Professional Documents
Culture Documents
Tugas Etika Profesi - Nurul Amri Yaqin - Kelas B
Tugas Etika Profesi - Nurul Amri Yaqin - Kelas B
DISUSUN OLEH:
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen pengampu. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para
pembaca. Khususnya dalam hal manfaat pelaksanaan bimbingan kelompok sebagai upaya meningkatkan
motivasi belajar mahasiswa. Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr.techn. Andi Abidah, S.T., M.T, dan Bpk. Andi Muhammad Ichsan Djainuddin, S.T., M. Ars. selaku
dosen pengampu.
Terakhir, saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Maka dari itu saya terbuka
terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar pada tugas berikutnya bisa menulis
makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dan para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Isi
BAB I ........................................................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang ......................................................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN .....................................................................................................................................................................................6
A.Etika Profesi Arsitektur ..........................................................................................................................................................6
B. Nilai-Nilai Dalam Arsitektur ................................................................................................................................................8
C. Norma Dalam Arsitektur ....................................................................................................................................................11
D. Moral Dalam Arsitektur......................................................................................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................................................................15
PENUTUP............................................................................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN ..........................................................................................................................................................................15
B. DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia arsitektur, etika adalah pilar fundamental yang menjadi pondasi integritas dan
kualitas profesional. Etika tidak sekadar menjadi panduan dalam menghasilkan desain yang indah
dan fungsional, tetapi juga mendasari hubungan yang solid antara arsitek, klien, dan masyarakat.
Dalam makalah ini, akan dibahas secara mendalam mengenai Etika Profesi Arsitektur, yang meliputi
konsep etika, nilai-nilai, norma, moral, tanggung jawab, hak, dan kewajiban yang relevan dalam
praktik arsitektur.
Etika, sebagai landasan moral dan perilaku dalam profesi arsitektur, membentuk struktur
prinsip-prinsip yang mengarahkan arsitek dalam mengambil keputusan dan bertindak. Hal ini tidak
hanya melibatkan pemahaman tentang apa yang benar dan salah, tetapi juga mencakup aspek-aspek
seperti kejujuran, integritas, dan rasa tanggung jawab terhadap dampak sosial dan lingkungan dari
karya arsitektur.
Dalam konteks arsitektur, nilai-nilai menjadi komponen penting yang memandu proses desain
dan konstruksi. Nilai estetika, yang melibatkan keindahan visual dan harmoni, berdampingan
dengan nilai fungsionalitas yang menjamin bahwa desain tidak hanya indah, tetapi juga memenuhi
kebutuhan praktis penggunanya. Selain itu, nilai keberlanjutan juga semakin menjadi fokus dalam
etika arsitektur, mengingat perlunya mempertimbangkan dampak lingkungan dalam setiap langkah
perancangan.
Norma-norma teknis menjadi fondasi bagi kualitas dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek
arsitektur. Norma ini mencakup standar mutu, keselamatan, dan kelayakan yang harus dipatuhi oleh
arsitek dalam setiap tahap pembangunan. Namun, etika tidak hanya berhubungan dengan aspek
teknis, tetapi juga berurusan dengan pertimbangan moral dalam mengambil keputusan desain. Hal
ini melibatkan pemikiran kritis tentang bagaimana desain akan berdampak pada penghuni,
lingkungan sekitar, serta konteks budaya dan sejarah.
Kewajiban moral dan tanggung jawab arsitek membentuk dasar dari hubungan profesional
yang saling menghormati antara arsitek, klien, dan masyarakat. Arsitek memiliki kewajiban untuk
melindungi kepentingan klien dengan menjaga kerahasiaan informasi dan mengutamakan
kebutuhan klien dalam setiap keputusan desain. Selain itu, arsitek juga memiliki tanggung jawab
terhadap masyarakat secara keseluruhan, dengan memastikan bahwa desain dan proyek yang
dihasilkan tidak hanya aman dan fungsional, tetapi juga memiliki dampak positif pada lingkungan
sekitar.
Hak dan kewajiban arsitek dalam konteks etika menggarisbawahi pentingnya rasa saling
menghormati dan bekerja sama dalam profesi ini. Hak atas karya dan ide desain perlu diakui dan
dihormati oleh semua pihak yang terlibat. Di sisi lain, arsitek juga memiliki kewajiban untuk
berkomunikasi dengan jelas kepada klien dan pihak terkait lainnya, serta mematuhi standar etika
dan norma profesi dalam setiap langkah pekerjaan
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini mencakup pertanyaan-pertanyaan esensial seperti bagaimana
etika mempengaruhi praktik arsitektur, apa konsep serta komponen etika dalam arsitektur, mengapa
etika memiliki peran sentral dalam menjaga integritas, kejujuran, dan hubungan profesional,
bagaimana nilai-nilai seperti estetika, fungsionalitas, keberlanjutan, dan nilai historis serta budaya
berperan dalam desain, bagaimana norma teknis dan moral berinteraksi dalam proses perancangan,
mengapa tanggung jawab moral terhadap klien, masyarakat, dan lingkungan menjadi krusial,
bagaimana keseimbangan antara hak dan kewajiban arsitek tercermin dalam etika, serta bagaimana
contoh kasus nyata menggambarkan dampak pentingnya etika dalam pengambilan keputusan
desain dan proyek arsitektur.
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang mendalam mengenai Etika
Profesi Arsitektur, termasuk konsep etika, nilai-nilai, norma, moral, tanggung jawab, hak, dan
kewajiban yang terkait. Melalui analisis yang komprehensif dan penggunaan contoh kasus nyata,
makalah ini bertujuan untuk mengilustrasikan bagaimana etika membentuk dasar integritas dan
kualitas dalam praktik arsitektur, serta bagaimana hal ini mempengaruhi hubungan antara arsitek,
klien, dan masyarakat secara keseluruhan.
BAB II
PEMBAHASAN
Organisasi profesi arsitektur umumnya memiliki kode etik yang mengikat anggotanya untuk
memastikan kepatuhan terhadap standar moral dan etika. Kode etik ini berisi prinsip-prinsip yang
membimbing arsitek dalam menjalankan pekerjaan mereka dengan integritas. Dengan mematuhi
etika dalam praktiknya, arsitek tidak hanya menjaga reputasi profesi mereka, tetapi juga mendorong
perkembangan pembangunan yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan secara sosial,
lingkungan, dan moral.
2. Nilai Fungsionalitas
Fungsionalitas arsitektur merujuk pada kemampuan bangunan untuk memenuhi kebutuhan dan
tujuannya. Fungsionalitas merupakan salah satu unsur penting dalam desain arsitektur modern, dan
sering menjadi titik pertikaian antara desainer dan klien atau antara arsitek itu sendiri. Fungsionalitas
arsitektur dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti fungsi pewadahan, modifikasi atau kontrol iklim,
dan fungsi bentuk arsitektur. Arsitektur vernakular, misalnya, didasarkan pada prinsip fungsionalitas
yang kuat, di mana bangunan-bangunan dirancang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
penghuninya, seperti perlindungan dari cuaca, keamanan, dan kenyamanan. Fungsionalitas
arsitektur juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan, karena desainnya dapat
menyeimbangkan lingkungan di sekitar, termasuk pada alam, manusia, dan faktor sosialnya. Oleh
karena itu, fungsionalitas arsitektur memiliki nilai yang penting dalam menciptakan bangunan yang
dapat memenuhi kebutuhan dan tujuannya, serta berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.
3. Nilai Keberlanjutan
Arsitektur berkelanjutan adalah pendekatan dalam desain lingkungan binaan yang menggunakan
prinsip-prinsip ramah lingkungan untuk konservasi energi dan ekologi. Nilai keberlanjutan dalam
arsitektur berkelanjutan mencakup tiga aspek utama: lingkungan, ekonomi, dan sosial. Beberapa
nilai keberlanjutan yang penting dalam arsitektur berkelanjutan meliputi:
● Konservasi energi: Arsitek menggunakan teknik pasif dan aktif untuk mengurangi
kebutuhan energi bangunan dan meningkatkan kemampuan bangunan untuk menangkap
atau menghasilkan energi sendiri.
● Konservasi sumber daya: Arsitektur berkelanjutan memanfaatkan sumber daya lingkungan
lokal dan mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak terbarukan.
● Kualitas lingkungan: Arsitektur berkelanjutan memperhatikan dampak bangunan pada
lingkungan sekitar, termasuk pengurangan emisi gas rumah kaca dan pengelolaan limbah.
● Kesehatan dan kenyamanan: Arsitektur berkelanjutan menciptakan lingkungan yang sehat
dan nyaman bagi penghuninya, dengan memperhatikan pencahayaan alami, ventilasi yang
baik, dan penggunaan bahan yang tidak berbahaya.
● Estetika: Arsitektur berkelanjutan juga memperhatikan aspek estetika dalam desain
bangunan, dengan menggabungkan nilai-nilai keberlanjutan dengan keindahan visual.
Dalam arsitektur berkelanjutan, nilai-nilai keberlanjutan ini diintegrasikan dalam setiap tahap
desain, mulai dari perencanaan hingga pembangunan dan pemeliharaan bangunan. Tujuannya
adalah untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan, efisien secara energi, dan
berkelanjutan dalam jangka panjang.
Dalam upaya mengurangi dampak negatif bangunan terhadap lingkungan, arsitektur
berkelanjutan mengikuti prinsip-prinsip yang memiliki tujuan ramah lingkungan. Pertama, efisiensi
energi diwujudkan melalui desain yang mengurangi kebutuhan energi dengan pemanfaatan
pencahayaan alami, isolasi termal optimal, dan penerapan sumber energi terbarukan. Penggunaan
bahan berkelanjutan menjadi prinsip kedua, di mana prioritas diberikan pada bahan ramah
lingkungan, seperti daur ulang, bahan terbarukan, dan bahan dengan dampak siklus hidup yang
rendah. Prinsip ketiga melibatkan pengelolaan limbah yang baik, dengan fokus pada pengurangan,
daur ulang, dan penanganan limbah konstruksi serta operasional secara aman dan berkelanjutan.
Desain yang menghargai lingkungan juga menjadi aspek penting, dengan memaksimalkan
pemanfaatan sumber daya alam, seperti pencahayaan alami, ventilasi yang optimal, dan tata letak
yang mempertimbangkan aspek lingkungan. Kualitas udara dalam ruangan, pencahayaan alami, dan
pemilihan bahan yang aman mewujudkan prinsip keempat, menciptakan lingkungan sehat dan
nyaman bagi penghuni. Prinsip kelima, efisiensi penggunaan air, diwujudkan melalui desain yang
mengurangi konsumsi air, termasuk pengumpulan air hujan dan pengolahan air limbah yang cermat.
Prinsip terakhir adalah pertimbangan ekologi, dengan memperhatikan dampak bangunan terhadap
ekosistem sekitar melalui pelestarian habitat, penggunaan tanaman lokal, dan pengurangan polusi
cahaya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, arsitektur berkelanjutan memiliki potensi untuk
mengurangi dampak negatif bangunan terhadap lingkungan secara signifikan, sekaligus
menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi semua pihak.
4. Nilai Historis & Budaya
Nilai historis dan budaya dalam arsitektur merujuk pada pentingnya menghormati warisan sejarah
dan budaya suatu tempat dalam proses perancangan dan pembangunan bangunan. Nilai ini
melibatkan pemahaman dan penghargaan terhadap konteks budaya, nilai-nilai tradisional, dan
sejarah suatu lokasi. Dalam konteks ini, beberapa aspek yang penting meliputi:
● Pemertahanan Warisan: Memahami dan mempertahankan elemen-elemen bersejarah dalam
desain. Ini bisa melibatkan restorasi bangunan-bangunan bersejarah, pemeliharaan ciri-ciri
budaya, atau integrasi elemen-elemen tradisional dalam desain modern.
● Adaptasi Konteks Budaya: Mengintegrasikan nilai-nilai lokal dan budaya dalam desain. Ini
mencakup penggunaan bentuk, pola, dan bahan yang terkait dengan warisan budaya
setempat, sehingga menciptakan bangunan yang menerapkan identitas lokal.
● Penghargaan Terhadap Tradisi: Memahami makna simbolik dan spiritual dari elemen-
elemen arsitektur tradisional. Ini dapat mencakup penggunaan simbol-simbol budaya,
arsitektur yang menghormati ritus, atau bentuk-bentuk yang telah menjadi ciri khas suatu
daerah.
● Keseimbangan Antara Masa Lalu dan Masa Kini: Menggabungkan elemen tradisional
dengan inovasi kontemporer. Dengan menjaga keseimbangan ini, arsitektur tidak hanya
menghormati sejarah, tetapi juga mencerminkan perkembangan zaman.
● Ketahanan Budaya: Membangun sesuai dengan prinsip-prinsip budaya lokal yang memiliki
nilai ketahanan dan keterkaitan dengan lingkungan.
Pentingnya nilai historis dan budaya dalam arsitektur tidak hanya memperkaya estetika dan
identitas suatu tempat, tetapi juga memastikan bahwa desain memenuhi kebutuhan dan aspirasi
masyarakat yang hidup di dalamnya.
5. Bagaimana Nilai-nilai Ini Membentuk Dasar Desain Dan Pengambilan Keputusan Arsitek
Nilai-nilai yang mendasari etika dalam arsitektur memiliki peran penting dalam membentuk dasar
desain dan pengambilan keputusan arsitek. Nilai-nilai ini memberikan landasan moral dan filosofis
yang membimbing arsitek dalam menciptakan solusi yang memenuhi tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Berikut adalah bagaimana nilai-nilai tersebut membentuk dasar desain dan pengambilan
keputusan arsitek:
● Estetika: Nilai estetika menjadi dasar penting dalam desain arsitektur karena mencakup
aspek visual yang menarik dan memikat. Arsitek menggunakan prinsip-prinsip desain
seperti proporsi, simetri, ritme, dan harmoni untuk menciptakan bangunan yang indah dan
memuaskan secara visual. Estetika juga bisa mencerminkan karakteristik budaya lokal atau
inovasi kontemporer dalam desain, memberikan identitas yang unik pada bangunan
tersebut.
● Fungsionalitas: Nilai fungsionalitas menjadi panduan dalam menciptakan bangunan yang
memenuhi tujuan utamanya dengan efektif. Arsitek mempertimbangkan kebutuhan
pengguna bangunan, bagaimana ruang tersebut akan digunakan, serta bagaimana aliran dan
interaksi pengguna di dalamnya. Fungsionalitas mencakup efisiensi penggunaan ruang, tata
letak yang praktis, dan penempatan elemen-elemen yang mendukung aktivitas yang
diinginkan.
● Keberlanjutan: Nilai keberlanjutan semakin penting dalam era modern, di mana arsitek
harus mempertimbangkan dampak lingkungan dari desain mereka. Ini melibatkan
penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan, penghematan energi, manajemen air yang
efisien, dan penerapan teknologi terbarukan. Keberlanjutan juga bisa berarti
mempertimbangkan fleksibilitas dan daya tahan desain agar bangunan tetap relevan dalam
jangka panjang.
● Historis dan Budaya: Nilai-nilai historis dan budaya menghormati konteks sejarah dan
tradisi budaya suatu tempat. Arsitek dapat memasukkan elemen-elemen yang
mencerminkan nilai-nilai budaya lokal dalam desain mereka. Ini bisa berupa penggunaan
bahan tradisional, adaptasi bentuk-bentuk arsitektur tradisional, atau penghormatan
terhadap nilai-nilai sejarah suatu wilayah dalam bentuk desain yang kontemporer.
Dalam pengambilan keputusan, arsitek harus menimbangkan ketiga nilai-nilai tersebut secara
bersamaan. Mereka tidak hanya harus menghasilkan desain yang indah secara estetika, tetapi juga
berfungsi secara efektif untuk pengguna dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Pengintegrasian
nilai-nilai historis dan budaya membantu menghormati warisan lokal dan memberikan kedalaman
pada desain.
Dalam keseluruhan, nilai-nilai estetika, fungsionalitas, keberlanjutan, historis, dan budaya menjadi
panduan yang saling terkait dalam mengarahkan arsitek dalam proses desain dan pengambilan
keputusan. Penggabungan nilai-nilai ini memungkinkan penciptaan bangunan yang tidak hanya
indah dan fungsional, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial, lingkungan, dan budaya yang
lebih luas
C. Norma Dalam Arsitektur
1. Pengertian Norma Dalam Arsitektur
Norma dalam arsitektur Merujuk pada standar atau aturan yang harus diikuti dalam desain dan
pembangunan bangunan. Norma ini mencakup aspek teknis, estetika, dan budaya. Beberapa contoh
norma di arsitektur yang diikuti secara umum adalah:
● Norma teknis: standar teknis yang harus dipenuhi dalam perancangan dan pembangunan
bangunan, seperti ketebalan dinding, kekuatan struktur, dan sistem instalasi.
● Norma estetika: aturan tentang penampilan visual bangunan, seperti proporsi, warna, dan
tekstur.
● Norma budaya: aturan tentang penggunaan bangunan yang sesuai dengan budaya dan adat
istiadat setempat, seperti penggunaan bahan bangunan tradisional dan penghormatan
terhadap lingkungan sekitar.
Norma dalam arsitektur penting untuk memastikan bahwa bangunan yang dibangun aman,
fungsional, dan sesuai dengan kebutuhan pengguna serta lingkungan sekitar. Norma ini juga
membantu mempertahankan identitas budaya dan estetika setempat dalam merancang bangunan.
2. Menggali Norma-norma Yang Mengatur Praktik Arsitektur Dalam Hal Keamanan, Kesehatan,
Dan Kesejahteraan Masyarakat
Terdapat beberapa norma dan peraturan yang mengatur praktik arsitektur dalam hal keselamatan,
kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Berikut beberapa hasil pencarian yang relevan:
● Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 tentang Arsitek : Undang-undang ini
bertujuan untuk memajukan praktik arsitektur yang handal dan profesional yang dapat
meningkatkan nilai tambah, kegunaan, dan mutu estetika bangunan.
● Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 : Peraturan ini menekankan pentingnya pemenuhan
norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait kesehatan, termasuk kesejahteraan kelompok rentan
sosial dan kesehatan reproduksi.
● Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Konstruksi Berkelanjutan :
Peraturan ini memberikan pedoman teknis untuk menjamin keselamatan, kesehatan, dan
kesejahteraan pekerja di industri konstruksi, serta kelestarian lingkungan.
● Review dan Reformulasi Sistem Kesehatan Nasional Indonesia : Dokumen ini menguraikan
kebijakan reformasi sistem kesehatan nasional Indonesia, yang mencakup peningkatan ketahanan
dan ketahanan kesehatan, menjamin akses terhadap layanan kesehatan berkualitas, dan mendorong
gaya hidup sehat.
● Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar :
Program akademik bagi mahasiswa arsitektur ini mencakup kompetensi terkait pemahaman prinsip
pengendalian lingkungan, sistem selubung bangunan, dan sistem pelayanan bangunan
Norma dan peraturan ini bertujuan untuk memastikan bahwa praktik arsitektur di Indonesia
mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat.
2. Membahas Dimensi Moral Dalam Desain Yang Melibatkan Pertimbangan Sosial, Budaya,
Dan Lingkungan
Dalam dunia desain, khususnya dalam konteks yang melibatkan pertimbangan sosial, budaya,
dan lingkungan, dimensi moral menjadi unsur penting yang harus dipertimbangkan. Lima dimensi
moral yang muncul di era informasi, dihubungkan oleh sistem informasi, mencakup hak dan
kewajiban informasi, kepemilikan hak dan kewajiban, integritas sistem, sistem politik, dan hak cipta.
Dimensi-dimensi ini memainkan peran dalam membimbing praktik desain yang beretika dan
mempertimbangkan implikasi etis yang berkaitan dengan informasi, kepemilikan, dan interaksi
sistem.
Di sisi lain, pertimbangan lingkungan dalam desain arsitektur telah menjadi topik penting yang
semakin mendapat perhatian dalam beberapa dekade terakhir. Mengintegrasi aspek-aspek
lingkungan ke dalam setiap tahap proses desain dan konstruksi bangunan memastikan bahwa
dampak lingkungan dipertimbangkan secara holistik. Ini mencakup penggunaan bahan ramah
lingkungan, desain yang memaksimalkan penggunaan sumber daya alami seperti cahaya dan
ventilasi, serta meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem lokal.
Tidak hanya dalam arsitektur, tetapi juga dalam desain grafis, pertimbangan moral dan etika
memainkan peran penting. Misalnya, dalam pemilihan warna yang tepat, desainer perlu
mempertimbangkan bagaimana warna tersebut bisa memengaruhi emosi dan persepsi audiens.
Selain itu, mengikuti tren desain dan mempertimbangkan perbedaan budaya dalam memilih warna
juga merupakan pertimbangan etis yang penting dalam memastikan pesan yang disampaikan melalui
desain tidak disalahartikan.
Dalam semua aspek desain, kesadaran terhadap dimensi moral dan etika merupakan langkah
penting dalam menciptakan solusi yang lebih berkelanjutan, bermakna, dan sesuai dengan nilai-nilai
sosial dan budaya yang dijunjung tinggi.
3. Bagaimana Arsitek Harus Mengambil Tanggung Jawab Moral Terhadap Dampak Proyek
Terhadap Masyarakat?
Arsitek memiliki tanggung jawab moral terhadap dampak proyek terhadap masyarakat. Berikut
adalah beberapa cara mana arsitek dapat mengambil tanggung jawab moral terhadap dampak
proyek terhadap masyarakat:
● Integritas dan Objektivitas : Arsitek harus menjaga dan memperluas kepercayaan
masyarakat umum dengan menunjukkan tanggung jawab mereka.
● Kepentingan Masyarakat : Arsitek memiliki kewajiban untuk mendalami hukum dan
peraturan terkait serta mendahulukan kepentingan masyarakat umum.
● Pelayanan untuk Kepentingan Masyarakat Umum : Arsitek sebaiknya terlibat dalam
berbagai kegiatan masyarakat sebagai bentuk pengabdian profesinya, terutama dalam
membangun pemahaman masyarakat tentang arsitektur, fungsi, dan tanggung jawab arsitek.
● Moralitas Seumur Hidup : Seorang arsitek juga memiliki tanggung jawab moral seumur
hidup terhadap karya-karyanya.
● Menjaga Moral : moral sebagai seorang arsitek agar tetap diakui oleh masyarakat adalah
bagian dari etika yang harus dipertahankan
Dengan mengambil tanggung jawab moral ini, arsitek dapat memastikan bahwa proyek-proyek
mereka memberikan dampak positif bagi masyarakat dan memenuhi kebutuhan mereka.
Tanggung jawab profesional arsitek adalah kewajiban dan komitmen arsitek dalam
melaksanakan tugas-tugasnya secara profesional. Tanggung jawab ini meliputi berbagai
aspek, termasuk keahlian teknis, etika profesi, dan keterlibatan dalam proyek konstruksi.
Keahlian teknis: Arsitek bertanggung jawab untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan dalam memahami dan merencanakan ruang serta bangunan. Mereka harus
memahami peraturan dan standar yang berlaku sehubungan dengan desain bangunan dan
keamanan. Arsitek juga harus dapat mengelola proyek secara tepat waktu dan
mengendalikan kualitas pekerjaan.
Etika profesi: Arsitek memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan meningkatkan integritas
profesi mereka. Mereka harus bertindak dengan jujur, adil, dan profesional dalam hubungan
bisnis dan komunikasi dengan klien, mitra proyek, pekerja, dan masyarakat umum. Arsitek
harus mengutamakan kepentingan klien dan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan
oleh klien.
Keterlibatan dalam proyek konstruksi: Arsitek bertanggung jawab untuk bekerja sama
dengan klien dalam merencanakan dan merancang bangunan yang memenuhi kebutuhan
dan keinginan mereka. Mereka harus memberikan layanan konsultasi yang berkualitas
kepada klien dan melibatkan mereka dalam setiap tahap proses desain. Arsitek juga
bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan persyaratan
hukum yang ada.
Selain itu, arsitek juga memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan. Mereka harus
mempertimbangkan aspek lingkungan dalam desain bangunan dan mendorong praktik kelestarian
lingkungan seperti penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan dan pemanfaatan energi
terbarukan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika profesi arsitektur adalah bahwa profesional arsitektur harus mengikuti prinsip-prinsip moral dan
etika dalam menjalankan tugas mereka. Mereka harus bertanggung jawab atas hasil karya mereka,
memprioritaskan kepentingan masyarakat dan lingkungan, serta menghargai hak-hak dan kebutuhan klien
mereka. Selain itu, mereka juga harus menjaga integritas dan profesionalisme dalam semua aspek
pekerjaan mereka. Etika merupakan landasan untuk memastikan bahwa arsitek melakukan pekerjaan
mereka dengan kejujuran, kecerdasan, dan integritas.
B. DAFTAR PUSTAKA
https://prezi.com/fu8f-mxidbn3/etika-profesi-arsitektur/?fallback=1
http://www.iaibali.org/assets/content_upload/files/kode%20etik.pdf
https://id.scribd.com/doc/311132324/ETIKA-PROFESI-ARSITEKTUR
http://ejournal.undwi.ac.id/index.php/anala/article/view/1050
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/article/download/3461/2617
http://e-journal.uajy.ac.id/16293/4/TA153463.pdf
https://www.academia.edu/6497440/IDENTIFIKASI_ASPEK_SIMBOL_DAN_NORMA_KULTUR
AL_PADA_ARSITEKTUR_RUMAH_TRADISIONAL_DI_MINAHASA
http://sipil.ft.unm.ac.id/profil/kompetensi-lulusan/cpl-arsi/
http://repository.uin-
malang.ac.id/5549/1/Pembelajaran%20Moral%20dan%20Desain%20Pembelajaran%20Moral.pdf