You are on page 1of 79

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan.

Pembentukan karakter pun sangat ditentukan oleh baik buruknya kualitas

pendidikan yang peserta didik dapat.1 Selain pendidik atau guru orang

tuapun sangat berperan penting dalam terjadinya pendidikan yang bermutu.

Orang tua ialah pihak pertama yang bertanggung jawab terhadap

keselamatan putra putri dalam menjalani tahapan-tahapan perkembangan

seperti perkembangan fisik, emosial, intelektual, sosial dan paling penting

terhadap perkembangan seksual mereka dari anak-anak hingga dewasa.

Tanggung jawab orang tua tidak sebatas pada pendidikan materi saja,

namun juga termasuk didalamnya aspek pendidikan seksual. Pemahaman

dan pemilihan metode pendidikan seksual yang tepat, akan mengantarkan

anak menjadi insan yang mampu menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan

terlarang, dan sadar akan ancaman dan peringatan dari perbuatan zina, serta

pula memiliki pegangan agama yang jelas. Hal ini karena pendidikan seks

berhubungan erat dengan akidah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun ayat 5-7 :

ِ ُ‫َت أ َ ْي َمانُ ُه ْم فَإِنَّ ُه ْم َغي ُْر َمل‬


َ َ ‫فَ َم ِن ا ْبتَغَى َو ََرا‬. َ‫ومين‬ ِ ‫ إِال َعلَى أَ ْز َو‬. َ‫ظون‬
ْ ‫اج ِه ْم ْأو َما َملَك‬ ِ ‫َوالَّذِينَ ُه ْم ِلفُ ُر‬
ُ ِ‫وج ِه ْم َحاف‬

َ‫ذَلِكَ فَأُولَئِكَ ُه ُم ْالعَادُون‬

“Mereka ( orang-orang yang beruntung ) adalah orang-orang yang menjaga


kemaluan mereka . Kecuali kepada pasangan atau hamba sahaya yang mereka miliki

1
Amirudin, pendidikan akhlak seksual pada anak (Bandung:Refika Aditama,2021)hlm xiii

1
2

maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Maka barang siapa mencari di balik itu,
maka merekalah orang-orang yang melampaui batas” (Q.S Al-Mu’minun;5-7.) 2

Ayat diatas menjelaskan perintah menutup serta menjaga kemaluan

mereka atau aurat mereka dari orang-orang yang jelas bukan pasangannya yang

halal. Ini juga menerangkan pentingnya pendidikan seks dalam kalangan remaja

dalam islam.

Pendidikan seks sebaiknya dibingkai dalam nilai dan etika islam.

Pendidikan seks yang diharapkan adalah agar anak mengetahui fungsiorgan seks,

tanggung jawabnya, halal haramnya yang berkaitan dengan organ seks, dan

panduan untuk menghindari penyimpangan perilaku seksual sejak dini agar

terhindar dari terjadinya kekerasan seksual.

Sasaran utama penanaman pendidikan seks ini diarahkan kepada anak-

anak maupun remaja tentunya cara penyampaiannya sesuai dengan perkembangan

usianya. Akhir-akhir ini banyak fenomena terjadi kasus tindakan kejahatan seks

korban didominasi kalangan bawah umur. Pendidikan seks cukup bermanfaat

untuk menambah pengetahuan remaja dalam menangani perubahan-perubahan

yang menyimpang sebagaimana yang banyak terjadi pada kalangan remaja saat

ini.

Pendidikan seks juga cukup positif daam menghilangkan ketabuan dalam

membicarakan ataupun mendiskusikannya. Keterbukaan komusikasi antara orang

tua dengan anak, terutama dalam hal ini perlu di maksimalkan untuk menghindari

aktifitas seksual terlalu dini sebelum mencapai masa dewasa. Orang tua perlu

Al-Qur’an terjemah,Al-Qur’an KeMenAg. 23:5-7


2
3

memberikan pengertian dan pemahaman yang terarah mengenai pendidikan seks

ini. Karena jika tidak, anak akan merasa kurang diperhatikan dan kurang

informasi seks dan dampaknya anak akan cenderung mencari informasi di luar

lepas kendali orang tua.

Pada masa transisi (rentang waktu anak-anak dengan masa dewasa),remaja

dalam potensi seksual yang aktif, sehingga sangat mungkin remaja akan berusaha

mencari informasi mengenai masalah seksual. Perkembangan seksual yang terjadi

pada remaja seharusnya dibarengi dengan pendidikan seks yang sesuai, baik

pemahaman dari orang tua maupun dari kaum pendidik, agar remaja tidak

bingung dalam memahami perkembangan yang terjadi di dalam dirinyaserta cara

untuk menyikapinya.

Namun pendidikan seks masih menjadi polemik saat ini, dikarenakan

sebagian orang masih mempertimbangkan penting atau tidaknya pendidikan seks

tersebut untuk diberikan kepada para remaja. Dan dalam kenyataanya banyak

orang tua yang menganggap tabu pendidikan seks tersebut untuk diberikan

kepada para remaja. Disisi lain, sekolah belum bisa berperan secara optimal dalam

memberikan pemahaman tentang pendidikan seks pada remaja karena belum

termasuk dalam muatan kurikulum yang berlaku saat ini.3

Beberapa kasus pelecehan seksual pada remaja semakin terkuak, bahkan

semakin marak terjadi. Sederet kasus pelecehan seksual pada remaja belakangan

ini banyak yang mulai terungkap. Salah satunya kasus guru pesantren di

Bandung yang memperkosa santriwatinya. Dari 12 santriwati, 8 santriwati di

3
Amirudin, pendidikan akhlak seksual pada anak (Bandung:Refika Aditama,2021)hlm xv
4

antaranya hamil, bahkan ada yang telah melahirkan. Herry Wirawan, guru

sekaligus pemimpin pondok pesantren di kawasan Cibiru, Kota Bandung,

dilaporkan memerkosa 12 santriwatinya yang masih di bawah umur. Tak hanya

terancam hukuman penjara 20 tahun, Herry Wirawan juga terancam hukuman

kebiri kimia. Setelah kasus guru pesantren melecehkan belasan santriwatinya,

seorang guru agama di Cilacap, Jawa Tengah, ditangkap karena melakukan

pelecehan seksual terhadap 15 siswi sekolah dasar di tempatnya mengajar. 4

Kasus kembali merebak setelah disahkannya UU PKS. Salah satu yang

sangat tidak masuk akal terjadi di Pondok Pesantren Majma’al Bahroin Hubbul

Wathon minal iman Shiddiqiyah di Kabupaten Jombang Jawa Timur. Yang

dilakukan oleh tersangka MSA(Muhammad Subkhi) putra dari seorang Kiai di

Jombang, pengasuh Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Ploso, Muhammad Mukhtar

Mukhti. Pelaku sudah menjadi buron atas kasus pencabulan terhadap

Santriwatinya. Sejak ditetapkannya pelaku sebagai buron polisi mengepung

Pondok pesantren tersebut hingga kamis 7/7/2022 polisi belum bisa menangkap

pelaku dikarenakan pelaku dilindungi oleh ayahandanya, dan ayahnya pun secara

langsung meminta polisi agar tidak menangkap putranya. Namun Kompolnas

Benny Mamoto meminta agar pelaku kooperatif menjalani proses hokum,

sehingga kasus ini dapat dibuka secara transparan di pengadilan dan korban

mendapatkan keadilan.5

4
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas, “Pelecehan Seksual pada Anak Marak, Psikolog
Ingatkan Pentingnya Pendidikan Seksual” : ( Jakarta: kompas.com, 2021 )
5
Pelaku kepung ponpes dan jemput paksa pelaku pencabulan. MetroTv.
https://youtu.be/Jgein5Vclro:2022
5

Puluhan warga di Ciamis Jawa Barat yang di dominasi oleh ibu-ibu

datangi Kantor Desa Cicapar, Banjarsari, Ciamis, Jawa Barat. Mereka melakukan

aksi solidaritas untuk mempertanyakan proses Hukum dugaan pelecehan seksual

yang menimpa gadis dibawah umur oleh 4 orang paruh baya yang kebetulan

warga setempat.“ Aksi ini dilakukan untuk meminta kejelasan dari Desa hingga

ke Polsek, tidak ada kejelasan hingga sekarang, bahkan pelaku terlihat jalan-jalan

dan tidak diproses Hukum” tutur Yeni Sumarni salah satu warga. “Jika nanti

tindak tanduk untuk kedepannya tidak beres permasalahn seperti ini,

masyarakatbukannya mau demo maupun anarkis, tapi permohonan dengan sangat

saya sebagai masyarakatpun pasti ada gerakan lagi” tambah Andar Sunandar.6

Jeritan demi jeritan yang dilontarkan mahasiswa dalam demo kurang lebih dari

5 tahun belum usai demi tuntutan pengesahan salah satu Undang Undang

mengenai Penghapusan Kekerasan Seksual yang ada di Indonesia. Mahasiswa

pun geram karena adanya predator-predator seksual yang kian marak adanya di

Indonesia, melalui karya tulis ini pula penulis ingin memberitahukan begitu

urgensi dan kompleksnya mengenai Pendidikan seksual mulai dari dini. Di

sebagian daerah bahkan sudah tersedia rumah aduan, namun ternyata pelaku-

pelaku seksual itu tidak melewatkan satu kesempatan untuk melancarkan niatnya.

Pada pertemuan di Diskusi Berseri Korps PMII Puteri Jawa Barat dengan tema “

Membaca Urgensi RUU Penghapusan Kekerasan Seksual ” pada tanggal 8 juli

2020 lalu, pada diskusi tersebut saya menyimpulkan beberapa kasus dan beberapa

fakta yang membuat peserta sangat tercengak diantaranya:

6
Dugaan Kasus Pelecehan Anak, iNews id. https://youtu.be/C8YaVxX854M:2022
6

1. Ada sebuah kasus dan tidak hanya di satu daerah ternyata rumah aduan pun

tidak luput dari sasaran para pelaku kekerasan seksual.

2. Di suatu daerah yang tidak boleh disebutkan namanya, ada korban

kekerasan seksual yang dilakukan oleh salah satu saudaranya sendiri,

bahkan setelah dilaporkan pun korban masih mendapat ancaman setiap

bertemu pelaku untuk melayani kehausan seksualnya. Korban sendiri tidak

mendapat perlindungan yang sesuai dikarenakan RUU Penghapusan

Kekerasan Seksual itu sendiri belum sah menjadi UU pada saat itu.

3. Di Cirebon sendiri pun banyak terjadi salah satunya, ada korban yang telah

dilecehkan sedari anak tersebut masih dibawah umur oleh saudaranya

sendiri. Namun pada saat itu si anak tidak sama sekali mengerti kalau hal

tersebut termasuk dalam tindakan kekerasan seksual karena masyarakat

pada saat itu masih tabu memberikan pendidikan tentang seksual pada

anak-anaknya.

4. Di salah satu daerah di Jawa Tengah terjadi sebuah tindakan kekerasan

seksual, ketika korban hendak melapor di salah satu Rumah Aduan

terkendala karena tidak adanya saksi dan bukti. Sehingga malah korban

yang dilaporkan oleh pelaku atas tuduhan Pencemaran Nama Baik.

Deretan kasus semakin banyak dan semakin berani pelakunya mengatas

namakan segala sesuatunya demi untuk memuaskan hasratnya, dalam hal ini

penulis ingin sekali melakukan observasi/penelitian mengenai “Efektifitas

pendidikan seks untuk meminimalisir terjadinya sexual abuse pada anak usia 12-

14 tahun di desa Buyut kecamatan gunung Jati” sekaligus memberikan edukasi


7

pada masyarakat mengenai Pendidikan Seksual yang akan dilakukan pada

lingkungan masyarakat khususnya di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati

Kabupaten Cirebon. Dengan harapan untuk memberikan pengetahuan dan

sebagai tameng orang tua sekaligus anak untuk menjauhi dan sekaligus agar tidak

terperangkap dalam sexual abuse.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendidikan seks pada anak usia 12-14 tahun di Desa Buyut

kecamatan Gunung Jati kabupaten Cirebon?

2. Bagaimana efektivitas pendidikan seks untuk meminimalisir terjadinya

sexual abuse pada anak usia 12-14 tahun di Desa Buyut Kecamatan

Gunung Jati Kabupaten Cirebon?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui pendidikan seks pada anak usia 12-14 tahun di Desa

Buyut Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.

2. Untuk mengetahui efektivitas pendidikan seks untuk meminimalisir

terjadinya sexual abuse pada anak usia 12-14 tahun di Desa Buyut

Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon?

D. Manfaat Penelitian

1. Agar masyarakat terutama remaja bisa lebih memahami tentang

pendidikan seks tersebut.

2. Agar masyarakat terutama remaja bisa lebih memahami tentang apa itu

sexual abuse
8

3. Agar masyarakat terutama remaja bisa lebih memproteksi diri agar tidak

mengalami sexual abuse

E. Kerangka Teori

1. Definisi Teoritik

Pendidikan seks yang Islami ialah bagian dari kurikulum

pendidikan Islam secara umum. Pendidikan seks Islami ini sangat perlu dan

penting untuk diajarkan pada umat muslim sesuai dengan perkembangan

usianya, karena pendidikan seks ini menekankan pada hukum-hukum

ajaran Islam dan moralitas seksual, tidak seperti pendidikan seks barat yang

lebih mementingkan pada gaya seks, seks bebas juga safe sex (seks aman)-

nya saja, tidak peduli dengan siapa saja harus berhubungan seks, dan apa

saja dampak buruknya melakukan seks bebas yang penting mereka puas

dan aman dari penyakit hubungan seks. Fenomena demikian jelas sangat

bertentangan dengan ideologi dan ajaran Islam yang sangat mulia. Islam

telah mengajarkan pada umatnya untuk melampiaskan hasrat biologisnya

(berhubungan seks) lewat jalan yang halal dan baik yakni pernikahan, jadi

tidak sembarang melakukan hubungan seks. Setelah dianalisis, pendidikan

seks islami sangat mutlak dan segera untuk di berikan pada umat muslim

terutamanya pada kaum remaja. Pendidikan seks yang ditawarkan Islam ini

merupakan bentuk perlindungan dari pendidikan seks barat yang tidak

bermoral, umat muslim saat ini terutama remaja sudah penuh dengan ajaran

seks barat sehingga mereka meniru dan melakukan pelanggaran-

pelanggaran norma, pelecehan seksual, zina dan kekerasan ada dimana-


9

mana semua itu karena pengaruh pendidikan seks barat yang tak bermoral

tersebut.

Mengingat rasa ingin tahu remaja terutama siswa yang begitu besar,

pendidikan seks yang diberikan harus sesuai kebutuhan siswa, serta tidak

menyimpang dari prinsip-prinsip pendidikan seks itu sendiri, maka pendidikan

seks harus mempertimbangkan; pertama, pendidikan seks harus berdasarkan

penghormatan hak reproduksi dan hak seksual remaja untuk mempunyai pilihan.

Kedua, berdasarkan pada kesetaraan jender. Ketiga, partisipasi remaja secara

penuh dalam proses perencanaan. Keempat, bukan cuma dilakukan secara formal,

tetapi juga non formal.7

Seks adalah jenis kelamin, seksual adalah berkenaan dengan seks

(jenis kelamin) atau berkenaan dengan perkara persetubuhan laki-laki dan

perempuan, sedangkan seksualitas adalah sifat, atau peranan seks /

dorongan seks / kehidupan seks.8 Pendidikan seks adalah upaya

pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual

yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang

berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan.9

Pendidikan seks adalah pendidikan yang lebih mengarah ke

penerangan tentang masalah intim termasuk didalamnya larangan-larangan

juga batasan Aurat yang tidak diperbolehkan orang lain melihat apalagi

menyentuh selain diri kita sendiri dan pengajaran tentang masalah yang

berkenaan dengan naluri juga perkawinan.

7
Kutipan Boyke, 2006. Journal for Lesson and Learning Studies Vol. 2 No.1, April 2019
8
Amirudin, pendidikan akhlak seksual pada anak (Bandung:Refika Aditama,2021)hlm 45
9
Nashih Ulwan A, nawita.muslik, bunda seks itu apa(Bandung:Yrama Widya:2013) hlm 6
10

Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku yang berkonotasi

seks yang dilakukan sepihak dan tidak dikehendaki oleh korbannya,

bentuknya dapat berupa ucapan, tulisan, simbol, isyarat dan tindakan.10

Menurut Riska Novianti salah satu anggota di komunitas

perempuan Kekerasan Seksual adalah setiap tindakan baik berupa ucapan

maupun perbuatan yang dilakukan seseorang untuk menguasai atau

memanipulasi orang lain serta membuatnya terlibat dalam aktivitas

seksual yang tidak dikehendaki. Indikator kekerasan seksual saat ada

paksaan dari salah satu pihak, aktivitas seksual dan memberikan kepuasan

seksual pada satu pihak.

Pelecehan seksual atau sexual abuse adalah tindakan perbuatan

maupun ucapan yang dilakukan seseorang untuk memanipulasi orang lain

( sasaran korban ) yang membuatnya terlibat dalam aktivitas seksual yg

diindikatori dengan adanya paksaan dari salah satu pihak terhadap

korban.

F. Penelitian Terdahulu

Kasus ini sebelumnya pernah diteliti oleh salah satu Mahasiswa

sekolah tinggi teologi tawangmangu hanya saja penelitian tersebut hanya

mengulas tentang pendidikan seksual pada remajanya saja, sehingga saya

tertarik untuk mengkaji sampai dengan masalah yang akan terjadi jika

remaja tidak mendapatkan pendidikan seksual secara menyeluruh. Karena

kasus sexual abuse semakin banyak sedangkan tindak lanjutnya kurang


10
https://www.portaltebo.id/opini/pr-5735263289/tidak-ada-satu-tempat-pun-yang-aman-
untukperempuan#:~:text=Sementara%20itu%20menurut%20psikolog%2C%20Meity,%2C%20sim
bol%2C%20isyarat%20dan%20tindakan.
11

begitu memuaskan dan kurang memihak para korban maka penulis

mengambil judul penelitian ini agar tidak ada lagi remaja yang menjadi

sasaran para pelaku karena minimnya pengetahuan tentang pentingnya

pendidikan seksual, pengertian dan dampaknya seksual abuse.

Juga pernah diteliti oleh salah satu Mahasiswi Universitas Kristen

Satya Wacana Jawa Tengah “hubungan pengetahuan tentang pendidikan

seks dengan perilaku seksual remaja” dan di jurnal tersebut mengulas

hanya sampai keterkaitannya saja, namun tidak sampai membahas atau

meneliti sampai dengan dampak juga cara untuk menghalau terjadinya

kekerasan seksual tersebut.11

Pernah juga diteliti oleh Mahasiswi Universitas Airlangga dengan

judul “Psikoedukasi Pendidikan Seks Kepada Guru dan Orang Tua Sebagai

Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak”.12

Maka dari itu penulis ingin sekali meneliti lebih jauh tentang “

Efektivitas Pendidikan Seks Untuk Meminimalisasi Terjadinya Sexual

Abuse “ dan sangat berharap hasilnya dapat membawa feedback

yang baik untuk masyarakat banyak.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakuakan adalaha pendekatan

kuantitatif yaitu pendekatan yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

11
Journal for Lesson and Learning Studies Vol. 2 No.1, April 2019
12
Joni, I. D. A. M. & Endang R. Surjaningrum. Psikoedukasi Pendidikan Seks Kepada Guru dan
Orang Tua Sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak. J. Divers. JUNI 1, (2020).
12

dipakai untuk meneliti pada populasi ataupun sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan alat ukur (instrumen) penelitian, analisa

data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji dan

membuktikan hipotesis yang telah dibuat/ditetapkan.

2. Metode dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan rancangan penelitian deskriptif observasional, yaitu penelitian

digunakan untuk melihat gambaran dari fenomena, deskripsi kegiatan

dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data factual dari

pada penyimpulan. Penelitian observasi merupakan penelitian yang tidak

melakukan manipulasi atau intevensi pada subyek peneliti. Peneliti ini

hanya melakukan pengamatan (observasi) pada subyek peneliti.

3. Waktu dan Tempat

Tempat penelitian ini dilakukan di Posyandu desa buyut kecamatan

gunungjati. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan

bulan Juli 2022. Peneliti memilih lokasi ini guna untuk mengetahui tingkat

pengetahuan masyarakat mengenai pengetahuan dan pencegahan seks pada

remaja serta mengetahui pemahaman masyarakat mengenai bahaya seks

pada remaja masyarakat Posyandu Desa Buyut Kecamatan Gunungjati

Cirebon Tahun 2022.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahap-tahap prosedur pengumpulan data dalam penelitian

adalah sebagai berikut:


13

a. Tahap persiapan

Pada tahap ini merupakan tahap awal bagi peneliti sebelum

melakukan penelitian langsug ke lapangan. Dimana pada tahap ini

peneliti terlebih dahulu menyusun draft skripsi, mengurus surat izin

penelitian kepada pihak- pihak yang bersangkutan, menyusun jadwal

observasi dan membuat persiapan observasi.

b. Tahap Penyusunan

Pada tahap ini dimaksudkan agar peneliti mengetahui permasalan-

permasalahan yang terjadi di lapangan. Tahap penyusunan yang

dilakukan berupa pembuatan intrumen penelitian yang berkaitan

variabel yang diteliti.

c. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti memberikan angket untuk mengetahui hasil

mengenai pendidikan seks untuk meminimalisasi terjadinya sexual abuse

pada anak usia 12-14 tahun di Desa Buyut Kecamatan Gunung Jati

Kabupaten Cirebon.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis merupakan kegiatan setelah data dari responden atau sumber

data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan

data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajiakan data variabel

yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah,


14

dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Dengan demikian, dalam penelitian ini ada dua teknik analisis data

yang digunakan, yaitu:

a. Statistik Deskriptif

Adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan

cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tampa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum. Dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukan

mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi.

Pada penelitian ini, Statistik deskriptif digunakan untuk rumusan

masalah pertama dan rumusan kedua.

1) Mean skor

Skor rata- rata atau mean dapat diartikan sebagai kelompok

data dibagi dengan nilai jumlah responden. Rumus rata-rata yakni:

X = Σ X/N

Keterangan:

X = Mean

X = Frekuensi

N = Banyaknya data

a. Standar deviasi

Keterangan:
15

SD : Standar Deviasi

∑X : Total Skor Siswa

N : Populasi.

2) Kategorisasi

Adapun tabel kategorisasi skor sexual abuse setelah

dilakukan pendidikan seks setelah melalui tahap tersebut adalah:

Tabel 1.1

Kategori nilai sexual abuse setelah dilakukan pendidikan seks.

Sangat kurang Sangat


Kategori Kurang baik Cukup Baik
Baik baik

Nilai 30-40 45-55 60-70 75-85 90-100

b. Statistik Inferensial

Statistik inferensial dipergunakan untuk menguji hipotesis

penelitian dengan analisis Korelasi Pearson Product Moment.

1) Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kedua macam

variasi digunakan analisis korelasi Pearson Product Moment.

Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.


16

Untuk keperluan tersebut digunakan analisis korelasi Pearson

Product Moment (rxy).

𝑟 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑥𝑦= 2 −(∑ 𝑋)2
√{𝑁 ∑ 𝑋 }{𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 }

Dimana:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = Jumlah Populasi

X = Skor dari sebelum mengajar

Y = Skor hasil belajar

2) Pengujian tabel “t” (tabel korelasi atau tabel )

Untuk mengetahui tingkat korelasi serta hubungan antara

kedua variabel digunakan uji “t” dengan rumus :

𝑟√𝑛−2
Thitung =
1−𝑟 2

Keterangan:

t = nilai koefisien korelasi

r = nilai korelasi

n = jumlah sampel.13

3) Kaidah pengujian yaitu:


13
Morison, Metode Penelitian Survei (Jakarta: Kencana Press, 2012), h. 257
17

Jika thitung > ttabel maka tolak H0 artinya tidak signifikan dan

thitung < ttabel maka terima H0 artinya diterima. Dengan taraf

signifikan : 𝛼 = 0,10

Untuk mengetahui berapa besar sumbangan variabel X

terhadap Y dapat diperoleh dengan berpedoman pada besarnya

koefisien determinan yakni r2 yang dinyatakan dalam persen (r2 x

100%).

Tabel 1.2
Tingkat Korelasi Menurut Anas Sudjono.

No. Tingkat Korelasi Kategori

1. 0,91-1,00 Sangat tinggi

2. 0,71-0,90 Tinggi

3. 0,41-0,70 Sedang

4. 0,21-0,40 Rendah

5. 0,00-0,20 Sangat rendah

H. Sistematika Penulisan

Susunan penulisan secara sistematis dilakukan untuk dapat

menunjukan hasil penelitian yang baik dan mudah dipahami. Adapun

sistematikanya sebagai berikut.

BAB I: Pendahuluan

Bab ini merupakan gambaran secara umum skripsi yang

mencangkup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan


18

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, penelitian

terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: Tinjauan Pustaka

Bab ini memaparkan landasan yang terdiri dari pendidikan seks

menurut para ahli, pendidikan seks menurut Agama, sexual abuse

secara umum, dan Hipotesis Penelitian.

BAB III: Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab ini memuat uraian tentang Gambaran Geografis, Gambaran

Historis, dan Gambaran Sosial Budaya, Ekonomi, serta

Pendidikan.

BAB IV: Hasil Dan Pembahasan Penelitian

Bab ini menjelaskan uraian data dan temuan yang diperoleh

dengan metode dan prosedur yang diuraikan dalam metode

penelitian. Berisi hasil dan analisa Efektivitas Pendidikan Seks

Untuk Meminimalisasi Terjadinya Sexual Abuse Pada Anak Usia

12-14 tahun di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati.

BAB V: Penutup

Bagian ini berisi temuan pokok /kesimpulan pokok, implikasi

tindak lanjut penelitian serta saran-saran / rekomendasi yang

diajukan.
19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Seks Menurut Para Ahli.

Pendidikan menurut etimologi dalam bahasa Indonesia, berasal dari

kata “ didik “dengan memberi awalan “pe” dan akhiran “an”, yang

mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya)14. Kata

Pendidikan sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu Paedagogos yang

berarti pergaulan dengan anak-anak.15

Coser dkk. Mengemukakan bahwa :”Education is the deliberate formal

transfer of knowledge, skill, and values from one person to another

person.”16 Didalam definisi ini pendidikan adalah usaha sadar untuk

mentransfer ilmu pengetahuan, skill, dan nilai-nilai yang lain dari guru

kepada peserta didik.

Sementara menurut ahmad tafsir dalam bukunya merumuskan,

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya17.

Definisi ini mencakup kegiiatan penddikan yang tidak hanya dilakukan

oleh guru dan didalam lembaga formal saja, namun juga bisa terjadi

dilingkungan sekitar dan melibatkan masyarakat terutama dalam keluarga

( orang tua ), segi yang dibina oleh pendidikan dalam definisi ini adalah

seluruh aspek kepribadian.

14
. pembinaan dan pengembangan bahasa depdikbud, Jakarta: Balai Pustaka, 2008
15
. Amirudin, pendidikan akhlak seksual pada anak (Bandung:Refika Aditama,2021)hlm 1
16
Ibid : 2
17
Metodologi pengajaran agama islam (2007:6)

19
20

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsadan

Negara18.

Selanjutnya, Hasan Langgulung mengemukakan bahwa,

Pendidikan dapat ditinjau dari dua segi. Pertama, sudut pandangan

masyarakat dan kedua dari sudut pandang individu. Dari pandangan

masyarakat, Pendidikan itu pewarisan dari yang tua ke generasi muda,

agar budaya dan hidup di masyarakat tetap berkelanjutan. Sedangkan dari

sudut pandangan individu, Pendidikan itu mengembangkan potensi-potensi

yang terpendam dan tersembunyi dalam diri setiap manusia.

Carter V.Good menjelaskan bahwa Pendidikan adalah seni,

praktik, atau profesi sebagai pengajar: ilmu yang sistematis atau

pengajaran yang berhubungan dengan prinsip atau metode-metode

mengajar, mengawas, dan membimbing murid dalam arti yang luas lalu

digantikan dengan istilah Pendidikan.

Ngalim purwanto, Pendidikan sering diartikan sebagai suatu orang

dewasa dalam pergaulan anak-anak untuk memimpin perkembangan

jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan, dalam arti sadar dan mampu

memikul tanggung jawab atas segala perbuatan secara moral.

18
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Bab I tentang SisDikNas
21

Dalam kutipan zuharini, john dewey mengungkapkan bahwa

Pendidikan adalah salah satu kebutuhan hidup, salah satu fungsi social,

bimbingan, sebagai sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan

menimbulkan serta membentuk disiplin hidup.

Jadi pendidikan adalah usaha sadar mentransfer ilmu pengetahuan, skill

dan nilai-nilai lainnya yang tidak hanya melibatkan guru dan lembaga

formal namun melibatkan orang sekitar terutama orang tua, dan untuk

mewujudkan suasana belajar proses pembelajaran secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai tujuan pendidikan itu

sendiri.

Menurut bahasa, kata seks (sex) berasal dari bahasa Inggris yang

berarti jenis kelamin, jenis kelamin sendiri terbagi menjadi 2 yaitu laki-laki

dan perempuan.19 Namun tidak dipungkiri pula banyak yang mengartikan

seks itu “bercinta, berhubungan badan atau senggama). Definisi itu tidak

salah karena arti lain dari kata seks itu sendiri dan merupakan “perilaku

seksual”. Perilaku seksual ialah segala tingkah laku yang didorong oleh

hasrat kepada lawan jenis dengan berbagai tingkah laku, mulai dari

ketertarikan, berpegangan tangan, sampai dengan hubungan seksual.20

Hubungan seksual tentuhanya boleh dilakukan oleh mereka yang sudah

terikat dengan pernikahan, dan untuk remaja sangat tidak diperbolehkan

untuk mendekati apalagi melakukan karena dampaknya akan sangat

merugikan diri sendiri terutama, maka dari itu penulis mengambil


19 14

19
Suherman.a.sherly, yuk kenali seks edukasi untuk remaja( Bandung:Yrama Widya,2013) hlmn 1
20
Suherman.a.sherly, yuk kenali seks edukasi untuk remaja( Bandung:Yrama Widya,2013) hlm 2
22

penelitian ini agar tidak ada lagi remaja yang dengan segala rasa keingin

tauannya akan tetapi tidak dibekali dengan pengertian sejak dini menjadi

korban dari salahnya informasi tentang seks.

Seks (sex) adalah suatu konsep tentang pembedaan jenis kelamin

manusia berdasarkan faktor-faktor biologis, hormonal, dan patologis.

Karena dominannya pengaruh paradigma patriarkhis dan hetero-

normatifivitas dalam masyarakat, secara biologis manusia hanya

dibedakan secara kaku ke dalam dua jenis kelamin (seks), yaitu laki-laki

(male) dan perempuan (female). Demikian pula konsep jenis kelamin yang

bersifat sosial, manusia juga hanya dibedakan dalam dua jenis kelamin

sosial (gender), yakni laki-laki (man) dan perempuan (woman).21

Sebagai makhluk beragama, manusia diciptakan oleh Tuhan. Tuhan

telah menciptakan manusia sebagai Makhluk yang Bermartabat. Manusia

bukan hanya terdiri dari unsur fisik atau biologis, melainkan juga

mempunyai unsur batin dan ruhani. Manusia memiliki perasaan, pikiran,

obsesi dan cita- cita sehingga dapat hidup sebagai makhluk yang beradab

dan menciptakan peradaban di muka bumi.22

Secara biologis, Manusia dianugrahi Tuhan sejumlah organ

biologis. Kondisi organ-organ biologis tersebut berbeda antar satu manusia

dengan manusia lain. Setiap manusia memiliki keunikan dan kekhususan,

sehingga tidak ada manusia yang sama persis, meski keduanya adalah

saudara kembar.
21
Husein Muhammad, et. all., “Fiqh Seksualitas:Risalah Islam Untuk Pemenuhan Hak-Hak
Seksualitas, (Jakarta: BKKBN, 2011). hlm. 9.
22
Ibid.
23

Organ seks laki-laki, berupa Penis dan Testis. Sebaliknya organ

seks perempuan mempunyai Vagina, Clitoris, dan Rahim. Perbedaan

tersebut merupakan kodrati atau pemberian Tuhan. Tak seorang pun dapat

membuat sama persis dan mengubahnya. 23

Secara garis besar pendidikan seks diklasifikasikan menjadi dua.

Pendapat pertama menganggap bahwa pendidikan seksual sama dengan

penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, tentang bahaya-bahaya

penyakit kelamin dan sebagainya. Pendapat kedua mengatakan bahwa

pendidikan seksual sama dengan sex pay, hanya perlu diberikan kepada

orang dewasa.24

Menurut DR. Sarlito Wirawan Sarwono, pendidikan seks bukanlah

tentang seks semata. Pendidikan seks sebagaimana pendidikan lain pada

umunya, mengandung nilai-nilai dari pendidik ke subjek didik. Dengan

demikian informasi tentang seks tidak diberikan secara telanjang tetapi

dalam kaitannya dengan norma yang berlaku dalam masyarakat, apa yang

lazim dan bagaimanacara melakukannya tanpa melanggar aturan25.

DR. Arief Rahman Hakim dan Drs Fakhrudin-SMU lab school

Jakarta berpendapat bahwa pendidikan seks adalah perlakuan sadar dan

sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan

23
Ibid:10
24
Amirudin, pendidikan akhlak seksual pada anak (Bandung:Refika Aditama,2021)hlm 45
25
Ibid :45
24

proses perkelaminan menurut agama dan yang sudah diterapkan oleh

masyarakat26.

Secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai

persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses

terjadinya pembuahan, kehamilan hingga kelahiran, tingkah laku seksual,

hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaaan serta

kemasyarakatan. Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau

pendidikan yang mampu menolong muda-mudi untuk menghadapi

masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian

pendidikan ini bermaksud untuk menjelaskan segala hal yang berhubungan

dengan seks dan seksualitas yang sebelumnya dianggap tabu diterangkan

dalam bentuk yang wajar dan mudah untuk dipahami.27

Tujuan pendidikan seks ini ialah untuk mendewasakan seorang

baik secara fisik maupun psikis, terutama yang berkaitan dengan

kehidupan seksual dalam pengertian yang luas. Terlebih dalam dataran

tujuan menurut Al-Qur’an, tujuan pendidikan seks untuk menjaga dan

memelihara agar seseorang tidak terjerumus dalam lembah kenistaan

seperti penyimpangan seks dalam berbagai bentuk.

Materi pendidikan seksual hendaknya disesuaikan dengan

kebutuhan dan tahap perkembangan anak. Masalah materi memang tidak

mudah, bahkan sangat sulit untuk menangkap secara kongret. Pernah ada

sebuah buku mencoba menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan


26
DR. Arief Rahman Hakim, Amirudin, pendidikan akhlak seksual pada anak (Bandung:Refika
Aditama,2021)hlm 45
27
Ibid:46
25

dengan seks dilengkapi dengan organ-organ tubuh manusia namun karena

takut merusak mental kaum muda akhirnya buku tersebut ditarik dari

pasaran.28

B. Pendidikan Seks Menurut Agama.

Pendidikan seks ialah pemberian pengalaman yang benar kepada

anak, agar dapat membantunya dalam penyesuaian diri di bidang seks

dalam kehidupannya di masa depan.29

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-mu’minun ayat

5-7 :

ِ ُ‫َت أ َ ْي َمانُ ُه ْم فَإِنَّ ُه ْم َغي ُْر َمل‬


‫فَ َم ِن ا ْبتَغَى‬. َ‫ومين‬ ِ ‫ إِال َعلَى أ َ ْز َو‬. َ‫ظون‬
ْ ‫اج ِه ْم ْأو َما َملَك‬ ِ ‫َوالَّذِينَ ُه ْم ِلفُ ُر‬
ُ ِ‫وج ِه ْم َحاف‬

َ‫َو ََرا َ َ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ ُه ُم ْالعَادُون‬

“Mereka ( orang-orang yang beruntung ) adalah orang-orang yang


menjaga kemaluan mereka . Kecuali kepada pasangan atau hamba sahaya
yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Maka barang
siapa mencari di balik itu, maka merekalah orang-orang yang melampaui
batas” (Q.S Al-Mu’minun;5-7) 30

Dari ayat al-qur’an diatas dapat dipahami bahwa Al-Quran

membicarakan perihal dan mengandung ajaran seksual dengan berbagai

dimensinya. Ajaran ini perlu dipahami oleh manusia, baik laki-laki

maupun perempuan agar mereka dapat memahami mana yang halal dan

mana yang diharamkan dalam syariat islam.

Dasar pendidikan seks pada anak salah satunya yang terdapat pada

Hadits Nabi yang artinya sebagai berikut :

28
Amirudin, pendidikan akhlak seksual pada anak (Bandung:Refika Aditama,2021)hlm 56
29
Abdul aziz el quussy, Amirudin, pendidikan akhlak seksual pada anak (Bandung:Refika
Aditama,2021)hlm 45
30
Al-Qur’an terjemah,Al-Qur’an KeMenAg. 23:5-7
26

“ Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat


pada umur 7 tahun dan pukullah mereka ketika umur 10 tahun bila
meninggalkan shalat. Dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”( HR.Abu
Daud ).31

Hadits tersebut memerintahkan untuk “ pemisahan tempat tidur “

pada point terakhir adalah upaya untuk menanamkan kesadaran terhadap

jenis kelamin. Ini adalah salah satu dasar yang Nabi SAW ajarkan. Di

mana pada saat anak menuju masa pubertas, dia akan berhadapan dengan

dunia yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Dunia yang penuh dengan

gejolak yang harus mendapatkan pengendalian yang lebih khusus,

pengendalian yang hanya bisa ditangani dengan pola yang matang dan

penuh perhitungan yang cermat tanpa ada efek samping yang

membahayakan anak.

Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan menunggu

sampai anak bertanya mengenai seks, sebaiknya pendidikan seks diberikan

dengan terencana, sesuai dengan kebutuhan dan keadaan anak, baik pada

saat anak menjelang remaja di mana proses kematangan fisik maupun

mentalnya mulai timbul dan berkembang ke arah kedewasaan.

Dalam konteks agama, skhusunya Islam, semua bentuk perbedaan

dalam diri manusia, seperti warna kulit, ras, bahasa, jenis kelamin biologis

dan social (gender), orientasi seksual, dan bahkan agama dimaksudkan

agar manusia saling mengenal satu sama lain (li taarafu) untuk kemudian

membangun kerjasama dan saling berinteraksi membangun masyarakat

31
HR.Abu Daud. Amirudin, pendidikan akhlak seksual pada anak (Bandung:Refika
Aditama,2021)hlm 47
27

berdab yang penuh kedamaian dan keharmonisan(baldatun thayyibatun wa

rabbun ghafur).32

Pendidikan seksual menurut islam ialah upaya pengajaran dan

penerapan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak,

sebagai usaha untuk menjaga anak dari kebiasaan yang tidak islami serta

menutup segala kemungkinan terjadinya pelecehan seksual. Pada intinya

pendidikan seks tidak boleh bertentangan dengan norma ajaran agama.

C. Sexsual abuse ( kekerasan seksual).

Pelecehan seksual mulai terkenal pada tahun 1974 pada saat itu

kaum feminis mengangkat terminologi pelecehan seksual sebagai julukan

dari perilaku tersebut.33

Pelecehan seksual mulai terkenal pada tahun 1974 pada saat itu

kaum feminis mengangkat terminologi pelecehan seksual sebagai julukan

dari perilaku tersebut.34

Pelecehan seksual dan tindakan perkosaan terhadap perempuan

pada dasarnya dua bentuk tindakan kekerasan seksual dan juga

pelanggaran atas kesusilaan yang dikutuk berbagai pihak. Namun

ironisnya peristiwa ini masih saja terjadi dari waktu ke waktu dan dapat

menimpa siapapun tanpa terkecuali.

Husein Muhammad, et. all., “Fiqh Seksualitas:Risalah Islam Untuk Pemenuhan Hak-Hak
32

Seksualitas, (Jakarta: BKKBN, 2011). hlm. 10.


33
Kutipan (bets dan fitzgerald, 1987:wisedan Stanley,1987) jurnal sri kurnianingsih. Pelecehan
seksual di tempat kerja.
34
Kutipan (bets dan fitzgerald, 1987:wisedan Stanley,1987) jurnal sri kurnianingsih. Pelecehan
seksual di tempat kerja.
28

Pelecehan seksual dan kekerasan seksual atau perkosaan

sesungguhnya bukan sekedar bentuk pelanggaran hukum terhadap hak

orang lain yang tergolong tindak kriminal. Tetapi, lebih dari itu “ia” adalah

sebuah peristiwa kekerasan seksual yang dilakukan laki-laki terhadap

perempuan karena dilatar belakangi oleh nilai social budaya dalam

masyarakat yang sedikit banyak bias gender. Pelecehan seksual itu sendiri

tidak hanya tentang tindak perkosaan namun hanya sekedar menyiuli

perempuan yang sedang berjalan, memandang seolah-olah sedang

menyelidiki tiap lekukan tubuh, meraba kebagian sensitive,

memperlihatkan gambar porno, dan berbagai tindakan pelecehan juga

termasuk dalam tindakan kekerasan seksual atau pelecehan seksual.

Pelecehan seksual adalah sifat perilaku seksual yang tidak

diinginkan atau tindakan yang didasarkan seks yang menyinggung

penerima35. Persamaan pelecehan dan perkosaan sendiri ialah sama-sama

tidak diinginkan oleh perempuan yang menjadi korban, acap kali

perempuan tak bisa apa-apa karena disana terdapat dan sedang berlaku

nilai atau kontruksi sosial masyarakat yamg seolah-olah membenarkan

peristiwa diatas atau minimal menuntut korban selalu bersikap pasrah.

Juga ditambah minimnya rumah aduan untuk kaum perempuan korban

pelecehan seksual mengadu meminta perlindungan, dan dari pemerintah

sendiri acap kali menganggap remeh masalah ini ditandai dengan RUU

PKS yang baru saja disahkan menjadi UU PKS pada bulan April 2022. Di

35
Michael Rubenstein,suyanto.bagong, Masalah sosial anak (Jakarta:Prenadamedia group,2016)
hlm 262.
29

dalam Undang-undang tersebut dapat memihak korban dan membantu

korban untuk memberikan hukuman yang setimpal kepada pelaku.

Dari uraian-uraian diatas sudah jelas tujuan penulis sendiri ialah

untuk mengetahui seberapa mengertikah remaja-remaja di Desa Buyut

tentang pendidikan seks dan dampak mengerikan pelecehan seksual

terutama pada anak usia 12-14 tahun.

Pengertian ta’lim menurut abd, al-rahman sebatas proses

pentransferan pengetahuan antar manusia. Ia hanya dituntut untuk

menguasai pengetahuan dalam aspek kognitif dan psikomotorik saja, dan

tidak dituntut untuk menguasai pada domain afektif. Hanya sekedar

memberitahu dan memberi pengetahuan, namun tidak mengandung

pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan kearah

pembentukan kepribadian yang disebabkan pemberian pengetahuan. Hal

ini sebagaimana firman Allah SWT, dalam Surat Al-Baqarah ayat 31 yang

berbunyi :

‫ض ُه ْم َعلَى ْال َمال ِئ َك ِة فَقَا َل‬


َ ‫َو َعلَّ َم آدَ َم األ ْس َما َ َ ُكلَّ َها ث ُ َّم َع َر‬
َ ‫ُال َ ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم‬
َ‫صا ِد ِقين‬ ِ ‫ا َ َهؤ‬ ِ ‫أ َ ْن ِبئُو ِني ِبأ َ ْس َم‬
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian
Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku
nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”36

Yang dimaksud tindakan kekerasan pada perempuan ialah “…

segala tindakan kekerasan verbal maupun fisik, pemaksaan atau ancaman

pada nyawa yang diarahkan pada seorang perempuan baik yang masih

Al-Qur’an terjemah,Al-Qur’an KeMenAg, 2:31.


36
30

anak-anak maupun sudah dewasa yang akan menyebabkan kerugian fisik

atau psikologis, penghinaan, atau perampasan kebebasan dan yang

melanggengkkan sub-ordi-nasi perempuan.”37

Pelecehan seksual adalah perbuatan yang dilakukan dalam bentuk

fisik atau nonfisik yang tidak di kehendaki dengan cara megambil gambar,

mengintip, memberi isyarat bermuatan seksual baik secara langsung

maupun tidak langsung seperti halnya menggunakan teknologi, melakukan

transmisi yang bermuatan seksual dan melakukan sentuhan fisik.38

Sementara itu menurut psikolog, pelecehan seksual adalah segala

segala bentuk perilaku yang berkonotasi seks yang dilakukan secara

sepihak dan tidak dikehendaki korbannya.39

Hawkins mengungkapkan beberapa penyebab terjadinya sexual

abuse yaitu terlalu polos yang mempercayai semua orang dewasa, anak-

anak yang berusia belia yang tidak mampu mendeteksi motivasi yang

dimiliki oleh orang dewasa, anak-anak diajarkan untuk menuruti orang

dewasa. Secara alamiah anak-anak memiliki rasa ingin tahu mengenai

tubuhnya dan anak-anak diasingkan informasi yang berkaitan dengan

seksualitas.40

D. Posisi teoritik Peneliti

Penelitian ini menggunakan metode korelasi. Sebagaimana di atas

variable keduanya sangat berhubungan, karena pendidikan seksual itu hal

37
Heise. suyanto.bagong, Masalah sosial anak (Jakarta:Prenadamedia group,2016) hlm 263.
38
Kutipan komisioner subkom pemantauan Komnas perempuan, Siti Aminah Tardi.
Wolipop.detik.com
39
Meity Arianty STP.,M.Psi, kutipan wiharsunu:2008(wolipop.detik.com)
40
Hawkins.1997:115.jurnal pendidikan seks untuk anak usia dini.
31

paling mendasar untuk mencegah terjadinya seksual abuse. Kekerasan

seksual itu bisa terjadi karena rendahnya pengetahuan anak-anak dan

remaja tentang pendidikan seksual.

Penelitian kuantitatif sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh

salah satu Mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana Tegal, Jawa

Tengah namun dengan judul yang sedikit berbeda.

Pada penelitian pada journal lesson and learning “hubungan

pengetahuan tentang pendidikan seks dengan perilaku seksual remaja”

mendapatkan hasil seperti berikut :

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Esti Widiani (2017) di SMA

Kristen Setia Budi Malang dengan mengambil sampel sebanyak 58 siswa,

didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden pengetahuan seks yang

tergolong baik dengan hasil 94,83%, sedangkan untuk perilaku seksual

mendapatkan hasil 58,62%. Hasil uji spearman Rank didapatkan hasil nilai

sig (2-tailed) sebesar 0,000 <0,05 yang artinya ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan seks dengan perilaku seksual.

Sedangkan menurut Fitriani (2011) dari hasil uji chisquare test diperoleh

responden dengan pendidikan baik mendapat hasil 88,3% pendidikan

kurang 11,7% dan perilaku positif sebesar 48,7% sedangkan perilaku

negatif 51,6%. Dari hasil uji statistik hubungan pendidikan seks dengan

perilaku seks diperoleh nilai p=0,340 atau tidak ada hubungan yang

signifikan antara pendidikn seks dengan perilaku seksual.41

41
Journal for Lesson and Learning Studies Vol. 2 No.1, April 2019
32

Pada hasil diatas dapat diartikan bahwa sebagian remaja memahami

tentang pendidikan seksual namun sedikitremaja yang tidak tau atau

bahkan kurangnya pengertian tentang perilaku seksual, sehingga besar

kemungkinan pelaku-pelaku seksual akan lebih mudah melancarkan

aksinya jika kita tidak sesegera mungkin meminimalisasi terjadinya hal

tersebut dengan cara lebih memberikan pengertian yang lebih lengkap baik

tentang pendidikan seks, jenis-jenis kekerasan seksual, dampak-dampak

kekerasan seksual, dan cara menghindari terjadinya kekerasan seksual

tersebut.

Dengan uraian diatas yang menjadi sebab rasa keinginan penulis

untuk meneliti lebih lanjut tentang hal-hal diatas, agar generasi-generasi

selanjutnya tidak ada lagi yang menjadi korban pelaku kekerasan seksual.

Dan besar harapan hasil dari penelitian ini bisa bermanfaat untuk

masyarakat umum.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari tinjauan Pustaka diatas baik dari lingkup teori

yang relefan yang bersumber dari media buku cetak maupun dari

pemikiran para ahli mengenai pengertian Pendidikan, Pendidikan seksual

dan seksual abuse menghasilkan sebuah hipotesis, yaitu :

Tidak adanya efektifitas pendidikan seks pada

H0 : anak usia 12-14 tahun untuk meminimalisir terjadinya

sexual abuse di desa Buyut kecamatan gunung Jati

Adanya efektifitas pendidikan seks pada anak


33

H1 : usia 12-14 tahun untuk meminimalisir terjadinya sexual

abuse di desa Buyut kecamatan gunung Jati


34

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Geografis

Secara Administratif Desa Buyut adalah salah satu dari 15 Desa di

Wilayah Kecamatan Gunung Jati bagian Kabupaten Cirebon, yang

mempunyai luas wilayah 153,7778 Ha. yang berada diketinggian laut 2

mdl. Desa Buyut berbatasan dengan beberapa desa yaitu :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pangkalan Kecamatan

Plered

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mayung

Kec. Gunung Jati.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cangkring Kec. Plered

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suranenggala Kulon Kec.

Suranenggala

Desa Buyut yang beriklim kemarau dan hujan yang memiliki curah

hujan + 2400 mm/tahun dengan suhu udara rata-rata + 30oC.

B. Gambaran Historis.

1. Sejarah Desa

Buyut berasal dari panggilan kehormatan kepada Ki

Bengkul Manunggul karena kesaktian dan umurnya yang sangat

panjang (Sejak jamannya Ki Gede Tapa, Subang Larang, Lara

Santang samapi Sunan Gunung Jati). Ki Bengkul Manunggul

adalah sesepuh sakti penganut Budha yang simpati pada Islam.

34
35

Sebutan Ki Buyut dilatar belakangi karena kepala daerah Ki

Buyutan atau daerah perdikan adalah daerah bebas panen, bebas

dari kewajiban menyerahkan upeti kepada Kerajaan Pajajaran

meskipun merupakan bagian Kerajaan Pajajaran. Oleh karena itu

bisa juga disebut Merdeka. Ki Buyut adalah sebagai pendamping

Kepala Daerah, kesatuan, Kuwu, Ki Gede yang bertanggung jawab

dalam hal spiritual. Bisa juga disebut sebagai penasehat spiritual.

Ki Buyut disamping sebagai Kepala Daerah juga sebagai

pendamping Pangeran Surawijaya Sakti dan Ki Gede Tapa / Ki

Jumajan Jati yang masing-masing sebagai Penguasa Nagari

Singapura dan Syahbandar Pelabuhan Muara Jati. Karena simpati

pada agama Islam, maka ketika Ki Gede Tapa mengajaknya untuk

mengusir Syekh Dahtil Kahfi dari Gunung Jati karena mendirikan

pangguron Islam, beliau menolak bahkan berhasil menyadarkan

Ki Gede Tapa. Ki Bengkul Manunggul juga pernah berjasa dalam

pengawalan Sunan Gunung Jati ketika dalam perjalanan untuk

mengislamkan Pajajaran, dalam menghadapi rintangan dari Buyut

Semar, Sang Hyang Majalaku dan Harimau jadi-jadian. Beliau

adalah pemimpin pengawal yang berjumlah sepuluh orang. Untuk

mengabadikan namanya panggilan “Buyut” menjadi nama desanya

yakni desa BUYUT sampai sekarang.

Nama-nama Kuwu Desa Buyut yang diketahui :


36

Table 3.1
Nama-nama kuwu di Desa Buyut

Nama-Nama

No. Kepala Desa/Kuwu Tahun

Desa Buyut

1 Kuwu Maer 1885 – 1912

2 Kuwu Darmadja 1913 – 1922

3 Kuwu Akhmad 1923 – 1927

4 Kuwu Kasmita 1928 – 1931

5 Kuwu H. Ishak 1932 – 1948

6 Kuwu Warsa 1949 – 1952

7 Kuwu H. Takmid 1953 – 1966

8 Kuwu Arsadi 1967 – 1973

9 Kuwu Disa 1974 – 1980

10 Kuwu Moh. Sholeh 1981 – 1988

11 Kuwu M. Shiddiq, Ba 1989 – 1998

12 Kuwu Mastoyo 1999 – 2007

13 Kuwu Harsono, Se 2007 – 2013

14 Kuwu Mastoyo 2013 -2019

15 Kuwu Wandi 2020-


37

C. Gambaran Sosial Budaya, Ekonomi, Dan Pendidikan

1. Jumlah Penduduk

Desa Buyut terdiri dari 6 (enam) Dusun, 10 (sepuluh) RW dan 30

(tiga puluh) RT, dengan jumlah Penduduk 9114 Jiwa, Jumlah Kepala

Keluarga 2.214 KK yang terbagi dalam 6 (enam) Dusun. Jumlah

Penduduk Laki-Laki 4.196 Jiwa dan Perempuan 4.918 Jiwa.

Table 3.2
Nama-nama Blok di Desa Buyut
JUMLAH
RW BLOK TAHUN 2020
KK 2020

01 Blok Desa 1367 254

02 Blok Karang Anyar 726 225

03 Blok Sitempel 1113 214

04 Blok Sitempel 1128 283

05 Blok Ki Gayam 390 122

06 Blok Ki Gayam 1083 196

07 Blok Kemaen 1.046 352

08 Blok Kemaen 881 230

09 Blok Sidingklik 670 160

10 Blok Sidingklik 710 178

JUMLAH 9.114 2.214


38

2. Keadaan Sosial

a. Kesehatan

1) Derajat Kesehatan

Untuk angka kematian bayi dan ibu relative sangat kecil, dikarenakan

kader Posyandu, bidan dan dokter serta tenaga kesehatan secara rutin

dan selalu proaktif dan peduli terhadap masalah kesehatan warga.

2) Puskesmas dan Sarana Kesehatan Lainnya

Desa Buyut tidak memiliki Puskesmas dan hanya memiliki 1

Poskesdes dan 8 Posyandu namun jarak dari desa ke Puskesmas + 600

m, dan

3) Desa Buyut tidak memiliki Rumah Sakit namun jarak dari Desa ke

Rumah Sakit Arjawinangun + 42 km.

b. Kesejahteraan Sosial

Keluarga Prasejahtera

- Keluarga Prasejahtera Alasan Ekonomi : 525 kk

( 693 Laki-Laki, 687 Perempuan)

- Keluarga Prasejahtera Bukan Alasan Ekonomi : 76 kk

( 34 Laki-Laki, 42 Perempuan)

Jumlah Keluarga Sejahtera I

- Keluarga Prasejahtera Alasan Ekonomi : 912 kk

- Keluarga Prasejahtera Bukan Alasan Ekonomi : 177 kk

Jumlah Keluarga Sejahtera II : 212 kk

Jumlah Keluarga Sejahtera III : 103 kk


39

Jumlah Keluarga Sejahtera III Plus : 55 kk

- Pasangan Usia Subur di bawah 20 tahun :561 orang

- Pasangan Usia Subur 20 – 29 tahun :1.154

orang

- Pasangan Usia Subur 30 – 49 tahun :579 orang

-Peserta KB Aktif : 1.108orang

c. Pendidikan

1) Pendidikan Umum

TK : 6 gedung

Sekolah Dasar : 3 gedung

SLTA/ MA : - gedung

2) Pendidikan Khusus

TPA/TPQ : 5 gedung

Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Buyut

- TK :177 orang

- SD/SEDERAJAT :2.535 orang

- SLTP/SEDERAJAT :1.229 orang

- SMA/SEDERAJAT :1.249 orang

- D1 s.d D3 :47 orang

- S1 s.d S3 :76 orang


40

d. Ketanagakerjaan

Pedagang : 343 orang

Petani :65 orang

Nelayan :8 orang

Buruh Tani :286 orang

PNS :112 orang

Perawat :3 orang

Bidan :2 orang

Dokter :1 orang

TNI/POLRI : 44 orang

Karyawan Swasta :1.587orang

Pensiunan :24 orang

Pelajar/Mahasiswa :26 orang

Wiraswasta :4.132orang

e. Olahraga, Kesenian, Kebudayaan dan Sosial.

Sarana Olah Raga: 3 jenis, 4 buah

Sarana Kesenian/Kebudayaan: 3 jenis, 3 buah

Sarana Sosial: - jenis, - buah

f. Agama

Jumlah Penduduk Menurut Agama

Islam : 9.114 orang

Kristen Katholik : - orang

Kristen Protestan : - orang


41

Hindu : - orang

Budha : - orang

g. Sarana Ibadah

Jumlah Masjid : 3 buah

Jumlah Mushola : 13 buah

Jumlah Gereja : - buah

Jumlah Vihara : - buah

Jumlah Pura : - buah

3. Keadaan Ekonomi

a. Lembaga-Lembaga Perekonomian Desa

Lembaga-lembaga perekonomian yang ada di Desa Buyut

merupakan asset yang besar bagi pertumbuhan perekonomian penduduk

Desa. Di Desa Buyut banyak tumbuh usaha-usaha baik dibidang

Pertanian, Jasa, Perdagangan, Perbengkelan, Apotik, Warung, Gilingan

padi, Kelontong, Toko, Home Industry, simpan pinjam, PKK, dan

organisasi kemasyarakatan lainnya

b. Kemampuan Keuangan Desa

1) Pendapatan Asli Desa masih rendah

2) Bantuan dari pihak ketiga yang tidak mengikat

c. Prasarana dan Sarana Ekonomi Desa

1) Sarana Jalan yang terdapat di Desa dan Kondisinya :

- Jalan Desa
42

Table 3.3
Jalan Desa di Desa Buyut

Jalan Aspal Panjang Kondisi

Jalan Desa 3.007 m Sedang

Jalan Desa 2.129 m Rusak

Jalan Kabupaten 810 m Rusak

Jalan Propinsi - m -

Jumlah 5.946 m

2) Sarana Irigasi yang terdapat di desa + 4.310 m dan terdapat 0

bendungan dan perlu direhab.

3) Telekomunikasi

Dengan banyaknya alat telekomunikasi yang ada seperti telepon

rumah, telepon genggam (HP), akses internet membuat komunikasi

semakin lancar dan mudah. Di samping itu sebagian keluarga telah

memiliki sarana TV, Radio, Komputer yang menjadikan

pengetahuan perkembangan jaman semakin cepat.

4) Sarana Perdagangan

Sarana Perdagangan berupa 0 yang di bangun di wilayah desa Buyut

5) Kepemilikan Lahan Pertanian

- Jumlah RTP yang memiliki tanah pertanian :230 RTP

- Tidak Memiliki : 121 RTP

- Memiliki kurang dari 0,5 Hektar : 117 RTP


43

- Memiliki 0,5 – 1 Hektar : 52 RTP

- Memiliki lebih dari 1 Hektar : 61 RTP

- Jumlah Total Rumah Tangga Petani (RTP) : 460 RTP

4. Kondisi Pemerintahan Desa

a. Pembagian Wilayah Desa

1) Luas Wilayah Desa Buyut Ha. yang terdiri dari :

- Sawah : 96.555 Ha.

- Darat : 57.223 Ha.

2) Jumlah dan Nama Dusun

Table 3.4
Nama-nama desa di Desa Buyut
JUMLAH JUMLAH
No. DUSUN KET.
RW RT

1 Desa 1 3 Aktif

2 Karang Anyar 1 3 Aktif

3 Sitempel 2 6 Aktif

4 Kigayam 2 5 Aktif

5 Kemaen 2 7 Aktif

6 Sidingklik 2 6 Aktif

JUMLAH 10 30
44

Desa Buyut terbagi atas 10 RW yaitu :


 RW 01 Mempunyai Jalan Desa Panjang : 600 m, lebar : 2.5 m.

 RW 02 Mempunyai Jalan Desa Panjang : 50 m, lebar : 2.5 m.

 RW 03 mempunyai Jalan Desa Panjang : 400 m, lebar : 3 m.

 RW 04 mempunyai Jalan Desa Panjang : 600 m, lebar : 3 m.

 RW 05 mempunyai Jalan Desa Panjang : 100 m, lebar : 3 m.

 RW 06 mempunyai Jalan Desa Panjang : 500m, lebar : 3 m.

 RW 07 mempunyai Jalan Desa Panjang : 250 m, lebar : 3 m.

 RW 08 mempunyai Jalan Desa Panjang : 250 m, lebar : 3 m.

 RW 09 mempunyai Jalan Desa Panjang : 250 m, lebar : 3 m.

 RW 10 mempunyai Jalan Desa Panjang : 250 m, lebar : 3 m.

5. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Buyut

 Kuwu / Kepala Desa : Wandi

 Sekretaris Desa : Cadira

 Kasi Pemerintahan : Lani Martiono

 Kasi Kesra : Imam Prabu

 Kasi Pelayanan : Arif Thasdiq

 Kaur Keuangan : Lily Prasetiowaty

 Kaur Umum : Heri Rusli

 Kaur Perencanaan : Ilham

 Kadus I (Blok Desa) : Japri

 Kadus II (Blok Karang Anyar) : Haryono

 Kadus III (Blok Sitempel) : Silvia Intania


45

 Kadus IV (Blok Ki Gayam) : Runali

 Kadus V (Blok Kemaen) : Ratnawati

 Kadus VI (Blok Sidingklik) : Yani

6. LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Jumlah Pengurus dan Anggota :

 BPD : 9 orang

 LPMD : 13 orang

 Karang Taruna : 20 orang

 Pemberdayaan Kesejahteraan

Keluarga (PKK) : 40 orang

 MUI Desa : 13 orang

 Kader Posyandu : 40 orang

 Linmas : 14 orang

 Gapoktan : 15 orang
46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat Pencegahan Sexual Abuse Sebelum Pendidikan Seks Pada Anak

Usia 12-14 Tahun Di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati

Teknik pengumpulan angket digunakan penulis untuk mengetahui

pelaksanaan Pencegahan Sexual Abuse Sebelum Pendidikan Seks Pada

Anak Usia 12-14 Tahun Di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati. Dalam

pengumpulan data, penulis menggunakan data berupa angka yang bersifat

kuantitatif. Dengan populasi yang berjumlah 1.229 maka penulis

mengambil sampel sebesar 10 % atau 123 responden, oleh sebab itu langkah

yang penulis tempuh adalah dengan menyebarkan angket kepada 123

responden dengan 15 item soal.

Setelah angket disebarkan, maka tahap selanjutnya adalah penilaian

dari masing-masing alternatif jawaban dengan nilai skor yang berbeda yaitu

sebagai berikut :

Untuk jawaban selalu :1


Untuk jawaban sering :2
Untuk jawaban kadang-kadang : 3
Untuk jawaban jarang :4
Untuk jawaban tidak pernah :5
Berikut adalah tabel rekapitulasi nilai dari hasil angket kegiatan

Pencegahan Sexual Abuse Sebelum Pendidikan Seks Pada Anak Usia 12-14

Tahun Di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati dengan jumlah 123

46
47

responden:

TABEL 4.1
Rekapitulasi Responden Dan Jawaban
Tingkat Pencegahan Sexual Abuse Sebelum Pendidikan
Seks Pada Anak Usia 12-14 Tahun Di Desa Buyut
Kecamatan Gunungjati
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total

1 3 2 2 2 3 1 4 2 1 2 3 2 2 2 3 34

2 2 3 3 1 2 2 4 2 2 2 2 3 3 1 2 34

3 3 2 2 2 3 1 3 3 1 2 3 2 2 2 3 34

4 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 28

5 1 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 2 24

6 3 3 1 1 1 1 3 2 2 2 1 2 1 1 1 25

7 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29

8 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 28

9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30

10 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 31

11 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 33

12 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 32

13 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 32

14 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 33

15 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 32

16 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 31

17 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 33

18 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 37

19 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 37

20 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 31
48

21 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 32

22 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 33

23 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 31

24 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 34

25 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 38

26 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 38

27 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 36

28 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 36

29 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 39

30 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 33

31 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 32

32 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 35

33 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 37

34 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 32

35 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 40

36 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 38

37 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34

38 2 2 2 3 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 33

39 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 34

40 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 32

41 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 40

42 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 33

43 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 37

44 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 35

45 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 38

46 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 39
49

47 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 39

48 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 37

49 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 40

50 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 39

51 3 3 3 3 2 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 39

52 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 38

53 3 3 3 2 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 3 37

54 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 36

55 3 2 2 2 3 1 4 2 1 2 3 2 2 2 3 34

56 2 3 3 1 2 2 4 2 2 2 2 3 3 1 2 34

57 3 2 2 2 3 1 3 3 1 2 3 2 2 2 3 34

58 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 28

59 1 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 2 24

60 3 3 1 1 1 1 3 2 2 2 1 2 1 1 1 25

61 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29

62 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 28

63 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30

64 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 31

65 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 33

66 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 32

67 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 32

68 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 33

69 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 32

70 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 31

71 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 34

72 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 38
50

73 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 38

74 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 32

75 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 33

76 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 34

77 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 32

78 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 35

79 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 39

80 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 39

81 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 36

82 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 36

83 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 39

84 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 33

85 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 32

86 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 35

87 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 37

88 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 32

89 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 40

90 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 38

91 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34

92 2 2 2 3 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 33

93 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 34

94 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 32

95 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 40

96 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 33

97 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 37

98 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 35
51

99 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 38

100 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 39

101 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 39

102 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 37

103 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 40

104 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 39

105 3 3 3 3 2 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 39

106 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 38

107 3 3 3 2 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 3 37

108 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 36

109 3 2 2 2 3 1 4 2 1 2 3 2 2 2 3 34

110 2 3 3 1 2 2 4 2 2 2 2 3 3 1 2 34

111 3 2 2 2 3 1 3 3 1 2 3 2 2 2 3 34

112 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 28

113 1 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 2 4 1 2 26

114 3 3 1 1 1 1 3 2 4 4 1 2 4 1 1 32

115 2 2 4 4 4 4 2 2 4 4 2 2 4 2 2 44

116 2 2 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 2 47

117 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 54

118 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 55

119 2 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 52

120 2 4 2 4 3 1 3 4 4 4 4 4 2 4 4 49

121 4 2 2 2 3 4 3 4 2 4 2 2 2 4 4 44

122 4 2 2 2 3 2 3 4 2 4 2 2 2 2 4 40

123 4 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 4 35

∑X 4322
52

∑𝑋 4322
Rata- rata 𝑋 = 𝑁
= = 35,1
123

Setelah hasil jawaban terkumpul, maka hasil jawaban tersebut

dimasukkan ke dalam tabel yang akan dipersiapkan untuk menganalisis

data. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, digunakan analisis

prosentase dengan rumas sebagai berikut :

𝑭
𝑷 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑵

Keterangan:

P = Angka prosentase

F = Frekuensi yang dicari

N = Number of case (Jumlah responden).42

Setelah data berubah prosentase kemudian dikelompokkan dalam

kalimat yang bersifat kualitatif:

65%-100% = Baik
35%-65% = Cukup Baik
20%-35% = Kurang Baik
Kurang dari 20% = Tidak Baik
Berikut ini adalah penjelasan prosentase jawaban pada tiap-tiap soal

yang diberikan.

42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 246.
53

Tabel 4.2
Prosentase Jawaban Angket Tingkat Pencegahan Sexual
Abuse Sebelum Pendidikan Seks Pada Anak Usia 12-14
Tahun Di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati
Jawaban
No
Soal Kadang Tidak
Soal Selalu Sering Jarang
kadang pernah

1 Saya sering keluar makan F 3 62 54 3 0

bersama dengan pasangan % 2 51 44 2 0

saya

2 Saya memeluk/dipeluk F 0 72 45 4 0

pasangan saya dengan erat % 0 59 37 3 0

ketika sedang

berboncengan

3 Saya menunjukkan rasa F 3 84 30 4 0

sayang kepada pasangan % 2 69 25 3 0

saya dengan menciumnya

4 Saya mambahas masalah F 15 82 20 5 0

pelukan dan ciuman saat % 12 67 16 4 0

telponan dengan pasangan

saya

5 Saya merasa senang ketika F 3 53 62 4 0

pasangan saya mencium % 2 43 51 3 0

saya

6 Saat berkencan, terjadi F 35 68 14 6 0

raba-meraba di daerah % 29 56 11 5 0

sensitif diantara saya dan

pasangan saya

7 Saya menjauh seandainya F 0 24 93 4 0

bibir saya akan berdekatan % 0 20 76 3 0

dengan bibir pasangan saya

8 Saya dan pasangan saya F 0 88 27 7 0

membahas saat-saat kami % 0 72 22 6 0

saling berpelukan melalui

telepon dan chatting


54

9 Saya menangis ketakutan F 9 83 24 7 0

ketika diraba oleh % 7 68 20 6 0

pasangan saya di bagian

sensitive

10 Ketika bersedih saya F 5 94 14 9 1

merasa nyaman untuk % 4 77 11 7 1

bersandar dibahu pasangan

11 Saya tidak menghindar F 6 66 45 5 0

untuk diraba oleh pasangan % 5 54 37 4 0

saya walaupun diluar

pakaian

12 Jika lama tak berjumpa, F 0 82 34 5 0

saya dan pasangan saya % 0 67 28 4 0

berciuman dileher untuk

melepas rasa rindu

13 Saat berduaan di tempat F 2 93 20 6 0

tertutup, pasangan saya % 2 76 16 5 0

mengelus tubuh bagian

sensitif di dalam pakaian

14 Saya tidak memalingkan F 15 86 16 5 0

wajah apabila dicium oleh % 12 70 13 4 0

pasangan saya

15 Saling berpelukan dengan F 3 51 63 5 0

pasangan saya adalah hal % 2 42 52 4 0

yang biasa

Frekue
6,6 72,5 37,4 5,27 0,07
nsi
Rata – Rata
Prosent
5% 59% 31% 4% 1%
ase

Berdasarkan Rekapitulasi Jawaban prosentase jawaban angket

pencegahan Sexual Abuse sebelum pendidikan seks pada anak usia 12-14
55

tahun di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati mendapatkan rata-rata 35,1 dan

prosentase jawaban Selalu dengan rata rata frekuensi 6,6 sebesar 5%,

jawaban sering dengan rata-rata frekuensi 72,5 sebesar 59%, jawaban

kadang-kadang dengan rata-rata frekuensi 37,4 sebesar 31%, jawaban jarang

dengan rata-rata frekuensi 5,27 sebesar 4% dan jawaban tidak pernah

dengan rata-rata frekuensi sebesar 0,07 dengan frekuensi 1%. Jumlah

prosentase untuk jawaban jarang, kadang-kadang dan tidak pernah sebesar

35% menunjukan bahwa pencegahan Sexual Abuse sebelum pendidikan

seks masih kurang baik.

2. Tingkat Pencegahan Sexual Abuse Setelah Pendidikan Seks Pada Anak Usia

12-14 Tahun Di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati

Teknik pengumpulan angket digunakan penulis untuk mengetahui

pelaksanaan Pencegahan Sexual Abuse Setelah Pendidikan Seks Pada Anak

Usia 12-14 Tahun Di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati. Dalam

pengumpulan data, penulis menggunakan data berupa angka yaitu yang

bersifat kuantitatif. Langkah yang penulis tempuh adalah dengan

menyebarkan angket kepada 123 responden dengan 15 item soal.

Setelah angket disebarkan, maka tahap selanjutnya adalah penilaian

dari masing-masing alternatif jawaban dengan nilai skor yang berbeda yaitu

sebagai berikut :

Untuk jawaban selalu :1

Untuk jawaban sering :2


56

Untuk jawaban kadang-kadang :3

Untuk jawaban jarang :4

Untuk jawaban tidak pernah :5

Berikut adalah tabel rekapitulasi nilai dari hasil angket kegiatan

Pencegahan Sexual Abuse Setelah Pendidikan Seks Pada Anak Usia 12-14

Tahun Di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati dengan jumlah 123

responden:
57

TABEL 4.3
Rekapitulasi Responden Dan Jawaban
Tingkat Pencegahan Sexual Abuse Setelah Pendidikan Seks
Pada Anak Usia 12-14 Tahun Di Desa Buyut Kecamatan
Gunungjati
Resp. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total

1 4 3 3 3 2 2 5 3 4 3 4 3 3 3 4 49,0

2 3 4 4 4 2 2 5 3 3 3 3 4 4 4 3 51,0

3 4 3 3 3 4 4 4 4 2 3 4 3 3 3 4 51,0

4 3 3 3 4 3 4 4 2 2 2 3 3 3 4 3 46,0

5 2 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 51,0

6 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 3 4 4 4 53,0

7 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 43,0

8 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 2 2 2 3 44,0

9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 41,0

10 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 3 43,0

11 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 3 3 4 46,0

12 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 2 2 2 4 44,0

13 3 3 3 3 4 2 4 2 2 2 3 3 3 3 4 44,0

14 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 2 3 3 4 45,0

15 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 4 46,0

16 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 43,0

17 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 2 4 45,0
58

18 3 4 4 3 4 3 4 3 2 2 2 4 4 3 4 49,0

19 2 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 49,0

20 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 43,0

21 4 3 3 3 4 2 5 3 2 3 4 3 3 3 4 49,0

22 3 4 4 2 3 3 5 2 2 2 3 4 4 2 3 46,0

23 4 3 3 3 4 2 4 4 2 2 2 2 3 3 4 45,0

24 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 3 45,0

25 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 2 2 2 49,0

26 4 4 4 2 2 2 4 3 3 3 4 3 4 4 4 50,0

27 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46,0

28 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 49,0

29 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45,0

30 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 46,0

31 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 48,0

32 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 49,0

33 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 49,0

34 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 48,0

35 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 4 47,0

36 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 44,0

37 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 2 3 2 2 4 43,0

38 3 4 4 3 4 3 4 3 2 2 2 2 2 3 4 45,0

39 3 3 3 3 2 2 4 4 2 4 2 2 4 4 4 46,0
59

40 3 3 2 2 2 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 41,0

41 4 3 3 3 4 4 5 3 2 2 4 3 3 3 4 50,0

42 3 4 4 4 3 3 5 2 2 2 3 4 4 4 3 50,0

43 4 3 3 3 4 4 4 4 2 2 4 3 3 3 4 50,0

44 3 3 3 4 3 4 4 2 2 3 3 3 3 4 3 47,0

45 2 3 3 4 3 2 2 3 4 4 4 3 3 4 3 47,0

46 4 4 4 2 2 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 52,0

47 3 3 2 2 3 4 3 2 2 2 3 5 5 5 3 47,0

48 3 2 2 4 3 4 4 2 3 2 2 5 5 4 3 48,0

49 2 2 3 3 3 3 5 5 5 3 3 3 3 3 3 49,0

50 3 3 3 3 3 3 5 5 5 3 3 3 2 2 3 49,0

51 4 4 3 3 4 3 4 3 5 5 5 2 2 3 4 54,0

52 3 3 4 4 4 2 4 3 3 2 2 5 5 3 4 51,0

53 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 2 2 3 3 4 49,0

54 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 3 3 5 5 4 50,0

55 3 3 3 5 4 5 4 2 2 5 3 3 3 3 4 52,0

56 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 5 5 3 3 3 48,0

57 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 5 5 3 4 50,0

58 3 4 4 3 4 3 4 3 5 5 3 2 2 3 4 52,0

59 3 3 5 5 3 3 4 4 3 4 3 4 2 2 4 52,0

60 3 3 3 5 5 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 48,0

61 4 3 3 3 4 5 5 3 5 3 4 2 2 3 4 53,0
60

62 3 4 4 5 3 5 5 3 3 2 2 4 4 5 3 55,0

63 4 3 3 3 4 5 4 4 5 5 4 2 2 3 4 55,0

64 3 3 3 2 3 5 4 3 5 5 3 3 3 2 3 50,0

65 2 3 3 2 3 2 4 3 2 5 5 3 3 2 3 45,0

66 4 4 2 2 2 2 4 3 3 3 5 3 2 5 5 49,0

67 3 3 3 3 5 5 3 2 2 3 3 3 3 3 3 47,0

68 3 3 3 2 3 5 4 2 2 3 3 3 3 5 3 47,0

69 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 5 5 5 3 49,0

70 3 3 3 3 3 3 5 5 5 3 3 3 3 3 3 51,0

71 3 3 3 3 4 3 4 3 5 2 2 5 3 3 4 50,0

72 3 3 3 3 4 5 4 2 2 3 3 3 5 5 4 52,0

73 3 3 3 3 4 5 4 2 2 5 5 3 3 3 4 52,0

74 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 5 5 3 3 4 50,0

75 3 3 3 3 4 2 4 3 2 2 3 5 5 3 4 49,0

76 3 3 5 5 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 48,0

77 3 3 3 5 4 5 4 2 3 3 3 3 3 3 4 51,0

78 3 4 4 3 4 2 2 3 3 3 3 4 4 3 4 49,0

79 3 3 3 5 2 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 52,0

80 3 3 3 3 5 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 50,0

81 4 3 3 3 2 5 5 3 5 3 4 3 3 3 4 53,0

82 3 4 4 2 2 3 5 3 3 5 5 4 4 2 3 52,0

83 4 3 2 2 4 2 4 4 2 3 4 5 5 3 4 51,0
61

84 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 5 5 2 3 47,0

85 2 3 3 2 3 2 4 3 2 2 5 5 3 2 3 44,0

86 4 4 2 2 2 2 4 3 3 3 2 5 5 2 2 45,0

87 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 5 5 3 3 46,0

88 3 2 2 2 3 2 4 3 3 3 3 3 5 5 3 46,0

89 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 5 5 47,0

90 4 3 5 5 4 2 5 3 2 3 4 2 2 3 4 51,0

91 3 4 4 2 5 5 5 3 3 2 2 4 4 2 3 51,0

92 4 3 3 3 4 2 4 4 2 3 4 5 5 3 4 53,0

93 3 3 3 2 3 2 4 3 2 2 3 5 5 2 3 45,0

94 2 3 3 2 3 2 4 3 2 2 5 5 3 2 3 44,0

95 4 4 2 2 2 2 4 2 2 3 2 5 5 2 2 43,0

96 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 5 5 3 46,0

97 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 2 3 5 5 3 46,0

98 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 5 5 3 47,0

99 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 5 5 46,0

100 3 5 5 3 4 3 4 3 2 2 3 3 3 3 4 50,0

101 5 5 3 3 4 2 4 2 2 3 3 3 3 3 4 49,0

102 3 5 5 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 51,0

103 3 3 5 5 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 52,0

104 3 4 4 2 5 5 5 3 3 3 3 4 4 2 3 53,0

105 4 3 3 3 4 2 4 4 2 3 4 5 5 3 4 53,0
62

106 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 5 5 2 3 47,0

107 2 3 3 2 3 2 4 3 2 2 2 3 5 5 3 44,0

108 4 4 2 2 2 2 4 3 3 3 2 3 2 5 5 46,0

109 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 5 5 3 48,0

110 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 5 5 2 3 47,0

111 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 3 49,0

112 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 5 5 48,0

113 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 5 5 4 52,0

114 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 5 5 3 4 51,0

115 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 5 5 3 3 4 51,0

116 3 3 3 3 4 3 4 3 3 5 5 3 3 3 4 52,0

117 2 4 4 4 4 4 2 4 4 5 5 4 4 4 2 56,0

118 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 2 57,0

119 2 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 56,0

120 2 4 2 4 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 4 55,0

121 4 2 2 2 3 4 3 4 2 4 2 5 5 4 4 50,0

122 4 2 2 2 3 2 3 4 2 4 2 2 5 5 4 46,0

123 4 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 5 5 41,0

∑Y 5962,0
63

∑𝑌 5962
Rata- rata 𝑌 = 𝑁
= 123
= 48,6

Setelah hasil jawaban terkumpul, maka hasil jawaban tersebut

dimasukkan ke dalam tabel yang akan dipersiapkan untuk menganalisis

data. Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, digunakan analisis

prosentase dengan rumas sebagai berikut :

𝑭
𝑷 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑵

Keterangan:

P = Angka prosentase

F = Frekuensi yang dicari

N = Number of case (Jumlah responden).43

Setelah data berubah prosentase kemudian dikelompokkan dalam

kalimat yang bersifat kualitatif:

65%-100% = Baik

35%-65% = Cukup Baik

20%-35% = Kurang Baik

Kurang dari 20% = Tidak Baik

Berikut ini adalah penjelasan prosentase jawaban pada tiap-tiap soal

yang diberikan.

43
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 246.
64

Tabel 4.4
Prosentase Jawaban Angket Tingkat Pencegahan
Sexual Abuse Setelah Pendidikan Seks Pada Anak
Usia 12-14 Tahun Di Desa Buyut Kecamatan
Gunungjati
Jawaban

No Soal Soal Kadang Tidak


Selalu Sering Jarang
kadang pernah

1 Saya sering keluar F 0 12 85 25 1

makan bersama dengan % 0 10 70 20 1

pasangan saya

2 Saya memeluk/dipeluk F 0 7 90 23 3

pasangan saya dengan % 0 6 74 19 2

erat ketika sedang

berboncengan

3 Saya menunjukkan rasa F 0 17 83 17 6

sayang kepada pasangan % 0 14 68 14 5

saya dengan

menciumnya

4 Saya mambahas masalah F 0 30 67 17 9

pelukan dan ciuman saat % 0 25 55 14 7

telponan dengan

pasangan saya

5 Saya merasa senang F 0 40 45 24 14

ketika pasangan saya % 0 33 37 20 11

mencium saya

6 Saat berkencan, terjadi F 0 5 19 83 16

raba-meraba di daerah % 0 4 16 69 13

sensitif diantara saya

dan pasangan saya

7 Saya menjauh F 0 19 84 17 3

seandainya bibir saya % 0 16 69 14 2

akan berdekatan dengan

bibir pasangan saya

8 Saya dan pasangan saya F 0 43 61 8 11


65

membahas saat-saat % 0 35 50 7 9

kami saling berpelukan

melalui telepon dan

chatting

9 Saya menangis F 0 36 64 12 11

ketakutan ketika diraba % 0 30 52 10 9

oleh pasangan saya di

bagian sensitive

10 Ketika bersedih saya F 0 28 62 20 13

merasa nyaman untuk % 0 23 51 16 11

bersandar dibahu

pasangan

11 Saya tidak menghindar F 0 23 60 14 26

untuk diraba oleh % 0 19 49 11 21

pasangan saya walaupun

diluar pakaian

12 Jika lama tak berjumpa, F 0 23 52 17 31

saya dan pasangan saya % 0 19 43 14 25

berciuman dileher untuk

melepas rasa rindu

13 Saat berduaan di tempat F 0 28 55 18 22

tertutup, pasangan saya % 0 23 45 15 18

mengelus tubuh bagian

sensitif di dalam

pakaian

14 Saya tidak memalingkan F 0 28 55 18 22

wajah apabila dicium % 0 23 45 15 18

oleh pasangan saya

15 Saling berpelukan F 0 7 50 60 6

dengan pasangan saya % 0 6 41 49 5

adalah hal yang biasa

Frekuen
0 22,1 62,1 27,0 11,8
Rata – Rata si

Prosent 0 20 50 20 10
66

ase

Berdasarkan Rekapitulasi Jawaban prosentase jawaban angket

pencegahan Sexual Abuse setelah pendidikan seks pada anak usia 12-14 tahun

di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati mendapatkan rata-rata 48,5 dan

prosentase jawaban Selalu dengan rata rata frekuensi 0 sebesar 0 %, jawaban

sering dengan rata-rata frekuensi 22,1 sebesar 20 %, jawaban jarang dengan

rata-rata frekuensi 62,1 sebesar 50 %, jawaban kadang-kadang dengan rata-

rata frekuensi 27,0 sebesar 20 % dan jawaban tidak pernah dengan rata-rata

frekuensi sebesar 11,8 dengan prosentase 10 %. Jumlah prosentase untuk

jawaban jarang, kadang-kadang dan tidak pernah berjumlah 80,0 %

menunjukan bahwa pencegahan Sexual Abuse setelah pendidikan seks sudah

baik.

3. Efektifitas Pendidikan Seks Pada Anak Usia 12-14 Tahun Untuk

Meminimalisir Terjadinya Sexual Abuse di Desa Buyut Kec. GunungJati.

Untuk mengetahui efektif atau tidaknya pendidikan seks pada anak

usia 12-14 tahun untuk meminimalisir terjadinya sexual abuse di desa

Buyut kec. gunung Jati, digunakan rumus korelasi Product Moment.

Namun sebelumnya peneliti membuat tabel (tabulasi data) yang

secara kuantitatif dan numerik menerangkan efektif atau tidaknya

pendidikan seks pada anak usia 12-14 tahun untuk meminimalisir

terjadinya sexual abuse di Desa Buyut Kec. Gunung Jati. Untuk lebih

jelasnya lihat tabel berikut:


67

Tabel 4.5
Menentukan Koefisien Korelasi Product Moment
Efektif atau Tidak Pendidikan Seks Pada Anak Usia 12-14
Tahun Untuk Meminimalisir Terjadinya Sexual Abuse di
Desa Buyut Kec. Gunung Jati
NO. RESP. X Y XY X2 Y2

1 34 49 1666 1156 2401

2 34 51 1734 1156 2601

3 34 51 1734 1156 2601

4 28 46 1288 784 2116

5 24 51 1224 576 2601

6 25 53 1325 625 2809

7 29 43 1247 841 1849

8 28 44 1232 784 1936

9 30 41 1230 900 1681

10 31 43 1333 961 1849

11 33 46 1518 1089 2116

12 32 44 1408 1024 1936

13 32 44 1408 1024 1936

14 33 45 1485 1089 2025

15 32 46 1472 1024 2116

16 31 43 1333 961 1849

17 33 45 1485 1089 2025

18 37 49 1813 1369 2401

19 37 49 1813 1369 2401


68

20 31 43 1333 961 1849

21 32 49 1568 1024 2401

22 33 46 1518 1089 2116

23 31 45 1395 961 2025

24 34 45 1530 1156 2025

25 38 49 1862 1444 2401

26 38 50 1900 1444 2500

27 36 46 1656 1296 2116

28 36 49 1764 1296 2401

29 39 45 1755 1521 2025

30 33 46 1518 1089 2116

31 32 48 1536 1024 2304

32 35 49 1715 1225 2401

33 37 49 1813 1369 2401

34 32 48 1536 1024 2304

35 40 47 1880 1600 2209

36 38 44 1672 1444 1936

37 34 43 1462 1156 1849

38 33 45 1485 1089 2025

39 34 46 1564 1156 2116

40 32 41 1312 1024 1681

41 40 50 2000 1600 2500

42 33 50 1650 1089 2500


69

43 37 50 1850 1369 2500

44 35 47 1645 1225 2209

45 38 47 1786 1444 2209

46 39 52 2028 1521 2704

47 39 47 1833 1521 2209

48 37 48 1776 1369 2304

49 40 49 1960 1600 2401

50 39 49 1911 1521 2401

51 39 54 2106 1521 2916

52 38 51 1938 1444 2601

53 37 49 1813 1369 2401

54 36 50 1800 1296 2500

55 34 52 1768 1156 2704

56 34 48 1632 1156 2304

57 34 50 1700 1156 2500

58 28 52 1456 784 2704

59 24 52 1248 576 2704

60 25 48 1200 625 2304

61 29 53 1537 841 2809

62 28 55 1540 784 3025

63 30 55 1650 900 3025

64 31 50 1550 961 2500

65 33 45 1485 1089 2025


70

66 32 49 1568 1024 2401

67 32 47 1504 1024 2209

68 33 47 1551 1089 2209

69 32 49 1568 1024 2401

70 31 51 1581 961 2601

71 34 50 1700 1156 2500

72 38 52 1976 1444 2704

73 38 52 1976 1444 2704

74 32 50 1600 1024 2500

75 33 49 1617 1089 2401

76 34 48 1632 1156 2304

77 32 51 1632 1024 2601

78 35 49 1715 1225 2401

79 39 52 2028 1521 2704

80 39 50 1950 1521 2500

81 36 53 1908 1296 2809

82 36 52 1872 1296 2704

83 39 51 1989 1521 2601

84 33 47 1551 1089 2209

85 32 44 1408 1024 1936

86 35 45 1575 1225 2025

87 37 46 1702 1369 2116

88 32 46 1472 1024 2116


71

89 40 47 1880 1600 2209

90 38 51 1938 1444 2601

91 34 51 1734 1156 2601

92 33 53 1749 1089 2809

93 34 45 1530 1156 2025

94 32 44 1408 1024 1936

95 40 43 1720 1600 1849

96 33 46 1518 1089 2116

97 37 46 1702 1369 2116

98 35 47 1645 1225 2209

99 38 46 1748 1444 2116

100 39 50 1950 1521 2500

101 39 49 1911 1521 2401

102 37 51 1887 1369 2601

103 40 52 2080 1600 2704

104 39 53 2067 1521 2809

105 39 53 2067 1521 2809

106 38 47 1786 1444 2209

107 37 44 1628 1369 1936

108 36 46 1656 1296 2116

109 34 48 1632 1156 2304

110 34 47 1598 1156 2209

111 34 49 1666 1156 2401


72

112 28 48 1344 784 2304

113 26 52 1352 676 2704

114 32 51 1632 1024 2601

115 44 51 2244 1936 2601

116 47 52 2444 2209 2704

117 54 56 3024 2916 3136

118 55 57 3135 3025 3249

119 52 56 2912 2704 3136

120 49 55 2695 2401 3025

121 44 50 2200 1936 2500

122 40 46 1840 1600 2116

123 35 41 1435 1225 1681

∑ 4322 5962 210216 155118 290408

Sumber: Olah Data Primer

Berdasarkan perhitungan pada tabel diatas didapatkan hasil sebagai berikut:

N : 123

∑X : 4322

∑Y : 5962

∑X2 : 155118

∑Y2 : 290408

∑XY : 210216

Nilai-nilai tersebut ditransfer kedalam rumus korelasi product

moment.

Perhitungannya adalah sebagai berikut:


73

r N ∑ XY−(∑ X)(∑ Y)
xy =
√[N ∑ X2 −(∑ X)2 ][N ∑ Y2 −(∑ Y)2 ]

rxy =
123(210216)−(4322 )(5962)
√[123(155118)− (18679684)][123(290408)−(355454444]

r 25856568−25767764
xy =
√[399830][174740]

r 88804
xy =
√69866294200

r 88804
xy =
264322

rxy = 0,336

Uji signifikan korelasi product moment secara praktis, yang tidak

perlu dihitung, tetapi langsung dikonsultasikan pada tabel r product

moment bahwa, untuk n=123, taraf kesalahan 5%, maka harga tabel =

0,138. Ternyata lebih besar atau 0,336 > 0,138. Dengan demikian

koefisien korelasi 0,336 itu signifikan.

Mencari besarnya sumbangan (kontribusi) variabel X terhadap Y

dengan Rumus sebagai berikut : KP = r2 x 100 % sehingga KP= 0,3362

x 100% = 11,3%.

Koefisien tersebut menunjukan bahwa pendidikan seks pada anak

usia 12-14 tahun memiliki kontribusi sebesar 11,3% terhadap pencegahan

sexual abuse di Desa Buyut Kec. Gunung Jati.

Menguji signifikan dengan thitung:

𝑟√𝑛−2
thitung=
1−𝑟 2

0,336√123−2 0,336 𝑥 11 3,696


thitung= 1−0,3362
= 1−0,113
= 0,887
= 4,17
74

Kaidah Pengujian;

Jika thitung > ttabel maka tolak H0 artinya signifikan, dan thitung < ttabel

maka terima H0 artinya tidak signifikan berdasarkan perhitungan diatas, α =

0,10 dan n= 123

Uji dua pihak :

Dk= n–2= 123–2= 121 sehingga diperoleh ttabel= t(0,10)(123)= 1,23

ternyata thitung lebih besar dari ttabel atau 4,17 > 1,23.

Dengan demikan thitung lebih besar dari ttabel maka H0 ditolak. Hal

ini berarti hipotesis asli tentang adanya pengaruh pendidikan seks terhadap

sexual abuse remaja usia 12-14 tahun (hubungan antara X dan Y) diterima.

Kesimpulannya adalah pendidikan seks untuk meminimalisir sexual abuse

remaja usia 12-14 tahun sangat efektif. Dengan demikian dapat juga

dikatakan bahwa semakin baik tingkat pendidikan sex akan lebih efektif

untuk meminimalisir sexual abuse pada remaja usia 12-14 tahun.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan Rekapitulasi Jawaban prosentase jawaban angket

pencegahan Sexual Abuse sebelum pendidikan seks pada anak usia 12-14

tahun di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati mendapatkan rata-rata 35,1

dan prosentase jawaban Selalu dengan rata rata frekuensi 6,6 sebesar 5%,

jawaban sering dengan rata-rata frekuensi 72,5 sebesar 59%, jawaban

kadang-kadang dengan rata-rata frekuensi 37,4 sebesar 31%, jawaban

jarang dengan rata-rata frekuensi 5,27 sebesar 4% dan jawaban tidak

pernah dengan rata-rata frekuensi sebesar 0,07 dengan frekuensi 1%.


75

Jumlah prosentase untuk jawaban jarang, kadang-kadang dan tidak pernah

sebesar 35% menunjukan bahwa pencegahan Sexual Abuse sebelum

pendidikan seks masih kurang baik.

Berdasarkan Rekapitulasi Jawaban prosentase jawaban angket

pencegahan Sexual Abuse setelah pendidikan seks pada anak usia 12-14

tahun di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati mendapatkan rata-rata 48,5

dan prosentase jawaban Selalu dengan rata rata frekuensi 0 sebesar 0 %,

jawaban sering dengan rata-rata frekuensi 22,1 sebesar 20 %, jawaban

jarang dengan rata-rata frekuensi 62,1 sebesar 50 %, jawaban kadang-

kadang dengan rata-rata frekuensi 27,0 sebesar 20 % dan jawaban tidak

pernah dengan rata-rata frekuensi sebesar 11,8 dengan prosentase 10 %.

Jumlah prosentase untuk jawaban jarang, kadang-kadang dan tidak pernah

berjumlah 80,0 % menunjukan bahwa pencegahan Sexual Abuse setelah

pendidikan seks sudah baik.

Hasil analisis statistik inferensial menggunakan korelasi Product

Moment diperoleh rxy = 0,336 ≥ rtabel = 0,138 terdapat korelasi yang

signifikan dan thitung= 4,17 ≥ ttabel= 1,23 dan n= 123 dengan taraf

signifikan 11,3% sehingga H0 ditolak H1 diterima. Artinya Pendidikan seks

terhadap remaja usia 12-14 tahun sangat efektif, maka semakin baik pula

usaha untuk meminimalisir sexual abuse jika dibandingkan dengan tabel,

tingkat korelasi dari Pendidikan seks terhadap remaja usia 12-14 tahun

terhadap usaha untuk meminimalisir sexual abuse cukup besar.

Sependapat dengan hasil analisis di atas, beberapa tokoh masyarakat


76

pun ikut memberikan tanggapan mengenai pentingnya Pendidikan Sex

untuk pencegahan sexual abuse. Kuwu Wandi mengatakan bahwa

“Pendidikan seks dini bagi remaja bertujuan untuk mengenalkan remaja

pada fungsi organ seks sehingga mereka bisa paham dan bertanggung

jawab terhadap apa yang mereka miliki serta akan mendapatkan panduan

menghindari penyimpangan dalam perilaku seksual mereka sejak dini”.

Sanaji selaku tokoh pemuda Desa Buyut mengatakan bahwa “banyak kita

jumpai dikalangan pelajar atau remaja yang putus sekolah karena hamil di

luar nikah, hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan tentang seks di

kalangan remaja, banyak orang tua yang menganggap tabu bila

membicarakan seks kepada anak-anaknya, kurangnya sosialisasi terhadap

remaja tentang seks, sehingga remaja banyak yang salah bergaul dan

bergaul secara bebas, banyak remaja yang suka membaca maupun

tayangan porno tanpa mereka sadari merekapun mencontoh hal buruk yang

seharusnya tidak mereka lakukan. Dasar agama yang kurang juga

mendorong remaja untuk melakukan hal-hal negatif yang dapat merugikan

dirinya maupun orang lain, oleh karena itu pendidikan sex sangat penting

bagi remaja sehingga mereka bisa meminimalisir gangguan-gangguan

yang merugikan diri dan orang lain”.

Dengan mempelajari seks edukasi diharapkan kepada remaja agar

menjaga oragan-organ reproduksinya dan orang lain tidak boleh

menyentuhnya teruntuk remaja putri. Organ reproduksi merupakan hak

setiap remaja untuk melindungi dari berbagai hal-hal yang tidak dinginkan
77

terjadi.
78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil jawaban angket pencegahan Sexual Abuse sebelum pendidikan

seks pada anak usia 12-14 tahun di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati

mendapatkan rata-rata 35,1 dan prosentase untuk jawaban jarang,

kadang-kadang dan tidak pernah sebesar 35% menunjukan bahwa

pencegahan Sexual Abuse sebelum pendidikan seks masih kurang baik.

2. Hasil jawaban angket pencegahan Sexual Abuse setelah pendidikan

seks pada anak usia 12-14 tahun di Desa Buyut Kecamatan Gunungjati

mendapatkan rata-rata 48,5 dan prosentase untuk jawaban jarang,

kadang-kadang dan tidak pernah berjumlah 80,0 % menunjukan bahwa

pencegahan Sexual Abuse setelah pendidikan seks sudah baik.

3. Efektifitas pendidikan seks pada anak usia 12-14 tahun untuk

meminimalisir terjadinya sexual abuse di desa Buyut kec. Gunungjati

sudah sangat baik. Terbukti setelah dianalisis dengan menggunakan

korelasi product moment diperoleh rxy = 0,336 ≥ rtabel = 0,138

terdapat korelasi yang signifikan dan thitung= 4,17 ≥ ttabel= 1,23 dan n=

123 dengan taraf signifikan 11,3% sehingga H0 ditolak H1 diterima,

artinya pendidikan seks terhadap remaja usia 12-14 tahun sangat efektif.

78
79

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kesimpulan yang

telah dikemukan diatas maka ada beberapa saran yang perlu diperhatikan:

1. Masyarakat diharapkan mengawasi dengan ketat pergaulan anak

remaja dan memberikan Pendidikan seksual yang tepat atau yang

sesuai dengan usia remaja saat ini.

2. Untuk memperbaiki dan mempertahankan tingkat pencegahan

sexual abuse hal yang perlu diperhatikan adalah mengatasi problem

pendidikan terutama pendidikan Agama dalam segala segi

kehidupan yang berkaitan dengan pergaulan remaja saat ini.

3. Para calon peneliti diharapkan dapat meningkatakan mutu

pembelajaran pada masyarakat.

You might also like