You are on page 1of 42
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. BABI KETENTUAN UMUM A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan Manajemen Risiko di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika guna pencapaian sasaran organisasi, perlu menetapkan Pedoman Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Manajemen Risiko di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Pedoman Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Manajemen Risiko dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan manajemen risiko di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia = Die Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 5, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2015 tentang Kementerian Komunikasi dan Informatika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 96); 6. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 30 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1647); 7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 103); . Tujuan Manajemen Risiko Manajemen Risiko di lingkungan Kementerian bertujuan untuk: 1, meningkatkan kemungkinan pencapaian sasaran organisasi dan peningkatan kinerja; 2. mendorong manajemen yang proaktif dan antisipatif, 3. memberikan dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan dan perencanaan; 4, meningkatkan efektivitas alokasi dan efisiensi penggunaan sumber daya organisasi; 5. meningkatkan kepatuhan kepada regulasi; 6. meningkatkan kepentingan dan kepercayaan para pemangku kepentingan; dan 7. meningkatkan ketahanan organisasi. . Manfaat Manajemen Risiko Manajemen Risiko di lingkungan Kementerian bermanfaat untuk: 1, mengurangi kejutan (surprises); 2. meningkatkan kesempatan memanfaatkan peluang; 3. meningkatkan kualitas perencanaan dan meningkatkan pencapaian kinerja; 4. meningkatkan © hubungan yang baik = dengan._—_pemangku kepentingan; meningkatkan kualitas pengambilan keputusan; meningkatkan reputasi organisasi; meningkatkan rasa aman bagi pimpinan dan seluruh pegawai; dan meningkatkan akuntabilitas dan tata kelola organisasi. PH sm . Prinsip Manajemen Risiko Prinsip penerapan Manajemen Risiko terdiri dari: berorientasi pada perlindungan dan peningkatan nilai tambah; terintegrasi dengan proses organisasi secara keseluruhan; bagian dari pengambilan keputusan; mempertimbangkan unsur ketidakpastian; sistematis, terstruktur, dan tepat waktu; didasarkan pada informasi terbaik yang tersedia; disesuaikan dengan keadaan organisasi; PYFP RS FP EP memperhatikan faktor manusia dan budaya; 9. transparan dan inklusif; 10. dinamis, berulang, dan tanggap terhadap perubahan; dan 11. perbaikan terus menerus. Definisi 1. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran organisasi. 2. Manajemen Risiko adalah budaya, proses, dan struktur yang diarahkan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian sasaran organisasi dengan mengelola Risiko pada tingkat yang dapat diterima. 3. Proses Manajemen Risiko adalah penerapan kebijakan, prosedur, dan praktik manajemen yang bersifat sistematis atas aktivitas komunikasi dan konsultasi, penetapan konteks, identifikasi Risiko, analisis Risiko, evaluasi Risiko, penanganan Risiko, serta pemantauan dan reviu 4. Kategori Risiko adalah pengelompokan Risiko berdasarkan karateristik penyebab Risiko yang akan menggambarkan seluruh jenis Risiko yang terdapat pada organisasi. 5. Kriteria Risiko adalah parameter atau ukuran, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yang digunakan untuk menentukan level kemungkinan terjadinya Risiko dan level dampak atas suatu Risiko. 6. Kriteria Dampak adalah ukuran besar kecilnya dampak yang dapat ditimbulkan dari akibat terjadinya suatu Risiko. 7. Kriteria Kemungkinan adalah ukuran besarnya peluang atau frekuensi suatu Risiko akan terjadi. 8. Kementerian adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika. 9. Level Risiko adalah tingkatan Risiko yang terdiri atas lima tingkatan yang meliputi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. 10. Matriks Analisis Risiko adalah matriks yang menggambarkan kombinasi antara level dampak dan level kemungkinan serta memuat nilai besaran Risiko berdasarkan kombinasi unsur level dampak dan level kemungkinan, 11, Selera Risiko adalah Level Risiko yang secara umum dapat diterima oleh manajemen dalam rangka mencapai sasaran organisasi. 12. Budaya Sadar Risiko adalah suatu pola perilaku semua personil dalam berinteraksi dan berpersepsi yang mempertimbangkan risiko dalam mengambil keputusan dan cara melakukan pekerjaan secara berkelanjutan. 13. Unit Pemilik Risiko yang selanjutnya disingkat UPR adalah unit organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan Manajemen Risiko. BABII PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO Setiap pimpinan dan pegawai di lingkungan Kementerian harus menerapkan Manajemen Risiko dalam setiap pelaksanaan kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran. Penerapan Manajemen Risiko diwujudkan melalui: 1. pengembangan budaya sadar Risiko; 2. pembentukan struktur Manajemen Risiko; dan 3. penyelenggaraan proses Manajemen Risiko. A. Budaya Sadar Risiko 1. Budaya sadar Risiko harus dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai Kementerian dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai sasaran di seluruh jajaran Kementerian. 2. Budaya sadar Risiko diwujudkan melalui pemahaman dan pengelolaan Risiko sebagai bagian dari setiap proses pengambilan keputusan di seluruh tingkatan organisasi. 3. Bentuk pemahaman dan pengelolaan Risiko sebagaimana dimaksud diatas menjadi bagian dari setiap proses pengambilan keputusan di seluruh tingkatan organisaasi, berupa: a. komitmen pimpinan untuk mempertimbangkan Risiko dalam setiap pengambilan keputusan; b. komunikasi yang berkelanjutan kepada seluruh jajaran organisasi mengenai pentingnya Manajemen Risiko; c. penghargaan terhadap mereka yang dapat mengelola Risiko dengan baik; dan d. pengintegrasian Manajemen Risiko dalam proses organisasi. B. Struktur Manajemen Risiko Pelaksanaan Manajemen Risiko dilakukan oleh struktur Manajemen Risiko yang terdiri dari: 1. Komite Manajemen Risiko a, Komite Manajemen Risiko di tingkat Kementerian; 1) Wewenang Komite Manajemen Risiko di tingkat Kementerian berwenang menetapkan petunjuk pelaksanaan dan kebijakan penerapan Manajemen Risiko di tingkat Kementerian. 2) Struktur dan Tugas a) Komite Manajemen Risiko di tingkat Kementerian terdiri dari Komite Eksekutif, Komite Pelaksana dan Sekretariat Komite. b) Komite Eksekutif terdiri dari Menteri selaku Ketua, Sekretaris Jenderal selaku Ketua Pelaksana Harian Komite Eksekutif, dan para Pejabat Eselon I selaku Anggota. 1) Tugas dan tanggung jawab Komite Eksekutif meliputi: a) menetapkan petunjuk pelaksanaan Manajemen Risiko Kementerian; dan b) menetapkan kebijakan penerapan Manajemen Risiko Kementerian, antara lain: Kategori Risiko, Kriteria Risiko, Matriks Analisis Risiko, Level Risiko, dan Selera Risiko. 2) Penetapan petunjuk pelaksanaan dan kebijakan oleh Komite Eksekutif dilakukan melalui Keputusan Menteri. c) Komite Pelaksana terdiri dari Staf Ahli atau Staf Khusus Menteri selaku Ketua dan Koordinator Risiko Unit Eselon I selaku Anggota. Tugas dan tanggung jawab Komite Pelaksana meliputi: a) menyusun petunjuk pelaksanaan Manajemen Risiko Kementerian; dan b) menyusun kebijakan penerapan Manajemen _Risiko Kementerian, antara lain: Kategori Risiko, Kriteria Risiko, Matriks Analisis Risiko, Level Risiko, dan Selera Risiko. ) Sekretariat Komite Manajemen Risiko Kementerian berada di Unit Eselon II Sekretariat Jenderal yang menangani Manajemen Risiko Kementerian. Tugas dan tanggung jawab Sekretariat Komite meliputi: 1) menyusun konsep petunjuk pelaksanaan Manajemen Risiko Kementerian; 2) menyusun konsep kebijakan penerapan Manajemen Risiko Kementerian, antara lain: Kategori Risiko, Kriteria Risiko, Matriks Analisis Risiko, Level Risiko, dan Selera Risiko; dan 3) memfasilitasi dan mengorganisasikan pelaksanaan Proses Manajemen Risiko di tingkat Kementerian. af b. Komite Manajemen Risiko di tingkat Unit Eselon I; 1) 2) 2. UPR; Wewenang a) menetapkan petunjuk pelaksanaan Manajemen Risiko Unit Eselon I dengan mengacu pada kebijakan yang ditetapkan Komite Manajemen Risiko di tingkat Kementerian. b) menetapkan Unit Eselon II dan Unit Eselon Ill selain unit kerja mandiri sebagai UPR. Struktur dan Tugas a) Komite Manajemen Risiko di tingkat Unit Eselon I terdiri dari Pimpinan Unit Eselon I selaku Ketua, Koordinator Risiko selaku Pelaksana Harian dan Para Pejabat Eselon II pada Kantor Pusat selaku Anggota. b) Dalam menjalankan tugasnya, Komite Manajemen Risiko Unit Eselon I dibantu oleh Sekretariat Komite Manajemen Risiko Unit Eselon I yang ditunjuk oleh Pimpinan Eselon I yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi: 1) menyusun petunjuk pelaksanaan Manajemen Risiko Unit Eselon I dengan mengacu pada kebijakan yang ditetapkan Komite Manajemen Risiko Kementerian; dan 2) memfasilitasi dan mengorganisasikan pelaksanaan Proses Manajemen Risiko di Unit Eselon 1 1) UPR terdiri dari: 1) 2) 3) 4) §) 6) UPR di tingkat Kementerian; UPR di tingkat Unit Eselon I; UPR di tingkat Unit Eselon I] Mandiri; UPR di tingkat Unit Eselon II] Mandiri; UPR di tingkat Unit Eselon IV Mandiri; dan UPR di tingkat Unit Eselon II dan Unit Eselon Ill yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan dan penetapan oleh Komite Manajemen Risiko di tingkat Eselon I sesuai kebutuhan masing-masing unit Eselon I. 2) UPR memiliki tingkatan struktur: y) Pemilik Risiko, meliputi Menteri untuk tingkat Kementerian atau pimpinan unit masing- masing untuk tingkat UPR Jainnya, yang bertanggung jawab terhadap seluruh Manajemen Risiko sesuai lingkup tugasnya; 2) Koordinator Risiko, yakni pegawai yang ditunjuk oleh pemilik Risiko, yang bertanggung jawab membantu pemilik Risiko dalam perencanaan, pengelolaan dan pemantauan Manajemen Risiko pada unit yang bersangkutan; 3) Admin Risiko yakni pegawai yang ditunjuk oleh pemilik Risiko untuk membantu Koordinator Risiko dalam _perencanaan, pengelolaan, pemantauan dan pengadministrasian Manajemen Risiko pada unit yang bersangkutan; dan 4) Koordinator Risiko, dan admin Risiko dapat dijabat oleh lebih dari satu orang (Tim atau Satuan Tugas) berdasarkan penunjukan dari pemilik Risiko. 3) Tugas dan tanggung jawab struktur UPR 1) Pemilik Risiko meliputi: a) menetapkan profil Risiko unit dan rencana penanganannya berdasarkan sasaran unit; b) melaporkan pengelolaan Risiko secara berjenjang kepada pimpinan di atasnya hingga level Menteri; dan c) melakukan pemantauan dan evaluasi efektivitas penerapan Manajemen Risiko unit. 2) Koordinator Risiko meliputi: a) menyusun konsep profil dan rencana penanganannya berdasarkan sasaran unit; b) menyusun laporan pengelolaan Risiko dan menyampaikannya kepada pemilik Risiko; c) membantu penyelarasan Manajemen Risiko antara unit pada level yang lebih tinggi dan unit pada level yang lebih rendah; d) menyusun dan menyampaikan rencana kontinjensi apabila kondisi yang tidak normal terjadi kepada pemilik Risiko; dan e) memberikan usulan/rekomendasi kepada pemilik Risiko dalam pengambilan keputusan/kebijakan berdasarkan analisis yang objektif. 3) Admin Risiko meliputi : a) mendukung penyusunan konsep profil dan rencana penanganannya berdasarkan sasaran unit; b) mendukung penyusunan laporan pengelolaan Risiko dan menyampaikannya kepada pemilik Risiko; ¢} mendukung penyelarasan Manajemen Risiko antara unit pada level yang lebih tinggi dan unit pada level yang lebih rendah; 4) menyusun konsep rencana kontinjensi apabila kondisi yang tidak normal terjadi kepada pemilik Risiko; e) memfasilitasi dan mengorganisasikan pelaksanaan Proses Manajemen Risiko di unit tersebut; > menatausahakan dokumen Proses Manajemen Risiko unit; dan g) memberikan edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran pegawai dalam pengelolaan Risiko. 3. Inspektorat Jenderal; a, Inspektorat Jenderal bertanggung jawab melakukan pengawasan dan memberikan konsultasi atas penerapan Manajemen Risiko sebagai auditor internal Kementerian. b. Tugas Inspektorat Jenderal meliputi: 1) audit, reviu, pemantauan, dan evaluasi Penerapan Manajemen Risiko pada seluruh UPR berdasarkan pedoman Penerapan Manajemen Risiko yang ditetapkan di Kementerian; 2) melakukan kegiatan konsultasi berupa pemberian rekomendasi, edukasi, dan fasilitasi dalam penerapan Manajemen Risiko; dan 3) melakukan penilaian atas tingkat kematangan penerapan Manajemen Risiko di seluruh level UPR berdasarkan pedoman penerapan Manajemen Risiko yang ditetapkan di Kementerian. C. Proses Manajemen Risiko 1. Proses Manajemen Risiko yang wajib dilaksanakan oleh setiap UPR terdiri atas tahapan sebagai berikut: a. komunikasi dan konsultasi; ‘b. penetapan konteks; c. penilaian Risiko yang meliputi identifikasi Risiko, analisis Risiko, dan evaluasi Risiko; d. penanganan Risiko; dan e. pemantauan dan reviu. 2. Proses Manajemen Risiko diterapkan dalam suatu siklus berkelanjutan dan mempunyai periode penerapan selama 1 (satu) tahun. = 10!- 3. Proses Manajemen Risiko harus menjadi bagian yang terpadu dengan proses manajemen secara keseluruhan, khususnya manajemen kinerja dan sistem pengendalian internal; menyatu dalam budaya organisasi; dan disesuaikan dengan proses bisnis organisasi. 4. Apabila diperlukan, untuk organisasi yang bersifat proyek dapat menyelenggarakan manajemen Risiko dengan berpedoman pada ketentuan ini sesuai dengan konteks masing-masing proyek. -d1- BAB III PETUNJUK PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO A. Proses Manajemen Risiko Proses Manajemen Risiko dilakukan oleh seluruh jajaran manajemen dan segenap pegawai di lingkungan Kementerian. Keterkaitan antar tahapan Proses Manajemen Risiko dapat digambarkan sebagai berikut: Penetapan Konteks isiko — ee) =H Penanganan Risiko 2. niA@y UEP BULOWLOW Komunikasi dan Konsultasi 1. Komunikasi dan Konsultasi Komunikasi dan konsultasi dilakukan terhadap para pemangku kepentingan eksternal dan internal. Komunikasi dan konsultasi sangat penting untuk dilakukan di setiap tahap Proses Manajemen Risiko. Pelaksanaan komunikasi dan konsultasi merupakan tanggung jawab Koordinator Risiko pada masing-masing UPR. Komunikasi dan konsultasi dilakukan di sepanjang periode penerapan Manajemen Risiko, selaras dengan tahapan Proses Manajemen Risiko dan berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penerapan Manajemen Risiko. Komunikasi dan konsultasi dilakukan dengan menggunakan beberapa mekanisme. Mekanisme dalam rangka pelaksanaan komunikasi dan konsultasi tersebut diantaranya dilakukan dengan: a. Pelaksanaan penilaian Risiko di setiap tingkat UPR; b. Pelaksanaan rapat berkala Manajemen Risiko di setiap tingkat UPR; dan c. Pelaksanaan rapat insidental Manajemen Risiko di setiap tingkat UPR. Komunikasi dan konsultasi Manajemen Risiko pada dasarnya tidak hanya terbatas pada 3 (tiga) pendekatan tersebut, tetapi dapat dilakukan -12- sepanjang diperlukan dengan berbagai macam bentuk dan mekanisme yang disesuaikan dengan kondisi masing- masing UPR. . Penetapan Konteks ‘Tahapan penetapan konteks meliputi: a. Menentukan ruang lingkup dan periode penerapan Manajemen Risiko, antara lain: 1) Ruang lingkup penerapan Manajemen Risiko yang berisi tugas dan fungsi unit terkait; dan 2) Periode penerapan Manajemen Risiko berisi tahun penerapan Manajemen Risiko tersebut. b. Menetapkan sasaran organisasi Penetapan sasaran organisasi dilakukan berdasarkan sasaran strategis sebagaimana tertuang pada Kebijakan _Strategis Kementerian, Rencana Strategis, dan Rencana Kerja serta dokumen perencanaan strategis lainnya, termasuk inisiatif strategis. c. Menetapkan struktur Unit Pemilik Risiko (UPR) Struktur UPR mengacu pada struktur UPR yang berlaku di Kementerian. d. Mengidentifikasi stakeholder Identifikasi stakeholder atau pemangku kepentingan diperlukan untuk memahami pihak-pihak yang berinteraksi dengan organisasi dalam pencapaian sasaran. Hal yang perlu dituangkan dalam identifikasi stakeholder meliputi siapa saja stakeholder unit dan hubungan organisasi dengan stakeholder tersebut. e. Mengidentifikasi peraturan perundang-undangan yang terkait Identifikasi peraturan perundang-undangan diperlukan untuk memahami kewenangan, tanggung jawab, tugas dan fungsi, kewajiban hukum yang harus dilaksanakan oleh organisasi beserta konsekuensinya. f, Menetapkan Kategori Risiko Kategori Risiko diperlukan untuk menjamin agar proses identifikasi, analisis, dan evaluasi Risiko dilakukan secara komprehensif. Penentuan Kategori Risiko didasarkan pada penyebab Risiko. Kategori Risiko yang berlaku untuk di lingkungan Kementerian meliputi: -13- 1 Risiko Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan kebijakan _organisasi atau kebijakan dari internal maupun eksternal organisasi yang yang berdarnpak langsung terhadap | organisasi, Ris o pihak ekstemal kepatuhan tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. 3 | Risiko Risiko yang disebabkan oleh adanya tuntutan atau hukum permasalahan hukum kepada organisasi 4 Risiko ——_Risiko yang disebabkan oleh kecurangan yang disengaja Kecurangan oleh pihak internal yang merugikan keuangan negara. (fraud) [5 Risiko ——“Risiko yang disebabkan oleh menurunnya _tingkat | reputasi _—kepercayaan pemangku kepentingan eksternal__ yang | bersumber dari persepsi negatif terhadap organisasi. [6 Risiko Risiko yang disebabkan oleh: operasional 1) ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses | internal, kesalahan manusia, dan kegagalan sistem, 2) Adanya kejadian eksternal_ yang —mempengaruhi operasional organisasi. Komite Manajemen Risiko di tingkat Kementerian dapat melakukan perubahan melalui Keputusan Menteri terhadap Kategori Risiko tersebut diatas sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan kondisi organisasi . Menetapkan Kriteria Risiko Kriteria Risiko disusun pada awal penerapan Proses Manajemen Risiko dan harus ditinjau ulang secara berkala, serta disesuaikan dengan perubahan kondisi organisasi. Kriteria Risiko mencakup Kriteria Kemungkinan terjadinya Risiko dan Kriteria Dampak, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Kriteria Kemungkinan terjadinya Risiko (likelihood) a) Kriteria Kemungkinan dapat menggunakan pendekatan statistik (probability), frekuensi kejadian per satuan waktu (hari, minggu, bulan, tahun), atau dengan expert judgement. b) Penentuan peluang terjadinya Risiko di Kementerian menggunakan pendekatan kejadian per satuan waktu, yakni dalam periode 1 tahun. Ada dua kriteria penentuan -14- kemungkinan yaitu. -berdasarkan —persentase —atas kegiatan/transaksi/unit yang dilayani dalam 1 periode dan jumlah frekuensi kemungkinan terjadinya dalam 1 periode. ©) Level Kriteria Kemungkinan terjadinya Risiko di Kementerian meliputi: BEM rs tron ieana kemungkinar Ponta anemone TN Ronee Ne et dalam 1 periode errs | Hampir tidak sangat jarang: <2 kali dalam terjadi x5 5% 5 tahun ay Jarangterjadi | | Carag: 2 kali sd. S kali 5% 12 kali terjadi = |x > 50% | is dalam 5 tahun ee | — @) Penggunaan Kriteria Kemun inan ditentukan oleh pemilik Risiko dengan pertimbangan sebagai berikut: 1) Persentase digunakan apabila terdapat populasi yang jelas atas kegiatan tersebut; dan 2) Jumlah digunakan apabila populasi tidak dapat ditentukan. 2) Kriteria Dampak (consequences) Kriteria Dampak Risiko dapat diklasifikasi dalam beberapa area dampak sesuai dengan jenis kejadian Risiko yang mungkin terjadi. a) Area dampak yang terdapat di Kementerian, berdasarkan area dampak yang memiliki bobot tertinggi hingga terendah, meliputi 1) Beban Keuangan negara Dampak Risiko berupa jumlah tambahan pengeluaran negara baik dalam bentuk uang dan setara uang, surat berharga, kewajiban, dan barang. Dampak Risiko beban Keuangan negara disebabkan oleh fraud dan non fraud yang diukur dengan: Tee a) fraud Pengukuran dampak berdasarkan angka mutlak sebagaimana dalam tabel Kriteria Dampak; dan b) non fraud Pengukuran dampak berdasarkan persentase dari dana/aset yang dikelola oleh unit tersebut, misalnya, Direktorat/Sekretariat Jenderal terhadap Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Kementerian/Lembaga yang dikelola. 2) Penurunan Reputasi Dampak Risiko berupa rusaknya citra/nama baik/wibawa Kementerian yang menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat menurun. 3) Sanksi pidana, perdata, dan/atau administratif Dampak Risiko berupa hukuman yang dijatuhkan atas perkara di pengadilan baik menyangkut pegawai atau organisasi 4) Kecelakaan Kerja Dampak Risiko berupa gangguan fisik dan mental yang dialami pegawai dalam pelaksanaan tugas kedinasan. 5) Gangguan terhadap layanan organisasi Dampak Risiko berupa ketidaksesuaian dari standar layanan yang ditetapkan Kementerian. 6) Penurunan kinerja Dampak Risiko berupa tidak tercapainya target kinerja yang ditetapkan dalam kontrak kinerja ataupun kinerja lainnya. b) Level Kriteria Dampak bagi setiap UPR ditetapkan sebagai berikut: 216- aaa) na) IO Level Kriteria Dampak Ir are Rp 100 jt =x ae xRpIM 5 th Perdata: > 100M Pidana: > 4 th Perdata: > 75M Pidana 22x ~SOSC~*™ 53th Perdata: 25M 3 th Perdata: > 50M Pidana: > 2 th Perdata: > 25M ry prt) cry s18¢ Minor (2) Te) IVtre Signifikan ) Pimpinan |

You might also like