You are on page 1of 12

Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583

Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kegiatan Supervisi Terhadap


Penerapan Komunikasi SBAR Di Ruang Rawat Inap
RS Pusat Otak Nasional

Dheanira Hedyastuti1 , Sri Rahayu2 , Alih Germas3


1,3
Program Studi Administrasi Rumah Sakit, URINDO
2
Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, UHAMKA

ABSTRAK

Komunikasi efektif merupakan salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien. Hal ini
tertuang dalam Permenkes Nomor 11 /MENKES/ PER/ II / 2017 dan KARS 2012.
Kesalahan komunikasi akan membahayakan keselamatan pasien. Komunikasi efektif adalah
komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh pasien / penerima
sehingga dapat mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang digunakan antar tenaga kesehatan.
Penerapan komunikasi SBAR sudah dilaksanakan namun belum secara utuh. Budaya
organisasi dan Kegiatan supervisi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi penerapan
komunikasi SBAR. Budaya organisasi merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai tujuan visi, misi serta mampu menjadi karakter yang menuntun karyawan
bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Budaya organisasi yang kuat akan
mempengaruhi kinerja perawat. Supervisi adalah suatu pengamatan secara langsung dan
berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila
ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.
Kegiatan supervisi kepala ruangan diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat. Tujuan
penelitian ini menganalisa pengaruh budaya organisasi dan kegiatan supervisi kepala
ruangan terhadap penerapan komunikasi SBAR Perawat di Ruang Rawat Inap RS. PON.
Penelitian kuantitatif dengan pengambilan data cross sectional study. Populasi perawat di
ruang rawat inap sebanyak 128 responden. Besar klasifikasi jenis kelamin didominasi kaum
perempuan 109 orang (85,2%), kategori usia dewasa awal (21- 30 tahun) yaitu 92 orang
(71.9%),Rata-rata perawat pelaksana di ruang rawat inap RS PON berpendidikan D III yaitu
67 orang (52.3%). Status pegawai didominasi PNS 118 orang (92.2%) dengan lama kerja 12-
60 bulan yaitu 70 orang (54.7%). Tidak ada hubungan budaya Organisasi dengan Penerapan
Komunikasi SBAR sig (0,401), pearson correlation (0,075). Ada pengaruh negatif hubungan
kegiatan supervisi dengan penerapan komunikasi SBAR sig (0,001), pearson correlation(-
0,282) dan persamaan regresi Y= 88,820 – 0,483X.

Kata kunci :Budaya organisasi, kegiatan supervisi ,komunikasi SBAR,RS.PON

` 134
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

ABSTRACT

Effective communication is one of the six patient safety goals. This is stated in Permenkes
No. 11 / MENKES / PER / II / 2017 and KARS 2012. Communication errors in health services
will endanger patient safety. Effective communication is communication that is timely,
accurate, complete, clear and understood by patients / recipients so as to reduce errors
and result in increased patient safety. SBAR communication is communication used
between health workers. The application of SBAR communication has been carried out but
not yet in full. Organizational culture and supervision activities are factors that can
influence the application of SBAR communication. Organizational culture is the key to an
organization's success in achieving its vision, mission goals and being able to be a character
that guides employees to work in accordance with applicable regulations. Strong
organizational culture will affect the performance of nurses. Supervision is a direct and
periodic observation by "superiors" of the work done by "subordinates" so that if problems
are found, immediate assistance is provided immediately to overcome them. The
supervision of the head of the room is expected to improve the performance of nurses. The
purpose of this study is to analyze the influence of organizational culture and supervision
activities of the head of the room on the application of SBAR Nurse communication in the
Inpatient Room of the Hospital. POUND. Quantitative research by cross sectional study
data collection. The population of nurses in the inpatient room was 128 respondents. The
gender classification is dominated by 109 people (85.2%), the category of early adulthood
(21-30 years) is 92 people (71.9%), the average implementing nurse in the inpatient
hospital PON educated D III is 67 people (52.3%). Employee status is dominated by 118 civil
servants (92.2%) with a 12-60 month work period of 70 people (54.7%). There is no
organizational culture relationship with SBAR Communication Application sig (0.401),
Pearson correlation (0.075). There is a negative effect of the relationship between
supervision activities with the application of SBAR communication sig (0.001), Pearson
correlation (-0.282) and regression equation Y = 88.820 - 0.483X.

Keywords: Organizational culture, supervision activities, SBAR communication, RS

` 134
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

PENDAHULUAN 8.0% - 98.2% untuk diagnostic error dan


Pemerintah Indonesia berperan dalam 4.1% -91.6% untuk medication error.
menjaga kualitas layanan di rumah sakit, World Health Organization (WHO)
melalui Kementrian Kesehatan dengan Collaborating Center for Patient Safety
mengeluarkan Undang – Undang No. 44 Solutions bekerjasama dengan Joint
tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 Commision International (JCI) telah
ayat (1) yang menyebutkan bahwa rumah memasukan masalah keselamatan pasien
sakit menerapkan keselamatan pasien. dengan menerbitkan enam program
Keamanan pelayanan di rumah sakit kegiatan keselamatan pasien dan
salah satunya dilihat dari peningkatan sembilan panduan/solusi keselamatan
komunikasi efektif antar perawat, pasien di rumah sakit pada tahun 2007
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam (WHO, 2007). Sasaran keselamatan
informasi dan menjamin keselamatan pasien tersebut meliputi ketepatan
pasien. Hal ini tertuang dalam Peraturan identifikasi pasien, peningkatan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor komunikasi yang efektif, peningkatan
11 /MENKES/ PER/ II / 2017 tentang keamanan obat yang perlu diwaspadai,
Keselamatan Pasien dalam pasal 5 ayat 4 kepastian tepat-lokasi tepat-prosedur
menyebutkan bahwa komunikasi tepat-pasien operasi, pengurangan risiko
merupakan kunci bagi staf untuk infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan
mencapai keselamatan pasien di rumah pengurangan risiko pasien jatuh. Dari
sakit. KARS 2012 menerangkan bahwa enam sasaran keselamatan pasien,
maksud dan tujuan sasaran keselamatan komunikasi efektif merupakan unsur
pasien adalah dengan meningkatkan utama dari layanan asuhan ke pasien.
komunikasi yang efektif, tepat waktu, Komunikasi efektif adalah komunikasi
akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,
pasien/penerima sehingga dapat dan dipahami oleh penerima dapat
mengurangi kesalahan dan menghasilkan mengurangi kesalahan dan meningkatkan
peningkatan keselamatan pasien. keselamatan pasien (KARS, 2012).
Kesalahan komunikasi dalam pelayanan Komunikasi efektif yang dimaksud adalah
kesehatan tidak hanya ditemui di komunikasi menggunakan metode
internasional tetapi juga di Indonesia. Situation, Background, Assesment, dan
Dari publikasi Insiden keselamatan pasien Recomendation (SBAR), yaitu :
di dunia umumnya disebabkan karena 1. Situation :
permasalahan komunikasi. Kusumapradja Berisi informasi mengenai identitas
(2012) mengatakan bahwa 66% sentinel pasien, diagnosa medis dan masalah
events yang dilaporkan disebabkan oleh yang terjadi saat ini .
permasalahan komunikasi, terutama 2. Background :
komunikasi saat hand over Berisi latar belakang informasi klinis
Komite Keselamatan Pasien- Rumah Sakit yang berhubungan dengan situasi.
(KKP-RS) 2010 menunjukkan angka 3. Assessment :
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Berisi kesimpulan dari masalah yang
Indonesia sebanyak 21.58% dan angka terjadi saat ini sebagai hasil analisa
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) sebanyak terhadap Situasion dan Background.
11.31%. Utarini (2011), guru besar Menilai kondisi pasien membaik atau
Fakultas Kesehatan Universitas Gajah memburuk ?
Mada (FK UGM), mengungkapkan 4. Recommendation :
penelitian yang dilakukan pada pasien Berisi informasi tentang rencana
rawat inap di 15 RS. Hasil penelitiannya ataupun usulan yang akan dilakukan
pada 4.500 rekam medik menunjukkan mengenai permasalahan yang ada.
angka KTD yang sangat bervariasi, yaitu Komunikasi teknik ini memungkinkan
dokter dan perawat mendapatkan

135
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

komunikasi yang jelas, efisien dan aman bertindak agresif, inovatif, dan
(Leonard & Audrey, 2014). mengambil resiko
Sri Siska Mardiana, Tri Nur 3. Arah
Kristina dan Madya Sulisno (2018) dalam Sejauh mana organisasi
penelitiannya yang dilakukan di RS PKU memberikan gambaran dengan jelas
Muhammadiyah Mayon dan RS Aisyiyah tentang sasaran dan harapan
Kudus mengungkapkan bahwa terdapat mengenai prestasi
perbedaan yang signifikan antara 4. Integrasi / orientasi tim
kemampuan pelaksanaan SBAR perawat Sejauh mana organisasi mendorong
dan kemampuan berkomunikasi perawat unit – unitnya untuk bekerja dengan
dengan dokter setelah diberikan cara berkoordinasi
pelatihan komunikasi SBAR. Terdapat 5. Dukungan dari manajemen
peningkatan kemampuan perawat dalam Sejauh mana para manajer
berkomunikasi dengan dokter sesudah melakukan komunikasi dengan jelas,
diberikan pelatihan SBAR pada kelompok memberikan bantuan serta
intervensi dengan p value 0,000. dukungan terhadap bawahan
Kemampuan perawat dalam mereka
berkomunikasi dengan dokter pada 6. Kontrol
kelompok intervensi lebih baik daripada Sejauh mana organisasi melakukan
kelompok kontrol setelah diberikan pengaturan dan pengawasan
pelatihan SBAR dengan p value 0,000. langsung untuk mengawasi dan
Dari penelitian Maulfi Nazir Rizki, mengendalikan perilaku pegawai
Qurrotul Aeni dan Istioningsih (2016) 7. Identitas
dapat disimpulkan bahwa Perawat dalam Sejauh mana para anggota
menerapkan komunikasi SBAR meskipun mengidentifikasi dirinya secara
dalam kategori baik, namun tidak secara keseluruhan dengan organisasinya
utuh dilaksanakan sesuai prosedur yang ketimbang kelompok tertentu /
ditetapkan seperti tidak menyebutkan bidang keahlian profesional
usia dan tanggal masuk pasien, adanya 8. Sistem imbalan
alergi, dan usulan kedatangan dokter. Sejauh mana alokasi tambahan
Budaya organisasi sangat penting (misal, kenaikan gaji / promosi)
karena menjadi dasar anggota organisasi didasarkan atas kriteria potensi
dalam melakukan setiap aktivitasnya. pegawai sebagai kebalikan dari
Budaya yang terbentuk dalam sebuah senioritas, sikap pilih kasih, dan
organisasi menjadi ciri khas dari sebagainya.
organisasi tersebut. Menurut (Robbins 9. Toleransi terhadap konflik
2006), budaya organisasi adalah sistem Sejauh mana pegawai didorong
makna bersama yang dianut oleh anggota untuk mengemukakan konflik dan
– anggota dan membedakan organisasi kritik secara terbuka
itu dari organisasi lain. 10. Pola-pola komunikasi
Karakteristik utama yang menjadi Sejauh mana komunikasi organisasi
pembeda budaya organisasi, yaitu dibatasi oleh hierarki kewenangan
(Stephen Robbins dalam Irfan 2018) yang formal
1. Inisiatif individual Penelitian yang dilakukan Lusia
Sejauh mana tingkat tanggung jawab Henny Mariati, Julianus Ake dan
dan kebebasan yang dimiliki individu Burhanuddin Bahar (2014),
2. Toleransi terhadap tindakan mengungkapkan bahwa terdapat
beresiko hubungan yang signifikan antara budaya
Sejauh mana organisasi organisasi dengan perilaku perawat
menganjurkan para pegawai untuk dalam melaksanakan keselamatan pasien
di RS.Universitas Hasanuddin Makassar.

136
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

Kegiatan Supervisi adalah suatu kekuasaan formalnya dan dalam


aktivitas pengawasan yang biasa tindakannya sering mempergunakan
dilakukan untuk memastikan bahwa approach yang mengandung unsur
suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai paksaan dan punitif (bersifat
dengan yang seharusnya. Seorang menghukum).
supervisor dalam melakukan supervisi 2. Tipe pemimpin yang militeristik
dituntut untuk menguasai dua hal Adalah seorang pemimpin yang memiliki
penting agar proses supervisi bernilai sifat: Dalam menggerakkan bawahannya
tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai sistem perintahlah yang sering
dengan proses pekerjaan yang ditangani dipergunakan, senang bergantung pada
dan kemampuan manajemen yang pangkat dan jabatan, senang kepada
dimilikinya (Simamora : 2014). Supervisi formalitas yang berlebihan dan
adalah melakukan pengamatan secara menuntut disiplin yang tinggi serta kaku
langsung dan berkala oleh “atasan” dari bawahannya.
terhadap pekerjaan yang dilakukan 3. Tipe pemimpin yang paternalistic
“bawahan” untuk kemudian bila Adalah seorang pemimpin yang
ditemukan masalah, segera diberikan menganggap karyawan sebagai manusia
bantuan yang bersifat langsung guna yang tidak dewasa: Bersikap terlalu
mengatasinya. Supervisi keperawatan melindungi, jarang memberikan
klinik model akademik yaitu suatu kesempatan kepada bawahannya untuk
metode supervisi dengan melakukan tiga mengambil keputusan, jarang
kegiatan yaitu educative, supportive dan memberikan kesempatan kepada
managerial (White dan Winstanley, bawahan untuk mengambil inisiatif,
2010). Supervisi klinik kepala ruang jarang memberikan kesempatan kepada
model akademik bertujuan untuk bawahan untuk mengembangkan daya
membagi pengalaman supervisor kepada kreasi dan fantasinya serta sering
para perawat sehingga ada proses bersikap mau tahu.
pengembangan kemampuan profesional 4. Tipe pemimpin yang kharismati
(nurse performance). Harus diakui bahwa untuk keadaan
Kepemimpinan dan supervisi tentang seorang pemimpin yang
memiliki keterkaitan satu sama lain. demikian sangat diperlukan, akan tetapi
Seorang pemimpin dapat mengetahui sifatnya yang negatif mengalahkan
proses kepemimpinannya berjalan sesuai sifatnya yang positif
dengan apa yang direncanakan atau 5. Tipe pemimpin yang demokratik
tidak, dapat dilakukan melalui proses Adalah pemimpin yang bersikap: Senang
supervisi. menerima saran, pendapat dan bahkan
Dalam sebuah organisasi kritikan dari bawahan,selalu berusaha
seseorang yang memiliki pengaruh sangat mengutamakan kerjasama tim dalam
penting disebut pemimpin. usaha mencapai tujuan, selalu berusaha
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menjadikan lebih sukses daripadanya
mempengaruhi seseorang / kelompok dan selalu berusaha mengembangkan
untuk mencapai sasaran (Robbins, 2015). kapasitas diri pribadinya sebagai
Terdapat lima gaya kepemimpinan pemimpin
menurut Siagian (2002), yaitu: Dari pengetahuan tentang pemimpin
1. Tipe pemimpin yang otokratik dapat diketahui bahwa tipe pemimpin
Adalah seorang pemimpin yang: yang demokratis lah yang paling tepat
Menganggap organisasi sebagai milik untuk organisasi modern.
pribadi, mengidentifikasikan tujuan Wiwin Sulistyawati, Sri Haryuni
pribadi dengan tujuan organisasi, tidak (2018) menyatakan bahwa kegiatan
mau menerima kritik, saran dan supervisi mempunyai pengaruh signifikan
pendapat, terlalu tergantung pada terhadap kinerja. Sebagian besar

137
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

responden sebelum pelaksanaan dilakukan uji validitas dan reabilitas


kegiatan supervisi memiliki kualitas yang sebelumnya dan dinyatakan valid dan
kurang. Hampir seluruh responden dapat digunakan. Pengumpulan data
sesudah pelaksanaan kegiatan supervisi dilakukan dengan pengamatan dan
memiliki kualitas yang lebih baik. pengisian kuesioner. Determinan yang
Tindakan supervisi yang semestinya akan diteliti adalah penerapan komunikasi
memberikan pengaruh besar terhadap SBAR sebagai variabel dependen dan
kinerja. budaya organisasi, kegiatan supervisi
Studi pendahuluan yang sebagai variabel independen. Data
dilakukan pada tanggal 13 Januari 2020 mengenai budaya organisasi dan kegiatan
dengan menanyakan kepada lima orang supervisi didapat dari isian lembar
perawat di RS Pusat Otak Nasional, yang kuesioner yang didisi oleh perawat
mengatakan bahwa penerapan sedangkan data mengenai penerapan
komunikasi SBAR di rumah sakit sudah komunikasi SBAR didapat dari isian
digalakkan sejak pertama kali RS lembar kuesioner yang didisi oleh kepala
melayani pasien yaitu sekitar tahun 2014 ruangan. Kemudian dilakukan skoring
untuk menghadapi akreditasi paripurna. menggunakan skala Likert dengan skor
Wawancara dengan lima orang perawat terkecil 1 dan skor terbesar 4 untuk
mengatakan komunikasi SBAR diterapkan semua variabel. Pengolahan data di
untuk melakukan (handover), pindah analisis secara deskriptif dan analisis
ruang perawatan, dan pelaporan kondisi regresi linier sederhana dan regresi linier
pasien kepada dokter. Menurut Penyelia berganda.
(Supervisor), pelaksanaan komunikasi
SBAR masih sering ditemukan kesalahan HASIL PENELITIAN
perawat sebagai pelapor dan penerima Hasil univariat
pesan tidak menyebutkan teknik SBAR Dilakukan untuk mengetahui deskripsi
yang benar, seperti tidak menyebutkan responden dan deskripsi variabel
Situation / Background dengan benar dan 1. Karakteristik Responden
penulisan data SBAR juga sering tidak Tabel. karakteristik responden
sesuai. Untuk itu perlu dilakukan N Karakteristik Item Frekue %
O Responden nsi
penelitian ini yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran pengaruh budaya 1 Jenis kelamin Laki laki 19 14.8
Perempuan 109 85.2
organisasi dan kegiatan supervisi kepala 2 Usia 21-30 tahun 92 71.9
ruangan dengan penerapan komunikasi 31-40 tahun 35 27.3
41-50 tahun 1 0.8
SBAR di RS Pusat Otak Nasional. 3 Pendidikan DIII 67 52.3
SI 21 16.4
METODE Ners 40 31.3
4 Status PNS 118 92.2
Penelitian kuantitatif dengan Pegawai Non PNS 10 7.8
desain statistik deskriptif. Populasi adalah 5 Lama 1-12 bulan 39 30.5
Bekerja 13-60 bulan 70 54.7
seluruh perawat pelaksana yang ada di 61-120 19 14.8
ruang rawat inap, dengan sampel bulan
berjumlah 128 responden yang sesuai Sumber : Data Primer yang Telah Diolah,
dengan kriteria inklusi yaitu : Perawat 2020
pelaksana yang sudah bekerja minimal
selama 6 bulan di ruang rawat Inap dan Berdasarkan tebal diatas Responden
Perawat pelaksana yang bersedia perawat di RS PON didominasi oleh
berpartisipasi dalam kegiatan ini. perempuan (85,2%), usia 21-30 tahun
Sedangkan kriteria ekslusi adalah (71,9%), pendidikan DIII (52,3%), Status
Perawat yang sedang cuti, Kepala pegawai (PNS 92.2%), lama kerja 13-60
ruangan dan Perawat primer. Instrumen bulan (54,7%).
yang adalah kuesioner yang telah

138
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

2. Deskripsi variabel Hipotesis 1


Tabel deskripsi variabel Tabel 5.16. Uji Korelasi Pearson
N Varia In Kate Dime In Kate Total Total Skor
o bel dex gori n dex gori Skor Komunikas
si BO i SBAR
1 Buday 101,8 Ting ID 102 Ting Total Pearson 1 -
a orga gi gi Skor BO Correlation .075
nisasi DM 103 Ting Sig. (2-tailed) .
gi 401
OT 101 Ting N 1 1
gi 28 28
2 Kegia 98,1 Tingg KE 98,7 Ting Total Pearson - 1
tan i gi Skor Correlation .075
super KS 97,9 Ting Komunik
visi gi asi
KM 97, ting SBAR
5 gi Sig. (2-tailed) .
3 Pene 100,2 Tingg S 10 Ting 401
rapan i 7 gi N 1 1
komu B 10 Ting 28 28
nika 2 gi Sumber : Data Primer yang Telah Diolah,
si A 97, Ting
2020
SBAR 7 gi
R 94, Se
7 dang Berdasarkan hasil uji Korelasi Pearson
Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, diatas untuk model Budaya Organisasi
2020 didapatkan nilai Sig (0,401) dan r hitung (-
0,075), maka dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan tebal diatas gambaran
tidak ada hubungan signifikan antara
penerapan komunikasi SBAR didapatkan
Budaya Organisasi dengan Penerapan
hasil 100,2 berada pada kategori tinggi,
Komunikasi SBAR. Karena terbukti tidak
pada budaya organisasi diidapatkan hasil
ada hubungan signifikan, maka tidak
101,8 berada pada kategori tinggi dan
dilakukan uji regresi linier sederhana.
penerapan kegiatan supervisi didapatkan
hasil 98,1 berada pada kategori tinggi,
namun masih terdapat kategori sedang
Tabel 5.17. Uji Korelasi Pearson
Total Skor Total
pada dimensi pembentuk komunikasi Kegiatan Skor
SBAR, budaya organisasi dan kegiatan Supervisi Komuni
kasi
supervisi Artinya bahwa penerapan SBAR
komunikasi SBAR, Budaya organisasi fdan Total Skor Pearson 1 -
Kegiatan Correlati .282**
kegiatan supervisi sudah dijalankan Supervisi on
namun belum secara utuh, masih ada hal Sig. (2- .
tailed) 001
yang perlu mendapat perhatian. N 1 1
Setelah dilakukan pengujian 28 28
Total Skor Pearson - 1
asumsi klasik didapatkan bahwa semua Komuni Correlati .282**
syarat terpenuhi, sehingga uji hipotesis kasi on
SBAR
dapat dilanjutkan. Sig. (2- .
tailed) 001
Hasil bivariate N 1 1
28 28
Dilakukan untuk menguji hipotesis 1 dan Sumber : Data Primer yang Telah Diolah,
hipotesis 2 2020

139
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

Berdasarkan hasil uji Korelasi Pearson Budaya Organisasi dan Kegiatan Supervisi
diatas untuk model Kegiatan Supervisi secara simultan berpengaruh kuat
didapatkan nilai Sig (0,001) dan r hitung (- terhadap Penerapan Komunikasi SBAR
.0,282), maka dapat disimpulkan bahwa dan nilai R square (koefisien determinasi)
ada hubungan signifikan dengan derajat sebesar 0,497 yang artinya pengaruh
lemah antara Kegiatan Supervisi dengan antara Budaya Organisasi dan Kegiatan
Penerapan Komunikasi SBAR. Supervisi secara simultan terhadap
Penerapan Komunikasi SBAR sebesar
Tabel 5.18. Uji Coefficients regresi uji T 49,7%

Berdasarkan tabel 5.18 diatas untuk


model Kegiatan Supervisi persamaan Berdasarkan tabel 5.26 diatas untuk
regresinya menjadi Y= 88,820 – 0,483X model budaya organisasi dan kegiatan
dan didapatkan nilai Sig (0,001) dan t supervisi didapatkan nilai Sig (0,000) dan
hitung (3,302), maka dapat disimpulkan F hitung (61.814), maka dapat
bahwa ada pengaruh negatif antara disimpulkan bahwa ada pengaruh budaya
Kegiatan Supervisi dengan Penerapan organisasi dan kegiatan supervisi secara
Komunikasi SBAR. bersama-sama / simultan terhadap
penerapan komunikasi SBAR.

Budaya Organisasi tidak berpengaruh


terhadap penerapan komunikasi SBAR
Menurut peneliti dari hasil
statistik didapatkan bahwa budaya
organisasi tidak berpengaruh terhadap
Berdasarkan tabel 5.19 didapatkan nilai R penerapan komunikasi SBAR artinya
(korelasi) sebesar 0,282, artinya sebagian perawat pelaksana sudah
pengaruh antara Kegiatan Supervisi merasa nyaman dengan budaya
terhadap Penerapan Komunikasi SBAR organisasi, tetapi mereka cenderung
lemah dan nilai R square (koefisien kurang mengacuhkannya. Hal ini
determinasi) sebesar 0,080, artinya didukung dengan adanya Informan yang
pengaruh antara Kegiatan supervisi berpendapat sudah merasa cukup
terhadap Penerapan Komunikasi SBAR dengan budaya organisasi, tidak perlu
sebesar 8 % ada yang ditambahkan atau diubah.
Kemungkinan ini terjadi karena sebagian
Hasil multivatriat perawat tidak berani mengerjakan hal
Dilakukan untuk menguji hipotesis 3 yang beresiko dan sebagian perawat
terbiasa melakukan segala hal sendiri,
walaupun hal ini tidaklah buruk
sepenuhnya namun dianggap dapat
mengganggu kinerja perawat. Selain itu
bisa juga karena nilai yang dianut
organisasi tidak begitu kuat sehingga jati
Berdasarkan hasil tabel 5.22 didapatkan diri tidak begitu menonjol.
nilai R (korelasi) sebesar 0,705 artinya

140
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

Penelitian ini tidak sesuai dengan pelaksanaan kegiatan supervise memiliki


penelitian yang dilakukan Lusia Henny kualitas yang kurang. Hampir seluruh
Mariati, Julianus Ake, Burhanuddin Bahar responden sesudah pelaksanaan kegiatan
(2014) yang menyatakan bahwa budaya supervisi memiliki kualitas yang lebih
organisasi berpengaruh signifikan baik. Tindakan supervisi yang semestinya
terhadap kinerja karyawan sebesar akan memberikan pengaruh besar
73.3%, Budaya organisasi yang kuat terhadap kinerja.
memberikan pengaruh besar terhadap
kinerja. Budaya organisasi dan Kegiatan
Supervisi Secara simultan berpengaruh
Kegiatan supervisi berpengaruh negatif terhadap penerapan komunikasi SBAR di
terhadap penerapan komunikasi SBAR RS PON
Menurut peneliti dari hasil Menurut peneliti dari hasil
statistik didapatkan bahwa kegiatan statistik didapatkan bahwa budaya
supervisi berpengaruh negatif terhadap organisasi dan kegiatan supervisi secara
penerapan komunikasi SBAR artinya simultan tidak berpengaruh terhadap
sudah berjalan dengan baik dan penerapan komunikasi SBAR. Disini dapat
dirasakan manfaatnya oleh perawat. dilihat hanya kegiatan supervisi yang
Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat berpengaruh terhadap penerapan
dari informan yang merasa terbantu komunikasi SBAR. Hal ini didukung oleh
dengan arahan – arahan yang diberikan pernyataan dari informan yang
oleh kepala ruangan. Namun disini mengatakan arahan dari kepala ruangan
kegiatan supervisi berpengaruh negative sangat membantu perawat dalam
yang artinya jika kegiatan supervisi menyelesaikan pekerjaannya termasuk
diperbanyak maka terjadi penurunan dalam penerapan komunikasi SBAR.
penerapan komunikasi SBAR. Penerapan komunikasi SBAR
Kemungkinan ini terjadi karena sebagian merupakan salah satu dari banyak kinerja
perawat merasa bahwa kepala ruangan perawat. Kinerja keperawatan
kurang memberikan perhatian seperti mencerminkan kemampuan perawat
kurangnya penghargaan terhadap untuk mengimplementasikan proses
prestasi kerja mereka, kurang menerima asuhan keperawatan (Ilyas, 2002.) Jika
kritik dan saran dari perawat dan kurang dilihat dengan seksama maka faktor
melibatkan perawat dalam mambahas karakteristik individu dapat
SOP. Selain itu dapat dipengaruhi oleh mempengaruhi kinerja. Hal ini sesuai
gaya kepemimpinan yang digunakan oleh dengan pendapat yang dikemukakan oleh
kepala ruangan tidak disukai oleh Gibson (2008) bahwa terdapat beberapa
perawat pelaksana, kemungkinan adanya faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
tekanan dari kepala ruangan atau adanya seseorang yaitu, faktor individu, faktor
hubungan yang kurang harmonis antara psikologis dan faktor organisasi. Pada
perawat dan kepala ruangan, penelitian ini didapatkan bahwa kegiatan
kemungkinan adanya himbauan yang supervisi hanya mempengaruhi sekitar
diulang-ulang setiap hari, sehingga 49,7 % saja. Sisanya dipengaruhi oleh
membuat perawat menjadi jenuh dan faktor lain yang tidak ikut diteliti dalam
merasa selalu diawasi, tidak dipercaya penelitian ini seperti sikap kerja, motivasi
dan takut berpendapat. dan kepuasan kerja.
Hal ini tidak mendukung Sikap (attitude) adalah
penelitian (Wiwin Sulistyawati, Sri merupakan reaksi atau respon dari
Haryuni 2018) yang menyatakan bahwa seseorang terhadap stimulus atau objek,
kegiatan supervisi mempunyai pengaruh ketika sikap seseorang baik terhadap
yang signifikan terhadap kinerja. suatu objek maka berakibat baik
Sebagian besar responden sebelum terhadap tindakannya. Dengan demikian

141
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

dapat diduga terdapat pengaruh sikap bahwa jika kegiatan supervisi


terhadap kinerja. Motivasi ialah suatu diperbanyak maka terjadi penurunan
proses yang menjelaskan intensitas, arah penerapan komunikasi SBAR. Hal ini
dan ketekunan individu agar dapat dapat disebabkan karena
mencapai tujuannya (Robbins dan Judge dipengaruhi oleh gaya
2015). Motivasi terbentuk dari sikap kepemimpinan yang digunakan oleh
(attitude) seorang pegawai dalam kepala ruangan tidak disukai oleh
menghadapi situasi (situation) kerja. perawat pelaksana, kemungkinan
Motivasi merupakan kondisi yang adanya tekanan dari kepala ruangan
menggerakan diri pegawai yang terarah atau adanya hubungan yang kurang
untuk mencapai tujuan organisasi. harmonis antara perawat dan kepala
Kepuasan kerja merupakan suatu ruangan, kemungkinan adanya
ungkapan emosional yang bersifat positif himbauan yang diulang-ulang setiap
atau menyenangkan sebagai hasil dari hari, sehingga membuat perawat
penilaian terhadap suatu pekerjaan atau menjadi jenuh dan merasa selalu
pengalaman kerja (Robbins, 2015). diawasi, tidak dipercaya dan takut
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan berpendapat.
seseorang terhadap pekerjaannya. 6. Budaya organisasi dan kegiatan
Faktor-faktor ini merupakan faktor yang supervisi secara simultan tidak
dapat mempengaruhi kinerja. Pertnyatan berpengaruh terhadap penerapan
ini didukung dengan penelitian Reza komunikasi SBAR. Disini dapat dilihat
Ahmadiansah (2016) yang menyatakan hanya kegiatan supervisi yang
bahwa motivasi dan kepuasan berpengaruh terhadap penerapan
berpengaruh terhadap kinerja sebesar komunikasi SBAR. Pada penelitian ini
20,7%. didapatkan bahwa kegiatan supervisi
hanya mempengaruhi sekitar 49,7 %
KESIMPULAN saja. Sisanya dipengaruhi oleh faktor
1. Penerapan Komunikasi SBAR di RS lain yang tidak ikut diteliti dalam
PON sudah berjalan dengan baik. penelitian ini seperti sikap kerja,
Tetapi masih ada beberapa masalah motivasi dan kepuasan kerja.
yang membutuhkan perhatian
terutama pada aspek background DAFTAR PUSTAKA
2. Budaya Organisasi di RS PON sudah
berjalan dengan baik. Tetapi masih 1. Gibson, J. L., Ivancevich, J. M.,
ada beberapa masalah yang dan Donnelly, J. H., 2008,
membutuhkan perhatian terutama Organisasi, Perilaku, Struktur,
pada aspek inisiatif diri dan orientasi dan Proses, Jakarta : Binapura
tim. Aksara Publisher.
3. Kegiatan Supervisi di RS PON sudah 2. JCI. (2017). Joint Commission
berjalan dengan baik. Tetapi masih International Accreditation
ada beberapa masalah yang Standards for Hospitals, 6th
membutuhkan perhatian. Edition. Oakbrook Terrace, Illinois
4. Budaya organisasi tidak berpengaruh USA.
terhadap penerapan komunikasi 3. Kemenkes RI. (2011). Peraturan
SBAR di RS PON. Hal ini mungkin Menteri Kesehatan Republik
disebabkan oleh karena perawat RS Indonesia
PON sudah merasa nyaman dengan Nomor1691/MENKES/PER/VIII/2
budaya organisasi yang ada. 011 Tentang Keselamatan Pasien
5. Kegiatan supervisi berpengaruh Rumah Sakit.
negatif terhadap penerapan
komunikasi SBAR di RS PON artinya

142
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

4. KKP-RS.(2008). Pedoman 9. Permenkes RI. (2010).


Pelaporan Keselamatan Pasien. Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Jakarta: KKP-RS Jakarta : Menteri Kesehatan RI.
5. Leonard, MD & Audrey Lyndon. 10. Robbins, Stephen, dan Timothy
(2014). WIHI: SBAR: Structured A., Judge, 2008, Perilaku
Communication and Organisasi, Organizational
Psychological Safety in Health Behaviour, Buku Terjemahan,
Care. Diakses Melalui: Jakarta : Gramedia.
http://www.ihi.org. Pada Tanggal 11. Simamora, 2014, Membuat
10 november 2019 . Karyawan Lebih Produktif Dalam
6. Mardiana Sri Siska, dkk, 2018, Jangka panjang (Manajemen
Penerapan Komunikasi SBAR SDM). STIE YKPN, Yogakarta
Untuk Meningkatkan 12. Undang-undang Republik
Kemampuan Perawat Dalam Indonesia No. 44 Tahun 2009.
Berkomunikasi dengan Dokter, tentang Rumah Sakit, Biro Hukum
Semarang, Jurnal Ilmu Departemen Kesehatan Republik
Keperawatan dan Kebidanan Indonesia, Jakarta
Vol.10 No.2 (2019) 273-282 13. Winstanley,J & White, E. (2011).
7. Mariati, Lusia Henny; Julianus Clinical Supervision: Models,
Ake; Burhanuddin Bahar. 2014. measure, and best practice.
Hubungan Budaya Organisasi Australia: Nurse Researcher Vol
dengan Perilaku Perawat dalam 10 Number 4
Melaksanakan Keselamatan 14. Wiwin Sulistyawati 1, Sri Haryuni
Pasien di Ruang Rawat Inap 2, 2018, Hubungan Motivasi
Rumah Sakit Universitas Perawat dengan Kualitas
Hasanuddin Makassar. Makassar Handover Pasien di Ruang Rawat
: Program Studi Magister Ilmu Inap Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah
Keperawatan FK Universitas Keperawatan Stikes Hang Tuah
Hasanuddin.http://pasca.unhas.a Surabaya Vol.13 No.2 Oktober
c.id 2018.
8. Maulfi Nazir Rizki, dkk, 2017, www.jurnal.stikeshangtuahsby.ac
Gambaran Penerapan .id
Komunikasi SBAR (Situation,
Background, Assesment,
Recomendation) DI RSUD Dr.
Soewondo Kendal, Kendal
Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan

143
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit (MARSI) E-ISSN: 2865-6583
Volume 4 no 1, April 2020 P-ISSN: 2865-6298

144
http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI

You might also like