You are on page 1of 23

LAPORAN TAHAP I

TAHUN ORIENTASI PASTORAL (TOP)

PAROKI ST. CLEMENS MANDONGA

OLEH

ALBERTUS ALLO
FT. 3892

KOTA KENDARI
SULAWESI TENGGARA
2022-2023

1
1.1 FAKTA ADMINISTRASIF

Nama : Fr. Albertus Allo


Alamat TOP : Gereja Katolik Santo Clemens Kendari,
Jl. Saranani No.2 Mandonga, Kendari,
Sulawesi Tenggara 9313 Kota: Kendari
Nama Pembimbing Setempat : RD. Stephanus Chandra Pr.

Keuskupan Agung Makassar adalah salah satu Keuskupan Provinsi Gerejani dalam
kesatuan dengan dua keuskupan sufragan yakni Keuskupan Amboina dan Keuskupan Manado.
Wilayah geografis Keuskupan Agung Makassar mencakup tiga wilayah provinsi yakni Provinsi
Sulawesi Selatan yang merupakan tempat atau pusat Keuskupan Makassar, Provinsi Sulawesi
Barat, dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Dari tiga wilayah tersebut ada 47 paroki. Tiga wilayah.
Keuskupan Agung Makassar dibagi menjadi lima kevikepan yakni Kevikepan Makassar,
Kevikepan Toraja, Kevikepan Luwu, Kevikepan Sulawesi Barat (Sulbar), dan Kevikepan
Sulawesi Tenggara (Sultra)1. Paroki Santo Clemens Mandongan merupakan salah satu paroki
yang terdapat di Kevikepan Sultra dari tujuh paroki, dan satu kuasi paroki.
Tanggal 19 Juli saya berangkat dari Toraja menuju Kendari menggunakan bus Ketty
dengan biaya perjalanan Rp 400.000. Kami (Fr. Lewi dan saya) berangkat pada hari Selasa jam
10 pagi dan tiba di Kendari hari Rabu jam 10 pagi. Lama perjalanan adalah 24 jam.
Gereja Katolik Santo Clemens Mandonga adalah gereja paroki yang terletak di Kota
Kendari yang dapat dijangkau melalui tiga jalur dari Makassar - Kendari, jalur darat dengan
jarak ±1002.11 km, jalur laut dan udara.
1. Jalur darat dengan munggunakan bus atau kendaraan pribadi dari Makassar
menuju Bone-Siwa- Palopo-Malili-Kolaka kemudian terus menuju ke Kendari. Perjalanan dari
Makassar menju Kendari dapat ditempuh ± 2 hari 12 jam. Pengungunjung yang mememlih jalur
darat hanya sedikit karena waktu tempuh sangat lama.
2. Jika perjalanan melalui laut, rute perjalanan yakni Makassar – Baubau – Raha –
Kendari. Lama perjalanan yakni ± 36 jam (1 hari 12 jam). Biaya perjalanan lewat laut dari

1
Untuk selanjutnya Sulawesi Tenggara akan ditulis Sulbar.

2
Makassar menuju Kendari sebesar ± Rp 232.000,00. Sebagaian besar orang yang memasuki
Kendari memilih menggunkan jalur laut karena biaya perjalanan relatif lebih murah.
3. Cara ketiga adalah dengan jalur udara menggunakan pesawat terbang. Jika
menggunkan moda transportasi penumpang berangkat dari Bandara Internasional Hassanudin
Makassar menuju bandara Wolter Haluoleo Kendari. Biaya tiket pesawat rata-rata Rp
700.000,00. Setelah tiba di bandara penumpang menggunakan taksi atau sekarang ini
menggunakan grab menuju Kendari dengan biaya ± Rp. 80.000.00.

1.2 SITUASI UMUM

1. Deskripsi Situasi
Situasi Geografis dan Demografis

Kendari adalah nama kota (kotamadya) dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara.
Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di jazirah tenggara Pulau Sulawesi. Secara astronomis
terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan di antara 02°45‟-
06°15‟ lintang selatan dan membentang dari barat ke timur di antara 120°45‟-124°45‟ Bujur
Timur2. Luas wilayah Sulawesi Tenggara, berupa daratan seluas 38.067,7 km2. Kendari
diresmikan sebagai kota pada 27 September 1995 dengan UU RI No. 6 Tahun 1995. Kota
Kendari seluas 300,89 km2, dengan jumlah penduduk 404. 267 jiwa. Wilayah kota Kendari
berbatasan dengan Kabupaten Konawe di sebelah utara, Konawe Selatan di sebelah selatan dan
barat, serta laut Kendari bagian timur. Kota Kendari terdiri atas 10 kecematan: Kecematan
Mandonga, Kecamatan Baruga, Kecamatan Puuwatu, Kecamatan Kadia, Kecamatan Wua-wua,
Kecamatan Paosia, Kecamatan Abeli, Kecamatan Lepo-Lepo, Kecamatan Bende, Kecamatan
Kambu. Gereja Katolik Santo Clemens berada tepat di Kecamatan Mandonga kelurahan
Korumba, RT/RW 001/002.
Kota Kendari merupakan kota yang beridiri di atas permukaan tanah yang bergelombang.
Ada tanah bukit dan juga ada tanah rawah. Kota Kendari berada di kaki bukit yang dekat dengan
pantai. Kota Kendaritepat berada di teluk Kota Kendari. Tanahnya adalah tanah kapur; tanah
2
Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Angka Sulawesi, Tenggara Province in Figures 2022. (Kendari : BPS
Provinsi Sulawesi Tenggara 2022)

3
yang berasal dari batu kapur yang sudah lapuk. Dampak dari tanah berkapur adalah tidak banyak
tanaman pertanian yang dapat tumbuh dengan baik. Pohon Sagu adalah tanaman yang paling
banyak dijumpai di Kota Kendari. Sagu merupakan makan pokok penduduk asli daratan Kendari
yakni Suku Tolaki. Mereka mengolah sagu menjadi makanan pokok yang kemudian dikenal
dengan nama Sinonggi.

Situasi Budaya dan Keagamaan


Suku asli atau suku yang pertama-tama menduduki Kendari adalah suku Tolaki. Seiring
perkembangan zaman, masyarakat dari berbagai daerah datang di Kendari. Kedatangan semakin
banyak orang membuat masyarakat Kendari menjadi majemuk. Saat ini Kendari diduduki oleh
masyarakat dari berbagai suku dan budaya. Suku-suku yang bermukim di Kendari saat ini adalah
suku Tolaki, Muna, Bugis, Jawa, Toraja, Flores, dan Tionghoa. Perkawinan silang membuat
masyarakat Kendari semakin beragam, dan juga memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupan
sosial. Perkawinan silang juga telah ikut menciptakan rasa kesamaan, kesetaraan dan kesatuan.
Saat ini suku asli Kota Kendari, suku Tolaki, lebih banyak memilih untuk tinggal di daerah
perkampungan. Mayoritas penduduk masyarakat Kota Kendari daerah perkotaan saat ini adalah
kaum pendatang dari Flores, Bugis, Toraja, dan Tionghoa.
Keberagaman suku dan budaya di Kota Kendari juga ikut mempengaruhi keberagaman
agama. Agama-agama penduduk Kota Kendari adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha,
dan Khong Hu Chu. Mayortias penduduk beragama Islam, disusul oleh penduduk beragama
Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khong Hu Chu.

Tingkat pendidikan
Kota Kendari merupakan pusat pendidikan di Provinsi Sultra. Universitas terbesar di
Kendari adalah Universitas Negeri Halu Oleo. Tingkat pendidikan umat Katolik sudah baik.
Rata-rata pendidikan umat Katolik adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sekitar 40%
umat adalah tamatan SMA Katolik dan yang telah tamat sarjana sekitar 30% 3. Cukup banyak
umat yang mempunyai peranan dalam pemerintahan Sultra. Hal ini menjadi sebuah hal yang baik
untuk mendukung kelancaran gerak pelayanan pastoral Gereja. Tingkat pendidikan umat yang

3
Diambil dari hasil pendataan BIDUK September 2022.

4
cukup baik ikut mendukung kehidupan ekonomi mereka. Kendari dengan status kotamadya, juga
menjadi tempat banyak orang mencari pekerjaan.

2. Karya- karya Parokial


Lampiran peta wilayah daerah dan tempat karya4

Paroki Santo Clemens Mandonga melayani empat wilayah karya pastoral. Wilayah-
wilayah pastoral Paroki Clemens yakni Kota Kendari, wilayah Konawe, Konawe Selatan, dan
Konawe Utara. Wilayah pertama adalah Kota Kendari yang adalah tempat beradanya pusat
paroki. Kematanan-kecamatan yang termasuk wilayah paroki St. Clemens di Kota Kendari
adalah Kecamatan Mandonga, Puuwatu, Kadia, Baruga, Bende, Wua-wua, dan Lepo-lepo.
Wilayah II Konawe Selatan (konsel) yang terdiri atas 4 stasi, yakni stasi Ranomeeto, Teteasa,
Mowila, Endanga. Seluruh stasi di wilayah Konawe Selatan sejak tanggal 1 September 2022
secara resmi lepas dari wilayah pastoral Paroki Santo Clemens Mandonga. Ranomeeto secara
resmi menjadi Kuasi Paroki Marian Annunciata Ranomeeto pada pada tanggal tersebut. Kuasi

4
Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Angka Sulawesi, Tenggara Province in Figures 2022.

5
Paroki Ranomeeto melayani semua wilayah pastoral di Konawe Selatan, yakni stasi, Endangan,
Mowila, dan Tetasa, dan satu stasi di Kota Kendari yakni Stasi Nanga-Nanga. Kini Paroki Santo
Clemens mempunyai tiga wilayah pastoral, yakni Wilayah Kotamadya Kendari dan Konawe, dan
Konawe Utara. Di wilayah Konawe terdapat satu stasi yaitu Stasi Timotius Morosi. Sementara di
Wilayah Kabupatan Konawe Utara terdapat tiga stasi, yakni Stasi Frasnsisku Xaverius Lamonae,
Stasi St. Paulus Langgikima, Renya Rosari Sarimukti. Jadi saat ini Paroki Santo Clemens
Mandonga melayani empat stasi dan sepuluh rukun.

Karya Pasroral Wilayah Pusat Paroki


Wilayah pertama adalah Kotamadyah Kendari yang adalah tempat beradanya pusat paroki.
Pastoral wilayah Kota Kendari masih terbagi atas Kecematan Mandonga, Puuwatu, Kadia,
Baruga, Wua-wua, dan Lepo-lepo. Pelayanan di Kota Kendari terbagi dalam rukun-rukun. Ada
sepuluh rukun yang dilayani di pusat paroki.

JUMLAH JARAK
NO RUKUN LOKASI DARI
KK JIWA
PAROKI
1 St. Clemens 38 120 Kec. Mandonga 0,5 KM
2 St. Petrus 102 430 Kec. Mandonga 0,5 KM
3 St. Maria 117 498 Kec. Mandonga 0,5 KM
4 St. Theresia 76 306 Kec. Mandonga 1 KM
5 St. Paulus 127 507 Kec. Mandonga/ Puuwatu 3-5 KM
6 St. Lucia 58 205 Kec. Mandonga/ Bende/Kadia 3–4 KM
7 St. Fransiskus Xaverius 66 279 Kec. Kadia 5 KM
8 St. Ignasius Loyola 29 128 Kec. Wua-wua / Baruga 5-6 KM
9 St. Agustinus 53 217 Kec. Bende / Lepo-Lepo 6–7 KM
10 St. Elisabeth 66 240 Kec. Wua-Wua 6 KM

Umat di wilayah pusat paroki selalu dilayani dengan misa harian. Selain diadakan misa
harian, pastor juga memberikan pelayanan misa di rukun-rukun yang memintanya. Di wilayah
pastoral pusat paroki juga terdapat biara susteran Claretian (RMI) dan Bruder HHK, yang juga
dilayani dengan misa sekali dalam seminggu.

6
Pasoral Bidang Kategorial

Kehidupan rohani kaum awam di Paroki Santo Klemens Mandonga dapat dikatakan
berkembang dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari kelompok-kelompok doa yang masih aktif
sampai saat ini. Kelompok-kelompok doa di pusat paroki tidak hanya berkumpul untuk berdoa,
tetapi mereka juga melakukan kegiatan pastoral seperti kunjungan orang sakit dan terlibat dalam
kegiatan sosial yang diadakan Gereja. Kelompok-kelompok kategorial yakni Clemensia Youth
Club (CYC), Putra / Putri Altar, Sekami Remaja, Sekami Anak-anak, Persekutuan Doa
Karismatik (PDK Clemens), Legio Maria, Kelompok Pelayanan Kasih dari Ibu Bahagia,
Kelompok Doa Kerahiman Illahi, Komunitas Klinik Sosial St. Clemens, dan Gabungan Siswa
Katolik (Gasika – untuk SMA dan Sederajat).
Selain kelompok-kelompok kategorial, di Paroki Mandonga juga terdapat beberapa
ormas. Ormas-ormas ini rutin melakukan pertemuan, dan selalu ikut berpartisipasi dalam
kegiatan yang diadakan oleh pemerintah, khususnya dalam pawai perayaan Hari Raya
Kemerdekaan Republik Indonesia (parade). Ormas-ormas tersebut yakni Wanita Katolik RI
Clemens (WKRI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda
Katolik, dan Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) Kota Kendari.

Wilayah Pastoral Stasi

Stasi St. Timotius Morosi

Stasi St. Timotius Morosi terdapat di Wilayah Kabupaten Konawe. Stasi Timotius
Morosi merupakan stasi yang paling muda dari stas-stasi yang diyalani Paroki Santo Clemens.
Stasi ini mulai dirintis pada 10 September 2021. Stasi Morosi terletak di Kecamatan Morosi,
Kabupaten Konawe. Stasi ini baru berdiri satu tahun yang lalu. Kehadiran Stasi Morosi
merupakan suatu hal yang baik. Melalui stasi ini, para karyawan perusahan yang beragama
Katolik tetap mendapat pelayanan rohani. Stasi ini berada di dekat pusat industri tambang nikel.
Gedung gereja saat ini masih bersifat sementara yang didirikan di lahan salah seorang umat,
karena tanah Gereja sementara dalam proses pengurusan kelengkapan sertifikat tanah dan IMB.
Kondisi Gereja sangat mendukung peribadatan, dan sudah terdapat pastoran sederhana. Jarak
dari pusat paroki sekitar 25 km. Lama perjalanan dari paroki ke stasi sekitar 45 menit sampai 1
jam. Perjalanan ke stasi dapat ditempuh dengan mengunnakan kendaraan roda dua dan roda

7
empat. Stasi Morosi selalu mendapat pelayanan Ekaristis setiap Hari Minggu, yang selalu
diadakan pada Minggu malam.

Stasi Wilayah Konawe Utara (Konut)

Ada tiga stasi di Kabupaten Konawe utara yang berada di bawah pelayanan Paroki Santo
Clemens Mandonga. Jarak di antara tiga stasi juga cukup jauh. Kondisi jalanan saat ini sudah
cukup membantu dalam pelayanan. Semua stasi dapat dijangkau dengan kendaraan baik
kendaraan motor maupun dengan mobil. Semenjak Ranomeeto menjadi kuasi paroki; Wilayah
Konut mendapatkan jatah dua kali kunjungan perbulan. Untuk pelaksanaan pelayanan pastorl
yang baik dan maksimal, pastor paroki telah membuat strategi pelayanan, pembagian jam
perayaan misa, agar dalam sekali kunjungan semua stasi dilayani dengan perayaan Ekaristi.

Stasi St. Fransiskus Xaverius Lamonae

Stasi St. Fransiskus Xaverius Lamonae terletak di Desa Wawoheo Kecamatan Wiwirano
Kabupaten Konawe Utara. Jarak dari pusat paroki ke gereja stasi sekitar 195 Km. Stasi ini
merupakan stasi terjauh dalam wilayah karya pastoral Paroki St. Clemens Mandonga. Lama
tempuh perjalanan sekitar 5 – 6 jam. Jumlah umat adalah sekitar 280 jiwa dengan jumlah KK
72.Umat di stasi ini merupakan umat transmigran dari Flores. Sumber utama penghasilan mereka
adalah tanaman sawit. Semenjak kedatangan mereka, sebagai transmigran, setiap kepala keluarga
diberi tanah seluas 2 hektar oleh pemerintah. Selain mengolah tanah yang telah diberikan, ada
beberapa warga yang tetap bekerja untuk perusahaan sebagai buruh. Ada beberapa umat yang
menjadi tenaga honorer pengajar mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Mereka
adalah alumni Sekolah Tinggi Kateketik Pastoral Rantepao (STIKPAR). Keberadaan mereka
sangat membantu dalam kelancaran pelayanan pada hari-hari minggu. Kondisi bangun gereja
sudah memadai dalam mendukung pelayanan. Bangunan gedung gereja sudah cukup tua,
terdapat pastoran dan dapur umum. Jadwal kunjungan pastor ke Stasi Lamonae setiap hari Sabtu
ke-2 dan ke-4 dalam bulan. Misa diarayakan pada setiap malam Minggu pukul 18:30.

8
Stasi St. Paulus Langgikima

Satasi Langgikima terletak di pusat kecamatan Langgikima Kabupaten Konawe Utara.


Jarak stasi dari pusat paroki yakni sekita 175 Km. Stasi Langgikima dapat dijangkau dengan
kendaraan motor dan mobil. Masih ada jalan yang belum diaspal yang sangat berlumpur bila
musim hujan. Stasi ini berada dekat dengan tempat penambangan nikel jaraknya sekitar 12 km.
Jumlah umat di Stasi Langgikima sekitar 30 KK yang sudah mentap dengan jumlah jiwa120.
Bila dihitung dengan umat yang belum menetap maka jumlah umat yakni sekitar 250 jiwa. Umat
Stasi Langgikima kebanyakan adalah suku Toraja (Makale dan Sangalla‟) dan beberapa suku
dari Flores. Pekerjaan rata-rata mereka adalah buruh di perusahaan tambang nikel dan buruh
perusahan kelapa sawit. Ada beberapa dari mereka bekerja sebagai guru di SD dan SMP. Kondisi
gedung sangat memadai untuk kelancaran pelayanan. Selain gedung gereja yang memadai juga
sudah sebuah terdapat pastoran yang terbuat dari kayu. Perayaan Ekaristi dilaksanakan pada
Minggu pagi pukul 10:00.

Stasi Renya Rosari Sari Mukti

Stasi Sari Mukti terletak di desa Sari Mukti Kecamatan Langgikima. Jarak antara gereja
paroki denga stasi yakni sekitar 175 Km. Kondisi jalur transportasi sudah cukup memadai, dapat
dijangkau dengan motor dan mobil. Masih ada jalan yang belum diaspal, masih berbatu-batu.
Lama perjalanan menuju stasi sekitar 4-5 jam. Jumlah umat Stasi Sari Mukti berjumlah 43 KK
dengan jumlah jiwa sekita 157 jiwa. Umat Stasi Sarimukti mayoritas adalah suku Maumere,
beberapa suku Toraja dan Bali. Sumber penghasilan utama umat adalah kelapa sawit. Beberapa
umat yang sudah memiliki kebun sendiri dan ada pula yang bekerja sebagai buruh di perusahan
tambang nikel. Gedung gereja sudah sangat bagus, terbuat dari tembok, dan saat ini sedang
dibangun sebuah pastoran yang baru. Perayaan Misa dilaksanakan pada Minggu pagi jam
08:00.

3. Sumber Informasi
- Provinsi Sulawesi Tenggara dalam Angka Sulawesi, Tenggara Province in Figures 2022.
(Kendari : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara 2022)
- Buku Proposal Pemekaran Kuasi Paroki Ranomeeto, Pastor Paroki, ketua wilayah stasi, ketua
rukun, dan ketua kelompok setiap kategorial.

9
1.3 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB YANG DIPERCAYAKAN

1. Deskripsi Tugas yang Dipercayakan

Mendampingi Misdinar

Pendampingan Misdinar dilaksanakan setiap hari selasa pukul 16:00. Koordinator


misdinar adalah Ibu Lena. Tugas saya adalah memberikan materi-materi seputar misdinar dan
juga memberikan pendalaman iman katolik. Setelah saya memberikan materi sekitar 30 menit,
pendampingan dilanjutkan dengan praktik dan sekaligus gladi untuk perayaan Ekaristi pada
malam Minggu – Minggu malam.

Mendampingi Legio Maria

Tugas saya dalam kelompok Legio Maria adalah menjadi asisten Bapak Rohani. Tugas
utama saya adalah memberikan renungan singkat baik dari buku pedoman legio maupun dari
Kitab Suci. Legio Mariae selalu mengadakan rapat pada hari Jumat pukul 16:00. Selain itu saya
juga sering ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan pastoral mereka, seperti mengunjungi orang
sakit dan menggunjungi anggota Auxsilier Legio Mariae. Legio ini termasuk dalam kelompok
Legio senior. Kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu (oma-oma) yang sudah lanjut usia, mereka
yang sudah pensiun. Saat ini tinggal dua laki-laki sebagai anggota aktif. Saat ini belum ada legio
junior di paroki Santo Clemens.

Memimpin Aneka Ibadat

Selama proses TOP kurang lebih 3 bulan, saya telah mendapat jadwal rutin dari Rukun
Theresa memimpin ibadat rukun, yang dilaksanakan setiap hari Selasa pada sore hari. Selain itu
saya juga sering memimpin ibadat tirakatan dan ibadat peringatan arwah.

Membawakan Homili

Untuk melatih public speaking dan kemampuan komunikasi, pastor paroki memberi saya
kesempatan untuk belajar mebawakan khotbah dalam misa harian dan misa hari Minggu. Pada
bulan pertama menjalani TOP saya bertugas mebawakan khotbah setiap hari Senin dan Kamis.
Setelah melewati satu bulan proses TOP, pastor paroki memberikan saya kesempatan

10
membawakan homili setiap Minggu pagi. Untuk perkembangan membawakan homili, saya
selalu meminta pendapat pada salah seorang OMK dan salah seorang prodiakon mengenai
kekurangan-kekurangan isi dan cara penyampaian homili.

Membagikan Komuni

Dalam menjalani TOP sebagai seorang yang telah dilantik sebagai akolit yang mempunyai
tugas membagi komuni, saya mendapat tugas membagi komuni setiap hari Minggu, misa
harian, dan juga meberikan komuni kepada orang sakit.

Melakukan Kunjungan Anggota Legio

Legio Maria sebagai kelompok doa, juga membuat jadwal kunjungan anggota Legio
Auxilier. Sebagai asisten pendamping rohani kelompok doa Legio Maria, saya juga selalu pergi
bersama para anggota legio aktif mengunjungi anggota Legio Auxilier. Kunjungan itu
dilaksanakan setia hari Kamis sore.
Selain tugas-tugas di atas, saya juga mendapat tugas memperhatikan peralatan dan
persiapan Misa untuk menjanlan fungsi akolit saya. Tugas lain adalah mendampingi anak
pastoran, khususnya dalam hal menciptakan keteraturan hidup.

Rencana Kerja Pribadi: Jangka Panjang

Tahun Orientasi Pastoral (TOP) merupaka program yang wajib dilalui seorang calon
imam. Selama masa TOP, calon imam belajar menjadi sorang pastor. Program ini dilangsungkan
selama satu tahun dengan tujuan seorang calon imam belajar dari berbagai pengalaman melalui
perjumpaan dengan realitas pelayanan Gereja. Melalui perjumpaan tersebut, seorang calon imam
merefleksikan secara mendalam arah motivasi dan karakter imam yang harus dibangun. Malalui
pengalaman perjumpaan kurang lebih tiga bulan, rencana jangka panjang yang saya harus
bangun adalah menjadi imam beriman, rendah hati, dan memiliki cinta pada panggilan. Beriman
artinya saya menjadi imam yang sungguh-sungguh menjadikan Tuhan yang utama dalam hidup
pelayanan. Rendah hati berarti mempunyai sikap terbuka untuk memberi dan menerima masukan
dan kritikan. Rendah hati juga mencakup kesederhanaan dalam bertutur kata dan berpenampilan.
Memiliki cinta berarti melaksanakan tugas perutusan dengan cinta akan Tuhan dan juga umat
yang dilayani kelak.

11
Untuk mencapai rencana panjang di atas tentu dibutuhkan banyak latihan mulai saat ini.
Keterlibatan aktif dalam kegiatan-kegiatan pastoral sangat diperlukan agar penulis dapat
berjumpa dengan banyak orang dan memperoleh banyak pengalaman. Dari pengalaman
perjumpaan tersebut, penulis harus membuat refleksi secara mendalam untuk mendapat remah-
remah yang dapat menjadi batu-batu pondasi membangun karakter imam yang diinginkan.

Rencana Kerja Pribadi: Jangka Pendek

Dalam waktu dekat ini, penulis berencana mengadakan kunjungan orang sakit. Selama ini
penulis mengunjungi orang sakit dalam kesempatan membawakan komuni orang sakit di rukun
tertentu. Orang sakit di rukun-rukun yang dilayani oleh prodiakon, belum dikunjungi oleh
penulis. Untuk merealisasikan kegiatan ini, saya tentu harus berkoordinasi dengan pastor paroki
dan setiap ketua rukun. Kunjungan orang sakit dimaksudkan untuk melatih kepekaan melihat
kebutuhan hidup rohani mereka yang mengalami lemah fisik.
Untuk merealisasikan semua rencana di atas, dibutuhkan konsistensi dan kerjasama yang
baik dengan siapa saja yang terlibat dalam rencana tersebut, khsusnya pendampingan dari pastor
parok. Komunikasi yang baik dengan semua pihak akan meningkatkan keberhasilan rencana
tersebut.

Job Description

Job description dan perkembangan gagasan job description pelayanan hari Minggu di pusat
paroki dan di stasi sudah sangat jelas karena ada jadwal tertulis yang dibuat oleh pastor paroki.
Pada bulan Juli 24, penulis mengikuti Misa di pusat paroki yang dipimpin oleh pastor paroki.
31 Juli, saya mengikuti pastor paroki ke dua stasi, Stasi Ranometo dan Stasi Nanga-nanga. Pada
kunjungan tersebut saya memperkenalkan diri dan tujuan kedatangan. Pada awal bulan Agustus,
Minggu pertama, saya mengikuti pastor vikaris paroki, Pastor Martinus Mattani ke 5 stasi di
wilayah Konawe Selatan yakni: Stasi Ranomento (kini menjadi kuasi paroki dan melayani 4 stasi
saat ini), Stasi Teteasa, Mowila, Endanga, dan Nanga-Nanga. Dalam pelayanan ke 4 stasi, saya
memperkenalkan diri kepada umat dan juga diberi kesempatan membawakan homili. Minggu ke-
4 bulan Agustus, saya mengikuti Pastor Tarsisius Yandri ke tiga Stasi di Wilayah Konawe Utara
untuk memperkenalan diri dan mengenalan umat-umat. Sejak bulan Agustus saya sudah diberi
kesempatan bertugas memimpin aneka ibadat sabda, baik itu ibadat rukun maupun ibadat arwah,

12
dan membawakan homili dalam Misa harian setiap hari Senin dan Kamis. Mengenai tugas-
tugas lain, job description-nya tidak tertulis, tetapi disampaikan secara lisan melalui pembicaraan
dengan pastor paroki ataupun pengumuman di paroki, seperti tugas mendampingi misdinar, dan
mendampingi Legio Maria.

Kesulitan dan Persoalaan Pokok yang Dihadapi

Semenjak saya masuk seminari perasaan kurang mampu dalam hal intelektual selalu
menjadi suatu persoalan dalam membangun relasi. Kesadaran akan kekurangan dalam hal
intelektual membuat saya selalu tekun dalam belajar. Kesadaran itu juga membuat saya mudah
terbuka menerima masukan dan nasihat dari orang lain. Akan tetapi kekurangan itu juga sering
membuat saya tidak berani membagikan ide dan berkreasi. Saya termasuk orang yang mudah
berelasi dengan siapa saja, akan tetapi dengan adanya perasaan kurang mampu sering membuat
saya memilih untuk diam dan cenderung tertutup. Hal itulah yang membuat saya sulit
berkomunikasi dengan banyak orang, khsusnya orang-orang yang hidup di perkotaan.
Kesulitan lain yang saya hadapi adalah cepat lupa nama orang. Kesulitan menghapal nama
orang membuat saya tidak mudah dan cepat menciptakan keakraban. Saya seringkali kesulitan
menyapa dan memulai pembicaraan karena tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan. Saat
ada umat datang ke pastoran saya harus selalu menanyakan nama mereka. Bahkan dalam
percakapan dengan umat ketika ada nama orang yang disebut, saya kadang tidak mempunyai
gambaran orang yang disebut karena tidak mengingat namanya.

Bakat dan Pastoral

Saya sangat bersyukur diberi bakat mempunyai suara yang cukup indah dan sedikit
kemampuan bernyanyi. Bakat dalam bernyanyi menjadi pintu bagi saya bergabung dengan orang
muda katolik (OMK). Walaupun saya bukan pelatih koor tetapi dengan sedikit kemampuan
bernyanyi, saya memiliki kepercayaan diri bergabung bersama orang muda.

Relasi dengan Pendamping Karya dan Tokoh-tokoh Kunci

Saya bersyukur mendapatkan pendamping yang luwes dalam berelasi. Kemampuan beliau
mencairkan suasana membuat saya mudah beradaptasi. Dalam relasi dengan pendamping karya
saya sendiri merasa belum luwes, khsusnya dalam memulai pembicaraan. Saya merasa masih ada

13
kesungkanan untuk bercerita, bertanya, dan mengkomunikasikan agenda yang hendak saya buat.
Saya masih sungkan-sungkan karena masih sangat menjaga cara berperilaku dan bertutur kata
yang santun. Ketika hendak memulai percakapan saya seringkali menimbang-nimbangnya.
Akhirnya saya cenderung memilih memendam ide dan diam saja. Salah satu hal yang menjadi
catatan saya yakni mengenai kekurangan dalam berkomunikasi. Relasi dengan pastor kapelan
juga masih terkesan kaku. Saya masih harus banyak menyesuaikan dalam membangun relasi
dengan pastor kapelan. Pastor kapelan adalah tipe yang memulai pembicaraan dengan banyak
bertanya, sedangkan saya adalah tipe orang tidak senang ditanya dan lebih suka pembicaraan
dalam suasana cerita.
Relasi dengan tokoh-tokoh kunci seperti Dewan Pastoral (depas), ketua-ketua stasi, dan
ketua rukun belum terlaksana dengan baik. Saya baru bertemu beberapa anggota depas.
Demikian halnya dengan ketua ruku, saya masih jarang bercerita dengan mereka. Saya sudah
bertemu dengan semua ketua rukun, tapi baru beberapa yang sering berkomunikasi dengan saya.
Ketua-ketua rukun yang sering berkomunikasi dengan saya adalah yang sering mengajak saya
memimpin ibadat rukun.

Membaca Bacaan Rohani

Selama menjalani TOP kurang lebih tiga bulan, saya selalu menyempatkan diri membaca
buku-buku khususnya buku rohani dan buku ulasan kitab suci. Paroki Mandongan adalah paroki
yang berada di Kota Kendari. Umat yang di layani di pusat paroki adalah umat yang memiliki
tingkat pengetahuan yang baik. Pendidikan umat pusat paroki adalah sekitar 32% tamatan
sarjana, selebihnya tamatan SMA. Selain itu, ada banyak mahasiswa yang mengikuti perayaan
Ekaristi di pusat paroki. Situasi demikian menuntut standar pelayanan yang tentunya harus
membandingi standar umat, salah satunya adalah khotbah yang lebih berkualitas. Saya melihat
situasi tersebut sebagai tantangan dan sekaligus motivasi untuk kreatif dalam pelayanan.
Tuntutan tersebut memacu saya memperkaya pengetahuan dengan membaca sebanyak mungkin
buku. Saya selalu menyempatkan membaca buku setiap hari. Pastor paroki juga selalu
mengingatkan saya agar terus memelihara kebiasaan membaca buku, khususnya membaca Kitab
Suci.

14
1.4 REFLEKSI PRIBADI

Saat baru memasuki tempat TOP, saya mengalami kebingungan. Saya tidak memiliki
gambaran sama sekali dengan situasi tempat TOP. Selama satu minggu, saya masih merasa
sangat kaku, tidak tahu mau melakukan apa. Setelah melewati satu minggu pertama, saya sudah
mulai beradaptasi dengan dinamika di pastoran. Saya sudah mulai merasa lebih leluasa
melakukan suatu hal. Saya sudah berani melakukan apa yang ingin saya lakukan, seperti
membersihkan pastoran dan dapur. Setelah satu bulan berada di paroki, saya mulai membangun
komunikasi dengan beberapa umat, khususnya dengan kelompok Legio Maria. Selama menjalani
Tahun Orientasi Pastoral kurang lebih tiga bulan, saya lebih fokus pada pengenelan karya-karya
pastoral proki. Saya lebih banyak mengamati daripada memberikan penilaian. Saya masih pelan-
pelan menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan dan karakter-karakter umat. Saya berusaha
untuk menjadi pendengar yang benar-benar membuka telinga dan hati. Saya berusaha tidak
menggunakan pengetahuan yang saya dapat di bangku kuliah yang dapat menciptakan jarak
dalam pembicaraan. Saya berusaha menjadi seorang pendengar yang polos. Kadang ada
keinginan untuk memberikan penilaian pada pembicaraan, tetapi saya selalu berusaha menahan
diri untuk tetap diam dan menjadi pendengar saja. Dengan sikap lebih banyak mendengar, saya
mendapat banyak informasi mengenai persoalan-persoalan dalam pelayanan. Ada banyak umat
yang selalu mengingatkan saya untuk selalu menjaga batas dalam membangun relasi.
Keberadaan mereka cukup membantu saya untuk membangun relasi dengan batas-batas tertentu.
Saya sangat tertarik dan tertantang mengenal berbagai macam karakter umat. Pada tahap
ini saya masih belajar pelan-pelan bagaimana berkomunikasi dengan berbagai karakter orang.
Ada beberapa umat yang senang memberikan pujian yang sering membuat saya merasa tidak
nyaman. Ada juga beberapa umat yang senang membanding-bandingkan pastor. Ada umat yang
senang memberikan nasihat-nasihat. Kecenderungan saya adalah sulit bergaul dengan umat yang
telalu banyak menasihati dan banyak berbicara mengenai pencapaian-pencapaiannya. Karakter
yang bermacam-macam membuat saya tertantang untuk belajar bergaul dengan semua umat.
Maka menjadi suatu pekerjaan saya selama masa TOP ini adalah mampu menerima berbagai
macam karakter umat. Saya adalah seorang gembala yang akan menggembalakan umat dengan
berbagai karakter. Untuk mewujudkan pelayanan dan pewartaan dengan baik, saya pertama-tama
harus membuat umat merasa diterima. Penerimaan adalah gambaran gembala yang baik (bdk
Yoh 10: 1- 5, 14). “Gereja yang „bergerak keluar‟ adalah Gereja yang pintu-pintunya terbuka.

15
Bergerak keluar menjumpai sesama pada pinggir kemanusiaan tidak berarti bergegas tanpa arah
dan tujuan ke dunia (Evangelii Gaudium art 46).”
Berbagai karakter umat juga membuat saya sadar bahwa saya tidak boleh mengukur orang
lain dengan ukuran saya sendiri. Maka saya perlu mengembangkan diri terus menerus agar tidak
berhenti untuk mengolah diri. Saya perlu membuka hati dan pikiran untuk semakin
meningkatkan kesadaran diri sebagai manusia yang penuh keterbatasan yang perlu dibaharui
terus menerus. Khususnya membuka hati dan pikiran pada kehadiran Roh Kudus yang menuntun
saya dalam panggilan ini. Dialah yang telah menuntun dan memberikan rahmat pengetahuan
kepada para rasul yang memampukan mereka menjadi pewarta yang unggul. Keterbukaan
tersebut saya harus bangun melalui kecintaan akan sabda Allah, membaca dan merenungkannya
setiap hari. “Injil menawarkan pada kita kesempatan untuk menghayati hidup pada taraf yang
lebih tinggi, tetapi tanpa mengurangi intensitasnya: “Hidup bertumbuh dengan dibagikan, dan
menjadi lemah dalam pengasingan dan kenyamanan (EV art 10).”
Hal lain yang perlu untuk saya lihat dalam masa TOP adalah cara pastor paroki membuat
Jobdesk yang memaksimalkan pelayanan. Pastor pendamping adalah seorang gembala yang
memiliki jiwa pelayanan yang besar dan senantiasa bersukacita. Hal itu ditunjukkan melalui
keratifitasnya dalam mengatur pelayanan sehingga kebutuhan rohani umat sungguh-sungguh
terlayani. Melalui cara pelayanan pendamping TOP, saya belajar bagaimana membuat strategi
pelayanan agar pewartaan Injil sungguh-sungguh dirasakan oleh semua umat.

Jadwal Harian TOP

Jadwal harian yang dilampirkan kadang berubah-ubah karena disesuaikan dengan


kebutuhan kegiatan pastoral atau pelayanan umat. Ada beberapa jadwal yang berubah setiap hari,
khususnya pada pagi hari (setelah Misa pagi) dan sore hari, karena sering ada permintaan tiba-
tiba pelayanan pada waktu tersebut, seperti pelayanan orang sakit atau kunjungan orang sakit.

Senin

16
Bagun pagi dan Mandi 04:30 am.

Doa Pagi 05:30 am.

Misa Harian / Setelah Misa 06:00 : 07 : 00 am.


ada kebiasaan menyapa umat
di depan Gereja
Sarapan+ bercerita 07:30 – 9 : 00am.

Membaca / Membuat renungan 09:00


/ aktivitas pribadi lainnya
Makan Siang 12:30 – 14 : 00 am

Istirahat Siang 14 : 15 – 15 : 30

Membersihkan/ menyiram 15 : 30 - 16 : 30
bunga
Olahraga singkat (30 menit) + 16:30 – 17:30
Mandi/ biasa ikut Misa di
Frateran HHK
Makan Malam 20:00 – 21: 30

Refleksi 22:00
Istirahat Malam 23 : 00

Selasa

Bagun pagi dan Mandi 04:30 am.

Doa Pagi 05:30 am.

Misa Harian / Setelah Misa 06:00 : 07 : 00 am.


ada kebiasaan menyapa umat

17
di depan Gereja

Sarapan+ bercerita 07:30 – 8: 30am.

Bagi Komuni / Bias Menemani 08: 30 : 10 : 30


Pastor Bagi Komuni
Kegiatan Pribadi 10 : 30 – 12 : 30

Makan Siang 12 : 30 – 14 : 00

Istirahat Siang 14 : 15 – 15 : 30

Mendampingi PPA 16:00 – 17 - 00 pm.

Kegiatan Pribadi 17 : 00 – 20 : 00

Makan Malam 20 : 00 – 21 : 30

Refleksi/ Doa Pribadi 22 : 00

Istirahat Malam 23 : 00

Rabu

Bagun pagi dan Mandi 04:30 am.

Doa Pagi 05:30 am.

Misa Harian / Setelah Misa 06:00 : 07 : 00 am.


ada kebiasaan menyapa umat
di depan Gereja
Sarapan+ bercerita 07:30 – 9 : 00am.

18
Membaca / Membuat renungan 09:00
/ aktivitas pribadi lainnya
Makan Siang 12:30 – 14 : 00 am

Istirahat Siang 14 : 15 – 15 : 30

Kadang Ikut Misa di 16: 00


Susteran RMI/ jika tidak
kegiatan seperti biasa
Makan Malam 20:00 – 21: 30

Refleksi 22:00

Istirahat Malam 23 : 00

Kamis

Bagun pagi dan Mandi 04:30 am.

Doa Pagi 05:30 am.

Misa Harian / Setelah Misa 06:00 : 07 : 00 am.


ada kebiasaan menyapa umat
di depan Gereja
Sarapan+ bercerita 07:30 – 9 : 00am.

Membaca / Membuat renungan 09:00


/ aktivitas pribadi lainnya
Makan Siang 12:30 – 14 : 00 am

Istirahat Siang 14 : 15 – 15 : 30

19
Kadang Ikut Misa di 16: 00
Susteran RMI/ jika tidak
kegiatan seperti biasa/ Minggu
ke-2 Kunjungan Anggota
Legio
Makan Malam 20:00 – 21: 30

Refleksi 22:00
Istirahat Malam 23 : 00

Jumat

Bagun pagi dan Mandi 04:30 am.

Doa Pagi 05:30 am.

Olahraga pagi / membersihkan 15 : 30 – 7 :3 0.

Sarapan+ bercerita 08: 00 – 09 : 30.

Membaca / Membuat renungan 19:30


/ aktivitas pribadi lainnya
Makan Siang 12:30 – 14 : 00 am

Istirahat Siang 14 : 15 – 15 : 30

Pertemuan Legio 16: 00 – 17: 30

Misa Harian 18: 00

Makan Malam 19:30

Refleksi/ doa pribadi/ rekreasi 22 : 00

20
Istirhat 23: 00

Sabtu

Bagun pagi dan Mandi 04:30 am.

Doa Pagi 05:30 am.

Misa Harian / Setelah Misa 06:00 : 07 : 00 am.


ada kebiasaan menyapa umat
di depan Gereja
Sarapan+ bercerita 07:30 – 9 : 00am.

Kegiatan Pribadi/ membaca 09: 00 – 12 : 30


buku / membuat renungan
Makan Siang 12 : 30 – 14 : 00

Istirahat 14 : 00 – 15 : 30

Membersihkan/ menyetrika 15 : 30 – 16 : 30
baju
Mulai bulan Oktober, mengajar 17: 00
agama untuk PMKRI
Misa Malam Minggu 18 : 30

Makan Malam 20:00

Refleksi/doa pribadi/ kadang- 22: 00


kadang nonton TV
Istirahat 23: 00

21
Minggu

Bagun pagi dan Mandi 04:30 am.

Doa Pagi 05:30 am.

Misa Pagi 06:00 am.

Sarapan Pagi 07:00 – 7:30 am.

Membawakan Komuni Orang 7:30 – sampai selesai


Sakit
Makan Siang 12: 30 am

Istirahat 14 : 00 – 15: 30

Bagun Membersihkan/ 15 : 30 – 16 : 30
menyiram bunga
Siap-siap Misa Minggu 17 : 00
Malam
Misa 18 : 30

Makan Malam 20:00 pm

Refleksi/ doa pribadi 22: 00

Istiraha 23:00

Jadwal Mingguan

1. Setiap minggu ke-2 dan ke-4 penulis mengikut pastor kunjungan stasi ke wilayah
Konawe Utara.
22
2. Setiap hari Jumat, penulis membuat renungan hari Minggu dan diserahkan kepada
pendamping.

Jadwal Bulanan

1. Mengadakan pertemuan dengan pastor pendamping (sharing pengalaman TOP).


2. Setiap 2 bulan diadakan pertemuan Kevikepan Sultra, penulis diikutsertakan dalam rapat
kevikapan tersebut.
3. Memperhatikan oli motor.

Mengetahui

P. Stephanus Chandra Pr. Fr. Albertus Allo


(Pastor Pembimbing) (TOP-er Mandonga)

23

You might also like