0,55 0,55
Berat Bucket + Kerikil di Udara , B (kg) 3,00 3,05
Berat Bucket + Kerikil di Air , C (kg) 2,075 2,128
B− A
Specific Gravity = 1,61 1,58
B−C
Specific Gravity Rata-Rata 1,2 < 1,59 < 2,8

h, Kesimpulan
Diperoleh hasil specific gravity sebesar 1,2 < 1,59 < 2,8. Sehingga dalam
percobaan ini menghasilkan nilai yang sesuai dengan yang disyaratkan.

44
PERCOBAAN 13

KONSISTENSI MORTAR

a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai konsistensi adukan mortar
semen dengan menggunakan meja getar.
b. Teori
Mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan ikat dan air. Bahan ikat dapat
berupa tanah liat, kapur, maupun semen portland. Mortar semen dibuat dari
campuran pasir, semen dan air, dengan perbandingan campuran yang tepat. Mortar
biasanya digunakan untuk campuran pelapis pasangan bata atau dinding, spesi, dan
bahan bangunan lainnya.
Dengan meja getar yang diayunkan akan merubah kondisi dari adukan mortar, baik
volume dan tinggi adukan tersebut. Sehingga dapat diketahui jumlah air, pasir dan
semen yang diinginkan untuk mendapatkan adukan mortar yang konsisten. Untuk
mengetahui konsistensi mortar yang baik pada suatu adukan mortar diukur dari
perbandingan diameter adukan sebelum dan setelah digetarkan diatas meja getar,
nilai tersebut dihitung dengan rumus sebagai berikut ;
D
a= ×100 %
D

dimana : a = perbandingan diameter leleh terhadap diameter cincin (%)

D = diameter leleh rata-rata (cm)


D = diameter dalam cincin (cm)
Konsistensi mortar yang baik dan memenuhi syarat menurut SNI adalah jika
nilai a berkisar (100 ± 15) %

c. Peralatan
1. Neraca, kapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.
2. Gelas ukur, dengan ketelitian 2 ml.
3. Alat pengaduk
4. Stop Watch
5. Sendok perata
6. Pengukur leleh.

45
7. Alat pemadat.
8. Meja getar.
d. Bahan Uji
9. Semen Portland, sebanyak 500 gram.
10. Pasir, sebanyak 1500 gram.
11. Air suling, lebih kurang ± 500 ml
e. Prosedur Percobaan
1. Menyediakan semen, pasir dan air sesuai dengan bahan dimana perbandingan
masing-masing adalah ; semen : pasir : air = 1 : 2,75 : 0,425
2. Menambahkan air pada adukan semen dan pasir, kemudian masukkan kedalam
mesin pengaduk mortar dan dibiarkan sebentar.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan putaran (140  5) rpm selama 30 detik,
kemudian menaikkan keputaran (255  10) rpm selama 30 detik.
4. Menghentikan alat pengaduk dan diamkan selama 90 detik, dimana 15 detik
pertama membersihkan pasta yang menempel dipinggir pengaduk, kemudian
menutup dengan kain lembab.
5. Menghidupkan kembali alat pengaduk dengan putaran (285  10) rpm selama 60
detik.
6. Lakukan percobaan leleh dengan mengisi adukan mortar kedalam cincin yang
terletak diatas meja leleh, cincin diisi dalam dua lapis, tiap lapis dipadatkan
dengan cara menumbuk sebanyak 20 kali. Ratakan permukaan mortar dengan
sendok perata, angkat cincin dan getarkan meja leleh sebanyak 25 kali selama 15
detik.
7. Ukur dan catat diameter leleh, sekurang-kurangnya pada 4 (empat) arah dan
diambil nilai rata-ratanya. Dimana persyaratan diameter leleh adalah 85 - 115%
dari diameter semula.
8. Apabila diameter leleh yang disyaratkan belum didapat, ulangi pekerjaan dari
langkah ke-1 sampai langkah ke-6 dengan merubah kadar airnya, dimana
padaawalnya diambil 42,5% atau f.a.s = 0,425 dan diperoleh a = 82,4%.
9. Ulangi percobaan dari langkah ke-1sampai langkah ke-6 dengan merubah kadar
airnya, dimana padaawalnya diambil 42,5% atau f.a.s = 0,425 lalu kita ubah
menjadi 47,5% atau f.a.s = 0,475 dan diperoleh a = 95,8%

46
f. Hasil percobaan
Diameter Diameter Leleh (cm) D
Percobaan f.a.s a= ×100 %
cincin, D (cm) Pengamatan Rata-Rata, D D

6,75
8,69
Percobaan 1 0,425 10 8,24 82,4%
7,12
8,91
9,75

9,35
9,05
Percobaan 2 0,475 10 9.58 95,8%
10,25
8,55
10,70

Catatan:
Perbandingan semen, pasir, air = 1 : 2,75 : 0,475
Konsistensi mortar sebesar 47,5% atau fas 0,475 diperoleh diameter leleh a =95,8%

g. Kesimpulan
Konsistensi mortar yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat campuran
semen, pasir dan air dengan perbandingan 1 : 2,75 : 0,475

47
PERCOBAAN 14

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN MORTAR

a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan mortar dengan
contoh benda uji bentuk kubus berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm.

b. Acuan
SNI 03-6825-2002: Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland untuk
pekerjaan sipil
c. Teori
Penggunaan campuran mortar pada bahan bangunan mensyaratkan kekuatan tekan
dari mortar, seperti paving, cone-block, atap beton, batako baik ketika menerima
beban kerja maupun menerima beban saat proses pembuatannya. Kuat tekan mortar
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Beban maksimum
Kuat tekan  (satuan kg / cm2 atau MPa)
Luas permukaan benda uji
dimana :
2 2
Luas permukaan benda uji = 5 x 5 = 25 cm atau 2.500 mm
Beban maksimum = pembacaan pada alat uji tekan ketika mortar kubus
hancur (kg atau kN)
d. Peralatan
1. Neraca, kapasitas 2000 gram dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.
2. Gelas ukur, dengan ketelitian 2 ml.
3. Alat pengaduk (ASTM C 230-68).
4. Stop Watch.
5. Sendok perata.
6. Cetakan kubus (5 x 5 x 5) cm dan alat pemadat.
7. Mesin uji tekan dengan ketelitian pembacaan sampai 1 kg.

48
e. Bahan
1. Semen portland sebanyak 500 gram.
2. Pasir sebanyak 1500 gram
3
3. Air suling 500 cm .

f. Benda Uji
Kubus mortar berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm.

g. Prosedur Percobaan
1. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak p = 47,5% ( p = kadar air
sesuai dengan konsistensi mortar) dari berat semen ke dalam mangkok alat
pengaduk.
2. Menimbanglah 500 gram semen dan memasukan ke dalam mangkok.
3. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140  5) rpm, selama 30 detik.
4. Memasukkan pasir sebanyak 1375 gram perlahan-lahan sambil menjalankan
pengaduk dengan kecepatan (140  5) rpm selama 30 detik.
5. Hentikan mesin pengaduk, naikkan kecepatan putaran menjadi (255  10) rpm
dan jalankan selama 30 detik.
6. Menghentikan mesin pengaduk, segera membersihkan pasta yang menempel
pada pinggir mangkok selama 15 detik, kemudian membiarkan mortar selama 30
detik.
7. Mengaduk lagi mortar dengan kecepatan pengaduk (285  10) rpm, selama 60
detik
8. Setelah selesai pengadukan, cetak mortar dengan cetakan kubus ukuran (5x5x5)
cm; mengisi cetakan dalam dua lapisan dan padatkan setiap lapisan dengan
menumbuk sebanyak 22 kali dalam 4 putaran. Keseluruhan waktu yang
digunakan untuk mencetak tidak boleh lebih dari 2 menit.
9. Meratakan permukaan mortar dengan sendok perata kemudian menyimpan diatas
“moist cabinet” selama 24 jam
10. Membuka cetakan dan merendam mortar dalam air bersih, kemudian menguji
kekuatan mortar pada mesin uji tekan, saat umur ; 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 21
hari.

49
h. Hasil Percobaan
Luas Kuat
No. Berat Berat Tanggal Dial Rata-
Permu Umur Beban Tekan
Benda Uji Isi reading Rata
kaan (hari) (N) Mortar
Uji (kg) (kg/cm³) (kN) (MPa)
(mm²) Pembuatan Pengujian (MPa)
1-A 0,257 0,00206 2500 16/09/2019 18/09/2019 3 11,4 11400 4,560
1-B 0,254 0,00203 2500 16/09/2019 18/09/2019 3 12,3 12300 4,920 4,627
1-C 0,262 0,00210 2500 16/09/2019 18/09/2019 3 11 11000 4,400
2-A 0,246 0,00197 2500 09/09/2019 15/09/2019 7 23,1 23100 9,240
2-B 0,264 0,00211 2500 09/09/2019 15/09/2019 7 24,5 24500 9,800 9,893
2-C 0,247 0,00198 2500 09/09/2019 15/09/2019 7 26,6 26600 10,640
3-A 0,218 0,00174 2500 08/09/2019 21/09/2019 14 37,5 37500 15,000
3-B 0,222 0,00178 2500 08/09/2019 21/09/2019 14 34 34000 13,600 14,027
3-C 0,218 0,00174 2500 08/09/2019 21/09/2019 14 33,7 33700 13,480
4-A 0,215 0,00172 2500 08/09/2019 28/09/2019 21 45,8 45800 18,320
4-B 0,233 0,00186 2500 08/09/2019 28/09/2019 21 43,2 43200 17,280 18,000
4-C 0,235 0,00188 2500 08/09/2019 28/09/2019 21 46 46000 18,400

Contoh Perhitungan : (nomor benda uji 1-A)

Berat 0,257
 Berat isi= = =0,00206 kg /cm³
Volume 5 ×5 ×5

Beban 11,4
 Kuat tekan= x 1000= x 1000=4,560 Mpa
Luas permukaan 2500

50
20000
18000 18,000
16000
Kuat Tekan Mortar (Mpa)

14000 14,027
12000
10000 9,893
8000
6000
4,627
4000
2000
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Umur Perawatan (hari)

i. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji kuat tekan mortar diatas dengan nilai fas 0,56 didapat kuat tekan
mortar yang berbeda-beda sesuai dengan umur dari mortar.
 Pada umur 3 hari didapat kuat tekan mortar rata-rata sebesar 4,627 MPa.
 Pada umur 7 hari didapat kuat tekan mortar rata-rata sebesar 9,893 MPa.
 Pada umur 14 hari didapat kuat tekan mortar rata-rata sebesar 14,027 MPa.
 Pada umur 21 hari didapat kuat tekan mortar rata-rata sebesar 18,000 MPa.

51
PERCOBAAN 15

PEMBUATAN CAMPURAN BETON NORMAL

a. Maksud
Percobaan ni dimaksudkan untuk mendapatkan proporsi campuran yang dapat
menghasilkan mutu beton normal sesuai dengan rencana. Pembuatan campuran
beton normal ini, dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi para perencana
dan pelaksana dalam merencanakan proporsi campuran beton normal.

b. Acuan
Britis Standart Departement Of Engineering
SK.SNI.T-15-1990-03

c. Teori
Metode pencampuran dari beton diperlukan untuk mendapatan kelecakan yang
baik sehingga beton dapat dnegan mudah dikerjakan. Kemudahan pengerjaan
atau workability pada pekerjaan beton didefinisikan sebagai kemudahan untuk
dikerjakan, dituangkan, dipadatkan serta dibentuk. Kemudahan pengerjaan ini
diindikasikan melalui slump test.
Metode pengadukan atau pencampuran beton akan menentukan sifat kekuatan
dari beton, walaupun rencana pencampuran baik dan syarat mutu bahan telah
dipenuhi, pengadukan yang tidak baik akan menyebabkan terjadinya bleeding
dan hal lain yang tidak dikehendaki.
d. Peralatan
a. Neraca
b. Sekop
c. Bak Pengangkut
d. Mixer Pengaduk
e. Benda Uji
Proporsi Campuran/Benda Uji

52
f. Prosedur Percobaan

Langkah-langkah pembuatan rencana beton normal dilakukan sebagai berikut:


1. Tentukan kuat tekan beton yang disyaratkan, fc pada umur tertentu.
2. Hitung standar deviasi menurut ketentuan ayat 3.3.1 butir 1.
3. Hitung nilai tambah (Margin) menurut ayat 3.3.1 butir 2.
4. Hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan f cr menurut ayat 3.3.1 butir
3.
5. Tetapkan jenis semen.
6. Tentukan jenis agrerat kasar dan agrerat halus. Agrerat ini dapat dalam bentuk
tak dipecahkan (pasir atau koral) atau dipecahkan.
7. Tentukan faktor air semen menurut ayat 3.3.2. Bila digunakan grafik 1 atau
grafik 2 ikuti langkah-langkah berikut:
i. Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan
tabel 2 sesuai dengan semen dan agrerat yang dipakai.
ii. Lihat grafik 1 untuk benda uuji berbentuk silinder atau grafik 2 untuk
benda uji berbentuk kubus.
iii. Tarik garis lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 samapai
memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir (ii) di
atas.
iv. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai
memotong kurva yang ditentukan pada sub butir (iii).
v. Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan.
8. Tentukan faktor air semen maksimum menurut ayat 3.3.2 butir 2 (dapat
ditetapkan sebelumnya atau tidak). Jika nilai faktor air semen yang diperoleh
dari (langkah 7) di atas lebih kecil dari yag dikehendaki, maka yang dipakai
adalah nilai terendah.
9. Tetapkan nilai slump
10. Tetapkan ukuran agrerat maksimum, jika tidak ditetapkan lihat ayat 3.4.2.

53
11. Tentukan nlai kadar air bebas menurut tabel 6 ayat 3.2.5.
12. Hitung jumlah semen yaitu kadar air bebas dibagi faktor air semen.
13. Jumlah semen maksimum jika ditetapkan, dapat diabaikan.
14. Tentukan jumlah semen semaksimum mungkin, jika tidak lihat ayat 3.2.2.
kadar semen yang diperoleh dari perhitungan jika perlu disesuaikan.
15. Tentukan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah
karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih
besar dari jumlah semen maksimum yang diisyaratkan), maka faktor air
semen harus diperhitungkan kembali.
16. Tentukan susunan besar butir agrerat halus (pasir), kalau sudah dikenal dan
dilakukan analisa ayakan menurut standar yang berlaku, maka kurva dari
pasir ini dapat dibandingkan dengan kurva-kurva yang tertera dalam grafik 3
s/d 6 dan grafik 7 s/d 9 untuk agrerat kasar.
17. Tentukan presentase pasir dengan menggunakan grafik 10 s/d 12. Dengan
diketahuinya ukuran butir agrerat maksimum pada (langkah 10) dan nilai
slump pada (langkah 9), faktor air semen pada (langkah 15) dan daerah
susunan butir pada (langkah 16), maka jumlah presentase pasir yang
diperlukan dapat dibaca pada grafik. Jumlah ini adalah jumlah seluruhnya
dari pasir atau fraksi agrerat yang lebh halus dari 5 mm. Dalam agrerat kasar
yang biasa dipakai di Indonesia sering kali dijumpai bagian yang lebih halus
dari 5 mm dalam jumlah yang lebih dari 5%. Dalam hal ini, jumlah agrerat
halus yang diperlukan harus dikurangi.
18. Hitung berat jenis relatif agrerat menurut ayat 3.2.6.
19. Tentukan berat jenis beton menutut grafik 13 sesuai dengan kadar air bebas
yang sudah ditentukan dari tabel 6 dan berat jenis relatif dari agrerat
gabungan pada (langkah 18).
20. Hitung kadar agrerat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas

54
21. Hitung kadar agrerat halus yang besarnya adalah hasil kali presentase pasir
pada (langkah 17) dengan agrerat gabungan pada (langkah 20).
22. Hitung kadar agrerat kasar yang besarnya adalah kadar agrerat gabungan
pada (langkah 20) dikurangi kadar agrerat halus sebesar 35% pada (langkah
21).
Dari langkah-langkah di atas dari (langkah 1) s/d (langkah 22) sudah
diketahui susunan campuran bahan-bahan untuk 1 m3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

55
23. Koreksi proporsi campuran menurut perhitungan pada ayat 3.3.8
24. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besar slump serta kekuatan tekan
yang sesungguhnya. Perhatikan hal berikut:
i. Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang diharapkan, maka
susunan campuran beton tersebut dikatakan baik. Jika tidak, maka
campuran perlu dibatalkan.
ii. Jika nilai slumpnya terlalu tinggi/rendah, maka kadar air perlu
dikurangi/ditambah (demikian juga kadar semennya) karena faktor air
semen harus dijaga agar tetap tak berubah.
iii. Jika kekuatan beton dari campuran uji ini terlalu tinggi atau terlalu
rendah, maka faktor air semen dapat atau harus ditambah atau
dikurangi sesuai denngan grafik 1 atau 2.

TABEL/GRAFIK/
NO URAIAN NILAI
PERHITUNGAN

1. Kuat tekan yang diisyaratkan Ditetapkan 25 MPa pada 28 hari


Bagian cacat 5 persen, k = 1,64
2. Deviasi standar Butir 4.3.2.1.1).(2 tabel 1) 5,6 Mpa
3. Nilai tambah (margin) Butir 4.2.3.1.2) (k = 1,64) 1,64 x 5,6 = 9,184 Mpa
4. Kekuatan rata-rata yang ditargetkan Butir 4.2.3.1.3) 25 +9,184 = 34,184 Mpa
5. Jenis semen Ditetapkan Semen tipe 1

56
6. Jenis agrerat : kasar Ditetapkan Batu pecah
Jenis agrerat : halus Ditetapkan Pasir alami
7. Faktor air semen bebas Tabel 2 Grafik 1 0,56 (ambil nilai yang terkecil)
8. Faktor air semen maksimum Butir 4.2.3.2.2) 0,6
9. Slump Ditetapkan butir 4.2.3.3 Slump 100 mm
10. Ukuran agrerat maksimum Ditetapkan butir 4.2.3.4 40 mm
11. Kadar air bebas Tabel 3 butir 4.2.3.4 191 liter
12. Jumlah semen 11 : 7 191 : 0,56 = 341,071 kg
13. Jumlah semen maksimum Ditetapkan 341,071 kg
Ditetapkan Butir 4.2.3.2 Tabel 4,
14. Jumlah semen minimum 275 kg
5, 6
15. Faktor air-semen yang disesuaikan - 0,56
Daerah gradasi susunan butir No.2
16. Susunan besar butir agrerat halus Grafik 3 s/d 6
65%

17. Persen agrerat halus Grafik 13 s/d 15 35%


Berat jenis relatif, agrerat (kering
18. Diketahui/dianggap 2,674diketahui
permukaan)
19. Berat isi beton Grafik 16 2400 kg/m³
2400 - (341,071 + 191) =
20. Kadar agrerat gabungan 19 - (12 + 11)
1867,929kg/m³
21. Kadar agrerat halus 17 x 20 35 % x 1867,929 = 653,775kg/m³
22. Kadar agrerat kasar 20– 21 1867,929–653,775 = 1214,154 kg/m³

Proporsi Campuran Semen (kg) Air (kg atau lt) Agrerat halus (kg) Agrerat kasar (kg)
-Tiap m3 341,071 191 653,775 1214,154
-Tiap Camp. Uji m3 42,566 23,837 81,591 151,526
Koreksi Proporsi Campuran
-Tiap m3 341,071 191 653,775 1214,154
-Tiap Camp. Uji m3 48,944 27,409 93,817 174,231

57
g. Cara Perhitungan
Langkah 1 Kuat tekan beton yang diisyaratkan pada umur 28 hari yaitu :
Fc’ = 25 MPa
Langkah 2 Penetapan nilai deviasi standart (S) = 5,6 MPa
Langkah 3 Perhitungan nilai tambah (M)
M = K x Sd
= 1,64 x 5,6
= 9,184 MPa
Langkah 4 Menetapkan kuat tekan rata-rata yang diisyaratkan
F’cr = Fc’ + M
= 25 + 9,184
= 34,184 MPa
Langkah 5 Menetapkan jenis semen, dipilih jenis semen tipe 1
Langkah 6 Menetapkan jenis agrerat, dipilih jenis agrerat batu pecah
Langkah 7 Menetapkan faktor air semen
Cara 1,dari gambar 4.1 diperoleh 0,56
Cara 2, dari tabel 4.2 diperoleh 0,6
Dari kedua cara diatas, yang diambil adalah 0,56 (Cara Pertama)
Langkah 8 Menetapkan faktor air semen maksimum. Dari ketiga cara di atas
(langkah 7), nilai FAS maksimum =0,60
→ dipakai faktor air semen minimum = 0,56
Langkah 9 Menetapkan nilai slump 100 mm
Langkah 10 Menetapkan ukuran besar butir agrerat maksimum (kerikil) = 40 mm
Langkah 11 Menetapkan kebutuhan air = 191 liter
Langkah 12 Menetapkan kebutuhan semen
= Air / faktor air semen (langkah 8 dan 11)
= 191 / 0,56
= 341,071 kg

58
Langkah 13 Menetapkan kebutuhan semen yang sesuai
Dari langkah 12 didapat = 341,071 kg
Langkah 14 Kebutuhan semen minimum
Cara 1, dari tabel 4.8 didapat 280 kg
Cara 2, dari tabel 4.9 didapat 290 kg
Cara 3, dari table 4.10 didapat 275 kg
Dari ketiga cara ditetapkan semen minimum = 275 kg
Langkah 15 Penyesuain jumlah air atau faktor air semen
Karena pada langkah 14 tidak mengubah jumlah kebutuhan semen
yang dihitung pada langkah 12, maka tidak perlu ada penyesuaian
jumlah air maupun semen.
Langkah 16 Daerah gradasi susunan butir No.2
Langkah 17 Perbandingan pasir dan kerikil (pasir terhadap campuran),
dengan faktor air semen 0,56, pasir alami, slump minimal 100 mm
dan agrerat maksimum 40 mm didapat 65% pasir.
Langkah 18 Menentukan berat jenis agrerat campuran pasir dan kerikil
Bj campuran= (prosentase pasir x BJ pasir SSD)+ (prosentase
agg.kasar x BJ agg SSD)
= (0.35 x 2,770 ) + (0,65 x 2,623)
= 2,674 t/m3
Langkah 19 Menentukan berat jenis beton
Dengan gambar grafik 16 (SNI) jika berat jenis campuran 2,674
kebutuhan air (langkah 11) 191 kg/m3 didapat berat jenis betonnya =
2400kg/m3
Langkah 20 Menentukan kebutuhan pasir dan kerikil
Berat pasir + kerikil = berat beton – (kebutuhan semen +
kebutuhan air)
= (langkah 19) – ((langkah 12)+
(langkah 11))

59
= 2400 – (341,071+ 191)
= 1867,929 kg/m3
Langkah 21 Menetapkan kebutuhan agregat halus
Kebutuhan pasir = agregat gabungan x
Persen agregrat
= 1867,929 x 35%
= 653,755 kg/m3
Langkah 22 Menetapkan kebutuhan agregat kasar
Kebutuhan pasir = (berat pasir + kerikil) -
kebutuhan pasir
= 1867,929 –653,755
= 1214,154 kg/m3

h. Kesimpulan

Untuk 1m3 beton dibutuhkan.


a. Semen = 341,071 kg
b. Air = 191 liter
c. Pasir = 653,775 kg
d. Kerikil = 1214,154 kg
Untuk 1 adukan (18 benda uji silinder dan 1 benda uji balok) dibutuhkan.
a. Semen = 0,1435 x 341,071kg = 48,944 kg
b. Air = 0,1435 x 191 liter = 27,409 liter
c. Pasir = 0,1435 x 653,775 kg = 93,817 kg
d. Kerikil = 0,1435 x 1214,154 kg = 174,231 kg

Keterangan benda uji :


 Benda uji silinder dengan d = 15 cm dan t = 30 cm
Volume benda uji silinder = π × r2 × t

60
= 3,14 × 7,52 × 30
= 5298,75 cm3
= 0,0053 m3
 Benda uji balok dengan P = 60 cm, L = 15 cm dan t = 15 cm
Volumen benda uji balok = P × L × t
= 60 × 15 × 15
= 13500 cm3= 0,0135 m3
 Volume total = (0,0053 x 21) + 0,0135 = 0,1248 m3
 Angka Keamanan= 0,1248 + (0,1248 × 15%)
= 0,1248 + 0,01872
= 0,1435 m3

61
PERCOBAAN 16
PEMERIKSAAN SLUMP BETON
a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memantau homogenitas dan workability adukan
beton segar, baik di lapangan maupun di laboratorium, dengan suatu kekentalan
tertentu yang dinyatakan dengan nilai slump.

b. Acuan
SNI 1972-2008 : Cara Uji Slump Beton
SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Beton Segar

c. Teori
Slump beton didefinisikan sebagai penurunan ketinggian pada pusat permukaan atas
beton yang diukur segera setelah cetakan uji slump diangkat, atau dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Nilai slump = tinggi cetakan – tinggi rata-rata benda uji.
Nilai slump yang baik harus berada diantara 50 sampai 150 mm, tergantung
penggunaan adukan beton tersebut pada konstruksi. Dalam kondisi di laboratorium,
dengan material beton yang terkendali secara ketat, nilai slump umumnya meningkat
sebanding dengan nilai kadar air campuran beton, dengan demikian berbanding
terbalik dengan kekuatan beton. Tetapi dalam pelaksanaan dilapangan banyak faktor
yang berpengaruh terhadap perubahan adukan beton pada pencapaian nilai slump
yang ditentukan, sehingga nilai slump yang diperoleh dilapangan tidak sesuai dengan
kekuatan beton yang diharapkan. Keruntuhan beton pada saat pengujian slump dapat
terjadi karena adukan beton kurang plastis (terlalu encer) atau kurang kohesif.

d. Peralatan
1. Cetakan berupa kerucut pancung dengan diameter cetakan bagian bawah 200
mm, bagian atas 100 mm dan tinggi 300 mm, dilengkapi injakan dan pegangan
pada masing-masing sisinya (lihat Gambar-1).

62
2. Tongkat pemadat dari baja dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung
dibulatkan dengan diameter 16 mm.
3. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh, rata dan kedap air.
4. Sendok cekung.

e. Benda Uji
Adukan beton segar.

f. Prosedur Percobaan
1. Membasahi cetakan dan plat dengan kain basah
2. Meletakkan cetakan diatas plat.
3. Mengisi cetakan sampai penuh dengan beton muda dalam 3 lapis, tiap lapis kira-
kira berisi 1/3 isi cetakan. Memadatkan setiap lapis dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 tusukan secara merata. Pada pemadatan, tongkat harus tepat sampai
lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama penusukan bagian
tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
4. Segera setelah pemadatan, meratakan permukaan benda uji dengan tongkat,
menunggu selama ½ menit, dan dalam jangka waktu ini semua benda uji yang
jatuh di sekitar cetakan harus disingkirkan.

63
5. Mengangkat cetakan perlahan-lahan tegak lurus keatas dalam waktu 5±2 detik
tanpa ada gerakan lateral atau torsional. Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian
mulai dariawal pengisian sampai cetakan diangkat tanpa gangguan, dalam waktu
tidak lebih dari 2,5 menit.
6. Setelah beton menunjukkan penuruan pada permukaan, ukur segera slump dengan
mengukur perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan dengan bagian atas
permukaan beton yang telah mengalami penuruan. Jika terjadi keruntuhan geser
beton pada satu sisi atau sebagian massa beton, abaikan pengujian tersebut dan
buat pengujian baru dengan porsi lain dari contoh benda uji.
7. Ulangi percobaan tersebut sebanyak dua kali untuk mendapatkan pengukuran
slump yang akurat. Catat nilai slump dalam satuan mm hingga ketelitian 5 mm.

g. Hasil Percobaan

Tinggi permukaan beton segar


Tinggi Cetakan Nilai slump
Benda uji saat cetakan diangkat
(mm) (mm)
(mm)
I 300 220 80

II 300 200 100

Tinggi slump, rata-rata 90

h. Kesimpulan
Nilai rata-rata slump yang diperoleh adalah 90 mm. Dengan mengacupada SNI 03-2458-
1991dan SNI 1972-2008, nilai slump yang baik berkisar 75 – 100. Sehingga dalam
pengerjaan beton ini, adonan beton diatas baik.

64
PERCOBAAN 17

PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON

a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi beton dan banyaknya
beton persak semen. Berat isi beton adalah berat beton persatuan isi.

b. Acuan
SNI 03-1973-1990 : Metode pengujian berat isi beton
SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Beton Segar

c. Teori
Berat isi beton segar, ditentukan dengan rumus berikut :
W
D=
V

dimana : W = berat benda uji, yakni selisih berat antara W2-W1 (kg)
W1 = berat takaran (kg)
W2 = berat takaran beserta beton segar (kg)
V = isi takaran (liter)

d. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16mm, panjang 60 cm, ujung dibulatkan dan
sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Alat perata.
4. Takaran dengan kapasitas dan penggunaan sebagai berikut:
a. Kapasitas 6 liter, ukuran maksimum agregat kasar 25 mm.
b. Kapasitas 10 liter, ukuran maksimum agregat kasar 37,5 mm
c. Kapasitas 14 liter, ukuran maksimum agregat kasar 50 mm.
d. Kapasitas 28 liter, ukuran maksimum agregat kasar 75 mm.

65
e. Benda Uji
Adukan beton segar sebanyak dengan kapasitas takaran (sesuai ukuran maksimum
agregat kasar).

f. Prosedur Percobaan
1. Timbang takaran (misal W1)
2. Mengisi takaran dengan adukan beton segar secara berlapis sebanyak 3 (tiga)
lapis.
3. Memadatkan tiap-tiap lapis dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada
pemadatan lapis pertama, tongkat tidak boleh mengenai dasar takaran. Sedangkan
pada lapisan kedua dan ketiga tongkat boleh sampai kira-kira 2,5 cm di bawah
lapisan sebelumnya.
4. Setelah selasai pemadatan, kemudian mengetuk sisi takaran perlahan-lahan
sampai tidak nampak gelembung-gelembung udara pada permukaan, serta rongga
bekas tusukan tertutup.
5. Ratakan permukaan benda uji dan tentukan beratnya.
6. Timbang berat beton segar beserta takarannya

g. Hasil percobaan

Pemeriksaan Parameter
Berat Cetakan + Benda Uji (kg) 10,1
Berat Cetakan (kg) 4
Berat Benda Uji Segar (kg) 6,1
Isi Cetakan (liter) 2,65
Berat Isi Beton (kg/liter) 2,302
Dimana : Isi Cetakan, V = ¼ × π × d2 × t
= ¼ × 3,14 × (15)2 × 15
= 2650,72 cm3
= 2,65 liter

W 6,1 kg g
Dimana : Berat Isi Beton, D= = =2,302 =2302
V 2,65 liter liter

66
h. Kesimpulan

Dari percobaan di atas didapat berat isi beton sebesar 2302g/liter. SNI 03-1973-1990
dan SNI 03-2458-1991mensyaratkan berat isi beton segar sebesar 2200-2500
gram/liter. Sehingga dalam percobaan ini, berat isi beton memenuhi persyaratan.

67
PERCOBAAN 18
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk
silinder yang dibuat dan dimatangkan (curing) di laboratorium. Kekuatan tekan
beton adalah beban per satuan luas yang menyebabkan beton hancur.

b. Acuan
SNI 03-1974-1990 : Metode pengujian kuat tekan beton
c. Teori
Kekuatan tekan beton dihitung dengna rumus sebagai berikut :
Kuat tekan = P/A (kg/cm2)
dimana : P = beban maksimum (kg)
A = luas penampang benda uji (cm2)
d. Peralatan
1. Cetakan silinder, diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
2. Tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 16 cm dengan ujung dibulatkan
yang sebaiknya dibuat dari baja yang tahan karat.
3. Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
5. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan kebutuhan.
6. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok perata dan talam
7. Satu set alat pemeriksa slump.
8. Satu set alat pemeriksa berat isi beton.

e. Benda Uji
Pembuatan benda uji
 Pengadukan
Memasukkan semen dan agregat halus kedalam bak pengaduk, kemudian
mengaduk dengan sekop sampai rata. Memasukkan agregat kasar dan

68
mengaduk sampai rata, meneruskan pengadukan sambil menambahkan air
sedikit demi sedikit. Setelah memasukkan air pencampur semua kedalam bak
pengaduk, meeruskan pengadukan sampai merata.
 Menentukan slump menurut cara pemeriksaan SNI 1972-2008. Apabila slump
yang didapat tidak sesuai dengan yang dikehendaki, mengulang pekerjaan
pengadukan dengan menambah dan mengurangi agregat sampai mendapatkan
slump yang dikehendaki. Kemudian menentukan berat isi menurut cara
pemeriksaan SNI 03-1973-1990.
 Mengisi cetakan dengan adukan beton dalam tiga lapis, memadatkan tiap tiap
lapisan 25 kali tusukan secara merata, tongkat pemadat tidak boleh mengenai
dasar cetakan. Pada saat melakukan pemadatan lapisan kedua dan ketiga,
tongkat boleh masik kira-kira 25,4 mm kedalam lapisan bawahnya. Setelah
selesai melakukan pemadatan, mengetuk sisi cetakan perlahan-lahan sampai
ronggga bekas tusukan tertutup. Meratakan permukaan beton dan
menutupsegera dengan bahan yang kedap dan tahan karat. Kemudian
membiarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan meletakkan pada tempat
yang bebas dari getaran.
 Setelah 24 jam, membuka cetakan dan mengeluarkan benda uji.
 Merendam benda uji dalam bak peredam berisi air yang telah memenuhi
persyaratan pematangan (curing) selama waktu yang ditentukan.

Persiapan pengujian
 Mengambil benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak
peredam, kemudian membersihkan dari kotoran yang menempel dari kain
lembab.
 Menentukan berat dan ukuran benda uji.
 Benda uji siap untuk diuji tekan.

f. Prosedur Percobaan

69
1. Meletakkan benda uji pada mesin tekan secara sentries.
2. Menjalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
2
antara 2 – 4 kg/cm per detik.
3. Melakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan mencatat
beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.

70
g. Hasil Percobaan

Kuat
Umur
Benda Berat Tinggi Luas Volume Berat Isi
Perawatan
Dial Beban Beban maks Kuat Tekan Tekan
Uji Rata-Rata

(kg) (mm) (mm²) (cm³) (kg/cm³) (hari) (kN) (N) (Mpa) (Mpa)
1 12,65 300 17662,5 529875 0,0000239 28 505 505000 28,592
2 12,80 300 17662,5 529875 0,0000242 28 520 520000 29,441
3 12,95 300 17662,5 529875 0,0000244 28 560 560000 31,706
4 12,90 300 17662,5 529875 0,0000243 28 555 555000 31,423
5 12,95 300 17662,5 529875 0,0000244 28 520 520000 29,441
6 12,80 300 17662,5 529875 0,0000242 28 535 535000 30,290
7 12,80 300 17662,5 529875 0,0000242 28 540 540000 30,573
8 12,70 300 17662,5 529875 0,0000240 28 495 495000 28,025 30,207
9 12,90 300 17662,5 529875 0,0000243 28 553 553000 31,309
10 12,60 300 17662,5 529875 0,0000238 28 550 550000 31,139
11 12,65 300 17662,5 529875 0,0000239 28 480 480000 27,176
12 12,70 300 17662,5 529875 0,0000240 28 555 555000 31,423
13 12,70 300 17662,5 529875 0,0000240 28 530 530000 30,007
14 12,75 300 17662,5 529875 0,0000241 28 540 540000 30,573
15 12,90 300 17662,5 529875 0,0000243 28 565 565000 31,989

71
Contoh Perhitungan :
Misal untuk beton umur 28 hari (benda uji no.1)
Luas rata-rata = ¼ x π xD 2 = ¼ x 3,14 x 1502=17662,5 mm2
2
Volume =¼ x π xD x t = ¼ x 3,14 x 1502x 30=529875 cm3

Berat isi = berat/volume = 12,65/529875= 0,0000239kg/cm³


Beban maksimum = pembacaan saat dial reading (saat beton hancur)
= 505 kN
= 505000 N

h. Kesimpulan

Kuat tekan rata-rata umur 28 hari sebesar 30,207 MPa lebih besar dari kuat
tekan yang direncanakan mix design yaitu 25 MPa.

72
PERCOBAAN 19

PENGUJIAN KUAT TARIK BETON

a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tarik belah beton
dengan benda uji silinder diameter 15 cm x 30 cm.

b. Acuan
SNI 2491-2002: Metode pengujian kuat tarik belah beton
c. Teori
Kuat tarik belah beton dapat dihitung dengan rumus berikut :
2P
ft=
πDL
dimana P = beban pengujian saat silinder hancur terbelah (kg)
D = diameter benda uji (cm)
L = panjang benda uji (cm)

Kekuatan tarik beton nilainya berkisar antara 10 sampai 20% dari kuat tekan
beton

d. Peralatan

1. Mesin uji tekan, dilengkapi pelat penekan dengan permukaan rata dengan
panjang melebihi ukuran benda ujidan lebar tidak kurang dari 50 mm
2. Alat bantu penandaan beban dan penempatan benda uji
3. Alat peñata beban
4. Bantalan baja dengan lebar 25 cm, panjang 30 cm sebanyak dua buah.

e. Benda Uji
Silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

f. Prosedur Percobaan
1. Ambil benda uji dari tempat perawatan, bungkus dengan kain basah dan
bersihkan.

73
2. Catat identitas benda uji ; berat, diameter, panjang, tanggal pengujian.
3. Silinder beton diberi tanda garis sepanjang diameter pada kedua ujungnya.
Garis ini harus tepat pada bidang yang sama.
4. Pasang lapisan perata beban, letakkan benda uji diantara kedua blok baja
pada mesin uji tekan.
5. Lakukan penekanan dengan menjalankan mesin uji tekan dengan
penambahan konstan sampai beban maksimum, catat hasil dan gambar pola
keremukannya.

g. Hasil Pengujian
Hasil pengujian tarik beton dilaporkan dalam form sampai dua desimal, seperti
tabel berikut :

Kuat Kuat
Tarik Tarik
Dial Belah Rata-
Tanggal Berat Diameter Panjang Luas Beban Beban Beton Rata
Pengujian (Kg) (mm) (mm) (mm²) (kN) Maks (N) (MPa) (MPa)
22/11/2019 12,90 150 300 17662,5 185 185000 2,618
22/11/2019 12,80 150 300 17662,5 175 175000 2,477 2,548
22/11/2019 12,90 150 300 17662,5 180 180000 2,548

Contoh perhitungan :
Benda uji terakhir
Luas rata-rata =1/ 4d2
=1/ 43.141502
2
= 17662,5mm
Beban maksimum = dial reading = 160 kN = 160.000 N

Kuat Tarik Beton, f  2P


t DL
2 x 180000
= 3.14 x150 x300
2
= 2,548 N/mm = 2,548 Mpa

74
h. Kesimpulan

Kekuatan tarik belah beton diperoleh sebesar 2,548 MPa sehingga kurang dari 10
% - 20 % dari kekuatan tekannya, yakni antara 3,020 MPa - 6,041 MPa
(diperoleh dari pemeriksaan kekuatan tekan beton).

75
PERCOBAAN 20

PENGUJIAN KUAT LENTUR BETON

a. Maksud
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kuat lentur dan modulus of
rupture (MOR) beton.

b. Acuan
SNI 03-4431-1991: Metode pengujian kuat lentur normal dengan dua titik
pembebanan.

c. Teori
Kekuatan lentur beton dengan pembebanan dua titik, dapat dihitung dengan
rumus berikut :
PL
σ ₁=
bd ²

dimana : P = beban pengujian saat balok mulai retak (kg)


L = panjang balok ( 60 cm)
b = lebar balok (15 cm)
d = tinggi balok (15 cm)
Sedangkan modulus of rupture (MOR) beton dihitung dengan rumus yang sama,
tetapi pada kondisi balok sudah runtuh, ditandai dengan beban P tidak dapat
bertambah lagi sedangkan deformasi terus bertambah,

Kekuatan lentur beton memiliki nilai antara 0,5 √ fc ' sampai 0,6 √ fc ' Mpa,

sedangkan nilai modulus of rupture (MOR) beton berkisar sebesar 0,62 √ fc ' Mpa.

d. Peralatan
1. Mesin uji tekan,
2. Cetakan balok uji, dimensi (15 x 15 x 60) cm
3. Timbangan, kapasitas 50 kg
4. Alat ukur panjang minimum 1 meter dan jangka sorong 50 cm

76
e. Benda Uji
Balok beton dengan dimensi (15 x 15 x 60) cm.

f. Prosedur Percobaan
Pembuatan Benda Uji
1. Isi cetakan balok dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapis berisi
sepertiga isi cetakan.
2. Padatkan adukan beton tiap lapis sampai rata dengan tongkat pemadat.
Usahakan tiap melakukan pemadatan jangan sampai menyentuh dasar
cetakan.
3. Ratakan permukaan cetakan yang telah diisi beton dengan mistar perata.
4. Biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan tempatkan cetakan jauh dari
getaran.
5. Setelah 24 jam buka cetakan benda uji, kemudian rendam benda uji tersebut
ke dalam bak yang berisi air sampai umur 28 hari.

Pengujian Lentur
1. Ambil benda uji dari dalam bak air, kemudian keringkan dengan
menggunakan lap.
2. Letakkan benda uji pada dua tumpuan, dimana jarak kedua tumpuan
maksimum 0.8 dari panjang balok (atau jarak antar titik beban sebesar 30 cm)
3. Letakkan beban ditengah-tengah bentang penyangga, kemudian mesin
dijalankan sampai balok patah, ditandai mula-mula dengan retak pertama kali
pada bagian sisi bawah di tengah balok uji.
4. Catatlah beban maksimum yang terjadi.

g. Hasil Percobaan

Hasil pengujian lentur balok beton dilaporkan dalam form sampai dua desimal,
seperti tabel berikut :

77
Beban Beban Kuat
Benda Lebar Tinggi Panjan MOR
Retak Hancur Lentur
Uji (cm) (cm) g (cm) (kg/cm²)
(kg) (kg) (kg/cm²)
I 15 15 60 5890 6105 108,533 104,711

Contoh perhitungan :

Kuat lentur beton sebesar :

PL 6105 ×60
σ 1= = =108,533 kg /cm ²
b d 2 15× 152

MOR beton sebesar :

PL 5890 ×60
σ 1= 2
= 2
=104,711 kg /cm²
bd 15× 15

h. Kesimpulan

Kekuatan lentur beton memiliki nilai antara 0,5√ f c ' = 2,500 MPa sampai 0,6√ f c '
=3,000 MPa, dalam perhitungan di dapat 108,533 kg/cm2 = 10,853MPa melebihi
ketentuan. Sedangkan nilai Modulus of Rupture (MOR) beton berkisar sebesar
0,62√ f c ' = 3,100 MPa, dalam perhitungan di dapat 104,711 kg/cm2 = 10,4711
MPa melebihi syarat (SNI 03-4431-1991). Kuat lentur beton dihitung ketika
beton sampai kondisi retak sedangkan MOR dihitung ketika beton diuji sampai
terbelah.

78
PERCOBAAN 21

PENGUJIAN MODULUS ELASTISITAS BETON

a. Maksud
Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai modulus elastisitas untuk
keperluan perencanaan struktur beton. Modulus elastisitas beton menjelaskan
riwayat pemberian tegangan dan regangan pada silinder beton sampai kondisi
hancur.

b. Acuan
SNI 03-4169-1996 : Metode pengujian modulus elastisitas dan rasio poison
dengan kompresor ekstensometer.

c. Teori
Modulus elastisitas beton dapat ditentukan dengan berbagai metode, antara lain ;
Metode sekan modulus; dimana nilai modulus elastis dihitung dari
perbandingantegangan dan regangan beton pada kekuatan beton mencapai 40%
dari kekuatan hancurnya.
Metode tangen modulus ; dimana nilai modulus ditentukan dengan
menghitungkemiringan kurva hubungan tegangan-regangan beton pada pengujian
kuat tekan beton, minimal sebesar 10% selisih kenaikan tegangan-regangan beton
Perhitungan modulus elastis beton dapat dilakukan dengan memakai rumus
berikut ;
 2
E  (dalam satuan kg/cm )
P 2
dimana  = tegangan beton yang terjadi (kg/cm )
A
P = beban yang terjadi saat beton mencapai kekuatan 50% nya (kg)
A = luasan penampang silinder
L
 = regangan beton (mm/mm)
Lo
ΔL = deformasi perpendekan beton saat beban 50% nya (mm)
L = tinggi beton mula-mula yang diukur = 200 mm

79
d. Peralatan
1. Mesin uji tekan, kapasitas 200 ton dengan ketelitian sampai 10 kg
2. Cetakan silinder dia 15x 30 cm
3. Timbangan dan alat pengukur panjang
4. Satu set extensometer ; dilengkapi dial gauge sampai ketelitian 0,1 µm

e. Benda Uji
Silinder beton 15x30 cm sebanyak 3 buah

f. Prosedur Percobaan
1. Timbang berat dan ukur panjang serta diameter benda uji
2. Pasang alat extensometer pada benda uji yang berbentuk silinder,
pemasangan dilakukan pada jarak masing-masing 50 mm dari sisi atas dan
bawah silinder beton, ukur panjang jarak antara jarum extensometer. (disebut
sebagai panjang mula-mula, Lo)51
3. Pasang dan atur dial gauge pada alat extensometer sehingga menunjukkan
angka nol.
4. Benda uji dipasang pada mesin uji tekan secara simetris. Jalankan mesin uji
tekan dengan kecepatan beban yang konstan sampai mencapai 60% beban
maksimum (saat benda uji hancur), diperoleh saat pengujian kuat tekan beton.
5. Dilakukan pembacaan dial gauge pada alat extensiometer setiap penambahan
beban dengan interval 25 kN
6. Ulangi percobaan diatas untuk dua benda uji lainnya.

g. Hasil Percobaan

Diameter benda uji (D) = 150 mm

Panjang benda uji mula-mula (L) = 300 mm

Luas benda uji (A) = 176,625 cm2

80
Benda Uji I

Beban, Deformasi, Regangan,


Dial gauge Tegangan, σ
P ΔL ε
( KN ) (x 0,01 mm) ( mm ) ( N/mm2 ) ( mm/mm )
0 0 0 0 0
25 1 0.01 1.415 0.000033
50 2 0.02 2.831 0.000067
75 2.5 0.025 4.246 0.000083
100 3.5 0.035 5.662 0.000117
125 4 0.040 7.077 0.000133
150 5 0.050 8.493 0.000167
175 6 0.060 9.908 0.000200
200 7.5 0.075 11.323 0.000250
225 8 0.080 12.739 0.000267
250 10 0.100 14.154 0.000333
275 12 0.120 15.570 0.000400
300 15 0.150 16.985 0.000500

Benda Uji II

Beban, Deformasi, Regangan,


Dial gauge Tegangan, σ
P ΔL ε
( KN ) (x 0,01 mm) ( mm ) ( N/mm2 ) ( mm/mm )
0 0 0 0 0
25 1 0.01 1.415 0.000033
50 2 0.02 2.831 0.000067
75 3 0.03 4.246 0.000100
100 3.5 0.035 5.662 0.000117
125 4 0.040 7.077 0.000133
150 5 0.050 8.493 0.000167
175 6 0.060 9.908 0.000200
200 7 0.070 11.323 0.000233
225 7.5 0.075 12.739 0.000250
250 10 0.100 14.154 0.000333
275 13 0.130 15.570 0.000433
300 17 0.170 16.985 0.000567
Benda Uji III

81
Beban, Deformasi, Regangan,
Dial gauge Tegangan, σ
P ΔL ε
( KN ) (x 0,01 mm) ( mm ) ( N/mm2 ) ( mm/mm )
0 0 0 0 0
25 1 0.01 1.415 0.000033
50 2 0.02 2.831 0.000067
75 2.5 0.025 4.246 0.000083
100 3 0.030 5.662 0.000100
125 4 0.040 7.077 0.000133
150 5 0.050 8.493 0.000167
175 6 0.060 9.908 0.000200
200 7 0.070 11.323 0.000233
225 10 0.100 12.739 0.000333
250 14 0.140 14.154 0.000467
275 17.5 0.175 15.570 0.000583
300 21 0.210 16.985 0.000700

Gambarkan kurva hubungan tegangan dan regangan beton, seperti berikut :

Grafik tegangan-regangan benda uji 1

σ 40% = 6,794
ε 40% = 0,0002
Modulus elastisitas beton dihitung sebagai berikut :

Ec = σ 40% / ε40%
6,794
Ec1 =
0,0002
= 33970 N/mm2

Grafik tegangan-regangan benda uji 2

σ 40% = 6,794
ε 40% = 0,00023

82
Modulus elastisitas beton dihitung sebagai berikut :

Ec = σ 40% / ε40%
6,794
Ec1 =
0,00023
= 29539,130 N/mm2

Grafik tegangan-regangan benda uji 3

σ 40% = 6,794
ε 40% = 0,00028
Modulus elastisitas beton dihitung sebagai berikut :

Ec = σ 40% / ε40%
6.794
Ec1 =
0,00028
= 24264,286 N/mm2

Nilai modulus elastisitas beton menurut SNI untuk pemakaian perhitungan struktur sebesar
Ec=4700 √ f c MPa
'

Ec=4700 ❑√ 25 MPa = 23 500 MPa

Nilai regangan ultimit pada saat hancurnya beton sebesar εc = 0.000700

Rata-rata nilai modulus elastisitas tiga benda uji :



∑ Ec
E1+E2+E3
Ec = ❑
=
n n
Ec= Ecn= 33970+ 29539,130 + 24264,286 = 29257,805 N/mm²
Rata-rata nilai regangan ultimit pada saat hancurnya beton :

∑ ε
ε1+ε2+ε3
ε = ❑
=
n n



Ec
0,0002+0,00023+ 0,00028
Ec = = = 0.000 523 N/mm²
n 3

83
h. Kesimpulan

Modulus Elastisitas beton adalah Ec = 4700 √ fc' MPa = 23500 MPa . Sedangkan
regangan saat beton hancur = 0.000700.
Dari percobaan di atas didapatkan nilai Modulus Elastisitas rata-rata sebesar
29257,805 N/mm² atau lebih dari yang disyaratkan. Dan didapatkan nilai
regangan saat hancurnya beton sebesar 0.000523 N/mm² atau kurang dari yang
disyaratkan.

84
85

You might also like