You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan karper merupakan salah satu jenis ikan air tawar banyak yang
banyak digemari oleh masyarakat. Ikan air ikan karperrelatif mudah di
budidaya baik pembesaran di kolam, sawah , waduk maupun dalam keramba di
perairan umum (Purwaningsi, 2013). Ikan mas karper mempunyai sifat unggul
diantaranya, mudah dalam pemeliharaan, pertumbuhannya cepat dan
mempunyai nilai ekonomis penting, sehingga banyak dibudidayakan.
Ikan karper tergolong jenis ikan favorit yang diminati konsumen.Ikan
karper memiliki beberapa keunggulan yaitu pertumbuhannya yang cepat, mudah
dipelihara, memiliki nilai gizi dan nilai ekonomis yang tinggi, permintaan pasar
yang tidak pernah surut, bahkan menunjukan peningkatan dari tahun ke
tahun.Banyak peluang usaha yang dijalanakan dari budidaya ikan karper
diantaranya pembenihan, pendederan dan pembesaran (Khairuman, 2013).
Kegiatan pembenihan ikan karper yang baik akan menghasilkan produk
benih ikan yang berkualitas baik. Benih ikan yang berkualitas baik
menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan tahan terhadap serangan penyakit
merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus disediakan. Penyediaan benih
bermutu merupakan satu kebutuhan utama dalam meningkatkan produktivitas
usaha pembenihan ikan karper, (Roberto S, 2015)
Pemijahan ikan karper yang dapat menghasilkan benih yang baik,
dengan memilih induk jantan maupun betina yang benar-benar matang
gonad.Induk yang dipilih diusahakan harus memiliki sifat unggul, seperti
pertumbuhannya cepat, tidak cacat, tidak mudah terserang penyakit, dan dapat
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan serta respon terhadap pakan,
(Roberto S, 2015).
Provinsi Nusa Tenggara NTT Khususnya di Balai Benih Ikan Sentral
(BBIS) Noekele merupakan salah satu pusat pembenihan ikan air tawar
sekaligus sebagai penyedia bibit untuk tiga jenis ikan air tawar yaitu ikan
karper, ikan nila dan ikan lele. Tiga jenis benih ikan air tawar ini telah mendapat
sertifikasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk boleh di produksi
dan dipasarkan.Oleh karena itu penulis tertarik untuk mempelajari dan
mempraktekan "Teknik Pembenihan Ikan Karper Secara Semi Alami" melalui
kegiatan PKL di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Noekele.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan Praktek Kerja Lapang
(PKL) yaitu:
1. Untuk mengetahui teknik pembenihan ikan karper (Cyprinmuscarpio)
diunitpelaksana teknis Balai Benih lkan Sentral Noekele.
2. Untuk mengetahui kelayakan usaha pembenihan ikan karper (Cyprinus
carpio) diunit pelaksana teknis Balai Benih Ikan Sentral Noekele.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapang (PKL) ini adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tentang teknik
pembenihan ikan karper (CyprinuS carpio)
2. Sebagai sumber informasi tentang pembenihan ikan karper untuk civitas
akademika Politeknik Pertanian Negeri Kupang
3. Sebagai pedoman bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan pembenihan
bagi pembudidaya lokal di kota kupang.
1.4 Ruang Lingkup Kerja
Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan pada tangga
Maret sampai dengan di Balai Benih lkan Sentral Noekele Desa Tuatuka
Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang dengan Judul kegiatan yaitu:
Teknik Pembenihan Ikan karper (Cprynus carpio). Kegiatan pembenihan
meliputi beberapa tahap secara umum yaitu Persiapan Wadah Atau Kolam,
Pemeliharaan Dan Seleksi Induk, Pengukuran Kualitas Air, Pemijahan,
Penetasan Telur, Pendederaan Larva, Pemeliharaan Larva, Pemanenan Dan
Pemasaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi IkanKarper (Cyprinus carpio)


Klasifikasi Ikan Karper (Cyprinus carpio) Menurut Saanin (1984) dalam
B. Fabianus, (2019 )adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class :Actinopterygii
Ordo :Cypriniformes
Family : Cypridae
Genus :Cyprinus
Species : Cyprinus carpio

Gambar 1. Ikan Mas Karper (Cyprinus carpio)

Tubuh ikan mas terbagi tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor
(Gambar 1). Memiliki mulut kecil yang membelah bagian depan kepala,
sepasang mata, sepasang lubang hidung terletak di bagian kepala, dan tutup
insang terletak di bagian belakang kepala. Seluruh bagian tubuh ikan mas
ditutupi dengan sisik yang besar, dan berjenis cycloid yaitu sisik halus yang
berbentuk lingkaran.Ikan Karper memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung
yang terletak di bagian punggung (dorsal fin), sirip dada yang terletak di
belakang tutup insang (pectoral fin), sirip perut yang terletak pada perut (pelvic
fin), sirip dubur yang terletak di belakang dubur (anal fin) dan sirip ekor yang
terletak di belakang tubuh dengan bentuk cagak (caudal fin) (Santoso, 2011).

2.2. Syarat dan Kebiasaan Hidup lkan Karper (Cyprinus carpio)


Ikan karper (Cyprinus carpio) hidup pada perairan tertutup seperti
kolam-kolam air tawar dan perairan terbuka seperti danau, sungai, rawa dan
waduk.Ikan ini lebih menyukai perairan yang dangkal, tenang dan terbuka.Ikan
karper dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas
permukaan air laut, dan suhu idealnya berkisar antara 25- 30°C.Meski demikian
ikan karper tergolong ikan yang mampu bertahan hidup dalam air yang suhunya
mengalami perubahan dalam kisaran antara 4-30°C.Namun ikan îni juga pernah
ditemukan dimuarasungai perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas
25-30 ppt. pH idealnya berkisar antara 7-9, (Supriatna, Y 2013).
Habitat aslinya yang dialam meliputi sungai berarus tenang sampai
sedang dan diarea dangkal danau.Perairan yang disukai tentu banyak
menyediakan pakan alaminya.Bagian-bagian sungai terlindungi rindangnya
pepohonan dan tepi sungai dimana terdapat runtuhan pohon yang tumbang
dapat menjadi tempat favoritnya.Ikan karper memijah di perairan yang dangkal
atau arca perairan yang kering dimusim kemarau dan di musim hujan tergenang.
Tergenangnya area itu akan menimbulkan bau tanah yang dapat merangsang
terjadinya pemijahan (Gunadi,2010).

2.3 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Karper


Ikan karper (Cyprimus carpio) digolongkan kedalam ikan pemakan
segala (omnivora).Ikan ini tergolong jenis omnivora karena dapat memangsa
berbagai jenis makanan baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan air.
Tumbuhan air yang menjadi makanannya antara lain: buah-buahan darī
tumbuhan pinggir sungai dan biji - bijian. Hewan air yang menjadi makanannya
antara lain: udang-udangan, serangga, kerang-kerang, cacing dan sisa-sisa
organisme. Jenis makanan yang dapat dimakan oleh larva berumur 4-5 hari
adalah organisme renik berupa plankton. Selain itu ikan karper dikategorikan
sebagai "bottom feeder" (Rahmawaty, 2009).
Kebiasaan makan ikan karper (Cyprinus carpio) yaitu sering mangaduk-
aduk dasar kolam, termasuk dasar pematang untuk mencari jasad-jasad
organik.Karena kebiasaan makannya seperti ini, ikan karper (Cyprinmus carpio)
dijuluki sebagai bottom feeder (pemakan dasar). Di alam, ikan ini hidup menepi
sambil mengincar makanan berupa binatang - binatang kecil yang biasa hidup
dilapisan lumpur tepi danau atau sungai (Susanto,2004).
Pemberian pakan bertujuan menunjang kelangsungan hidup ikan karper
mulai dari larva, benih hingga siap panen.Pada umumnya umur 2-3 hari larva
ikan karper belum membutuhkan makanan tambahan karena masih mempunyai
makanan cadangan berupa kuning telur (yotk solk). Setelah berumur 5 hari larva
karper memakan organisme renik berupa plankton nabati yang berukuran 100-
300 mikron dan pada umur 5 hari ukuran larva mencapai 6-7 mm. Pada umur 1
bulan ukuran normal larva mencapai 1-3 cm dan ukuran organisme yang bisa
ditelan berkisar antara 0,5-2,0 mm. Ikan karper membutuhkan pakan tambahan
pada awal pemeliharaan ditahap pendederan hingga ikan dipanen. Pakan
tambahan berupa pakan pelet ( Prasetya, 2015).

2.4 Biologi Reproduksi Ikan Karper


Ikan karper merupakan kelompok hewan teleostei, Ikan betina dan ikan
jantan tidak memiliki alat kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur-
telur yang bercangkang namun mengeluarkan ovum yang tidak akan
berkembang lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut
dikeluarkan oleh ovarium melalui oviduk dan dikeluarkan melalui kloaka. Saat
akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang rimbun oleh tumbuhan air atau
di antara bebatuan didalam air. Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga
mengeluarkan sperma dari testis yang disalurkan melalui saluran urogenital
(saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan keluar melalui kloaka sehingga
terjadi fertilisasi didalam air (fertilisasi eksternal).Peristiwa ini terus
berlangsung sampai ratusan ovum yang olbuan melckat pada tumbuhan air atau
pada celah-celah batu.Telur yang berhasil dibuahi tampak seperti bulatan-
bulatan kecil bervarna putih. Telur-telur ini akan menetas pada waktu 24 - 40
jam. Larva yang baru menetas mendapat makanan pertamanya dari sisa kuning
telurnya yang tampak seperti gumpalan didalam perutnya. Didaerah subtropis,
ikan mas mencapai tingkat kedewasaan (matang kelamin dan matang gonad)
pada umur 2-3 tahun dan panjangnya berkisar antara 25 - 40 cm, ikan mas
jantan mencapai dewasa kelamin berkisar umur antara 2-3 tahun dan
panjangnya berkisar antara 25-30 cm. Sedangkan ikan betina mencapai matang
gonad pada umur 4-5 tahun dan panjang tumbuh berkisar antara 30-40 cm. Di
wilayah tropis, ikan mencapai tingkat kedewasaan pada usia muda yaitu
berkisar umur 1-2 tahun (Suseno, 2000). Proses kematangan gonad ikan karper
berlangsung reaor lama dan pelan-pelan. Perkembangan gonadnya sangat
dipengaruhi oleh temperatur lingkungan.Tetapi perkembangan telur dan sperma
induk ikan kaper yang hidup di daerah tropis relatif lebih cepat dibandingkan
dengan dikawasan subtropis.

2.5 Pertumbuhan Ikan karper


Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran jumlah atau ukuran yang
bersifat kuantitatif, karena mudah diamati dan bersifat inversible atau terjadi
penambahan substansi disertai penambahan bentuk atau struktur sel (Suriyono,
2016).Petumbuhan adalah penambahan bagian-bagian ukuran tubuh dan fungsi
fisiologi. Pertumbuhan akan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Pertumbuhan ikan memiliki hubungan yang erat antara pertumbuhan panjang
dan berat (Pindonta, 2014).
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
yang meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang
berhubungan dengan lingkungan. Faktor eksternal tersebut yaitu komposisi
kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan metabolik, ketersediaan pakan,
hama dan penyakit, meskipun secara umum hal yang memegang peran yang
sangat penting adalah zat hara dan suhu lingkungan, akan tetapi didaerah tropis
zat hara lebih penting dibandingkan lingkungan. Tidak semua makanan yang
dinakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuuhan.Sebagian besar energi dari
makanan yang dimakan digunakan untuk aktifitas, pertumbuhan, dan reproduksi
(Suriyono, 2014). Salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ikan
karper, makan yang mencukupi ( pakan alami atau buatan) hal ini karna ikan
tersebut mengambil makanan lebih banyak dari biasanya sehingga terdapat
kelebihan untuk pertumbuhan, (ardita dkk., 2015).
Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan akan dapat dipercepat jika
pakan yang diberikan memiliki nutrisi yang cukup. Pertumbuhan ikan akan
dapat terjadi jika jumlan nutrisi pakan yang dicerna dan diserap oleh ikan lebih
besar dari jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan, tubuh ikan akan
mengalami pertumbuhan yang lambat dan kecil ukurannya jika pakan yang
diberikan kurang memadai. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal.Faktor internal meliputi keturunan, umur, ketahanan terhadap
penyakit dan kemampuan memanfaatkan makanan, scdangkan faktor eksternal
meliputi suhu, kualitas dan kualitas makanan, serta ruang gerak (Gusrina, 2008).

2.6 Pembenihan Ikan Karper


Sebelum memulai pembenihan ikan karper, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh pembudidaya, khususnya pada pemula.Persiapan yang
dilakukan biasanya bersifat teknis dan non teknik.Persiapan non teknis
berkaitan dengan persiapan diri pembudidaya untuk melakukan budidaya,
sedangkan teknis berkaitan dengan sarana dan prasarana budidaya.
Persiapan non teknis merupakan Persiapan yang berkaitan dengan
masalah internal pembudidaya itu sendiri, kesiapan mental, modal dan
keterampilan yang dimiliki pembudidaya menjadikan usaha budidaya yang
akandilakukan menjadi tidak ada hambatan. Sedangkan persiapan teknis
merupakan Persiapan erat kaitanya dengan penentuan lokasi, penggunaan lahan,
pembuatan kolam, penebaran benih, persiapan pakan yang akan diberikan pada
ikan, pengendalian hama dan penyakit, dan panen.
2.6.1 Persyaratan Produksi Benih Ikan Karper SNI 8035-2014
Standar ini menetapkan cara pembenihan ikan yang baik (CPIB) yang
meupa persyaratan teknis, menajemen, keamanan pangan dan lingkungan.
Cara pembenihan ikan yang baik telah diterapkan oleh pelaku usaha
pembenihan dalam memproduksi benih bermutu untuk mendapatkan sertifikat
dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
2.6.2 Pra Produksi
1. Lokasi Kolam Dan Sawah
a. Kawasan : bebas banjir dan bebas dari pengaruh pencemaran.
b. Jenis tanah: tanah liat berpasir
c. Air : tersedia sepanjang tahun dan memenuhi persyaratan minimal
baku mutu budidaya
d. Ketinggian: ketinggian lahan 0m-1000 m atas permukaan laut.
2. Sumber Air
a. Jernih tidak tercemar
b. Tersedia sepanjang tahun
c. Suplai pemasukan dan pembuangan air: pipa pve, bis atau saluran tembok
kedap air atau tanah
3. Wadah
a. Produksi larva : wadah pemjahan penetasan telur dan pemeliharaan larva
berupa hapa,bak dan kolam.
b. Produksi kebun (pendederan I ) : kolam tanah ukuran minimal 500 m2.
c. Produksi putihan, belo dan sangkal (pendederan ,II dan IV): kolam tanah
ukuran minimal 500 m, sawah dan keramba jarring apung dengan mata
jaring 0,5 cm - 1,0 cm

4. Induk Ikan
1. Pemeliharaan induk
Memilih induk yang baik merupakan salah satu cara
meningkatkan produksi benih. Oleh karna itu, pemilihan calon induk
atau yang akan dikawinkan harus dilakukan dengan baik dan benar.
Sekalipun ikan didaerah tropis cenderung cepat matang gonadnya,
tetapi umur yang ideal yang layak dan produktif untuk dikawinkan,
adalah berkisar umur 1-2 tahun. Pada musim hujan induk ikan mas
yang unmurnya kurang dari satu tahun sudah dapat dipijahkan tetapi
pada musim kemarau, induk-induk terscbut sabailknya di rawat
intensif di dalam kolam induk (Khumaidi 2016),
2. Ciri-ciri induk matang gonad
Ciri-ciri induk betina yang matang gonad antara lain sebagian
perutnya tampak besar dan bergelambir jika dilihat dari atas. Perut
diraba terasa lembek sekitar lubang urogenitalnya tampak memerah
dan keluar telur ketika diurut (striping).Induk jantan matang kelamin
ditandai dengan keluarnya sperma warna putih ketika diurut
urogenitalnya (Saputra 2011).
3. Seleksi induk
Usaha pembenihan ikan karper dilakukan dengan berbagai cara
yaitu secara tradisional, semi intensif, dan secara intensif. Dengan
semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi
pembenihan telah dilaksanakan penggunaan induk-induk berkualitas
baik. Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung
pada kondisi alam namun manusia banyak menemukan kemajuan
diantaranya pemijahan dengan hipotisa, peningkatan derajat
pembuahan telur dengan teknik pembuahan buatan, penetasan telur
secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik kultur
makanan alami, dan pemurnian kualitas induk ikan.
peningkatanproduksi benih perlu dilakukan penyeleksian terhadap
induk ikan karper (Gunadi, 2010).
Ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan betina adalah
sebagai berikut :
a. Betina
 Badan bagian perut besar, buncit dan lembek
 Gerakan lambat pada malam hari biasanya loncat-loncat
 Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning
b. Jantan
 Badan agak langsing
 Gerakan lincah dan gesit
 Jika perut distriping mengeluarkan sperma berwarna putih
2.6.3 Induk Ikan Karper Sesuai Dengan SNI 01-6136-1999
Hal ini sesuai dengan SNI 01-6136-1999 Standar produksi induk ikan
karper (Cyprnus carpio) kelas induk pokok (parent stock, PS) disusun sebagai
upaya meningkatkan jaminan mutu (quality assurance), mengingat induk ikan
karper hanyak diperdagangkan serta mempunyai pengaruh terhadap benih
yang dihasilkan sehingga diperlukan persyaratan teknis tertentu
Produksi ikan karper kelas induk pokok diterbitkat oleh Badan
Standarisasi Nasional (BSN) scbagai pihak yang berwewenang
mengkoordinasi srandar sesuai dengan Keppres RI No. 13 tahun 199 standar
produksi induk ikan, kelas induk pokok dimaksudkan untuk dapat
dipergunakan oleh produsen induk/benih, penangkar dan instarnsi yang
memerlukan serta permbinaan mutu dalarn rangka sertifikat.
2.6.4 Bahan
a. Pakan : pellet (pakan buatan) kandungan protein minimal 30%, lemak 6%-
8% (bobot kering)
b. Pupuk : organic (pupuk kandang
c. Bahan : kimia dan obat-obatan: biru metilena, kalium pemanganat, organo
fosfat formalin, kapur tohor (CaO) dan oksitetrasiklina (bila diperlukan).
2.6.5. Peralatan
a. Produkst larva : kakaban, happa, pengukur kualitas air dan peralatan
lapangantimbangan, waríng,ember, lambit)
b. Produksi kebul, putihan, belo dan sangkal : pengukur kualitas air,
peralatan lapangan (waring, ember, cangkul).
2.6.5 Proses Produksi
A. Produksi Larva (Pemijahan Dan Penetasan Telur)
a. Kualitas Air Media Pemijahsan Dan Penetasan Telur
1. Suhu : 25°C-30°C
2. Nilai ph :6,5-8,5 ppt
3. Debit air untuk penetasan telur : 0,5 liter/detik
4. Oksigen terlarut : minimal 5 mg/l
5. Ketinggian air :50 cm- 70 cm.
b. Penggunaan Bahan
1. Penggunaan bahan kimia: kalium pengemanat 2mg/l1-4 mg/l,
birumetilena 1 mgl-3mg/I
2. Penggunaan obat-obatan :oksitctrasiklina 5 mg/1-10 mg/
(biladiperlukan)
c. Padat Tebar
1. Induk untuk pemijahan: 2 kg induk betina/4 m2
2. Telur untuk penetasan :10.000 butir -20.000 butir/ m2 kakaban.
d. Waktu
1. Penetasan telur : 45 jam pada suhu 25°c
2. Pemeliharaan larva : 4 hari
2.6.7 Produksi Kebul ,Putihan Belo Dan Sangkal (Pendederan i, ii, ii dan iv)
a. Kualitas dan kuantitas air media di kolam
1. Suhu optimum : 28°c
2. Nilai ph : 6,5-8,5
3. Debit air : (0,4-0,7) liter/detik, untuk luas kolam 500m2
4. Oksigen terlarut minimal : 5 mng/l
5. Ketinggian air : 25 cm- 70 cm
6. Kecerahan sechi disk : 25 cm
b. Penggunaan bahan pada produksi kebul, putihan, belo dan sangkal(Pi, Pii, P
ii, P iv) di kolam
1. Penggunaan pakan
2. Penggunaan pupuk
3. Penggunaan kapur
2.6.8 Pemanenan dan Pemasaran Benih Ikan Karper
 Sintasan
Sintasan Larva : 70%- 80%
Tabel 1. Ukuran panjang total dan bobot yang dipanen
No. Kriteria Larva Kebul Putihan Belo Sangkal
1 Umur maksimal (hari) 4 20 40 70 90
2 Panjang total minimal (cm) 0.6 1 3 5 8
3 Bobot minimal (g) -  0.2 3 6 10
4 Keseragaman ukuran minimal (%) 80 80 80 80 80
5 Keseragaman warna minimal (%) 95 95 95 95 95
2.6.9 Persiapan Kolam
Kolam yang disediakan perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan
ikan karper (Cyprinus carpio). Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas,
air tidak terlalu keruh, kadar oksigen dalam air cukup, debit air cukup, dan
sirkulasi dapat beralan dengan lancar antara pemasukan air dan pengeluaran
terletak di sudut-sudut kolam berseberangan sehingga memungkinkan
pergantian air pada seluruh bagian kolam, (kristian ismail, 2010). Suhu
berkisar 25°C, diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air,
jumlah inauk yang ditebar tergantung luas kolam, sebagai patokan seekor
induk berat 1 Kg memerlukan kolam seluas seluas Sm?, pemberian makanan
dengan kandungan protein 25% untuk pellet diberikan secara teratur 2 kali
sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk ikan.

a. Pemijahan
Pemijahan adalah pertemuan antara ikan jantan dan betina yang
bertujuanuntuk pembuahan telur oleh sperma.Pemijahan semua buatan adalah
pemijahan yang berlangsung akibat adanya setengah campur tangan manusia,
dengan menyuntikan hormon perangsang pada induk betina.Umbulan
dilakukan secara alami yaitu dengan meletakkan induk jantan dan betina
dalam satu kolam tanpa diberi perlakukan khusus dan hanya menggunakan
kakaban serta waring sebagai substrat sebagai tempat telurmelekat. Pemijahan
ikan mas terjadi sekitar pukul 22.00 – 03.00, prosespemijahan ditandai
dengan bunyi percikan air yang dihasilkan akibat proses pengejaran induk
betina olehpejantan.
Menurut Ismail dan Khumaidi (2016), ikanmas memijah pada pukul
22.00 sampai menjelang subuh ditandai dengan aktifitas induk jantan yang
mengejar induk betina. Induk betina akan mengeluarkan telur menjelang
tengah malam pada kakaban dan waring dan diikuti oleh induk jantan yang
mengeluarkan cairan sperma berwaran putih. Pukul 05.00 dilakukan
pengamatan kembali pada kolam pemijahan, telur ikan mas terlihat menempel
pada kakaban dan waring, kemudian dilakukan pemindahan induk ikan mas
dari kolam pemijahan. Tujuan dari pemisahan induk setelah memijah yaitu
agar telur yangbaru menempel tidak dimakan oleh induk ikan mas.
b. Penetasan Telur
Pemijahan adalah proses pengeluaran telur oleh induk betina dan sperma
oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Proses
pemjahan sebenarnya merupakan reaksi terhadap ransangan alami yang
bersifat kompleks setelah terjadi pemijahan tahap selanjutnya adalah proses
penetasan ro penetasan terjadi mulai dari telur dibuahi sampai dengan
menetas. Pembuahan ini terjadi secara eksternal dan telur yang tidak dibuahi
akan berwarna putih dan mengalami kematian yang terserang jamur yang
menyerupai benang-benang halus (Kordi, 2010).
Partosuwiryo dan warseno (2011), Setelah menetas embrio memasuki
masa larva. Larva adalah embrio yangmasih berbentuk primitif atau sedang
dalam proses peralihan untuk menjadi bentuk defenitif. Akhir masa larva
ditentukan dengan habisnya kantong telur. Saat itu merupakan akhir dari
bentuk primitive atau sedang dalam proses peralihan untuk menjadi bentuk
tubuh induk/dewasa. Saat larva berumur 5-7 hari maka larva siap ditebar
dalam kolam pendederan.
c. Pendederan
Larva ikan karper yang telah memasuki usia 5 hari dari waktu penetasan,
dan telah dilakukan pemeliharaan, kemudian ditebar kedalam kolam
pendederan, pendederan adalah kelanjutan pemeliharaan ikan karper dari hasil
kegiatan pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan.
Penebaran benih ke dalam kolam pendederan dilaksanakan 5-7 hari setelah
masa persiapan kolam selesai dan kolam telah ditumbuhi makanan alami.
Menurut Akbar (2016), salah satu cara untuk penyediaan pakan ikan di
kolam selain pemberian pakan buatan, yaitu dengan cara memberi pupuk
dengan tujuan meningkatkan jumlah pakan alami ikan dan mampu
meningkatkan produksi ikan yang dipelihara. Pupuk kandang diberikan
setelah indukan dikembalikan, hal ini disebabkan ketidak tersediaan kolam
sehingga kolam pemijahan akan langsung digunakan sebagai kolam
pendederan. Larva akan dipelihara dalam kolam selama 1bulan.

d. Pemanenan Benih
Pemilihan waktu panen yang tepat adalah saat suhu masih rendah, yaitu
pada waktu pagi atau sore hari. Benih ikan akan mengalami stres ketika
terkena sengatan panas matahari. Jika panen belum selesai sementara suhu
udara mulai tinggi, sebaiknya kegiatan panen dihentikan dan kolam harus
diairi kembali hingga penuh ( Khairuman dkk, 2005)dalam B. Fabianus,
(2019 )

2.6.10 Aspek Analisis Usaha Dan Pemasaran


David (2011), p 179), kekuatan yang ada dalam lingkungan internal
perusahaan dalam menjalankan usaha atau bisnis ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Aspek pasar, yaitu meneliti tentang permintaan suatu produk atau jasa,
berapa luas pasar, pertumbuhan permintaan dan marker-share dari
produk yang bersangkutan.
2. Aspek pemasaran, yang meneliti segmen, target, posisi produk,
kepuasan konsumen dan hal-hal yang berkaitan dengan urusan
marketing
3. Aspek teknik dan teknologi, yang meneliti kebutuhan apa yang
diperlukan dan bagaimana secara teknis, proses produksi akan
dilaksanakan.
4. Aspek sumber daya manusia, yang meneliti tentang peran SDM dalam
pembangunan proyek bisnis dan juga peran SDM dalam operasional
rutin bisnis setelah proyek selesai dibangun.
5. Menajemen, meneliti tentang menajemen, pada saat pembangunan
proyek bisnis dan juga menajemen saat bisnis dioperasionalkan secara
rutin.
6. Aspek keuangan, meneliti tentang perhitungan jumlah dana yang
diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan harta
tetap proyek.
7. Aspek sosial, politik dan ekonomi, yang menganalisis kondisi-kondisi
eksternal diluar perusahan yang dinamis tidak bias dikendalikan, secara
politik, perekonomian Negara dan juga sosial.
8. Aspek lingkungan industry, yang meneliti tentang persaingan dan
kondisi lainya yang mempengaruhi perjalanan suatu bisnis.
9. Aspek yuridis, yang meneliti tentang hal-hal yang menyangkut badan
hukum perusahaan , įjin operasional dan lainnya.
10. Aspek lingkungan hidup, dimana analisis dilakukan untuk meneliti
pengaruh operasional bisnis terhadap lingkungan sekitarnya, seperti
kesehatan, polusi, pencemaran dan lainnya.

Pemasaran (Marketing) merupakan hal yang mendasar sehingga tidak


dapat dilakukan sebagai fungsi yang terpisah.Pemasaran sebenarnya lebih dari
sekedar mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen. Pemasaran
adalah suatu proses sosial dan menajerial yang didalam individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, yang bernilai dengan pihak lain. Triyanti dan
Syafitri (2012) menjelaskan bahwa pemasaran produk merupankan salah satu
komponen pasca produk yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih kerna
merupakan kunci dalam pengembangan usaha.Pemasaran adalah suatu proses
yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan
perusahan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
pertukaaran dengan pihak lain. dan mempertukaran produk.
Pemasaran didefinisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara
fisik dan ekonomi dari produsen melalui pedagang perantara sampai ketangan
konsumen. Pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, artinya pasar dan pemasaran memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi, dengan kata lain, setiap
ada kegitan pasar, selalu diikuti dengan pemasaran dan setiap kegiatan
pemasaran adalah untuk mencari atau menciptakan pasar. Pengertian pasar
secara sederhana ialah sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi.
Pengertian lain yang lebih luas tentang pasar ialah himpunan pembeli
nyata dan pembeli potensial atas suatu produk. Dalam pengertian ini
mengandung arti bahwa pasar merupakan kumpulan atau himpunan dari para
pembeli, baik pembeli nyata maupun pembeli atas suatu produk atau jasa
tertentu.Pasar juga dapat diartikan pula sebagai suatu mekanisme yang terjadi
antara pembeli atau penjual atau tempat pertemuan antara kekuatan-kekuatan
permintaan dan penawaran yang dimaksud dengan permintaan adalah jumlah
barang dan jasa yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga pada
suatu waktu tertentu. Nurjayanti (2011) menyatakan bahwa permintaan pasar
atau permintaan agragat atas suatu komoditi menunjukan jumlah alternatis
dari komoditi yang di minta per periode waktu pada berbagai harga
alternatifoleh semua individu di dalam pasar..
2.6.11 Analisis Usaha
Analisis usaha adalah suatu kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu
keseluruhan menjadi komponen sehingga bisa mengenal tanda-tanda
komponen, hubungan suatu dengan yang lain fungsi masing-masing dalam
suatu keseluruhan yang terpadu. Analisis usaha meliputi biaya tetap, biaya
variabel dan revenue cost ratio, dimana biaya tetap dalam proses produksi.
Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah
produksi mengalami perubahan (naik turun) dan biaya variabel adalah jumlah
biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya jumlah pengeluaran
yang akan dikeluarkan. Semakin besar pengeluaran atau barang yang akan
dihasilkan maka, akan besar pula biaya variabel yang akan dikeluarkan dalam
rangka meminimumkan biaya persediyaan bahan baku (studi pada UD.
Sumber rejo kandangan Kediri) menyimpulkan bahwa persidiaan merupakan
kekayaan perusahaan yang berupa haban bakun bahan setengah jadi dan
bahan jadi, Yuliyana Topowijono dan Sudjana (2016).
Di lain sisi, tujuan akhir dari analisis usaha yaitu untuk mengetahui
kelayakan suatu usaha yang dijalankan yang dapat dihitung dengan
menggunakan revenue cost ratio. Revenue cost ratio merupakan efesiensi
usaha, yaitu ukuran perbandingan antara penerimaan usaha (Revenue = R)
dengan total biaya (Cost = TC) dengan nilai R/C, dapat diketahui bahwa suatu
usaha menguntungkan atau tidak. Usaha efesiensi (menguntungkan) jika nilai
Total penerimaan( R)
R/C> 1 Rumus : R/C – Ratio ¿
total biaya (TC)
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) ini dilaksanakan pada bulan Maret
sampai Juni 2020 bertempat di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Noekele, Nusa
Tenggara Timur, Kabupaten Kupang Timur, Kelurahan Tuatuka.

3.2 Metode Pengumpulan Data


a. Data Primer
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan dan
melengkapi data yang dibutuhkan selama dalam penulisan laporan PKL ini
adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan langsung/praktek langsung (Observasi)
Melakukan pengamatan dan praktek langsung pada kegiatan
pembenihan ikan karper di (BBIS) Noekele.
2. Wawancara
Berdiskusi secara langsung dengan pembimbing lapangan atau teknisi
lapangan terkait kegiatan yang sedang dikerjakan.
3. Dokumentasi
pengambilan data berupa gambar dan tulisan pada saat kegiatan sedang
berlangsung.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang di peroleh lewat pihak lain, atau
tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek. Dalam kegiatan ini data
sekunder didapatkan melalui studi literatur.
c. Studi Literature
Studi literatur merupakan pengumpulan data berdasarkan referensi buku
atau literatur yang sudah ada yang berhubungan dengan ikan karper
3.3 Pembenihan ikan karper
A. Persiapan Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam pembenihan ikan karper di BBIS Noekele
dapat dilihat dalamtabel berikut ini:
Tabel 2.Alat – alat yang digunakan beserta fungsinya.
No Alat Jumlah Satuan Fungsi
1 Kolam induk 2 Buah Wadah pemiliharah induk betina dan jantan
Kolam calon induk 2 Buah Wadah pemilihara calon induk
Kolam benih 2 Buah Wadah pemiliharaanbenih sesuai ukuran
Kolam larva 1 Buah Wadah pemiliharaan larva
2 Fiber persegi 12 Buah Wadah pemijahan sekaligus penetesan telur
3 waring tarik 2 Buah Alat penangkap ikan,indukdan calon induk
4 waring tampung 2 Buah Menangkap calon induk dan induk
5 hapa tarik 2 Buah Menangkap benih yang ukuran kecil
6 hapa tampung 2 Buah Menampung benih
7 serok induk 2 Buah Menyerok calon indukdan induk
8 serok larva 2 Buah menyerok larva
9 bokor sortir 5 Buah menggriding benih sesui ukuran
10 Blower 2 Buah Menyuplai oksigen
11 Alat takar 2 Buah Sampel benih (menghitung benih)
12 Thermometer 3 Buah Mengukur suhu
13 pHmeter 1 Buah Mengukur Ph
14 Dometer 1 Buah Mengukur oksigen terlarut dalam kolam
15 Timbangan 1 Buah Menimbang pakan kapur dan pupuk
16 Sekop 1 Buah Mengambil pupuk kandang
17 Pacul 2 Buah Mencangkul dasar kolam
18 Karung 2 Buah Pengangkutan pupuk kandang (cirit ayam)
19 Sapu lidi 1 Buah Menyapu dasar kolam
20 Ember 3 Buah Memindahkan larva kekolam pendederan
21 Kakaban ± 50 Buah Subsrat menempelnya telur
22 Sikat 2 Buah Mengosok dinding fiber dan kolam
23 Jarum suntik 2 Buah Menyuntik ovaprim dan aquades pada induk yang dipijah
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembenihan ikan karper di BBIS
Noekele dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.Daftar Bahan yang digunakan beserta fungsinya.
No Bahan Fungsi
1 Induk ikan mas karper Untuk dipijahkan
2 Pakan:
1.PSK (Serbuk) Pakan ikan larva
2.F-999 Pakan untuk benih
3.Hyprofite 781-1 Pakan untuk calon induk dan induk
4. Hyprofite-2 Pakan untuk calon induk dan induk
5.Hyprofite-3 Pakan untuk calon induk dan induk
6. kuning telur pakan untuk larva
3 Kapur tohor Menetralisir keasaman tanah dan membunuh
sisa organisme dalam kolam
4 pupuk kandang Menumbuhkan pakan alami
5 Ovaprom Hormon perangsang
6 Aquades Pengencer hormon ovaprim
7 Air Media budidaya
3.4 Prosedur Pemijahan Ikan Karper
3.4.1 Persiapan bak Pemijah
1. Menggosok dinding dan bak pemijahan mengunakan sikat lalu dibilas
dengan air bersih
2. Mengisi air dalam wadah pemijahan dengan ketinggian air 40 cm
3. Pengecekan aerator untuk memastikan bahwa aearator berfungsi dengan
baik.
4. Perbaikan ,pencucian dan penjemuran kakaban,pencucian kakaban
3.4.2 Seleksi Induk
1. Penangkapan induk jantan dan betina dengan mengunakan waring tarik
2. Seleksi induk jantan dan betina dengan caramenstriping
3. Berat induk ikan yang dipijah sekitar 500-1000 gram/ekor
4. Induk yang sudah seleksi,diberok terlebih dahuluh sehari sebelum
melakukan pemijahan
3.4.3 Pemberokan
Pemberokan dilakukan 1 hari sebelum ikan akan dipijahkan, tujuannya
agar ikan yang diseleksi dapat membersihkan dirinya (mengeluarkan kotoran).
Sebelum proses pemijahan pemberokan ini hanya bersifat sementara.
3.4.4 Penyuntikan dan Pemijahan.
1. Menimbang induk untuk mengetahui berat induk dan untuk melakukan
perbandingan jantan dan betina dan juga untuk menentukan hormon
perangsang(ovaprim) yang akan digunakan.
2. Perbandingan induk ikan karper adalah 1:2-3 (1 betina: 2-3 jantan)
3. Penyuntikan dilakukan pada bagian bawah sirip punggung bagian
belakang dengan kemiringan jarum suntik 45°C.
4. Penyuntikan dilakukan untuk memberi rangsangan agar mempercepat
proses pemijahan dan menentukan waktu pemijahan (dapat diprediksi/
diperkirakan ± 8-10 jam ikan memijah setelah penyuntikan) Penyuntikan
dilakukan dengan hormon perangsang (ovaprim) dan aquades sebagai
pengencer, dengan dosis ovaprim untuk betina 0,3-0,4 ml/kg dan jantan
0,2 ml/kg, dan dilarutkan dengan aquades dengan perbandingan 1:1.
penyuntikannya dilakukan pada bagian bawah sirip punggung bagian
belakang dengan kemiringan jarum suntik 45 °C.
5. Setelah penyuntikan induk ikan karper dibiarkan di dalam waring
tampung yang telah disiapkan ± 5 jam.
6. Setelah 5 jam induk ikan karper dimasukan didalam fiber/wadah
pemijahan yang telah disiapkan
7. Biarkan ± 1 jam, lalu memasukan kakaban yang sebagai substrat untuk
yang telah disiapkan. menempelnya telur.
8. Pengamatan (dilakukan selama proses pemijahan berlangsung) agar
kakaban sudah terisi padat telur, dilakukan pergantian kakaban pada saat
ikan memijah agar tidak terjadi penumpukan (kepadatan telur yang
berlebihan)
9. Jika kakaban sudah terisi padat telur, maka dilakukan pemindahan
kakaban pada wadah penetasan yang telah disiapkan.
10. Pengangkatan induk dari wadah pemijahan setelah proses pemijahan
selesai (4-5 jam setelah memijah yang pertama)
3.4.5 Perawatan Dan Penetasan Telur
Setelah ikan selesai memijah dilakukan pencucian telur yang bertujuan
untuk membersihkan sisa-sisa sperma dan lemak-lemak yang keluar bersama
telur sehingga tidak terjadi kerusakan pada telur. Dalam tahap perawatan telur
ada beberapa factor penting yang perlu diperhatikan selain pencucian telur,
antara lain:
1. Pengamatan
2. Pengukuran suhu dan Do
3. Pengaturan aerator (tidak terlalu kencang atau kecil)
Telur ikan karper akan ditetaskan dalam wadah penetasan (bak fiber
persegi) dan telur ikan karper akan menetas dalam waktu 2 x 24 jam setelah
proses pemijahan selesai. Setelah telur menetas, larva tetap dipelihara dalam
wadah penetasan selama 3-4 hari sebelum ditebar dalam kolam /bak
pendederan 1 (P1)
3.4.6 Pemeliharaan Larva Dan Benih
A. Pemeliharaan larva
1. Sebelum proses pemindahan(panen larva) terlebih dahulu mempersiapkan.
bak/kolam pendederan I (P)) yang waktu persiapannya bersamaaan atau
seiring dengan waktu pemijahan (5-7 hari) sebelum penebaran larva.
2. Pemindahan larva dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi
mortalitas/kematian pada larva, dan pemindahan larva menggunakan serok
larva dan ember.
3. Pemanenan larva dilakukan dengan hati-hati (pengambilan larva pada bak
penetasan telur). Pengerokan secara perlahan-lahan dan searah untuk
menghindari kematian pada larva.
4. Padat tebar larva yaitu 100-500ekor/m
5. Pakan yang diberi, pakan buatan berupa tepung (PSP) yang diberikan dua
kali sehari yaitu pagi dan sore. Pemberian pakan secara atlibitung
(pemberian pakan secara perlahan sampai sekenyang-kenyangnya).
6. Pemeliharaan larva selama ± 21-30 hari.
7. Sebelum dipanen benih akan diseleksi (grading) berdasarkan ukuran dan
selanjutnya dipelihara di kolam pendederan 2(p2), dan waktu yang baik
untuk seleksi adalah pagi dan sore hari.
8. Ukuran benih yang dihasilkan adalah ukuran 1-3 cm.
3.4.7 Pemeliharaan Benih Ukuran1-3 Cm (Pendederan 1)
1. Sebelum proses pemindahan benih (panen benih) terlebih dahulu
mempersiapkan bak/kolam pendederan 1(P1) yang waktu persiapannya 5-
7 hari yang meliputi pengeringan kolam, penjemuran kolam, pembersihan
bak(sterilisasi), pengolahan dasar kolam, pengapuran, pemupukan,
pengisian air, dengan ketinggian 30-50 cm.
2. Pemindahan benih (panen) dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk
mengurangi mortalitas/kematian.
3. Padat tebar benih 1-3 cm 100-200 ekor/m
4. Lama pemeliharan benih + 21-30 hari.
5. Benih yang dipelihara di kolam pendederan 1(P1) akan diberikan pakan
buatan (F-999) secara kontinyu dengan caraadlibitum(pemberian pakan
secara perlahan sampai sekenyang-kenyangnya).
6. Panen. Sebelum dipanen benih akan diseleksi (grading) berdasarkan
ukuran dan benih yang dihasilkan adalah ukuran 3-5 cm, selanjutnya
dipelihara di kolam pendederan 2(P2)
7. Waktu yang baik untuk proses seleksi adalah pagi atau sore.
3.4.8 Pemeliharaan Benih Ukuran 3-5 Cm (Pendederan 2)
1. Sebelum proses pemindahan (pemindahan benih) terlebih dahulu
mempersiapkan bak/kolam pendederan 2(P2) yang persiapannya 5-7 hari
yang meliputi pengeringan kolam, penjemuran kolam,pembersihan bak
pengolahan dasar kolam.pengapuran.pemupukan,b(sterilisasi kolam),
pengisian air, dengan ketinggian 30-50 cm.
2. Pemindahan benih (panen) dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk
mengurangi mortalitas/kematian.
3. Padat tebar benih 3-5 cm 75-100 ekor/m.
4. Lama pemeliharan benih + 21-30 hari.
5. Benih yang dipelihara di kolam pendederan 2(P2) akan diberikan pakan
buatan (pelet) berupa pakan F-999 secara kontinyu dengan cara adlibitum
(pemberian pakan secara perlahan sampai sekenyang-kenyangnya).
6. Panen. Sebelum dipanen benih akan diseleksi (greeding) berdasarkan
ukuran dan benih yang dihasilkan adalah ukuran 5-8 cm, selanjutnya
dipelihara di kolam pendederan 3(P3)
7. Waktu yang baik untuk proses seleksi adalah pagi atau sore.
3.4.9 Pemeliharaan Benih Ukuran 5-8 cm (Pendederan 3)
1. Sebelum proses pemindahan (pemindahan benih) terlebih dahulu
mempersiapkan bak/kolam pendederan 3(P3) yang persiapannya 5-7 hari
yang meliputi pengeringan kolam, penjemuran kolam,pembersihan bak
(sterilisasi kolam), pengolahan dasar kolam,pengapuran.pemupukan,
pengisian air, dengan ketinggian 30-50 cm.
2. Pemindahan benih (panen) dilakukan pada pagi atau sore hari,
untukmengurangi mortalitas/kematian.
3. Padat tebar benih 5-8 cm 28-50 ekor/m.
4. Lama pemeliharan benih +21-30 hari.
5. Benih yang dipelihara di kolam pendederan 2(P2) akan diberikan pakan
buatan (pelet) berupa pakan F-999 secara kontinyu dengan cara atlibitung
(pemberian pakan secara perlahan sampai sekenyang-kenyangnya).
6. Sebelum dipanen benih akan diseleksi (grading) berdasarkan ukuran dan
benih yang dihasilkan adalah ukuran 8-12 cm, selanjutnya dipelihara di
kolam pembesaran (calon induk).
7. Waktu yang baik untuk proses seleksi adalah pagi atau sore.
3.5.10 Menajemem Kualitas Air
Air merupakan komponen atau media yang penting bagi kehidupan.lkan
adalah salah satu hewan yang hidup dalam air.Bagi ikan air berfungsi sebagai
habitat ikan. Dengan demikian ikan membutuhkan kualitas air yang baik
untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Kualitas air merupakan mutu air
atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu
salah satunya bidang perikanan.
3.4.11 Pencegahan, Penanganan Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit merupakan kendala utama dalam suatu usaha
budidaya perikanan.
1. Hama
Hama yang sering menyerang larva dan benih ada dua macam,
yaitu predator dan kompetitor.Predator merupakan organisme yang
memangsa ikan, contohnya belut, burung dan kepiting. Sedangkan
kompetitor merupakan organisme yang menimbulkan persaingan untuk
mendapatkan makanan, berupa ikan lain yang mempunyai ukuran yang
sama dan jenis makanan yang sama, contohnya benih lele dan nila.
Pencegahan hama dilakukan dengan cara mengikat hapa/waring pada
mulut pipa pemasukan air sebelum melakukan pengisian air pada kolam,
dan hama yang ditemukan dilokasi budidaya langsung dibunuh/dimatikan.
2. Penyakit
Penyakit yang di temukan dalam kegiatan PKL yang dilakukan di
BBIS Noekele adalah penyakit Aeromonas Hydrophila, yang ditandai
dengan luka berwarna kemerah-merahan pada bagian tubuh luar ikan.Pada
umumnya penyakit Aeromonas Hydrophila disebabkan oleh kurangnya
penangarnan, Kurangnya pemberian pakan dan mutu pakan yang kurang
baik. Penanganan penyakit Aeromonas Hydriphila dilakukan perendaman
dengan larutan garam 20 gram/liter selama 5 menit
3.4.12 Pemanenan dan Pemasaran
A. Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan dua cara yaitu panen total dan panen
secara berkala yang disesuai dengan permintaan pasar.Pemanenan benih
dilakukan di dalam kolam, tanpa air yang ada di dalam kolam dikuras,
benih langsung ditangkap menggunakan waring tangkap. Kemudian di
sortir untuk mendapat ukuran sesuai permintaan konsumen. Setelah
pemanenan,benih dikemas dengan plastik paking lalu ditambahkan
oksigen murni, kemudian mulut plastic packing diikat dengan karet gelang
lalu diberikan kepada konsumen.
B. Pemasaran
Pemasaran yang dilakukan di BBIS Nockele ada 2 yaitu pemasaran
secara langsung dan tidak langsung atau melalui pesanan (Distribusi
Benih).Pemasaran secara langsung yaitu pembeli langsung datang dan
membeli di BBIS Noekele.Pemasaran melalui pesanan yaitu, pembeli
memesan melalui unit pelaksanaan teknis (UPT) dan kemudian pesanan
disampaikan kepada administrasi atau pemasaran dan diteruskan kepada
kepala devisi.Kegiatan pemasaran meliputi penangkapan benih sesua
permintaan konsumen, penghitungan benih, pemberokan, pengemasan.
1. Packing
Pengemasan dilakukan dengan cara benih diserok dalam hapa
atau Waring kemudian dimasukan kedalam plastic packing yang sudah
dipotong plastik packing dipotong sesuai kebutuhan) dan sudah diisi
dengan air(air diisi 1/3 dari volume plastik) lalu pengisian oksigen
murni (oksigen diisi 2/5 dari volume plastik) kemudian diikat dengan
karet gelang dengan rapat agar oksigen tidak keluar. Dan benih siap
diberikan kepada konsumen.

2. Transportasi
Transportasi yang digunakan BBIS Noekele untuk paket
pengiriman ke luar kota kupang menggunakan mobil sewaan dari
administrasi balai. Benih diisi dalam box sterioform kemudian
dilakban agar box sterioform tidak terbuka pada saat proses
pengiriman baik menggunakan mobil atau pesawat.
3.4.13 Analisis Usaha
Data biaya disusun dalam bentuk tabel kemudian analisis dihitung
menggunakan mikrosoft excel 2010

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, J. 2016. Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budidaya
Perairan).Lambung Mangkurat University Press.Hal. 20-38
Ardita, N., Buduharjo dan S.L.A. sari 2015. Pertubuham dan Rasio Konversi Pakan
Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dengan Penambahan Prebiotik. Jurnal
Bioteknologi.12(1) : 16-21.ISSN:2301-8658.
Ditjen Perikanan Budidaya, 2014. Statistik perikanan budidaya Indonesia 2010-2014
Direktorat usaha budidaya Jakarta.
David,Fred R,(2011). Manajemen strategis: konsep. (12Th e., Vol. 1). Jakarta: indeks
Effendi, H, 2003.Telaah Kualitas Air.Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan.Kanisius. Yogyakarta
Gunadi.2010. Budidaya Air Tawar.Kanisius. Yogyakarta
Hernowo.2005. Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Air Tawa.Agromedia Pustaka.
Jakarta
Herlina. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia Pustaka.
Jakarta
Ismail, A. Khumaidi. 2016. Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) di
Balai Benih Ikan Tenggarang Bondowoso. Jurnal Ilmu Perikanan, 7(1) : 32.
Khairuman Sudenda.D dan Kunadi.B.,2005.Budidaya Ikan mas Secara
Insentif.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Kolter,P.(2000). Prinsip-prinsip Pemasaran Manajemen.Prenhalindo.Jakarta
Kolter,P.(2005).Manajemen Pemasaran.Prenhalindo.Jakarta
Kristian Ismail, (2010).Pembenihan Ikan Mas Karper Dalam System Pendederan Ikan
Mas Dengan Real Time Monitoring.Bandung.
Nurjayanti, Eka Dewi.(2011) Penawaran Dan Permintaan Beras Pada Era Otonomi
Daerah Di Kabupaten Sukoharjo. Tesis. Program Studi Magister Agribisnis
Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
O-fish.2009. Parameter Utama Kualitas Air.http://www.Ofish.com/Air/Kualitas-
Air.php.Diaskes pada tanggal 25 agustus 2018.pukul 20,00 WITA.
Rahmawaty.2009. Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk Secara Optimal dan
Terpadu.Fakultas pertaniaan dan kehutanan.Universitas Sumatera Utara.
Medan
Rukmana,R,H.,2006 Ikan Mas(Pembenihan dan pembesaran).Aneka.Ilmu.Semarang.
Saan.1984.Taksonomi dan Kunci Identifikasi ikan Volume I dan II. Bina Rupa
Aksara.Jakarta
Saprianto, C. 2010. Usaha Ikan Konsumsi Lahan 100 m2. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hal. 47.

Saputra, S.D. 2011. Aplikasi Sistem Resirkulasi Air Terkendali (SRAT) pada
Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio). Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.Hal.5-27.

Susanto,H dan Agus Rochdianto,1999.Kiat Budidaya Ikan Mas Di Lahan Kritis.


Penebar Swadaya. Jakarta
Susanto,H.2007. budidaya ikan pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta
Suseno, D. 2000. Pengelolahan usaha pembenihan ikan mas. Penebar Swadaya.
jakarta
Sutisna, D. H., R. Sutarmanto 1995. Pembenihan ikan air tawar.Kanisius Yogyakarta
Triyanti, R. dan N. shafitri. 2012. Kajian pemasaran ikan lele (clarias sp) dalam
menunjang industry perikanan budidaya (studi kasus di kabuaten Boyolali,
Jawa Tengah).KKP Jakarta. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan
Perikanan vol.7 no.2:177-191.
Yuliana Topowijono Sudjana.(2016). Penerapan modal EOQ (economic order
Quantity) dalam rangka meminimumkan biaya persedian bahan baku pada
UD sumber rejo kandangan – Kediri

You might also like