You are on page 1of 21

MAKALAH

KEARIFAN LOKAL TRADISI SEBA


DALAM PERSPEKTIF PANCASILA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : Redi Yamanto, S.Pd., M.Pd


Disusun Oleh : Kelompok 3 Kelas 1A-KGE

Bella Nurdiana (201111005)


Erni Putri Utami (201111010)
Hikia Hanifam Muslima (201111016)
Muhammad Alif Fathurohman (201111021)
Rio Febrian (201111030)

Jurusan Teknik Sipil


Prodi D3-Teknik Konstruksi Gedung

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Illahi Robbi karena berkat
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kearifan Lokal
Tradisi Seba Dalam Perspektif Pancasila” tepat pada waktunya. Makalah ini kami
susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Kami menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi
sempurnanya makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini memenuhi kriteria yang telah ditentukan
dan dapat kami pertanggungjawabkan. Kami juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi yang telah membacanya.

Majalengka, 10 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER………………………...………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................2
1.2 Fokus Permasalahan .................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………………………..3
1.4 Tujuan Penulisan ..……………………………………………………………...…..3
1.5 Manfaat…………………………………………………………………………...…3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................4
2.1.1 Pengertian .............................................................................................................4
2.1.2 Tradisi Seba..........................................................................................................4
2.1.3 Nilai-Nilai yang Terkandung ................................................................................7
2.1.4 Korelasi Nilai Tradisi Seba dengan Nilai Pancasila ....................................... 10
2.1.5 Keberadaan Tradisi Seba di Masa Modern ......................................................... 12
2.1.6 Alasan Kearifan Lokal Tradisi Seba Harus Tetap Ada…….……………………13
2.1.7 Upaya Menjaga Kelestarian Tradisi Seba .......................................................... 13
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 125
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 15
3.2 Saran ..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17
LAMPIRAN……………………………………………………………………………..18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas budaya masing-masing yang


patut untuk dikembangkan dan dijaga keberadaannya sebagai identitas bangsa agar
tetap dikenal oleh generasi muda. Koentjaraningrat (M. Munandar Soelaeman
(2007:62) mengatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia berfungsi sebagai
pemberi identitas kepada sebagian warga dari suatu nasion, merupakan
kontinyuitas sejarah dari zaman kejayaan bangsa Indonesia di masa yang lampau
sampai kebudayaan nasional masa kini. Pada sisi yang lain, karakteristik
kebudayaan tersebut mengandung nilai-nilai luhur memiliki sumber daya kearifan
tersendiri

Secara etimologis, kearifan (wisdom) berarti kemampuan seseorang dalam


menggunakan akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau
situasi. Sedangkan lokal, menunjukkan ruang interaksi di mana peristiwa atau
situasi tersebut terjadi. Dengan demikian, kearifan lokal secara substansial
merupakan nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini
kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari.
Dengan kata lain kearifan lokal adalah kemampuan menyikapi dan
memberdayakan potensi nilai-nilai luhur budaya setempat.

Pada umumnya etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal
diajarkan turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan
(antara lain dalam bentuk pepatah dan peribahasa, folklore), dan manuskrip.
Namun di sisi lain, nilai kearifan lokal sering kali dinegasikan atau diabaikan,
karena dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zamannya.

Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung makna bahwa nilai-nilai


Pancasila itu sebagai cita-cita bangsa Indonesia dan alat pemersatu bagi bangsa ini.
Maka penguatan nilai-nilai Pancasila berbasis kearifan lokal dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk kegiatan yang mencerminkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,

1
persatuan, kerakyatan dan keadilan yang dalam pelaksanaan tetap menjaga
harmonisasi kearifan lokal yang berlaku di daerahnya masing-masing.

Dibalik banyaknya kebudayaan-kebudayaan di Indonesia yang telah pudar


dan menghilang, terdapat beberapa golongan masyarakat yang tetap berusaha untuk
mempertahankan budaya aslinya dengan menutup diri dan mengisolasi diri dari
pengaruh dunia luar, seperti suku Baduy dengan ritual adatnya yaitu tradisi Seba.

Tradisi Seba merupakan sebuah kegiatan terbesar bagi masyarakat Baduy


yang dilaksanakan sebagai ritual tahunan. Kata Seba sendiri dapat diartikan sebagai
penyerahan atau menyerahkan secara sukarela. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai
sebagai bentuk rasa syukur untuk menjalin silahturahmi kepada Pemerintah
Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten.

1.2 Fokus Permasalahan

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 memberikan pengertian tentang kearifan


lokal, yaitu nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk
antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

Dalam makalah ini, kami akan mengkaji kearifan lokal pada nilai dan norma
yang terkandung pada tradisi seba suku baduy serta kaitannya dengan nilai-nilai
yang ada didalam Pancasila.

Alasan rasional dan esensial penulis memilih tradisi seba pada Suku Baduy
untuk dijadikan bahan kajian diantaranya sebagai berikut :

1. Suku Baduy dikenal sebagai suku pedalaman yang paling kuat memegang
adat istiadat senantiasa menjadi prinsip-prinsip adat sejak dulu hingga kini

dan dimasa yang akan datang.


2. Keunikan tradisi yang dimiliki suku Baduy, diantaranya yaitu upacara seba
yang tidak hanya dilaksanakan oleh suku Baduy saja tetapi juga melibatkan

pemerintah dan masyarakat setempat.


3. Nilai-nilai yang ada pada tradisi seba secara tidak langsung sudah
mencerminkan dan menerapkan nilai praksis Pancasila sebagai ideologi

2
Negara.

4. Adanya pernyataan dari Pemuka Adat Baduy yang juga menjadi Kepala
Desa Kanekes bahwa suku Baduy sangat mencintai Pancasila dan UUD
1945. Alasannya karena Pancasila dan UUD 1945 menjadikan kehidupan

suku Baduy terjalin rukun, damai, tentram dan aman.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada fokus penelitian diatas, maka makalah ini dirumuskan


sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal ?
2. Bagaimana kearifan lokal yang ada pada suku Baduy ?
3. Bagaimana pelaksanaan tradisi Seba?
4. Apa saja nilai-nilai yang terkandung pada tradisi Seba?
5. Bagaimana korelasi nilai yang ada pada tradisi seba dengan bulir Pancasila?
6. Bagaiamana upaya yang bisa dilakukan untuk melestarikan tradisi Seba?
1.4 Tujuan Masalah
1. Mengetahui konsep kearifan lokal
2. Mengetahui kearifan lokal suku baduy terutama tradisi Sseba
3. Mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaan tradisi Seba
4. Memahami dan mengetahui nilai tradisi Seba dan kaitannya dengan
nilai Pancasila
5. Memahami dan mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam pelestarian
tradisi Seba
1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil adalah:

1. Menambah pengetahuan dan kajian ilmu geografi khususnya geografi

budaya dan geografi sosial serta memahami korelasi antara nilai yang ada pada
tradisi Seba dengan nilai Pancasila

2. Dapat dijadikan sebagai referensi serta pengetahuan umum yang berguna


pada penelitian berikutnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

2.1.1. Kearifan Lokal


Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari
periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya
dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama (Tiezzi et al). Pengertian ini
melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai acuan tingkah-laku seseorang, tetapi
lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat yang penuh
keadaban.
Secara substansial, kearifan lokal adalah nilai-nilai yang berlaku dalam
suatu masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam
bertingkah-laku sehari-hari masyarakat setempat. Oleh karena itu, sangat beralasan
jika dikatakan bahwa kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan
harkat dan martabat manusia dalam komunitasnya. Hal itu berarti kearifan lokal
yang di dalamnya berisi unsur kecerdasan kreativitas dan pengetahuan lokal dari
para elit dan masyarakatnya adalah yang menentukan dalam pembangunan
peradaban masyarakatnya.

2.1.2 Suku Baduy


Urang Kanekes, Orang Kanekes atau Orang Baduy merupakan kelompok
etnis masyarakat adat suku Banten di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi
mereka sekitar 26.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang
mengisolasi diri mereka dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan
tabu untuk didokumentasikan, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam.

Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar


kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda
yang sepertinya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang
merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain
adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara

4
dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang
Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan
yang mengacu kepada nama kampung mereka.

Suku Baduy terbagi dalam dua golongan yang disebut dengan Baduy dalam
dan Baduy luar. Perbedaan yang paling mendasar dari kedua suku ini adalah dalam
menjalankan pikukuh atau aturan adat saat pelaksanaannya. Jika Baduy dalam
masih memegang teguh adat dan menjalankan aturan adat dengan baik, sebaliknya
tidak dengan saudaranya Baduy luar.

Nilai-nilai luhur yang terdapat dalam adat Suku Baduy yaitu memelihara
dan menjaga alam dengan tidak mengubah, apalagi merusaknya. Mereka tidak
pernah memberontak dengan kesederhanaan hidupnya, dan selalu membudayakan
hidup bergotong royong, tolong menolong dan juga melakukan musyawarah dalam
kesehariannya. Waktu mereka habiskan untuk bekerja keras memenuhi kebutuhan
hidup dengan berbagai cara sesuai kemampuan. Mereka tidak pernah mengganggu
orang lain, apalagi sampai merugikan orang lain. Ini semua didukung oleh
keyakinan kebenaran mereka terhadap hukum adat yang benar-benar telah teruji
sejak ratusan tahun yang lalu sampai sekarang, bahwa mereka begitu ikhlas
menerima keberadaan dan tugas kesukuannya dengan segala konsekuensinya.

2.2 Tradi Seba

2.2.1 Pengertian

Tradisi Seba adalah salah satu kegiatan atau tradisi yang di lakukan
masyarakat baduy dalam mensyukuri hasil panen dalam satu tahun. Perayaan adat
Seba, menurut warga Baduy, merupakan peninggalan leluhur tetua (Kokolot) yang
harus dilaksanakan.

Acara ini digelar setelah musim panen ladang huma, bahkan tradisi sudah
berlangsung ratusan tahun sejak jaman Kesultanan Banten di Kabupaten Serang.
Namun, dalam upacara Seba kali ini, di lakukan di 2 (dua) tempat yaitu di pendopo
Kabupaten Lebak dan Pendopo Provinsi.

5
2.2 2 Tujuan Tradisi Upacara Seba

Tradisi upacara Seba Baduy dilaksanakan oleh seluruh masyarakat suku


Baduy, baik yang bertempat tinggal di Baduy dalam maupun Baduy luar. Maksud
dan tujuan dari tradisi ini sebagai bentuk penghormatan kepada pemerintah
setempat karena telah di izinkan untuk menempati wilayah yang bukan milik
masyarakat Baduy, selain itu acara Seba dilakukan untuk melaksanakan apa yang
telah diperintahkan oleh leluhur mereka sebagai rasa syukur kepada tuhan yang
maha kuasa serta bertujuan untuk mengevaluasi berkaitan keadaan atau kelestarian
alam, moralitas manusia, hukum yang berlaku, dan sejumlah aspek kehidupan
lainnya.

Salah seorang tokoh muda yang lainnya dari masyarakat tangtu menyatakan
bahwa “Satu kami merasa berkewajiban, kedua silaturahmi. Seba ini
menyampaikan pesan-pesan adat, silaturahmi adat kepada pemerintah dalam
menjaga alam dan keseimbangan alam, keserasian alam, juga apa-apa tugas yang
harus diemban, antara pemerintah dengan warga Baduy saling tukar pikiran, apa
yang perlu diupayakan di jaga, dilestarikan, supaya alam ini tetap dipertahankan
oleh kita semua”.

2.2.3 Alur Tradisi


Ada beberapa persiapan pelaksanaanu tradisi Seba yang harus dilakukan
terlebih dahulu, baik yang dilakukan oleh warga Baduy sendiri, maupun oleh pihak
pemerintah. Kedua belah pihak mempersiapkan dengan matang agar dalam
pelaksanaannya tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Walaupun Seba selalu
dilaksanakan secara rutin, akan tetapi persiapannya harus lebih matang.

1. Sebelum upacara Seba dilaksanakan masyarakat Baduy


menyelenggarakan upacara kawalu dan ngalaksa. Pada bulan Kasa
(kawalu tembey/awal), Karo (kawalu tengah), dan Katiga (kawalu
tutug/akhir) merupakan bulan Kawalu. Arti kata Kawalu adalah rasa
syukur atas keberhasilan dalam pertanian yang diwujudkan dengan cara
berpuasa (Sarpin, wawancara 31 Oktober 2012).

6
2. Bulan Kasa adalah bulan Kawalu Tembey artinya memulai kawalu,
yaitu berpuasa. Puasa ini memiliki makna untuk membersihkan diri dari
hawa nafsu yang buruk. Keesokan harinya mereka berganti pakaian
dengan pakaian baru dan bersih dan berduyun-duyun berangkat ke
daerah tangtu nya masing-masing.
3. Prosen ngalaksa hanya dilakukan pada bulan Kawalu Tembey oleh
orang tangtu saja, ada pula proses ngalaksa yang lebih besar dilakukan
pada kawalu tutug yang diikuti oleh orang tangtu dan orang panamping.
4. Bulan Sapar atau awal tahun menurut penanggalan Baduy, merupakan
bulan dimana ritual Seba harus dilaksanakan.
5. Barang yang dibawa dalam ritual Seba, adalah:
a) Laksa berjumlah tujuh yang dibungkus dengan pelepah upih
berasal dari perkampungan jaro tujuh, tiap-tiap bungkus
beratnya 1 kg.
b) Beras ketan dari ketiga tangtu (Cibeo, Cikeusik, dan
Cikartawana) beratnya kurang lebih 10kg.
c) Hasil bumi lainnya seperti pisang, talas, gula aren, dll.
d) Seperangkat alat dapur seperti boboko, hihid, aseupan, dll.
6. Warga Baduy mengawali Seba kepada Bupati Lebak, di pendopo
Pemerintah Kabupaten Lebak. Warga panampingberangkat ke pendopo
Kabupaten Lebak dengan menggunakan kendaraan, sedangkan warga
tangtu sesuai dengan adatnya yang dipegang teguh melaksanakan Seba
dengan berjalan kaki.
7. Rute perjalanan Seba sudah ditentukan, peserta mengunjungi kantor
Bupati Lebak, dan puncaknya berakhir di kantor Gubernur Banten.
8. Yang diperbolehkan untuk menjadi peserta Upacara Seba ini hanya
kaum laki-laki, baik orang dewasa, pemuda maupun anak-anak.
9. Setelah kegiatan selesai dilanjutkan dengan berdo’a bersama.

2.3 Nilai-Nilai yang Terkandung


2.3.1 Tradisi Seba

Nilai-nilai karakter luhur dalam kearifan lokal Baduy yang berkaitan


dengan pelaksanaan tradisi seba yaitu sebagai berikut :

7
1. Tolong menolong dan kerjasama

Nilai tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ciri khas masyarakat
Baduy. Hampir di setiap kegiatan kemasyarakatan atau kebutuhan individu selalu
dikerjakan dengan semangat gotong royong dan saling membantu.

Seperti halnya pada tradisi Seba ini dilaksanakan dengan bersatu padu
antara pimpinan adat dengan anggota masyarakat, laki-laki dan perempuan semua
berpartisipasi secara bersama-sama baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Keikhlasan dan Ketaatan

Pelaksanaan tradisi seba merupakan salah satu wujud dari keikhlasan dan
ketaatan masyarakat Baduy dalam menerapkan hukum adat. Mereka beranggapan
bahwa hukum adat bagi mereka bukanlah suatu teori atau pendapat untuk
diperdebatkan. Namun sudah menjadi hukum atau aturan hidup yang harus ditaati
dan jika hukum itu dilanggar mereka percaya akan mendapatkan kutukan dari Sang
Pencipta dan guriang leluhur, dan akibatnya mereka akan hidup dalam kenestapaan.

3. Demokratis dan Menjunjung Persatuan

Kepatuhan masyarakat suku Baduy dalam melaksanakan amanat leluhurnya


(ngamumule pikukuh karuhun) sangat kuat, ketat, serta tegas, tetapi tidak bersifat
memaksakan kehendak.

Hal ini dibuktikan dengan adanya dua komunitas suku Baduy yaitu suku
Baduy dalam dan suku Baduy luar yang memiliki hukum adat dan syarat ataupun
ciri yang berbeda, namun mampu mengikat menjadi satu kesatuan Baduy yang
utuh. Salah satunya terjalin pada kegiatan Tradisi Seba.

Dalam tradisi ini, seolah tidak ada batasan antar dua komunitas. Kubu luar
dan dalam yang terpisahkan dalam aturan adat yang berbeda seolah luntur pada
kegiatan ini. Hanya perbedaan pakaian yang terlihat. Mereka bersatu padu, berjalan
bersama dari desa masing-masing untuk menuju satu titik yang sama .

8
4. Bekerja Keras

Masyarakat Baduy dikenal sebagai masyarakat pekerja keras. Mereka


melakukan aktivitas yang padat, baik di luar maupun di dalam rumah. Di pagi hari
sampai sore hari mereka mayoritas pergi ke ladang untuk bercocok tanam
(ngahuma.)

Terlaksananya tradisi seba ini menjadi bukti dari hasil kerja keras suku
baduy dalam bercocok tanam dan berladang. Ketika masyarakat baduy
mendapatkan hasil panen yang berlimpah mereka akan membawa oleh-oleh hasil
pertanian seperti pisang, singkong, gula aren, petai, madu, dan beras sebagai
wujud silih asah ,silih asih, silih asuh untuk menghadap Bupati Lebak.

2.3.2 Sila Pancasila

Sila-sila dalam dasar negara Pancasila yang merupakan pedoman ampuh


yang tak lekang oleh waktu dan zaman. Kelima sila dalam Pancasila mencerminkan
konstruksi sosial tentang apa yang telah dihidupi oleh masyarakat Indonesia sejak
lama. Dengan demikian, Pancasila dapat diasumsikan sebagai benang merah dari
kearifan lokal Indonesia yang beragam yang menjadi pemersatu bagi dari ribuan
kebudayaan di Indoensia.

Nilai asli Indonesia terbukti mampu mengakomodir semua kepentingan


kelompok menjadi perpaduan yang serasi dan harmonis. Nilai-nilai kearifan lokal
yang dapat membawa Indonesia ke puncak kejayaan, di antaranya semangat gotong
royong, tolong-menolong, kemajemukan, dan budi pekerti.

Semangat gotong royong merupakan kearifan lokal bangsa Indonesia yang


ada sejak nenek moyang kita. Semangat tolong-menolong dimunculkan ketika salah
satu warga yang memiliki hajat. Seluruh warga tanpa dikomandoi akan
menyumbangkan tenaga dan material guna menyelesaikan hajat orang tersebut.

Demikian pula sila-sila dalam dasar negara Pancasila yang merupakan


pedoman ampuh yang tak lekang oleh waktu dan zaman. Jika kita semua meyakini
bahwa Pancasila merupakan nilai luhur bangsa yang mampu mengantar kita menuju
kemajuan bangsa dan nasional, maka secara konsisten kita harus mengamalkan
seluruh sila Pancasila.

9
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan pedoman dalam cara
kita beragama. Semua orang boleh tinggal di Indonesia dan mendapat perlindungan
hukum sepanjang ia memeluk agama.

Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, merupakan pedoman


dalam berinteraksi dengan sesama manusia, baik di dalam negeri maupun di seluruh
dunia. Semua warga melekat hak dan kewajiban pada dirinya sehingga harus
memperlakukan secara adil dan beradab pada orang lain.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia, merupakan pedoman cara kita bernegara.


Kekuatan kita dalam bernegara adalah persatuan bangsa, yakni semua orang yang
tinggal di Indonesia harus berpikir untuk kepentingan negara bukan
mengedepankan kepentingan individu dan kelompok serta selalu menjaga keutuhan
dan menghargai perbedaan yang ada.

Sedangkan sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, merupakan pedoman dalam
berdemokrasi serta menyelesaikan konflik dan perselisihan. Walaupun dialog dan
bermusyawarah memerlukan waktu yang panjang dan melelahkan, namun
penyelesaian masalah melalui cara ini harus kita yakini sebagai jalan terbaik

2.4 Korelasi Nilai Pada Tradisi Seba dengan bulir Pancasila

Dalam kehidupan bermasyarakat pada suku Baduy sangat menghormati dan


menghargai antar sesama, selai itu suku baduy juga menerapkan nilai Pancasila
untuk tercapaiya persatuan dan persaudaraan dalam kerangka NKRI. Hal tersebut
dapat kita cermati dengan korelasi antara sila Pancasila dengan nilai yang ada pada
tradisi Seba, yaitu sebagai berikut :

1. Sila Ketuhan Yang Maha esa

a) Meyakini bahwa rezeki yang didapatkan merupakan karuni dari Tuhan Yang
Maha Esa

b) Tradisi ini merupakan wujud syukur masyarakat suku baduy atas karunia
atau rezeki dari Tuhan yang Maha Esa dan tidak lupa untuk memberikannya
kepada orang lain agar bisa saling merasakan kebahagiaan

10
c) Salah satu kegiatan yang bertujuan untuk menjalin hubungan yang baik

tanpa membedakan status sosial dan agama seseorang


d) Menghargai dan menghormati kebaikan seseorang, hal ini ditujukan sebagai
ungkapan terimakasih kepada pemerintah setempat karena mengizinkan

suku baduy menempati tempat yang bukan menjadi kawasannya

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

a) Dalam pelaksanaannya hubungan antara suku Baduy dalam dan suku

Baduy luar terjalin baik tanpa melihat perbedaan aturan dan adat istiadat
masing-masing
b) Ketika ketua suku menghadap bupati dan gubernur mereka meminta
pemerintah agar bisa melindungi alam dan kelestarian hutan serta
menegakkan hukum demi ketenteraman dan keselamatan masyarakat.

Hal ini menunjukan saling mengingatkan akan kepentingan alam dan


hubungan manusia harus terjaga baik (beradab).
c) Adanya kegiatan saling berbagi terhadap sesama dan pelaksanaan

tradisi yang tidak bertentangan dengan aturan dan hukum yang berlaku
menjadi bukti bahwa suku Baduy memang memiliki adab dan prilaku
yang baik.

3. Persatuan Indonesia

a) Suku Baduy yang mencintai Pancasila dan UUD 1945 dan tradisi Seba ini
merupakan salah satu wujud dari ketaatan leluhur dan pelaksanaanya

tidak bertentangan dengan Pancasila.


b) Terjalin hubungan yang baik antara suku Baduy dalam dan Baduy luar ,
ditandai dengan pelaksanaan tradisi ini dilakukan secara bersama-sama

tanpa memperdulikan perbedaan antara dua komunitas tersebut


c) Menjalin hubungan yang baik antara pemimpin suku Baduy dengan
pemerintah setempat
d) Suku Baduy tidak sepenuhnya menutup diri dengan lingkungan modern

11
saat ini, ditandai dengan adanya interaksi yang baik antara masyarakat

biasa dengan suku Baduy saat pelaksanaan tradisi seba.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan Perwakilan

a) Sebelum Pelaksanaan tradisi seba, suku Baduy melaksanakan


musyawarah antara ketua dan masyarakat setempat untuk

merencanakannya.
b) Terlaksananya tradisi Seba dari sebuah kesepakatan (mufakat)
c) Terjalinnya hubungan yang baik antara ketua suku Baduy dengan
pemerintah setempat
d) Persiapan dari tradisi Seba ini dilakukan dengan prinsip gotong royong
dan bersatu padu untuk menjalankan tugasnmya masing-masing

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


a) Adanya sikap saling menghargai hak dan kewajiban antar sesama,
ditujukan dengan tidak adanya perselisihan antara 2 komunitas suku

baduy dan pemerintah setempat.


b) Suku Baduy memiliki karakter pekerja keras, ditandai dengan hasil
panennya yang selalu melimpah setiap tahun sehingga dapat
melaksanakan tradisi seba ini dengan baik
c) Suku baduy memiliki sifat yang tidak berlebihan atau sederhana. Tradisi
Seba ini menunjukan bahwa meskipun suku Baduy mendapatkan hasil

panen yang berlimpah, hal itu tidak menjadikan kepentingan untuk


pribadi saja tetapi memilih untuk dibagikan dan sebagai ungkapan
terimakasih kepada pemerintah setempat.

2.5 Keberadaan Tradisi Seba di Masa Modern

Tradisi Sseba merupakan sebuah rangkaian akhir dari kegiatan Upacara


Kawalu dan Seren Taun (Ngalaksa) dan merupakan sebuah tradisi yang menjadi
suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan menjadi ketetapan lembaga adat

12
masyarakat baduy yang diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dewasa ini Tradisi Seba semakin formal dan semakin kompleks baik dalam
persiapan maupun dalam pelaksanaannya.

Dalam pelaksanaannya kini melibatkan banyak institusi yang terlibat dalam


ritual Seba. Walaupun Tradisi Seba selalu dilaksanakan secara rutin, tetapi
persiapannya harus dilaksanakan lebih matang, untuk persiapannya diperlukan
beberapa kali rapat antara Olot dan tokoh adat, yang dilaksanakan di Tangtu Desa
Cibeo. Tradisi Seba Suku Baduy merupakan salah satu destinasi wisata budaya
favorit yang dimiliki Provinsi Banten. Oleh sebab itu, keberadaan tradisi Sseba pada
masa modern ini masih ada dan terus dilestarikan baik oleh suku Baduy itu sendiri
maupun pemerintah.

2.6 Alasan Kearifan Lokal Tradisi Seba Harus Ada

Alasan Tradisi Seba harus kita lestarikan adalah sebagai berikut :

1. Tradisi Seba adalah adat istiadat dan pembuktian fisik dari Suku Baduy
yang dilakukan secara turun temurun sejak Kesultanan Banten.
2. Dilakukan setiap tahun sebagai wujud nyata tanda kesetiaan dan
ketaatan kepada Pemerintah Republik Indonesia, yang dilaksanakan
kepada penguasa Pemerintahan
3. Merupakan forum silaturahmi antara warga Baduy dengan Pemerintah,
sekaligus melaporkan situasi sosial kemasyarakatan, keamanan dan
hasil pertanian serta keadaan lain yang terjadi setiap tahunnya.
4. Karena Indonesia terkenal dengan keberagaman suku dan budaya,
maka tradisi harus tetap ada termasuk Tradisi Seba ini.
5. Melalui ritual seba, warga pedalaman tetap bisa memelihara
lingkungan.

2.7 Upaya Menjaga Kelestarian Tradisi Seba

Tradisi Seba harus kita lestarikan karena mengandung esensi yang baik dan
merupakan salah satu keunikan dari kebudayaan Indonesia yang harus dijaga.
Berikut upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian Tradisi Seba.

13
1. Masyarakat Baduy harus berperan secara aktif untuk mewariskan nilai-nilai
yang terkandung pada tradisi Seba melalui pemberian masukan yang positif
perihal pelaksanaan tradisi Seba.
2. Masyarakat khususnya para remaja suku Baduy harus lebih aktif dan
memberikan kontribusi lebih untuk pelaksanaan tradisi Seba.
3. Pemerintah harus lebih berperan aktif dalam pewarisan nilai-nilai tradisi
Seba melalui publikasi ataupun promosi pada berbagai media tentang tradisi
Seba dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
4. Masyarakat Baduy harus lebih meningkatkan esensi dari pelaksanaan tradisi
Seba itu sendiri untuk tetap menjaga silaturahmi dengan pemerintah.
5. Masyarakat di luar suku Baduy hendaknya harus bias mendukung dan
melastarikan tradisi seba dengan cara ikut berpartisipasi dalam kegiatan
yang didukung oleh pemerintah seperti adanya kegiatan bazaar.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari


periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya
dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama (Tiezzi et al).

Tradisi Seba adalah salah satu kegiatan atau tradisi yang di lakukan masyarakat
Baduy dalam mensyukuri hasil panen dalam satu tahun. Bertujuan sebagai
penghormatan kepada pemerintah yang ada karena telah di izinkan untuk
menempati wilayah yang bukan milik masyarakat Baduy, selain itu acara Seba
dilakukan untuk melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh leluhur mereka
sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Nilai yang terkandung dalam tradisi ini diantaranya yaitu saling tolong
menolong dan saling bekerja sama, keikhlasan dan ketaatan, demokratis dan
menjunjung persatuan dan lain sebagainya. Sehingga tradisi Seba memiliki korelasi
dengan nilai Pancasila.

Dewasa ini, tradisi Seba semakin formal dan semakin kompleks baik dalam
persiapan maupun dalam pelaksanaannya. Tradisi Seba suku Baduy merupakan
salah satu destinasi wisata budaya favorit yang dimiliki Provinsi Banten, maka
keberadaan tradisi Seba pada masa modern ini masih ada dan terus dilestarikan baik
oleh suku Baduy itu sendiri maupun Pemerintah nya.

3.2 Saran
Penulis mengajukan saran berkaitan dengan pelaksanaan tradisi seba yaitu
sebagai berikut
1. Untuk pemerintah setempat
a.) Pemerintah khususnya Bupati Lebak hendaknya lebih mengutamakan dan
menyambut pelaksanaan tradisi Seba ini sebagai bentuk penghormatan dan
menjaga silaturahmi dengan suku Baduy.

15
b) Pemerintah hendaknya berperan aktif dalam mempromosikan dengan
melakukan publikasi serta memberikan edukasi kepada masyrakat yang diambil
dari nilai-nilai yang terkandung pada tradisi Seba
2. Untuk Masyarakat suku Baduy
a.) Masyarakat suku Baduy diharapkan bisa menjaga dan melestarikan tradisi
seba dengan selalu meningkatkan esensi tradisi tersebut
b.) Masyarakat suku Baduy diharapkan selalu terbuka dengan pemerintah
setempat jika terdapat permasalahan.
c) Masyrakat suku Baduy diharapkan untuk tetap mempertahankan nilai praksis
Pancasila dalam pelaksanaan tradisi Seba.

3. Untuk Jaro Kepala Desa Kanekes


a.) Jaro diharapkan bisa menjadi jembatan antara masyrakat suku Baduy dengan
Pemerintah Lebak Banten sehingga aspirasi masyarakat Suku Baduy ataupun
keluhan-keluhannya bisa ditampung dan di sampaikan ketika pelaksanaan tradisi
seba berlangsung.
b.) Dapat Menjadi penghubung sehingga pelaksanaan tradisi seba bias berjalan
dengan lancer dan terjalin kerja sama antara suku Baduy dan pemerintah untuk
memperkenalkan tradisi Seba ke dunia luar.
c) Melakukan koordinasi dan mengevaluasi antara Jaro dengan pemerintah
terkait permasalahan ataupun kendala yang terjadi tidak terulang kembali di
tahun selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Seba: Puncak Ritual Masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak Provinsi Banten


Karya : Nandang Rusnandar, Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung

Kearifan Lokal Di Tengah Modernisasi. 2011, Kementerian Kebudayaan dan


Pariwisata Republik Indonesia
Seba salah satu cara bersyukur suku baduy kepada-alam. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/andrimam/5cd7cceb6db8430bd2684dd2/seba-
salah-satu-cara-bersyukur-suku-baduy-kepada-alam pada tanggal 18 Okt. 2020.
Kearifan lokal dan pancasila. Diakses dari https://www.qureta.com/post/kearifan-
lokal-dan-pancasila pada tanggal 17 Okt. 2020.
Warga Badui terapkan nilai pancasila. Diakses dari
https://banten.antaranews.com/berita/30190/warga-badui-terapkan-nilai-pancasila
pada tanggal 17 Okt. 2020.
Studi Kasus menganai tradisi seba pada masyarakat adat baduy sebagai perwujudan

warga negara yang baik. Diunduh dari


http://repository.upi.edu/4506/8/S_PKN_0907476_Chapter5.pdf pada tanggal
16 Okt. 2020.

17
LAMPIRAN

Diskusi via free call Line, pada tanggal 07 November 2020 Diskusi via Group chat Line

Diskusi via free call Line, pada tanggal 10 November 2020

18

You might also like