Professional Documents
Culture Documents
Indikator Pendidikan Inklusif
Indikator Pendidikan Inklusif
PENDIDIKAN INKLUSIF
Penulis:
Dr. IMAM YUWONO, M.Pd
Kata pengantar:
Prof.Dr.H.Wahyu, Ms
INDIKATOR PENDIDIKAN
INKLUSIF
Diterbitkan Oleh:
ISBN:
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindah sebagian atau
seluruh isi buku dalam betuk apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotokopi,
merekam, atau dengan teknik perekaman lainya, tanpa izin tertulis dari penerbit. Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000 tentang Hak Cipta, Bab XII Ketentuan Pidana, Pasal 72, Ayat (1),(2), dan (6)
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar..............................................................iii
Daftar isi.........................................................................v
Bagian 1 Konsep Pendidikan Inklusif........................1
1. Definisi Pendidikan Inklusif.............................................1
2. sejarah singkat pendidikan inklusif di indonesi......5
3. tujuan pendidikan inklusif...............................................7
4. pengelolaan kelas dalam setting menuju
pendidikan inklusif.............................................................11
5. pusat sumber sebagai sistem pendukung
(support System)................................................................18
Daftar Pustaka...............................................................299
6. Pembiayaan Program
Data tentang pembiayaan sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif tingkat sekolah dasar di Banjarmasin
diperoleh melalui hasil wawancara dengan kepala sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa
pembiayaan program ditanggung oleh pemerintah pusat,
pemerintah propinsi dan sumbangan dari orang tua. Berikut
petikan wawancara dengan beberapa informan mengenai
pembiayaan program inklusif:
berkebutuhan khusus.
b. Landasan
Landasan penyelenggaraan pendidikan Inklusif di Kota
Banjarmasin adalah UU No.20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional pengganti UU no.2 tahun 1989, yang
merupakan payung hukum hak dan kewajiban warga
negara dalam memperoleh pendidikan semakin signifikan.
Landasan tersebut dikaji melalui UU No. 20 tahun 2003
pada Bab IV bagian kesatu pasal 5 ayat 4 mengamanatkan
bahwa “warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus“
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
c. Pembinaan
Mekanisme pembinaan di tingkat pusat oleh Direktorat
PKLK Dikdas, tingkat propinsi oleh Kepala Dinas Pendidikan
Propinsi cq. Kepala bidang bina SD, pada tingkat Kota/
kabupaten ditangani oleh Subdin Dikdas Kota/Kabupaten
seksi SD, dan pada tingkat sekolah dibina langsung oleh
kepala sekolah yang dibantu oleh wakil kurikulum dan
koordinator inklusif.
Secara struktural kelembagaan memang telah jelas
mekanisme atau alur pembinaan program pembinaan
pendidikan inklusif dari tingkat pusat, daerah hingga unit
sekolah. Berdasarkan hasil temuan di lapangan terdapat
indikasi adanya pembinaan yang longgar terutama pada
aspek-aspek monitoring, supervisi, dan evaluasi terhadap
sekolah penyelenggara program pendidikan inklusif. Secara
1. Masukan (input)
Evaluasi masukan (input) meliputi analisis persoalan
yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan
sumber-sumber yang tersedia. Alternatif-alternatif strategi
yang harus dikembangkan untuk mencapai suatu program.
Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing
pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan
rancangan prosedural. Evaluasi input program pendidikan
inklusif mencakup lima indikator yaitu rekrutmen siswa,
kondisi sosial ekonomi keluarga, persyaratan rekrutmen
guru, kurikulum pendidikan inklusif, sarana dan prasarana
belajar.
a. Rekrutmen Siswa
Proses rekrutmen siswa di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif (SD Banua Anyar 8, SD gadang 2, SD
Banua Anyar 4, dan SD Kuin Selatan 3) masih merasa sulit
f. Pembiayaan
Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan pada
sekolah inklusif menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah, Masyarakat dan Orang tua. Sumber dana
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di Banjarmasin
(SD Banua Anyar 8, SD Gadang 2, SD Banua Anyar 4, dan SD
Kuin Selatan 3) pada umumnya mengandalkan BOS Pusat
dan BOS Daerah. Adapun honor GPK bersumber dari komite
sekolah dengan kisaran Rp100.000-Rp800.000/bulan.
3. Produk
Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan
pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan
pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan.
Aktivitas evaluasi produk adalah upaya mengukur dan
menafsirkan hasil yang telah dicapai. Dalam hal ini evaluasi
produk memuat dua indikator yaitu kognitif dan sikap sosial.
a. Kognitif (Hasil Rata-Rata Nilai UAN)
SD Banua SD Gadang Banua SD Kuin
Anyar 8 2 Anyar 4 Selatan
Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
4. Luaran (Outcome)
Evaluasi outcome dalam penelitian ini bertujuan untuk
melihat sebarapa banyak lulusan sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif di Kota Banjaramasin yang melanjutkan
sekolah ke jenjang berikutnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aktualisasi outcome di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif di Banjarmasin yaitu SD Banua Anyar 8,
SD Gadang 2, SD Banua Anyar 4, dan SD Kuin Selatan tingkat
aktualisasinya termasuk dalam kategori tinggi. Dibuktikan
melalui data yang diperoleh bahwa sebanyak 99% lulusan
melanjutkan pendidikan ke sekolah penyelenggara
Miles, Susie and Nidhi Singal. The Education for All and inclu-
sive education debate: conflict, contradiction or opportu-
nity. 1999.