You are on page 1of 15

KEGIATAN BELAJAR 4

SALAT JUMAT

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Peserta dapat menganalisis tata cara salat Jumat.

B. Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Menganalisi ketentuan salat Jumat;
2. Memperagakan tata cara dan hikmah salat Jumat.

C. Uraian Materi
1. Ketentuan Salat Jumat
a. Pengertian dan Hukum Salat Jumat
Hari Jumat merupakan hari yang penting bagi kaum muslimin.
Hari yang memiliki kekhususan dan keistimewaan yang tidak dimiliki
hari-hari lain. Allah memerintahkan kaum muslimin untuk berkumpul
pada hari itu untuk menunaikan ibadah salat di masjid tempat
berkumpulnya penduduk. Di sana kaum muslimin saling berkumpul
dan bersatu, sehingga dapat terbentuk ikatan kecintaan, persaudaraan
dan persatuan.
Prof. Dr. Shalih bin Ghanim al-Sadlan berkata, “Hari Jumat
merupakan hari terbaik dan termulia, yang Allah khusukan untuk umat
Islam. Pada hari itu, Allah mensyariatkan kaum muslimin untuk
berkumpul. Di antara hikmahnya, yaitu menjadi sarana perkenalan,
persatuan, saling mencintai dan kerjasama di antara mereka. Jadilah hari
Jumat sebagai hari raya pekanan dan menjadi hari terbaik.”
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, “Jumat -dengan
didammahkan huruf jim-nya dan disukunkan huruf mim-nya- berasal
dari kata al-jam’u. Dinamakan demikian karena Allah telah
mengumpulkan beberapa perkara kauniyah dan syariyah yang tidak ada
di hari lainnya. Terdapat padanya penyempurnaan penciptaan langit dan

65
bumi, penciptaan Adam dan terjadinya hari kiamat dan kebangkitan
manusia. Juga pada hari itu manusiapun berkumpul.”
Rasulullah mengabarkan dalam hadis-hadis, di antaranya:
‫ خْي يوم طلعت عليه الشمس يوم اجلمعة فيه خلق آدم وفيه أدخل اجلنة وفيه‬:‫عن أيب هريرة أن النيب صلى هللا عليه و سلم قال‬
‫أخرج منها وال تقوم الساعة إال ِف يوم اجلمعة‬

Sebaik-baiknya hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jumat.


Pada hari itu Adam diciptakan, masuk dan keluar dari syurga dan hari
kiamat hanya akan terjadi pada hari Jumat. (HR Imam Muslim).
Pada hari Jumat, Allah mensyariatkan salat Jumat. Salat Jumat
adalah salat yang wajib dikerjakan pada waktu Zuhur di hari Jumat yang
diawali dengan dua khutbah. Disebut salat Jumat karena dilaksanakan
pada hari Jumat. Salat Jumat itu hukumnya fardu ain bagi setiap mukalaf
yang mampu dan memenuhi syarat-syaratnya. Dasar hukum salat Jumat
adalah:
‫اّللِ َو َذ ُروا الْبَ ْي َع َذلِ ُك ْم َخ ْْيٌ لَّ ُك ْم إِن ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن‬
َّ ‫اس َع ْوا إِ ََل ِذ ْك ِر‬ ِ ِ ِ ِ َّ ِ‫ودي ل‬ ِ ُ‫َي أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا إِ َذا ن‬
ْ َ‫لص َالة من يَ ْوم ا ْجلُ ُم َعة ف‬ َ َ َ َ
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada
hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS Al-
Jum’ah/62: 9).
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk menunaikan salat
Jumat. Perintah dalam istilah ushul fikih menunjukkan kewajiban.
Demikian juga larangan sibuk berjual beli setelah ada panggilan salat,
menunjukkan kewajibannya, sebab seandainya bukan karena wajib,
tentu hal itu tidak dilarang.
Sedangkan dalil dari sunah, sabda Rasulullah:
ِ ‫اجلمع‬
‫ات‬ ِ
َ ُ ُْ ‫ني أَقْ َو ٌام َع ْن َو ْدع ِه ُم‬ ُ ‫ يَ ُق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اّلل‬
َّ َ ‫ول َعلَى أ َْع َو ِاد ِمنْ َِربهِ « لَيَ نْ تَ ِه‬ َّ ‫ول‬ َ ‫بْ َن ُع َمَر َوأ َََب ُهَريْ َرةَ َح َّد َاثهُ أ ََّهنُ َما ََِس َعا َر ُس‬
.» ‫ني‬ِِ ِ ِِ َّ ‫أ َْو لَيَ ْختِ َم َّن‬
َ ‫اّللُ َعلَى قُلُوهب ْم ُمثَّ لَيَ ُكونُ َّن م َن الْغَافل‬
Hendaklah satu kaum berhenti dari meninggalkan salat Jumat, atau kalau tidak,
maka Allah akan mencap hati-hati mereka, kemudian menjadikannya termasuk
orang yang lalai.” (HR. Imam Muslim).

66
Salat Jumat ini diwajibkan bagi setiap umat Islam dan dikecualikan
bagi hamba sahaya, kaum wanita, anak-anak, orang sakit dan orang yang
sedang berhalangan/ uzhur seperti sakit atau bepergian. Hal ini
ditegaskan oleh sabda Rasulullah saw:
ٌ ُ‫اع ٍة إِالَّ أ َْربَ َعةً َعْب ٌد َمَْل‬ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِِ
‫وك‬ َ َ‫ب َعلَى ُك ِهل ُم ْسل ٍم ِىف ََج‬
ٌ ‫ال « ا ْجلُ ُم َعةُ َح ٌّق َواج‬ ‫َع ْن طَارق بْن ش َهاب َعن الن ِه‬
َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّب‬
» ‫يض‬ٌ ‫ب أ َْو َم ِر‬ َ ‫أَ ِو ْامَرأَةٌ أ َْو‬
ٌّ ِ‫ص‬
Jumat itu wajib bagi setiap Muslim dengan berjamaah, kecuali empat (golong-
an), yaitu: hamba sahaya, wanita, anak-anak, dan orang yang sakit.” (HR. Abu
Daud dan Hakim).
Sedangkan tentang hukum musafir, para ulama berbeda pendapat
tentang wajib tidaknya salat Jumat bagi mereka. Ada dua pendapat,
yaitu:
Pertama, musafir tidak diwajibkan salat Jumat. Ini adalah pendapat
jumhur ulama, dengan dasar bahwa Rasulullah saw. dalam seluruh
safarnya tidak pernah melakukan salat Jumat, padahal bersamanya
sejumlah sahabat beliau. Hal ini dikuatkan dengan kisah haji wada,
sebagaimana disampaikan oleh Jabir bin Abdillah dalam hadis yang
panjang.
‫ مث أذن مث أقام فصلى الظهر مث أقام فصلى العصر ومل يصل بينهما شيئا‬... ‫فأيت بطن الوادي فخطب الناس‬
Lalu beliau mendatangi Wadi dan berkhutbah … kemudian (Bilal) menguman-
dangkan azan, kemudian iqamah dan salat Zuhur, kemudian iqamah dan salat
Asar, dan tidak salat sunah di antara keduanya…. (HR. Muslim).
Kedua, musafir wajib melakukan salat Jumat. Ini merupakan pendapat
mazhab Zahiriyah, al-Zuhri, dan al-Nakha’i. Mereka berdalil dengan
keumuman ayat dan hadis yang mewajibkan salat Jumat dan
menyatakan baha tidak ada satupun dalil sahih yang
mengkhususkannya hanya untuk muqim.
Dari kedua pendapat tersebut, maka yang rajih adalah pendapat
pertama dikarenakan kekuatan dalil yang ada. Pendapat inilah yang
dirajihkan Ibnu Taimiyah, sehingga setelah menyampaikan perselisihan
para ulama tentang kewajiban salat Jumat dan Id bagi musafir, ia berkata,
“Yang jelas benar adalah pendapat pertama bahwa hal tersebut tidak

67
disyariatkan bagi musafir, karena Rasulullah saw. telah bepergian dalam
banyak safar, telah berumrah tiga kali selain umrah ketika hajinya dan
berhaji haji wada’ bersama ribuan orang, serta telah berperang lebih dari
dua puluh peperangan, namun belum ada seorangpun yang menukilkan
bahwa beliau melakukan salat Jumat, dan tidak pula salat Id dalam safar
tersebut. Bahkan, beliau salat dua rakaat saja dalam seluruh perjalanan
(safar)nya.”
Demikian juga orang yang memiliki uzur yang dibenarkan syarak,
termasuk orang yang tidak diwajibkan menghadiri salat Jumat. Orang
yang mendapat uzur, tidak wajib salat Jumat, tetapi wajib menunaikan
salat Zuhur, bila termasuk mukalaf karena asal perintah hari Jumat
adalah salat Zuhur, kemudian disyariatkan salat Jumat kepada setiap
muslim yang mukalaf dan tidak memiliki uzur sehingga mereka yang
tidak diwajibkan salat Jumat masih memiliki kewajiban salat Zuhur.
Waktu salat Jumat adalah sama dengan waktu salat Zuhur yaitu
sejak tergelincirnya matahari hingga ukuran bayangan sesuatu sama
dengannya, setelah bayangan istiwa’. Inilah waktu yang disepakati para
ulama. Waktu yang paling utama untuk melaksanakan salat Jumat
adalah setelah matahari tergelincir ke barat sebagaimana hadis dari
Salamah bin al-Akwa, ia berkata: “Kami (salat) Jumat bersama Rasulullah
saw. ketika matahari telah tergelincir, lalu kami pulang mengikuti
bayangan (kami)”.
Bila salat Jumat dilakukan sebelum tergelincir matahari, maka para
ulama berselisih dalam dua pendapat.
Pertama, tidak sah menurut pendapat jumhur ulama dengan argumen
sebagai berikut:
– Hadis Anas bin Malik, ia berkata:
‫ أن النيب صلى هللا عليه و سلم كان يصلي اجلمعة حني متيل الشمس‬: ‫عن أنس بن مالك رضي هللا عنه‬

Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam salat Jumat ketika


matahari condong (tergelincir). (HR Imam Bukhari).

68
Inilah yang dikenal dari para salaf, sebagaimana dinyatakan
Imam al-Syafi’i: Nabi saw., Abu Bakar, Umar, Usman dan para imam
setelah mereka, salat setiap Jumat setelah tergelincir matahari.
Kedua, sah salat Jumat sebelum tergelincir matahari. Demikian
pendapat Imam Ahmad dan Ishaq, dengan argumen sebagai berikut:
Hadis Salamah bin al-Aqwa’, ia berkata:
‫عن إَيس بن سلمة األكوع عن أبيه قال كنا جنمع مع رسول هللا صلى هللا عليه و سلم إذا زالت الشمس مث نرجع نتتبع الفيء‬

Kami salat Jumat bersama Nabi saw. jika tergelincir matahari,


kemudian kami pulang mencari bayangan (untuk berlindung dari
panas). (HR Imam Muslim).

Hadis di atas menunjukkan bahwa Nabi saw. dan para


sahabatnya melakukan salat Jumat sebelum matahari tergelincir,
karena mereka pulang sedangkan belum ada bayangan yang dapat
digunakan untuk berteduh.
Hadis Sahl bin Sa’ad, ia berkata:
‫ وقال ما كنا نقيل وال نتغذى إال بعد اجلمعة‬: ‫عن أيب حازم عن أبيه عن سهل هبذا‬

Kami tidak tidur dan makan siang, kecuali setelah Jumat. (HR Imam
Bukhari)
b. Syarat-syarat Salat Jumat
1) Syarat Wajib Salat Jumat
Salat jumat sama seperti halnya salat lima waktu, sama dalam hal
rukun, syarat dan adab-adabnya. Namun salat jumat lebih dikhususkan
para syarat-syarat yang mewajibkannya dan syarat sahnya, hal-hal yang
mengharuskannya dan adab-adabnya.
Syarat wajib melaksanakan salat jumat adalah:
a) Muslim
Orang kafir tidak wajib Jumat, bahkan jika mengerjakannya tidak
dianggap sah. Allah swt. berfirman:
-٥٤- ‫اَل َوالَ يُ ِنف ُقو َن إِالَّ َوُه ْم َكا ِرُهو َن‬ َّ ‫ّلل َوبَِر ُسولِِه َوالَ ََيْتُو َن‬
َ ‫الصالََة إِالَّ َوُه ْم ُك َس‬ ِ ‫وما من عهم أَن تُ ْقبل ِمْن هم نَ َف َقا ُهتُم إِالَّ أ ََّهنُم َك َفرواْ َِب‬
‫ْ ُ ه‬ ْ ُْ ََ ْ ُ َ ََ َ َ

69
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka
nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan
Rasul-Nya. (QS al-Taubah/09: 54)
Apabila Allah swt. tidak menerima infak orang kafir padahal
manfaatnya sangat luas, tentu ibadah yang manfaatnya terbatas (untuk
pelaku) lebih tidak terima.
b) Balig
Anak kecil yang belum balig tidak wajib Jumat karena belum
dibebani syariat. Meskipun demikian, anak laki-laki yang sudah
mumayiz (biasanya berusia tujuh tahun lebih), dianjurkan kepada
walinya agar memerintahnya menghadiri salat Jumat. Hal ini
berdasarkan keumuman sabda Nabi saw.
‫ني‬ِِ ِ َّ ‫ « مروا أَوالَ َد ُكم َِب‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اّلل‬ َ َ‫ب َع ْن أَبِ ِيه َع ْن َج هِدهِ ق‬
ٍ ‫َع ْن َع ْم ِرو بْ ِن ُش َعْي‬
َ ‫لصالَة َوُه ْم أَبْنَاءُ َسبْ ِع سن‬ ْ ْ ُُ َّ ‫ول‬
ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ال ق‬
Perintahkan anak kecil untuk mengerjakan salat apabila sudah berumur
tujuh tahun.” (HR. Abu Dawud)
c) Berakal
Orang yang tidak berakal (gila) secara total berarti dia bukan orang
yang cakap untuk diarahkan kepadanya perintah syariat atau
larangannya. Nabi saw. bersabda,
َ ‫ال « ُرفِ َع الْ َقلَ ُم َع ْن ثَالَثٍَة َع ِن النَّائِِم َح ََّّت يَ ْستَ ْي ِق‬
‫ظ َو َع ِن الْ ُمْب تَلَى‬ َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اّلل‬ َ ‫َع ْن َعائِ َشةَ رضى هللا عنها أ ََّن َر ُس‬
َّ ‫ول‬
ِ َّ ‫َح ََّّت يَْ َربأَ َو َع ِن‬
.» ‫ْرب‬ ‫الص ِه‬
ََ ‫ب َح ََّّت يَك‬
Pena terangkat dari tiga golongan: dari orang yang tidur sampai dia
bangun, dari anak kecil sampai dia dewasa, dan dari orang gila sampai
dia (kembali) berakal (waras). (HR. Abu Daud)
d) Laki-laki, Merdeka, dan Sehat
Tidak wajib salat Jumat atas perempuan sebagaimana sabda Nabi saw.
ٌ ُ‫اع ٍة إِالَّ أ َْربَ َعةً َعبْ ٌد َمَْل‬ ِ ِ
‫ب أَْو‬ َ ‫وك أَ ِو ْامَرأَةٌ أ َْو‬
ٌّ ِ‫ص‬ َ َ‫ب َعلَى ُك ِهل ُم ْسل ٍم ِىف ََج‬
ٌ ‫ال « ا ْجلُ ُم َعةُ َح ٌّق َواج‬ ِ ِ
‫َعن الن ِه‬
َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّب‬
» ‫يض‬ٌ ‫َم ِر‬
Salat Jumat adalah hak yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim secara
berjamaah, kecuali empat orang: budak sahaya, wanita, anak kecil, atau
orang yang sakit. (HR. Abu Dawud).

70
e) Orang yang Menetap dan Bukan Musafir
Orang musafir termasuk orang yang mendapat rukhsah
(keringan) dari Allah untuk tidak melaksanakan puasa. Demikian
halnya dengan salat Jumat. Di antara dalil yang menegaskan bahwa
musafir tidak diwajibkan untuk salat Jumat adalah hadis Jabir r.a yang
menyebutkan salat Nabi saw. di Padang Arafah di hari Jumat. Jabir r.a.
mengatakan, “Kemudian (muazin) mengumandangkan azan lalu
iqamah, Nabi saw. salat Zuhur. Kemudian (muazin) iqamah lalu salat
Asar.” (HR. Muslim).
Adapun tentang musafir yang singgah atau menetap bersama
orang-orang mukim beberapa saat, sebagian ulama berpendapat
disyariatkannya Jumat atas mereka karena mereka mengikuti orang-
orang yang mukim.
f) Orang yang Tidak Ada Uzur/Halangan yang Mencegahnya untuk
Menghadiri
Jumat orang yang memiliki uzur, ada keringanan tidak menghadiri
salat Jumat dan menggantinya dengan salat Zuhur. Misalnya hujan
deras atau angin topan yang terus-menerus, atau ada kezaliman yang
dikhawatirkannya, atau bisa menggugurkan suatu kewajiban yang
tidak ada seorang pun yang bisa menggantikannya, dan sebagainya.
2) Syarat Sah Salat Jumat
Adapun syarat sah salat Jumat adalah sebagai berikut:
a) Salat Jumat Diadakan dalam Satu Tempat (Tempat Tinggal), baik di kota
maupun di desa.
Tidak sah mendirikan salat Jumat di tempat yang tidak merupakan
daerah tempat tinggal seperti di ladang atau jauh dari perkampungan
penduduk. Salat Jumat wajib dilakukan di tempat pemukiman warga,
sekiranya tidak diperbolehkan melakukan rukhsah salat jamak qasar di
dalamnya bagi musafir. Tempat pelaksanaan Jumat tidak disyaratkan
berupa bangunan, atau masjid. Boleh dilakukan di lapangan dengan
catatan masih dalam batas pemukiman warga.

71
Syekh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali
mengatakan bahwa Jumat tidak disyaratkan dilakukan di surau atau
masjid. Bahkan, boleh di tanah lapang apabila masih tergolong bagian
daerah pemukiman warga. Bila jauh dari daerah pemukiman warga,
sekira musafir dapat mengambil rukhshah di tempat tersebut, maka Jumat
tidak sah dilaksanakan di tempat tersebut.
b) Salat Jumat Diadakan Secara Berjamaah
Jumlah jamaah menurut pendapat sebagian ulama adalah 40 orang
laki-laki dewasa dari penduduk negeri setempat. Sebagian ulama yang
lain berpendapat lebih dari 40 jamaah dan sebagian ulama yang lain
berpendapat cukup dengan dua orang saja, karena sudah berarti
berjamaah. Menurut pendapat yang terakhir ini jumlah jamaah dalam
salat Jumat minimal adalah dua orang. Jika seorang sendirian, maka ia
tidak wajib untuk melakukan salat Jumat. Ini adalah pendapat Ibnu
Hazm, al-Syaukani, Shidiq Hasan Khan, dan pendapat inilah yang
dipilih oleh Syaikh Al-Albani. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-
Albani berkata, “Salat berjamaah sah dilakukan walaupun hanya dengan
seorang (makmum) bersama seorang imam, sedangkan salat Jumat
merupakan salah satu dari salat-salat wajib lainnya. Barangsiapa yang
mensyaratkan tambahan bilangan yang ada pada salat berjamaah, maka
ia harus menunjukkan dalil pendapat tersebut, dan niscaya ia tidak akan
mendapatkan dalilnya.
c) Salat Jumat dan Kedua Kutbahnya Dikerjakan pada Waktu Zuhur
Rasulullah saw. bersabda:
‫ أن النيب صلى هللا عليه و سلم كان يصلي اجلمعة حني متيل الشمس‬: ‫عن أنس بن مالك رضي هللا عنه‬
Dari Anas bin Malik r.a. Rasulullah saw. bersabda, “Salat Jumat 72etika telah
tergelincir matahari." (H.R. Bukhari).
d) Salat Jumat Dilaksanakan Setelah Dua Khutbah
Hadis tentang khutbah ini menyatakan sebagai berikut:
‫ جيلس بينهما‬، ‫ كان النيب صلى هللا عليه وسلم َيطب يوم اجلمعة خطبتني‬: ‫عن ابن عمر قال‬

72
Dari Ibnu Umar r.a., berkata Rasulullah saw. berkhutbah pada hari Jumat
dua khutbah dengan berdiri dan beliau duduk di antara kedua khutbah itu."
(HR. Ibnu Khuzaimah).
c. Ketentuan Khutbah Jumat
Khutbah Jumat disampaikan oleh seorang khatib secara monolog. Khatib
menyampaikan materi khutbah kepada para jamaah, sedangkan jamaah
cukup mendengarkan dengan hidmat tanpa diberi kesempatan untuk
melakukan tanya jawab. Ketika khutbah disampaikan, semua jamaah harus
hidmat dan tenang sehingga materi khutbah dapat didengarkan dengan baik.
Dalil yang menyebutkan tentang tata cara khutbah antara lain seperti
disampaikan oleh Jabir bin Samurah dalam hadis yang artinya Bahwa
Rasulullah saw. berkhutbah sambil berdiri. Beliau duduk di antara keduanya,
kemudian membacakan beberapa ayat Al-Quran, memperingatkan, dan
menakuti manusia. (HR. Muslim)
Seorang khatib dalam menyampaikan khutbah Jumat harus memenuhi
rukun dan syarat tertentu sebagai berikut:
2) Rukun Khutbah Jumat
a) Hamdalah
Khutbah Jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang
memuji Allah swt. seperti lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau
ahmadullah. Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah, baik di
khutbah pertama maupun khutbah kedua.
b) Salawat kepada Nabi saw.
Salawat kepada Nabi Muhammad saw. harus dilafazkan dengan
jelas, paling tidak ada kata salawat. Misalnya ushalli ‘ala Muhammad, atau
as-salatu ‘ala Muhammad, atau ana mushallai ala Muhammad.
c) Wasiyat untuk Takwa
Yang dimaksud dengan wasiyat ini adalah perintah atau ajakan atau
anjuran untuk bertakwa atau takut kepada Allah swt. Menurut al-Zayadi,
wasiyat ini adalah perintah untuk mengerjakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, cukup

73
dengan ajakan untuk mengerjakan perintah Allah. Adapun menurut al-
Ramli, wasiyat itu harus berbentuk seruan kepada ketaatan kepada Allah.
Lafaznya sendiri bisa lebih bebas. Misalnya dalam bentuk kalimat:
“takutlah kalian kepada Allah” atau kalimat: “Marilah kita bertaqwa dan
menjadi hamba yang taat”. Ketiga rukun di atas harus terdapat pula dalam
kedua khutbah Jumat itu.
d) Membaca ayat Al-Quran pada Salah Satunya
Minimal satu kalimat dari ayat al-Qur’an yang mengandung makna
lengkap, bukan sekedar potongan yang belum lengkap pengertiannya.
Maka tidak dikatakan sebagai pembacaan al-Quran bila sekedar
mengucapkan lafaz: “tsumma nazhar”.
Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan harus ayat
tentang perintah atau larangan atau hukum. Boleh juga ayat Quran tentang
kisah umat terdahulu dan lainnya. Contoh bacaan (QS al-Baqarah/2: 148)
‫اّللَ َعلَى ُك ِهل َش ْي ٍء قَ ِد ٌير‬ ِ ِ ِ
‫استَبِ ُقواْ ا ْْلَْ َْيات أَيْ َن َما تَ ُكونُواْ ََيْت بِ ُك ُم ه‬
‫اّللُ ََجيعاً إِ َّن ه‬
ِ ِ
ْ َ‫َول ُك ٍهل ِو ْج َهةٌ ُه َو ُم َوله َيها ف‬
e) Doa untuk Umat Islam
Pada bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz doa yang intinya
meminta kepada Allah kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat:
Allahummaghfir lil muslimin wal muslimat, atau kalimat Allahumma ajirna
minannar.
3) Syarat Khutbah Jumat
a) Khutbah dilaksanakan pada waktu Zuhur sebagaimana telah dijelaskan pada
uraian sebelumnya;
b) Khutbah disampaikan dengan cara berdiri jika khatib mampu berdiri.
Sebagaimana hadis dari Abdullah bin Umar r.a. ia berkata:
‫ جيلس بينهما‬، ‫ كان النيب صلى هللا عليه وسلم َيطب يوم اجلمعة خطبتني‬: ‫عن ابن عمر قال‬

Dari Ibnu Umar r.a., berkata Rasulullah saw. berkhutbah pada hari Jumat
dua khutbah dengan berdiri dan beliau duduk di antara kedua khutbah itu."
(HR. Ibnu Khuzaimah).
c) Khatib hendaklah duduk di antara kedua khutbah, sekurang-kurangnya
berhenti sebentar. Hal ini berdasarkan amal Rasulullah saw. yang

74
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dari Ibnu Umar r.a. ia
berkata:
‫ كان النيب صلى هللا عليه و سلم َيطب قائما مث يقعد مث يقوم كما تفعلون اآلن‬: ‫عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال‬
Nabi saw. biasa berkhutbah sambil berdiri kemudian duduk lalu beliau berdiri
kembali. Itulah seperti yang kalian lakukan saat ini. (HR. Bukhari dan Muslim)
d) Khutbah disampaikan dengan suara yang keras dan jelasa sehingga dapa
didengar oleh para jamaah. Hal ini berdasarkan hadis berikut:
‫ كان رسول هللا صلى هللا عليه و سلم إذا خطب امحرت عيناه وعال صوته واشتد غضبه حَّت كأنه منذر جيش‬: ‫عن جابر بن عبدهللا قال‬
‫يقول صبحكم ومساكم‬
Bila Rasulullah saw. berkhutbah, kedua matanya merah, suaranya keras, dan
semangatnya tinggi bagai panglima yang memperingatkan kedatangan musuh
yang menyergap di kala pagi dan sore. (HR. Muslim dan Ibnu Majah).
e) Khutbah disampaikan secara tertib atau berurutan baik rukun, jarak kedua
khutbah, maupun jarak keduanya dengan salat. Jika ada jarak yang lama (yang
dianggap oleh ‘urf itu lama) antara khutbah pertama dan kedua, juga ada jarak
yang lama antara kedua khutbah dan salat, khutbah jadi tidak sah.
Salah satu syarat sahnya mendirikan salat Jumat ialah harus didahului
khotbah oleh khatib dengan ketentuan:
(1)Muslim yang telah balig, berakal sehat, dan taat beribadah
(2)Mengetahui syarat, rukun dan sunat khutbah
(3)Suci dari hadatas baik badan dan pakaian serta tertutup auratnya
(4)Fasih mengucapkan al-Qur’an dan hadis
(5)Memiliki akhlak yang baik, tidak tercela di mata masyarakat dan tidak
melakukan perbuatan dosa.
(6)Berpenampilan baik, rapih dam sopan
4) Sunnah Kutbah Jumat
a) Dilakukan di tempat yang lebih tinggi atau di atas mimbar
b) Memberi salam pada permulaan khutbah jumat
c) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

75
d) Di sampaikan dengan kalimat yang jelas, sistematik dan temanya sesuai
dengan kondisi yang terjadi
e) Materi khutbah hendaklah pendek, jangan terlalu panjang sebaiknya salatnya
saja yang panjang
f) Khatib menghadap Jamaah.
2. Tata Cara dan Hikmah Pelaksanaan Salat Jumat
a. Tata Cara Pelaksanaan Salat Jumat
Salat jumat terdiri dari dua rakaat dan dua khutbah di awal
pelaksanaannya. Umar bin Khattab berkata: “salat jumat adalah dua rakaat,
dilakukan secara lengkap tidak diqashar. Merugilah orang-orang yang
meremehkannya. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan An-Nasai).
Adapun tata cara pelaksanaan salat Jumat secara umum adalah sebagai
berikut:
1) Khatib naik ke mimbar mengucapkan salam, muazin mengumandangkan
azan yang kedua;
2) Khatib menyampaikan khutbahnya dengan dua kali khutbah diselingi
dengan duduk di antara dua khutbah;
3) Pada saat khutbah dibacakan, jamaah memperhatikan dengan khusuk,
tidak bercakap-cakap, meskipun suara khutbah tidak terdengar;
4) Setelah selesai khutbah, muazin mengumandangkan iqamah sebagai tanda
di mulainya salat Jumat;
5) Jamaah bersiap-siap untuk melaksanakan salat Jumat;
6) Sebelum salat dimulai, imam hendaknya mengingatkan makmum untuk
merapatkan dan meluruskan saf serta mengisinya yang masih kosong;
7) Imam memimpin salat Jumat berjamaah dua rakaat;
8) Jamaah disunahkan untuk berzikir dan berdoa setelah selesai salat Jumat;
9) Sebelum meninggalkan masjid, jamaah disunahkan untuk melaksanakan
salat ba’diyah terlebih dahulu.
Sebelum melaksanakan salat jumat, ada beberapa adab yang perlu
diperhatikan, yaitu:

76
1) Sebelum berangkat ke masjid, hendaklah terlebih dahulu mandi jumat,
memotong kuku dan kumis, berpakaian bersih dan putih, dan memakai
wangi-wangian
2) Hendaknya berangkat ke mesjid lebih awal. Dihindari datang sesudah
imam menyampaikan khutbahnya.
3) Mengisi saf yang kosong, kemudian mengerjalan salat “tahiyatul masjid”
sebanyak dua rakaat
4) memperbanyak zikir, beroda membaca salawat Nabi atau membaca al-
Qur’an sebelum imam naik mimbar
5) Mendengarkan khutbah, tidak boleh berbicara, menegur jamaah dan
mengantuk/tidur sehingga tidak mengetahui isi khutbah. Sabda Rasulullah
saw.:
) ‫ ( إذا قلت لصاحبك يوم اجلمعة أنصت واإلمام َيطب فقد لغوت‬: ‫أن أَب هريرة أخربه أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال‬
Apabila Anda berkata kepada temanmu, pada hari Jumat “diamlah” padahal imam
telah menyampaikan khutbahnya, maka Jumatmu sia-sia. (HR. Bukhari dan
Muslim).
6) Jamaah tenang mendengarkan khutbah dan duduk menghadap ke arah
kiblat. Dari Muthi’ ibn al-Hakam r.a., bahwa Nabi saw. bersabda:
ِ ‫ال قَع َد علَى الْ ِمْن ِرب است ْقب لْناه بِوج‬
.‫وهنَا‬ ِ ِ ‫ إِذَا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ َكا َن النَِّب‬: ‫ال‬
َ َ َ َ‫صع َد الْمْن ََرب أ َْو ق‬ ٍ ‫َع ِن الَْرب ِاء بْ ِن َعا ِز‬
َ َ‫ب ق‬
ُ ُ ُ َ َ َْ َ َ ُّ َ
Apabila beliau naik mimbar, maka kami menghadapkan wajah-wajah kami ke beliau
(HR. Bukhari Muslim)
7) Jamaah berdoa atau membaca istigfar saat khatib duduk di antara dua
khutbah. Waktu di antara dua khutbah adalah waktu ijabah (waktu yang
banyak dikabulkannya doa saat itu).
b. Hikmah Pelaksanaan Salat Jumat
Adapun diantara hikmahnya salat Jumat adalah salat Jumat disyariatkan
untuk mengokohkan pemikiran berjamaah. Mampu mnegumpulkan umat
Islam, saling mengenal dan harmonis. Menyatukan opini umat Islam dan
melatih loyalitas mereka kepada pemimpin, sekaligus berpegang teguh
kepada tuntunan para pemimpin. Mengingatkan kepada kaum muslimin
kepada syariat Islam, sebagai undang-undang hukum, akhlak dan adab dan
dasar perilaku.

77
D. Kontekstualisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Salat Jumat
Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa salat Jumat wajib
dilakukan bagi muslim laki-laki, dan dilaksanakan setiap hari Jumat. Nilai-
nilai moderasi beragama yang terdapat pada materi salat Jumat dapat dilihat
dari nilai tegak-lurus (i’tidal). Adanya persamaan hak dan kewajiban bagi
setiap muslim laki-laki dalam melaksanakan salat Jumat. Di samping itu, bagi
muslim laki-laki yang sedang dalam perjalanan jauh, maka tidak diwajibkan
melaksanakan salat Jumat tetapi diganti dengan salat Zuhur. Ini menunjukkan
bentuk keadilan bagi suatu keadaan yang seimbang dimana mengaharuskan
meninggalkan salat Jumat karena keadaan.
Selain nilai moderasi beragama tersebut, nilai moderasi beragama apa
saja yang dapat Saudara peroleh dari materi salat Jumat ini?

78
E. Latihan
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 4 tentang salat
Jumat. Untuk memperdalam pemahaman Anda di atas, kerjakan latihan
berikut:
1. Coba Anda identifikasi sisi-sisi yang kurang atau tidak sesuai dengan
tuntuan syariat Islam dari praktik khutbah dan salat Jumat di masjid-masjid
di lingkungan masyarakat Anda!
2. Pada bagian akhir bahasan kegiatan belajar 4 di atas Anda telah
mempelajari sejumlah perbedaan-perbedaan pandangan dari kalangan para
ulama berkaitan dengan penyelenggaraan salat Jumat. Coba Anda
identifikasi persoalan lain yang mungkin masih mengandung perbedaan
pandangan di kalangan ulama!
3. Azan Jumat bermacam-macam, ada yang 1 kali, 2 kali bahkan 3 kali (azan
awal, masuk waktu, dan ketika mulai khutbah) bagaimana menyikapinya?
Bandingkan pula dengan perkembangan pada zaman Nabi dan para
sahabat!
F. Daftar Pustaka
1. Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al- Islami wa Adillatuhu, Jilid 1, Cet. X;
Damaskus: Darul Fikri 1428H/2007M.
2. Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1, Penerjemah Mukhsin Adz-Dzaki dkk, Cet.
II; Sukoharjo: Penerbit Insan Kamil, 1440H/2018M.
3. Mustafa Dib Al-Bugha, Fikih Islam Lengkap: Penjelasan Hukum-Hukum Islam
Mazhab Syafi’I, Cet. 1; Solo: Penerbit Media Zikir, 2010.
4. Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI, (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2011).
5. Muhammad Jawad Mughniyah. 2005. Fikih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi,
Syafi’I, Hambali. Cet. 15; Jakarta: Lentera.
6. Musthafa Dib al-Bugha. 2020. Fikih Islam Lengkap Penjelasan Hukum-Hukum
Islam Madzhab Syafi’I. Cet. XVI; Solo: Media Zikir
7. Rasyid Sulaiman. 1996. Fiqh Islam. Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo.

79

You might also like