Professional Documents
Culture Documents
ID Sanksi Hukum Terhadap Anggota Kepolisian
ID Sanksi Hukum Terhadap Anggota Kepolisian
3/Mei/2017
61
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
tindak pidana kepada polisi. Masyarakat kepolisian yang menghilangkan barang bukti
menghakimi, memproses dan mengeksekusi ataupun melakukan tindakan/perbuatan
sendiri orang yang tertangkap tangan. Hal tercela, baik sanksi pelanggaran disiplin, sanksi
tersebut dilakukan karena masyarakat sudah pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian,
terlalu banyak melihat bagaimana seorang yang Sanksi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat
melakukan suatu tindak pidana akhirnya (PTDH) dan sanksi pidana sebagaimana diatur
dibebaskan kembali oleh polisi atau aparat dalam KUHP.
penegak hukum lainnya dengan alasan yang
diberitakan rata-rata kurang bukti, tidak ada 1. Sanksi / Hukuman Disiplin
alat bukti atau tidak memenuhi unsur delik z vP ]u l•µ vP v ^Zµlµu v ]•]‰o]v_
sehingga menimbulkan kekecewaan dari yaitu sebagaimana telah dirumuskan dalam
masyarakat yang melaporkan perkaranya. Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota
B. Rumusan Masalah Kepolisian sebagai berikut :
1. Bagaimana sanksi hukum terhadap ^,µlµu v ]•]‰o]v o Z ,µlµu v Ç vP
anggota kepolisian yang menghilangkan dijatuhkan oleh atasan yang berhak
barang bukti ? menghukum kepada anggota kepolisian Negara
2. Bagaimana Kode Etik Profesi Polri Republik Indonesia melalui Sidang ]•]‰o]v_3
dalam melaksanakan tugas kepolisian Berdasarkan rumusan di atas, terdapat tiga
terkait penyitaan dan penyimpanan unsur penting yang harus dipenuhi dalam
barang bukti ? hukuman disiplin ;
a. Hukuman disiplin harus dijatuhkan oleh
C. Metode Penulisan ^ š • v š ŒZµlµu_X
Penulisan ini menggunakan metode yang Yang dimaksud vP v ^ š • v_ Ç ]šµ
termasuk jenis penelitian normatif, di mana di sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1
dalamnya penulis meneliti dan mempelajari angka 9 PP Nomor 2 Tahun 2003 sebagai
norma yang terdapat dalam peraturan berikut ; ^ š • v o Z • š] ‰ vPP}š
perundang-undangan ataupun norma yang Kepolisian Negara Republik Indonesia
mengatur tentang sanksi hukum terhadap yang karena pangkat dan/atau
penyidik kepolisian. jabatannya berkedudukan lebih tinggi
dari pada anggota kepolisian Negara
PEMBAHASAN Z ‰µ o]l /v }v •] Ç vP o ]v_
A. Sanksi Hukum Bagi Anggota Kepolisian Dari pengertian tersebut dapat
Yang Menghilangkan Barang Bukti dikemukakan ; Atasan adalah anggota
Perbuatan maupun pengaturan sanksi bagi kepolisian yang memiliki pangkat
anggota kepolisian yang menghilangkan barang dan/atau jabatan lebih tinggi dari
bukti, tidak diatur secara tegas maupun terhukum. Dengan kata lain anggota
khusus dalam suatu peraturan, tetapi hal kepolisian negara republik Indonesia
tersebut dapat kita temukan dalam berbagai yang pangkat dan/atau jabatannya lebih
peraturan, baik peraturan internal kepolisian, rendah dari terhukum tidak
maupun dalam peraturan umum yakni KUHP. diperkenankan menjatuhkan hukuman
Peraturan internal kepolisian misalnya melalui disiplin.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang b. Hukuman disiplin harus dijatuhkan oleh
Kepolisian RI, Peraturan Pemerintah Nomor 1 ^Ç vP ŒZ l u vPZµlµu_. Meskipun
Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota sesama anggota kepolisian Negara
Kepolisian, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Republik Inedonesia memiliki pangkat
Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota dan/atau jabatan lebih tinggi, namun
Kepolisian dan Peraturan Kepala Kepolisian RI tidak serta merta atasan tersebut
Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik memiliki kewenangan menjatuhkan
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. hukuman disiplin, hanya atasan yang
Berikut ini akan dibahas berbagai jenis
3
sanksi yang dijatuhkan kepada anggota Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang
Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian
62
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
benar-benar memiliki hak dan sebagai pelanggaran kode etik, dan dapat
kewenangan yang dapat menjatuhkan dijatuhkan sanksi kode etik profesi polri.
hukuman disiplin kepada terhukum. Hal Meskipun pula dalam Peraturan Kapolri
ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal (Perkap) di atas tidak mecinci lebih lanjut apa
1 butir 13 PP Nomor 2 Tahun 2003 yang yang dimaksud dengan ^u vPZ]o vPl v Œ vP
berbunyi ; µlš]_ v uµv š Œ ‰ š ‰ Œ µ š v Ç vP
^ š • v Ç vP ŒZ l u vPZµlµuU berkaitan dengan barang bukti yang dilarang .
selajutnya disingkat Ankum, adalah Pasal 14 huruf h Œ µvÇ] ^ ^ š] ‰ vPP}š
atasan yang karena jabatannya diberi polri dalam melaksanakan tugas penegakan
kewenangan menjatuhkan hukuman hukum sebagai penyelidik, penyidik pembantu
disiplin kepada bawahan yang dan penyidik dilarang, merekayasa status
dipimpinnnya_4 barang bukti sebagai barang temuan atau
c. Hukuman disiplin hanya dapat dijatuhkan barang tak bertuan_. Dan Pasal 14 huruf i
setelah melalui proses Sidang Disiplin. berbunyi ^Penyidik dilarang menghambat dan
Yang dimaksud dengan Sidang Disiplin, menunda-nunda waktu penyerahan barang
sebagaimana pula telah dirumuskan bukti yang disita kepada pihak yang berhak
dalam Pasal 1 angka (8) berbunyi ; sebagai akibat dihentikannya penyidikan tindak
^ ^] vP ]•]‰o]v o Z ^] vP µvšµl ‰] v _7
memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran disiplin yang dilakukan B. Kode Etik Profesi Polri Dalam
anggota kepolisian Negara Republik Melaksanakan Tugas Kepolisian Terkait
/v }v •] _5 Penyitaan dan Penyimpanan Barang Bukti
Pada dasarnya setiap anggota kepolisian
2. Sanksi Pelanggaran Kode Etik yang melaksanakan tugas penyelidikan maupun
Kode Etik Profesi Polri (KEPP) diatur dalam penyidikan meliliki kewajiban untuk
Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 menggunakan perangkat hukum maupun kode
Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara etik profesi kepolisian sebagai acuan, terutama
Republik Indonesia. Pasal 1 angka 5 terkait dengan tugas penyitaan maupun
memberikan pengertian tentang Kode Etik penyimpanan barang bukti, namun dalam
WŒ}( •] W}oŒ] • P ] Œ]lµš ^ <} š]l WŒ}( •] kenyataannya tidak sedikit anggota kepolisian
Polri yang selanjutnya disingkat KEPP adalah menyalahgunakan kewenangannya disaat
norma-norma atau aturan-aturan yang melakukan penyitaan dan penyimpanan barang
merupakan kesatuan landasan etik atau bukti. Penyalahgunaan wewenang tersebut
filosofis yang berkaitan dengan prilaku maupun misalnya menggunakan barang bukti oleh orang
ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, yang tidak berhak maupun mengambil dan
dilarang, patut atau tidak patut dilakukan oleh menghilangkan barang bukti hasil sitaan. Selain
anggota polri dalam melaksanakan tugas, itu barang bukti juga dapat hilang disaat
Á Á v vP v š vPPµvP i Á i š v_6 sebelum pembuatan berita acara penyitaan.
Dalam peraturan di atas, tidak dijelaskan Berbagai kewajiban Penyidik Polri dalam
secara rinci apa yang dimaksud dengan melaksanakan penyitaan dan peyimpanan
pelanggaran kode etik profesi polri, namun barang bukti diatur dalam berbagai aturan baik
dengan mengetahui dan memahami arti dari dalam KUHAP maupun Peraturan Pemerintah
Kode Etik Profesi Polri (KEPP), maka setiap dan Peraturan Kapolri.
perbuatan atau tindakan anggota kepolisian
yang tidak sesuai dengan isi atau maksud 1. Penyitaan Barang Bukti
peraturan tersebut, dapat dikategorikan Pasal 1 angka 16 KUHAP menyatakan
^Penyitaan adalah serangkaian tindakan
penyidik untuk mengambil alih dan atau
4
menyimpan dibawah penguasaannya benda
Ibid, hal. 2
5
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang
7
Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Pasal 14 huruf h dan i Peraturan Kapolri Nomor 14
6
Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia Republik Indonesia
63
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau seseorang untuk mendapatkan bukti dalam
tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian proses peradilan pidana.
o u ‰ vÇ] ]l vU ‰ vµvšµš v v ‰ Œ ]o v_8 Menurut Darwin Prinst (2002:69) bahwa
Dari uraian pasal di atas, dapat ditegaskan pengertian Penyitaan terhadap barang bukti
bahwa ; sitaan yaitu ; ^Suatu cara yang dilakukan oleh
a. Penyitaan harus dilakukan oleh penyidik pejabat yang berwenang untuk menguasai
. sementara waktu barang-barang baik yang
b. Penyidik berhak mengambil alih merupakan milik tersangka/ terdakwa ataupun
penguasaan suatu barang yang disita bukan, tetapi berasal dari atau ada
c. Penyidik berkewajiban menyimpan hubungannya dengan suatu tindak pidana dan
barang yang disita berguna untuk pembuktian_. 9
d. Tujuan penyitaan hanya untuk Berdasarkan pengertian di atas, nampak
kepentingan pembuktian, penuntutan bahwa penyitaan barang bukti sitaan dilakukan
dan peradilan. hanya dalam hal kepentingan pembuktian,
Melalui pasal di atas ternyata undang- penuntutan dan peradilan, sesuatu benda atau
undang memberikan suatu kewenangan penuh barang dapat disita dan dikuasai oleh orang lain
kepada penyidik untuk mengambil alih atau pihak lain untuk sementara waktu. Jadi
penguasaan suatu barang, akan tetapi penyitaan (beslagneming) merupakan cara
penguasaan tersebut harus diiikuti/dibarengi yang waktu dilakukan oleh pejabat berwenang
dengan adanya kewajiban bagi penyidik untuk untuk menguasai sementara barang-barang
^u vÇ]u‰ v_ Œ vP ]u l•µ X D l•µ bukti sitaan baik itu barang milik tersangka/
penguasaan maupun penyimpanan bukan terdakwa ataupun barang bukti sitaan hasil
untuk digunakan atau dimiliki, melainkan kejahatan.
untuk kepentingan pembuktian, penuntutan Selanjutnya harus dibedakan antara
dan peradilan. Jadi penyitaan barang hanya penyitaan terhadap barang bukti sitaan dan
digunakan untuk kepentingan proses perampasan (verbeurdverklaring). Perampasan
penyidikan, penuntutan dan peradilan, diluar diartikan bahwa benda atau barang tersebut
maksud tersebut tidaklah dapat dibenarkan, diambil alih dari pemiliknya dengan tujuan
apalagi menggunakan atau mengambil untuk mencabut status hak milik atas barang
sebagian atau keseluruhan maupun itu untuk kemudian digunakan bagi
menghilangkan barang sitaan tersebut baik kepentingan negara, untuk dimusnahkan atau
untuk kepentingan penyidik maupun untuk di rusak hingga tidak dapat lagi
kepentingan orang lain yang tidak berhak. dipergunakan.
Meskipun KUHAP telah memberikan
kewenangan penuh kepada penyidik 2. Penyimpanan Barang Bukti
melakukan penyitaan barang bukti, tetapi tidak Menurut Pasal 2 angka 8 Peraturan Kepala
serta merta penyidik bebas melakukan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
penyitaan. Semua tindakan penyidik harus 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Barang Bukti
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam di lingkungan Kepolisian Negara Republik
peraturan dimaksud. Indonesia ^ vPP}š W}oŒ] mempunyai tugas
Barang bukti sitaan yang disita oleh aparat dan wewenang menerima, menyimpan,
merupakan serangkaian tindakan untuk mengamankan, merawat, mengeluarkan dan
mendukung dan mempermudah jalannya memusnahkan benda sitaan dari ruang atau
proses pemeriksaan. Penyitaan tersebut tempat khusus penyimpanan barang bukti
dilakukan karena dianggap bahwa barang bukti yaitu W i š W vP o}o Œ vP µlš] ~WW •_X
tersebut dapat mempermudah proses PPBB mempunyai tugas dan wewenang
pembuktian suatu tindak pidana. Pengertian sebagai berikut ;
penyitaan itu sendiri dapat diartikan sebagai a) menerima penyerahan barang bukti
suatu penyitaan yang dilakukan terhadap yang telah disita oleh penyidik;
barang bergerak ataupun tidak bergerak milik
8 9
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 Tentang Kitab https://darwininitiativeuk.wordpress.com/ diakses pada
Undang-Undang Hukum Acara Pidana tanggal 1 oktober 2016
64
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
65
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
66
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
(emas, berlian, kartu ATM, dsb) perlu Hariwijaya M, Filsafat Jawa Ajaran Luhur
dihindari penyimpanan di kantor atau di Warisan Leluhur,Gelombang Pasang,
rumah penyidik. Sebaiknya setelah usai Yogyakarta 2004.
melakukan penyitaan barang bukti Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana, Sinar
^o vP•µvP_ diikuti dengan Grafika, Jakarta,2008.
penyimpanan/penitipan barang bukti di Hartanti Evi, Tindak Pidana Korupsi, Edisi
salah satu Bank. Kedua Cetakan Pertama, Sinar Grafika,
Jakarta, 2007.
KEPUSTAKAAN Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana
Alfitra. Hukum Pembuktian Dalam Beracara Indonesia,Edisi Kedua, Cetakan Keenam,
Pidana, Perdata, dan Korupsi di Sinar Grafika Jakarta 2012
Indonesia.2017 Koesparmono Irsan, Hukum Acara Pidana, 2017
ACFE, International Fraud Examiners Manual, Kamus Besar Bahasa Indonesia Tim Penyusun
2013 Pusat Bahasa, 1997.
Anonim, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kansil C.S.T dan Christine, S.T. Kansil, Engeline
Bhafana Publising, Cetakan Pertama, R. Palandeng dan Godlieb N. Mamahit,
2013 Kamus Istilah Aneka Hukum, Edisi
Anonim, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pertama, Cetakan Kedua, Jala Permata
Pidana, Bhafana Publisisng, Cetakan Akasara, Jakarta, 2010.
Pertama, 2013 Karjadi M & R.Soesilo , HIR (Herzien Indonesisch
Anonim, Undang-Undang Republik Indonesia Reglement) Staad Blaad 1941 Nomor 44
Nomor 2 Tahun 2002, Tentang Kepolisian Masrani Yulies Tiena, Pengantar Hukum
Negara Republik Indonesia, Permata Indonesia, Cetakan Kelima, Sinar Grafika,
Press, 2013 Jakarta, 2009.
Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun Marpaung Leden, Asas Toeri-Praktek Hukum
2003 Tentang Pemberhentian Anggota Pidana, Sinar Grafika. Cetakan Kedua,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jakarta. 2005.
Permata Press, 2013 Oemar Seno Adji, 1991,Etika Profesi dalam
Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun Hukum, Profesi Advokad,Penerbit
2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Erlangga,Jakarta.
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sarjijono, Etika Profesi Hukum ,Laksbang
Anonim, Peraturan Pemerintah Republik Mediatama.2008.
IndonesiaNomor 3 Tahun 2003 Tentang Sujatmiko Eko, Kamus IPS , Surakarta: Aksara
Pelaksanaan Tehnis Institusional Sinergi Media Cetakan I, 2014.
Peradilan Umum Bagi Anggota Sudasono, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan
Kepolisian. Kelima,PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
Anonim, Peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun http://pojok-
2010 Tentang Tata Cara Pengeloalaan hukum.blogspot.co.id/2007/08/pojok-
Barang Bukti di Lingkungan Kepolisian hukum-amiruddin-zakaria_16.html
Negara Republik Indonesia https://arisirawan.wordpress.com/2010/02/18/
Anonim, Keputusan Kepala Kepolisian Negara peranan-barang-bukti-dalam-
Republik Indonesia No. Pol : pembuktian-perkara-pidana-menurut-
Skep/213/VII/1985 pasal-183-k-u-h-a-p/
Anonim, Peraturan Kepala Kepolisian Negara https://10menit.wordpress.com/tugas-
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun kuliah/pengertian-etika/.Diakses 28
2011 Tentang Kode Etik Profesi desember
Kepolisian http://telingasemut.blogspot.co.id/2016/03/pe
Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 23 ngertian-fungsi-barang-bukti-sitaan.html
Tahun 2007 Tentang Daerah Hukum http://www.kamuskbbi.id/kbbi/artikata.php?m
Kepolisian Negara Republik Indonesia. od=view&Barang%20Bukti&id=3750-arti-
maksud-definisi-pengertian-
Barang%20Bukti.html
67
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
https://satreskrimrestasmda.wordpress.com/2
012/11/11/bukti-barang-bukti-dan-alat-
bukti/
http://gurupintar.com/threads/jelaskan-
pengertian-kebebasan-yang-
bertanggung-jawab.392/
http://www.pengertianahli.com/2013/12/peng
ertian-hukumansanksi.html
http://telingasemut.blogspot.co.id/2016/03/pe
ngertian-sanksi.html
68