You are on page 1of 42
BAB vit LENGKUNG DEBIT POS ALR SUNGAL TA PENDAHULUAN Lengkung debit adalah kurva yang menggambarkan hu- bungan antara tinggi muka air dan debit. Dibuat berdasarkan data pengukuran debit dari berbagai ketinggian muka air, yang men- cakup keadaan tinggi-muka-air rendah sampai tinggi. Jumlah dan sebaran data pengukuran debit yang dapat menggambarkan hu- bungan antara tinggi muka air dan debit dari muka air terendah sampai tertinggi harus cukup mewakili keadaan sebenarnya keja- dian di lapangan. Pengukuran debit, untuk praktisnya hanya di- laksanakan secara berkala, minimal. sekali setiap bulannya. Pengamatan.tinggi muka air dapat dilaksanakan secara kontinyu dengan menggunakan alat duga-air otomatik atau secara teratur dengan membaca tinggi muka air pada alat duga air biasa (alat duga air papan). Untuk mendapatkan data debit yang kontinyu maka per- hitungan debit dapat dilaksanakan berdasarkan data pengamatan tinggi muka air dan lengkung debit serta koreksinya karena ada- nya perubahan penampang sungai akibat pengendapan dan atau Penggerusan alur sungai. Dengan demikian lengkung debit meru- Pakan alat yang praktis untuk mendapatkan data debit yang kon- nyu dengan periode waktu yang cukup panjang. Lengkung debit @ Dipindai dengan CamScanner dapat dibuat dengan analisa grafis atau dibuat berdasarkan rumys matematik. 12: PENAMPANG KENDALI Sifat lengkung debit tergantung daripada penampang kendali di sebelah hilir Jokasi pos duga airnya (stasiun control). Penampang kendali adalah penampang melintang sungai yang berada di sebelah hilir lokasi pos duga air yang berfungsi sebagai pengendali tinggi muka air, oleh karena itu juga menentukan ben- tuk dan sifat lengkung debitnya. Penampang kendali ditentukan oleh keadaan fisik alur sungai, misalnya bentuk dan ukuran pe- nampang, kemiringan, kekasaran dan kelurusan alur sungai. Apabila aliran sungai di bagian hilir pos duga air aliran- nya memusat, yang disebabkan oleh bentuk morfologi dasar sungai atau oleh penyempitan sungai, maka penampang kendali tersebut dinamakan Section control. Sebagai contoh pos duga air di alur sungai Cigulung - Maribaya dapat dikatakan mempunyai penampang kendali memusat (section control). Keadaan tersebut disebabkan karena penampang. kendali terbentuk dari bantuan vulkanik yang kompak dan membentuk air terjun, sehingga aliran di sebelah hilir penampang kendali tidak berpengaruh terhadap tinggi muka air di lokasi pos duga air. Apabila pengukuran de- bitnya mempunyai ketepatan dan ketelitian yang tinggi maka kur- va lengkung debitnya akan mempunyai ketelitian yang tinggi. Apabila aliran sungai di bagian hilir lokasi pos duga air tanpa pemusatan aliran yang jelas, maka penampang kendalinya disebut dengan penampang kendali alur (channel control). Apa- bila penampang kendali alur yang dasarnya terdiri dari batuan dan kerikil maka lengkung debitnya agak tetap, akan tetapi bila terdiri dari pasir,- maka lengkung debitnya akan selalu berubah, sebagai contoh, lengkung debit dari pos duga air sungai Progo - Bantar, mempunyai penampang ken (9 Dipindai dengan CamScanner 455 kerikil yang bentuk morfologinya selalu berubah-ubah karena a- liran lahar gunung Merapi. Pos duga air dengan penampang ken- dali jenis penampang kendali alur memerlukan jumlah dan se- baran pengukuran debit lebih banyak dibanding penampang ken- dali memusat, agar setiap perubahan hubungan antara tinggi mu- ka air dan debit ditentukan dengan teliti. Semakin cepat berubah penampang kendali dari suatu pos duga air maka harus semakin banyak jumlah pengukuran debitnya dengan sebaran yang harus dapat mewakili keadaan aliran terendah sampai tertinggi. Penampang kendali di samping berfungsi sebagai alat smenentukan ketelitian lengkung debit, juga dapat menentukan kepekaan (sensitivity) lengkung debit, yang dapat dinyatakan : 1) bila perubahan debitnya kecil dapat menyebabkan perubahan tinggi muka air yang besar maka disebut peka (sensitive), 2) bila perubahan tinggi muka airnya kecil dapat me- nyebabkan perubahan debit yang besar;. maka di- katakan kurang peka (insensitive). Penampang kendali dapat dibedakan : 1) tunggal atau ganda; 2) tetap atau berubah; 3) untuk air tinggi atau air rendah; 4) alam atau buatan. Penampang kendali buatan dibuat terutama untuk menentukan tinggi muka air, agar hubungan antara tinggi muka air dengan debit dapat tetap. Penampang kendali buatan antara lain : 1) ambang tajam, atau 2) ambang lebar. Dipindai dengan CamScanner _ Suatu hal yang perlu digaris bawahi bahwa penampang kendali buatan terutama bukan merupakan alat ukur debit, akan tetapi sebagai alat untuk : 1) membuat hubungan antara tinggi muka air dan debit, agar sifatnya tetap, pengukuran debitnya harus masih dilaksanakan dengan alat ukur arus, atau 2) menghitung debit, persyaratannya harus diperhatikan bahwa jenis alirannya sempurna, koefisien debit maupun koefisien kecepatannya harus dikalibrasi di Japangan dengan mengukur debit menggunakan alat ukur arus. ‘Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan : bangunan penampang kendali buatan, antara lain : : 1) bentuk bangunannya harus dapat melalukan air tampa menimbulkan gangguan aliran; 2) bangunannya harus. cukup tinggi agar pengaruh kondisi aliran di bagian hilir dapat ditiadakan; 3) bangunannya harus dapat menghasilkan hubungan antara tinggi’ muka air dan debit dengan sensitivity yang tinggi, dan 4) penampang kendali harus stabil dan permanen. Bangunan penampang kendali harus bersih dan tidak boleh kena timbunan sampah, endapan pasir, kerikil atau Jumpur di dekatnya baik sebelah hulu dan hilimya, sehingga dapat mempengaruhi lengkung debit yang dibuat untuk lokasi tersebut. Suatu hal-yang harus diingat bahwa penampang kendali alam akan dapat berubah. Perubahan tersebut disebabkan oleh banyak © Dipindai dengan CamScanner faktor, antara lain oleh karena : 1) penggerusan dan pengendapan pada alur sungai yang tidak stabil; 2) vegetasi air, dan 3) peninggian muka air. Gambar 7.1 dan 7.2 menunjukkan sketsa daripada bentuk hu- bungan antara tinggi muka air dan debit. Berdasarkan gambar tersebut, maka lengkung debit dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut : 1) lengkung debit dengan sifat tetap hasilnya seperti ditunjukkan pada gambar 7.1 (a). diperoleh apabila penampang kendalinya tetap atau apabila di pos duga airnya dibuat penampang kendali buatan, apabila debitnya diukur sampai muka air tinggi maka hubungan antara tinggi muka air dan debit dapat langsung dinyatakan dengan persamaan matematik; 2) lengkung debit dengan sifat agak tetap diperoleh apabila pos duga airnya mempunyai pe- nampang kendali memusat akan tetapi kadang-! -kadang berubah, misal sungai dengan penampang kendali material pasir dan kerikil terletak di atas batuan ma- sif, lengkung debitnya berbeda pada saat tinggi muka air rendah dan sama pada saat tinggi muka air tinggi, contoh gambar 7.1 (b) dan 7.1 (c); 3) lengkung debit yang selalu berubah contoh ditunjukkan pada gambar 7.1 (d) dan 7.1 (€), @ Dipindai dengan CamScanner 405 4) 5 alur sungai di daerah aluvium yang proses pengen- dapan dan atau penggerusannya saling bergantian, sehingga pengaruh hantaran (conveyance), kekasaran alur sungai, kemiringan garis, energi, kelurusan alur, dapat menyulitkan untuk analisa. Pada alur sungai seperti ini diperlukan frekuensi dan jumlah pengu- kuran debit lebih banyak. lengkung debit kena pengaruh vegetasi/endapan kayu gambar 7.1 (f) menunjukkan contoh Jengkung debit yang lokasi pos duga airnya terletak pada alur sungai yang ditumbuhi vegetasi tumbuban air (aquatic vege- tation), adanya tumbuhan air maka akan mengurangi hantaran dan merubah kekasaran alur sehingga pntuk debit tertentu tinggi muka aimya bertambah. Kea- daan tersebut ‘dapat juga terjadi karena adanya en- dapan kayu-Kayu hutan yang hanyut (seperti diba- nyak Jokasi pos duga air di Sumatera dan Kaliman- tan). Apabila vegetasi air tersebut atau endapan kayu tersebut telah hanyut maka hubungan tinggi muka air dan debit secara bertahap akan kembali seperti kon- disi semula. Kondisi seperti ini akan lebih rumit lagi analisanya apabila terjadi pada alur sungai yang tidak stabil, Diperlukan frekuensi dan jumlah pengukuran yang lebih banyak; léngkung debit kena pengaruh peninggian muka air (1) alur seragam (uniform channel) hasilnya seperti ditunjukkan gambar 7.2 (a) terjadi apabila alur sungai di pos duga air berada di daerah ‘pengaruh dam. baneunan bagi. perte- muan anak su Dipindai dengan CamScanner Q) @) 4 nambahan atau pengurangan kemiringan garis energi untuk harga debit tertentu. Dengan demi- kian kemiringannya akan bertambah besar atau berkurang daripada keadaan normal. Pada ke- adaan seperti ini diperlukan tambahan papan du- ga air di sebelah hilir penampang kendali untuk menghitung beda tinggi muka air (fall); tenggelam (submergence) alur sungai dengan pos duga air mempunyai penampang kendali lokal (terjunan, dam), yang dapat menentukan hubungan antara tinggi muka air dengan debit pada keadaan muka air rendah, akan tetapi keadaan tersebut dapat berubah pada kondisi muka air sedang sampai tinggi karena penampang kendali tersebut tenggelam karena pengaruh inflow dari. anak sungai atau dari operasi dam tersebut. Contoh gambar 7.2 (b); debit berubah cepat gambarnya seperti ditunjukkan pada gambar 7.2 (c), dibeberapa lokasi pos duga air mempunyai kemiringan garis energi yang kecil sehingga hu- bungan antara tinggi muka air dan debit di- pengaruhi oleh perubahan debit. Apabila debit bertambah ‘dengan cepat akan lebih besar dari- pada apabila perubahannya sedikit (zero rate of change), dan sebaliknya bila berkurang dengan cepat maka debitnya akan lebih kecil daripada keadaan normal; melimpah dan menggenang pada beberapa pos dug Dipindai dengan CamScanner banjimya melimpah dan menggenang pada da- taran banjir di sekitar alur sungainya. Selama debit bertambah besar, sebagian aliran mengalir ke daerah dataran banjir, menambah kemiringan garis energi dan debit pada tinggi muka air ter- tentu. Sebaliknya apabila debit menyurut, aliran kembali mengalir dari dataran banjir ke dalam alur sungai dan menyebabkan peninggian muka air dan harga debitnya mengecil pada tinggi muka air tertentu. Setiap banjir akan menghasil- kan kurva berbeda-beda. Gambar 7.2 (d) sebagai contohnya. Tidak ada metode yang dapat memu- askan untuk analisa satu lengkung debit. Loop setiap banjir dapat dibuat apabila selama banjir dilaksanakan pengukuran debit dengan frekuensi yang banyak. 13 TINGGI ALIRAN NOL DAN TITIK NOL TINGGI- MUKA AIR Tinggi aliran nol adalah elevasi muka air pada penam- pang kendali apabila’debit sama dengan nol. Data tinggi aliran nol sangat penting- untuk menentukan bentuk lengkung debit pada kurva bagian bawah. Tinggi aliran nol diukur tepat pada elevasi aliran mengalir pada penampang kendali. Tinggi aliran nol di- tentukan dari pengukuran langsung di lapangan pada saat keadaan aliran rendah agar hasil pengukurannya teliti. Tinggi muka air selalu diukur dari titik tetap sementara (arbitrary datum). Elevasi nol tinggi muka air selalu ditentukan lebih rendah dari aliran terendah, oleh karena itu pada umumnya tinggi aliran nol tidak selald sama dengan elevasi nol tinggi muka air, Dipindai dengan CamScanner 461 ATINVUGIH ISIGNOY NVVGaEad NVDNAG Lida ONAAONAT VSLaAs “TL gequiep (190 141990 (pany oewkcettuns 41830 ONMWONT 11a3q_ ONMWONT a @ Dipindai dengan CamScanner a.Stabil b.Relatip stabil = ec 6, f2 fy fo @.Tidak stabil {.Vegetasi/Endapan kayu — Q(m3/det) Gambar 7.2. SKETSA LENGKUNG DEBIT DENGAN PERBEDAAN KONDISI HIDRAULIK (LANJUTAN) Penampang kendali ditentukan dengan pemetaan alur sungai disebelah hilir pos duga air. Titik aliran nol ditentukan dari titik terendah pada penampang kendali terhadap tinggi muka air pada pos duga air. Penentuan titik tinggi aliran nol dari penampang pengu- kuran debit adalah suatu hal yang tidak mungkin, kecuali kalau : Dipindai dengan CamScanner penampang pengukuran debit tepat dilaksanakan pada penampang kendali. Oleh karena suatu sebab tertentu (bencana alam, peng- gerusan, pengendapan, perubahan arah alur sungai) menyebabkan perubahan elevasi nol tinggi muka air tidak diketahui, hal demi- kian dapat terjadi dan menyebabkan : 1) lengkung debit yang telah tersedia tidak dapat digunakan lagi. 2) lengkung debit di lokasi tersebut sama sekali tidak dapat dibuat, karena belum dapat diukur debit banjir- nya sedangkan kesinambungan data terhadap elevasi nol tinggi muka air yang baru tidak diketahui. Untuk mengatasi keadaan tersebut, maka pengecekan ulang elevasi titik nol tinggi muka air harus dilaksanakan secara ber- kala, minimal sekali setiap 3 tahun terhadap ketinggian titik tetap (minimal 3 titik tetap). Sedangkan pengukuran tinggi aliran nol harus dilaksanakan setiap melaksanakan pengukuran debit, terutama pengukuran debit pada saat aliran rendah. 14 PEMBUATAN LENGKUNG DEBIT 7.4.1 Umum Lengkung debit dibuat berdasarkan analisa grafis dari data pengukuran debit yang digambarkan pada kertas grafik arithmatik atau logaritmik. Analisa yang betul dari bentuk dan posisi lengkung debit memerlukan pengetahuan tentang : 1) sifat alur sungai; 2) hidrolika sungai, dan 3) pengalaman dari aula Jengkung debit Dipindai dengan CamScanner Bh Pada tulisan ini akan dibahas pembuatan lengkung debit dari pos duga 2 air sungai yang tidak terpengaruh oleh peninggian muka air dan aliran lahar. Dengan kata lain hanya dibahas tentang pem. buatan lengkung debit dari hubungan tinggi muka air dan debit secara sederhana (simple stage-discharge relation) dari suatu pos duga air sungai. Ds ¢- Debit berubah ¢+ Melimpah —— almaet) Gambar 7.3 SKETSA LENGKUNG DEBIT DENGAN ANALISA GRAFIS 7.4.2. -Metode Grafis Data Pengukuran debit digambarkan pada kertas blangko ‘Tengkung: debit. Nilai debit digambarkan pada skala mendatar sedangkan tinggi muka air digambarkan pada skala tegak. Data pengukuran yang digunakan untuk menentukan kurva lengkung debit adalah nilai debit untuk kondisi aliran seragam. Debit yang Dipindai dengan CamScanner diukur pada saat muka air naik akan lebih besar dan yang diukur pada saat air turun akan lebih kecil dibanding debit yang diukur pada kondisi tinggi muka air tetap. 7.4.2.1 Kurva Lengkung Debit Cara yang paling mudah untuk membuat kurva lengkung debit adalah menggunakan mistar lengkung debit (ship drafting curves), yang biasanya lebih dari satu macam mistar lengkung debit. Setiap kurva yang digambarkan dengan mistar lengkung debit sudah merupakan suatu gambar persamaan parabola. Setiap gambar titik sebaran data pengukuran debit harus diberi nomor urut berdasarkan urutan kronologis pelaksanaan pe- ngukuran debitnya. Setiap titik data diberi simbul lingkaran kecil dengan titik di dalamnya dan tanda garis untuk penomorannya. Data debit yang diukur pada saat muka air naik dan turun harus bedakan simbolnya. Kurva lengkung debit dibuat setelah sebaran data pengukuran debit dicek kebenarannya dan telah mencukupi untuk menggambarkan hubungan antara tinggi muka air dengan debit. Agar memudahkan untuk analisa, lengkung debit digam- barkan pada kertas blangko debit dalam 3 (tiga) macam skala, yaitu : 1) skala untuk lengkung debit muka. air rendah; 2) skala untuk lengkung debit muka air sedang; 3) skala untuk lengkung debit muka air tinggi. Setiap kurva lengkung debit harus dicatat masa berlakunya, harus jelas nama sungai dengan lokasi pos duga airnya, harus jelas nomor pos duga airnya dan harus jelas siapa yang membuat dan yang mengeceknya. Gambar 7.3, menunjukkan contoh debit pada alur sungai stabil. Ketiga macam skala lengkung debit tersebut harus digambarkan pada satu lembar |-~—7> Slont= lenatuna dahit Dipindai dengan CamScanner SIIVaD AGOLAW LIGHd ONOYWONAT NVOLLNANAd VL requiey (4PAU)O “6'8'L'9 OU (x) epuey 4 7 ueBuequiasay - “'W uep s*y ou (v) epuey 41144 7 uebuequiasay - ETE OU siBojouoy ueynup - vuebuesajay Tou Toossesresenes 7 eBURS (W)q ——— © Dipindai dengan CamScanner 467 7.4.2.2 Penentuan Kurva Lengkung Debit Kurva lengkung debit ditentukan berdasarkan pertim- bangan sifat fisik dan hidraulik dari suatu alur sungai yang diang- gap berlaku untuk suatu penampang tetap. Sifat fisik, misalnya adanya perubahan luas penampang akibat oleh terjadinya pengen- dapan dan atau penggerusan alur sungai,perubahan sifat hidrau- lik, misalnya kemiringan aliran. Kurva lengkung debit ditentukan berdasarkan : 1) urutan kronologis pengukuran debit, dan 2) keseimbangan sebaran data pengukuran debit. Gambar 7.4 menunjukkan contoh penentuan lengkung debit. Untuk menyesuaikan terhadap perubahan penampang alur sungai- diperlukan koreksi tinggi muka air dan debit, atau biasanya disebut dengan koreksi penyimpangan (shifting corrections). Urutan kronologis Urutan kronologis data pengukuran debit harus diper- timbangkan, oleh karena perubahan : : 1) tinggi aliran nol, oleh adanya proses pengendapan dan atau penggerusan alur sungai, atau 2) elevasi titik nol tinggi muka air. Perubahan elevasi tinggi aliran nol dan atau titik nol tinggi muka air akan dapat’ merubah sebaran data pengukuran debit sehingga hubungan tinggi muka air dengan debit juga akan berubah dan kurva lengkung debitnya juga dapat berubah, Elevasi titik nol harus dicek secara berkala terhadap ketinggian titik tetap setiap Pos duga air, paling sedikit sekali setiap tiga tahun. Perubahan- Perubahan tersebut dapat ditelusuri dari urutan kronologis data Pengukuran debit. Dipindai dengan CamScanner Keseimbangan sebaran data Kurva lengkung debit ditentukan berdasarkan perkiraay visual keseimbangan harga plus (+) dan minus (-) dari deviasj sebaran data terhadap kurvanya. Harga plus apabila gambar data pengukuran debit terletak di sebelah atas kurva dan minus apabila terletak di sebelah atas kurva dan minus apabila terletak di sebe- Jah bawah kurva lengkung debit. Dengan kata lain penentuan kurva lengkung debit adalah membuat kurva median dari sebaran datanya. Apabila pengukuran debit dilaksanakan dengan ketepatan dan ketelitian yang tinggi atau dengan kata lain tanpa kesalahan dan tinggi aliran nol tetap maka sebaran datanya akan berada pada satu kurva lengkung debit yang relatif tetap (smoot curve). Akan tetapi kondisi yang ideal tersebut tidak mungkin atau sulit dicapai, sehingga sebaran datanya pasti mengalami penyimpangan dari kurvanya. Harga batas penyimpangan yang masih dapat diijinkan adalah 10 %. Apabila lebih besar 10 % data pengukuran debitnya harus dicek kebenarannya, seandainya datanya memang benar maka kemungkinan kurvanya telah mengalami perubahan - karena perubahan tinggi aliran nol atau sebab yang lain. Gambar- kan data tinggi muka air dengan luas penampang pengukuran dan tinggi muka air dengan kecepatan aliran rata-rata, untuk menen- tukan kebenaran data debit yang didapat atau kemungkinan -pe- Tubahan lengkung debit. Gambar 7.5. menunjukkan contoh sketsa perubahan lengkung debit karena perubahan luas penampang. 7.4.2.3 Ketelitian lengkung debit Ketelitian lengkung debit tergantung dari banyak faktor, * antara lain : 1) jumlah dan sebaran data pengukuran debit; : 2) ketelitian pengukuran debit; 3) penampang kend ~, ) B kend Dipindai dengan CamScanner 469 Jumlah data pengukuran debit yang diperlukan minimum 10 buah, dengan sebaran merata dari kejadian muka air rendah sampai tinggi, sehingga arah kurva lengkung debit tidak memer- lukan perpanjangan yang berarti. Perpanjangan lengkung debit akan cenderung membuat kesalahan. Pada kenyataannya semua macam kegiatan pengukuran pasti cenderung mengalami kesalahan-kesalahan termasuk juga pengukuran debit, yang biasanya disebabkan oleh : 1) faktor manusia, dan atau 2) faktor alat. Kesalahan pengukuran debit yang dilakukan oleh seorang tidak boleh dicek lagi oleh orang dan alat yang sama, akan tetapi harus dicek kembali dengan menggunakan alat yang lebih baik dan diukur oleh petugas yang berbeda. Kesalahan pengukuran debit, antara lain disebabkan oleh kesalahan : 1) pengukuran kedalaman aliran; 2) pengukuran lebar aliran; 3) jumlah vertikal; 4) jumlah titik pada vertikal; 5) waktu lamanya pengukuran kecepatan aliran; 6) posisi alat ukur arus; 7) posisi alat bantu pengukuran debit; 8) pembacaan tinggi muka air; 9) ketelitian alat ukur waktu; 10). penggunaan rumus alat ukur arus, dan 11) perhitungan debit. Dari berbagai penyelidikan menunjukkan bahwa setiap _Jenis kesalahan pengukuran tersebut mempunyai sebaran normal (normally distributed), dan oleh } @ Dipindai dengan CamScanner 470 debit dibuat berdasarkan kurva mediannya. Sebaran data yang be. rada di luar kurva lengkung debit adalah merupakan harga sim. pangan yang disebabkan oleh kesalahan pengukuran. Harga simpangan tersebut hanya diijinkan sampai batas 10%, apabila lebih besar harus dikoreksi ulang kebenaran data pengukuran debitnya untuk menentukan kemungkinan perubahan lengkung debit. Apabila ketelitian pengukuran debit dapat: ditingkatkan * maka harga simpangan tersebut kalau perlu dikurangi sampai batas kurang dari 5%, sehingga ketelitian lengkung debit dapat ditingkatkan lagi. Pengaruh penampang kendali terhadap ketelitian leng- kung debit telah dijelaskan pada sub bab 7.2. 7.4.2.4 Pembuatan Lengkung Debit Metode Grafis. Pembuatan lengkung debit dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut : . Menyiapkan peralatan Peralatan yang dimaksud antara lain : 1) kertas blangko lengkung debit (kertas milimeter dengan ukuran 45 x 56 cm’) 2) mistar lengkung debit, misal jenis k38, k46, k40 dan k48; eu 3) alat tulis dan penggaris. Menyiapkan data Data yang dimaksud antara lain; 1) rating tabel atau gambar lengkung debit yang telah dibuat dari pos duga air yang bersangkutan; 2) pengukuran debit, dicek kebenarannya dan dicatat berdasarkan urutan kronologis waktu pengukuran; 3) tinggi muka air terendah dan tertinggi yang telah terjadi; Dipindai dengan CamScanner an 4) gambar penampang melintang yang menunjukkan: 1) tinggi muka air tertinggi yang pernah terjadi; 2) tinggi muka air terendah yang pernah terjadi; 3) tinggi muka air melimpah (apabila terjadi limpahan debit). 5) tinggi aliran nol; 6) tinggi titik nol papan duga; 7) informasi stabilitas alur sungai. Penggambaran Penggambaran lengkung debit dikerjakan dengan urutan sebagai berikut : 1) isikan data pada blangko lengkung debit, antara lain : nama sungai, tempat, nomor pos duga air, tahun data, jumlah pengukuran setiap tahunnya, tinggi mu- ka air terendah. dan tertinggi, pembuat dan pe- meriksa. 2) tentukan skala muka air rendah, muka air sedang dan muka air tinggi, debit digambarkan pada skala men- datar dan muka air pada skala tegak, sehingga arah setiap kurvanya kira-kira 30° - 45°. 3) tentukan tinggi muka air untuk tinggi aliran nol pada skala tegak; 4) tentukan tinggi muka air untuk tinggi muka air ter- tinggi atau tinggi muka air melimpas; 5) gambarkan data pengukuran debit menggunakan sim- bol lingkaran kecil dan titik di dalamnya; © beri nomor setiap gambar data’ pengukuran debit dengan ‘dilengkapi garis miring 45° setiap gambar datanya agar mudah untuk identifikasikan urutan kronologis datanya; 7) gambar kurva lengkung debit berdasarkan ‘keseim- G Dipindai dengan CamScanner bangan dan urutan kronologis data pengukuran debit. nya; : 8) tetapkan nomor lengkung debit sesuai dengan tang. gal, bulan dan tahun pembuatannya, dan 9) tentukan masa berlakunya lengkung debit tersebut. 7.4.2.5 Penghalusan Lengkung Debit Hasil penggambaran lengkung debit adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tinggi muka air dengan debit. Untuk memudahkan perhitungan debit dari data pencatatan tinggi muka air. Debit dibaca setiap ketinggian muka air 0,10 m. Hasil pembacaan ini sudah barang tentu masih memberikan data debit yang kasar, karena disebabkan : 1) penentuan posisi mistar lengkung debit; 2) ketepatan seseorang membaca kurva lengkung debit, karena pengaruh skala kurvanya. Hubungan tinggi muka air dan debit tersebut harus dihaluskan (smoothing) dengan koreksi debit, sehingga harga selisih debit setiap kenaikkan muka air 0,10 m tetap atau bertam- bah secara linier. Tabel 7.1 menunjukkan cara penghalusan lengkung debit. Cara penghalusan dengan melihat harga (d,), jika setiap harga (d,) perbedaannya terlalu besar, maka harga ) perlu ditambah atau dikurangi dengan harga koreksi sebesar (p). Harga (p) haruslah seimbang, misal -0,01 dan +0,01 atau -0,02 dan +0,02. 7.4.3 - Metode Logaritmik 7.4.3.1 Umum Pada metode ini kurva lengkung debitnya digambarkan pada kertas Jogaritmik, grafiknya merupakan garis lurus (mende- kati garis lurus) atau merupakan ~~~ ~~ sigramaitaptianesanna ® Dipindai dengan CamScanner 473 lurus dengan cara menambah atau mengurangi tinggi muka air sebesar tinggi aliran nol (H,), untuk setiap harga tinggi muka air (H). Harga H ditempatkan pada skala tegak, sedangkan nilai Q Tabel 7.1 Penghalusan lengkung debit Keterangan ; H = tinggi muka air (m) dq= pertambahan debit Q = debit (m3/det) D = penghalusan. & Dipindai dengan CamScanner ic) 476 Walaupun lengkung debit mudah diperpanjang, akan tetapi peker- _jaan memperpanjang lengkung debit dengan metode ini harus hati-hati karena : 1) apabila penampang kendali tidak berubah sifatnya dari muka air terendah sampai tertinggi maka persa- maan lengkung debitnya akan tetap sama dan leng- kung debit dapat diperpanjang sampai tinggi muka air tertinggi. apabila penampang kendali berubah bentuk dan sifat- nya sebagai akibat penambahan tinggi muka air, maka lengkung debitnya terdiri lebih dari satu bagian, pada keadaan demikian perpanjangan lengkung debit ber- dasarkan bagian pertama ke tinggi muka air yang le- bih tinggi akan dapat menyebabkan kesalahan yang cukup besar. Tinggi aliran nol tidak dapat digambarkan pada kertas. grafik logaritma, dengan demikian perubahan arah lengkung debit pada tinggi muka air rendah sulit untuk ditunjukkan pada kertas grafik logaritmik. 2 wv 7.4.3.2. Teori Lengkung Debit Metode Logaritmik Menurut persamaan Chezy untuk aliran seragam maka kecepatan aliran dapat dirumuskan sebagai berikut : v=casl/2 (7:1) Keterangan : V. = kecepatan rata-rata (m/det) C= faktor resistensi aliran R = jari-jari-hidrolis (m) S ‘= kemiringan garis energi (m/m) @ Dipindai dengan CamScanner 4n Debit dapat dirumuskan sebagai : Q = AC (As/py!/2 (72) Keterangan : Q = debit (m3/det) A = luas penampang basah (m?) P = perimeter basah (m) Untuk penampang berbentuk segiempat apabila : A=WxD P=W+2D dimana W =. lebar (m) dan D kedalaman (m), maka persamaan (7.2) dapat ditulis : Q=CxWDx [(WDxS)/(W + 2D)}990 (7.3) 7 1/2. p32; 0,5 Contes pee Wisp 4) Untuk alur sungai lebar maka (W + 2D) dianggap sama dengan W, oleh karena itu persamaan (7.4) dapat ditulis sebagai berikut : Q=cwsl/2 p3/2 (7.5) Apabila harga K = C W S!/2, maka Q=Kp32 (7.6) Dimana D = tinggi muka air efektif, atau kedalaman aliran nol. Apabila tinggi muka air = H dan kedalaman aliran nol = Ho, maka persamaan 7.6 dapat ditulis sebagai berikut : Q=K@-H,3/2 (7.7) @ Dipindai dengan CamScanner 478 Untuk bentuk penampang sungai yang lain maka : Q=Ka- H,)@m+1y/2 (18) Keterangan : x m = 1 untuk penampang berbentuk segiempat m = 1,50 untuk penampang berbentuk parabolis m = 2 untuk penampang berbentuk segitiga m = 2 untuk penampang berbentuk setengah lingkaran. Dengan demikian persamaan umum hubungan antara tinggi moka air dan debit adalah : Q=K@-H,)" (1.9) Persamaan (7.9) dapat digunakan untuk segala bentuk penampang melintang sungai. Harga n merupakan eksponen, untuk sungai yang. relatif lebar harganya berkisar antara 1,3 sampai 1,8 dan _ jarang lebih dari 2,0. Untuk alur yang relatif dalam harga n selalu lebih dari 2,0 dan jarang lebih dari 3,0. Untuk alur sungai yang tidak teratur atau aliran tidak seragam maka penggunaan persamaan 7.9 kemungkinan tidak dapat berlaku untuk seluruh interval ketinggian muka air. Ka- dang-kadanig kurvanya, berubah bentuknya, harga k dan n dapat bervariasi, untuk seluruh interval ketinggian muka air. Apabila penampatig kendali berubah untuk interval ketinggian muka air tertentu maka persamaannya dapat lebih dari dua. Kadang-kadang diperlukan penggambaran lengkung debit secara visual’ terlebih dahulu. 7.4.3.3 Penentuan harga Hi, Pada penerapan persamaan (7.9) maka langkah pertama adalah penentuan harga Hy, ada tiga cara penentuan Ho, yaitu cara : @& Dipindai dengan CamScanner 19 1) coba-coba (trial and error) 2) aritmatik 3) grafis Apabila memungkinkan, data Hy yang didapat dari ketiga cara tersebut harus dicek dengan pengukuran Hy langsung dilokasi pos ~ duga air. Cara Coba-Coba Semua data pengukuran digambarkan pada kertas grafik logaritmik, Dengan cara coba-coba harga Hy sembarang di- tambah atau dikurangkan pada setiap data H sehingga diperoleh garis lurus. Ketentuan : 1) apabila suatu harga Hy ditambahkan pada tinggi muka air untuk mendapatkan garis lurus maka Ho nya mempunyai harga negatip; 2) apabila suatu harga Hy dikurangkan pada harga tinggi muka air untuk mendapatkan garis lurus maka Hy nya mempunyai harga positip. : Gambar 7.7 menunjukkan contoh sketsa yang dimaksud. Dipindai dengan CamScanner 25 20 E posen nena = — A sh ii 10 I f i = if s wie = os ! | reiiee to 0 5 10 15 20 B QU m?/detik) : Gambar 7.9 SKETSA MENENTUKAN H, CARA GRAFIS Cara Aritmatik Semua data pengukuran debit digambarkan pada kertas grafik logaritmik. Pilih harga debit Qy, Q dan Q3 dari kurva Jengkung debitnya, dan harga Q) ditentukan dari persamaan rata- Tata geometris sebagai berikut : Q = (Q xQ3)05 (7.10) Dipindai dengan CamScanner 483 Baca pada kurva lengkung debitnya harga Hy, Hp dan H3 berda- sarkan Qy, Qy dan Q3, harga Ho ditentukan dengan persamaan : 2 Hy = —l (7.11) Kurva lengkung debitnya kemudian diubah menjadi garis lurus dengan mengurangi harga H dengan Hy dan gambarkan harga yang baru. Gambar 7.8 menunjukkan contoh sketsa yang dimak- sud. i Cara Grafis Pilih 3 harga debit dengan cara rata-rata geometris Qy, Qo dan Q3 seperti dijelaskan pada “cara aritmatik, akan tetapi . digambarkan pada kertas grafik aritmatik, seperti ditunjukkan pada gambar 7.9. Tentukan titik A, B dan C: Buat garis vertikal AD pada posisi AB dan garis horizontal CE pada posisi BC. Hubungkan titik E dan D. Garis BA dan ED bertemu di F. Ordinate F adalah harga Hy yang dicari. 7.4.3.4 Penentuan Konstanta K dann Setelah semua data pengukuran debit digambarkan pada kertas grafik logaritmik dan telah ditentukan garis lurusnya dengan menambah atau mengurangi harga H terhadap Ho, lang- kah selanjutnya adalah menentukan harga K dan n dari persamaan (7.9). Untuk menentukan harga K dan n dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut : 1) statistik 2) aritmatik 3) grafis Sebelum menentukan harga K dan n terlebih dahulu harus dila- kukan analisa hubungan antara H dan Q mulai dari muka air Dipindai dengan CamScanner 484 terendah sampai tertinggi apakah kurvanya terdiri dari lebih saty bagian garis lurus, tiap-tiap bagian kurva garis lurus tersebut akan mempunyai, harga Hy, K dan n yang berbeda-beda. Harga K dan n tiap bagian kurva harus dihitung secara terpisah. ist * Pada penerapan cara statistik harga K dan n ditentukan dengan prosedur kuadrat terkecil (least square). Persamaan (7.9) dapat diubah menjadi persamaan garis lurus sebagai berikut : log Q = log K + n log (H-Hy) (7.12) Harga konstanta K dan n dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : (Zy) - m log K -n (Ex) = 0 (7.13) (Zxy) - (2x) log K-01 (tx?) =0 (7.14) Keterangan : -(Zy) = jumlah harga log Q (x) = jumlah harga log (H-H,) (€x2) = jumlah harga kuadrat dari (x) (Exy)'= jumlah harga (x) dikalikan (y) m = = jumlah data Contoh : . : Data pengukuran debit sungai Cimanuk - Monjot dari tahun 1972 sampai tahun 1979, digambarkan pada kertas grafik logaritmik seperti ditunjukkan pada gambar 7.10. Datanya ditun- jukkan pada kolom H dan Q tabel 7.2. Tentukan persamaan leng- kung debitnya. & Dipindai dengan CamScanner a pada cara grafs ini harga Hy harus lebih besar dari minus satu. Gambar 7.12, menunjukkan contoh penentuan persamaan leng- kung debit dengan cara grafis. Hasil persamaannya sama dengan metode arimatik seperti ditunjukkan pada gambar 7.11. 7.4.4 Prosedur Penentuan Persamaan Lengkung Debit Pada kenyataannya penentuan persamaan lengkung debit tidak dapat dipisahkan dari pembuatan lengkung debit metode grafis (sub bab 7.4.2) dan metode logaritmik (sub bab 7.4.3). Prosedur penentuan persamaan lengkung debit dapat menggu- nakan tahapan sebagai berikut : 1) semua data pengukuran debit digambarkan pada ker- tas grafik aritmatik (blangko lengkung debit), tinggi moka air digambarkan pada skala horizontal dan de- bit digambarkan pada skala vertikal. Apabila tinggi aliran nol telah dapat diukur secara langsung di lapangan maka datanya harus juga digambarkan pada skala tinggi muka air. 2) setelah semua data pengukuran debit digambarkan dan kebenarannya telah diyakinkan, kemudian tarik garis lengkung kurvanya seperti dijelaskan pada sub bab 7.4.2.2, kurvanya mungkin lebih dari satu gam- bar lengkung debit, tergantung dari perubahan tinggi aliran nol atau tinggi titik nol tinggi muka air; 3) buat tabel hubungan antara tinggi muka air dan debit untuk setiap tinggi muka air 0,10 m, hubungan antara tinggi muka air dan debit tersebut harus diha- luskan dengan koreksi debit untuk setiap kenaikkan muka air 0,10 m harga koreksinya tetap atau bertam- bah secara teratur seperti diielaskan pada sub hah 74.2.5; @ Dipindai dengan CamScanner 4) gambarkan data hubungan tinggi muka air dan debit setelah dihaluskan dari tahap (3) pada kertas grafik logarimik, buat garis kurvanya melalui semua titik dengan menggunakan mistar lengkung debit; 5) perkiraan harga Hy dengan cara coba-coba seperti dijelaskan pada sub bab 7.4.3.3, tambahkan atau kurangkan harga Ho untuk setiap tinggi muka air sampai dengan kurva lengkung debit pada kertas grafik logaritmik merupakan sebuah garis lurus, atau menjadi dua atau lebih potongan garis lurus. Secara ringkas dapat disajikan dalam : (1).sebuah kurva lengkung debit yang merupakan se- ~ buah persamaan garis lurus, terjadi apabila lokasi pos duga air mempunyai penampang kendali yang efektip untuk semua tinggi muka air dan bentuk- nya teratur, biasanya merupakan sebuah mercu atau sebuah terjunan; ~~ (2) sebuah kurva terdiri dati dua atau lebih persa- maan lengkung debit, setiap potongan garis lu- Tusnya mempunyai harga kemiringan (n) berbeda akan tetapi harga Hy nya sama, terjadi apabila lokasi pos duga ait mempunyai penampang ken- dali efektip untuk semua tinggi muka air dan ben- tuknya teratur akan tetapi kontur penampang melintangnya patah; (3) lebi dari sebuah garis lurus yang terputus-putus yang setiap potongan garis lurusnya mempunyai persamaan yang berbeda karena harga kemiringan (n) dan harga ‘H, nya berbeda-beda, terjadi apa- bila lokasi pos duga air mempunyai penampang kendali yang tidak efektip untuk’ semua tinggi Dipindai dengan CamScanner Apabila U periitungant ium seers wart ¢ avel uo UN=1) Ul DeTartt tidak ada beda nyata. Untuk kemungkinan perbedaannya sebesar 5%, dengan degree of freedom 50 maka dari tabel t diperoleh nilai t.gj, = 2.021. Nilai t perhitungan lebih kecil dari pada t tabel, (yaitu 0,288 lebih kecil 2,021) berarti untuk tinggi muka air yang sama tidak ada perbedaan yang nyata antara debit hasil pengukuran dengan debit dari lengkung debit. Dengan demikian lengkung debit yang telah ditentukan merupakan gambaran nyata dari harga hubungan antara tinggi muka air dan debit di lokasi pos duga air Sungai Cimanuk - Monjot. 7.4.6 Tabel Debit Tabel debit (rating table) adalah tabel yang menggam- barkan Jengkung debit (hubungan antara tinggi muka air dan debit) dan merupakan alat yang sangat berguna untuk mengubah harga tinggi muka air menjadi debit apabila dikerjakan secara manual. Tabel 7.6 menunjukkan contoh rating table. Dibuat dari tabel debit yang dibaca dari lengkung debit setiap perubahan tinggi muka air 0,10 m, kemudian untuk setiap penambahan tinggi muka air sebesar 0,01 m harga debitnya merupakan harga interpolasi secara linier setiap selisih tinggi muka air 0,10 m. 7.4.1 Pengecekan Lengkung Debit Lengkung debit yang merupakan gambaran hubungan antara tinggi muka air dan debit harus dilakukan pengecekan dari waktu ke waktu dengan melaksanakan pengukuran debit pada tinggi muka air rendah, sedang dan tinggi, dan harus dilaksana- kan pengukuran debit selama banjir atau sesudah banjir. Jika terjadi penyimpangan dari léngkung debit yang telah Dipindai dengan CamScanner 510 ada maka: harus segera dilakukan pengukuran debit yang lebin intensif lagi. Apabila debit hasil pengukuran dan debit day lengkung debit perbedaannya cukup besar dan jumlah serta seba. ran pengukuran debit telah memenuhi persyaratan maka harus segera ditentukan lengkung debit yang baru. Apabila perubahan lengkung debit tersebut disebabkan oleh perubahan elevasi tinggi muka air pada pos duga air yang bersangkutan, maka perubahan lengkung debitnya harus dimulai sejak perubahan elevasi tinggi muka air tersebut terjadi. 15 PERPANJANGAN LENGKUNG DEBIT 7.5.1 Perpanjangan Lengkung Debit Untuk Muka Air Rendah Perpanjangan lengkung debit muka air rendah pada umumnya mudah dilaksanakan, karena tinggi aliran nol biasanya dapat dengan mudah diukur, terutama di lokasi pos duga air yang mempunyai penampang kendali memusat (section Control), sehing- ga pada umumnya lengkung debit pada muka air rendah mem- Punyai ketelitian yang lebih baik dari pada lengkung debit muka air tinggi. Kurvanya dapat dengan mudah dibuat dengan cara menghubungkan titik pengukuran debit terendah ke elevasi tinggi aliran nol pada skala tegak blanko lengkung debitnya. Setiap melaksanakan pengukuran debit pada muka air rendah harus diukur tinggi aliran nolnya. Dipindai dengan CamScanner biz 7.5.2 Perpanjangan Lengkung Debit Untuk Muka Air Tinggi Masalah utama mengapa lengkung debit belum dapat ¢j- buat, karena kesulitan dalam memperpanjang kurvanya sampaj moka air tertinggi. Apabila data pengukuran debit dengan meng. gunakan alat ukur arus sebaran datanya telah cukup dan sudah dapat mencakup keadaan muka air sampai dengan 60% atau lebih * dari tinggi muka air tinggi dan dipandang cukup untuk membuat dan menganalisa lengkung debit yang berlaku satu atau lebih pe- nampang tetap, maka lengkung debit tersebut dapat diperpanjang sampai dengan tinggi muka air tertinggi. Dibanyak lokasi pos duga air di Indonesia pada umum- nya tidak mudah untuk mengukur debit pada aliran muka air tinggi, keadaan tersebut disebabkan antara lain oleh : 1) kurangnya fasilitas teknis untuk mengukur debit pada aliran muka air tinggi (high flow measurement); 2) petugas pengukur debit belum atau tidak berada di tempat pengukuran pada saat banjir terjadi; 3) banjir pada umumnya terjadi pada malam hari dan waktunya relatif pendek. Keadaan tersebut menyebabkan jarang tersedia data debit banjir yang diukur secara Jangsung menggunakan alat ukur arus di lokasi pos duga air. Apabila belum tersedia data debit hasil pengukuran pada aliran muka air tinggi, maka untuk menentukan lengkung debit pada aliran muka air tinggi adalah dengan memperpanjang leng- kung debit yang telah dibuat. pada kondisi aliran rendah ‘sampai sedang. Ada beberapa cara. memperpanjang lengkung debit, antara lain adalah pendekatan ; 1) geometrik (geometric) 2) hidraulik (hydraulic) 3) persamaan le ea Dipindai dengan CamScanner 4) analisa hidrologi 5) analisa model sungai Hal yang perlu digaris bawahi bahwa perpanjangan lengkung debit harus dilakukan lebih dari satu pendekatan, dan harga de- bitnya baru merupakan data yang kasar yang masih cenderung untuk salah, oleh karena pengukuran debit banjir menggunakan alat ukur arus masih mutlak diperlukan meskipun lengkung debit- nya telah dapat diperpanjang dengan pendekatan tersebut. 7.5.2.1 Pendekatan Geometrik Debit aliran muka air tinggi dihitung berdasarkan luas penampang dikalikan dengan kecepatan aliran rata-rata dan sering disebut dengan-cara luas-kecepatan (velocity-area method). Debit . dihitung dengan rumus : Q=AxV (7.25) V=Q/A (7.26) Keterangan : Q = debit (m3/det) A. = luas penampang basah (m2) V_ = kecepatan aliran rata-rata (m/det) Luas penampang basah pada aliran muka air tinggi dapat diukur langsung di lapangan setelah banjir terjadi. Elevasi muka air tinggi dapat ditentukan dari tanda-tanda bekas banjir pada tebing sungai. Kecepatan aliran rata-rata (V) dari hasil pengukuran debit dihitung dengan rumus (7.26) kemudian harganya digam- barkan pada kertas grafik aritmatik. Kecepatan aliran pada aliran muka air tinggi ditentukan dari perpanjangan kurva kecepatan. ®& Dipindai dengan CamScanner 514 Pada alur sungai yang alirannya tidak melimpah maka perpan- jangan kurva perlahan-lahan mendekati garis yang tegak lurus membentuk asimptoot terhadap sumbu tegak. Untuk sungai- sungai di Indonesia pada umumnya kecepatan aliran rata-rata terbesar di lokasi pos duga air berkisar antara 2,0 sampai dengan 2,50 m/det. Gambar .7.14 menunjukkan sketsa perpanjangan lengkung debit pendekatan geometrik (cara luas-kecepatan). Apabila. penampang basahnya bersusun ganda maka perlu hati-hati dalam memperpanjang lengkung debit. Masing- masing bagian penampang dibuat secara terpisah metode Iuas- kecepatannya dan kemudian digabungkan. Gambar 7.15 menun- jukkan. sketsa. yang dimaksud. Terlihat bahwa kurva Jengkung debitnya terdapat titik patahnya. Tabel.7.7. menunjukkan contoh perhitungan perpanjangan lengkung debit cara luas kecepatan dari S. Way Seputih - Segala Mider. 7.5.2.2. Pendekatan Hidroulik Pada pendekatan hidroulik, perpanjangan lengkung debit didasarkan pada rumus kecepatan, dengan mempertimbangkan besarnya kemiringan. Rumus yang biasa digunakan adalah : 1) rumus Manning 2) rumus’Chezy Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut : Rumus Manning Debit perpanjangan lengkung debit dapat dihitung berda- sarkan rumus Manning : Dipindai dengan CamScanner b) Dengan cara Hantaran-Kemiringan Cara "Hantaran-Kemiringan" (slope-conveyance), debit dihi- tung berdasarkan persamaan : Q =xksll2 (7.32) K = In ar2/3 (7.33) sl/2 = Qk (7.34) Keterangan : K = hantaran (m?/det) Harga A dan R untuk setiap tinggi muka air dapat ditentukan dengan cara pengukuran penampang basah. Nilai n ditentukan dengan penyelidikan khusus (lihat sub bab 6.2). 1/2 dapat dihitung dengan membagi setiap harga' debit pengukuran dengan nilai hantarannya dan § dihitung dari nilai kuadratnya. Kurva S$ yang menggambarkan hubungan antara tinggi muka air dan kemiringannya dari setiap harga debit pengu- kuran dapat digambar pada kertas grafik aritmatik. Harga S untuk aliran muka air tinggi diperoleh dengan cara memperpanjang kurva S. Gambar 7.17 menunjukkan sketsa perpanjangan harga S dan harga (K) untuk menghitung debit cara hantaran kemiringan. Contoh : Metode ini diterapkan untuk data. pengukuran debit S. Cimanuk. - Leuwigoong, berdasarkan pengukuran debit tahun 1979 sampai tahun 1980, sebanyak 20 data, Elevasi titik nol Papan duga adalah + 585,46 dari permukaan air laut, banjir ter- tinggi diperkirakan sampai + 592,00 m. Debit yang terukur mulai dari 5,44 m3 /det pada elevasi 586,17 m dan baru sampai 72,02 m3/det pada elevasi 587,69, ¢= Linn haraa dahit : @ Dipindai dengan CamScanner 526 Harga R dianggap sama dengan kedalaman air rata-rata D, apabj. la antara harga Jebar dan kedalaman mempunyai harga perban. dingan yang kecil, maka : Q = csl2'apl2 1.39 Apabila dianggap C dan-S adalah konstan maka hubungan antara setiap harga AD?/2 dan Q setiap tinggi muka air kira-kira akan merupakan garis lurus. Harga debit perpanjangan lengkung aliran diperoleh dengan cara membuat hubungan antara H dengan AD!/2 dan AD!/2 dengan Q pengukuran. Prosedur perhitungan ini sering disebut dengan metode Stevens. Gambar 7.18 menunjukkan contoh yang dimaksudkan untuk S. Way Seputih - Segala Mider. Tabel 7.10 menunjukkan hasil perhitungannya. 7.5.2.3 Pendekatan Persamaan Lengkung Debit Prosedur penentuan lengkung debit seperti dijelaskan pada sub bab 7.4.4 setelah persamaan lengkung debitnya ditentu- kan dengan rumus (7.9), apabila lengkung debitnya baru ditentu- kan berdasarkan pengukuran debit aliran rendah sampai aliran sedang, maka perpanjangan lengkung debit aliran tinggi dapat langsung menggunakan persamaan yang telah diperoleh apabila hanya mempunyai situ harga Hy yang berlaku’ mulai aliran rendah sampai tinggi. Apabila lokasi pos duga air yang dimaksud mempunyai lebih dari satu Hy maka pérpanjangan lengkung debitnya harus dilaksanakan dengan hati-hati, karena perpanjangan yang dilaku- kan dapat membuat kesalahan taksiran harga debit aliran tinggi yang cukup besar. @ Dipindai dengan CamScanner 1) Untuk tinggi kurang dari 26,40 m Q = 9,391 [H - 24,05]3,319 apabila digunakan untuk menghitung debit pada tinggi muka air 29,0 m maka diperoleh harga debit taksiran : Q = 9,391 [29,0 -24,05]:319 — 1897 m3ydet 2) Untuk tinggi lebih dari 26,40 m Q = 30,94 [H - 24,20]2,067 untuk tinggi muka air 29,0 m, maka diperoleh harga debit taksiran : Q = 30,94 [29,0 -24,20]2087 — 792 m3 /det Dengan demikian apabila persamaan lengkung debit untuk tinggi muka air.kurang dari 26,40 m langsung digunakan untuk mem- perpanjang lengkung debit S. Cimanuk - Monjot sampai 29,0 m akan mempunyai kesalahan yang cukup besar, yaitu (1897 - 792)1792 x 100% = 140 %. 7.5.2.4 Pendekatan Analisa Hidrologi Pendekatan analisa hidrologi dapat dilaksanakan dengan banyak cara antara lain : 1) melaksanakan pengukuran debit selain menggunakan alat ukur arus, misal dengan mengukur kecepatan 2- liran dengan menggunakan pelampung (lihat bab V);_. 2) melaksanakan pengukuran debit puncak banjir Dipindai dengan CamScanner Dey dengan metode tidak langsung, misal dengan cara luas-kemiringan (lihat bab VI); 3) melaksanakan perhitungan debit dengan cara pene- lusuran banjir alur sungai (lihat bab V1); 4) melaksanakan perhitungan debit dengan berdasarkan data hujan, misal metode Rasional, Weduwen, Mel- chior, Hasper, Rational Jepang, analisa unit hidro- grap, analisa statistik, misal metode IOH-DPMA, . model hubungan curah hujan - debit. Perhitungannya harus terlebih dulu mengetahui tinggi muka air dari pos duga air berdasarkan data hujan penyebab terjadi- nya debit pada tinggi muka air yang dihitung de- bitnya (lihat bab V1). 7.5.2.5 Pendekatan Analisa Model Sungai Teknik model hidrolika yang dibuat di laboratorium hidrolika dapat digunakan sebagai salah satu alternatip meng- hitung debit banjir untuk tujuan memperpanjang lengkung debit. Model dapat dibangun pada pos duga air dengan perbandingan skala, termasuk bangunan penampang kendalinya. 1.6 LENGKUNG DEBIT DATA MENYEBAR Apabila menggambar data pengukuran debit pada kertas grafik aritmatik sering dijumpai posisinya sangat menyebar, tidak menggambarkan satu bentuk lengkung debit yang sederhana. Ada beberapa sebab gambar data pengukuran debit menyebar, antara lain adalah : 1) alur sungai tidak stabil 2) kesalahan alat atau kesalahan petugas 3) pengaruh vegetasi air/endapan kayu 4) pengaruh arus bali balik © Dipindai dengan CamScanner 531 Lebih repot lagi gambar data pengukuran debitnya sangat menye- bar dan hanya mengumpul pada keadaan air rendah, karena pengukuran debit hanya dilalukan pada aliran rendah. Perpan- jangan lengkung debit yang gambar data pengukuran debitnya menyebar harus ekstra hati-hati. Keadaan demikian merupakan salah satu sebab lengkung debit dari suatu pos duga air belum dapat dibuat, meskipun jumlah pengukuran debit cukup banyak dan pengoperasian pos duga air tersebut sudah bertahun-tahun. 7.6.1 Lengkung Debit Alur Sungai Tidak Stabil Pada suatu alur sungai yang tidak stabil, penampang kendalinya selalu berubah dengan kata lain tinggi aliran nolnya (Hp) pada persamaan (7.9) selalu berubah, misalnya pada alur sungai yang dasarnya pasir (sand - bed channels). Hubungan antara tinggi muka air (H) dan debit (Q) selalu berubah sesuai dengan perubahan (H,) secara perlahan-lahan ataupun mendadak, karena proses pengendapan dan atau penggerusan dan pergerakan air pasir di dasar sungai. Lengkung debitnya selalu berubah tidak hanya fungsi waktu tetapi juga kecepatan aliran. Hubungan H dan Q dapat juga bervariasi karena konsentrasi sedimen apabila aliran mengandung material sedimen yang halus, karena konsentrasi sedimen dapat mempengaruhi konfigurasi dasar alur sungai dan tesistensi aliran. Apabila bukit-bukit pasir di dasar sungai (dunes) terbawa aliran dan dasar sungai menjadi datar maka akan mengu- tangi kekasaran dan resistensi aliran dan akan merubah hubungan ©) dan Q. Alur sungai yang tidak stabil dasar dan atau tebingnya akan dapat menyebabkan gambar (H) dan (Q) sangat menyebar sehingga kadang-kadang sulit, untuk menentukan arah dari kurva lengkung debitnya, seperti ditunjukkan pada gambar (7.20). Walaupun sangat menyebar apabila pengukuran debitnya ae ‘an dengan frekvensi dan jumlah yany S Dipinde dengan CamScanner hari sekali dilakukan sekali pengukuran debit) serta telah men. cakup keadaan aliran rendah sampai tinggi, kemungkinan leng. kung debitnya dapat ditentukan arah kurvanya. Bila diperlukan perpanjangan lengkung debit aliran tinggi harus dilakukan dengan ekstra hati-hati. Gambar (7.21) dan (7.22) menunjukkan.contoh kurva lengkung debit yang pada umumnya dijumpai untuk lokasi pos duga air sungai di Indonesia. Kadang-kadang juga dijumpai gambar (H) dan (Q) sangat menyebar (misal hasil pengukuran di alur sungai di daerah Tasikmalaya yang terpengaruh aliran lahar G. Galunggung) sulit untuk keadaan seperti ini diperlukan cara lain, misalnya : 1) pengaruh perubahan dasar alur sungai terhadap tinggi muka air diganti dengan kedalaman aliran rata-rata ); ; 2) pengaruh perubahan lebar aliran terhadap debit di- ganti dengan kecepatan aliran (v). Pengukuran debit harus dilakukan pada satu penampang yang sama. Gambar (7.23) menunjukkan sketsa contoh yang dimaksud. Data digambarkan pada kertas grafik logaritmik. 7.6.2 Kesalahan Alat atau Kesalahan Petugas Kemungkinan lain gambar data (H) dan (Q) ‘ssangat menyebar dapat disebabkan oleh faktor lain, misalnya : 1) kesalahan pembacaan data (tinggi muka air, lebar aliran, kedalaman aliran, putaran kincir, wakti * putaran kincir) saat melakukan pengukuran debit; 2) kesalahan perhitungan (Iuas penampang; kecepatan, debit) saat melakukan pengukuran debit; 3) kesalahan pengukuran kedalaman, lebar aliran ataupun kecepatan aliran; @ Dipindai dengan CamScanner 533 4) ‘kesalahan penggunaan alat (nomor kincir tidak sesuai dengan kecepatan aliran); 5) kesalahan penggambaran. Untuk memperkecil kemungkinan kesalahan-kesalahan tersebut _ maka setiap tahap pengukuran dan perhitungan debit serta peng- gambarannya harus dilakukan pengecekan. 7.6.3 Vegetasi Air/Endapan Kayu Tumbuhan vegetasi air ataupun adanya endapan kayu di dalam air (seperti dijumpai di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera) dapat menyebabkan hubungan (H) dan (Q) menyebar. Vegetasi air dan atau endapan kayu di dalam aliran sungai akan menambah harga koefisien kekasaran dan akan mengurangi lebar .efektip aliran sungai, keduanya dapat mengurangi harga (K) pada persa- maan (7.9). 7.6.4 Pengaruh Arus Balik Arus balik yang terjadi di lokasi pos duga air/lokasi pengukuran debit dapat merubah hubungan (H) dan (Q). Penen- tuan lengkung debitnya sangat komplek dan harus melibatkan faktor kemiringan aliran (S). © Dipindai dengan CamScanner

You might also like