Professional Documents
Culture Documents
Skripsi Mohammad Avin Maulana - 201910050311064
Skripsi Mohammad Avin Maulana - 201910050311064
SKRIPSI
Oleh:
201910050311064
2023
i
KATA PENGANTAR
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah meridhai dan memberikan kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Muhammad Kamil, S.IP., M.A. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan Univeristas Muhammadiyah Malang.
5. Bapak Iradhad Taqwa Sihidi, S.IP, M.A. selaku dosen pembimbing yang
selalu bersemangat memberikan motivasi, arahan, saran, dan membagi
ilmu dengan sangat luar bisa demi memacu peneliti agar dapat
ii
menyelesaikan tugas-tugas akademik dan penyusunan skripsi secara
optimal.
6. Seluruh Dosen dan Staff program studi Ilmu Pemerintahan dan Staff
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai
pembelajaran akademik serta pelayanan akademik bagi peneliti.
8. Untuk kedua orang tua saya Bapak Yoyok Sigito dan Ibu Sunanik Anah
yang selalu memberikan doa restu dan semangat saya agar dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
iii
DAFTAR ISI
iv
2.4.2 Sumber Daya ................................................................................ 23
2.4.3 Struktur birokrasi .......................................................................... 23
2.4.4 Disposisi ....................................................................................... 23
2.5 Konsep Pelayanan Administrasi Kecamatan (PATEN) ......................... 24
BAB III.............................................................................................................. 26
DISKRIPSI WILAYAH..................................................................................... 26
3.1 Profil Kecamatan Gedeg ...................................................................... 26
3.2 Struktur Organisasi .............................................................................. 26
3.3 Jumlah Pegawai Kecamatan ................................................................. 27
3.3.1 Tujuan dan Sasaran Perangkat Daerah .......................................... 27
3.4 Program dan Kegiatan.......................................................................... 28
3.5 Gambaran Umum Kecamatan Gedeg ................................................... 29
3.5.1 Luas Wilayah................................................................................ 29
3.5.2 Jumlah Desa Dalam Wilayah Kecamatan ...................................... 29
3.5.3 Data Kependudukan...................................................................... 29
3.6 Jarak Tempuh ke Ibu Kota Kabupaten.................................................. 30
3.7 Jumlah Instansi Vertikal/ UPT Dinas yang bekerja di wilayah Kecamatan
30
3.8 Kondisi Ekonomi, Sosial dan Budaya .................................................. 31
3.8.1 Jumlah penduduk Miskin .............................................................. 31
3.9 Mata Pencaharian Warga ..................................................................... 32
3.10 Potensi Wilayah ................................................................................... 32
BAB IV ............................................................................................................. 34
PEMBAHASAN ................................................................................................ 34
4.1 Implementasi Kebijakan PATEN di Kecamatan Gedeg ........................ 34
4.2 Komunikasi ......................................................................................... 36
4.3 Sumber Daya ....................................................................................... 38
4.4 Disposisi .............................................................................................. 41
4.5 Struktur Birokrasi ................................................................................ 44
BAB V............................................................................................................... 48
PENUTUP ......................................................................................................... 48
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 48
5.2 Saran ................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 50
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTTAR TABEL
Tabel 4. 1 Riview Rancangan Anggaran Terkait Program Pelayanan Terhadap RKPD ... 39
Tabel 4. 2 Laporan Realisasi Anggaran Pelayanan Publik Kcematan Gedeg Tahun 2022 . 39
Tabel 4. 3 Indikator Pelayanan Publik Pada Tahun 2022 ................................................ 42
Tabel 4. 4 Konversi IKM Terhadap Pelayanan Publik Oleh KEMENPAN RB ............... 43
Tabel 4. 5 Mekanisme Pelayanan PATEN di Kantor Kecamatan Gedeg ......................... 45
vii
ABSTRAK
ABSTRACT
Administrative services are the most important thing in taking care of the
interests of the community. Administrative services that are part of public services
are things that must be provided by the bureaucracy, especially services that are
quite close to the community, namely in the district. District Administration
Services themselves in Indonesia, known as the PATEN program is a program
that aims to open sub-district independence in providing public services. The
purpose of this research itself is to find out that the Implementation of District
Administration Services (PATEN) has been running in accordance with the
Regulation of the Minister of Home Affairs Number 4 of 2010. Research in this
case uses qualitative descriptive methods. Where the data collection technique
itself is done by interview, direct observation, and documentation. The results of
research related to PATENT Gedeg District Mojokerto Regency itself, in each
indicator the implementation is quite optimal with fulfilment in the identification
of each indicator. The indicators of its own implementation include the form of
communication in policy, the fulfilment of resources in implementing policies,
dispositions, and also systematic and effective structuring of services.
Keywords: Public Service, Administrative Service, PATEN program.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
serta dengan adanya sistem ini lebih memposisikan warga berhubungan
dengan petugas loket jadi, ketika ada warga yang ingin mengurus suatu
administrasi tidak perlu lagi datang pada petugas setiap bidangnya seperti
Kepala Seksi, Sekretaris Kecamatan dan Camat. Jadi, PATEN adalah
sebuah inovasi dari pelayanan administratif yang mana dalam pelayanannya
berbeda dengan pelayanan terdahulu, karena Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN) bersifat mudah, murah dan cepat dalam
merespon warganya (Amrullah, Murdiansyah Herman, 2019).
2
Namun dengan adanya PATEN warga cukup menyerahkan berkas ke
petugas meja/loket pelayanan saja, sambil duduk menunggu sejenak,
kemudian dipanggil untuk menerima dokumen yang sudah selesai. (Prihatin
et al., 2019).
3
pelayanan terbaik dan sarana prasarana yang lengkap dalam menunjang
pelayanan administrasi. Sehingga dalam hal ini, penulis ingin melihat lebih
dalam bagaimana substansi keberhasilan Kecamatan Gedeg dalam
menjalankan sistem pelayanan publik dari aspek implementasinya. Hal ini
menjadi aspek penting sebagai bahan dasar menilik lebih jauh bagaimana
proses pengimplementasian ini menghasilkan sistem pelayanan publik yang
benar-benar komprehensif dengan kebutuhan pelayanan masyarakat.
PATEN di Kecamatan Gedeg dimulai sejak tahun 2017 akan tetapi
PATEN di Kecamatan Gedeg mulai berjalan efektif dan efesien pada tahun
2018. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, proses
Pelaksanaan pelayanan administrasi terpadu kecamatan (PATEN) di Kantor
Kecamatan Gedeg sudah sesuai SOP yaitu berupa terutama sumber daya
manusia sudah memadai dalam melayani masyarakat dan dilihat dari
beberapa program dalam sosialisasi kepada masyarakat. Tidak hanya itu
saja tetapi sarana dan prasarananya juga sudah mendukung dan lengkang
seperti ruang bermain anak, ruang LAKTASI, akses buat difabel.
Tujuan dari penelitian ini adalah implementasi maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut. Dari penelitian ini, diharapkan dapat
mendeskripsikan sejauh mana implementasi yang telah dilaksanakan dan
dapat memberi masukan untuk memperbaiki pelayanan yang diberikan pada
masyarakat. Oleh sebab itu, judul yang diangkat penulis pada penelitian ini
adalah “Implementasi Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) di Kecamatan Gedeg”, yang mengarah pada implementasi
program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN). Dalam
rangka untuk mewujukan pemerintahan yang baik dalam memberikan
pelayanan terhadap masyarakat maka pemerintah membuat aturan yang
terdapat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN).
4
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui Pengimplementasikan Pelayanan Administrasi
Kecamatan (PATEN) sudah berjalan sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010.
Konsep adalah istilah terdiri dari satu kata atau lebih yang
menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan)
tertentu. Persepsi (mental image) atau abstraksi yang dibentuk dengan
5
menarasikan hal-hal khusus dalam sebuah penelitian yang tentunya
memiliki konsep dasar, guna memberikan batasan- batasan yang
berkaitan dengan konsep dasar dalam penelitian ini (Hasan, 2008).
6
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diartikulasikan dalam
pernyataan kebijakan. implementasi kebijakan pada dasarnya adalah
bagaimana suatu kebijakan mencapai tujuannya (Kurniawan & Salomo,
2021). Pada prinsipnya implementasi kebijakan harus mengutamakan
efektivitas dari kebijakan itu sendiri. Namun, pada tahap implementasi
ini, kendala sering muncul karena faktor-faktor di sekitarnya. Untuk
membuktikan bahwa suatu kebijakan diimplementasikan secara efektif,
beberapa cara adalah dengan memeriksa kesenjangan antara tujuan
kebijakan yang diharapkan dengan hasil yang diperoleh, serta dengan
pencapaian kinerja, tingkat hambatan, serta masalah yang dihadapi
dalam implementasinya (Kurniawan & Salomo, 2021).
1.5.3 PATEN.
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) adalah
penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan yang proses pengelolaannya,
mulai dari permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam
satu tempat (Dian Utomo, 2010:32). Satu tempat ini disini berarti cukup
melalui satu meja atau loket pelayanan. Sistem ini memposisikan warga
masyarakat hanya berhubungan dengan petugas meja/loket pelayanan di
kecamatan. PATEN diselenggarakan dengan maksud untuk mewujudkan
kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat dan menjadi simpul
pelayanan bagi badan/kantor pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di
kabupaten/kota bagi kecamatan yang secara kondisi geografis daerah akan
lebih efektif dan efisien di layani melalui kecamatan. Pusat pelayanan
masyarakat berarti di masa datang, kecamatan harus mampu memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara proporsional berdasarkan kriteria dan
skala kecamatan di bidang perijinan dan non perijinan (ARINI, 2014).
7
yang memungkinkan penegasan ada atau tidaknya realitas tertentu
sebagaimana digambarkan menurut konsepannya.
Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu
kualitas pelayanan publik, berdasarkan konsep tersebut maka dapat
jelaskan bahwa (Rinaldi, 2012):
1. Indikator Implementasi Kebijakan
Edward menyatakan bahwa ada empat variabel penting
dalam implementasi kebijakan, yaitu: komunikasi, sumber daya,
disposisi, dan struktur birokrasi. Menurut Edward, konteks
tendensi dan perilaku berarti kemauan, keinginan, dan
kecenderungan pembuat kebijakan untuk
mengimplementasikannya secara sungguh-sungguh agar tujuan
kebijakan dapat terwujud. Jika suatu kebijakan ingin
diimplementasikan secara efektif dan efisien, para pelaksana tidak
hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan dan memiliki
kemampuan untuk melaksanakan kebijakan tersebut, tetapi juga
memiliki niat untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut.
Berikut indikator tersebut (Kania et al., 2019)
a. Komunikasi
Komunikasi adalah penyampaian informasi antar manusia.
b. Sumber daya
Suatu kebijakan akan lebih lengkap jika terdapat sumber daya
yang dapat mempermudah pelaksanaan kebijakan dalam
implementasinya.
c. Disposisi
Disposisi atau sikap pelaksana kebijakan merupakan faktor
penting ketiga dari pendekatan implementasi kebijakan.
d. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi ini mutlak diperlukan karena kebijakan yang
kompleks menuntut kontribusi banyak orang.
8
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
penelitian kualitatif. Menurut (Creswell, 2016) Penelitian kualitatif
merupakan penilitian yang dimulai dengan asumsi dan penggunaan
kerangka penafsiran/teoritis yang membentuk atau mempengaruhi
studi tentang permasalahan riset yang terkait dengan makna yang
dikenakan oleh individu atau kelompok pada suatu permasalahan
sosial atau manusia. Penelitian kualitatif dapat menjawab
permasalahan penelitian yang mengarah kepada penjelasan proses
atau latar belakang suatu kejadian dalam bentuk opini, pendapat,
maupun penjelasan terhadap suatu masalah.
a. Data Primer
b. Data Sekunder
9
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, diantaranya:
a. Observasi
b. Wawancara
10
5. Masyarakat Kecamatan Gedeg: Bapak Sudarsono (18
November 2022)
6. Masyarakat Kecamatan Gedeg: Bapak Supardi (19
November 2022)
c. Dokumentasi
11
1.7.5 Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan pihak yang diminta keterangan dan
informasi terkait dengan pembahasan penelitian. Adapun yang menjadi
rencana subjek penelitian ini diantaranya adalah:
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemokusan,
pengelompokkan serta penyederhanaan data mentah yang ada
dalam catatan-catatan yang dikumpulkan selama melakukan
penelitian di lapangan. Dimana catatan-catatan merupakan
informasi yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Untuk
data-data yang tidak sesuai maka data tersebut tidak digunakan.
12
b. Penyajian data
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
Pelayanan publik dikota mayoritas lebih baik dibandingkan di daerah, karena
daerah acapkali identik dengan kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, minim
infrastruktur, hingga pelayanan publik yang buruk. Daerah masih bisa
memperbaiki pelayanannya. Untuk itu, demi mewujudkan tuntutan dari
masyarakat dalam pelayanan maka pemerintah akan mengupayakan beberapa hal
untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan dengan memunculkan
suatu kebijakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian
dilihat dari kualitasnya sangat baik hal tersebut menunjukan masing-masing
subvariabel prosedur pelayanan mendapatkan hasil prosentase 88% kemudian
untuk sub variabel waktu penyeleseian biaya pelayanan memperoleh prosentase
90%, sub variabel sarana dan prasarana mendapat prosentase 87% dari penelitian
ini melalui konsep standar pelayanan yang ada di Kecamatan Balongbendo
dikatakan sangat baik (ARINI, 2014).
15
(PATEN) di Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Hasil dari penelitian faktor
perdorong PATEN di Kecamatan Bergas yang pertama adalah Komunikasi yang
bagus memberi pemahaman kepada masyarakat, kedua adalah disposisi sikap staf
Kecamatan Bergas memahami tugasnya dan tidak ada penolakan dalam melayani
masyarakat, ketiga struktur birokrasi karena adanya pemangkasan struktur
birokrasi dimana masyarakat dimudahkan dalam memperoleh pelayanan dengan
dapat mengurus perizinan dan non perizinan di kecamatan sesuai kriteria yang
telah diatur dalam Peraturan Bupati Semarang Nomor 117 Tahun 2012.
Sedangkan Faktor penghambat adalah sumber daya Ketersediaan dan kualitas staf
di Kecamatan Bergas masih kurang. Selain itu, fasilitas juga masih kurang karena
fasilitas yang ada belum menunjang staf melaksanakan tugas dan memberi 10
pelayanan dalam rangka penyelenggaraan PATEN di Kecamatan Bergas (Fakih,
2021).
16
disusun oleh Rahman Al’Padil, pada tahun 2016 ejournal Ilmu pemerinatah.
Dalam Jurnal ini membahas hambatan-hambatan dalam Implementasi Sistem
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) dalam memberikan
pelayanan publik. Faktor yang mengahambat dalam penyelenggaraan sistem
PATEN dalam meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat pada Kantor
Kecamatan Lumbis Induk Kabupaten Nunukan meliputi standar pelayanan yang
sebagaimana dimaksud terdiri dari sarana dan prasana serta pelaksana teknis,yang
masih kurang optimal ditinjau dari segi minimnya SDM tenaga kerja, kurangnya
sarana prasarana yang memadai, kejelasan isi kebijakan, kurangnya kesadaran
masyarakat, sehingga mempengaruhi kinerja pegawai kecamatan dan kurangnya
pengethuan masyarakat terkait pelayanan sistem PATEN sehingga mempengaruhi
kualitas palayanan, mengakibatkan ketidak puasan masyarakat yang
mendapatakan pelayanan (Padil, 2016).
17
untuk memangkas suatu birokrasu sekaligus meningkatkan mutu pelayanan
kepada lingkup masyarakat. Dengan kata lain, ternyata luas dan tidaknya
wewenang yang didelegasikan keada camat sangat dipengaruhi oleh political will
dan komitmen dari Bupati/Walikota dalam meredam conflict of interest antar
perengkat daerah. Pada jurnal ini penulis mencontihnkan dalam hal mengenai
masalah perizinan seperti dalam hal penanganan izin mendirikan bangunan.
Dimana dalam proses penangnan berkasnya tidak selesai dtingkat kecamatan
melainkan harus melibatkan pihak Kabupaten (dalam hal ini mengikutsertakan
Dinas penanaman Modal dan Perizinan Terpadu) (Susanti et al., 2018).
18
Sujardi.(2011:7) mengemukakan bahwa Pengertian lain pelayanan publik
merupakan merupakan pelayanan negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa dan pelayanan administrasi
yang di sediakan oleh penyelengggara pelayanan publik (Ristiani, 2020).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik. Pelayanan publik adalah kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Sedangkan
menurut Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara
No/KEP//25/M.PAN/2/2014 menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah
segala kegiatan pelaksanaan yang dilaksanakan penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan maupun dalam rangka
pelaksanaan peraturan perundang-undangan.
Dalam pemerintahan yang paling pokok adalah memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Pelayanan publik merupakan pemberian jasa kepada
masyarakat paling utama adalah dalam melayani administrasi kependudukan.
Pelayanan kepada masyarakat sudah menjadi tujuan dalam pelayanan
administrasi publik kepada masyarakat. Berdasarkan yang dikemukakan Rusli
bahwa selama hidup manusia selalu membutuhkan pelayanan (Mahsyar, 2011).
Dalam pasal 1 undang-undang Nomer 25 Tahun 2009 tentang pelayanan
publik disebutkan pengertian pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundangundangan bagi setiap earga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik. Berdasarkan teori Gasperz adalah kepastian waktu pelayanan,
akurasi pelayanan, kesopanan dan keramahan, tanggung jawab, kelengkapan,
dan kemudahan mendapat pelayanan dalam pelayanan publik harus
memperhatikan kebutuhan masyarakat yang berdasarkan teori diatas (Yayat,
2017).
19
2.2 Jenis-Jenis Pelayanan Publik
Berdasarkan keputusan MENPAN No.63/KEP/MENPAN/7/2003 dalam
Ratminto & Atik Septi Winarsih (2006: 20) kegiatan pelayanan umumatau
publik antara lain: a. Pelayanan administrative; yaitu pelayanan yang
menghasilkan berbagai bentuk dokumenresmi yang dibutuhkan oleh publik. b.
Pelayanan Barang; yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk
ataujenis barang yang digunakan oleh publik. c. Pelayanan Jasa; yaitu pelayanan
yang menghasikan berbagai bentuk jasa yangdibutuhkan oleh publik, misalnya
pendidikan, pemeliharaankesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan
sebagainya. Selain itu, bentuk pelayanan publik yang diberikan
kepadamasyarakat menurut Lembaga Administrasi Negara (1998) dapat
dibedakan ke dalam beberapa jenis pelayanan yaitu: a. Pelayanan Pemerintahan,
yaitu merupakan pelayananmasyarakat yang erat dalam tugas-tugas umum
pemerintahanseperti pelayanan Kartu Keluarga/KTP, IMB, Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan Imigrasi. b. Pelayanan Pembangunan, merupakan
pelayanan masyarakatyang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana
untukmemberikan fasilitas kepada masyarakat dalam aktifitasnyasebagai warga
masyarakat, seperti penyediaan jalan, jembatan, pelabuhan dan lainnya. c.
Pelayanan Utilitas merupakan penyediaan utilitas seperti listrik, air, telepon, dan
transportasi. d. Pelayanan Kebutuhan Pokok, merupakan pelayanan
yangmenyediaan bahanbahan kebutuhan pokok masyarakat dankebutuhan
perumahan seperti penyediaan beras, gula, minyak, gas, tekstil dan perumahan
murah. e. Pelayanan Kemasyarakatan, merupakan pelayanan yangberhubungan
dengan sifat dan kepentingan yang lebihditekankan kepada kegiatan-kegiatan
sosial kemasyarakatanseperti pelayanan kesehatan, pendidikan,
ketenagakerjaan,penjara, rumah yatim piatu dan lainnya (Bakhtiar & Gadi,
2020).
Menurut Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara pelayanan publik
(2002) dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis yang didasarkan pada ciri-ciri
dan sifat kegiatan dalam proses pelayanan serta produk pelayanan yang
dihasilkan. Jenis-jenis pelayanan itu adalah: Jenis pelayanan Administratif, yaitu
jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan
penelitian, pengambilan keputusan, dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya
20
yang secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya
sertifikat, perijinan, rekonmendasi, keterangan tertulis lainnya. Contoh jenis
pelayanan ini adalah pelayanan sertifikat tanah, pelayanan IMB, pelayanan
administrasi kependudukan (KTP, Nikah Talak Cerai Rujul (NTCR) Akte
Kelahiran/Kematian), Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNKB), dan
sebagainya.
Jenis pelayanan barang, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengelolaan bahan berwujud
fisik termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumen langsung
sebagai unit atau sebagai individu dalam satu sistem. Secara keseluruhan
kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda (berwujud fisik)
atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah secara langsung bagi
penerimanya. Contoh jenis pelayanan ini adalah pelayanan listrik, pelayanan air
bersih, pelayanan telpon, pembangunan jalan dan jembatan, dan sebagainya
Jenis pelayanan jasa, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjangnya.
Pengoperasiannya berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu dan pasti,
produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya
secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu tertentu. Contoh jenis
pelayanan ini adalah pendidikan, kesehatan, transportasi, pos, perbankan, dan
sebagainya (Permatasari, 2020).
Dari berbagai pendapat tentang pembagian jenis-jenis pelayanan umum
yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terlihat bahwapelayanan
umum mencakup lingkup kegiatan dan jenis-jenis yang sangatluas. Dengan kata
lain, persoalan pelayanan umum dalam satupemerintahan merupakan
permasalahan yang sangat kompleks dan karena itu membutuhkan perhatian
semua kalangan, baik dari pemerintah sebagaipihak pemberi layanan maupun
dari masyarakat sebagai pihak yangmenerima pelayanan.
2.3 Implementasi
Mulanya secara teoritis, implementasi merupakan sebuah konsep riil dari
banyak rencana yang sudah tersusun secara kompleks yang dilakukan oleh
badan pelaksana atau organ berkepentingan seperti macam-macamkelompok
21
pelaksana yang didasarkan pada kebijakan yang telah disusun oleh otoritas yang
legal. Dalam kajiannya sendiri, implementasi merupakan sebuah proses
merubah hipotesa dan juga gagasan program dan bagaimana merubahnya
menjadi berjalan ataupun dapat berupa sebuah wujud perubahan yang riil
(Sunarti, 2016).
Dalam ekologi pemerintahan, kebijakan merupakan hal yang notabene
bisa bersifat kontestual ataupun dalam wujud rupa yang dapat dirasakan.
Implementasi kebijakan sendiri secara principle merupakan langkah yang
dijalankan dengan tujuan kebijakan yang digagas dan disusun dapat mencapai
tujuan terwujudnya (Mzamanian, Daniel, 1983). Tindakan-tindakan ini sendiri
mengubah keputusan menjadi tindakan operasional dalam kuantitas waktu yang
diukur, dalam rangka melaksanakan usaha-usaha dari variabel besar hingga
kecil, sehingga dapat terwujud gagasan-gagasan dari program kebijakan hingga
menjadi wujud nyata (Lubis, 2021). Sehingga dalam ekologi pemerintahan,
wujud dari apa yang dirasakan masyarakat sebagai konsumen dari produk
ketetapan yang diperintahkan oleh pemerintah merupakan bagian dari apa yag
disebut dengan implementasi.
Namun dalam beberapa literature, dijelaskan hal yang paling penting
dalam implementasi kebijakan yang berkembang pada tahun 1990-an ialah
bagaimana pentingnya variable perilaku dari sumber daya manusia dalam
instansi selaku actor yang melaksanakan berbagai macam upaya sehingga dapat
diukur bagaimana keberhasilan tercapainya sebuah implementasi kebijakan
(Sirajuddin, 2016). Pendekatan tersebut tidak lain hal berkembang hingga saat
ini, dari bagaimana produk kebijakan dapat dirasakan oleh masyarakat dari
bagaimana para aktor tersebut dapat memperoleh dan memberikan wujud
implementasi sesuai dengan ketentuan dan harapan masyarakat. Berkenaan
dengan ini sumber daya manusia merupakan variable utama dalam proses
mewujudkan berbagai hipotesa dan gagasan yang diperlukan masyarakat terkait
pelayanan yang akan diberikan.
22
kebijakan secara umum. Edward III sendiri memaparkan dalam (Putra &
Nangameka, 2018), implementasi kebijakan sendiri dipengaruhi faktor
komunikasi, sumber daya, struktur birokrasi maupun aspek disposisi.
2.4.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan pola hubungan dan proses hubungan
yang dilakukan untuk menyalurkan hipotesa, perintah, dan arahan dari
sumber pembuat kebijakan terhadap mereka yang diberi sebuah
kewenangan dar tugas dan fungsinya menjalankan program kebijakan
sehingga dalam luarannya impelementasi kebijakan dapat terlaksana.
2.4.4 Disposisi
Disposisi sendiri erat kaitannya dengan accepted of conduct,
dimana para pelaksana kebijakan harus memiliki sikap dan perilaku yang
semestinya sehingga dapat mengatur pola tanggung jawab yang diberikan
atas tugasnya, sehingga dapat menjalankan proses pengolahan maupun
pelaksanaan kebijakan itu sendiri. Hal ini merupakan hal penting bagi
individu setiap actor pelaksana dalam instansi pemerintahan, sehingga
23
mereka memiliki rasa tanggung jawab sesuai dengan ketentuan dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
24
pemerintah berharap pelayanan publik akan menjadi lebih responsive atau tanggap
terhadap dinamika masyarakat yang menerima pelayanan.(Pandipa, 2019)
25
BAB III
DISKRIPSI WILAYAH
26
3.3 Jumlah Pegawai Kecamatan
1. Camat :1
2. Sekretaris Kecamatan :1
3. Kepala seksi : 5orang
4. Kepala Sub bagian :2 orang
5. Pelaksana (PNS) : 19 orang
6. Tenaga Honorer : 4 orang
Jumlah Keseluruhan : 32 orang
27
specific, measurable, agresive but attainable, result oriented dan time
bond. Guna memenuhi kriteria tersebut, maka penetapan sasaran harus
disertai dengan penetapan indikator sasaran, atau disebut juga sebagai
tolak ukur keberhasilan sasaran. Berdasarkan makna penetapan sasaran
tersebut, maka Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto menetapkan
sasaran strategis sebagai berikut: Terwujudnya Pelayanan Publik yang
Optimal.
28
3.5 Gambaran Umum Kecamatan Gedeg
3.5.1 Luas Wilayah
Kecamatan Gedeg berada pada bagaian utara ibukota Kabupaten
Mojokerto dengan luas wilayah 24,85 km2
No DESA L P JUMLAH
1 Ngareskidul 2.046 2.059 4.105
2 Gembongan 2.153 2.075 4.228
3 Gempolkerep 1.900 1.966 3.866
4 Bandung 2.042 2.000 4.042
5 Gedeg 1.481 1.470 2.951
6 Pegerluyung 2.253 2.264 4.517
29
7 Kemantren 2.252 2.200 4.452
8 Terusan 3.668 3.768 7.436
9 Sidoharjo 3.705 3.572 7.277
10 Balongsari 1.491 1.442 2.933
11 Batankrajan 1.548 1.625 3.173
12 Pagerjo 1.159 1.090 2.249
13 Jerukseger 2.115 2.093 4.0208
14 Beratwetan 2.526 2.547 5.073
Jumlah 30.339 30.171 60.510
Sumber: Dokumen Kantor Kecamatan Gedeg 2021
30
1. Pengairan
2. KUA
3. SKB
4. Korwil Pendidikan
5. Pukesmas Gedeg
6. Pukesmas Lespadangan
7. RSUD RA Basoeni
8. Perikanan
9. Pertanian, Perkebunan dan peternakan
10. Sosial
11. Statistik
12. PLKB
1. Desa Ngareskidul
2. Desa Gembongan
3. Desa Bandung
4. Desa Gedeg
5. Desa Gempolkerep
6. Desa Pegerluyung
7. Desa Kemantren
8. Desa Terusan
9. Desa Sidoharjo
10. Desa Balongsari
11. Desa Batankrajan
12. Desa Pagerjo
13. Desa Jerukseger
14. Desas Beratwetan
31
Total penduduk miskin diwilayah Kecamatan Gedeg 2.625 atau 4.34%
dari total penduduk 60.510 jiwa
32
masyarakat sekitar. Untuk produksi pertanian padipun bisa berlangsung
sepanjang tahun tanpa tergantung dari musim penghujan.
33
BAB IV
PEMBAHASAN
34
yang menjelaskan tentang PATEN dan bagaimana SOP pelayanan PATEN,
ketiga sosialisasi kepada masyarakat pada forum formal dan non forum.
Pada sosialisi Pemerintah Kecamatan Gedeg juga lewat media sosial dan
baliho di setiap Desa atau Dusun. Dari sosialisasi tersebut masyarakat
Kecamatam Gedeg mulai mengetahui tentang PATEN tersebut dan
masyarakat dalam mengurus perizinan yang berupa IMB paling besar 200m
dan tidak bertingkat kecuali pengembangan perumahan dan IMU dengan
modal maksimal sampai dengan Rp. 50.000.000 tidak termasuk tanah dan
bangunan sedangkan pelayanan non perizinan meliputi pengajuan surat
pindah datang, pengajuan surat pindah keluar, pengajuan KK, akta
kelahiran, dispensasi nikah, surat keterangan waris, legalisir KK dan KTP,
Rekom IMB, Rekom pengajuan SKCK, Pengajuan KTP, Subsidi listrik,
Proposal bantuan kemasyarakat, surat sosial, pemberian rekomendasi izin
keramaian, pemberian rekomendasi izin penggunaan jalan daerah untuk
kegiatan.
Dalam implementasinya sendiri, PATEN di Kecamatan Gedeg dalam
hal ini dapat dijabarkan dalam empat variabel yang menjadi ukuran
bagaimana terlaksana atau tidaknya sebuah kebijakan. Subjeknya sendiri
baik dari segi standar pelayanan, sarana prasarana sumber daya, hingga dari
bagaimana aparatur pelaksana terjun langsung terhadap masyarakat dalam
menjalankan pelayanan yang diberikan. Indikator yang menjadi variabel
untuk mengukurnya dapat dilihat sebagai berikut (Kania et al., 2019):
a) Komunikasi
Komunikasi adalah penyampaian informasi antar manusia.
b) Sumber daya
Suatu kebijakan akan lebih lengkap jika terdapat sumber
daya yang dapat mempermudah pelaksanaan kebijakan dalam
implementasinya.
c) Disposisi
Disposisi atau sikap pelaksana kebijakan merupakan faktor
penting ketiga dari pendekatan implementasi kebijakan.
d) Struktur Birokrasi
35
Struktur birokrasi ini mutlak diperlukan karena kebijakan
yang kompleks menuntut kontribusi banyak orang.
4.2 Komunikasi
Komunikasi sendiri yang merupakan pola hubungan dan proses hubungan
yang dilakukan untuk menyalurkan hipotesa, perintah, dan arahan dari sumber
pembuat kebijakan terhadap mereka yang diberi sebuah kewenangan dar tugas
dan fungsinya menjalankan program kebijakan sehingga dalam luarannya
impelementasi kebijakan dapat terlaksana (Putra & Nangameka, 2018). Bentuk
arahan informatif sendiri dapat dilihat dari bagaimana koordinasi pihak
Kecamatan Gedeg terkait komunikasi antar masyarakat dengan aparatur pelaksana
terkait PATEN ini sendiri. Ini merupakan sebuah bentuk tindakan awal dari
sebuah kebijakan dari bagaimana kebijakan harus dikomunikasikan terhadap
masyarakat. Tindakan-tindakan ini sendiri dimaksudkan mengubah keputusan
menjadi tindakan operasional nyata dalam kuantitas waktu yang diukur, dalam
rangka melaksanakan usaha-usaha dari variabel besar hingga kecil, sehingga dapat
terwujud gagasan-gagasan dari program kebijakan hingga menjadi wujud nyata
(Lubis, 2021).
Dalam Koordinasi pelaksanaan implementasi kebijakan dibutuhkan
komunikasi pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan tersebut.
Komunikasi yang dilakukan pelaksana kebijakan dengan masyarakat dengan
mengadakan pertemuan dengan Kepala Desa yang Bagaimana nantinya Kepala
Desa mengumpulkan masyarakatnya untuk dilakukannya sosialisasi terkait
dengan program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN). Dalam
hal ini, kebijakan harus dilaksanakan secara tepat, yang tidak hanya itu saja
implemetasi kebijakan mempunyai ukuran yang dapat melayani masyarakat sesuai
dengan Standar Operasional Pelayanan yang tertuang dalam Peraturan Bupati
Mojokerto Nomor 35 Tahun 2017 tentang Standar Pelayanan dan Uraian Tugas
Personil Kecamatan Pelaksana Pelayanan Admnistrasi Terpadu Kecamatan.
Berdasarkan informasi di lapangan, salah satu masyarakat bapak Sudarsono di
Kantor Kecamatan Gedeg pada tanggal 18 November 2022 mengatakan bahwa:
“Saya mengetahui tentang bentuk pelayanan PATEN ini melalui
sosialisasi yang ada di kantor desa Jerukseger dan mengetahuinya
36
melalui brosur dan baliho yang dikampanyekan oleh pihak
Kecamatan Gedeg berupa tentang apa itu PATEN”
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara Ibu Sunar pada tanggal 18 November
2022 mengatakan:
37
Gambar 4. 1 Sosialisasi Program PATEN
Gambar 3.3 merupakan salah satu bentuk komuniasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Kecamatan Gedeg dalam bentuk sosialisasi merupakan bentuk dalam
sebuah komunikasi kepada masyarakat. Hal ini menjadikan bagaimana langkah
dalam perwujudan implementasi dapat terwujud secara bertahap. Dari bagaimana
masyarakat Kecamatan Gedeg mampu menerima dan mencerna prosedur dan
mekanisme yang dipaparkan oleh aparatur pelaksana terkait mekanisme
proseduran Pelayanan Terpadu Administrasi Kecamatan.
38
Dalam Rencana Kerja Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto Tahun
2022 sendiri, review terhadap Rancangan Awal RKPD 2022 terkait penunjang
imlementasi dari PATEN sendiri di Kecamatan Gedeg diatur didalamnya. Dimana
hal ini sendiri berkaitan dengan penganggaran dari upaya awal langkah
implementasi seperti sosialisasi dan penyebaran brosur terkait PATEN di
Kecamatan Gedeg sendiri. Hal ini disesuaikan dengan Rencana Strategis
Kecamatan Gedeg Tahun 2021-2026 dengan arah mewujudkan pelayana publik
yang optimal. Maka dari itu, PATEN menjadi salah satu kebijakan yang akan
mengarah pada perwujudan dari tujuan rencana strategis.
39
(PATEN)
Sumber: Dokumen Kantor Kecamatan Gedeg 2021
40
membutuhkan pelayanan PATEN. Menurut yang dikatakan oleh ibu sunar ketika
membutuhkan pelayanan administrasi non perizinan:
4.4 Disposisi
41
dengan sosialisasi terkait PATEN di Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto
sudah berjalan secara semestinya.
Disposisi menjadi penting karena dalam hal ini, dapat mengakibatkan
hambatan apabila dalam menjalankan tugas dan fungsinya, pelaksana tidak
didasari pada rasa tanggung jawab dalam sikap dan perilakunya sendiri dalam
proses pengimplementasian sebuah kebijakan. Penempatan pegawai pelaksana
sesuai dengan kejuruan tugas dan fungsi sendiri menjadi hal utama agar dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, individu pelaksana dapat bergerak dan
menguasai proses pelayanan. Hal ini sendiri berkaitan dengan faktor imlementasi
kebijakan lainnya ayakni pada struktur birokrasi, daribagaimana pemecahan tugas
dan fungsi secara struktural dibahas sebagai langkah pengimplementasian sebuah
kebijakan.
Berkaitan dengan implementasi kebijakan Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Gedeg sendiri, dari hasil observasi
wawancara dimana responden menjelaskan bahwa sosialiasi terkait Pelayanan
Administrasi Terpadu pada sosialisasi program ini sendiri, berbagai informasi,
pemaparan prosedural dapat dicerna dan diterima secara baik oleh masyarakat
terkait apa sebenarnya pelayanan terpadu ini sendiri. Hal ini sendiri
mencerminkan bagaimana adanya wujud “the man on the right place”, dimana
dalam birokrasi Kecamatan Gedeg, penempataan dalam pemilihan narasumber
dari pihak kecamatan sendiri memiliki kecocokan pola komunikasi terhadap
masyarakat dalam membeberkan sebuah kebijakan, dan juga perilaku dari
pelaksana kecamatan sendiri yang mempu memberikan infromasi pelayanan yang
adaptif dan efektif sehingga masyarakat dalam sosialisasinya saja dapat menerima
berbagai pengarahan terkaitpelayanan administrasi yang ada di Kecamatan Gedeg
Kabupaten Mojokerto.
Tabel 4. 3 Indikator Pelayanan Publik Pada Tahun 2022
42
optimal Jumlah PATEN yang terlayani tepat 1.159
waktu pelayanan
43
dikorelasikan terhadap nilai standar pelayanan sesuai Kemenpan RB, dapat
dikatakan sangat baik, karena berada pada interval IKM 88-100 dengan kategori
kualitas mutu pelayanan A. Nilai interval ini sendiri didasari pada beberapa
variabel pengukuran IKM yang telah dijelaskan dalam Laporan IKM Pelayanan
Terpadu Satu Pintu, yang diantaranya kejelasan persyaratan pelayanan,
kejelasan informasi petugas layanan, ketiadaan biaya pelayanan, serta
kepuasan pelanggan secara keseluruhan.
Kejelasan persyaratan pelayanan sendiri di benarkan oleh wawancara
masyarakat yang menyebutkan bahwa melalui sosialisasi oleh pihak kecamatan
dalam kurun waktu 1 tahun 2 kali dirasa sudah mampu menjelaskan informasi
secara adaptif kepada masyarakat. Ketiadan biaya pelayanan sendiri dibenarkan
oleh Camat Kecamatan Gedeg sendiri dimana setiap pelayanan pelanggan atau
masyarakat tidak perlu memungut biaya apapun terkait kepengurusan administrasi
perizinan maupun non perizinan. Sedangkan, kepuasan pelanggan sendiri di dasari
pada tercapainya indikator yang baik dari variabel indikator IKM, yang
dibuktikan oleh hasil konversi interval IKM terkait pelayanan PATEN di
Kecamatan Gedeg yang mencapai nilai kepuasan kurang lebih 91% dengan
kategori mutu pelayanan A yang disesuaikan oleh standart IKM pelayanan
terpadu satu pintu oleh KEMENPAN RB.
Ini menjadi indikator utama sebuah implementasi yang dimana dalam
implementasi kebijakan yang berkembang pada tahun 1990-an ialah bagaimana
pentingnya variable perilaku dari sumber daya manusia dalam instansi selaku
actor yang melaksanakan berbagai macam upaya sehingga dapat diukur
bagaimana keberhasilan tercapainya sebuah implementasi kebijakan (Sirajuddin,
2016). Dalam hal ini, pola disposisi dari tindak perilaku yang adaptif dari
pelaksana menjadi ukuran bagaimana PATEN di Kecamatan Gedeg dapat
diterima informasinya secara menyeluruh.
44
pengimplementasian secara terstruktur. Birokrasi sendiri dimaknai sebagai sebuah
alat yang dapat membantu meujudkan berbagai macam pelayanan terhadap
masyarakat. Birokrasi sendiri membuat pelayanan administrasi kepada masyarakat
setempat dapat dipertanggung jawabkan secara legal didepan mata hukum yang
sudah dikontekstualkan diberbagai peraturan (Putra & Nangameka, 2018).
Struktur birokrasi yang ideal sendiri terdiri dari beberapa runtutan
indikator dengan adanya Standar Operasional Pelayanan, utamanya terkait
PATEN di Kabupaten Mojokerto sendiri dituangkan pada Peraturan Bupati
Mojokerto Nomor 35 Tahun 2017 tentang Standar Pelayanan dan Uraian Tugas
Personil Kecamatan Pelaksana Pelayanan Admnistrasi Terpadu Kecamatan.
Terkait standar pelayanan, hal ini menjadi pengukur kualitas yang diberikan oleh
pelaksana yang wajib ditaati oleh pelaksana yakni pihak kecamatan setempat dan
penerima pelayanan yakni masyarakat setempat. Dalam pasal 3 sendiri, dijelaskan
dalam peraturan ada beberapa komponen terstruktur yang harus diliputi,
diantaranya persyaratan yang jelas, mekanisme dan sistem prosedur, sarana
prasarana maupun jaminan pelayanan yang memberikan kepastian sesuai dengan
SOP yang berlaku. Seperti mekanisme pelayanan PATEN sendiri di Kecamatan
Gedeg Kabupaten Mojokerto, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Petugas pelayanan
Pengajuan permohonan melakukan pemeriksaan
pengurusan administrasi Berkas diproses oleh
kelengkapan berkas petugas pelayanan
kepada petugas
administrasi pelayanan lainnya
pelayanan kecamatan
kecamatan
Berkas administrasi
Penyerahan berkas oleh ditandatangani dan
Permohonan selesai petugas pelaksana di
mendapatkan pelayanan diproses sesuai
ruang pelayanan
kebutuhan berkas
45
masyarakat Kecamatan Gedeg sendiri dapat dengan eksplisit melengkapi berkas-
berkas yang akan diurus pelayanannya sebelum melakukan pemberkasan hingga
penerimaan kembali berkas yang sudah dirujuk sebelumnya. Sebuah bentuk
implementasi dari adanya mekanisme prosedural struktur birokrasi ini, yang
dijelaskan pula dalam pola komunikasi kebijakan terkait sosialisasinya sendiri
berjlan dengan lancar dengan hasil dari bagaimana masyarakat di Kecamatan
Gedeg mampu memahami prosedur yang berlaku sehingga antar pihak pelaksana
dengan masyarakat sendiri, tidak terjadi misscommunication dari kebijakan
PATEN ini sendiri, bai di dalam maupun di luar kantor kecamatan.
Pada penelitian ini dapat dilihat dari hasil wawancara pada bapak Supardi
yang dilakukan pada tanggal 19 November 2022 yang mengatakan
Menurut Pendapat saya yang di sampaikan oleh bapak Supardi itu sesuai
apa yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kecamatan Gedeg. Pada pengamatan
yang saya lakukan, Kasi Pelayanan menerapkan sesuai SOP yang ada dan para
pelaksana pelayanan PATEN orangnya ramah dan membantu menjelaskan secara
lengkap kepada lansia yang kurang mengetahi tata cara dalam mengurus
administrasi PATEN tersebut.
Selain itu, kebijakan internal sendiri menjadi bagian dari bagaimana
pentaan birokrasi Kecamatan Gedeg sehingga mampu mengimplementasikan
Pelayanan Terpadu Administrasi Kecamatan. Dalam keputusan Camat Gedeg
sendiri, peraturan menuntut adanya proses pelayanan yang cepat, tepat, dan juga
akurat sebagai bentuk meningkatkan kinerja birokrasi menuju ASN berkelas
Internasional. Tuntutan melalui peraturan internal lembaga ini sendiri menjadi
sebuah dasar dari bagaimana Camat sendiri memberikan tanggung jawab secara
penuh terhadap anggota hierarkinya sehingga pelaksanaan pelayanan di
Kecamatan Gedeg dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terkait pelayanan-
pelayanan administrasi yang diperlukan.
46
Selain itu, monitoring dan evaluasi terhadap prosedur dan mekanisme
pelayanan sendiri di Kecamatan Gedeg sendiri dilakukan setiap satu kali dalam
satutahun. Dimana dalam hal ini, baik evaluasi internal maupun kritik dan
masukan masyarakat Kecamatan Gedeg sendiri dapat diwadahi setahun sekali
sehingga pada luaran selanjutnya dapat diperbaiki apa saja kebutuhan pelayanan
yang harus diperbaiki atau dikembangkan kembali. Pola pembuatan kebijakan
interna hingga monitoring ini sendiri merupakan bentuk berjalannya struktur
birokrasi dari bagaimana dalam pembuatan keputusan oleh Camat hingga saling
memonitoring antara pihak kecamatan dengan masyarakat menjadikan PATEN di
Kecamatan Gedeg berjalan cukup baik hingga saat ini. Ini merupakan wujud dari
bagaimana implementasi PATEN dalam variabel pembahasan struktur birokrasi
bisa dibilang cukup terpenuhi.
47
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) merupakan suatu
proses penyelenggaraan pelayanan publik di tingkat kecamatan dari permohonan
sampai penyelesaian berupa terbitnya dokumen dalam satu tempat. Satu tempat
yang dimaksud adalah pelayanan cukup pada satu meja serta dengan adanya
sistem ini lebih memposisikan warga berhubungan dengan petugas loket jadi,
ketika ada warga yang ingin mengurus suatu administrasi tidak perlu lagi datang
pada petugas setiap bidangnya.
48
5.2 Saran
Dari berbagai hasil observasi penelitian sendiri, pelaksanaan Pelayanan
Terpadu Administrasi Kecamatan di Kecamatan Gedeg
1. Harus berjalan cukup baik, namun dilain hal, salah satu keputusan Camat
Gedeg sendiri dalam mengembangkan pelayanan sehingga dapat mencapai
ukuran ASN bertaraf Internasional sendiri harus terus dikejar oleh
birokrasi ini.
2. Kinerja pelayanan PATEN yang sudah optimal di Kecamatan Gedeg harus
dikembang dengan memerhatikan pergerakan teknologi global sehingga
Kecamatan Gedeg mampu menjadi contoh bagi kinerja kecamatan lain,
dilain hal sehingga pelayanan terhadap masyarakat dapat terpenuhi
sehingga masyarakat merasa kebutuhan yang diperlukan selalu tercukupi
oleh pihak Kecamatan.
3. Hal penting yang berjalan ini harus dijaga oleh pihak Kecamatan Gedeg
Kabupaten Mojokerto sehingga birokrasi ini sendiri menjadi salah satu
birokrasi yang bertransformasi secara baik dan berkelanjutan terkait
pelayanan PATEN. Namun tidak berhenti disitu juga, pelayanan lain harus
menjadi bagian lain yang bergerak bersama-sama dalam perkembangannya
dari catatan keberhasilan yang optimal ini.
49
DAFTAR PUSTAKA
Kania, I., Geusan, G., Raturahmi, L., Ulumudin, A., Rustiana, E., & Budiman, M.
(2019). The Analysis Of The Village Law Implementation Policy By Using
Edward III Model Approach In Garut. Regional Dynamic: Journal of Policy
and Business Science, 1(1).
50
Policy Recommendation). Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), 10(1), 78–95.
51
Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten) Di Kecamatan Mustikajaya Kota
Bekasi. Jurnal Politikom Indonesiana, 2(1), 62–78.
52
https://doi.org/10.31289/publika.v6i1.1526
Tias Vela Erdina, D. H. pada tahun 20217. (2017). Analisis Efektivitas Organisasi
Dalam Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Di
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. 7.
Trisna, N., Putri Kemala Sari, & Safrida, S. (2020). Implementasi Program
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan Pilot Project Di Kabupaten
Aceh Barat. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, 15(1), 54–66.
https://doi.org/10.33059/jhsk.v15i1.1987
53