You are on page 1of 8

Lex Crimen Vol. VI/No.

3/Mei/2017

SANKSI HUKUM TERHADAP ANGGOTA perkara kepada penuntut umum,


KEPOLISIAN YANG MENGHILANGKAN BARANG mengambarkan betapa dominannya peran
BUKTI PERSPEKTIF KODE ETIK KEPOLISIAN1 anggota kepolisian dalam mengemban tugas
Oleh: Kristian Megahputra Warong2 melayani mesyarakat . Awal mula terjadinya
kerumitan tersebut akibat peraturan
ABSTRAK perundang-undangan yang mengatur
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk wewenang penyidikan yang tidak kondusif
mengetahui bagaimana sanksi hukum terhadap untuk terjadinya suatu keterpaduan dalam
anggota kepolisian yang menghilangkan barang pelaksanaannya. Akhirnya yang terlihat adalah
bukti dan bagaimana Kode Etik Profesi Polri saling rebut perkara antara instansi yang
dalam melaksanakan tugas kepolisian terkait merasa diberi wewenang oleh undang-undang
penyitaan dan penyimpanan barang bukti. sehingga masyarakat sering menjadi korban
Dengan menggunakan metode penelitian sebagai pencari keadilan akibat kesalahan
yuridis normative, disimpulkan: 1. Dalam penegakan hukum dan mengakibatkan
tataran normatif, sanksi bagi anggota hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap
kepolisian yang menghilangkan barang bukti keberadaan lembaga kepolisian.
dapat dijatuhi hukuman mulai dari hukuman Realitas memperlihatkan banyaknnya kasus
ringan yaitu ; Tindakan Disiplin, Hukuman yang muncul kepermukaan, dimana barang
Disiplin, Hukuman Kode Etik Profesi Polri bukti dalam proses penyidikan hilang atau
sampai pada hukuman berat yaitu, ^Œ ] _ š Œµš u Œ vP µlš] o u všµl
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) uang tunai maupun barang bergerak yang
sebagai anggota kepolisian negara Republik memiliki nilai besar yang mudah diperuangkan
Indonesia. Meskipun anggota kepolisian telah yang disita anggota kepolisian saat melakukan
dijatuhi/menjalani hukuman berat, hukuman penangkapan tersangka. Tidak sedikit kasus
tersebut tidak menghapus tuntutan dan/atau yang dilaporkan masyarakat, hanya karena
hukuman pidana. 2. Ternyata Kode Etik Profesi barang bukti yang disita pihak kepolisian nilai
Polri sangat berperan dalam menuntun, nominalnya berbeda antara yang disita dengan
membimbing, mengontrol prilaku anggota nominal yang tercantum dalam berita acara
kepolisian melaksanakan tugasnya, terutama penyitaan. Selisih nominal uang sebagai barang
dalam melakukan Penyitaan dan Penyimpanan bukti mulai dari ratusan ribu sampai pada
Barang Bukti. myliaran rupiah. Ironisnya barang bukti yang
Kata kunci: Sanksi Hukum,Anggota Kepolisian seharusnya disimpan dan diamankan untuk
Yang Menghilangkan Barang Bukti, Perspektif memperjelas dan memudakan proses
Kode Etik Kepolisian penyidikan dan penututan suatu perkara,
justru dihilangkan oleh oknum kepolisian.
PENDAHULUAN Dalam melaksanakan tugas kepolisian,
A. Latar Belakang Masalah apabila kalangan aparat penegak hukum tidak
Dewasa ini maraknya kritikan terhadap mampu memperlihatkan kualitas dan
realitas prilaku oknum kepolisian di Indonesia profesionalismenya, maka masyarakat akan
sudah semakin parah. Keprihatinan tersebut mencari jalan pintas dengan cara main hakim
harus dilihat sebagai suatu keinginan dari sendiri (eigenricting). Pandangan masyarakat
semua pihak supaya terjadi perubahan kearah yang radikal akan menghakimi masalah yang
yang lebih baik di masa yang akan datang. muncul sehingga akan terjadi suatu keadaan
Kenyataan menunjukkan bahwa ruwetnya yang kacau (chaos) karena tidak melalui suatu
pelaksanaan tugas kepolisian di Indonesia, jalur hukum yang sudah ada, hal ini terjadi
mulai dari tahap penyelidikan, penyidikan, karena mereka menganggap lembaga
penangkapan,penyitaan barang bukti, kepolisian sudah tidak dipercaya lagi.
penahahanan, sampai pada penyerahan berkas Kekecewaan masyarakat terhadap prilaku
kepolisian akan menimbulkan kekuatiran
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Refly Singal SH, MH;
dimana kepercayaan mayarakat terhadap tugas
Robert Warong, SH, MH kepolisian akan hilang. Masyarakat tidak mau
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. menyerahkan seorang yang telah melakukan
13071101491

61
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

tindak pidana kepada polisi. Masyarakat kepolisian yang menghilangkan barang bukti
menghakimi, memproses dan mengeksekusi ataupun melakukan tindakan/perbuatan
sendiri orang yang tertangkap tangan. Hal tercela, baik sanksi pelanggaran disiplin, sanksi
tersebut dilakukan karena masyarakat sudah pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian,
terlalu banyak melihat bagaimana seorang yang Sanksi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat
melakukan suatu tindak pidana akhirnya (PTDH) dan sanksi pidana sebagaimana diatur
dibebaskan kembali oleh polisi atau aparat dalam KUHP.
penegak hukum lainnya dengan alasan yang
diberitakan rata-rata kurang bukti, tidak ada 1. Sanksi / Hukuman Disiplin
alat bukti atau tidak memenuhi unsur delik z vP ]u l•µ vP v ^Zµlµu v ]•]‰o]v_
sehingga menimbulkan kekecewaan dari yaitu sebagaimana telah dirumuskan dalam
masyarakat yang melaporkan perkaranya. Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota
B. Rumusan Masalah Kepolisian sebagai berikut :
1. Bagaimana sanksi hukum terhadap ^,µlµu v ]•]‰o]v o Z ,µlµu v Ç vP
anggota kepolisian yang menghilangkan dijatuhkan oleh atasan yang berhak
barang bukti ? menghukum kepada anggota kepolisian Negara
2. Bagaimana Kode Etik Profesi Polri Republik Indonesia melalui Sidang ]•]‰o]v_3
dalam melaksanakan tugas kepolisian Berdasarkan rumusan di atas, terdapat tiga
terkait penyitaan dan penyimpanan unsur penting yang harus dipenuhi dalam
barang bukti ? hukuman disiplin ;
a. Hukuman disiplin harus dijatuhkan oleh
C. Metode Penulisan ^ š • v š ŒZµlµu_X
Penulisan ini menggunakan metode yang Yang dimaksud vP v ^ š • v_ Ç ]šµ
termasuk jenis penelitian normatif, di mana di sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1
dalamnya penulis meneliti dan mempelajari angka 9 PP Nomor 2 Tahun 2003 sebagai
norma yang terdapat dalam peraturan berikut ; ^ š • v o Z • š] ‰ vPP}š
perundang-undangan ataupun norma yang Kepolisian Negara Republik Indonesia
mengatur tentang sanksi hukum terhadap yang karena pangkat dan/atau
penyidik kepolisian. jabatannya berkedudukan lebih tinggi
dari pada anggota kepolisian Negara
PEMBAHASAN Z ‰µ o]l /v }v •] Ç vP o ]v_
A. Sanksi Hukum Bagi Anggota Kepolisian Dari pengertian tersebut dapat
Yang Menghilangkan Barang Bukti dikemukakan ; Atasan adalah anggota
Perbuatan maupun pengaturan sanksi bagi kepolisian yang memiliki pangkat
anggota kepolisian yang menghilangkan barang dan/atau jabatan lebih tinggi dari
bukti, tidak diatur secara tegas maupun terhukum. Dengan kata lain anggota
khusus dalam suatu peraturan, tetapi hal kepolisian negara republik Indonesia
tersebut dapat kita temukan dalam berbagai yang pangkat dan/atau jabatannya lebih
peraturan, baik peraturan internal kepolisian, rendah dari terhukum tidak
maupun dalam peraturan umum yakni KUHP. diperkenankan menjatuhkan hukuman
Peraturan internal kepolisian misalnya melalui disiplin.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang b. Hukuman disiplin harus dijatuhkan oleh
Kepolisian RI, Peraturan Pemerintah Nomor 1 ^Ç vP ŒZ l u vPZµlµu_. Meskipun
Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota sesama anggota kepolisian Negara
Kepolisian, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Republik Inedonesia memiliki pangkat
Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota dan/atau jabatan lebih tinggi, namun
Kepolisian dan Peraturan Kepala Kepolisian RI tidak serta merta atasan tersebut
Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik memiliki kewenangan menjatuhkan
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. hukuman disiplin, hanya atasan yang
Berikut ini akan dibahas berbagai jenis
3
sanksi yang dijatuhkan kepada anggota Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang
Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian

62
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

benar-benar memiliki hak dan sebagai pelanggaran kode etik, dan dapat
kewenangan yang dapat menjatuhkan dijatuhkan sanksi kode etik profesi polri.
hukuman disiplin kepada terhukum. Hal Meskipun pula dalam Peraturan Kapolri
ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal (Perkap) di atas tidak mecinci lebih lanjut apa
1 butir 13 PP Nomor 2 Tahun 2003 yang yang dimaksud dengan ^u vPZ]o vPl v ΠvP
berbunyi ; µlš]_ v uµv š Œ ‰ š ‰ Œ µ š v Ç vP
^ š • v Ç vP ŒZ l u vPZµlµuU berkaitan dengan barang bukti yang dilarang .
selajutnya disingkat Ankum, adalah Pasal 14 huruf h Œ µvÇ] ^ ^ š] ‰ vPP}š
atasan yang karena jabatannya diberi polri dalam melaksanakan tugas penegakan
kewenangan menjatuhkan hukuman hukum sebagai penyelidik, penyidik pembantu
disiplin kepada bawahan yang dan penyidik dilarang, merekayasa status
dipimpinnnya_4 barang bukti sebagai barang temuan atau
c. Hukuman disiplin hanya dapat dijatuhkan barang tak bertuan_. Dan Pasal 14 huruf i
setelah melalui proses Sidang Disiplin. berbunyi ^Penyidik dilarang menghambat dan
Yang dimaksud dengan Sidang Disiplin, menunda-nunda waktu penyerahan barang
sebagaimana pula telah dirumuskan bukti yang disita kepada pihak yang berhak
dalam Pasal 1 angka (8) berbunyi ; sebagai akibat dihentikannya penyidikan tindak
^ ^] vP ]•]‰o]v o Z ^] vP µvšµl ‰] v _7
memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran disiplin yang dilakukan B. Kode Etik Profesi Polri Dalam
anggota kepolisian Negara Republik Melaksanakan Tugas Kepolisian Terkait
/v }v •] _5 Penyitaan dan Penyimpanan Barang Bukti
Pada dasarnya setiap anggota kepolisian
2. Sanksi Pelanggaran Kode Etik yang melaksanakan tugas penyelidikan maupun
Kode Etik Profesi Polri (KEPP) diatur dalam penyidikan meliliki kewajiban untuk
Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 menggunakan perangkat hukum maupun kode
Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara etik profesi kepolisian sebagai acuan, terutama
Republik Indonesia. Pasal 1 angka 5 terkait dengan tugas penyitaan maupun
memberikan pengertian tentang Kode Etik penyimpanan barang bukti, namun dalam
WŒ}( •] W}oŒ] • P ] Œ]lµš ^ <} š]l WŒ}( •] kenyataannya tidak sedikit anggota kepolisian
Polri yang selanjutnya disingkat KEPP adalah menyalahgunakan kewenangannya disaat
norma-norma atau aturan-aturan yang melakukan penyitaan dan penyimpanan barang
merupakan kesatuan landasan etik atau bukti. Penyalahgunaan wewenang tersebut
filosofis yang berkaitan dengan prilaku maupun misalnya menggunakan barang bukti oleh orang
ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, yang tidak berhak maupun mengambil dan
dilarang, patut atau tidak patut dilakukan oleh menghilangkan barang bukti hasil sitaan. Selain
anggota polri dalam melaksanakan tugas, itu barang bukti juga dapat hilang disaat
Á Á v vP v š vPPµvP i Á i š v_6 sebelum pembuatan berita acara penyitaan.
Dalam peraturan di atas, tidak dijelaskan Berbagai kewajiban Penyidik Polri dalam
secara rinci apa yang dimaksud dengan melaksanakan penyitaan dan peyimpanan
pelanggaran kode etik profesi polri, namun barang bukti diatur dalam berbagai aturan baik
dengan mengetahui dan memahami arti dari dalam KUHAP maupun Peraturan Pemerintah
Kode Etik Profesi Polri (KEPP), maka setiap dan Peraturan Kapolri.
perbuatan atau tindakan anggota kepolisian
yang tidak sesuai dengan isi atau maksud 1. Penyitaan Barang Bukti
peraturan tersebut, dapat dikategorikan Pasal 1 angka 16 KUHAP menyatakan
^Penyitaan adalah serangkaian tindakan
penyidik untuk mengambil alih dan atau
4
menyimpan dibawah penguasaannya benda
Ibid, hal. 2
5
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang
7
Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Pasal 14 huruf h dan i Peraturan Kapolri Nomor 14
6
Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia Republik Indonesia

63
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau seseorang untuk mendapatkan bukti dalam
tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian proses peradilan pidana.
o u ‰ vÇ] ]l vU ‰ vµvšµš v v ‰ Œ ]o v_8 Menurut Darwin Prinst (2002:69) bahwa
Dari uraian pasal di atas, dapat ditegaskan pengertian Penyitaan terhadap barang bukti
bahwa ; sitaan yaitu ; ^Suatu cara yang dilakukan oleh
a. Penyitaan harus dilakukan oleh penyidik pejabat yang berwenang untuk menguasai
. sementara waktu barang-barang baik yang
b. Penyidik berhak mengambil alih merupakan milik tersangka/ terdakwa ataupun
penguasaan suatu barang yang disita bukan, tetapi berasal dari atau ada
c. Penyidik berkewajiban menyimpan hubungannya dengan suatu tindak pidana dan
barang yang disita berguna untuk pembuktian_. 9
d. Tujuan penyitaan hanya untuk Berdasarkan pengertian di atas, nampak
kepentingan pembuktian, penuntutan bahwa penyitaan barang bukti sitaan dilakukan
dan peradilan. hanya dalam hal kepentingan pembuktian,
Melalui pasal di atas ternyata undang- penuntutan dan peradilan, sesuatu benda atau
undang memberikan suatu kewenangan penuh barang dapat disita dan dikuasai oleh orang lain
kepada penyidik untuk mengambil alih atau pihak lain untuk sementara waktu. Jadi
penguasaan suatu barang, akan tetapi penyitaan (beslagneming) merupakan cara
penguasaan tersebut harus diiikuti/dibarengi yang waktu dilakukan oleh pejabat berwenang
dengan adanya kewajiban bagi penyidik untuk untuk menguasai sementara barang-barang
^u vÇ]u‰ v_ Œ vP ]u l•µ X D l•µ bukti sitaan baik itu barang milik tersangka/
penguasaan maupun penyimpanan bukan terdakwa ataupun barang bukti sitaan hasil
untuk digunakan atau dimiliki, melainkan kejahatan.
untuk kepentingan pembuktian, penuntutan Selanjutnya harus dibedakan antara
dan peradilan. Jadi penyitaan barang hanya penyitaan terhadap barang bukti sitaan dan
digunakan untuk kepentingan proses perampasan (verbeurdverklaring). Perampasan
penyidikan, penuntutan dan peradilan, diluar diartikan bahwa benda atau barang tersebut
maksud tersebut tidaklah dapat dibenarkan, diambil alih dari pemiliknya dengan tujuan
apalagi menggunakan atau mengambil untuk mencabut status hak milik atas barang
sebagian atau keseluruhan maupun itu untuk kemudian digunakan bagi
menghilangkan barang sitaan tersebut baik kepentingan negara, untuk dimusnahkan atau
untuk kepentingan penyidik maupun untuk di rusak hingga tidak dapat lagi
kepentingan orang lain yang tidak berhak. dipergunakan.
Meskipun KUHAP telah memberikan
kewenangan penuh kepada penyidik 2. Penyimpanan Barang Bukti
melakukan penyitaan barang bukti, tetapi tidak Menurut Pasal 2 angka 8 Peraturan Kepala
serta merta penyidik bebas melakukan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
penyitaan. Semua tindakan penyidik harus 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Barang Bukti
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam di lingkungan Kepolisian Negara Republik
peraturan dimaksud. Indonesia ^ vPP}š W}oŒ] mempunyai tugas
Barang bukti sitaan yang disita oleh aparat dan wewenang menerima, menyimpan,
merupakan serangkaian tindakan untuk mengamankan, merawat, mengeluarkan dan
mendukung dan mempermudah jalannya memusnahkan benda sitaan dari ruang atau
proses pemeriksaan. Penyitaan tersebut tempat khusus penyimpanan barang bukti
dilakukan karena dianggap bahwa barang bukti yaitu W i š W vP o}o Œ vP µlš] ~WW •_X
tersebut dapat mempermudah proses PPBB mempunyai tugas dan wewenang
pembuktian suatu tindak pidana. Pengertian sebagai berikut ;
penyitaan itu sendiri dapat diartikan sebagai a) menerima penyerahan barang bukti
suatu penyitaan yang dilakukan terhadap yang telah disita oleh penyidik;
barang bergerak ataupun tidak bergerak milik

8 9
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 Tentang Kitab https://darwininitiativeuk.wordpress.com/ diakses pada
Undang-Undang Hukum Acara Pidana tanggal 1 oktober 2016

64
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

b) mencatat ke dalam buku register daftar a) adanya laporan atau ditemukannya


barang bukti penyimpangan;
c) menyimpan barang bukti berdasarkan b) penyalahgunaan barang bukti;
sifat dan jenisnya; c) hilangnya barang bukti; dan
d) mengamankan barang bukti agar tetap d) adanya bencana yang bisa
terjamin kuantitas dan/atau mengakibatkan barang bukti hilang
kualitasnya; atau rusak.
e) mengontrol barang bukti secara Selain pengawasan terhadap pengelolaan
berkala/periodik dan dicatat ke dalam barang bukti, dilakukan juga pengawasan
buku. kontrol barang bukti terhadap petugas penyelidik dan penyidik, yang
f) mengeluarkan barang bukti atas salah satunya pengawasan terhadap perlakuan
perintah atasan penyidik untuk dan pelayanan terhadap tersangka, saksi dan
dipinjam pakaikan kepada pemilik yang barang bukti. Metode pengawasan dan
berhak; dan pengendalian kegiatan penyelidikan dan
g) memusnahkan barang bukti penyidikan salah satunya meliputi pengawasan
melekat. Pengawasan melekat tersebut
Pada dasarnya, barang bukti dapat dilaksanakan oleh atasan penyidik dengan cara
dikeluarkan untuk: pengawasan dan pengendalian ;
a) keperluan penyidikan . a) langsung pelaksanaan penyelidikan;
b) dikembalikan kepada orang atau dari b) administrasi penyidikan;
siapa benda itu disita atau kepada c) pengolahan TKP;
mereka yang berhak d) tindakan upaya paksa;
c) dikirimkan ke jaksa penuntut umum . e) pelaksanaan rekonstruksi atau reka
d) dijual lelang, dalam hal barang bukti ulang;
yang disita lekas rusak dan/atau biaya f) penanganan tahanan dan barang bukti;
penyimpanan terlalu tinggi . dan
e) dimusnahkan, dalam hal barang bukti g) tindakan lain yang ada kaitannya
narkotika, psikotropika, dan obat- dengan penyelidikan dan penyidikan.
obatan terlarang. Dalam hal hasil pengawasan ditemukan
Selain itu dapat juga dilakukan pinjam pakai adanya dugaan pelanggaran disiplin atau kode
barang bukti. Akan tetapi, barang bukti hanya etik profesi Polri yang dilakukan
dapat dipinjampakaikan kepada pemilik atau penyidik/penyidik pembantu, sebelum diproses
pihak yang berhak. Pengaturan di atas pada melalui mekanisme acara hukuman disiplin,
dasarnya terangkum dalam Pasal 44 ayat (2) harus dilakukan pemeriksaan pendahuluan oleh
KUHAP bahwa penyimpanan benda sitaan atasan penyidik, pengawas penyidikan atau
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan pejabat atasan pengawas penyidikan.
tanggung jawab atasnya ada pada pejabat yang Dalam hal hasil pemeriksaan pendahuluan
berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan telah menemukan petunjuk ;
dalam proses peradilan dan benda tersebut di a) diduga telah terjadi pelanggaran
larang untuk dipergunakan oleh siapapun juga. disiplin atau pelanggaran kode etik
Jadi pada dasarnya, barang bukti dilarang profesi Polri, pemeriksaan selanjutnya
untuk digunakan oleh orang-orang yang tidak diserahkan kepada fungsi Propam Polri
berhak. Selanjutnya perlu diketahui bahwa paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
pada dasarnya atas kegiatan pengelolaan dilaksanakan pemeriksaan
barang bukti ini dilakukan pengawasan baik pendahuluan; dan
secara umum maupun khusus. b) diduga telah terjadi tindak pidana yang
Pengawasan secara khusus dilakukan dilakukan oleh penyidik/penyidik
apabila terdapat kejadian yang bersifat khusus pembantu dalam pelaksanaan
sehingga perlu dibentuk tim yang ditunjuk penyidikan, proses penyidikannya
berdasarkan surat perintah. Kejadian yang diserahkan kepada fungsi Reskrim.
bersifat khusus tersebut antara lain ; Ini berarti polisi yang menggunakan barang
bukti bukan untuk kepentingan sebagaimana

65
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

diatur dalam Perkapolri Nomor 10 Tahun 2010


dapat diajukan untuk dilakukan pemeriksaan PENUTUP
untuk dilihat apakah terjadi pelanggaran A. Kesimpulan
disiplin atau melanggar kode etik etik profesi 1. Dalam tataran normatif, sanksi bagi
Polri. anggota kepolisian yang menghilangkan
Berdasarkan Pasal 44 ayat (1) dan (2) barang bukti dapat dijatuhi hukuman
KUHAP dijelaskan bahwa mulai dari hukuman ringan yaitu ;
^benda sitaan disimpan di dalam Rumah Tindakan Disiplin, Hukuman Disiplin,
Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan), Hukuman Kode Etik Profesi Polri sampai
sementara pelaksanaannya menjadi tanggung pada hukuman berat yaitu,
jawab pejabat yang berwenang sesuai dengan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat
tingkat proses peradilan serta benda sitaan (PTDH) sebagai anggota kepolisian
tersebut dilarang dipergunakan oleh siapapun negara Republik Indonesia. Meskipun
juga_.10 anggota kepolisian telah
Tanggung jawab yuridis atas benda dijatuhi/menjalani hukuman berat,
sitaan/barang bukti terdapat pada pejabat yang hukuman tersebut tidak menghapus
berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan tuntutan dan/atau hukuman pidana.
dalam proses peradilan (penyidikan, 2. Tenyata Kode Etik Profesi Polri sangat
penuntutan, dan pengadilan). Barang bukti berperan dalam menuntun,
yang tanggung jawab dan kewenangan membimbing, mengontrol prilaku
yuridisnya berada pada penyidik maka barang anggota kepolisian melaksanakan
bukti tersebut disebut barang bukti penyidikan, tugasnya, terutama dalam melakukan
selama barang bukti berada dalam status Penyitaan dan Penyimpanan Barang
penyidikan, penyidik berwenang dan Bukti.
bertanggung jawab melakukan tindakan-
tindakan sebagaimana yang diatur dalam Pasal B. Saran
45 dan Pasal 46 KUHAP. 1. Dalam tataran operasional (law
Aparat penegak hukum berkewajiban untuk enforcement) pelaksanaan Penjatuhan
mengembalikan barang bukti sitaan yang Sanksi bagi anggota kepolisian yang
dipakai sebagai barang bukti dalam menghilangkan barang bukti melalui
pemeriksaan terutama jika barang bukti keputusan Sidang Disiplin maupun
tersebut berasal dari saksi dan atau hak milik Sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri,
saksi yang telah menjadi korban dalam haruslah dilaksanakan secara konsisten
peristiwa pidana. Maka dari itu pada tingkat dan konsekwen. Demikian pula dalam
penyidikan, penuntutan, harus diusahakan pelanggaran disiplin maupun
menjaga, mengelola, dan mengembalikan pelanggaran kode etik profesi polri,
kepada yang berhak jika benda tadi sebagai bilamana terdapat indikasi sebagai
barang bukti tidak diperlukan lagi dan tidak ada ‰ Œ µ š v ^š]v l ‰] v _ u l
hubungannya dengan kejahatan. penyelesaiain melalui proses penyidikan
Penyidik Kepolisian menempatkan benda perkara biasa, harus dilakukan secara
sitaan/barang bukti di Satuan tahanan dan transparan dan professional, karena yang
barang bukti (SAT TAHTI) sebagai bentuk menjadi penyidik dalam perkara tersebut
kesatuan baru dari kepolisian, tugasnya yaitu adalah sesama anggota kepolisian.
menyelenggarakan perawatan tahanan
meliputi pelayanan kesehatan
2. Pada saat melakukan Penyitaan barang
bukti, dibutuhkan kehati-hatian dalam
tahanan,pembinaan tahanan serta menerima,
pembuatan berita acara penyitaan, agar
menyimpan dan mengamankan barang bukti
kuantitas dan kualitas barang bukti yang
beserta administrasinya dilingkungan Polres,
disita sama dengan kuantitas dan kualitas
melaporkan jumlah dan kondisi tahanan sesuai
barang bukti yang tercantum dalam
dengan perundang-undangan.
Berita Acara Penyitaan. Demikian pula
10 Penyimpanan barang bukti dalam bentuk
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 Tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana uang tunai atau barang berharga lainnya

66
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

(emas, berlian, kartu ATM, dsb) perlu Hariwijaya M, Filsafat Jawa Ajaran Luhur
dihindari penyimpanan di kantor atau di Warisan Leluhur,Gelombang Pasang,
rumah penyidik. Sebaiknya setelah usai Yogyakarta 2004.
melakukan penyitaan barang bukti Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana, Sinar
^o vP•µvP_ diikuti dengan Grafika, Jakarta,2008.
penyimpanan/penitipan barang bukti di Hartanti Evi, Tindak Pidana Korupsi, Edisi
salah satu Bank. Kedua Cetakan Pertama, Sinar Grafika,
Jakarta, 2007.
KEPUSTAKAAN Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana
Alfitra. Hukum Pembuktian Dalam Beracara Indonesia,Edisi Kedua, Cetakan Keenam,
Pidana, Perdata, dan Korupsi di Sinar Grafika Jakarta 2012
Indonesia.2017 Koesparmono Irsan, Hukum Acara Pidana, 2017
ACFE, International Fraud Examiners Manual, Kamus Besar Bahasa Indonesia Tim Penyusun
2013 Pusat Bahasa, 1997.
Anonim, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kansil C.S.T dan Christine, S.T. Kansil, Engeline
Bhafana Publising, Cetakan Pertama, R. Palandeng dan Godlieb N. Mamahit,
2013 Kamus Istilah Aneka Hukum, Edisi
Anonim, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pertama, Cetakan Kedua, Jala Permata
Pidana, Bhafana Publisisng, Cetakan Akasara, Jakarta, 2010.
Pertama, 2013 Karjadi M & R.Soesilo , HIR (Herzien Indonesisch
Anonim, Undang-Undang Republik Indonesia Reglement) Staad Blaad 1941 Nomor 44
Nomor 2 Tahun 2002, Tentang Kepolisian Masrani Yulies Tiena, Pengantar Hukum
Negara Republik Indonesia, Permata Indonesia, Cetakan Kelima, Sinar Grafika,
Press, 2013 Jakarta, 2009.
Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun Marpaung Leden, Asas Toeri-Praktek Hukum
2003 Tentang Pemberhentian Anggota Pidana, Sinar Grafika. Cetakan Kedua,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jakarta. 2005.
Permata Press, 2013 Oemar Seno Adji, 1991,Etika Profesi dalam
Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun Hukum, Profesi Advokad,Penerbit
2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Erlangga,Jakarta.
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sarjijono, Etika Profesi Hukum ,Laksbang
Anonim, Peraturan Pemerintah Republik Mediatama.2008.
IndonesiaNomor 3 Tahun 2003 Tentang Sujatmiko Eko, Kamus IPS , Surakarta: Aksara
Pelaksanaan Tehnis Institusional Sinergi Media Cetakan I, 2014.
Peradilan Umum Bagi Anggota Sudasono, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan
Kepolisian. Kelima,PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
Anonim, Peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun http://pojok-
2010 Tentang Tata Cara Pengeloalaan hukum.blogspot.co.id/2007/08/pojok-
Barang Bukti di Lingkungan Kepolisian hukum-amiruddin-zakaria_16.html
Negara Republik Indonesia https://arisirawan.wordpress.com/2010/02/18/
Anonim, Keputusan Kepala Kepolisian Negara peranan-barang-bukti-dalam-
Republik Indonesia No. Pol : pembuktian-perkara-pidana-menurut-
Skep/213/VII/1985 pasal-183-k-u-h-a-p/
Anonim, Peraturan Kepala Kepolisian Negara https://10menit.wordpress.com/tugas-
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun kuliah/pengertian-etika/.Diakses 28
2011 Tentang Kode Etik Profesi desember
Kepolisian http://telingasemut.blogspot.co.id/2016/03/pe
Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 23 ngertian-fungsi-barang-bukti-sitaan.html
Tahun 2007 Tentang Daerah Hukum http://www.kamuskbbi.id/kbbi/artikata.php?m
Kepolisian Negara Republik Indonesia. od=view&Barang%20Bukti&id=3750-arti-
maksud-definisi-pengertian-
Barang%20Bukti.html

67
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

https://satreskrimrestasmda.wordpress.com/2
012/11/11/bukti-barang-bukti-dan-alat-
bukti/
http://gurupintar.com/threads/jelaskan-
pengertian-kebebasan-yang-
bertanggung-jawab.392/
http://www.pengertianahli.com/2013/12/peng
ertian-hukumansanksi.html
http://telingasemut.blogspot.co.id/2016/03/pe
ngertian-sanksi.html

68

You might also like