You are on page 1of 78

SKRIPSI

PRESPEKTIF MASYARAKAT TENTANG


KEADILAN PADA PERDA NO. 14 TAHUN 2015
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA KOTA BANJARMASIN
NO. 20 TAHUN 2013 PASAL 16 TENTANG PENYELENGGARAN
KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Disajikan oleh

ANDAS DAHA SAPUTRA


NIM 1610211310007

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
Banjarmasin, Juni 2023

i
PRESPEKTIF MASYARAKAT TENTANG
KEADILAN PADA PERDA NO. 14 TAHUN 2015
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA KOTA BANJARMASIN
NO. 20 TAHUN 2013 PASAL 16 TENTANG PENYELENGGARAN
KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum


Pada Program Studi Hukum Fakultas Hukum
Universitas Lambung Mangkurat

Diajukan oleh

ANDAS DAHA SAPUTRA


1610211310007

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
Banjarmasin, Juni 2023

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PRESPEKTIF MASYARAKAT TENTANG KEADILAN PADA PERDA NO.

14 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA KOTA

BANJARMASIN NO. 20 TAHUN 2013 PASAL 16 TENTANG

PENYELENGGARAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KESEHATAN

LINGKUNGAN

Diajukan oleh:

ANDAS DAHA SAPUTRA

1610211310007

Skripsi ini telah dipertahankan di depan siding panitia penguji

pada hari senin, 26 juni 2023

Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

Pembimbing Utama

M.ALI AMRIN, S.H., M.H.

NIP. 19650422 199512 1 001

Diketahui

Banjarmasin,

Ketua Program Studi

M. ANANTA FIRDAUS, S.H., M.H

NIP. 19830903 200912 1 002

iii
LEMBAR PENGESAHAN

PRESPEKTIF MASYARAKAT TENTANG KEADILAN PADA PERDA NO.

14 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA KOTA

BANJARMASIN NO. 20 TAHUN 2013 PASAL 16 TENTANG

PENYELENGGARAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KESEHATAN

LINGKUNGAN

disusun oleh :

ANDAS DAHA SAPUTRA

16101211310007

Skripsi ini memenuhi syarat untuk disahkan sebagai persyaratan yudisium.

Nomor :

Tanggal :

Disahkan

Dekan

Prof. Dr. Achmad Faishal, S.H., M.H.

NIP. 19750615 200312 1 001

iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan


Di depan siding panitia penguji
Pada hari senin tanggal 26, juni 2023
Dengan susunan panitia penguji

SUSUNAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Ketua/Anggota : Deden Koswara, S.H., M.H.


Sekretaris/Anggota : Risni Ristiawati, S.H., M.H.
Anggota : 1. M. Ali Amrin, S.H., M.H. (Pembimbing Ketua)
2. Muhammad Ananta Firdaus, S.H., M.H. (Pembimbing)
3. Arisandy Mursalin, S.H., M.H.

Ditetapkan dengan keputusan


Dekan Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat
Nomor : 955/UN8.1.11/SP/2023
Tanggal : 23 Juni 2023

v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Andas Daha Saputra

Nomor Induk Mahasiswa : 1610211310007

Tempat Tanggal Lahir : Banjarmasin, 12-06-1997

Program Kekhususan : Hukum Tata Negara

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyarankan dengan sebenarnya, bahwa skripsi saya yang berjudul, “PRESPEKTIF

MASYARAKAT TENTANG KEADILAN PADA PERDA NO. 14 TAHUN 2015 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERDA KOTA BANJARMASIN NO. 20 TAHUN 2013 PASAL 16

TENTANG PENYELENGGARAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KESEHATAN

LINGKUNGAN”

Merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang

lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri, kecuali terhadap kutipan-kutipan yang

disebutkan sumbernya. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi saya hasil

jiplakan (dibuatkan atau plagiat), bahwa saya siap menerima sanksi atas perbuatan tersebut, termasuk

bersedia gelar kesarjanaan saya dicabut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Demikian pernyataan itu dibuat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.

Banjarmasin, 2023

ANDAS DAHA SAPUTRA

vi
MOTO
“Wahai anak-anakku, pergilah kamu, carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya. Dan janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum
yang kafir.” (QS. Yusuf [12]: 87)

”Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan
Dia-lah yang Maha Melindungi lagi Maha Terpuji.” (QS. Asy-Syuura [42]: 28)

PERSEMBAHAN
Alhamdulillah Rabbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan penguasa semesta alam, yang
atas kuasa dan ridhoNya karya ilmiah skripsi yang sederhana ini dipersembahkan diperuntukkan
bagi orang orang yang kucintai dan kusayangi :
Ayahnda dan ibunda terkasih,
Sebagai tanda bakti, hormat dan sembah sujud ananda yang tiada terhingga, kupersembahkan kepada
kedua ayah dan bundaku Mahyuni dan Hamdahwati, yang telah melahirkan, merawat, menjaga dan
mendidik sejak bayi hingga dewasa menjadi anak yang saleh dan berguna bagi agama, nusa dan bangsa,
cucuran keringat dan tangismu tidak dapat kubalas, doa serta harapanmu mudahan terwujud. Sekiranya
karya ini menjadi kebajikan, hendaknya dilimpahkan kepada kedua orangtua kami. Setidaknya kelulusan
ini menjadi langkah awal bagi ananda untuk menjadi lebih mandiri. Doa dan ridhomu, amat dinantikan
dengan penuh harapan. Semoga ayahnda di lapangkan hatinya dan ibunda selalu mendapatkan
lindunganNya. Dihaturkan sembah sujud buat ayah dan ibu berdua .....
Adik adikku dan teman temanku tercinta dan tersayang
Diucapkan terimakasih kepada teman temanku tercinta dan adik adikku tersayang, atas dorongan,
motivasi dan semangatnya selama ini agar dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Doa kalian amat
dibutuhkan, semoga kalian menjadi anak beriman dan bertakwa padaNya. Salam sayang dan peluk cium
selalu untuk kalian semua...
Dosen pembimbing skripsi
Terimakasih kepada bapak Muhammad Ali Amrin dan bapak Muhammad Ananta Firdaus atas
bimbingan dan nasihatnya selama ini, hingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya sesuai
dengan harapan dan keinginan mereka. Engkau merupakan panutan kami semua ....

vii
RINGKASAN

Andas Daha Saputra, Juni 2023. PRESPEKTIF MASYARAKAT TENTANG KEADILAN PADA
PERDA NO. 14 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA KOTA BANJARMASIN
NO. 20 TAHUN 2013 PASAL 16 TENTANG PENYELENGGARAN KEBERSIHAN,
KEINDAHAN, DAN KESEHATAN LINGKUNGAN. Skripsi, Program Sarjana Program Studi Hukum
Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, 51 halaman. Pembimbing Utama: M. Ali Amrin, S.H.,
M.H. dan Pembimbing Pendamping: M. Ananta Firdaus, S.H., M.H.
Negara Indonesia adalah negara yang dijalankan berdasarkan hukum atau dengan kata lain negara
Indonesia merupakan negara hukum, sebagaimana termuat di dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah
negara hukum”, sehingga Negara Indonesia tidak dijalankan berdasarkan pada kekuasaan pemerintahan
belaka. Pembentukan peraturan daerah (perda) merupakan wujud kewenangan yang diberikan kepada
pemerintahan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta
menampung kondisi khusus daerahdan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.
Selain asas pembentukan peraturan perundang-undangan formal, pada Pasal 6 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia (selanjutnya disebut UUD NRI) Tahun 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum, dalam
Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, di dalamnya menyatakan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak". Berarti Negara berkewajiban menjamin warga negara untuk
mendapatkan penghidupan yang layak dan dapat terpenuhi untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan
tanpa dihalangi.
Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia adil adalah tidak sewenang-
wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah. Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan
tindakan didasarkan atas norma-norma objektif. Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang relatif,
setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu adil bagi yang lainnya, ketika seseorang
menegaskan bahwa ia melakukan suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan dengan ketertiban umum
dimana suatu skala keadilan diakui.
Dari semua bagian dari pelaku saya menyimpulkan bahwa tentang pasal ini adalah menurut saya
alangkah baiknya pasal ini di sebar luas kan dengan adanya komunikasi dengan warga-warga yang tidak
mengetahui akan pasal ini. Jadi dari tugas skripsi saya ini ingin memperjelas bahwa dengan adanya pasal
ini dipertegaskan lagi soal bayar iuran kepada masyarakat yang ingin membuka usahanya didaerah
Banjarmasin untuk melancarkan kemaslahatan masyarakat setempat. Tapi diperbaiki lagi aja dalam
pasalnya tersebut supaya masyarakat lebih bisa menerima maknanya dalam pasal tersebut agar
masyarakat didaerah Banjarmasin ini bisa semua melakukan pasal Perda No. 14 tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaran Kebersihan,
Keindahan, Dan Kesehatan Lingkungan Dan Konsep Keadilan Pada Perda No. 14 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20 Tahun 2013 Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan,
Dan Kesehatan Lingkungan Pasal 16. Alangkah baiknya pemerintah setempat bisa menangganggapi akan
anehnya dalam pasal ini.

viii
ABSTRAK

Andas Daha Saputra, Juni 2023. PRESPEKTIF MASYARAKAT TENTANG KEADILAN PADA
PERDA NO. 14 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA KOTA BANJARMASIN
NO. 20 TAHUN 2013 PASAL 16 TENTANG PENYELENGGARAN KEBERSIHAN,
KEINDAHAN, DAN KESEHATAN LINGKUNGAN. Skripsi, Program Sarjana Program Studi Hukum
Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, 51 halaman. Pembimbing Utama: M. Ali Amrin, S.H.,
M.H. dan Pembimbing Pendamping: M. Ananta Firdaus, S.H., M.H.
Penelitian ini berangkat dari aturan dalam Perda No. 14 tahun 2015 pasal 16 tentang
penyelenggaraan kebersihan, keindahan, dan kesehatan lingkungan. Pada pasal 16 bagian 3 ini ada yang
kurang jelas dalam penyampaiannya.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bahwa adanya perda ini yang membuat masyarakat tertib dalam pembayaran-pembayaran
yang ada di kota Banjarmasin. Oleh karena itu, peneliti hukum ingin meneliti dan menganalisis akan
perihal isi dari perda tersebut dan pendapat masyarakat di Banjarmasin mengenai perda No. 14 tahun
2015 pasal 16 tentang penyelenggaraan kebersihan, keindahan, dan kesehatan lingkungan
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris menggunakan pendekatan penelitian dengan
adanya data-data lapangan sebagai sumber data utama. Melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi
yang kemudian data tersebut dianalisis untuk menghasilkan hasil penelitian yang deskriptif kualitatif.
Dari empat narasumber penelitian ini menunjukan bahwa:
Pertama, Yarahanida, Fahrian, Ilham dan Junaidi tidak mengetahui apapun tentang Perda No. 14
tahun 2015 pasal 16 tentang penyelenggaraan kebersihan, keindahan, dan kesehatan lingkungan.
Kedua, tidak adanya sosialisasi dan kejelasan atas pasal tersebut mengakibatkan masyarakat tidak
peduli akan adanya pasal tersebut.
Ketiga, menurut masyarakat harusnya diberi kejelasan apa yang tertuang dalam pasal tersebut,
mengenai bagaimana prosesnya, besaran biayanya, yang dimaksud kegiatan ekonomi dalam pasal
tersebut, di mana untuk melakukan pembayarannya, dan kriteria siapa yang dituju dalam pasal tersebut
dengan lebih jelas
Analisis penulis akan pendapat narasumber, bahwa ada beberapa hal yang perlu didetailkan dalam
pasal tersebut, untuk memenuhi tujuan hukum itu sendiri, yaitu keadilan, misalnya Yarhanida yang
penghasilan perbulannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kiranya tidak tepat sasaran
jikanya diberlakukan pasal yang tercantum di sana. Hendaknya Pemerintah Daerah juga
mempertimbangkan keadilan dalam pemberlakuan Peraturan Daerah di wilayahnya.

ix
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan serta penulisan skripsi ini yang
berjudul “PRESPEKTIF MASYARAKAT TENTANG KEADILAN PADA PERDA NO. 14 TAHUN
2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA KOTA BANJARMASIN NO. 20 TAHUN 2013
PASAL 16 TENTANG PENYELENGGARAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN
KESEHATAN LINGKUNGAN”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan
dalam hal penulisan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan, wawasan dan pengalaman. Maka dari itu
kritik dan saran yang membangun sangat Penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Dalam menyusun skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar semata-mata tidak hanya usaha
dari penulis sendiri, melainkan banyak bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis dengan rasa yang tulus ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua Penulis yang tercinta yang terus mendoakan setiap langkah Penulis, mendukung,

memberikan perhatian, kasih sayang dan kepercayaan untuk menimba ilmu dalam dunia akademik

demi menggapai cita-cita untuk bisa bermanfaat bagi orang banyak dan bisa membanggakan

keluarga.

2. Dr. Achmad Faishal, S.H., M.H. sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat

beserta seluruh pimpinan, Dosen, dan Karyawan Fakultas

Hukum Universitas Lambung Mangkurat.


3. Bapak M. Ali Amrin, S.H., M.H. sebagai Pembimbing Ketua dalam penulisan skripsi ini yang

telah dengan sabar mengarahkan Penulis serta selalu meluangkan waktunya.

4. Bapak M. Ananta Firdaus, S.H., M.H.. sebagai Pembimbing Kedua dalam penulisan skripsi ini

yang telah membantu Penulis dalam banyak hal.

5. Bapak Dadang Abdullah, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, Perpustakaan

Universitas Lambung Mangkurat yang telah bersedia membantu Penulis dalam memperoleh

bahan-bahan untuk penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Pengajar Program Kekhususan Hukum Acara Fakultas Hukum ULM yang telah

membimbing, memberikan arahan, dan nasihat kepada Penulis selama dibangku perkuliahan.

x
8. Seluruh Dosen Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat yang telah

memberikan ilmu pengetahuan bagi Penulis.

9. Seluruh Staf Akademik Fakultas Hukum ULM yang telah membantu Penulis dalam berbagai hal

terkait administrasi kampus.

10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan

skripsi ini.

Banjarmasin, Juli 2023

Andas Daha Saputra

xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR........................................................................................................ i
HALAMAN SAMPUL LUAR........................................................................................................ ii
HALAMAN JUDUL DAN PRASYARAT GELAR...................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................. v
SUSUNAN PANITIA PENGUJI UJIAN SKRIPSI....................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI......................................................................................... vii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN............................................................................... viii
RINGKASAN.................................................................................................................................. ix
ABSTRAK...................................................................................................................................... x
UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 8
C. Tujuan Penulisan dan Kegunaan ........................................................................................ 8
D. Sistematika Penulisan ......................................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Umum Kriminal ........................................................................................ 13
1. Yuridis Formal.........................................................................................................
2. Sosiologi .................................................................................................................
B. Studi Kriminal...............................................................................................................
C. Bentuk bentuk Kriminal................................................................................................
D. Teori Kepribadian..........................................................................................................
1. Endomorphy............................................................................................................
a. Jenis Tubuh........................................................................................................
2. Mesomorphy............................................................................................................
3. Ecthomorphy...........................................................................................................
E. Pendekatan Interaksionis...............................................................................................
F. Pendekatan Konflik.......................................................................................................
G. Teori teori Tentang Sebab sebab Kejahatan..................................................................
1. Teori yang mencari sebab kejahatan dari aspek fisik..............................................
2. Teori-teori yang Mencari Sebab Kejahatan dari Faktor Psikologis dan Psikiatris (Psikologi
Kriminal).................................................................................................................
3. Teori-teori yang mencari sebab kejahatan dari faktor Sosiokultural (Sosiologi Kriminal)
a. Conservative Criminology.................................................................................
b. Liberal Cynical Criminology.............................................................................
c. Radical (Critical) Criminology..........................................................................
d. Critical Criminology..........................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN

xii
A. Jenis Penelitian ...................................................................................................................
B. Sifat Penelitian.....................................................................................................................
C. Pendekatan Penelitian..........................................................................................................
D. Lokasi Penelitian ................................................................................................................
E. Variabel Penelitan...............................................................................................................
F. Jenis dan Sumber Data........................................................................................................
G. Tehnik Pengumpulan Data..................................................................................................
H. Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel.........................................................................
I. Pengolahan dan Penyajian Data..........................................................................................
J. Tehnik Analisis Data...........................................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Biodata Pelaku Ekonomi.....................................................................................................
B. Hasil Wawancara.................................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Simpulan..............................................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 DOKUMENTASI WAWANCARA....................................................................... UFHYI

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang dijalankan berdasarkan hukum atau

dengan kata lain negara Indonesia merupakan negara hukum, sebagaimana

termuat di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara

hukum”, sehingga Negara Indonesia tidak dijalankan berdasarkan pada kekuasaan

pemerintahan belaka. Dalam negara hukum semua alat perlengkapan negara

hanya dapat dijalankan berdasarkan hukum dan peraturan yang telah dibentuk

sehingga tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan karena segala bentuk tindakan

pemerintah dan alat perlengkapan negara dalam menjalankan pemerintahan harus

berdasarkan hukum. Karena Negara Indonesia merupakan negara hukum maka

perlu dibentuk regulasi yang mengatur segala tindakan pemerintah dan rakyat

Indonesia. Regulasi yang dibentuk harus berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Negara Indonesia adalah negara yang dijalankan

berdasarkan hukum atau dengan kata lain negara Indonesia merupakan negara

hukum, sebagaimana termuat di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Negara

Indonesia adalah negara hukum”, sehingga Negara Indonesia tidak dijalankan

berdasarkan pada kekuasaan pemerintahan belaka. Dalam negara hukum semua

alat perlengkapan negara hanya dapat dijalankan berdasarkan hukum dan

peraturan yang telah dibentuk sehingga tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan

1
2

karena segala bentuk tindakan pemerintah dan alat perlengkapan negara dalam

menjalankan pemerintahan harus berdasarkan hukum. Karena Negara Indonesia

merupakan negara hukum maka perlu dibentuk regulasi yang mengatur segala

tindakan pemerintah dan rakyat Indonesia. Regulasi yang dibentuk harus

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, serta disusun mulai dari tingkat pusat sampai daerah berdasarkan

hierarkinya. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,

jenis dan hierarki Peraturan Perundangundangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, peraturan

daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten termasuk dalam hierarki

peraturan perundang-undangan, dimana peraturan daerah provinsi dan peraturan

daerah kabupaten dibentuk berdasarkan pemberian kewenangan baik secara

atribusi maupun delegasi dari peraturan perundangundangan yang lebih tinggi


3

kepada pemerintah daerah untukRepublik Indonesia Tahun 1945, serta disusun

mulai dari tingkat pusat sampai daerah berdasarkan hierarkinya.

Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia (selanjutnya disebut UUD NRI) Tahun 1945 yaitu

memajukan kesejahteraan umum, dalam Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945,

di dalamnya menyatakan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak". Berarti Negara berkewajiban menjamin warga negara

untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan dapat terpenuhi untuk mencari

dan mendapatkan pekerjaan tanpa dihalangi.

Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia adil

adalah tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak berat sebelah. Adil terutama

mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-

norma objektif. Keadilan pada dasarnya adalah suatu konsep yang relatif, setiap

orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu adil bagi yang lainnya,

ketika seseorang menegaskan bahwa ia melakukan suatu keadilan, hal itu tentunya

harus relevan dengan ketertiban umum dimana suatu skala keadilan diakui. Skala

keadilan sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, setiap skala

didefinisikan dan sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan

ketertiban umum dari masyarakat tersebut.1

Aristoteles dalam karyanya yang berjudul Etika Nichomachea menjelaskan

pemikiran pemikirannya tentang keadilan. Bagi Aristoteles, keutamaan, yaitu

1
M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum, cet. 2,
Jakarta: Kencana, 2014, h. 85.
4

ketaatan terhadap hukum (hukum polis pada waktu itu, tertulis dan tidak tertulis)

adalah keadilan. Dengan kata lain keadilan adalah keutamaan dan ini bersifat

umum.2

Menurut Socrates, adil adalah jika kewajiban sebagai warga negara yaitu

menaati hukum negara dapat ditunaikan. Menurut Plato ada dua prinsip tentang

keadilan, yaitu adil jika kepada yang sama diberikan yang sama, dan kepada yang

tidak sama diberikan yang tidak sama. Terdapat dua macam keadilan berbasis

kesamaan yang diungkapkan oleh Aristoteles, yakni keadilan komutatif dan

distributif. Keadilan komutatif yaitu keadilan yang memberikan pada setiap orang

sama banyaknya dengan tanpa mengingat jasa-jasa perseorangan. Sedangkan

Keadilan distributif didefinisikan sebagai keadilan yang memberikan kepada

setiap orang jatah menurut jasanya (pembagian menurut haknya masingmasing).

Keadilan ini tidak menuntut agar tiap-tiap orang mendapat bagian yang sama

banyaknya; tetapi intinya pada kesebandingan bukan persamaan. 3

Masalah keadilan merupakan persoalan yang rumit yang dapat dijumpai

disetiap masyarakat. Hukum memiliki dua tugas utama yakni mencapai suatu

kepastian hukum dan mencapai keadilan bagi semua masyarakat. Diantara sekian

banyaknya pemikiran dan konsep keadilan, salah satu konsep keadilan yang cukup

relevan adalah sebagaimana yang dikonsepsikan oleh Roscoe Pound, yang

selanjutnya diketahui dengan keadilan sosiologis; keadilan yang didasarkan pada

kebiasaan, budaya, pola perilaku dan hubungan antar manusia dalam


2
Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum Edisi Lengkap (Dari Klasik ke Postmodernisme), cet.
5, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2015, h. 241.
3
E. Sumaryono, Etika & Hukum (Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas),
Yogyakarta: Kanisius, , 2002, h. 256.
5

masyarakat.28 Keadilan hukum bagi masyarakat tidak sekedar keadilan yang

bersifat formal-prosedural, keadilan yang didasarkan pada aturan- aturan normatif

yang jauh dari moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan. Lawan dari keadilan formal-

prosedural adalah keadilan substantif, yakni keadilan yang ukurannya bukan

kuantitatif sebagaimana yang muncul dalam keadilan formal, tetapi keadilan

kualitatifyang didasarkan pada moralitas publik dan nilai-nilai kemanusiaan dan

mampu mermberikan kepuasan dan kebahagiaan bagi masyarakat.4

Pembentukan peraturan daerah (perda) merupakan wujud kewenangan

yang diberikan kepada pemerintahan daerah dalam rangka penyelenggaraan

otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus

daerahdan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi.

Selain asas pembentukan peraturan perundang-undangan formal, pada

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan disebutkan juga bahwa

“Materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan asas:

a. Pengayoman;

b. Kemanusiaan;

c. Kebangsaan;

4
Umar Sholehudin, Hukum dan Keadilan Masyarakat: Perspektif Kajian Sosiologi
Hukum, Malang: Setara Press, 2011, h. 44.
6

d. Kekeluargaan;

e. Kenusantaraan;

f. Bhinneka tunggal ika;

g. Keadilan;

h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

i. Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Asas-asas tersebut dapat dikategorikan sebagai asas pembentukan

peraturan perundang-undangan materil, di mana materi muatan peraturan

perundangundangan harus mencerminkan asas-asas tersebut.

Di daerah Kota Banjarmasin penulis menemukan Perda yang tertarik

untuk penulis teliti yaitu, Peraturan daerah Kota Banjarmasin No. 20 Tahun 2013

tentang penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan

Lingkungan bagian ke 3 Tertib Lingkungan Pasal 16:

(1) Pemerintah Daerah melindungi setiap orang dari gangguan ketertiban

lingkungan, baik yang datang dari luar Daerah maupun dari dalam Daerah.

(2) Setiap orang yang menetap tinggal atau menjalankan usaha dalam Daerah

wajib memiliki KTP.

(3) Setiap pendatang yang melakukan kegiatan ekonomi dan menetap sementara

dalam Daerah wajib menyetorkan uang jaminan ke Daerah melalui kantor Catatan

Sipil sebesar Rp. 600.000,- (Enam Ratus ribu rupiah).


7

Yang kemudian dirubah menjadi peraturan daerah Kota Banjarmasin No. 14

Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan daerah Kota Banjarmasin No. 20

Tahun 2013 tentang penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan

Kesehatan Lingkungan bagian ke 3 Tertib Lingkungan Pasal 16, yang bunyi

ayatnya:

1. Pemerintah Daerah melindungi setiap oran dari gangguan ketertiban

lingkungan, baik yang datang dari luar Daerah maupun dari dalam

Daerah.

2. Setap orang yang menetap tinggal atau menjalankan usaha dalam

Daerah wajib memiliki KTP.

3. Setiap pendatang yang melakuan kegiatan ekonomi dan menetap

sementara dalam Daerah wajib menyetorkan uang jaminan ke Daerah

melalui SKPD yang membidangi kependudukan dan pencatatan sipil.

4. Uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh

Walikota.

Dalam pasal tersebut penulis tertarik dengan apa pandangan masyarakat

dari peraturan terebut. Kemudian, pada ayat ketiga berbunyi “setiap pendatang

yang melakukan kegiatan ekonomi dan menetap sementara dalam Daerah wajib

menyetorkan uang jaminan ke Daerah melalui SKPD yang membidangi

kependudukan dan pencatatan sipil”, dalam pasal tersebut adanya kewajiban

untuk menyetorkan uang untuk orang yang melakukan kegiatan ekonomi,

kegiatan ekonomi ini sangat luas, dalam pasal tersebut dari orang terkaya sampai

miskin sekalipun yang melakukan kegiatan ekonomi wajib menyetorkan uang


8

jaminan, apakah itu cukup adil, bukankah hukum dibuat untuk menciptakan

keadilan?. Disini penulis tertarik membuat penelitian dengan judul

PRESPEKTIF MASYARAKAT TENTANG KEADILAN PADA PERDA

NO. 14 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA KOTA

BANJARMASIN NO. 20 TAHUN 2013 PASAL 16 TENTANG

PENYELENGGARAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN, DAN KESEHATAN

LINGKUNGAN.”

B. Rumusan Masalah
1. Apa tanggapan masyarakat mengenai peraturan daerah Kota Banjarmasin

No. 14 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan daerah Kota

Banjarmasin No. 20 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan Kebersihan,

Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan bagian ke 3 Tertib

Lingkungan Pasal 16?

2. Bagaimanakah Solusi yang ditawarkan masyarakat dalam peraturan

daerah Kota Banjarmasin No. 14 Tahun 2015 tentang perubahan atas

peraturan daerah Kota Banjarmasin No. 20 Tahun 2013 tentang

penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan

Lingkungan bagian ke 3 Tertib Lingkungan Pasal 16?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dala penelitian ini:


9

1. Mengetahui landasan yuridis lahirnya peraturan daerah Kota Banjarmasin

No. 14 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan daerah Kota

Banjarmasin No. 20 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan Kebersihan,

Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan bagian ke 3 Tertib

Lingkungan Pasal 16.

2. Mengetahui Konsep Keadilan dalam peraturan daerah Kota Banjarmasin

No. 14 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan daerah Kota

Banjarmasin No. 20 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan Kebersihan,

Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan bagian ke-3 Tertib

Lingkungan Pasal 16.

Adapun tujuan dan kegunaan yang dapat diharapkan dalam penulisan ini

dapat memiliki manfaat tertentu baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis, penulisan ini diharapakan menjadi sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan, khususnya dalam

bidang hukum, yaitu sebagai sumbangan pemikiran bagi pembinaan

hukum ke depan dalam hal pengembangan hukum terkait keadilan dalam

peraturan daerah.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Bagi Pemerintah Kota Banjarmasin Agar pemerintah daerah Kota

Banjarmasin mengetahui bahwa aturan yang dibuat masih ada

kekosongan hukum, oleh karena itu diharapkan pemerintah daerah

dapat meningkatkan melahirkan sebuah hokum yang berkeadilan.


10

b. Bagi pelaku kegiatan ekonomi diharapkan kesadarannya dalam

bernegara, seandainya ada peraturan pemerintah yang bertujuan untuk

keadilan maka laksanakan dengan benar.

c. Bagi masyarakat kiranya masyarakat tidak hanya bergantung kepada

pemerintah tetapi juga ikut serta membantu pemerintah dalam

menegakkan keadilan.

d. Bagi mahasiswa diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa untuk

membantu pembelajaran dan menambah pengetahuan terkait tentang

peraturan daerah dan kegiatan ekonomi.

e. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan ilmu yang di dapat dalam

proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dan penelitian ini

menjadi syarat bagi penulis untuk mencapai gelar sarjana hukum.

D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam Skripsi ini, penulis membagi

penelitian kedalam 4 (empat) bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


11

Bab ini berisi tinjauan umum tentang peraturan daerah, kegiatan

ekonomi, dan keadilan.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis melakukan pembahasan mengenai metode

penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis melakukan penyajian data dan analisis data

mengenai masalah dilapangan pada perda Nomor. 14 tahun 2015 Tentang

Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin Nomor. 20 Tahun 2013 Tentang

Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan Kesehatan Lingkungan Dan

Konsep Keadilan Pada Perda Nomor. 14 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas

Perda Kota Banjarmasin Nomor. 20 Tahun 2013 Penyelenggaran Kebersihan,

Keindahan, Dan Kesehatan Lingkungan Pasal 16.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dan saran yang merupakan bagian akhir dari skripsi nantinya untuk

pengembangan penelitian.
BAB II
TEORI KEADILAN

A. Pengertian Keadilan

Istilah keadilan (iustitia) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

berasal dari kata “adil” yang berarti: tidak berat sebelah, tidak memihak,

berpihak kepada yang benar, sepatutnya, tidak sewenang-wenang.5 Menurut

Aristoteles dia menyatakan bahwa kata adil mengandung lebih dari satu arti.

Adil dapat berarti menurut hukum, dan apa yang sebanding, yaitu yang

semestinya. Disini ditunjukkan, bahwa seseorang dikatakan berlaku tidak adil

apabila orang itu mengambil lebih dari bagian yang semestinya. Orang yang

tidak menghiraukan hukum juga tidak adil, karena semua hal yang didasarkan

kepada hukum dapat dianggap sebagai adil.6Dimasukkan pengertian keadilan

menurut Aristoteles ini karena menurut penulis Aristoteles memberikan

sebuah definisi keadilan lebih ke hak suatu individu yang harusnya diperoleh

yang menjadi suatu bagian darinya dan juga jika dilihat dari segi hukum,

Aristoteles menilai jikalau orang yang tidak menaati hukum itu termasuk tidak

adil, sehingga disini hukum menjadi acuan untuk menyatakan adil atau

tidaknya orang itu.

5
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Keadilan. http://kbbi.web.id, diakses 2 April 2023
6
Darji Darmodiharjo & Shidarta. 1995. Pokok-Pokok Filsafat Hukum (Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia). Jakarta. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 138

12
13

1. Teori Keadilan
Keadilan (Justice) berasal dari Bahasa latin yaitu Justitia. Justice

memiliki tiga macam makna yang berbeda:

a. atributif berarti suatu kualitas yang adil atau fair (justness),

b. sebagai tindakan berarti tindakan menjalankan hukum atau tindakan

yang menentukan hak dan ganjaran atau hukuman (judicature) dan

c. orang, yaitu pejabat publik yang berhak menentukan persyaratan

sebelum suatu perkara dibawa kepengadilan (judge, jurist, magistrate).

Keadilan adalah merupakan suatu kebutuhan yang paling utama dalam

kehidupan manusia. Menurut Daniel Webster “Justice is the great interest on

men on earth” karena itu, kebutuhan untuk mendapatkan keadilan harus tetap

terpenuhi dengan baik bilamana kita sendiri memperoleh suatu kedamaian

hidup sebagaimana yang dikehendaki oleh hukum.7

Keadilan ingin dirasakan segenap lapisan masyarakat, sehingga

orangpun berbicara mengenai pemerataan keadilan. Pemerataan keadilan

dikatakan ada bilamana setiap orang sudah menikmati keadilan yang

didambakannya. Untuk itu hukum mempunyai peranan untuk mewujudkan

keadilan dalam kehidupan nyata, karena keadilan adalah merupakan salah satu

tujuan yang ingin dicapai oleh hukum. Dalam bidang hukum pada umumnya,

keadilan dipandang sebagai tujuan (end) yang harus dicapai dalam hubungan-

hubungan antara perseorangan perseorangan, perseorangan dan pemerintah

dan antara negara-negara yang berdaulat. Tujuan mencapai kedilan itu

7
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Bogor : Ghalia Indonesia, 2007, h. 90.
14

melahirkan konsep keadilan sebagai hasil (result) atau keputusan yang

diperoleh dari penerapan atau pelaksanaan sepatutnya asas-asas dan

perlengkapan hukum.

Pengertian keadian ini dapat disebut keadilan prosedural (procedural

justice) dan konsep inilah yang dilambangkan dengan dewi keadilan, pedang,

timbangan dan penutup mata untuk menjamin pertimbangan yang tidak

memihak dan tak memandang orang, sejalan dengan ini ialah pengertian

sebagai suatu asas.

Keadilan merupakan salah satu tujuan dari hukum. Tujuan hukum

memang tidak hanya keadilan, melainkan juga kepastian dan kemanfaatan.

Idealnya, hukum memang harus mengakomodir ketiganya baik dalam putusan

hakim. Misalnya putusan hakim sebisa mungkin merupakan resultante dari

ketiganya. Sekalipun demikian, tetap ada yang berpendapat, di antara tujuan

hukum itu keadilan merupakan tujuan yang paling penting, bahkan ada yang

berpendapat merupakan tujuan hukum satu-satunya. Di Indonesia pernah

diperlihatkan oleh hakim.8

Hukum dan keadilan dua elemen yang saling bertaut yang merupakan

condito sine qua non, hukum adalah manifestasi eksternal keadilan, dan

keadilan adalah internal dan esensi roh wujud hukum. Sehingga supremasi

hukum (supremacy of law) adalah supremasi keadilan (supremacy of justice)

begitu pula sebaliknya, keduanya adalah hal yang komutatif. Hukum tidak

8
Darji Darmodiharjo & Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum (Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia), Jakarta: Gramedia, 2002, h. 155-156
15

berada pada dimensi kemutlakan undang-undang, namun hukum berada dalam

dimensi kemutlakan keadilan.9

Lebih lanjut, dia membedakan keadilan menjadi jenis keadilan distributif

dan keadilan korektif. Yang pertama berlaku dalam hukum publik, yang kedua

dalam hukum perdata dan pidana. Keadilan distributif dan korektif sama-sama

rentan terhadap problema kesamaan atau kesetaraan dan hanya bisa dipahami

dalam kerangkanya. Dalam wilayah keadilan distributif, hal yang penting ialah

bahwa imbalan yang sama-rata diberikan atas pencapaian yang sama rata.

Pada yang kedua, yang menjadi persoalan ialah bahwa ketidaksetaraan yang

disebabkan oleh misalnya, pelanggaran kesepakatan, dikoreksi dan

dihilangkan.

John Rawls mengembangkan gagasan mengenai prinsip-prinsip keadilan

dengan menggunakan sepenuhnya konsep ciptaannya yang dikenal dengan

“posisi asali” (original position) dan “selubung ketidaktahuan” (veil of

ignorance). “Posisi asali” yang bertumpu pada pengertian ekulibrium reflektif

dengan didasari oleh ciri rasionalitas (rationality), kebebasan (freedom), dan

persamaan (equality) guna mengatur struktur dasar masyarakat (basic structure

of society). Sehingga, konsep “selubung ketidaktahuan” diterjemahkan oleh

Rawls bahwa setiap orang dihadapkan pada tertutupnya seluruh fakta dan

keadaan tentang dirinya sendiri, termasuk terhadap posisi sosial dan doktrin

tertentu, sehingga membutakan adanya konsep atau pengetahuan tentang

keadilan yang tengah berkembang.


9
Sukarno Abuera, et.al., Filsafat Hukum Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2017, h.
180.
16

Terhadap prinsip persamaan kesempatan (equal opportunity principle)

sebagai prinsip kedua bagian kedua dari teori keadilan Rawls, Konstitusi

Indonesia secara tegas juga memberikan jaminan konstitusi (constitutional

guarantee) yang serupa, sebagaimana salah satunya termuat pada 18 Pasal 28D

ayat (3) UUD 1945. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terlepas dari

adanya kesengajaan ataupun tidak, Indonesia secara nyata telah memasukan

prinsip-prinsip keadilan yang digagas oleh John Rawls ke dalam batang tubuh

Konstitusi. Begitu pula dalam praktik ketatanegaraan sehari-hari, walaupun

tidak selalu digunakan, eksistensi teori keadilan Rawls telah malangmelintang

penggunaanya baik di muka persidangan maupun di dalam Putusan

Mahkamah Konstitusi.10

2. Teori Kesalahan
Kesalahan merupakan salah satu unsur yang fundamental disamping

sifat melawan hukum dari perbuatan, dan harus dipenuhi agar suatu subjek

hukum dapat dijatuhi pidana. Menurut Sudarto, dipidananya seseorang

tidaklah cukup apabila orang itu telah melakukan perbuatan yang bertentangan

dengan hukum atau bersifat melawan hukum. Jadi meskipun pembuatnya

memenuhi rumusan delik dalam undang-undang dan tidak dibenarkan (an

objective breach of a penal provision), namun hal tersebut belum memenuhi

syarat untuk menjatuhkan pidana. Untuk pemidanaan masih perlu adanya

syarat, bahwa orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau

bersalah (subjective guild). Dengan perkataan lain, orang tersebut harus dapat

dipertanggungjawabkan atas perbuatannya atau jika dilihat dari sudut


10
Pan Mohamad Faiz, Teori Keadilan John Rawls, Jurnal Konstitusi, vol. 6, no. 1, h. 140.
17

perbuatannya baru dapat dipertanggungjawabkan kepada orang tersebut.11

Disini berlaku apa yang disebut “asas tiada pidana tanpa kesalahan” (keine

strafe ohne schuld atau geen straf zonder schuld atau nulla poena sine culpa),

culpa di sini dalam arti luas meliputi juga kesengajaan.

Kesalahan adalah dasar untuk pertanggungjawaban. Kesalahan

merupakan keadaan jiwa dari si pembuat dan hubungan batin antara si

pembuat dan perbuatannya. Adanya kesalahan pada seseorang, maka orang

tersebut dapat dicela. Mengenai keadaan jiwa dari seseorang yang melakukan

perbuatan merupakan apa yang lazim disebut sebagai kemampuan

bertanggungjawab, sedangkan hubungan batin antara si pembuat dan

perbuatannya itu merupakan kesengajaan, kealpaan, serta alasan pemaaf.

Dengan demikian, untuk menentukan adanya kesalahan subjek hukum harus

memenuhi beberapa unsur, antara lain:12

a. Adanya kemampuan bertanggung jawab pada si pembuat,

b. Hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya yang berupa

kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa),

c. Tidak adanya alasan penghapus kesalahan atau tidak adanya alasan

pemaaf Ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan antara satu dengan yang lain, dimana unsur yang satu

bergantung pada unsur yang lain. Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan

atau Asas Kesalahan mengandung pengertian bahwa seseorang yang

11
Sudarto, Hukum dan Perkembangan Masyarakat, Bandung: Sinar Baru, 1983, h. 85.
12
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 69.
18

telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan hukum

pidana yang berlaku, tidak dapat dipidana oleh karena ketiadaan

kesalahan dalam perbuatannya tersebut.

Asas ini termanifestasikan dalam Pasal 6 ayat (2) UU Nomor 4 Tahun

2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang menentukan bahwa: “Tidak

seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat

pembuktian yang sah menurut undangundang, mendapat keyakinan bahwa

seseorangyang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas

perbuatan yang didakwakan atas dirinya”.

B. Otonomi Daerah

Istilah otonom berasal dari bahasa Yunani (autos = sendiri) dan (nomos

= undang-undang), yang artinya perundangan sendiri. Berdasarkan

perkembangan sejarah pemerintahan Indonesia, otonomi juga mengandung arti

pemerintahan. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom (kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu) untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Otonomi Daerah adalah upaya pelaksanaan roda Pemerintahan

Pusat yang memberikan wewenangnya kepada pemerintah daerah yaitu

penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip


19

Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945).13

Dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai kepala daerah

gubernur, bupati, walikota bertanggung jawab kepada DPRD. Kepala daerah

memiliki tugas yang harus dilaksanakan guna jalannya pemerintahan yang

telah dimuat dalam Pasal 65 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2015, yaitu: Pasal 65 (1) Kepala daerah mempunyai tugas:

a. Memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

b. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

c. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan

rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas

bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD;

d. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD,

rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda

tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk

dibahas bersama;

e. Mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan; dan

f. dihapus.
13
Sukowati, Akuntabilitas Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan
Daerah, Tesis Universitas Brawijaya Malang, h. 3
20

g. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepala

daerah berwenang:

a. Mengajukan rancangan Perda;

b. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD

c. Menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah;

d. Mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat

dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat;

e. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

C. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang memengaruhi suatu

organisme; faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor) atau

variabel yang tidak hidup (abiotic factor). Dari hal inilah kemudian terdapat

dua komponen utama lingkungan, yaitu:

a. Biotik: Makhluk (organisme) hidup;

b. Abiotik: Energi, bahan kimia, dan lain-lain. Interaksi antara organisme

dengan kedua faktor biotik dan abiotik membentuk suatu ekosistem.

Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan

kesatuan utuh menyeluruh dan saling memengaruhi dalam membentuk

keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Namun,


21

pada hakikatnya keseimbangan alam (balance of nature) menyatakan

bahwa bukan berarti ekosistem tidak berubah. Ekosistem itu sangat

dinamis dan tidak statis. Komunitas tumbuhan dan hewan yang

terdapat dalam beberapa ekosistem secara gradual selalu berubah

karena adanya perubahan komponen lingkungan fisiknya. “Tumbuhan

dan hewan dalam ekosistem juga berubah karena adanya kebakaran,

banjir, erosi, gempa bumi, pencemaran, dan perubahan iklim.

Walaupun ekosistem 39 selalu berubah, ia memunyai kemampuan

untuk kembali pada keadaan semula selama perubahan itu tidak

drastis".14 Hal ini kemudian membuat penyusun Undang-Undang

tentang pengelolaan lingkungan hidup yang telah berubah sebanyak

tiga kali yakni Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 kemudian

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, serta yang paling terakhir

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, berusaha untuk mengaitkan antara

lingkungan secara umum dengan lingkungan hidup. Kaitan inilah yang

menghasilkan definisi tentang lingkungan hidup, yaitu sebagai

berikut :

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”

14
Agoes Soegianto. Ilmu Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan,
Airlangga, Surabaya, 2010, hlm. 39
22

Istilah lingkungan hidup maksudnya lingkungan tempat hidup

manusia sebagai padanan istilah human environment, istilah yang

dipakai oleh Konferensi Lingkungan di Stockholm, yang menghasilkan

Declaration of The United Nations Conference on the Human

Environment . Di dalam deklarasi butir (1), dikatakan : “Man is both

creature and moulder of his environment, which gives him physical

sustenance and affords him opportunity for intellectual, moral, social,

and spiritual growth. In the long and tortuous evolution of the human

race on his planet stage has been reached when, through the rapid

acceleration of science and technology. Man has acquired the power to

transform his environment in countless ways and on unprecedented

scale. Both aspects of mans environment, the natural and manmade,

essencial to him well being and to the enjoyment of basic human rights

even the right to life itself.”15

L.L. Bernard memberikan pembagian lingkungan ke dalam 4

(empat) bagian besar, yakni:16

a. Lingkungan fisik atau anorganik, yaitu lingkungan yang

terdiri dari gaya kosmik dan fisiogeografis seperti tanah,

udara, laut, radiasi, gaya tarik, ombak, dan sebagainya.

b. Lingkungan biologi atau organik, segala sesuau yang

bersifat biotis berupa mikroorganisme, parasit, hewan,

15
Agoes Soegianto. Ilmu Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan, Penerbit
Airlangga, Surabaya, 2010, hlm. 39
16
L.L. Bernard N.H.T. Siahan Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan,
introduction to social psychologi, Jakarta, 2004, hlm 13
23

tumbuhan, termasuk juga disini lingkungan prenatal, dan

proses-proses biologi seperti reproduksi, pertumbuhan, dan

sebagainya.

c. Lingkungan sosial, dibagi dalam tiga bagian, yaitu :

1) Lingkungan fisiososial yaitu meliputi kebudayaan

materiil (alat), seperti peralatan senjata, mesin,

gedung, dan lain-lain,

2) Lingkungan biososial, yaitu manusia dan

interaksinya terhadap sesamanya dan tumbuhan

beserta hewan domestic dan semua bahan yang

digunakan manusia yang berasal dari sumber

organik, dan

3) Lingkungan psikososial, yaitu yang berhubungan

dengan tabiat batin manusia seperti sikap,

pandangan, keinginan, dan keyakinan. Hal ini

terlihat melalui kebiasaan, agama, ideologi, bahasa,

dan lain-lain.

d. Lingkungan komposit, yaitu lingkungan yang diatur secara

institusional, berupa lembaga-lembaga masyarakat, baik

yang terdapat di daerah kota atau desa.

1. Pengertian Hukum lingkungan

Pengertian Hukum lingkungan Hukum lingkungan terdiri atas

dua unsur yakni pengertian hukum dan pengertian lingkungan.


24

Hukum lingkungan itu terbagi dalam dua bagian, yakni hukum

lingkungan klasik dan hukum lingkungan modern. Hukum

lingkungan klasik , berorientasi kepada penggunaan lingkungan

atau use oriented sedangkan hukum lingkungan modern

berorientasi kepada lingkungan.17 Hukum lingkungan modern,

memiliki ciri dalam wujud yang meliputi :18

a. Berwawasan lingkungan (Environmental oriented law),

b. Metodenya comprehenship-integral (utuh menyeluruh), dan

c. Sifatnya sangat luas (fleksibel) karena terpengaruh oleh

kenyataan, bahwa lingkungan sebagai “ekosistem” itu

selalu berada dalam dinamika. Dalam hal ini banyak

memberikan wewenang kepada lembaga administrasi untuk

mengembangkan peraturan pelaksanaannya. Hukum

lingkungan klasik, memiliki ciri dalam wujud sebagai

berikut:

a. Orientasinya kepada kegunaan dan pembangunan (use

oriented),

b. Metodenya masih sektoral, bahkan ada kalanya sektoral

spesialistis (sectoral oriented law), dan

c. Bersifat dan berwatak beku dan kaku, dan sukar berubah

sehingga mudah ketinggalan zaman; tertuju kepada maksud untuk

“melindungi dan mengawetkan” sesuatu unsur dari lingkungan


17
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku 11, Penerbit Nasional Binacit,
Bandung , 1985, hlm. 201
18
Ibid, hlm. 202
25

hidup demi kepentingan “penggunaannya” oleh generasi sekarang

dan generasi mendatang.

Hukum lingkungan pada hakikatnya adalah untuk mengatasi

pencemaran dan perusakan lingkungan akibat tingkah laku

manusia dengan segala aktivitasnya yang berupa pembangunan

serta teknologinya. Pencemaran dan perusakan lingkungan terjadi

dimana-mana sehingga terjadi masalah negara, regional, dan

global.

Drusteen, menyatakan :

“Hukum lingkungan (milieurecht) adalah hukum yang

berhubungan dengan lingkungan alam (natuurlijkmilieu) dalam arti

seluas-luasnya. Hukum lingkungan sebagian besar terdiri atas

hukum pemerintahan (bestuursrecht). Hukum lingkungan

pemerintahan meliputi beberapa bidang, yakni hukum kesehatan

lingkungan (milieuhygiene), hukum perlindungan lingkungan

(milieubeshermingsrecht), dan hukum tata ruang

(ruimtelijkordenings-recht).”19

Istilah hukum lingkungan ini merupakan terjemahan dari

beberapa istilah, yaitu “Environmental Law” dalam Bahasa

Inggris, “Millieeurecht” dalam Bahasa Belanda, “Lenvironnement”

dalam Bahasa Perancis, “Umweltrecht” dalam Bahasa Jerman,

“Hukum Alam Seputar” dalam Bahasa Malaysia, “Batas Nan

19
Muhammad Askin, Seluk Beluk Hukum Lingkungan, Penerbit Nekamatra, Jakarta,
2010, hlm. 14.
26

Kapaligiran” dalam Bahasa Tagalog, “sin-ved-lom kwahm” dalam

Bahasa Thailand, dan “Qomum al-Biah” dalam Bahasa Arab.20

Sebagai disiplin ilmu hukum yang sedang berkembang,

sebagian besar materi hukum lingkungan merupakan bagian dari

hukum administrasi, namun hukum lingkungan mengandung pula

aspek hukum perdata, pidana, pajak, internasional, dan penataan

ruang.

“Semula hukum lingkungan dikenal sebagai hukum

gangguan (hinderrecht) yang bersifat sederhana dan mengandung

aspek keperdataan. Lambat laun perkembangannya bergeser ke

arah bidang hukum administrasi, sesuai dengan peningkatan

peranan penguasa dalam bentuk campur tangan terhadap berbagai

segi kehidupan dalam masyarakat yang semakin kompleks.”21

Memperhatikan perkembangan akhir-akhir ini, Koesnadi

Hardjasoemantri berpendapat bahwa, hukum lingkungan dapat

meliputi aspek-aspek sebagai berikut:22

a. Hukum Tata Lingkungan,

b. Hukum Perlindungan Lingkungan,

c. Hukum Kesehatan Lingkungan,

d. Hukum Pencemaran Lingkungan,

e. Hukum Lingkungan Internasional, dan

20
Muhammad Erwin, Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup, Penerbit Refika Aditama, Bandung ,2009 , hlm. 8
21
Ibid., hlm. 10
22
Ibid., hlm. 11.
27

f. Hukum Perselisihan Lingkungan.

Hukum Tata Lingkungan merupakan hukum tata

penyelenggaraan tugas (hak dan kewajiban) kekuasaan

Negara berikut alat kelengkapannya dalam mengatur

pengelolaan lingkungan hidup. Hukum Perlindungan

Lingkungan tidak mengenal satu bidang kebijaksanaan,

akan tetapi merupakan kumpulan dari peraturan perundang-

undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang

berkaitan dengan lingkungan biotik sampai batas tertentu

juga dengan lingkungan antrophogen. Sedangkan kalau

wujud struktural hukum perlindungan lingkungan meliputi

perlindungan hayati, non hayati, buatan termasuk cagar

budaya Hukum Kesehatan Lingkungan adalah hukum yang

berhubungan dengan kebijaksanaan di bidang kesehatan

lingkungan dan wujud strukturalnya meliputi pemeliharaan

kondisi air, tanah, dan udara. Hukum Pencemaran

Lingkungan merupakan hukum yang memiliki pengaturan

terhadap pencegahan dan penanggulangan pencemaran.

Wujud pola hukum pencemaran lingkungan ini meliputi

pencemaran air, udara, dan tanah. Hukum Lingkungan

Internasional merupakan instrumen yuridis dalam

pengaturan hubungan hukum mengenai sengketa

lingkungan yang sifatnya melintasi batas negara. Lapangan


28

hukumnya meliputi hukum lingkungan perdata

internasional dan hukum lingkungan pidana internasional.

Hukum perselisihan lingkungan merupakan hukum yang

mengatur prosedur pelaksanaan hak dan kewajiban karena

adanya perkara lingkungan. Menurut Mella Ismelina Farma

Rahayu,23 yang penting dari hukum lingkungan adalah

bekerjanya hukum lingkungan di dalam menyelamatkan,

melindungi, melestarikan lingkungan hidup dan melindungi

kehidupan umat manusia dari kemungkinan kerusakan

lingkungan hidup.

“Hukum lingkungan (environmental law) sebagai bagian

hukum fungsional (milieurecht als functioneel vak) telah

memberikan kerangka hukum (legal framework)

pengelolaan lingkungan dari aspek: legislasi, institusi,

instrumentasi, dan penegakan hukum.”24

Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam

berbagai bentuk Usaha dan/atau Kegiatan pada dasarnya

akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dengan

diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan,

dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh

23
Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Penerbit Raha Ilmu,
Yogyakarta, 2012, hlm. 21
24
Suparto Wijoyo, Sketsa Lingkungan dan Wajah Hukumnya, Penerbit Airlangga,
Surabaya, 2005, hlm. 92.
29

berbagai aktivitas pembangunan tersebut dianalisis sejak

awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian

dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat

disiapkan sedini mungkin. Perangkat atau instrumen yang

dapat digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah

Amdal dan UKL-UPL, Amdal dan UKL-UPL juga

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Izin

Lingkungan.25

Usaha atau kegiatan dilihat dari perspektif

lingkungan hidup terbagi tiga tingkatan:

1. Usaha atau kegiatan Wajib AMDAL;

2. Usaha atau kegiatan Wajib UKL UPL;

3. Usaha atau kegiatan Wajib SPPL.

Pasal 36 ayat (1) UU Nomor 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(UUPPLH) menyebutkan bahwa, "Setiap usaha dan/atau

kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKLUPL wajib

memiliki izin lingkungan".

Usaha atau kegiatan yang wajib memiliki izin

lingkungan adalah:

1. Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki

AMDAL atau

25
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan Dan Kebijaksaan Lingkungan Nasional,
Edisi Kedua, Penerbit Airlangga, Surabaya, 2000, hlm 56.
30

2. Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki

UKL-UPL

Terdapat beberapa dasar hukum dan peraturan

tentang AMDAL yang saat ini sudah tidak berlaku lagi.

Beberapa peraturan dan dasar hukum dimaksud, antara

lain :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999

tentang AMDAL

b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan

AMDAL

c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha

Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib dilengkapi dengan

AMDAL Sebagaimana kita ketahui, saat ini telah

ditetapkan dan diundangkan Peraturan Pemerintah nomor

27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Kemudian sebagai

upaya pelaksanaan ketentuan dari peraturan tersebut,

kemudian ditetapkan beberapa Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup, antara lain :

a. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang

Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup


31

b. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor. 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan

Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan

Hidup dan Izin Lingkungan.

c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis

Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Peraturan

Pemerintah di atas disusun sebagai pelaksanaan ketentuan

dalam Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

khususnya ketentuan dalam Pasal 33 dan Pasal 41.

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 mengatur

dua instrumen perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup, yaitu instrumen kajian lingkungan hidup, dalam

bentuk amdal dan UKL-UPL serta instrumen Izin

Lingkungan.

Upaya melestarikan kemampuan lingkungan,

analisis mengenai damapak lingkungan bertujuan untuk

menjaga agar kondisi lingkungan tetap berada pada suatu

derajat mutu tertentu demi menjamin kesinambungan

pembangunan. Peranan instansi yang berwenang

memberikan keputusan tentang proses analisis mengenai


32

dampak lingkungan sudah jelas sangat penting. Keputusan

yang diambil aparatur dalam proses administrasi

yangditempuh pemrakarsa sifatnya sangat menentukan

terhadap mutu lingkungan, karena AMDAL berfungsi

sebagai instrumen pencegahan pencemaran lingkungan.26

“Sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang bersifat

preventif, AMDAL harus dibuat pada tahap paling dini

dalam perencanaan kegiatan pembangunan. Dengan kata

lain, proses penyusunan dan pengesahan AMDAL harus

merupakan bagian dari proses perijinan satu proyek.

Dengan cara ini proyek-proyek dapat disaring seberapa

jauh dampaknya terhadap lingkungan. Di sisi lain, studi

AMDAL juga dapat memberi masukan bagi upaya-upaya

untuk meningkatkan dampak positif dari proyek tersebut.”


27
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang

diterbitkan pada Tahun 2012, yaitu peraturan teknis terkait

terbitnya PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan. Peraturan tersebut adalah Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Keterlibatan Masyarakat dalam AMDAL dan Izin

Lingkungan. Peraturan ini mengatur tentang tata cara

pelibatan masyarakat dalam proses AMDAL, dimulai dari


26
Ibid, hlm.127.
27
Tomi Hendartomo, Permasalahan dan Kendala Penerapan AMDAL dalam Pengelolaan
Lingkungan,Penerbit Djambatan, Jakarta, 2001.hlm. 11.
33

pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan yang saat ini

hanya dilakukan 10 (sepuluh) hari, masyarakat mana saja

yang dilibatkan dalam proses AMDAL, penunjukan wakil

masyarakat yang terlibat dalam keanggotan Komisi Penilai

AMDAL, dan pelaksanaan konsultasi publik. Selain itu

peraturan ini juga mengatur peran masyarakat dalam proses

penerbitan izin lingkungan, dimana dalam penerbitan izin

lingkungan di atur adanya pengumumam pada saat

permohonan dan pesertujuan izin lingkungan. Terbitnya

Permen LH Nomor 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan

Masyarakat dalam Proses AMDAL dan Izin Lingkungan,

maka Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000

tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan

Informasi dalam Proses AMDAL dinayatakan dicabut dan

tidak berlaku. “Dalam sebuah lokakarya regional

koordinasi tata lingkungan wilayah Kalimantan, Ir Hermien

Roosita MM, Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak

Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan

bahwa hanya 119 kabupaten/kota yang memiliki komisi

penilai AMDAL dari 474 kabupaten/kota di Indonesia. Dari

angka tersebut, hanya 50% yang berfungsi menilai


34

AMDAL. Sementara 75% dokumen AMDAL yang

dihasilkan berkualitas buruk sampai sangat buruk.”28

28
http://timpakul hijaubiru.org/amdal/Hilangnya Hak Lingkungan Hidup. Terakhir
diakses pada tanggal 28 Desember 2016.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Agar dalam penyusunan skripsi ini dapat selesai dengan baik, maka

diperlukan metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang akan

diteliti, yang dimaksud dengan metode penelitian adalah suatu kegiatan atau

cara untuk memperoleh suatu data yang diperlukan guna kepentingan

penelitian agar terciptanya suatu tujuan dilakukannya penelitian tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris, yaitu penelitian dengan

adanya data-data lapangan sebagai sumber data utama, seperti hasil

wawancara dan observasi. Penelitian empiris digunakan untuk menganalisis

hukum yang dilihat sebagai perilaku masyarakat yang berpola dalam

kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam

aspek kemasyarakatan.29 Penelitian ini disebut sebagai penelitian empiris

karena penulis melakukan penelitian untuk melihat prespektif masyarakat di

Banjamasin secara langsung.

B. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu

suatu cara analisis hasil penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis,

yaitu data yang dinyatakan secara tertulis atau lisan serta juga tingkah laku

29
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003), h, 43.

35
36

yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. 30 Dalam

pendekatan ini ditekankan pada kualitas data, sehingga dalam pendekatan ini

penyusun diharuskan dapat menentukan, memilah dan memilih data mana atau

bahan mana yang memiliki kualitas dan data atau bahan mana yang tidak

relevan dengan materi penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Kecamatan Banjarmasin Timur terletak dibagian Timur wilayah Kota

Banjarmasin. Secara Topografis Kecamatan Banjarmasin Timur terletak pada

ketinggian tempat rata-rata 0.16 m dibawah permukaan laut (dpl) dengan

kondisi daerah berpaya-paya dan permukaan wilayah relatif datar sehingga

pada waktu pasang hampir seluruh wilayah digenangi air yang dialiri oleh

Sungai Martapura dan bermuara di Sungai Barito. Kedua sungai tersebut

sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, khususnya dalam

pemanfaatannya sebagai prasarana transportasi air, pariwisata, perikanan dan

perdagangan. Kecamatan Banjarmasin Timur merupakan salah satu

Kecamatan dari 5 Kecamatan di wilayah Kota Banjarmasin Provinsi

Kalimantan Selatan. Kecamatan Banjarmasin Timur mempunyai luas Wilayah

Kecamatan 23.86 Km2 dengan jumlah penduduk 118.429 jiwa dan kepadatan

4.963 jiwa/Km2 . Wilayah Banjarmasin Timur terdiri dari sembilan kelurahan,

yakni Pekapuran Raya, Kelurahan Karang Mekar, Kelurahan Kebun Bunga,

Kelurahan Sungai Lulut, Kelurahan Kuripan, Kelurahan Sungai Bilu,

Kelurahan Pengambangan, Kelurahan Banua Anyar dan Kelurahan Pemurus


30
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 192.
37

56 Luar. Secara geografis Kecamatan Banjarmasin Timur berbatasan dengan

wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Banjarmasin Utara.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Banjarmasin Selatan dan

Kabupaten Banjar.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banjarmasin Tengah dan

Kecamatan Banjarmasin Selatan.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Banjar 2. Luas Wilayah

Kecamatan Banjarmasin Timur mempunyai luas Wilayah 23.86 Km2 yang

terdiri dari:

Tabel 4.1 Luas Wilayah Banjarmasin Timur

No. Nama kelurahan Luas (Km2)

1 Pekapuran Raya 0,09 km2

2 Karang Mekar 0,76 km2

3 Kebun Bunga 1,30 km2

4 Sungai Lulut 8,63 km2

5 Kuripan 1,52 km2

6 Sungai Bilu 0,66 km2

7 Pengambangan 1,21 km2

8 Banua Anyar 6,38 km2

9 Pemurus Luar 2,45 km2


38

Jumlah 23,86 km2

D. Jenis dan sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum empiris adalah

sebagai berikut :

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari sumber utama seperti

perilaku warga masyarakat yang dilihat melalui penelitian.31 Nasabah

asuransi pendidikan syariah dan kepala unit administrasi dan

keuangan (KUAK) dari Asuransi Bumiputera Syariah Sidoarjo

merupakan sumber utama dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini

menggunakan peraturan lain seperti Kitab Undang-undang Hukum

Dagang atau wetboek van koophandel, Fatwa Dewan Syariah

Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum

Asuransi serta peraturan-peraturan lain yang dikeluarkan oleh menteri

keuangan mengenai teknis operasioanal usaha perasuransian syariah.

2. Data Sekunder

`Data-data yang diperoleh dari sumber kedua yang merupakan

pelengkap, meliputi buku-buku yang menjadi referensi terhadap tema

yang diangkat. yaitu mengenai perjanjian, wanprestasi dan buku-buku

31
Soerjono Soekanto, pengantar penelitian hukum, h. 25.
39

hukum Islam lainnya yang mengacu ke judul penelitian mengenai

hukum dalam perbankkan dan perasuransian syariah di indonesia.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang merupakan teknik yang digunakan

untuk mengumpulkan data dari salah satu atau beberapa sumber data yang

telah ditentukan. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis metode

pengumpulan data, antara lain :

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah Observasi merupakan alat

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan

mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.32 Pada

Perusahaan Asuransi Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo untuk

mengetahui nasabah yang mengalami wanprestasi. Dengan observasi

ini peneliti juga dapat memperoleh kelengkapan data untuk dianalisis.

2. Wawancara

Wawancara adalah jalan mendapatkan informasi dengan cara

bertanya langsung kepada responden.33 Jenis wawancara yang penulis

gunakan adalah wawancara bebas terpimpin atau bebas terstruktur

dengan menggunakan panduan pertanyaan yang berfungsi sebagai

32
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,
2005), h.192
33
Masri singarimbun, Sofian efendi, metode penelitian survai (Cet.XIX; Jakarta: LP3ES,
2008), h.192.
40

pengendali agar proses wawancara tidak kehilangan arah.34 Metode

wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan

bertatap muka secara fisik dan bertanya-jawab dengan nasabah syariah

dan Kepala Unit Administrasi dan Keuangan Perusahaan Asuransi

Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mengambil data dari dokumen

yang merupakan suatu pencatatan formal dengan bukti otentik.

F. Metode Pengolahan Data

Tahap-tahap yang penulis untuk menganalisis keakuratan data setelah

data diperoleh yaitu:

1. Editing

Tahap pertama dilakukan untuk meneliti kembali data-data yang

telah diperoleh terutama dari kelengkapannya, kejelasan makna,

kesesuaian serta relevansinya dengan kelompok data yang lain dengan

tujuan apakah data-data tersebut sudah mencukupi untuk memecahkan

permasalahan yang diteliti untuk mengurangi kesalahan dan

kekurangan data dalam penelitian serta untuk meningkatkan kualitas

data.35

2. Classifaying
34
Abu Achmadi dan Cholid Narkubo, Metode Penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2005), h. 85.
35
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011), h. 346
41

Mereduksi data yang ada dengan cara menyusun dan

mengklasifikasikan data yang diperoleh ke dalam pola tertentu atau

permasalahan tertentu untuk mempermudah pembacaan dan

pembahasan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Verifying

Verifikasi data adalah pembuktian kebenaran data untuk menjamin

validitas data yang telah terkumpul. Verifikasi ini dilakukan dengan

cara menemui sumber data (informan) dan memberikan hasil

wawancara dengannya untuk ditanggapi apakah data tersebut sesuai

dengan yang informasikan olehnya atau tidak.36

4. Analyzing

Analyzing adalah proses penyederhanaan kata ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan juga mudah untuk diinterpretasikan. 37

Dengan cara memaparkan data yang sudah diklasifikasikan, kemudian

di interpretasi dengan mengaitkan sumber data yang ada sambil

dianalisis sesuai dengan item-item yang dikaji dalam penelitian ini.

Hasil analisis terhadap pokok-pokok masalah yang dibahas atau dikaji

dalam penelitian ini selanjutnya dituangkan secara deskriptif dalam

laporan hasil penelitian. Dalam hal ini analisa data yang digunakan

oleh penulis adalah deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang

36
Nana Sudjana, Awal Kusuma, Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi, (Bandung:
Sinar Baru Algnesindo, 2008), h. 84.
37
Nana Sudjana, Awal Kusuma, Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi, (Bandung:
Sinar Baru Algnesindo, 2008), h. 84.
42

menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau

kalimat, kemudian dipisahkan menurut kategorinya untuk

memperoleh kesimpulan.38 Dalam mengolah data atau proses

analisinya, penulis menyajikan terlebih dahulu data yang diperoleh

dari lapangan atau dari wawancara.

5. Concluding

Sebagai tahapan akhir dari pengolahan data adalah concluding.

Adapun yang dimaksud dengan concluding adalah pengambilan

kesimpulan dari datadata yang diperoleh setelah dianalisa untuk

memperoleh jawaban kepada pembaca atas kegelisahan dari apa yang

dipaparkan pada latar belakang masalah.39 Setelah data terkumpul,

maka kemudian dilakukan analisis dan diagnosis dengan

menggunakan metode kualitatif yaitu dengan cara menganalisis data

tanpa mempergunakan perhitungan angka-angka melainkan

mempergunakan sumber informasi yang relevan untuk

memperlengkap data yang penyusun inginkan. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana keadaaan dan kondisi masyarakat

tersebut mempengaruhi eksistensi kasus-kasus yang ada dalam data

yang didapatkan tersebut. Selanjutnya, data yang terhimpun tersebut

dianalisis berdasarkan Undang-Undang dan Fatwa Dewan Syariah

Nasional-Majelis Ulama Indonesia.

38
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h. 331.
39
Nana Sudjana, Ahwal Kusuma, Proposal, h. 16
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biodata Pelaku Ekonomi

1. NAMA : YARHANIDA

ALAMAT : JL SEMANGAT DALAM KOMPLEK GRIYA

ANTASARI NO 25 BLOK B

TEMPAT TANGGAL LAHIR : BANJARMASIN 21 JULI 1972

a. Usaha yang dilakukan

Acil yayar adalah seorang pedagang makanan beliau melaksanakan

kegiatan ekonomi di luar daerah Banjarmasin tepatnya di daerah Barito

Kuala. Beliau sudah melaksanakan sejak 2016 lalu dalam usaha

berdagang ekonomi dalam bentuk warung makan/pecerekanan. Beliau

mempunyai 3 anak untuk mencukupi kebutuhan dirumah dikarenakan

beliau tidak mempunyai suami lagi maka dari itu beliau berusaha

untuk mencukupi kebutuhan sehari harinya. Jadi disaat itulah beliau

memulai usahanya untuk menafkahi anak anaknya dan beliau sekaligus

menjadi bapa dari anak anaknya maka dari itu beliau sangat bekerja

keras untuk masalah perekonomian

2. NAMA : MUHAMMAD AMIN NAFIS

ALAMAT : JL VETERAN KM 5,5 GG.KELUARGA KEL. SUNGAI

LULUT KEC. BANJARMASIN TIMUR

43
44

TEMPAT TANGGAL LAHIR : KAPUAS, -1998

a. Usaha yang dilakukan

Nafis adalah seoarang pedagang tembakau linting yang

mempunyai toko tembakau linting dan dia memulai usaha ini pada

sejak 2019 dan beliau mempunyai 2 toko yaitu daerah Sungai lulut

dan Barito Kuala. Dan mempunyai karyawan pada setiap toko-

tokonya, dari dia membeli rokok di warung-warung sampai dia

mempunyai toko tembakau linting sendiri sehingga dia bisa

memproduksi roko untuk diri nya sendiri maka dari itu dia tidak

pernah membeli rokok lagi diwarung dikarenakan dia memiliki

toko tembakau linting sendiri. Dari situ lah dia muncul keinginan

untuk membangun usaha menjual tembakau linting.

3. NAMA : MUHAMMAD ILHAM S.H.

ALAMAT : JL. BIRAH DESA BI’IH KECAMTAN KARANG

INTAN KABUPATEB BANJAR

TEMPAT TANGGAL LAHIR : DESA BI’IH 02 JULI 1993

a. Usaha yang dilakukan

Ilham adalah seorang pengusaha wira swasta yang berdidikari. Dia

membangun usahanya sejak 2016 dan mempunyai karyawan.

Tempatnya ada di JL Gatot Subroto seberangan Guest Host

Syariah dia adalah seorang diri sebatang kara yang jauh dari

keluarganya namun syukurnya dia mempunyai banyak teman di

Banjarmasin akan tetapi dia tetap berusaha untuk mencari nafkah


45

maka sebab itu dia menjadi pengusaha, sebagai seorang pengusaha

dia banyak mempunyai visi dan misi untuk menjalankan usahanya.

Dia sangat tekun menjalankan visi dan misi nya sampai saat ini dia

menjadi pengusaha sukses. Awalnya dia tidak yakin akan hal

usahanya karena dia tidak mempunyai pengalaman dan lainnya

akan tetapi dia mempunyai teman yang mensupport akan usaha itu

maka dari itu dia menjadi yakin akan membuat usaha yang dari

awal dibantu teman, sahabat terdekatnya, dan sampai saat ini pun

masih berjalan.

NAMA : JUNAIDI

ALAMAT : JL GATOT SUBROTO

TEMPAT TANGGAL LAHIR : GUNTUNG. 12-07-1991

KECAMATAN DAHA UTARA.

a. Usaha yang dilakukan

Junaidi adalah seorang penjual gas elpiji yang baru saja memulai

usaha ini pada tahun 2019 yang bertempat di Jl Gatot Subroto.

B. Hasil Wawancara

1. Acil Yayar

a. Berapa omset penghasilan dalam satu bulan?

Satu juta lima ratus ribu sampai dua jutaan rupiah.

b. Kenapa memilih usaha ini?

Dikarenakan beliau nyaman dengan usaha bewarung dirumah

karena beliau tidak repot-repot lagi mengerjakan pekerjaan


46

dirumah seperti memasak dan menyuci dan lain-lain. Dan beliau

suka berjualan makan makanan.

c. Kendala yang anda hadapi dalam menjalankan usaha?

Kendalanya hanya saja dengan modal yang tidak mempuni dengan

kebutuhan pangan yang ada di pasar, di karenakan kebutuhan pasar

makin hari makin naik.

d. Apakah usaha anda mempunyai MPWP?

e. Bagaimana tanggapan anda dengan pasal Perda No. 14 tahun 2015

Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20 Tahun

2013 Tentang Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Dan Konsep Keadilan Pada Perda No. 14

Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No.

20 Tahun 2013 Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Pasal 16?

Beliau baru tahu bahwa adanya pasal ini jadi beliau

menanggapinya hanya tahu bahwa ada pasal ini.

f. Kendala apa yang anda dapati dari pasal Perda No. 14 tahun 2015

Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20 Tahun

2013 Tentang Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Dan Konsep Keadilan Pada Perda No. 14

Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No.

20 Tahun 2013 Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Pasal 16?


47

Karena saya tidak merasakan dengan dampaknya pasal ini jadi saya

tidak ada kendala sama sekali.

Beliau merasa iba bahwa ada pasal ini dikarenakan beliau hanya

mencukup cukupi dari hasil penjualan sehari-harinya sedangkan

adanya pasal ini kemungkinan biayanya akan bekurang dari

pemasukan sehari hari.

g. Bagaimana konkulusi yang anda sarankan kepada pemerintah kota?

Kada tahu nyawa nih betakun lawan enda soalnya lain dah

zamannya

2. Muhammad Amin Nafis

a. Berapa omset/penghasilan dalam satu bulan?

Lima jutaan sampai enam jutaan rupiah

b. Kenapa memilih usaha ini?

Karena saya perokok aktif jadi saya berkeinginan untuk membuka

toko produksi rokok/ rokok lintingan, agar saya tidak membeli ke

warung-warung seperti biasanya.

c. Kendala yang anda hadapi dalam menjalankan usaha?

Sulit nya dalam ketersediaan barang dan sulit nya pengiriman

barang dan mahal nya biaya pengiriman dari luar kota menuju

Banjarmasin.

d. Apakah usaha anda mempunyai MPWP?

Saya tidak memilikinya


48

e. Bagaimana tanggapan anda dengan pasal Perda No. 14 tahun 2015

Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20 Tahun

2013 Tentang Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Dan Konsep Keadilan Pada Perda No. 14

Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No.

20 Tahun 2013 Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Pasal 16?

Kada peduli, urang lain aja kada tapi meurusi.

f. Kendala apa yang anda dapati dengan pasal Perda No. 14 tahun

2015 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20

Tahun 2013 Tentang Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Dan Konsep Keadilan Pada Perda No. 14

Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No.

20 Tahun 2013 Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Pasal 16?

Tidak ada kendala sama sekali karena saya tidak merasakan

tentang pasal ini jadi saya tidak merasakan apa yang didapati

tentang pasal ini.

g. Bagaimana konklusi yang anda sarankan kepada pemerintah kota

Banjarmasin?

Jangan terlalu sering memakan duit rakyat karena bisa

menimbulkan penyakit yang tidak wajar didalam tubuh kalian,

maka dari itu stop lah untuk korupsi demi peningkatan mata
49

pencaharian rakyat dan kita tidak akan lagi ngutang sama negara

lainnya.

3. Muhammad Ilham

a. Berapa omset/penghasilan dalam satu bulan?

Enam juta sampai tujuh juta rupiah

b. Kenapa memilih usaha ini?

Karena semua kalangan memiliki data dan dokumen yang

diperlukan dalam berbagai urusan baik itu urusan keluarga,

sekolah, maupun pekerjaan.

c. Kendala yang anda hadapi dalam menjalankan usaha?

Kendala yang dihadapi :

1) Internal

Mekanisme dan sistem jalannya usaha yang masih belum

tertata dengan rapi sehingga menjadi kendala dalam proses

pengembangan usaha.

Terbatasnya peralatan atau mesin mesin besar yang belum

dimiliki sehingga produk dan jasa layanan masih belum

lengkap.

2) Eksternal

Sulitnya beberapa bahan baku yang dicari dalam memenuhi

permintaan terhadap konsumen seperti bahan kertas jarang

yang digunakan.

d. Apakah usaha anda mempunyai MPWP?


50

Memiliki MPWP sejak memiliki usaha tahun 2020.

e. Bagaimana tanggapan anda dengan pasal Perda No. 14 tahun 2015

Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20 Tahun

2013 Tentang Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Dan Konsep Keadilan Pada Perda No. 14

Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No.

20 Tahun 2013 Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Pasal 16?

Pasal dan Perda tersebut tidak diketahui oleh pengusaha tersendiri

dan tidak ada edukasi dalam hal tersebut, serta belum adanya

permintaan untuk memenuhi syarat tersebut secara khusus.

Kewajiban yang pengusaha penuhi saat ini hanyalah sampai pada

pajak usaha yang didalamnya sudah terdapat pemungutan pajak

nasional dan daerah.

f. Kendala apa yang anda dapati dengan pasal Perda No. 14 tahun

2015 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20

Tahun 2013 Tentang Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Dan Konsep Keadilan Pada Perda No. 14

Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No.

20 Tahun 2013 Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Pasal 16?

Karena ketidaktahuannya tentang peraturan pada pasal ini maka

pengusaha tidak mengalami kendala apapun.


51

g. Bagaimana konklusi yang anda sarankan kepada pemerintah kota

Banjarmasin?

Saran untuk pemerintahan kota ketika menerbitkan sebuah

peraturan daerah hendaknya bisa diselaraskan dengan peraturan

peraturan yang lain agar tidak tumpang tindih peraturan dan

adanya peraturan yang sifatnya sama dan terjadi pelaksanaan yang

berbeda. Selain itu perlu adanya edukasi secara menyeluruh dan

merata kepada semua kalangan pengusaha baik ditingkat

kecil,menengah dan atas agar Perda tersebut diketahui dan bisa

dijalankan.

4. Junaidi

a. Berapa omset/penghasilan dalam satu bulan?

Dua juta lima ratus ribu sampai tiga jutaan

b. Kenapa memilih usaha ini?

Mudah untuk dijual karena orang banyak yang memerlukan

kebutuan untuk memasak dan lainnya.

c. Kendala yang anda hadapi dalam menjalankan usaha?

Kadang kadang hilang tabung gas, dan ada yang dibawa dulu

gasnya (Behutang)

d. Apakah usaha anda mempunyai NPWP?

Ya ada, Lima bulan setelah usaha berjalan NPWP berhasil kami

buat karena itu juga merupakan syarat dalam pembuatan pangkalan

gas elpiji tiga kilo


52

e. Bagaimana tanggapan anda dengan pasal Perda No. 14 tahun 2015

Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20 Tahun

2013 Tentang Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Dan Konsep Keadilan Pada Perda No. 14

Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No.

20 Tahun 2013 Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Pasal 16?

Pasal tersebut ulun rasa kurang jelas seperti pembayarannya berapa

terus kemana bayarnya jangka waktu pembayaran itu untuk

digunakan berapa lama cara menghitungnya berdasarkan apa.

f. Kendala apa yang anda dapati dengan pasal Perda No. 14 tahun

2015 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20

Tahun 2013 Tentang Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Dan Konsep Keadilan Pada Perda No. 14

Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No.

20 Tahun 2013 Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan

Kesehatan Lingkungan Pasal 16?

Kegiatan ekonomi terlalu umum banar, kada tahu pang namanya

rezeki nih maka perantauan pulang. Kan kebutuhan urang tu lain-

lain ada yang pendapatannya dua puluh ribu sehari lawan yang

tiga ratus ribu sehari apakah itu sama ja bayarnya? Dari segi

pendapatan ulun ni yang dilampu merah tu bisa banyak lagi

pendapatannya.
53

g. Bagaimana konklusi yang anda sarankan kepada pemerintah kota

Banjarmasin?

Bagusnya diamandementkan tentang pasalnya agar lebih mudah

dipahami oleh orang awam.

1. Yarhanida

1. penghasilan Satu Juta Rupiah Sampai Dua Juta Lima

satu bulan Ratus Ribu Rupiah

2. Latar belakang Mencari Uang Tambahan

3. Kendala usaha Bahan Pangan Naik

4. NPWP Tidak

5. Tanggapan atas
Pro Netral Kontra
Perda

6. Kendala atas Tidak tahu

Perda

7. Konklusi Tidak tahu

2. Muhammad Amin Nafis

1. penghasilan Lima Juta Rupiah sampai dengan Enam

satu bulan Juta Rupiah

2. Latar belakang Karena hobi

3. Kendala usaha Barang jualan berasal dari luar daerah


54

4. NPWP Tidak

5. Tanggapan atas
Pro Netral Kontra
Perda

6. Kendala atas Tidak tahu

Perda

7. Konklusi Stop korupsi

3. Muhammad Ilham

1. penghasilan Enam juta rupiah sampai dengan tujuh

satu bulan juta rupiah

2. Latar belakang Mudah dan sudah berpengalaman dalam

bidang ini

3. Kendala usaha Kurangnya alat

4. NPWP Ya

5. Tanggapan atas
Pro Netral Kontra
Perda

6. Kendala atas Edukasi Perda kurang

Perda

7. Konklusi Penerbitan pasal

4. Junaidi

1. penghasilan Dua juta lima ratus ribu rupiah sampai


55

satu bulan dengan tiga juta rupiah

2. Latar belakang Penjual gas elpiji tiga kg.

3. Kendala usaha Hilangnya barang dalam pangkalan.

4. NPWP Ya

5. Tanggapan atas
Pro Netral Kontra
Perda

6. Kendala atas Kurang sosialisasi

Perda

7. Konklusi Amandement pasal

C. Analisis Penulis

1. Yarhanida

Melihat dari kehidupan yang Yarhanida jalani penulis berpendapat

bahwasanya melihat dari keadaan ekonomi dan jumlah penghasilannya

dalam satu bulan, penulis analisis bahwasanya akan terjadi ketidak

adilan apabila pemungutan biaya dalam pasal itu dierlakukan

kepadanya.

Yarhanida sendiri tidak tau, dan tidak bisa memahami apa yang

dimaksud dalam undang-undang tersebut, sebagai seorang Ibu Rumah

Tangga yang Yarhanida tahu hanya mengusahakan sesuatu untuk

mencari rezeki Allah SWT..

2. Muhammad Amin Nafis


56

Muhammad Amin Nafis seorang yang blak-blakan, bahkan sesuatu

yang tidak ditanyakan penulis kadang disambungnya dengan kebijakan

pemerintah yang lain. Berkaitan dengan pasa ini dia mengaku tidak

perduli dan malah membicarakan kebijakan pemerintah yang lain.

Berkaitan dengan penghasilan yang didapatkannya seharusnya

sudah sewajarnya dia memuat NPWP, melihat dari pendapatannya

yang di atas UMR Kota Banjarmasin (sekitar Rp. 3.150.000,00).

Berkaitan dengan pasal ini, dirasa cukup adil seandainya Nafis

membayarkan biaya retribusi, karena Nafis sendiri tidak sudah tidak

bayar pajak pada pemerintah pusat, dan tidak juga bayar pada

pemerintah daerah dan kota.

3. Muhammad Ilham

Dengan penghasilan sekitar tujuh juta rupiah, Ilham telah merintis

usahanya sejak lama. Dia berhasil melewati pasang surut dalam

menjalankan usaha. Dan Ilham salah satu pengusaha yang punya

kesadaran diri akan bayar pajak.

Bekaitan dengan pasal tersebut sangat disayangkan bahwasanya,

sosialisasi dalam pasal tesebut tidak pernah sampai ketelinganya, jadi

Ilham sendiri tidak penah menganggap pasal tersebut ada. Dan apakah itu

sebagai bentuk anjuran atau kewajiban, Ilham bukannya tidak ingin

membayar biaya yang tertera di pasal tersebut, namun masih ketidak

jelasannya apa yang dimaksud dalam pasal tesebut dan syarat-syarat dalam
57

pasal tesebut Ilham rasa tidak ada kepentingan sama sekali pasal tesebut

atas kegiatan ekonomi yang dilakukannya selama ini.

Berkaitan dengan keadilan, pendapat Ilham ada benarnya, sebelum

mengkaji tentang pasal itu adil atau tidak sehausnya dijelaskan lebih detail

apa tujuan, sasaran, dan bagaiaman pelaksanaan pasal dalam undang-

undang tesebut.

4. Junaidi

Junaidi seorang pedagang elpiji 3kg yang mempunyai pangkalan

sendiri. Bisa dikatakan, penghasilan ang Junaidi dapat relatif stabil karena

gas merupakan kebutuhan setiap orang. Namun pasokan yang didapat

Junaidi setiap bulannya juga tebatas, walaupun baang yang dijualnya

merupakan komoditi utama, namun kalau tidak barang untuk dijual maka

Junaidi tidak mendapatkan untung.

Untuk usaha pangkalannya, Junaidi merupakan orang yang taat pajak,

selain karena dia mempunyai kesadaran pibadi, pembuatan NPWP juga

merupakan syarat untuk mendirikan pangkalan. Berkaitan dengan pasal

ini, Junaidi menganggap banyak ketidak jelasan dalam bunyi pasal

tersebut, kenapa juga pasal tersebut dibuat dalam Perda Kebersihan

Lingkungan, namun yang disinggung dalam pasal tersebut adalah kegiatan

ekonomi?

Melihat dari kaca mata keadilan, dengan pendapatan sekitar 2-3 rupiah

juta perbulan, Junaidi merasa agak sedikit keberatan, karena dengan


58

kendala-kendala seperti hilangnya tabung gas, yang mana satu tabung gas

biasanya satuannya seharga Rp. 150.000,00, dengan hilangya dua tabung

dalam satu bulan saja Junaidi bisa menutup kerugian sebesar 300.000

ditambah, berkuangnya dividen penjualan dua tabung tersebut.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari semua bagian dari pelaku saya menyimpulkan bahwa tentang pasal

ini adalah menurut saya alangkah baiknya pasal ini di sebar luas kan

dengan adanya komunikasi dengan warga-warga yang tidak mengetahui

akan pasal ini. Jadi dari tugas skripsi saya ini ingin memperjelas bahwa

dengan adanya pasal ini dipertegaskan lagi soal bayar iuran kepada

masyarakat yang ingin membuka usahanya didaerah Banjarmasin untuk

melancarkan kemaslahatan masyarakat setempat. Tapi diperbaiki lagi aja

dalam pasalnya tersebut supaya masyarakat lebih bisa menerima

maknanya dalam pasal tersebut agar masyarakat didaerah Banjarmasin ini

bisa semua melakukan pasal Perda No. 14 tahun 2015 Tentang Perubahan

Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaran

Kebersihan, Keindahan, Dan Kesehatan Lingkungan Dan Konsep

Keadilan Pada Perda No. 14 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Perda

Kota Banjarmasin No. 20 Tahun 2013 Penyelenggaran Kebersihan,

Keindahan, Dan Kesehatan Lingkungan Pasal 16. Alangkah baiknya

pemerintah setempat bisa menangganggapi akan anehnya dalam pasal ini

yang membuat saya mengangkat masalah ini dalam skripsi saya yang

membuat saya memikirkan

59
60

B. Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti lagi hal-hal yang

bisa diteliti dari pasal Perda No. 14 tahun 2015 Tentang Perubahan

Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20 Tahun 2013 Tentang

Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan Kesehatan

Lingkungan Dan Konsep Keadilan Pada Perda No. 14 Tahun 2015

Tentang Perubahan Atas Perda Kota Banjarmasin No. 20 Tahun

2013 Penyelenggaran Kebersihan, Keindahan, Dan Kesehatan

Lingkungan.

2. Untuk masyarakat kiranya lebih melek hukum agar tidak bingung

saat menemui atau mendapatkan masalah terkait dengan peraturan

daerah.

3. Untuk pemerintah seharusnya melakukan sosialisasi lebih kuat

karena tidak semua masyarakat menyentuh informasi berkaitan

dengan pasal-pasal peraturan daerah yang baru.

4. Untuk penulis kiranya tidak berhenti melakukan penelitian yang

berkaitan dengan hukum hukum yang berlaku dimasyarakat

khususnya masalah keadilan.


DAFTAR PUSTAKA

Abuera, Sukarno, et.al., Filsafat Hukum Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana,
2017.
Achmadi, Abu dan Cholid Narkubo, Metode Penelitian (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2005).
Askin, Muhammad. Seluk Beluk Hukum Lingkungan, Penerbit Nekamatra,
Jakarta, 2010.
Danusaputro, Munadjat. Hukum Lingkungan Buku 11, Penerbit Nasional Binacit,
Bandung , 1985
Darji Darmodiharjo & Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum (Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia), Jakarta: Gramedia, 2002.
Erwin, Muhammad. Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan
Pembangunan Lingkungan Hidup, Penerbit Refika Aditama,
Bandung ,2009 ,
Fuady, Munir. Dinamika Teori Hukum, Bogor : Ghalia Indonesia, 2007.
Hendartomo, Tomi. Permasalahan dan Kendala Penerapan AMDAL dalam
Pengelolaan Lingkungan,Penerbit Djambatan, Jakarta, 2001.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Keadilan. http://kbbi.web.id, diakses 2 April
2023.
L.L. Bernard N.H.T. Siahan Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan,
introduction to social psychologi, Jakarta, 2004.
Machmud, Syahrul. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Penerbit Raha
Ilmu, Yogyakarta, 2012.
Mohamad Faiz, Pan. Teori Keadilan John Rawls, Jurnal Konstitusi, vol. 6, no. 1.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006).
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010.
ND, Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).
Narbuko,Cholid, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT.Bumi
Aksara, 2005).
Nazir, Moh.Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011).
Rangkuti,Siti Sundari. Hukum Lingkungan Dan Kebijaksaan Lingkungan
Nasional, Edisi Kedua, Penerbit Airlangga, Surabaya, 2000.
Rhiti, Hyronimus. Filsafat Hukum Edisi Lengkap (Dari Klasik ke
Postmodernisme), cet. 5, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2015.
Santoso, M. Agus. Hukum, Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum,
cet. 2, Jakarta: Kencana, 2014,.
Sholehudin, Umar.Hukum dan Keadilan Masyarakat: Perspektif Kajian Sosiologi
Hukum, Malang: Setara Press, 2011.
Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003).
Sudarto, Hukum dan Perkembangan Masyarakat, Bandung: Sinar Baru, 1983.

61
62

Sudjana, Nana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian Di Perguruan Tinggi,


(Bandung: Sinar Baru Algnesindo, 2008).
Singarimbun, Masri dan Sofian efendi, Metode penelitian survai (Cet.XIX;
Jakarta: LP3ES, 2008).

Soegianto, Agoes. Ilmu Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan,


Airlangga, Surabaya, 2010.
Soekanto, Soerjono. pengantar penelitian hokum.
Sukowati, Akuntabilitas Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan dan
Pembangunan Daerah, Tesis Universitas Brawijaya Malang
Sumaryono, E. Etika & Hukum (Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas
Aquinas), Yogyakarta: Kanisius, , 2002.
Wijoyo, Suparto. Sketsa Lingkungan dan Wajah Hukumnya, Penerbit Airlangga,
Surabaya, 2005.
63

Lampiran 1
Dokumentasi wawancara
64

Riwayat Hidup

Andas Daha Saputra dilahirkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan,

bertepatan tanggal 12 Juni 1997, merupakan anak pertama, , dari pasangan Bapak

Mahyuni dan Ibu Hamdahwati, Tamatan SDN Seberang Masjid 1 Banjarmasin

pada Tahun 2009 lalu melanjutkan pendidikan di MTSN Al Falah Putera

Banjarbaru dan selesai pada Tahun 2013 kemudian melanjutkan pendidikan di

MAN 2 Model Banjarmasin dan selesai pada Tahun 2016 dan berikutnya

meneruskan pendidikan tinggi sejak Tahun 2016 pada Fakultas Hukum

Universitas Lambung Mangkurat.

Selama Menjadi Mahasiswa saya sangat aktif dan mempunyai jiwa semangat

yang tinggi. Tempat tinggal saya di Banjarmasin Jl. Pramuka Rt 12 No 20 (jalan

tembus pal 6), saya memiliki Hobi Bermain Basket, dan Berenang. Jenis Kelamin

Saya Laki-Laki.

Saya orang yang memiliki semangat kerja dan belajar yang sangat baik, dan

selama mengembangkan pendidikan dibangku kuliah Fakultas Hukum Universitas

Lambung Mangkurat.

You might also like