You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketahanan pangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam
berkembangnya suatu negara. Makin meningkatnya sumber daya manusia maka
makin meningkat pula taraf hidup masyarakat yang mana membutuhkan kualitas
serta kuantitas pangan yang tinggi.
Untuk menggerakan industri pangan, pemerintah perlu menyediakan energi
penggerak yang tidak sedikit. Dapat dikatakan bahwa energi dan ketahanan
pangan mempunyai hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Kebutuhan
pangan yang terus meningkat hari demi hari mendesak penggunaan energi yang
besar dan berkelanjutan. Ide dalam penggunaan energi terbarukan mulai
dikembangkan semenjak energi konvensional dianggap tidak efisien dan tidak
akan berkelanjutan.
Energi adalah kemampuan dalam melakukan tindakan atau usaha untuk
menghasilkan suatu gerakan. Berdasarkan dengan hukum kekekalan energi adalah
energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi dapat
berubah bentuk dari bentuk yang satu ke bentuk yang lainnya. Kehidupan manusia
erat kaitannya dengan pemakaian sumber energi.
Energi alternatif pun dirasa sangat diperlukan untuk mengatasi
permasalahan ini. Dewasa ini pengembangan energi alternatif sudah diumumkan
untuk mengurangi adanya emisi gas rumah kaca, salah satunya berasal dari limbah
sampah yang menyumbang 8% dari emisi global.
Salah satu bahan bakar alternatif adalah biobriket dari limbah biomassa
kulit singkong. Biomassa merupakan limbah padat yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber bahan bakar (Nining Wahyuni, dkk, 2020: 1). Biomassa ini dapat
berupa limbah kayu, pertanian, perkebunan, hutan ataupun limbah organik lainnya
dari industri dan rumah tangga.Briket adalah suatu bahan organik yang berbentuk
blok yang dapat dibakar dan digunakan sebagai bahan bakar. Briket merupakan
hasil biomassa kimbah pertanian sehingga serig disebut biobriket.

1
Tepung singkong atau modified casssava flour (Mocaf) atau yang sering
juga disebut tepung tapioka merupakan bahan dasar pangan dalam pemasok
karbohidrat selain nasi dan bahan lainnya. Di Indonesia tepung singkong menjadi
bahan dasar pembuatan mie, salah satunya menjadi mie lethek. Mie lethek
merupakan salah satu kuliner mie yang berasal dari D.I.Yogyakarta, tepatnya di
Srandakan, Bantul. Dalam produksi mie lethek masih menggunakan
cara tradisional.
Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di D. I. Yogyakarta
yang memiliki potensi tinggi akan tanaman singkong. Singkong dimanfaatkan
oleh masyarakat Bantul sebagai pengganti bahan makanan pokok, jajanan ataupun
makanan ringan. Namun pembuatan bahan pangan ini akan meninggalkan kulit
singkong sebagai limbahnya. Kulit singkong belum dimanfaatkan secara
maksimal, dibuang begitu saja ataupun digunakan sebagai pakan ternak. Padahal
kulit singkong dinilai kurang baik sebagai pakan ternak karena mengandung
sianida. Kulit singkong memiliki kandungan HCN yang sangat tinggi yaitu
sebesar 18,0 – 309,4 ppm untuk per 100 gram kulit singkong (Nur Richana, 2013)
dalam (Audiananti Meganandi Kartini, dkk, 2018: 272).
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengembangkan tepung
singkong sebagai bahan dasar pembuatan mie dan limbah kulit singkong sebagai
bahan baku pembuatan biobriket dengan tepung singkong sebagai perekat.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini :
1. Bagaimana karakteristik dan pengolahan limbah kulit singkong menjadi green
energy biobriket ?
2. Bagaimana pemanfaatan biobriket sebagai energi untuk pabrik pembuatan mie
lethek ?

1.3. Tujuan
Adapunn tujuan dalam pembuatan penelitian ini :
1. Mengetahui pengolahan limbah kulit singkong menjadi green energy biobriket
2. Mengetahui pemanfaatan biobriket sebagai energi untuk pabrik pembuatan mie
lethek.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pembuatan Briket


Persiapan Bahan, Kumpulkan bahan-bahan seperti bioarang, bahan perekat, dan
bahan tambahan opsional seperti arang aktif atau bahan pengikat lainnya. Lalu,
Penggilingan (Opsional) jika bahan biokarang Anda dalam bentuk besar atau tidak
terlalu halus, pertimbangkan untuk menggilingnya menjadi ukuran lebih kecil.
Selanjutnya, Campurkan biokarang yang sudah digiling dengan bahan perekat.
Perbandingan antara biokarang dan bahan perekat dapat bervariasi tergantung
pada jenis bahan yang digunakan. Tahap selanjutnya, Panaskan campuran di atas
api atau kompor sambil terus diaduk. Tujuannya adalah untuk melelehkan bahan
perekat dan meratakan campuran. Setelah terbentuk briket campuran menjadi
lebih lembut dan lengket, angkat dari panas dan biarkan sedikit mendingin, bentuk
campuran menjadi briket dengan tangan atau cetakan briket. Tahap terakhir yaitu
pengeringan dengan menempatkan briket yang sudah dibentuk di tempat yang
terbuka untuk mengering, ini bisa dilakukan di bawah sinar matahari atau di
tempat yang hangat dan kering. Lalu simpan briket dan hindari tempat yang
lembab agar briket tetap kering.

2.2. Singkong
Singkong, juga dikenal dengan nama ubi kayu atau cassava, dapat digunakan
sebagai bahan dasar dalam pembuatan mie. Namun, perlu diingat bahwa mie yang
dibuat dari singkong mungkin memiliki tekstur dan karakteristik yang berbeda
dibandingkan mie yang menggunakan tepung terigu biasa.
Mie lethek adalah hidangan tradisional Indonesia yang terbuat dari singkong.
Kandungan singkong dalam bahan dasar mie lethek umumnya meliputi
karbohidrat kompleks, serat, beberapa nutrisi, dan energi. Singkong kaya akan
karbohidrat, terutama pati, yang merupakan sumber utama energi selain itu juga

3
terdapat kandungan karbohidrat, serat, vitamin dan mineral, antioksidan, dan zat
besi.

2.3. Kulit singkong


Kulit singkong merupakan salah satu jenis biomassa yang dapat dimanfaatkan
dalam berbagai aplikasi, terutama dalam konteks bioenergi dan produk-produk
berbasis biomassa. Biomassa adalah bahan organik yang berasal dari tanaman atau
organisme lain yang dapat digunakan sebagai sumber energi atau bahan baku
dalam proses kimia.

2.4. Briket
Briket adalah sebuah istilah yang merujuk pada sebuah benda padat atau massa
yang terbuat dari bahan – bahan seperti arang, kayu, batubara, limbah organik,
atau bahan – bahan lainnya yang telah diolah dan dipadatkan menjadi bentuk
tertentu. Briket biasanaya memiliki bentuk dan ukuran yang seragam , sehingga
lebih mudah untuk digunakan, disimpann dan diangkat.

2.5. Parameter Kualitas Briket


Sebagai bahan bakar atau sumber energi alternatif, brikeet yang beerkualitas
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mudah dinyalakan
2. Tidak mengeluarkan asap
3. Emisi gas basil pcmbakaran tidak mengandung racun
4. Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waklu
lama.
5. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu
pembakaran) yang baik (Fachry dkk, 2010) dalam Agustin Novalinda (2016: 9)

2.6. Tepung Tapioka


Tepung tapioka adalah sejenis tepung yang diperoleh dari akar tanaman
singkong (Manihot esculenta). Proses pembuatannya melibatkan penggilingan dan
pemisahan pati dari akar singkong, yang kemudian diubah menjadi tepung.
Tepung tapioka sangat populer dalam berbagai masakan di berbagai belahan

4
dunia.Tepung tapioka memiliki beberapa karakteristik seperti memiliki daya ikat
yang baik, sehingga sering digunakan sebagai bahan pengikat dalam pembuatan
makanan atau lem.

BAB III
ANALISIS

3.1. Pemilihan Lokasi Industri


Singkong adalah tanaman umbi yang penting dalam pertanian di banyak
daerah di Indonesia, termasuk DIY. Pertanian singkong dapat memiliki dampak
ekonomi yang signifikan bagi daerah seperti DIY. Hasil panen singkong dapat
dijual sebagai bahan baku untuk industri makanan lokal atau diolah menjadi
produk makanan siap saji yang kemudian dapat dijual di pasar lokal maupun
regional. Dalam konteks pertanian singkong, pemberdayaan petani sangat penting.
Pelatihan mengenai teknik budidaya yang baik, pengelolaan hama dan penyakit,
serta pemahaman tentang nilai tambah dari produk olahan singkong dapat
membantu petani meningkatkan hasil panen dan pendapatan mereka.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Bantul adalah sebuah kabupaten di Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia pada tahun 2021. Masyarakat Kabupaten Bantul
memiliki berbagai mata pencaharian, salah satunya di Kabupaten Bantul memiliki
sebagian besar lahan pertanian, dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai
petani. Tanaman padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan adalah beberapa produk
pertanian yang umum di wilayah ini.

3.2. Perencanaan Mesin

5
1. Mesin Penggiling
Dalam tradisinya pembuatan mie lethek sangatlah sederhana, yang mana
masih menggunakan tenaga manual dalam melalukan pengadukan dengan
memanfaatkan tenaga ternak yaitu kerbau.
2. Mesin Pencetak
Dalam hal ini untuk meningkatkan produksi mie lethek diperlukannya
kemajuan dalam proses produksi salah satunya dalam proses pencetakan, yang
mana dalam penelitian ini akan memanfaatkan Mesin Pencetak Mie Type MKS-
350 mencetak mie menjadi lebih mudah dan rapih, sehingga pekerjaan anda
menjadi efektif dan efisien. Dalam waktu 60 menit, mampu menghasilkan hingga
40 kilogram mie yang rapi untaiannya, sama ukurannya, serta merata
kekenyalannya. Proses penggilingan bahan mie juga dilakukan sekaligus dengan
mesin ini hingga ketebalan yang diinginkan, kemudian mesin akan membantu
memotong secara otomatis.
3. Mesin Pengukus
Agar mendapatkan tekstur mie yang kenyal dan tidak mudah patah maka mie
perlu direbus atau dikukus terlebih dahulu menggunakan oven manual dengan
menggukana tenaga panas manual yang diperoleh dari pembakaran briket. Lalu
dikeringkan manual pada panas matahari.

3.3. Energi Balance


Dalam penelitian ini, dilakukan percobaan pembuatan briket menggunakan
kulit singkong. Pertama tama kulit singkong yang sudah dikeringkan sebanyak
1kg lalu dilakukan pengarangan selama 2-3 jam sehingga akan menghasilkan
arang sebanyak 570 gram. Lalu setelah didapatkan proses pengarangan
selanjutnya dihaluskan hingga arang kulit singkong sebesar ukuran 100 mesh.
Tujuannya agar bubuk arang tersebut dapat mudah merekat dengan perekat dan
mudah terkompaksi.
Selanjutnya arang kulit singkong yang halus akan dicampurkan tepung tapioka
sebangai perekatnya, dengan menggunnakan perbandingan 100 (arang kulit
singkong) : 40 (tepung tapioka). Tepung tapioka terlebih dulu dicampurkan
dengan air seb ayak 50 ml yang kemudian dipanaskan di atas api sedang hingga

6
teksturnya berubah menjadi kental seperti lem. Lem tersebut kemudian
dicampurkan dengan arang kulit singkong.
Dari hasil percampuran antara lem dan arang tadi akan menghasilkan
campuran briket basah yang kemudian akan dimasukan pada cetakan yang masing
masing sebesar 50 gram dan kemudian akan diberikan tekanan sebesar 2500 lbs.
Setelah itum dilakukan proses pengeringan pada briket dengan menggunakan
sinar matahari selama 3-4 hari. Berdasarkan hasil uji nilai kalor, untuk briket kulit
singkong dengan perekat tepung tapioka memiliki nilai sebesar 180,87 J/gr.
Untuk menghitung material balance dalam pembuatan briket kulit singkong,
kita perlu menghitung jumlah bahan masuk (kulit singkong), jumlah produk
keluar (arang), serta menghitung nilai kalor dan kadar airnya. Selain itu, kita juga
akan memperhitungkan efisiensi dalam proses pembuatan.
Diketahui dengan kadar air kulit singkong: 27.42%
 Hitung jumlah air dalam kulit singkong:
Kadar air kulit singkong = 27.42% = 0.2742
Jumlah air dalam kulit singkong = 1 kg * 0.2742 = 0.2742 kg
 Hitung jumlah bahan kering dalam kulit singkong:
Jumlah bahan kering dalam kulit singkong = 1 kg - 0.2742 kg = 0.7258 kg
 Hitung jumlah arang yang dihasilkan:
Jumlah arang = 570 gram = 0.57 kg
 Hitung total energi yang dihasilkan dari arang:
Energi total = Jumlah arang * Nilai kalor arang
Energi total = 0.57 kg * 180.87 J/gram = 103.2779 kJ
 Hitung energi yang mungkin dihasilkan jika efisiensi adalah 100%:
Energi maksimal = Energi total / Efisiensi

3.4. Efesiensi Mesin


Untuk menghitung efisiensi alat, kita perlu tahu bagaimana alat tersebut
mentransformasikan energi masukan menjadi energi keluaran yang berguna.
Dalam hal ini, efisiensi (η) dapat dihitung dengan rumus:

7
Di sini, kita diberikan daya alat dan daya masukan. Namun, kita perlu
mengonversi daya masukan dari kilojoule per 10 menit menjadi watt-hour (Wh)
untuk konsistensi dengan daya alat yang diberikan dalam watt.

Dengan informasi yang ada, kita dapat menghitung efisiensi:

1. Mengonversi daya masukan ke Wh:

2. Menghitung efisiensi dengan rumus efisiensi:

Jadi, efisiensi alat tersebut adalah sekitar 87.15%. Ini berarti sekitar 87.15%
dari energi yang dimasukkan ke dalam alat diubah menjadi energi keluaran yang
berguna.

2.5. Limbah dari Mie Lethek


Mie lethek adalah sejenis mie yang umumnya menggunakan bahan baku
seperti tepung beras dan air. Limbah dari proses pembuatan mie lethek bisa
meliputi sisa-sisa tepung, pengupasan, potongan mie yang tidak rapi, dan
mungkin juga bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi.
Emisi Hasil Pembakaran Briket Briket adalah bahan bakar padat yang terbuat
dari bahan biomassa seperti serbuk kayu, limbah pertanian, atau sisa-sisa organik
lainnya. Ketika briket dibakar, emisi yang dihasilkan bisa berupa gas buang
seperti karbon dioksida (CO2), partikel debu halus, karbon monoksida (CO), serta
berbagai senyawa organik volatil tergantung pada jenis bahan bakar dan kondisi
pembakaran.

3.6. Pengolahan Limbah

8
Pengolahan Limbah Briket : Limbah briket bisa diolah dengan cara daur
ulang menjadi bahan bakar baru atau digunakan dalam pembuatan bahan
bangunan seperti bata atau bahan isolasi.
Pengolahan Limbah Mie : Limbah dari produksi mie, terutama mie lethek,
bisa diolah menjadi pakan ternak, kompos, atau diolah menjadi bahan lainnya
seperti bahan aditif pangan.

3.7. Pertimbangan Aspek Sarana dan Prasarana Produksi Mie Lethek


Lokasi Produksi : Pilih lokasi yang memenuhi standar kebersihan dan
memiliki akses yang baik bagi pasokan bahan baku dan distribusi produk.
Fasilitas Produksi : Memiliki peralatan seperti mesin penggilingan,
pencampur adonan, mesin pemotong mie, dan peralatan lain yang dibutuhkan
dalam produksi mie lethek.
Kebersihan dan Higienis : Pastikan kebersihan dan higienis dalam semua
tahapan produksi untuk memastikan kualitas produk dan mencegah kontaminasi.
Penyimpanan Bahan Baku dan Produk Jadi Ruang penyimpanan yang baik
untuk bahan baku dan produk jadi agar terhindar dari kerusakan dan pencemaran.
Pengelolaan Limbah : Sediakan sistem pengelolaan limbah yang tepat untuk
mengurangi dampak lingkungan dan mematuhi peraturan.

9
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kulit singkong merupakan salah satu jenis biomassa yang dapat dimanfaatkan
dalam berbagai aplikasi, terutama dalam konteks bioenergi dan produk-produk
berbasis biomassa. Dengan proses pengolahan yang tepat potensi biomassa pada
kulit singkong dapat diekstraksi dengan efisien.
Pembuatan biomassa briket dari kulit singkong meliputi tahap persiapan bahan,
penggilingan, pencampuran bahan dengan perekat, pemanasan, pembentukan,
pengeringan, dan penyimpanan.
Produk briket kulit singkong ini digunakan kembali pada pabrik mie lethek yang
mana bahan utamanya adalah singkong sehingga tidak menimbulkan limbah
pabrik. Spesifiknya briket ini digunakan pada oven pemanas dan pengering hasil
adonan cetakan mie. Limbah hasil pembakaran dapat diolah kembali menjadi
bahan bakar baru atau bahan pembuatan bata maupun isolasi.

4.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini adalah :
1. Diperlukannya pengujian lansung untuk mendapatkan hasil yang spesifik serta
pengujian terhadap perekat jenis lainnya pada pembuatan briket.
2. Perlu obeservasi yang lebih detail terkait mesin yang digunakan terutama dalam
skala industri.

10

You might also like