sampai organisasi lingkungan Group 2 RM. DIMAS DHAVA DENIRO NW. WARDOYO AHMAD FAIZ ALQADRI ADITHYA ACHMAD SARIP MUHAMMAD ZAKWAN NASIS RANGGA RAFAEL ARUNG PADANG FATIMAH AZZAHRA A. ADHIVA INDIRA FARADIBA DWI MIRATUL GINAYAH ALYA ROHALIA TRI SALWA AMANDA PUTRI SUFANI ALBELA NURUL AMRI YAQIN Di bumi ini hanya ada sedikit sekali tempat yang belum diubah oleh umat manusia, sehingga pemukiman dan bangunan seperti lingkungan buatan lainnya harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat memberikan keputusan-keputusan atau pendapat agar dapat menjadi sebuah sesuatu yang spesifik. Hal ini cenderung membuat kita melupakan dampak lingkungan yang diciptakan dibandingkan dengan lingkungan alam. Dengan demikian, lingkungan yang dirancang akan mencakup area yang telah diratakan dan ditanami, area yang telah dihilangkan daerah aliran sungai, dan area yang telah dipagar dengan pola tertentu. Membangun kampung atau desa adalah contoh desain dari arsitek atau perencana kota. Pada dasarnya, ada banyak aktivitas yang tampaknya biasa- biasa saja namun memiliki dampak lingkungan yang lebih besar dibandingkan desain pada umumnya. Aktivitas-aktivitas tersebut serupa dimana masing-masing aktivitas mewakili pilihan dari sekian banyak alternatif yang mungkin. Pilihan yang diambil cenderung sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam budaya masyarakat yang bersangkutan. Kepatuhan terhadap peraturan adalah hal yang membedakan tempat ini dengan tempat lain. Aturan sangat mempengaruhi kehidupan baik seseorang maupun social, seperti cara seseorang berpakaian, makan, dan berperilaku, selain memengaruhi cara mereka berinteraksi dan cara mereka mengatur ruang dan waktu. Lingkungan binaan mencerminkan dan menggambarkan pola dan pengaturan ini. Aturan yang diungkapkan melalui proses seleksi, atau gambaran yang harus digambar dan dibentuk, merupakan skema kognitif dan ideal. Artinya dalam kondisi apapun, lingkungan binaan mewakili gagasan lingkungan yang ideal. Kepatuhan terhadap peraturan adalah hal yang membedakan tempat ini dengan tempat lain. Aturan sangat mempengaruhi kehidupan baik seseorang maupun social, seperti cara seseorang berpakaian, makan, dan berperilaku, selain memengaruhi cara mereka berinteraksi dan cara mereka mengatur ruang dan waktu. Lingkungan binaan mencerminkan dan menggambarkan pola dan pengaturan ini. Aturan yang diungkapkan melalui proses seleksi, atau gambaran yang harus digambar dan dibentuk, merupakan skema kognitif dan ideal. Artinya dalam kondisi apapun, lingkungan binaan mewakili gagasan lingkungan yang ideal. Kebudayaan dapat dilihat dari tiga sudut pandang, dua di antaranya telah disebutkan di atas: 1. Sebagai gya hidup khas kelompok 2. Sebagai bagian dari sistem simbol, konsep, dan peta kognitif: 3. Sebagai serangkaian strategi penanggulangan untuk bertahan hidup dengan ekosistem dan sumber daya yang ada. Dengan demikian, kebudayaan akan melibatkan sekelompok orang yang memiliki seperangkat nilai dan keyakinan, serta visi dalam mencapai suatu cita-cita (ideal). Aturan mereka mengarah pada pilihan yang sistematis dan konsisten. Meskipun pemukiman terbentuk dari keputusan individu dan tindakan banyak orang, pemukiman yang terjadi merupakan suatu kesatuan yang dapat dikenali seperti, kebiasaan, adat istiadat, dan perilaku yang sama dan terbentuk. Aspek-aspek ini sudah cukup jelas dan perlu menunjukkan keteraturan karena masalah skema yang mendasarinya. Organisasi Lingkungan Kota-kota dan pemukiman lain adalah bentuk-bentuk dari lingkungan buatan. Salah satu pandangan mengenai pengaturan lingkungan adalah pengaturan dari 4 aspek, yaitu : Ruang Arti Komunikasi Waktu Perencana dan desainer pada dasarnya menangani organisasi ruang. Ruang dapat dipandang dengan cara yang berbeda-beda. Lingkungan juga dapat dipandang sebagai serangkaian hubungan antar elemen-elemen dan orang-orang (antara benda dan benda lain, antara benda dan orang, antara orang dan orang lain). Pada dasarnya, benda-benda dan manusia di hubungkan melalui berbagai tingkat pemisahan ruang. Sebenarnya desain dan perencanaan dari pemandangan disuatu wilayah sampai ke pengaturan perabotan ruang rumah dapat di pandang sebagai pengorganisasian ruang untuk tujuan-tujuan yang berbeda, sesuai dengan peraturan yang mencerminkan kebudayaan dari kelompok atau individu yang terlibat. Desain dan rencana tersebut mewujudkan bayangan ideal dan menggambarkan keharmonisan (atau tiadanya) antara ruang fisik dan ruang sosial. Hubungan ini juga merupakan contoh daripada pengorganisasian arti, dan keduanya dapat dibedakan secara konseptual. Dalam hal ini bentuk kota yang sama dapat mempunyai 3 arti : lokasi yang dekat ke pusat kota dapat merupakan indikasi status yang tinggi, atau rendah, atau tidak ada artinya sama sekali. Meskipun organisasi ruang mengekspresikan arti dan mempunyai sifat-sifat simbolis serta komunikatif, namun arti juga sering di ekspresikan juga dalam tanda-tanda, bahan-bahan, warna-warna, bentuk-bentuk, pemandangan, dan lain-lain. Contohnya adalah variasi tanaman, kotak surat, dekorasi, dan tingkat pemeliharaan di Westchester. Contoh lainnya yaitu analisa terhadap kota boston dan las Vegas memperlihatkan bahwa kota-kota modern di Amerika Serikat, lampu-lampu neon, tanda-tanda, serta pesan-pesan gambar maupun tulisan, dan lain-lain dapat menggambarkan suatu sistem dari arti yang lain daripada organisasi ruang yang ada. Keharmonisan seperti itu penting sebab arti-arti yang diperlihatkan oleh lingkungan, dan oleh pengaturan-pengaturan didalamnya, dapat membantu komunikasi antar penduduk (sedangkan arti adalah komunikasi dari lingkungan ke manusia). Dengan demikian maka melalui arti dan ruang, lingkungan mempengaruhi dan mencerminkan pengorganisasian komunikasi. Lingkungan bersifat temporal dan dapat dianggap sebagai organisasi waktu, yaitu mencerminkan dan mempengaruhi tingkah laku manusia pada waktu tertentu. Pemikiran ini dapat dilihat dengan dua cara, yaitu:
1. Strukturisasi waktu besar-besaran 2. Konsep tempo dan irama
secara sadar, contohnya adalah konsep aktivitas manusia. Tempo seperti aliran linier diban-ingkan menyangkut jumlah peristiwa yang dengan waktu yang berulang: orientasi ter- jadi per unit waktu, sedangkan masa depan dibandingkan dengan irama berkenaan dengan distribusi orientasi ke masa lalu: nilai dari waktu, aktivitas dalam waktu. dan karenanya, bagaimana pembagiannya men- jadi unit-unit yang lebih kecil. Perbedaan antar kelompok-kelompok dalam kota dapat dilakukan berdasarkan tempo dan iramanya. Orang dapat dipisahkan oleh waktu dan atau oleh ruang, sehingga kelompok-kelompok yang mem- punyai irama berbeda tidak akan pernah bertemu walaupun menempati ruang yang sama. Organisasi ruang dapat jauh lebih mudah diperkirakan dan dikaitkan dengan keanggotaan dalam kelompok, yang terlihat dari pakaian, gaya rambut, bahasa, dan tempat tinggal. Dalam pemukiman tradisional, dapat dilakukan konsentrasi pada organisasi ruang yang mencerminkan dan mempengaruhi organisasi lain dengan intensitas lebih tinggi daripada di kota modern, karena bukti-bukti yang kita punyai mengenai pemukiman- pemukiman jaman dahulu adalah bukti-bukti arkeologis, yang sebagian besar dalam bentuk organisasi ruang yang memperlihatkan sistem pengaturan. Budaya & Desain Arsitektur A. Definisi Budaya & Kultur Menurut Koenjoroningrat budaya adalah sistem gagasan serta rasa sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia yang didalam kehidupannya yang bermasyarakat.adapun kultur adalah segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Budaya dan atau kultur sebagai cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwarisi dari generasi ke genrasi. budaya dan kultur tersusun atas unsur unsur yang rumit yang terdiri dari sistem agama/spiritual, politik, adat istiadat, bahasa, ekonomi, penegtahuan, teknologi, perkakas, kesenian, mata pencarian hidup, kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan. Budaya dan kultur dapat terwujud dalam bentuk gagasan (ide), aktifitas (tindakan) dan artefak (fisik). B. Budaya & Arsitektur Arsitektur sebagai produk budaya yang menjembatani hubungan manusia dengan alam, sebagaimana manusia memanfaatkan tapak, udara, cahaya dan lingkungan disekitarnya untuk kepentingan bangunan. Arsitektur juga dapat menjadi bagian dari proses budaya yang bertumbuh dan berkembang selaras dengan kebutuhan manusia, sebagaimana kebutuhan manusia yang bertamabah seiring waktu dan zaman yang berasal dari factor budaya disekitarnya. Proses berarsitektur tidaklah hanya sekedar menuntut perwujudan fungsi seperti halnya manusia manusia berjalan, beraktifitas ataupun berbahasa, melainkan terdapat upaya peneympurnaan jati diri manusia dan kemanusiannya, hal ini merupakan fungsi dari penggunana budaya ubtuk arsitektur. Melihat dari fenomena alam yang telah disediakan oleh Tuhan sebagai inspirasi yang mengajari manusia yang kemudian manusia hanya perlu mengadopsi apa yang telah Tuhan ciptakan dan dengan akal yang dimiliki manusia lalu ditranformasi yang menjadikan karya arsitektur tidak hanya memenuhi syarat teknis fungsional, namun menyajikan nilai keindahan. Terdapat budaya yang menjadi symbol hati dan pikiran yang dalam berarsitektur hal ini merupakan proses berbudaya, sama halnya saat kita berbahasa terdapat ritme, intonasi, nada dan sebagainya dalam berarsitektur kita berbahasa dengan menggunakan gatra, titik, garis, ruang, tekstur, bentuk, warna, material dan sebagainya yang mendasari kita dalam berarsitektur dan budaya yang memperkuat kita dalam berarsitektur. C. Transformasi Arsitektur Tradisional Transformasi arsitektur adalah membuat suatu perubahan atau penyesuaian beberapa elemen bentuk fisik, karakter arsitektur. Baik itu masih terdapat unsur asli maupun tidak dalam fisiknya. Namun dalam prosesnya masih bersumber dari kajian keaslian objek transformasi. Dan beberapa kasus tranformasi arsitektur terjadi memlalui perubahaan massa bangunan namun tetap mempertahankan unsur bangunana tradisional yang menjadi filosofinya. Terdapat 3 strategi pembacaan dan penerapan budaya lokal dalam desain arsitektur yaitu: 1. Kreativitas transformasi 2. Place Making Metafora Metafora merupakan yang digunakan sebagai pendekatan dalam proses penciptaan dan kreativitas perancangan arsitektur. Transformasi atau menganalogi merupakan sesuatu yang berasal dari alam atau budaya yang kemudian dijadikan inspirasi baik secara keseluruhan ataupun sebagian menjadi sebuah karya arsitektur yang tidak hanya mementingkan fungsi namun juga keindahanya. Budaya yang berasalah dari alam merupaka inspurasi yang tidak akan pernah ada habisnya. Antoniades mengemukakan terdapat 3 jenis metafora yaitu: 1. Intangible metaphora, merupakan metafora yang diambil baru berupa konseptual, tidak terukur dan tidak terhitung. 2. Tangible metaphora, merupakan metafora yang sudah jelas ukurannya dan sudah terhitung. 3. Mixed metaphora, merupakan gabungan kedua metafora. Transformasi Terdapat 3 jenis transformasi yaitu secara tradisional, borrowing dan dekomposisi/dekonstruksi. Dalam kesempatan kali ini yang akan dibahas adalah dekomposisi atau dekonstruksi yang dalam prosesnya pedekatannya dilakukan dengan membongkar bentuk, menguraikan makna yang kemudian dijadikan inspirasi karya arsitektur yang baru. Adapun contoh inpirasi budaya yang dapat digunakan yaitu bangunan tradisional, tarian, kegiatan berbudaya bahkan motif kain dan ukiran pun dapat dijadikan inspirasi 1. Tari saman gayo yang dijadikan sebagai inpirasi desain arsitektur 2. Ukiran bungo seulanga yang dijadikan inspirasi arsitektur 2. Place Making Fenomonologi merupakan fenomena atau kegiatan berbudaya yang dijadikan sebagai inspirasi sebuah arsitektur. Contohnya tradisi tumbilo tohe di Gorontalo yang mana masyarakat akan menyalakan lampu lampu ataupun obor saat tiba waktu untuk membayar zakat yang dijadikan inspirasi arsitektur. Social constructivism merupakan hubungan sosial yang dijadikan filosofi atau inspirasi dalam berarsitektur. Contohnya Kampung Taman Yogyakarta yang awalnya terbentuk karena belah kasihan oleh raja atau bangsawan terdahulu namun kita telah menjadi desa wisata 3. Penanda Pesan Budaya Pendekatan yang dilakukan merupakan pendekatan komunikasi dan pendekatan semiotika Pendekatan semiotika sendiri merupakan pendekatang yang menggunakan bahasa symbol yang digunakan untuk memberikan informasi kepada pengamat lewat bentuk bentuk tertentu. Dengan kata lain symbol-symbol inilah yang menjadi dasar dari filosofi arsitektur yang terisnpirasi dari budaya tradisional. Contoh Gambar
Photo 1 Photo 2 Photo 3 Photo 4
Metafora Transformasi Social Controvism Fenomonologi Thank You