You are on page 1of 17

ASKEP GANGGUAN SISTEM 

KARDIOVASKULER
POSTED ON 13 AGUSTUS 2014
Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan
2. Keluhan utama:

 Nyeri dada
 Sesak nafas
 Edema

Keluhan utama digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan


yang mencerminkan refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen.

1. Nyeri à lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, factor yang


memperberat/memperingan, tipe nyeri.
2. Integritas neurovaskuler à mengalami panas, mati rasa, dan perasaan
geli.
3. Status pernafasan à sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe,
paroxysmal nocturnal dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan.
4. Gangguan sirkulasi à peningkatan berat badan, perdarahan, pasien
sudah lelah.
5. Riwayat kesehatan sebelumnya à penyekit yang pernah diderita, obat-
obat yang digunakan dan potensial penyakit keturunan.
6. Kebiasaan pasien à diet, latihan, merokok dan minuman
7. Riwayat Perkembangan
8. Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
9. Efek perkembangan fisik denyut jantung.
10. Produksi zat dalam darah.
11. Tekanan darah
12. Riwayat Sosial
13. Cara hidup pasien
14. Latar belakang pendidikan
15. Sumber-sumber ekonomi
16. Agama
17. Kebudayaan dan etnik

Riwayat Psikologis
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan
rencana asuhan keperawatan

1. Mengidentifikasi stress/ sumberr stress


2. Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk menegakan
diagnosa pada kasus gangguan kardiovaskuler diantaranya :

1. Pemeriksaan EKG
2. Pemeriksaan enzim jantung
3. Pemeriksaan rongen
4. Pemeriksaan ecokardiograf
5. MRI

Pola Kesehatan Fungsional (Gordon)


Pola persepsi kesehatan dan penanganan kesehatan : klien merasakan
kondisi kesehatan dan bagaimana cara menangani

1. Pola nutrisi/ metabolic; gambaran pola makanan dan kebutuhan


cairan b/d kebutuhan metabolic dan suplai nutrisi
2. Pola eliminasi :
gambaran pola fungsi pembuangan (BAB, BAK, melalui kulit)
3. Pola aktifitas/olah raga : gambaran pola aktifitas, olahraga, santai,
rekreasi
4. Pola tidur-istirahat : gambaran pola  tidur, istirahat, dan relaksasi
5. Pola kognitif dan perceptual gambaran pola konsep diri klien dan
persepsi terhadap dirinya
6. Pola peran/hubungan : gambaran pola peran dalam berpartisipasi /
berhubungan dengan orang lain
7. Pola seksualitas/reproduksi   : gambaran pola kenyamanan/tidak
nyaman dengan pola seksualitas dan gambaran pola reproduksi
8. Pola koping/ toleransi stress : gambaran pola koping klien secara
umum dan efektifitas dalam toleransi terhadap stress
9. Pola nilai/ keyakinan gambaran pola nilai-nilai keyakinan (termasuk
aspek spiritual) dan tujuan yang dapat mengarahkan menentukan
pilihan/ keputusan

Pengkajian Fisik

1. Pemeriksaan Jantung

Pemeruksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada


jantung. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung,
maka penting terlebih dahulu melihat pasien secara keseluruhan atau
keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu
badan dan frekuensi pernafasan. Keadaan umum secara keseluruhan
yang perlu dilihat adalah :

 Bentuk tubuh gemuk/ kurus


 Anemis
 Sianosis
 Sesak nafas
 Keringat dingin
 Muka sembab
 Edema kelopak mata
 Asites
 Bengkak tungkai atau pergelangan kaki
 Clubbing ujung jari-jari tangan

Pada pasien khusus penyakit jantung amat penting melakukan


pemerriksaan nadi adalah :

 Kecepatan/ menit
 Kuat/ lemah (besar/kecil)
 Teratur atau tidak
 Isi setiap denyut sama kuat atau tidak

Pemeriksaan fisik jantung dapat meliputi pemeriksaan secara inspeksi,


palsasi, auskultasi dan perkusi :
Inspeksi

 Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis

Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien
yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah
titik impuls maksimum (Point of maximum Impulse). Normalnya berada
pada ruang intercostals V pada garis midklavikula kiri. Apabila impuls
maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau
jantung terdorong atau tertarik ke kiri.

 Toraks/ dada

Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “veussure
cardiac” dinding toraks di bagian jantung menonjol menandakan
penyakit jantung congenital. Benjolan ini dapat dipastikan dengan
perabaan vena jungularis eksterna (dileher kiri dan kanan) dengan teknik
sebagai berikut :

 Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan + 45 dderajat


 Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit ke kiri pemeriksa di
kanan pasien
 Perhatikan vena jungularis eksterna yang terletak dileher; apakah
terisi penuh/ sebagian, dimana batas atasnya bergerak naik turun
 Dalam keadaan normal vena jungularis eksterna tersebut kosong/
kolap
 Vena jungularis yang terisi dapat disebabkan oleh:
 Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri)
 Tekanan intra toraks yang meninggi
 Tamponade jantung
 Tumor mediastinum yang menekan venacava superior
Palpasi
Palpasi dapat mengetahui dengan mengenal ukuran jantung dan denyut
jantung. Point of Maximum Impulse dipalpasi untuk mengetahui getaran
yang terjadi ketika darah mengalir melalui katup yang menyempitkan
atau mengalami gangguan.
Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita
amati pada inspeksi. Peradaban dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan
jari tengah) atau dengan telapak tangan. Yang perlu dinilai adalah:

 Lebarr impuls iktur kordis


 Kekuatan angkatnya

Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula
dirasakan (dengan telapak tangan) :

 Bising jantung yang keras (thrill)


 Apakah bising sistolik atau diastolic
 Bunyi murmur
 Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)

Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/ hipertrofi
otot jantung akibat latihan/ atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan
katup jantung.
Perkusi
Dengan posisi pasien tetap berbaring atau terlentang kita lakukan
pemeriksaan perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung
(batas atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut penguasaan teknik dan
pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksaan harus
mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.
Auskultasi

 Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama


jantung, bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub).
 Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung
merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan
terdengar di titik spesifik dari dinding dada.
 Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler
(mitral dan trikuspidalis).
 Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar
(aorta dan pulmonal).
 Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler
dihasilkan oleh pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
 Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi
ventrikel pada diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan
diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan ventrikel.
 Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan
katup jantung yang tidak sempurna. Yang perlu diperhatikan pada
setiap bising jantung adalah :
 Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.
 Kenyaringan (keras-lemah) bising.
 Lokasi bising (yang maksimal).
 Penyebaran bising.

Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :

 Kecepatan aliran darah yang melalui katup.


 Derajat kelainan/gangguan katup.
 Tebal tipisnya dinding toraks.
 Ada tidaknya emfisema paru.

Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :

 Tingkat I      : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat sunyi.


 Tingkat II     : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.
 Tingkat III    : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.
 Tingkat IV    : amat nyaring tanpa thrill.
 Tingkat V     : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)
 Tingkat VI    : dapat didengar tanpa stetoskop.
Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah
besar disebabkan oleh bertambahnya turbulensi aliran. Pada murmur
dapat ditentukan :

 Lokasi : daerah tertentu/menyebar


 Waktu : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
 Intensitas :
 Tingkat 1 : sangat redup.
 Tingkat 2 : redup
 Tingkat 3 : agak keras
 Tingkat 4 : keras
 Tingkat 5 : sangat keras
 Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.\
 Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa rendah,
medium dan tinggi.
 Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh atau serak.

Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal dan visceral
oleh perikarditis. Bunyi kasar, intensitas, durasi dan lokasi tergantung
posisi klien.
Pemeriksaan Pebuluh darah pembuluh darah terdiri dari :
Inspeksi
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi
perrifer.
Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan
tempat tersebut dengan ketentuan :
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.
Auskultasi
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada ganguan system
kardiovaskuler diantaranya :

1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.


2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard
dengan kebutuhan tubuh.
3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan
kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi,
irama dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan
tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan
struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan
aliran darah koroner.
6. (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal;
peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma.
7. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang
fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status
kesehatan yang akan datang.

 Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut b.d iskemia miokard akibat sumbatan arteri coroner

Intervensi Keperawatan Rasional

Pantau nyeri (karakteristik, Nyeri adalah pengalaman subyektif yang


lokasi, intensitas, durasi), catat tampil dalam variasi respon verbal non
setiap respon verbal/non verbal, verbal yang juga bersifat individual sehingga
perubahan hemo-dinamik perlu digambarkan secara rinci untuk
menetukan intervensi yang tepat

Berikan lingkungan yang tenang


Menurunkan rangsang eksternal yang dapat
dan tunjukkan perhatian yang
memperburuk keadaan nyeri yang terjadi
tulus kepada klien.

Membantu menurunkan persepsi-respon


nyeri dengan memanipulasi adaptasi
Bantu melakukan teknik fisiologis tubuh terhadap nyeri
relaksasi (napas dalam/perlahan,
distraksi, visualisasi, bimbingan
imajinasi)

Kolaborasi pemberian obat


sesuai indikasi:
Antiangina seperti nitogliserin Nitrat mengontrol nyeri melalui efek
(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur) vasodilatasi koroner yang meningkatkan
sirkulasi koroner dan perfusi miokard

Beta-Bloker seperti atenolol Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui


(Tenormin), pindolol (Visken), efek hambatan rangsang simpatis.(Kontra-
propanolol (Inderal) indikasi: kontraksi miokard yang buruk)

 Morfin atau narkotik lain dapat dipakai


Analgetik seperti morfin,
untuk menurunkan nyeri hebat pada fase
meperidin (Demerol)
akut atau nyeri berulang yang tak dapat
dihilangkan dengan nitrogliserin.

Penyekat saluran kalsium seperti Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat
verapamil (Calan), diltiazem meningkatkan sirkulasi koroner dan
kolateral, menurunkan preload dan kebu-
(Prokardia). tuhan oksigen miokard. Beberapa di
antaranya bekerja sebagai antiaritmia

 
 

2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard


dengan kebutuhan tubuh

Intervensi Keperawatan Rasional

Pantau HR, irama, dan


perubahan TD sebelum, selama
Menentukan respon klien terhadap aktivitas
dan sesudah aktivitas sesuai
indikasi

Tingkatkan istirahat, batasi Menurunkan kerja miokard/konsumsi


aktivitas oksigen, menurunkan risiko komplikasi

Manuver Valsava seperti menahan napas,


Anjurkan klien untuk menunduk, batuk keras dan mengedan dapat
menghindari peningkatan mengakibatkan bradikardia, penurunan curah
tekanan abdominal jantung yang kemudian disusul dengan
takikardia dan peningkatan tekanan darah

Keterlibatan dalam pembicaraan panjang


Batasi pengunjung sesuai dengan dapat melelahkan klien tetapi kunjungan
keadaan klinis klien orang penting dalam suasana tenang bersifat
terapeutik

Bantu aktivitas sesuai dengan Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai


keadaan klien dan jelaskan pola dengan kemampuan kerja jantung
peningkatan aktivitas bertahap.

Kolaborasi pelaksanaan program Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam


rehabilitasi pasca serangan IMA proses penyembuhan klien

3. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan


kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian

Intervensi Keperawatan
Rasional

Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan


secara langsung tetapi kecemasan dapat
Pantau respon verbal dan non
dinilai dari perilaku verbal dan non verbal
verbal yang menunjukkan
yang dapat menunjukkan adanya
kecemasan klien
kegelisahan, kemarahan, penolakan dan
sebagainya.

Respon klien terhadap situasi IMA


Dorong klien untuk
bervariasi, dapat berupa cemas/takut
mengekspresikan perasaan
terhadap ancaman kematian, cemas terhadap
marah, cemas/takut terhadap
ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan
situasi krisis yang dialaminya
peran sosial dan sebagainya

Informasi yang tepat tentang situasi yang


Orientasikan klien dan orang dihadapi klien dapat menurunkan
terdekat terhadap prosedur rutin kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan
dan aktivitas yang diharapkan sekitar dan membantu klien mengantisipasi
dan menerima situasi yang terjadi.

Kolaborasi pemberian agen Meningkatkan relaksasi dan menurunkan


terapeutik anti cemas/sedativa kecemasan
sesuai indikasi
(Diazepam/Valium,
Flurazepam/Dal-mane,
Lorazepam/Ativan).

4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi,


irama dan konduksi listrik jantung; penurunan
preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik
miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan
kerusakan septum.

Intervensi Keperawatan Rasional

Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari


disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan
rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga
Pantau TD, HR dan DN, periksa
banyak terjadi yang mungkin berhubungan
dalam keadaan baring, duduk
dengan nyeri, cemas, peningkatan
dan berdiri (bila memungkinkan)
katekolamin dan atau masalah vaskuler
sebelumnya. Hipotensi ortostatik
berhubungan dengan komplikasi GJK.

Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh


denyut nadi yang lemah dan HR yang
meningkat. S3 dihubungkan dengan GJK,
regurgitasi mitral, peningkatan kerja
ventrikel kiri yang disertai infark yang berat.
Auskultasi adanya S3, S4 dan
S4 mungkin berhubungan dengan iskemia
adanya murmur.
miokardia, kekakuan ventrikel dan
hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan
aliran darah normal dalam jantung seperti
pada kelainan katup, kerusakan septum atau
vibrasi otot papilar
Krekels menunjukkan kongesti paru yang
Auskultasi bunyi napas. mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokard.

Makan dalam volume yang besar dapat


Berikan makanan dalam porsi meningkatkan kerja miokard dan memicu
kecil dan mudah dikunyah rangsang vagal yang mengakibatkan
terjadinya bradikardia

Kolaborasi pemberian oksigen Meningkatkan suplai oksigen untuk


sesuai kebutuhan klien kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia

Pertahankan patensi Jalur IV yang paten penting untuk pemberian


IV-lines/heparin-lok sesuai obat darurat bila terjadi disritmia atau nyeri
indikasi dada berulang.

Pacu jantung mungkin merupakan tindakan


Bantu pemasangan/pertahankan
dukungan sementara selama fase akut atau
paten-si pacu jantung bila
mungkin diperlukan secara permanen pada
digunakan
infark luas/kerusakan sistem konduksi

5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan


aliran darah koroner

Intervensi Keperawatan Rasional

Pantau perubahan Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh


kesadaran/keadaan mental yang curah jantung di samping kadar elektrolit dan
tiba-tiba seperti bingung, letargi, variasi asam basa, hipoksia atau emboli
gelisah, syok sistemik

Pantau tanda-tanda sianosis, Penurunan curah jantung menyebabkan


vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan oleh
kulit dingin/lembab dan catat
penurunan perfusi perifer (kulit) dan
kekuatan nadi perifer
penurunan denyut nadi

Kegagalan pompa jantung dapat


Pantau fungsi pernapasan menimbulkan distres pernapasan. Di
(frekuensi, kedalaman, kerja otot samping itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut
aksesori, bunyi napas) menunjukkan komplokasi tromboemboli
paru

Pantau fungsi gastrointestinal


(anorksia, penurunan bising Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat
usus, mual-muntah, distensi menimbulkan disfungsi gastrointestinal
abdomen dan konstipasi)

Asupan cairan yang tidak adekuat dapat


menurunkan volume sirkulasi yang
Pantau asupan caiaran dan berdampak negatif terhadap perfusi dan
haluaran urine, catat berat jenis fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan fungsi
ginjal

Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium (gas darah, BUN,
kretinin, elektrolit)
Penting sebagai indikator perfusi/fungsi
organ

Kolaborasi pemberian agen Heparin dosis rendah mungkin diberikan


terapeutik yang diperlukan: mungkin diberikan secara profilaksis pada
–        Hepari / Natrium Warfarin klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi
(Couma-din) atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau
riwayat tromboplebitis. Coumadin
merupakan antikoagulan jangka panjang

Menurunkan/menetralkan asam lambung,


Simetidin (Tagamet), Ranitidin mencegah ketidaknyamanan akibat iritasi
(Zantac), Antasida gaster khususnya karena adanya penurunan
sirkulasi mukosa

Pada infark luas atau IM baru, trombolitik


Trombolitik (t-PA, merupakan pilihan utama (dalam 6 jam
Streptokinase) pertama serangan IMA) untuk memecahkan
bekuan dan memperbaiki perfusi miokard

6. (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal;


peningkatan natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau
penurunan protein plasma

Intervensi Keperawatan Rasional

Auskultasi bunyi napas terhadap Indikasi terjadinya edema paru sekunder


adanya krekels akibat dekompensasi jantung

Pantau adanya DVJ dan edema Dicurigai adanya GJK atau kelebihan
anasarka volume cairan (overhidrasi)
Penurunan curah jantung mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air
dan penurunan haluaran urine Penurunan
curah jantung mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi natrium/air dan
penurunan haluaran urine

Keseimbangan cairan positif yang ditunjang


Hitung keseimbangan cairan dan
gejala lain (peningkatan BB yang tiba-tiba)
timbang berat badan setiap hari
menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal
bila tidak kontraindikasi
jantung

Pertahankan asupan cairan total Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang


2000 ml/24 jam dalam batas dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan
toleransi kardiovaskuler adanya dekompensasi jantung

Kolaborasi pemberian diet Natrium mengakibatkan retensi cairan


rendah natrium sehingga harus dibatasi

Kolaborasi pemberian diuretik


sesuia indikasi
Diuretik mungkin diperlukan untuk
(Furosemid/Lasix, Hidralazin/
mengoreksi kelebihan volume cairan
Apresoline, Spironlakton/
Hidronolak-ton/Aldactone)

Hipokalemia dapat terjadi pada terapi


Pantau kadar kalium sesuai
diuretik yang juga meningkatkan
indikasi
pengeluaran kalium

7. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d


kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang
fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status
kesehatan yang akan dating

Intervensi Keperawatan Rasional

Kaji tingkat pengetahuan Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh


klien/orang terdekat dan
kemampuan/kesiapan belajar kesiapan fisik dan mental klien.
klien

Berikan informasi dalam


berbagai variasi proses
Meningkatkan penyerapan materi
pembelajaran. (Tanya jawab,
pembelajaran
leaflet instruksi ringkas, aktivitas
kelompok)

Berikan penekanan penjelasan


Memberikan informasi terlalu luas tidak
tentang faktor risiko,
lebih bermanfaat daripada penjelasan ringkas
pembatasan diet/aktivitas, obat
dengan penekanan pada hal-hal penting yang
dan gejala yang memerlukan
signifikan bagi kesehatan klien
perhatian cepat/darurat

Peringatkan untuk menghindari


Aktivitas ini sangat meningkatkan beban
aktivitas isometrik, manuver
kerja miokard dan meningkatkan kebutuhan
Valsava dan aktivitas yang
oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas
memerlukan tangan diposisikan
yang dapat memicu serangan ulang
di atas kepala

Meningkatkan aktivitas secara bertahap


Jelaskan program peningkatan meningkatkan kekuatan dan mencegah
aktivitas bertahap (Contoh: aktivitas yang berlebihan. Di samping itu
duduk, berdiri, jalan, kerja juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral
ringan, kerja sedang) dan memungkinkan kembalinya pola hidup
normal

You might also like