Professional Documents
Culture Documents
KEBERADAAN MADIDIHANG Thunnus Albacares
KEBERADAAN MADIDIHANG Thunnus Albacares
Ketua Penyunting:
Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-Pusat Riset Perikanan)
Dewan Penyunting:
Prof. Dr. Ir. Ngurah Nyoman Wiadnyana, DEA. (Ekologi Perairan-Pusat Riset Perikanan)
Prof. Dr. Ir. Husnah, M. Phil. (Taksikologi-Pusat Riset Perikanan)
Prof. Dr. Ali Suman (Biologi Perikanan Udang-Balai Riset Perikanan Laut)
Dr. Eko Sriwiyono, S.Pi, M.Si. (Teknologi Kapasitas Penangkapan Ikan-Institut Pertanian Bogor)
Dr. Ir. Dewa Gede Raka Wiadnya, M.Sc. (Lingkungan dan Sumber Daya Ikan-Universitas Brawijaya)
Editing Bahasa:
Andhika Prima Prasetyo, S.Pi., M.Sc. (Sumber Daya dan Lingkungan-Pusat Riset Perikanan)
Penyunting Pelaksana:
Dra. Endang Sriyati
Darwanto, S.Sos.
Amalia Setiasari, A.Md.
Administrasi:
Arief Gunawan, S. Kom
Alamat Redaksi/Penerbit:
Pusat Riset Perikanan
Jl. Pasir Putih II Ancol Timur Jakarta Utara 14430
Telp. (021) 64700928, Fax. (021) 64700929
Website : http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi
e-mail: jppi.puslitbangkan@gmail.com
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia diterbitkan oleh Pusat Riset Perikanan - Badan Riset dan Sumber
Daya Manusia Kelautan dan Perikanan-Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Lembar Indeksasi
LEMBAR INDEKSASI
FOKUS DAN RUANG LINGKUP JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia adalah wadah informasi perikanan, baik laut maupun perairan umum
daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian sumber daya, penangkapan, oseanografi, lingkungan, rehabilitasi
lingkungan dan pengkayaan stok ikan.
Naskah yang diterbitkan di Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia telah melalui pemeriksaan pedoman penulisan
oleh Administrasi Jurnal, naskah yang sudah mengikuti pedoman penulisan direview oleh 2 (dua) orang Dewan
Penyunting dan 1 (satu) orang Bebestari (Peer-Reviewer) berdasarkan penunjukan dari Ketua Dewan Penyunting.
Keputusan diterima atau tidaknya suatu naskah menjadi hak dari Ketua Dewan Penyunting berdasarkan atas
rekomendasi dari Dewan Penyunting dan Bebestari.
BEBESTARI PADA
JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA
1. Prof. Dr. Ir. Janny Dirk Kusen, MSc, (Biologi Kelautan - Universitas Sam Ratulangi)
2. Prof. Dr. Ir. Sam Wouthuyzen, M. Sc. (Oseanografi Perikanan-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
3. Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc. (Pengelolaan Perikanan PUD-Pusat Riset Perikanan)
4. Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M. Si. (Metode Penangkapan Ikan-Institut Pertanian Bogor)
5. Prof. Dr. Ir. Indra Jaya (Hidro Akustik Perikanan-Institut Pertanian Bogor)
6. Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. (Sistem Informasi Perikanan-Institut Pertanian Bogor)
7. Prof. Dr. Krismono, M.S. (Sumber Daya dan Lingkungan-Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan)
8. Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo (Iktiologi, Ekologi Ikan, Konservasi Sumber Daya Hayati Perairan-Institut
Pertanian Bogor)
9. Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc. (Penginderaan Jauh-Institut Pertanian Bogor)
10. Prof. Dr. Ir. Gadis Sri Haryani (Limnologi-Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia)
11. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA. (Matematika dan Statistika Terapan-Institut Pertanian Bogor)
12. Dr. Wijopriono (Hidro Akustik Perikanan-Pusat Riset Perikanan)
13. Dr. Ir. Mochammad Riyanto, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-Institut Pertanian Bogor)
14. Dr. Purwito Martosubroto, M.Sc. (Dinamika Populasi Ikan-Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan)
15. Ir. Sasanti R. Suharti M.Sc. (Biologi Kelautan-Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia)
16. Dr. Ir. Sudarto, M.Si. (Genetika Populasi-BP2BIH)
17. Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal, M. Sc. (Biologi Konservasi Perairan-Institut Pertanian Bogor)
18. Dr. Estu Nugroho (Sumber Daya Genetik Ikan-Pusat Riset Perikanan)
19. Dr. Ir. Zairion, M. Sc. (Pengelolaan Sumber Daya Perikanan-Institut Pertanian Bogor)
20. Dr. Ir. Zainal Arifin, M.Sc. (Kimia Oseanografi-Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia)
21. Dr. Ir. Mas Tri Djoko Sunarno, MS. (Nutrisi-Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan
Perikanan)
22. Dr. Ir. Abdul Ghofar, M. Sc. (Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan-Universitas Diponogoro)
23. Drs. Suwarso, M.Si. (Sumber Daya Lingkungan-Balai Riset Perikanan Laut)
24. Drs. Bambang Sumiono, M. Si. (Biologi Perikanan-Pusat Riset Perikanan)
25. Ir. Duto Nugroho, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-Pusat Riset Perikanan)
26. Ir. Badrudin, M.Sc. (Dinamika Populasi Ikan-Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan)
27. Dr. Ir. Andin Taryoto, M.Si. (Sosiologi Perikanan-Sekolah Tinggi Perikanan)
28. Dr. Priyanto Rahardjo, M.Sc. (Biologi Konservasi-Sekolah Tinggi Perikanan)
29. Dr. Ir. Ario Damar, M.Si. (Ekologi Perairan Pesisir, Phytoplankton Ekologi-Institut Pertanian Bogor)
30. Dr. Fayakun Satria, M.App.Sc. (Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan-Balai Riset Perikanan Laut)
31. Dr. Ir. Syahroma Husni Nasution, M.Sc. (Biologi Perikanan-Limnologi, Lembaga Ilmu Penelitian
Indonesia)
32. Dra. Sri Turni Hartati, M.Si. (Lingkungan Sumberdaya Perairan-Pusat Riset Perikanan)
33. Drs. Dharmadi (Sumber Daya Ikan Hiu dan Pari-Pusat Riset Perikanan)
i
Lembar Bebestari
UCAPAN TERIMAKASIH
Ketua Penyunting Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) mengucapkan terima kasih kepada para
Bebestari yang telah berpartisipasi dalam menelaah naskah yang diterbitkan di jurnal ilmiah ini, sehingga
jurnal ini dapat terbit tepat pada waktunya. Bebestari yang berpartisipasi dalam terbitan Volume 25 Nomor 1
Maret 2019 adalah:
1. Prof. Dr. Ir. Sam Wouthuyzen, M. Sc. (Oseanografi Perikanan-Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia)
2. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA. (Matematika dan Statistika Terapan-Institut Pertanian Bogor)
3. Drs. Bambang Sumiono, M. Si. (Biologi Perikanan-Pusat Riset Perikanan)
4. Dr. Ir. Zairion, M. Sc. (Pengelolaan Sumber Daya Perikanan-Institut Pertanian Bogor)
5. Ir. Duto Nugroho, M.Si. (Teknologi Penangkapan Ikan-Pusat Riset Perikanan)
6. Dr. Wijopriono (Hidro Akustik Perikanan-Pusat Riset Perikanan)
ii
KATA PENGANTAR
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) di tahun 2019 memasuki Volume ke-25. Proses penerbitan
jurnal ini dibiayai oleh Pusat Riset Perikanan tahun anggaran 2019. Semua naskah yang terbit telah melalui
proses evaluasi oleh Dewan Penyunting dan Bebestari serta editing oleh Penyunting Pelaksana.
Penerbitan ketiga di Volume 25 Nomor 1 tahun 2019 menampilkan enam artikel hasil penelitian perikanan
di perairan Indonesia. Keenam artikel lebih detilnya mengulas tentang: Hubungan Antara Kondisi Oseanografi
dan Distribusi Spasial Ikan Pelagis di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI)
712 Laut Jawa; Kajian Resiko Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Estuari Mahakam, Kalimantan Timur; Nisbah
Kelamin, Ukuran Pertama Kali Tertangkap dan Catch Per-Unit Effort Dua Jenis Lobster Kipas (Scyllaridae) di
Perairan Kupang dan Sekitarnya; Keberadaan Madidihang (Thunnus albacares) di Sekitar Rumpon; Ujicoba
Mini Line Hauler pada Kapal Pancing Ulur Tuna yang Dioperasikan di Sekitar Rumpon di Samudera Hindia;
Dinamika Populasi dan Tingkat Pemanfaatan Kepiting Merah (Scylla olivacea) di Perairan Merauke dan
Sekitarnya, Papua.
Diharapkan tulisan ini dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakan dan pengelola sumber
daya perikanan di Indonesia. Ketua Penyunting mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para peneliti
dari lingkup dan luar Pusat Riset Perikanan.
Ketua Penyunting
iii
p-ISSN 0853 - 5884
e-ISSN 2502 - 6542
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR BEBESTARI........................................................................................................... i
Hubungan Antara Kondisi Oseanografi dan Distribusi Spasial Ikan Pelagis di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI) 712 Laut Jawa
Oleh: Asep Ma’mun, Asep Priatna, Khairul Amri dan Erfind Nurdin ..................................................................... 1-14
Kajian Resiko Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Estuari Mahakam, Kalimantan Timur
Oleh: Aisyah, Setya Triharyuni, Eko Prianto dan Husnah ...................................................................................... 15-26
Nisbah Kelamin, Ukuran Pertama Kali Tertangkap dan Catch Per-Unit Effort Dua Jenis Lobster
Kipas (Scyllaridae) di Perairan Kupang dan Sekitarnya
Oleh: Ngurah N. Wiadnyana, Setya Triharyuni dan Prihatiningsih............................................................................ 27-34
Ujicoba Mini Line Hauler pada Kapal Pancing Ulur Tuna yang Dioperasikan di Sekitar Rumpon di
Samudera Hindia
Oleh: Agustinus Anung Widodo, Wudianto dan Agus Setiyawan .......................................................................... 45-54
Dinamika Populasi dan Tingkat Pemanfaatan Kepiting Merah (Scylla olivacea) di Perairan Merauke
dan Sekitarnya, Papua
Oleh: Andina Ramadhani Putri Pane dan Reza Alnanda .......................................................................................... 55-65
SERTIFIKATAKREDITASI.......................................................................................................................................... App. 66
iv
Lembar Abstrak
KUMPULAN ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONDISI OSEANOGRAFI keberlanjutannya di estuari Sungai Mahakam
DAN DISTRIBUSI SPASIAL IKAN PELAGIS DI Kalimantan Timur. Analisis kerentanan menggunakan
WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA perangkat lunak PSA (Productivity and Susceptibility
Analysis). Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi
REPUBLIK INDONESIA(WPP NRI) 712 LAUT JAWA
kepiting bakau di Estuari Mahakam mempunyai
kerentanan yang rendah (tingkat kerentanan =1,3). Nilai
Asep Ma’mun produktivitas (kemampuan pulih sumber daya)
JPPI Maret 2019, Vol 25 No. 1, Hal. 1-14 menunjukan nilai yang lebih tinggi (2,1) dari pada nilai
suseptibilitas (tingkat resiko sumber daya ikan terhadap
ABSTRAK aktivitas perikanan di perairan tersebut) yaitu 1,9.
Dengan kondisi tersebut maka peluang keberlanjutan
Kepadatan dan penyebaran sumber daya ikan di ketersediaan kepiting bakau di Estuari Mahakam berada
perairan banyak dipengaruhi oleh variasi kondisi dalam tingkat sedang.
oseanografinya. Untuk mengkaji interaksi antara kondisi
oseanografi dengan sebaran spasial ikan pelagis di Kata Kunci: Kepiting bakau; Scylla serrata;
Laut Jawa, telah dilakukan penelitian hydro acoustic kerentanan; Estuari Mahakam
dilakukan pada periode 17 Oktober-11 November 2017.
Akuisisi data akustik menggunakan multi beam Simrad
ME (70-120 kHz). Parameter lingkungan (oksigen, pH,
NISBAH KELAMIN, UKURAN PERTAMA KALI
salinitas, klorofil, suhu) diukur menggunakan CTD SBE TERTANGKAP DAN CATCH PER-UNIT EFFORT
19 plus V2 dan parameter oseanogafi fisik (arah dan DUA JENIS LOBSTER KIPAS (SCYLLARIDAE) DI
kecepatan arus) menggunakan ARM current meter, PERAIRAN KUPANG DAN SEKITARNYA
keduanya diturunkan secara vertikal sesuai kedalaman
pada 48 stasiun. Analisa korelasi antara parameter Ngurah N. Wiadnyana
oseanografi dengan kelimpahan ikan dan distribusi JPPI Maret 2019, Vol 25 No. 1, Hal. 27-34
spasial menggunakan analisis statistik PCA (Principal
Component Analysis). Hasil penelitian menunjukkan ABSTRAK
densitas ikan pelagis dipengaruhi secara berturut-turut
oleh salinitas, oksigen, klorofil, pH dan suhu. Komponen Pemanfaatan lobster kipas (Scyllaridae) yang
lingkungan yang memiliki interaksi langsung dengan tertangkap di Perairan Kupang terus meningkat, tetapi
kelimpahan ikan pelagis adalah salinitas dan oksigen. informasi mengenai kondisi stok dan aspek biologi nya
Kedua faktor ini merupakan faktor utama dalam belum banyak diketahui. Tulisan ini mengkaji nisbah
kegiatan osmoregulasi dan pembentukan energi untuk kelamin, rata-rata ukuran pertama kali tertangkap dan
tubuh ikan, sementara keempat faktor lingkungan catch per-unit of effort (CPUE) lobster kipas di perairan
lainnya (klorofil pH, suhu dan kecepatan arus) berkorelasi Kupang dan sekitarnya. Kedua spesies lobster kipas
secara parsial terhadap keberadaan ikan pelagis. yang dianalisis merupakan hasil tangkapan sampingan
jaring krendet yang dilakukan oleh nelayan setempat.
Kata Kunci: Kondisi oseanografi; hidroakustik; Jenis data yang dianalisis meliputi data penangkapan
distribusi spasial; ikan pelagis; dan Laut dan biologi lobster yang dikumpulkan selama periode
Jawa Oktober 2015 - Desember 2016. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat dua jenis lobster kipas
KAJIAN RESIKO KEPITING BAKAU (Scylla serrata) hasil tangkapan sampingan di perairan Kupang, yaitu
DI ESTUARI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR Scyllarides haanii dan Thenus indicus dengan komposisi
hasil tangkapan T. indicus lebih banyak dari S. haanii.
Aisyah Rata-rata ukuran panjang pertama kali tertangkap (Lc)
JPPI Maret 2019, Vol 25 No. 1, Hal. 15-26 untuk lobster T. indicus betina berdasarkan panjang
karapas adalah sekitar 93,79 dan 94,18 mm untuk
ABSTRAK jantan, sedangkan untuk lobster S. haanii betina adalah
101,40 mm dan 104,06 mm untuk jantan. Nisbah
Kawasan estuari merupakan wilayah yang kaya kelamin dari kedua jenis lobster ini masih dalam kondisi
akan unsur hara di daerah pantai. Perubahan ekosistem seimbang. Rata-rata nilai CPUE lobster jenis T. indicus
pantai, seperti terjadinya pendangkalan menyebabkan 3,7 kg/trip lebih besar dibandingkan dengan nilai CPUE
penurunan luasan mangrove. Dampak yang terjadi S. haanii sebesar 0,8 kg/trip. Nilai CPUE dari tiap-tiap lokasi
diduga merupakan penyumbang bagi kerentanan penangkapan tidak berbeda nyata antar lokasi penangkapan.
sumberdaya kepiting bakau di daerah tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat resiko Kata Kunci: Lobster kipas; Lc; CPUE; perairan Kupang
potensi kerentanan sumber daya kepiting bakau dan dan sekitarnya; Nusa Tenggara Timur
v
Lembar Abstrak
KEBERADAAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) penarikan tali dHL secara manual telah mengakibatkan
DI SEKITAR RUMPON isu kecelakaan kerja berupa luka kulit tangan ABK
sebanyak 4 kasus dan cidera pinggang ABK sebanyak
Erfind Nurdin 2 kasus. Adapun penggunaan mini line hauler mampu
JPPI Maret 2019, Vol 25 No. 1, Hal. 35-44 mengurangi isu kesehatan dan keselamatan kerja ABK.
Selain itu, penggunaan mini line hauler juga
ABSTRAK meningkatkan kecepatan penarikan tali dHL sebesar 1,5
kali dibanding penarikan tali dHL secara manual. Hasil
Armada penangkapan ikan tuna di Indonesia banyak uji coba juga menunjukkan penggunaan mini line hauler
yang menggunakan rumpon sebagai alat bantu tidak memberikan perbedaan terhadap hasil tangkapan.
penangkapan. Teknologi alat bantu ini menyebabkan
sumberdaya ikan tuna semakin rentan terhadap Kata Kunci: Mini line hauler; pancing ulur tuna;
penangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk rumpon; Samudera Hindia
menentukan lokasi dan periode waktu sebagai daerah
penangkapan ikan yang layak. Pengambilan data DINAMIKA POPULASI DAN TINGKAT
dilaksanakan pada tanggal 24 November hingga 3 PEM ANFAATAN KEPITING MERAH (Scylla
Desember 2015 di perairan selatan Palabuhanratu. olivacea) DI PERAIRAN MERAUKE DAN
Pengamatan mengunakan teknologi hidroakustik por- SEKITARNYA, PAPUA
table scientific echosounder SIMRAD EY60, dengan
lintasan perekaman mengelilingi rumpon berbentuk Andina Ramadhani Putri Pane
bintang (star survey). Hasil penelitian ini menunjukkan JPPI Maret 2019, Vol 25 No. 1, Hal. 55-65
dugaan daerah penangkapan ikan tuna layak tangkap
di sekitar rumpon berada pada kedalaman 200 hingga ABSTRAK
500 meter dengan puncak keberadaan terjadi pada pagi
hari. Penangkapan kepiting merah (Scylla olivacea) di
Merauke berlangsung sangat intensif dan dikuatirkan
Kata Kunci: Akustik; madidihang; rumpon; akan mengancam kelestariannya. Pengelolaan yang
Palabuhanratu baik diperlukan untuk manjamin manfaat jangka panjang
yang hasil kajian ilmiah seperti dinamika populasi dan
UJICOBA MINI LINE HAULER PADA KAPAL tingkat pemanfaatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
PANCING ULUR TUNA YANG DIOPERASIKAN DI mengetahui dinamika populasi dan tingkat pemanfaatan
SEKITAR RUMPON DI SAMUDERA HINDIA kepiting merah di Merauke dan sekitarnya. Penelitian
dilakukan selama 2 (dua) tahun yaitu Februari hingga
Desember 2017 dan Maret hingga Desember 2018
Agustinus Anung Widodo
dengan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan
JPPI Maret 2019, Vol 25 No. 1, Hal. 45-54
struktur ukuran kepiting merah dominan berukuran
dibawah 145 mmCW (99%). Ukuran pertama kali
ABSTRAK
tertangkap (CWc) pada tahun 2017 dan 2018 berturut-
turut sebesar 110.52 mmCW dan 112,5 mmCW. Pola
Pancing ulur tuna (dHL) umumnya dioperasikan di
pertumbuhan kepiting merah bersifat allometrik negatif
sekitar rumpon dengan tali pancing dHL ditarik secara
dengan nisbah kelamin tidak seimbang antara jantan
manual saat menangkap ikan tuna. Praktik tersebut
dan betina. Laju pertumbuhan (K) adalah 0,6 per tahun
berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja bagi
dengan tingkat kematian alamiah (M) lebih kecil
nelayan dan memakan waktu lama. Salah satu usaha
daripada kematian karena penangkapan (F). Tingkat
mengurangi potensi kecelakaan kerja nelayan dHL dan
pemanfaatan (E) 0,68 menjadi indikasi telah terjadi over-
meningkatkan kecepatan tarik tali dHL saat mendapat
fishing dari nilai optimum penangkapan kepiting. Upaya
tuna, maka telah dilakukan ujicoba mini line hauler pada
pelestarian sumberdaya kepiting dapat dilakukan
armada dHL. Ujicoba dilakukan pada armada dHL yang
dengan mengurangi upaya penangkapan sebesar 36
berbasis di PPN Prigi pada tahun 2016. Ujicoba
% dari yang sudah dilakukan saat ini.
dilakukan selama 5 trip penangkapan dHL dengan
jumlah ulangan percobaan 112 kali penarikan tali dHL
Kata Kunci : Dinamika populasi, tingkat pemanfaatan,
secara manual dan 114 kali penarikan tali dHL dengan
kepiting merah, Merauke, WPP NRI 718
mini line hauler. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa
vi
Keberadaan Madidihang (Thunnus albacares) di Sekitar Rumpon (Nurdin, E., et al)
ABSTRAK
Armada penangkapan ikan tuna di Indonesia banyak yang menggunakan rumpon sebagai alat
bantu penangkapan. Teknologi alat bantu ini menyebabkan sumberdaya ikan tuna semakin rentan
terhadap penangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi dan periode waktu
sebagai daerah penangkapan ikan yang layak. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 24
November hingga 3 Desember 2015 di perairan selatan Palabuhanratu. Pengamatan mengunakan
teknologi hidroakustik portable scientific echosounder SIMRAD EY60, dengan lintasan perekaman
mengelilingi rumpon berbentuk bintang (star survey). Hasil penelitian ini menunjukkan dugaan
daerah penangkapan ikan tuna layak tangkap di sekitar rumpon berada pada kedalaman 200
hingga 500 meter dengan puncak keberadaan terjadi pada pagi hari.
ABSTRACT
Most of tuna fishing fleet in Indonesia are using FADs as fishing tools. This technology leads
tuna resources to be more susceptible to fishing activity. This research aims to determine the
location and time period as a suitable fishing areas. The study was conducted from November 24th
until December 3rd 2015 in the southern part of Palabuhanratu waters. The underwater acoustic
devices portable scientific echosounder SIMRAD EY60 used for star-shaped survey patterns around
the FADs. This study showed that indication of the presence of matured tuna around FADs in the
depth of 200 until 500 metre and reach the peak on the early morning.
penangkapan ikan tuna muda diperlukan informasi m enjaga keberlanjutan pem anfaatan
terkait lokasi keberadaan ikan layak tangkap dan sumberdaya.
metode operasi penangkapan dengan alat tangkap
yang selektif terhadap ukuran ikan target. Pertanyaan mendasar yang sering muncul dalam
Pengetahuan tentang tingkah laku ikan yang menjadi operasional penangkapan ikan di laut adalah dimana
sasaran utama penangkapan diperlukan agar ikan target yang layak tangkap berada dan kapan
pengembangan metode pengoperasian alat tangkap waktu yang tepat untuk ditangkap ketika ikan masih
dapat lebih efektif. melimpah. Teknologi saat ini telah berkembang pesat,
informasi dasar terhadap penentuan daerah
Sondita (2011) menyatakan bahwa pengelola penangkapan ikan dapat diduga melalui pengamatan
perikanan dapat menentukan kebijakan yang akan tingkah laku ikan target penangkapan
diambil berdasarkan status sumberdaya ikan hasil
tangkapan nelayan untuk mewujudkan perikanan yang Pengetahuan tentang tingkah laku ikan yang
berkelanjutan. Kebijakan pengelolaan sumberdaya menjadi sasaran utama penangkapan juga diperlukan
perikanan tangkap yang berkelanjutan menjadi kunci guna pengembangan pengoperasian alat tangkap
keberhasilan dalam pemanfaatan sumberdaya. yang lebih efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini
Sasaran penangkapan ikan harus dilihat dengan adalah untuk menduga lokasi keberadaan madidihang
perspektif yang berbeda tidak lagi dilihat dari jumlah (Thunnus albacares) layak tangkap di sekitar rumpon.
(kuantitas) ikan yang banyak, tetapi lebih diarahkan Pengamatan keberadaan ikan disekitar rumpon
pada ikan yang telah berukuran layak tangkap dilakukan dengan mengunakan acoustic echosounder
(kualitas). Selain karena nilai ekonomisnya yang terhadap tiga unit rumpon nelayan Palabuhanratu.
lebih tinggi, tujuan utam anya adalah untuk Posisi rumpon dapat dilihat pada Gambar 1.
36
Copyright © 2019, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)
Keberadaan Madidihang (Thunnus albacares) di Sekitar Rumpon (Nurdin, E., et al)
Tampilan data akustik yaitu berupa distribusi data 33 PK. Kapal ikan beroperasi di sekitar rumpon
target strength (TS) dalam satuan decibel (dB) sebagai dengan membawa 5 jenis alat tangkap pancing yaitu
indeks ukuran ikan, serta data volume backscattering pancing tonda (troll line), pancing coping (hand line),
strength (SV) sebagai indeks kepadatan dari suatu pancing taber (vertical line), pancing tomba (float line)
kumpulan target ikan yang terdeteksi. Ukuran dibagi dan pancing layang-layang (kite line). Pengoperasian
menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang ikan yaitu alat tangkap pancing menggunakan umpan buatan
30-50 cm, 50-100 cm dam 100-200 cm. Data yang dengan warna dan tekstur yang mengkilap, hanya
dikumpulkan adalah nilai dari target strength (TS), area pancing tomba (float line) yang menggunakan umpan
back-scattering coeficient (s A). Perekaman data ikan hasil tangkapan.
selama alur pelayaran menggunakan software ER60yang
menghasilkan data mentah (file dengan format RAW). Pengamatan posisi rumpon menggunakan GPS
(global positioning system), data posisi dicatat
Armada kapal tonda merupakan unit armada yang kedalam program microsoft excel, kemudian data
menggunakan rumpon sebagai alat bantu diolah dan ditampilkan dalam bentuk peta
penangkapan dengan target utama penangkapan jenis menggunakan software surfer 11. Pengamatan
ikan pelagis besar yang didominasi jenis tuna. keberadaan ikan mengunakan teknologi hidroakustik
Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan armada portable scientific echosounder SIMRAD EY60
kapal tonda (troll line) yang beroperasi di rumpon. (Gambar 2). Tampilan data akustik berupa distribusi
Kapal pancing tonda memiliki tonase di bawah 10 GT data target strength (TS) dibuat dalam satuan deci-
dengan jumlah ABK 4–5 orang, terbuat dari bahan bel (dB) sebagai indeks ukuran ikan. Area back-scat-
kayu. Dimensi panjang kapal secara umum memiliki tering coeficient (sA) berfungsi sebagai dasar untuk
panjang 12 m, lebar 2,5–3,0 m dan dalam 1,0–1,5 m. proses kuantifikasi dengan echointegrator (Lee et al.,
Mesin penggerak yang digunakan berkemampuan 24– 1995).
37
Akuisisi data dijalur perekaman pada kedalaman penelitian menggunakan software ER60 yang
1 m hingga 500 m. Hal ini disesuaikan dengan menghasilkan data mentah (file dengan format. raw,
kemampuan alat hidroakustik yang digunakan, tetapi .bot, .idx). Pengaturan parameter pada sistem
untuk analisis data dilakukan hingga kedalaman 500 echosounder disajikan pada Tabel 1.
m per-strata sebesar 25 m. Perekaman data selama
Tabel 1. Setting parameter EY60
Table 1. EY60 parametre setting
Parameter Value
Frequency 38 KHz
Pulse Duration 1.024 ms
Power transmit 1500 watt
Sound speed 1547 m/s
Absorption Coefficient 5.72 dB/Km
SV threshold -70 dB
TS threshold -60 dB
ANALISA DATA jenis tuna, dengan asumsi perbedaan species pada
rentang ukuran yang sama dianggap kelompok spe-
Data akustik diolah dengan menggunakan cies yang sama. Asumsi didukung dengan hasil
software SONAR ver.5 dengan Elementary Distance tangkapan dominan dilokasi sampling. Estimasi
Sampling Unit (EDSU) sekitar 25 m. Hasil ekstraksi kelimpahan madidihang (Thunnus albacares) pada
berupa nilai area back-scattering coeficient (sA, m2/ ukuran TS -44 sampai -24 dB atau pada ukuran
nmi2) dan distribusi nilai target strength (TS) ikan panjang 28 – 174 cm.
tunggal dalam satuan decibel (dB) yang merupakan
indeks refleksi ukuran ikan tunggal. Menurut Hile (1936) yang diacu Effendi (2002),
hubungan panjang (L) dan bobot (W) dari suatu
Sebaran komposisi berdasarkan ukuran ikan spesies ikan mengikuti persamaan:W=aLb Menurut
dinyatakan sebagai estimasi ukuran rata-rata Simmonds & MacLennan (2005) persamaan panjang
didasarkan pada nilai TS yang dinyatakan dalam dan bobot untuk mengkonversi panjang dugaan
satuan cm (Lee, 2012; Mun et al., 2006; Lee & Shin, menjadi bobot dugaan adalah:
2005; Yoon & Ha, 1998). Nilai TS digunakan sebagai
dasar pembagian kelompok sumber daya, mengigat
nilai TS pada setiap individu memiliki nilai yang
Wt a 1i niLi L / 2
b1
Li L / 2
b1
/
berbeda-beda (Korneliussen et al., 2009; Kim et al., b 1L ..............................................(1)
1998).
dimana:
Hubungan TS dan óbs (backscattering cross- Wt = bobot total (gram)
section, m 2) dihitung berdasarkan MacLennan & L = selang kelas panjang (cm)
Simmonds (2005) yaitu: TS = 10 log óbs. Hasil Li = nilai tengah dari kelas panjang ke-i (cm)
analisis ditampilkan dalam bentuk gambar sebaran. ni = jumlah individu pada kelas ke-i
Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan a, b = konstanta untuk spesies tertentu
metode deskriptif analisis. Persamaan untuk densitas
ikan ( A, individu/nmi 2 ) adalah A sA / bs . Asumsi yang digunakan yaitu kondisi lingkungan
Panjang ikan (L) berhubungan dengan óbs yaitu : tidak berbeda maka tingkat kematian alami ikan tidak
bervariasi, sehingga dengan cara mengalikan densitas
b
bs aL (Ma’mun et al., 2017,2018). ikan dengan luasan keseluruhan daerah kajian (A)
akan didapatkan biomassa (Bo) di perairan tersebut
Meurut Josse & Bertrand, 2000a, konversi nilai dengan persamaan: Bo = A x dimana =
TS menjadi ukuran panjang (L) diperoleh dari TS=20 densitas ikan (Sparre & Venema, 1998). Jumlah ikan,
logL+A. A adalah nilai TS untuk 1 cm panjang ikan densitas dan biomassa ikan ditampilkan dalam tabel
(normalized TS). Menurut Bertrand & Edward (2000) rekapan dan rata-rata ikan di rumpon terhadap
untuk jenis ikan pelagis besar digunakan persamaan perlakuan waktu, dengan asumsi keberadaan ikan dan
TS = 25,26 logFL – 80,62 merupakan formulasi ikan jumlah ikan dalam area yang sama karena posisi
madidihang (Thunnus albacares). Persamaan antar rumpon tidak berjauhan.
tersebut digunakan sebagai dasar untuk memisahkan
38
Copyright © 2019, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)
Keberadaan Madidihang (Thunnus albacares) di Sekitar Rumpon (Nurdin, E., et al)
39
Pengamatan terhadap tiga rumpon dilakukan pada berada pada rumpon sebanyak 24 ikan dengan rata-
kedalaman 10-500 m dengan jarak radius terhadap rata densitas sebanyak 8 ikan/km2 dan biomassa ikan
rumpon sejauh 200m dari pusat rumpon. Hasil rata-rata 8,55 ton (Tabel 2). Keberadaan ikan di rumpon
pengamatan menunjukkan ikan yang terdeteksi tidak begitu jauh dengan lokasi atraktor/pelampung
sebanyak 281 ikan, dengan densitas 19 ikan/km2 dan rumpon (0-75 m), banyaknya ikan-ikan target sebagai
biomassa total 93,07 ton. Hasil rata-rata rumpon sumber makanan menjadi salah satu faktor ikan
terhadap variable waktu menunjukkan rata-rata ikan berada dekat dengan rumpon.
Tabel 2. Jumlah target (n; ikan), kelimpahan (d; ikan/km2 ) dan biomass (b; ton).
Table 2. Target (n; fish), density (d; f/km2 ) and biomass (b; ton)
Hasil pengamatan menunjuk kan bahwa menjelang matahari terbenam. Hasil ini berbeda
konsentrasi keberadaan ikan di rumpon pada dengan keberadaan ikan di permukaan pada
kedalaman 200–500m terjadi sepanjang waktu dengan kedalaman 10–200m, dimana konsentrasi keberadaan
kondisi puncak di pagi hari. Konsentrasi ikan menurun ikan lebih sedikit dibandingkan dengan kedalaman
jumlahnya pada waktu siang hingga sore hari 200–500 m (Gambar 5).
40
Copyright © 2019, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)
Keberadaan Madidihang (Thunnus albacares) di Sekitar Rumpon (Nurdin, E., et al)
41
Gambar 6. Tipologi agregasi di sekitar rumpon berdasarkan distribusi skematik nilai TS. (a) ‘deep scattered
fish’, (b) ‘intermediate scattered fish’ and (c) ‘shallow schooling fish’. (Josse et al., 2000b).
Figure 6. Typology of aggregations around a fish aggregating device: (a) ‘deep scattered fish’, (b)
‘intermediate scattered fish’ and (c) ‘shallow schooling fish’ (Josse et al., 2000b).
Sedikitnya keberadaan ikan pada kedalaman 10- dimana ikan yang lebih kecil sebagai sumber makanan
200 m saat penelitian diduga karena tingginya upaya (mangsa) berada.
penangkapan yang dilakukan nelayan pada saat pagi
hari. Saat pengambilan data dilakukan pada rumpon Terdapat peraturan tidak tertulis yang disepakati
yang diamati terdapat armada lain yang sedang oleh nelayan rumpon Palabuhanratu, dimana nelayan
melakukan penangkapan ikan baik dari kelompok diluar kelompok pemilik rumpon boleh melakukan
nelayan pemilik rumpon maupun bukan nelayan penangkapan tetapi tidak boleh menambatkan perahu
kelompok pemilik rumpon. pada rumpon dan apabila kelompok pemilik rumpon tiba,
makamerekaharussegerameninggalkanrumpontersebut.
Pengoperasian alat tangkap oleh nelayan
umumnya dilakukan pada permukaan perairan hingga Hasil pengamatan menunjuk kan bahwa
kedalaman 100m. Alat tangkap yang digunakan yaitu konsentrasi keberadaan ikan di rumpon dengan
pancing tonda (troll line), taber (vertical line) dan cop- kondisi frekuensi kehadiran ikan tertinggi tejadi pada
ing (hand line) yang menggunakan mata pancing pagi hari. Hasil penelitian ini memiliki kemiripan pola
nomor 6–9 dengan sasaran utama ikan cakalang keberadaan ikan di rumpon dengan hasil kajian Josse
dewasa tetapi dalam pengoperasiannya juga et al. (2000b) yang menyatakan bahwa keberadaan
tertangkap juvenile tuna dimana dioperasikan pada kelompok ikan di rumpon berada pada titik maksimum
permukaan perairan hingga kedalaman 50 m. pada pagi hari setelah matahari terbit kemudian
menurun pada siang hingga sore hari. Malam hari
Sasaran penangkapan ikan besar (adult) setelah matahari tenggelam keberadaan kelompok
menggunakan alat pancing tomba (floating line) dan ikan hampir tidak ditemukan hingga dini hari dan terus
layang – layang (kite line) dengan pancing nomor 1– meningkat pada pagi hari (Gambar 7).
2. Pengoperasian pancing tomba (floating line) pada
kedalaman 40–70 m menggunakan umpan cakalang Menurut Josse et al. (2000b), keberadaan
diutamakan yang masih hidup, sedangkan pancing madidihang di sekitar rumpon mencapai puncak pada
layang – layang (kite line) pada permukaan perairan pagi hari, kemudian kelompok ikan menurun
hingga kedalaman 0,5 m menggunakan umpan cumi jumlahnya pada waktu siang hingga sore hari
cumi palsu. Penangkapan ikan tuna dewasa dilakukan menjelang matahari terbenam diduga karena ikan tuna
belum berdasarkan kedalaman ikan layak tangkap berkumpul di sekitar rumpon untuk mencari makan
berada, tetapi lebih kepada proses pemangsaan (feeding motivation).
42
Copyright © 2019, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)
Keberadaan Madidihang (Thunnus albacares) di Sekitar Rumpon (Nurdin, E., et al)
Gambar 7. Distribusi temporal biomass tuna di sekitar rumpon. Garis utuh: pengamatan pada pagi hingga
menjelang sore). Garis putus: pengamatan sore dan malam (Josse et al. 2000b).
Figure 7. Temporal distribution of biomass tuna. In solid line: average situation observed during the ûrst
part of the day. In dotted lines: different situations observed in the afternoon and during the night.
Dengan mengetahui keberadaan ikan tuna di Sumber Daya dan Potensi Produksi Sumber Daya
sekitar rumpon berdasarkan waktu, kedalaman dan Ikan di WPP 573, di Balai Penelitian Perikanan Laut
jarak dari rumpon diharapkan pemanfataan T.A. 2015.
sumberdaya dapat lebih bertanggung-jawab dan
berkelanjutan dengan tujuan penangkapan ikan DAFTAR PUSTAKA
dewasa yang sudah layak tangkap. Hal ini dapat
dilakukan dengan merubah teknik penangkapan dan Bertrand, A., & Edward, J. (2000). Tuna target strength
menggunakan ukuran mata pancing sesuai dengan related to fish length and swimbladder volume.
keberadaan sasaran ikan berukuran layak tangkap, ICES Journal of Marine Science: 57. 143–146.
dimana nelayan menggunakan ukuran mata pancing DOI: https://doi.org/10.1006/jmsc.2000.0881.
nomer 1 dan 2 untuk menangkap ikan berukuran layak
tangkap. Upaya pencegahan pemanfaatan Damora, A., & Baihaqi. (2013). Struktur ukuran ikan
sumberdaya berlebih (over fishing) dan kapasitas dan parameter populasi madidihang (Thunnus
berlebih (over capacity) menjadi hal utama dalam albacares) di perairan Laut Banda. Pusat
menjaga keberlanjutan sumberdaya perikanan. Penelitian Perikanan Pengelolaan dan Konservasi
Sumber Daya Ikan, Jakarta. BAWAL, 5(1), 59-65.
Konvensi hukum Laut internasional 1982 (United DOI: http://dx.doi.org/10.15578/
Nations Convention on the Law of the Sea - UNCLOS), bawal.5.1.2013.59-65.
memberikan arahan mengenai pengelolaan laut. Salah
satu klausul upaya pemanfaatan sumberdaya hayati, Davis, K., Mees, C.C., & Gulland, E.J.M. (2014). The
negara pantai memiliki kewajiban hukum untuk past present and future use of drifting fish aggre-
menjamin bahwa sumberdaya hayati di ZEE-nya gating devices (FADs) in the Indian Ocean.
dilindungi dari kegiatan eksploitasi berlebih, dengan Elsevier, Marine Policy: 45(C), 163–170. DOI:
pemanfaatan dioptimalkan. 10.1016/j.marpol.2013.12.014.
43
Hufiadi & Nurdin, E. (2013). Efisiensi penagkapan tions - I - Estimation of fish school target strength.
pukat cincin di beberapa daerah penangkapan J Kor Soc Fish Techno, 31, 142-15.
Watampone. J.LitiPerikan.Ind, 19(1), 39-45.
DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jppi.19.1.2013.39- Menard, F., Fanteneau, A., Gartuer, D., Nordstorm,
45. V., Stequert, B., & Marchal, E. (2000). Exploita-
tion of small tunas by purse-seine fishery with fish
Josse, E., Bertrand, A., & Dagorn, L. (1999). An acous- aggregating device from accoustic surveys in
tic approach to study tuna aggregated around fish French polynesia. Aquat Living Resour, 13, 183-
aggregating devices in French Polynesia: meth- 192. DOI: https//doi.org/10.1006/jmsc.2000.0745
ods and validation. Aquat. Living Resour. 12 (5),
303-313. DOI: https://doi.org/10.1016/S0990- Moreno, G., Josse, E., Brehmer, P., & Nøttestad, L.
7440(99)00117-5 (2007). Echotrace classification and spatial distri-
bution of pelagic fish aggregations around drifting
Josse, E., & Bertrand, A. (2000a). In situ accoustic fish aggregating devices (DFAD). Aquat. Living
target strength measurement of tuna associated Resour, 20, 343–356. DOI: 10.1051/alr:2008015
with a fish aggregating device. J ICES Marine
Sciences. 57, 911-918.https://doi.org/10.1006/ Mun, J.H., Lee, D.J., Shin, H.I., & Lee, Y.W. (2006).
jmsc.2000.0578 Fish length dependence of target strength for black
rockfish, goldeye rockfish at 70 kHz and 120 kHz.
Josse, E., Dagron, L., & Bertrand, A. (2000b). Typol- J Kor Soc Fish Techno, 42, 30-37. DOI:https://
ogy and behaviour of tuna aggregation around fish doi.org/10.3796/KSFT.2006.42.1.030
aggregating device from accoustic surveys in
French Polynesia. Aquat Living Resour, 13(4), Nurdin, E., Azbas, T., & Roza, Y. (2012). Optimasi
183–192. DOI: jum lah rumpon, unit armada dan musim
https://doi.org/10.1016/S0990-7440(00)00051-6. penangkapan tuna di perairan Prigi, Jawa Timur.
J.Lit.Perikan.Ind, 18(1), 53-60. DOI: http://
dx.doi.org/10.15578/jppi.18.1.2012.53-60.
Kim, Z.G., Choi, Y.M., Hwang, K.S., & Yoon, G.D.
(1998). Study on the acoustic behavior pattern of Nurdin, E., Sondita, M.F.A., Yusfiandayani, R., &
fish school and species identification. Shoal be- Baskoro, M.S. 2016. Growth and mortality param-
havior pattern of anchovy (Engraulis japonicus) in eters of yellowfin tuna (Thunnus albacares) in
Ko-rean waters and species identification test. J. Palabuhanratu waters, west Java (eastern Indian
Kor. Soc. Fish. Techno, 34, 52-61. Ocean). AACL Bioflux, 9(3), 741-747.
Korneliussen, R.J., Heggelund, Y., Eliassen, I.K., & Simbolon, D. (2004). Suatu Studi tentang Potensi
Johansen, G.O. (2009). Acoustic species identifi- Pengembangan Sumberdaya Ikan Cakalang dan
cation of schooling fish. ICES J Mar Sci, 66, 1111- Teknologi Penangkapan Ikan yang Ramah
1118. https://doi.org/10.1093/icesjms/fsp119. Lingkungan. Bul FPIK IPB, 13(1), 48–67.
Lee, D.J. (2012). Fish length dependence of target Simmonds, E.J., MacLennan, D.N. (2005). Fisheries
strength for black porgy and fat greenling at two Acoustic: Theory and Practice 2nd ed. UK:
frequencies of 70 and 120 k Hz. Blackwell Science Ltd.
J.Kor.Soc.Fish.Technol, 48, 137-146. DOI:https:/
/doi.org/10.3796/KSFT.2012.48.2.137 Sondita, M.F.A. (2011). Sebuah Prespektif: Rumpon
sebagai Alat Pengelolaan Sumberdaya Ikan. Buku
Lee, D.J., & Shin, H.I. (2005). Construction of a data II. New Paradigm in Marine Fisheries. Departemen
bank for acoustic target strength with fish spe- PSP FPIK IPB, 141–152.
cies, length and acoustic frequency for measur-
ing fish size distribution. J Kor Fish Soc, 38, 265- Yoon, G.D., & Ha, K.L. (1998). Acoustic target
275. DOI:https://doi.org/10.5657/ strength of pelagic fish species to echo integra-
kfas.2005.38.4.265. tion in Korea Waters and Measurement of target
strength of squid (Todarodes pacificus). J Kor Soc
Lee, D.J., & Shin, H.I. (1995). Fish stock assess- Fish Techno, 34, 372-377.
ment by hy-droacoustic methods and its applica-
44
Copyright © 2019, Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI)
App. 66
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
Pedoman Bagi Penulis
UMUM
1. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia memuat hasil-hasil penelitian bidang biologi perikanan, teknologi pemanfaatan sumberdaya
ikan, pengkajian potensi dan pemacuan sumberdaya ikan.
2. Naskah yang dikirim asli dan jelas tujuan, bahan yang digunakan, maupun metode yang diterapkan dan belum pernah dipublikasikan
atau dikirimkan untuk dipublikasikan di mana saja.
3. Naskah ditulis/diketik dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak diperkenankan menggunakan singkatan yang tidak umum
4. Naskah diketik dengan program MS-Word dalam 2 spasi , margin 4 cm (kiri)-3 cm (atas)- 3 cm (bawah) dan 3 cm (kanan), kertas A4,
font 12-times news roman, jumlah naskah maksimal 20 halaman dan dikirim rangkap 3 beserta soft copynya . Penulis dapat
mengirimkan naskah ke Redaksi Pelaksana Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan
melalui Website: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi atau E-mail: jppi.puslitbangkan@gmail.com.
5. Dewan Redaksi berhak menolak naskah yang dianggap tidak layak untuk diterbitkan.
PENYIAPAN NASKAH
1. Judul : Naskah hendaknya tidak lebih dari 15 kata dan mencerminkan isi naskah, diikuti dengan nama, instansi dan
alamat email korespondensi penulis.
2. Abstrak : Dibuat dengan Bahasa Indonesia dan Inggris paling banyak 250 kata, isinya ringkas dan jelas serta mewakili
isi naskah.
3. Kata Kunci : Ditulis dengan Bahasa Indonesia dan Inggris, terdiri atas 4 sampai 6 kata ditulis dibawah abstrak dan dipilih
dengan mengacu pada agrovocs.
4. Pendahuluan : Secara ringkas menguraikan latar belakang penelitian, tujuan dan pentingnya penelitian dilakukan.
5. Bahan dan Metode : Secara jelas dan ringkas menguraikan metode penelitian secara rinci dan jelas yang memungkinkan peneliti
lain dapat merujuk metode tersebut.
6. Hasil dan Bahasan : Hasil dan bahasan DIPISAH, diuraikan secara jelas serta dibahas sesuai dengan topik atau permasalahan
yang terkait dengan judul.
7. Kesimpulan : Disajikan secara ringkas dengan mempertimbangkan judul naskah, maksud, tujuan, serta hasil penelitian
dalam bentuk narasi.
8. Persantunan : Memuat ucapan terima kasih terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian dan penulisan
naskah serta pihak yang terlibat dalam pendanaan kegiatan penelitian.
9. Daftar Pustaka : Berisi seluruh pustaka yang disitasi dalam naskah, menggunakan Harvard format APA ( American
Psychological Association) Disusun berdasarkan pada abjad tanpa nomor urut dengan urutan sebagai berikut.
Nama pengarang (dengan cara penulisan yang baku), tahun penerbitan, judul artikel, judul buku atau nama
dan nomor jurnal, nama penerbit serta jumlah atau nomor halaman.
Contoh :
Pustaka yang berupa majalah/jurnal ilmiah:
Sunarno, M. T. D., Wibowo, A., & Subagja. (2007). Identifikasi tiga kelompok ikan belida ( Chitala
lopis) di Sungai Tulang Bawang, Kampar dan Kapuas dengan pendekatan biometrik. J. Lit Perikan.
Ind. 13(3), 1-14.
10. Tabel : Judul, kepala tabel dan keterangan ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.
11. Gambar : Judul gambar, skema, diagram alir dan potret diberi nomor urut dengan angka, diletakkan di bawah gambar
dan disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Inggris (bukan format JPEG).
12. Foto : Dipilih warna kontras atau foto hitam putih, judul foto ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.
App. 67
p-ISSN 0853 - 5884
e-ISSN 2502 - 6542
JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA
Volume 25 Nomor 1 Maret 2019
Halaman
DAFTAR BEBESTARI........................................................................................................... i
Hubungan Antara Kondisi Oseanografi dan Distribusi Spasial Ikan Pelagis di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI) 712 Laut Jawa
Oleh: Asep Ma’mun, Asep Priatna, Khairul Amri dan Erfind Nurdin ..................................................................... 1-14
Kajian Resiko Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Estuari Mahakam, Kalimantan Timur
Oleh: Aisyah, Setya Triharyuni, Eko Prianto dan Husnah ...................................................................................... 15-26
Nisbah Kelamin, Ukuran Pertama Kali Tertangkap dan Catch Per-Unit Effort Dua Jenis Lobster Kipas
(Scyllaridae) di Perairan Kupang dan Sekitarnya
Oleh: Ngurah N. Wiadnyana, Setya Triharyuni dan Prihatiningsih................................................................................ 27-34
Ujicoba Mini Line Hauler pada Kapal Pancing Ulur Tuna yang Dioperasikan di Sekitar Rumpon di
Samudera Hindia
Oleh: Agustinus Anung Widodo, Wudianto dan Agus Setiyawan .......................................................................... 45-54
Dinamika Populasi dan Tingkat Pemanfaatan Kepiting Merah (Scylla olivacea) di Perairan Merauke
dan Sekitarnya, Papua
Oleh: Andina Ramadhani Putri Pane dan Reza Alnanda .............................................................................................. 55-65
SERTIFIKATAKREDITASI.......................................................................................................................................... App. 66