You are on page 1of 23

01

SUMBER SUMBER
PENERIMAAN DAN
PENDAPATAN DAERAH
Tyrtiani Lutfi'ah -195030101111046
02

Topik yang akan


di bahas
Fokus pada Non-PAD

Sumber Sumber Penerimaan Pemerintah Daerah dalam


Perspektif Teoritis (Fokus pada Non-PAD)
Sumber Sumber Lain Pendapatan Pemerintah Daerah(Non-
PAD
Pembiayaan Daerah
Permasalahan dan Strategi untuk Optimalisasi Pendapatan
Daerah (Non-PAD)
03 Kajian Teori
Menurut pasal 1 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Otonomi
Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu konsekuensi dari pelaksanaan
otonomi daerah adalah kewenangan dalam pengelolaan keuangan daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah (Halim, 2007).
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut, dalam rangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Penyelenggaraan fungsi Pemerintah Daerah akan terlaksana secara optimal apabila


penyelenggaraan urusan Pemerintah diikuti dengan pemberian sumber- sumber
penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada UU No.33 Tahun
2004 yang besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan
antara Pusat dan Daerah.
04

A.Sumber Sumber Dana


01
Penerimaan Perimbangan, Terdiri atas:

Pemerintah Daerah a. Dana Bagi Hasil


(DBH)
dalam Perspektif
b. Dana Alokasi Khusus
Teoritis (Fokus pada (DAK)

Non-PAD) c. Dana Alokasi Umum


(DAU)

02 Lain - lain Pendapatan yang


sah
a. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana bersumber dari penerimaan APBN, yang dialokasikan kepada
daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana ini
bertujuan untuk menyetarakan kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Dana
perimbangan terdiri dari (Mardiasmo, 2002): Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Khusus.

Dana Bagi Hasil


ini dialokasikan kepada daerah dengan persentase tertentu dari
pajak dan sumber daya alam. Hal ini berdasarkan UU Nomor 25
Tahun 1999 menyediakan dana bagi hasil yang dibagi
berdasarkan persentase tertentu bagi Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah. Tujuannya ya untuk mendanai
kebutuhan daerah. Sementara itu, penerimaan negara yang
dibagi hasilkan terdiri atas: (1) Penerimaan Pajak, yang terdiri
dari: pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas
tanah dan bangunan (BPHTB), PPh orang pribadi. (2)
Penerimaan Bukan Pajak (SDA), yang terdiri dari: sektor
kehutanan, sektor pertambangan, sektor minyak bumi dan gas,
05 dan sektor alam perikanan
dana Perimbangan
Dana Alokasi Umum
(DAU) itu tujuannya untuk pemerataan kemampuan keuangan daerah.
Dana Alokasi Umum diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan
antar kapasitas dan kebutuhan fiskalnya, dan didistribusikan dengan formula berdasarkan prinsip-
prinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang harus
menerima lebih banyak daripada daerah kaya. Dengan kata lain, tujuan penting alokasi DAU adalah
dalam rangka pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan publik antar Pemerintah Daerah. Oleh
sebab itu, DAU sebagai bagian dari kebijakan transfer fiskal dari pusat ke daerah berfungsi sebagai
faktor pemerataan fiskal antar daerah-daerah serta memperkecil kesenjangan kemampuan fiskal atau
keuangan antar daerah. DAU yang dibagikan daerah berasal dari APBN dengan tujuan untuk pemeratan
kemampuan keuangan antar daerah dan nilai minimumnya 25% dari anggaran rutin dalam APBN.

Dana Alokasi Khusus


Dana Alokasi Khusus dialokasikan untuk membantu pembiayaan kebutuhan tertentu, yaitu seperti
program nasional atau kegiatan yang tidak terdapat di daerah lain. Dengan kata lain, DAK ditujukan
untuk daerah khusus. DAK juga berasal dari APBN dan dialokasikan ke kabupaten/kota untuk
membiayai kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantung pada tersedianya dana dari APBN.
Ditegaskan pula bahwa untuk DAK ini harus ada dana pendamping yang berasal dari APBD guna
menyatakan komitmen dan tanggung jawab dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
Penerimaan DAK
DAK nasional ditetapkan dalam APBN, sesuai dengan kemampuan APBN. yang kemudian
ditindaklanjuti dengan perhitungan alokasi DAK per daerah. Penghitungan alokasi DAK
dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu: (a) Penentuan daerah tertentu yang menerima
DAK; dan (b) Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah.
Setelah menerima usulan kegiatan khusus, Menteri Keuangan melakukan penghitungan
alokasi DAK. Penentuan daerah penerima DAK harus memenuhi kriteria umum, kriteria
khusus, dan kriteria teknis. Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan
dengan perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria
teknis. Kriteria umum sebagaimana dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan
daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja
Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui indeks fiskal
netto.
Daerah yang memenuhi kriteria umum merupakan daerah dengan indeks fiskal netto
tertentu yang ditetapkan setiap tahun. Kriteria khusus dirumuskan berdasarkan: (a)
Peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan otonomi khusus; dan
(b) Karakteristik daerah. Kriteria khusus dirumuskan melalui indeks kewilayahan oleh
Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan masukan dari Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional dan menteri/pimpinan lembaga terkait.
Sementara itu, kriteria teknis disusun berdasarkan indikatorindikator kegiatan khusus
yang akan didanai dari DAK. Kriteria teknis dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri
teknis terkait. Menteri teknis menyampaikan kriteria teknis kepada Menteri Keuangan.
Anggaran tersebut digunakan rata-rata digunakan untuk pengadaan infrastruktur
kesehatan, danobat dan perbekalan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
obat dan perbekalan kesehatan pada pelayanan kesehatan primer. Pengadaan
infrastruktur kesehatan, meliputi:
a. Pembangunan Puskesmas;
b. Pembangunan Puskesmas Perawatan;
c. Pembangunan Pos Kesehatan Desa;
d. Pengadaan Puskesmas Keliling Perairan;
e. Pengadaan Kendaraan roda dua untuk Bidan Desa.

Untuk kabupaten/kota, alokasi DAK 2010 ditujukan 2 (dua) kegiatan, yaitu:


pemenuhan pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Pelayanan dasar berupa
pemenuhan kesehatan dasar dan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan.
Untuk pemenuhan kesehatan dasar, DAK diberikan kepada 405
kabupaten/kota dengan total anggaran sebesar Rp1,22 triliun, sementara
untuk obat dan perbekalan kesehatan diberikan kepada 378 kabupaten/kota
dengan total anggaran sebesar Rp 1 triliun
Proses Monitoring
Pemerintah Pusat atas penerimaan program DAK pada
Pemerintah Daerah

Lalu, pemerintah dalam memonitoring pemerintah daerah atas


penerimaan program DAK Terdapat permintaan penghentian
penyaluran DAK Fisik dan dilakukan pembahasan bersama K/L teknis
dan Bappenas (Pasal 41 PMK 130/PMK.07/2019), Dalam hal Daerah
mengalami bencana alam, kerusuhan, kejadian luar biasa, dan/atau
wabah penyakit menular (Pasal 53 PMK 130/PMK.07/2019), Dalam hal
terdapat risiko tidak tercapainya target nasional (Pasal 53 PM
130/PMK.07/2019).
B. Sumber Sumber Lain Pendapatan
Pemerintah Daerah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan pendapatan yang diterima oleh
Pemerintah Daerah yang sah terdiri dari pendapatan hibah dan pendapatan dana
darurat.
Pendapatan hibah merupakan bantuan yang berupa uang dan/atau jasa yang
berasal dari Pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar
negeri.
Pendapatan dana darurat merupakan bantuan Pemerintah Pusat dari APBN kepada
Pemerintah Daerah untuk mendanai keperluan yang mendesak yang diakibatkan
peristiwa tertentu yang tidak dapat ditanggulangi APBD.

Bagi daerah, pemasukan kas daerah dari sumbangan pendapatan lain-lain memang
tidak begitu besar, namun diharapkan mampu membiayai pengeluaran pembangunan
yang akan dilaksanakan. Penghasilan yang termasuk dalam pendapatan lain-lain
adalah: Jasa giro, angsuran cicilan rumah dinas, angsuran cicilan kendaraan bermotor
roda dua dan roda empat, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, pelelangan
iklan, setoran pembinaan lembaga keuangan daerah, dan lain-lain pendapatan.

C. Pembiayaan
Daerah

Pembiayaan Daerah adalah transaksi keuangan atas


semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah digunakan
untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus
anggaran dalam APBD. Pembiayaan daerah terdiri dari
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan
Macam
Bentuk
Pembiayaan
Daerah
Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan daerah adalah semua Pengeluaran pembiayaan daerah adalah
penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun semua pengeluaran yang perlu diterimakan
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun kembali baik pada tahun anggaran yang
anggaran berikutnya dan dianggarkan secara bruto dalam bersangkutan maupun pada tahun-tahun
APBD. Penerimaan pembiayaan, meliputi : anggaran berikutnya dan dianggarkan
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran secara bruto dalam APBD. Pengeluaran
Sebelumnya (SiLPA); pembiayaan, meliputi :
b. Pencairan Dana Cadangan; a. Pembentukan Dana Cadangan;
c. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan; b. Penyeretaan Modal (Investasi)
d. Penerimaan Pinjaman Daerah; Pemerintah Daerah;
e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; c. Pembayaran PokokUtang;
f. Penerimaan Piutang Daerah. d. Pemberian Pinjaman Daerah.
D. Permasalahan dan Strategi
untuk Optimalisasi Pendapatan
Daerah (Non-PAD)

Kemampuan
Pengelolaan
Keuangan Pemda
yang kurang

PERMASALAHAN
Belum Optimalnya Kurang Efektifnya
Distribusi implementasi
DAU,DAK dan Pengelolaan
DBH Pendapatan
Daerah

Monitoring dan Kerjasama dan


evaluasi kurang sinergi antar
optimal instansi pusat
belum optimal

Uraian Permasalahan

Kemampuan Pengelolaan Keuangan Pemda yang kurang


kemampuan mengelola keuangan pemerintah daerah. Keberhasilan dari suatu
pembangunan di daerah tidak terlepas dari aspek pengelolaan keuangan daerah
yang harus dikelola dengan manajemen yang baik pula pada kenyataannya
pengelolaan keuangan masih menjadi masalah di daerah. Kementerian
Keuangan (Kemenkeu) menyatakan terdapat beberapa indikator yang
menunjukkan pengelolaan anggaran di daerah tidak efisien. Salah satu nya
terkait dengan jumlah belanja pegawai yang jauh lebih besar dibanding belanja
modal dimana Alokasi DAU banyak tersedot untuk belanja pegawai.

Belum Optimalnya Distribusi DAU,DAK dan DBH


Distribusi DAU/DAK,DBH belum optimal, dimana daerah yang sebenarnya cukup
mampu memenuhi kebutuhan pendanaannya ternyata masih mendapat alokasi
dana tersebut,sementara daerah yang masih memerlukan DAU/DAK/DBH untuk
memenuhi kebutuhan fiskal justru mendapat alokasi kurang dari yang dibutuhkan.
Strategi untuk Optimalisasi Pendapatan
Daerah (Non-PAD)
Peningkatan kualitas Dana Perimbangan diperlukan efektivitas pemanfaatan Dana Perimbangan.
Strategi ini dilakukan antara lain melalui program:
Penyempurnaan formula DBH untuk mengurangi ketimpangan. Untuk mengurangi
ketimpangan fiskal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah maka pemerintah perlu
merumuskan kembali formula atau persentase perhitungan. Kebijakan ini dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan keuangan daerah terutama bagi daerah.
Penyempurnaan formula DAK untuk mendorong pencapaian pelayanan dasar di daerah.
Alokasi DAK agar lebih diprioritaskan pada daerah yang masih tertinggal dalam hal
pemenuhan pelayanan dasar bagi masyarakat.
Penyempurnaan formula DAU untuk mengurangi ketimpangan fiskal. Dalam rangka
meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah maka perlu merumuskan
kembali formula perhitungan alokasi DAU. Kebijakan yang dapat dilakukan adalah melalui
penyempurnaan formulasi bobot Alokasi Dasar dan Celah Fiskal

Penyelarasan kebijakan dan peraturan pelaksanaan Dana Perimbangan antara pemerintah daerah dan
pemerintah pusat
Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar instansi pemerintah pusat, dan antar pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah. Koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak terkait sangat penting
dilakukan untuk merespon segala perkembangan yang terjadi dalam pengelolaan Pendapatan Daerah
(Non-PAD)
Peningkatan efektivitas pelaksanaan monitoring dan evaluasi Dana Perimbangan
Pertanyaan

DAN

Jawaban
Pertanyaan dan Jawaban
Pada slide macam bentuk pembiayaan daerah, terdapat poin a yaitu Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA). Yang saya ingin
tanyakan mengapa SiLPA bisa terjadi ??

Jawab :

Melihat pengertian dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sendiri merupakan
selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran. Lalu

n Jaw
mengapa SILPA dapat terjadi, SILPA dapat terjadi karena adanya serapan anggaran di

da ab
organisasi perangkat daerah (OPD) yang masih minim. Sehingga terdapat realisasi
n
pendapatan yang lebih dari yang dianggarkan. Selain itu, SILPA juga dapat terjadi
karena adanya kegiatan atau program pemerintah daerah yang belum terselesaikan

a
ya
serta adanya pembatalan proyek yang hendak dilaksanakan

rtan

Pe
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan terdapat beberapa indikator yang
menunjukkan pengelolaan anggaran di daerah tidak efisien. Salah satu nya terkait dengan
jumlah belanja pegawai yang jauh lebih besar dibanding belanja modal dimana Alokasi DAU
banyak tersedot untuk belanja pegawai. Yang saya tanyakan adalah mengapa hal tersebut
bisa terjadi apakah tidak ada pengawasan atau alokasi DAU tersebut belum terbagi dengan
baik?

Jawab : Pertanyaan dan Jawaban


Adanya DAU yang banyak tersedot untuk belanja pegawai ini dikarenakan kurangnya perhatian
dari pemerintah daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerahnya, sebab proposi
belanja modal yang dianggarkan masih rendah. Ketika anggaran yang tersedia sebagian besar
terserap untuk kebutuhan belanja pegawai maka hal ini akan berdampak pula pada
pengalokasian belanja yang tidak
efektif. Hal ini berarti pula bahwa belanja pemerintah masih belum mencerminkan kepentingan
publik, sebab pengalokasian belanja tidak dialokasikan untuk belanja yang produktif yang dapat
meningkatkan pelayanan publik. Dan untuk mengatasi hal ini diharapkan pemerintahan daerah
untuk mengkaji kembali kebutuhan pegawai dan kebutuhan lainnya agar nantinya tidak menjadi
beban dalam penganggaran. Serta perlu adanya peningkatan dalam hal monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan urusan pemerintah daerah terkait dengan pengalokasian pendapatan
daerah
Dalam slide strategi untuk optimalisasi pendapatan daerah sebutkan dan jelaskan
kelebihan dan kekurangan dari strategi yang telah dilakukan tersebut

Pertanyaan dan Jawaban


Strategi untuk Optimalisasi Pendapatan Daerah (Non-PAD)

a. Adanya Penyempurnaan Program dan Penyelarasan kebijakan.


> Kelebihan :
Kelebihan adanya penyempurnaan program ini untuk meningkatkan kemampuan keuangan
daerah terutama bagi daerah dalam mengurangi ketimpangan, pemenuhan pelayanan dasar bagi
masyarakat.

> Kelemahan :
Penyempurnaan ini akan sulit dilakukan jika masih ada oknum yang enggan bekerjasama untuk
memprioritaskan kepentingan publik. Dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama dalam
pengoordinasiaan antar lembaga terkait
b. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar instansi pemerintah pusat, dan
antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

> Kelebihan : Koordinasi dan kerjasama antar berbagai pihak ini digunakan agar mudah
dalam merespon segala perkembangan yang terjadi dalam pengelolaan Pendapatan
Daerah (Non-PAD)

an lan
> Kelemahan : Koordinasi dan kerjasama ini cukup sulit jika pemerintahan pusat dan

j
daerah mempunyai tujuan yang berbeda dalam pembangunan daerah

ab
c. Peningkatan efektivitas pelaksanaan monitoring dan evaluasi Dana Perimbangan

> Kelebihan : Adanya peningkatan pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini agar
pelaksanaan program dapat berjalan dengan semestinya dan untuk menghindari

ut
permasalahan yang ada
Jaw

> Kelemahan : Kurangnya kesadaran oknum yang berkaitan dengan monitoring dan

an
evaluasi sehingga masih banyaknya masalah yang berkaitan dengan ini serta
kurangnya personil pemerintahan yang bertugas untuk melakukan monitoring dan
evaluasi
Pertanyaan & Jawaban
Jelaskan beberapa daerah mana saja yang mengalami permasalahan pendapatan
daerah? Bagaimana jika strategi yang dirancang untuk menangani masalah tersebut
tidak berjalan sebagaimana mestinya dan permasalahan yang ada tetap terjadi di
daerah? Apakah dari kelompok 4 sendiri punya solusi lain untuk memecahkan

Pertanyaan
permasalahan yang ada?

Daerah yang memiliki permasalahan pendapatan daerah salah satunya ada pada Kota
Bima dimana pengalokasian DAU ini masih diperuntukkan untuk belanja pegawai pada
tahun 2012-2016 yang menunjukkan pemerintah daerah Kota Bima masih berkonsentrasi
pada masalah administrasi, sehingga belum maksimal untuk meningkatkan pelayanan
publik. Hal ini diatasi dengan cukup baik pada pemerintahan setelahnya dengan
meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan urusan pemerintah daerah
terkait dengan pengalokasian pendapatan daerah.
jawaban
Adapun permasalahan yang terjadi di Kabupaten Nganjuk, dimana terdapat ketimpangan
dalam penggunaan DAU yang penggunaannya lebih besar untuk belanja pegawai
dibandingkan untuk belanja kebutuhan publik. Dan upaya yang telah diberikan antara lain
Mendorong peningkatan kapasitas fiskal di daerah dan adaya peningkatan kontrol
terhadap DAU serta sanksi terhadap kinerja daerah yang buruk berdampak pada
pengurangan DAU
Mengapa pemerintah pusat perlu memberikan dana perimbangan kepada
daerah? Bagaimana terkait besaran dana yang diberikan apakah sesuai dengan
kemandirian daerah ataukah semua daerah menerima dana perimbangan yg
sama?

Pertanyaan dan Jawaban


Tujuan utama pemberian dana perimbangan dalam kerangka otonomi
daerah mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bertujuan untuk
pemerataan kemampuan fiskal pada tiap daerah. Idealnya semua pengeluaran
pemerintah daerah dapat dicukupi dengan menggunakan PAD-nya, sehingga
daerah menjadi benar-benar otonom. Selanjutnya mengacu pada Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke
Daerah dan Dana Desa (TKDD) mekanisme pemberian dana perimbangan adalah
dilaksanakan berdasarkan kinerja penyerapan dan capaian output yang dilaporkan
pemda. Laporan cukup disampaikan kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN)
THANK U

Terima Kasih

You might also like