You are on page 1of 15

ANALISIS PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


(Strategi Pembelajaran Matematika)

Disusun oleh:
Kelompok 10 (Kelas B)

Anindia Putri Azahra 2113021042


Dela Alifa Lorenza 2113021044
Destia Fara Aulia 2113021016
Nadhifah Kansah Hanif 2113021034

Dosen Pengampu :

Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd.


Drs. Pentatito Gunowibowo, M. Pd.

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Analisis Penerapan
Pendekatan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika” dengan baik
dan tepat waktu. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Strategi Pembelajaran Matematika, Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. Dan Bapak
Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. yang telah memberikan tugas analisis ini pada
kami sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami. Selain itu, kami
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar lampung, 28 April 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR

ii
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar serta


terancang guna menciptakan suasana pembelajaran agar siswa dapat secara
aktif untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Pendidikan pada
sejatinya merupakan faktor transformatif bagi setiap individu dalam proses
perkembangannya. Dalam menghadapi perubahan yang semakin pesat,
pendidikan membutuhkan teori, metode dan model yang tepat dalam
pelaksanaan pendidikan tersebut melalui proses pembelajaran.
Belajar secara umum merupakan segala aktivitas yang dilakukan
seseorang sehingga menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang berbeda
antara sebelum dan sesudah belajar. Pada dasarnya, manusia merupakan
subjek yang akan terus belajar.. Proses dalam pembelajaran itu sendiri terjadi
dikarenakan terdapat interaksi antara manusia dan juga lingkungannya. Akan
tetapi terdapat rendahnya minat belajar matematika siswa di satuan pendidikan
disebabkan oleh penyelesaian soal matematika yang masih terasa sukar dan
proses pembelajaran yang kurang menarik, hal ini yang menyebabkan
banyaknya siswa yang kurang tertarik dalam mempelajari matematika,
terlebih lagi dalam materi yang berkaitan mengenai pemecahan masalah dalam
bentuk soal cerita, sebab dalam memecahkan permasalahn soal tersebut sangat
diperlukan pemikiran yang mendalam. Untuk lebih memahami persoalan
mengenai soal cerita, perlu adanya penerapan suatu pendekatan, salah satunya
pendekatan pemecahan masalah.
Menurut Skemp (dalam Yanto Winarno, 2013) menyatakan bahwa
Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pedoman dalam mengajar
2

yang sifatnya teoritis atau konseptual yang memiliki tujuan untuk melatih
siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika dengan berbagai
strategi serta langkah pemecahan masalah yang ada.
Berdasarkan latar belakang diatas kami tim penulis tertarik untuk
menganalisis penerapan teori pendekatan pemecahan masalah dalam
pembelajaran matematika yang diakses di channel YouTube PonPes
Darussalam Pandeglang Channel dengan judul “Supervisi Akademik Kepala
Sekolah- Mapel Matematika Jenjang MTs Tahun 2022” dan kemudian
menyusun makalah dengan judul: “Analisis Penerapan Pendekatan Pemecahan
Masalah Dalam Pembelajaran Matematika”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan oleh guru matematika
dalam channel YouTube tersebut menerapkan pada pembelajaran di dalam
kelas ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui apakah kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan oleh
guru matematika dalam channel YouTube menerapkan teori pendekatan
pemecahan masalah pada pembelajaran di dalam kelas .
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pendekatan Matematika Realistik

Realistic Mathematics Education (RME) merupakan suatu pendekatan baru dalam


bidang pendidikan matematika. Pendekatan ini sudah lama diujicobakan dan
diimplementasikan di Belanda. Di Indonesia istilah ini dikenal dengan nama
Pembelajaran Realistik Matematik (PMR).

Menurut Sumianto (2018) pendekatan matematika realistik merupakan suatu


rancangan yang membelajarkan siswa secara riil, maksudnya dalam
membelajarkan siswa dapat menggunakan media dan alat peraga secara nyata
maupun masalah nyata. Dalam pembelajaran secara PMR ini lebih mengutamakan
keterampilan proses melakukan matematika, berdiskusi, mengeluarkan pendapat,
berkolaborasi, dengan rekan sekelasnya. Sedangkan pengertian PMR menurut
Sam (2017) adalah sebuah pendekatan belajar matematika yang menempatkan
permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga mempermudah
siswa menerima materi dan memberikan pengalaman langsung dengan
pengalaman mereka sendiri.

Menurut Soedjadi (2001:2) PMR pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan
lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran
matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik
daripada masa lalu. Ide utama pembelajaran matematika realistik adalah siswa
harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) konsep dan prinsip
matematika di bawah bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994). Siswa diberi
kesempatan untuk menemukan ide atau konsep matematika berdasarkan
pengalaman anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan yang
dimaksud dapat berupa lingkungan sekolah, keluarga, atau lingkungan masyarakat
yang benar-benar dikenal siswa. Proses pembelajaran matematika realistik
menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal dalam belajar matematika.
Siswa diberi kesempatan untuk mengorganisasi masalah dan mencoba
mengidentifikasi aspek matematika yang ada pada masalah tersebut.
2.2 Karakteristik Pendekatan Realistik

Karakteristik PMR menurut Treffers dalam Wijaya (2012) adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan konteks Konteks yang dipakai dalam pembelajaran PMR
merupakan awal untuk menyajikan permasalahan. Masalah bisa saja berupa
permainan yang disajikan untuk menimbulkan permasalahan.
b. Penggunaan pendekatan untuk matematisasi progresif. Penggunaan
pendekatan berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan
matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal.
c. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa Hasil kerja dan konstruksi siswa
digunakan untuk landasan pengembanagn konsep matematika. Karakteristik
yang ketiga ini tidak hanya bermanfaat dalam membantu siswa memahami
konsep matematika, tetapi juga sekaligus mengembangkan Aktifitas dan
kreativitas siswa.
d. InterAktifitas Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu,
melainkan juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Interaksi ini
berguna dalam membangun kemampuan kognitif dan afektif sisiwa.
e. Keterkaitan Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun
banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Tujuan dilakukan
pengaitan dalam matematika berfungsi sebagai usaha untuk mengembangkan
konsep-konsep ilmu yang lain sehingga siswa mampu memahami kosep-
konsep matematika dan penerapannya.

2.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Realistik

Gravemeijer (1994 : 91) mengemukakan tiga prinsip kunci pembelajaran


matematika realistik, yaitu guided reinvention (menemukan kembali)/progressive
mathematizing (matematisasi progresif), didactical phenomenology (fenomena
didaktik) dan self developed models (mengembangkan model sendiri).
a. Menemukan kembali (Guided reinvention) Siswa harus diberi kesempatan
untuk menemukan sendiri konsep, definisi, teorema atau cara penyelesaian
melalui pemberian masalah kontekstual dengan berbagai cara.
b. Fenomena didaktik (Didactical Phenomenology) Untuk memperkenalkan topik-
topik matamatika pada siswa, guru harus menekankan pada masalah kontekstual,
yaitu masalah-masalah yang berasal dari dunia nyata atau masalah yang dapat
dibayangkan siswa.
c. Mengembangkan model sendiri (Self developed models) Ketika mengerjakan
masalah kontekstual siswa mengembangkan model dengan cara mereka sendiri.

Menurut Gravemeijer (dalam Arrifadah, 2004:14) disebutkan bahwa dari ketiga


prinsip di atas, dioperasionalkan ke dalam lima karakteristik dasar dari
pembelajaran matematika realistik, yaitu :
(1). Menggunakan masalah kontekstual. Proses pembelajaran menggunakan PMR
selalu diawali dengan masalah kontekstual, tidak dimulai dari sistem formal.
Masalah kontekstual yang digunakan merupakan masalah sederhana yang dikenal
oleh siswa. Masalah kontekstual dapat berupa realita atau sesuatu yang dapat
dibayangkan oleh siswa.
(2). Menggunakan model. Penggunaan model, skema, diagram, symbol dan
sebagainya merupakan jembatan bagi siswa dari situasi konkrit menuju abstrak.
Siswa diharapkan mengembangkan model sendiri.
(3). Menggunakan kontribusi siswa. Dalam menyelesaikan masalah, siswa
mempunyai kesempatan untuk menemukan cara pemecahan masalah dengan atau
tanpa bantuan guru. Proses ini menunjukkan bahwa pemecahan masalah
merupakan hasil konstruksi dan produksi siswa sendiri. Dengan kata lain, dalam
PMR kontribusi siswa sangat diperhatikan.
(4). Terdapat interaksi. Proses mengkonstruksi dan memproduksi pemecahan
masalah tentu tidak dapat dilakukan sendiri. Untuk itu perlu interaksi baik antar
siswa dengan guru, maupun siswa dengan siswa.
(5). Terdapat keterkaitan diantara bagian dari materi pelajaran. Struktur dan
konsep matematika saling berkaitan, oleh karena itu keterkaitan antar topik harus
digali untuk mendukung pembelajaran yang lebih bermakna.

2.4 Pertimbangan Menggunakan Pendekatan Realistik

2.5 Contoh Desain Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Realistik


Matematika
BAB III
HASIL ANALISIS

3.1 Narasi Video Pembelajaran

Pada praktikum pertemuan 8 ini menganalisis video pembelajaran


matematika MTs Darussalam Pandeglang tentang himpunan. Video
pembelajaran berdurasi 31 menit 55 detik yang diambil dari sumber youtube
berjudul “Supervisi Akademik Kepala Sekolah Mapel Matematika jenjang
MTs Tahun 2022” yang diunggah pada 20 Desember 2022. Kronologi pada
video pembelajaran:
A. Pembuka Pembelajaran
Sebelum pembelajaran dimulai, guru menyiapkan segala sesuatu yang
akan digunakan untuk pembelajaran. Setelah itu, guru masuk ke kelas
dan menyapa siswa di kelas dengan salam. Kemudian sebelum kelas
dimulai, salah satu siswa untuk memimpin do’a menurut agama dan
keyakinan masing-masing. Kemudian, guru mengecek kehadiran
siswa dan kondisi siswa di kelas. Guru mengulas ingatan siswa tentang
materi himpunan. Siswa juga dapat dengan lancar mendeskripsikan
jawaban yang berkaitan dengan apa itu pengertian dari himpunan.
Guru juga memberikan contoh himpunan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Kegiatan Inti
Guru mengajak siswa untuk membentuk kelompok kemudian
membagikan LKPD yang telah disiapkan oleh guru kepada masing-
masing kelompok yang telah dibentuk. Didalam LKPD tersebut siswa
diminta untuk mengelompokkan jenis hewan berdasarkan tempat
hidupnya dan juga berdasarkan spesiesnya. Siswa juga diminta untuk
mengelompokkan nama siswa berdasarkan warna kartu (kuning, hijau,
pink) yang telah dibagikan. Siswa diminta untuk bekerja dalam
kelompoknya masing-masing, mengikuti petunjuk yang ada pada
lembar kerja dengan guru tetap sebagai pengawas/pembimbing
selebihnya aktivitas dilakukan secara aktif oleh siswa.

Setelah kegiatan yang diinstrusikan pada lembar kerja selesai


dilakukan, siswa menganalisis apa yang telah diperoleh dari
pengerjaan LKPD tersebut. Kemudian, guru meminta salah satu
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas.
Dua dari anggota kelompok maju ke depan menjelaskan dan
mempresentasikan isi LKPD mereka.

C. Penutup (Evaluasi Pembelajaran)


Kemudian, guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil belajar.
Kelompok 2 menyimpulkan bahwa pada materi himpunan ini kita
dapat mengetahui benda yang sejenis dan mana benda yang tidak
sejenis, kelompok 1 menyimpulkan bahwa himpunan adalah objek
atau benda yang di definisikan secara jelas, kelompok 3 mengatakan
jika himpunan itu sejenis sedangkan bukan himpunan itu tidak sejenis.

Guru memberikan komentar terhadap hasil pekerjaan mereka dan


menjelaskan tentang himpunan. Guru mengakhiri pembelajaran
dengan memberikan tugas mandiri yang akan dikumpulkan pada
pertemuan selanjutnya dan dilanjutkan dengan doa.
1.2 Hasil Analisis Berdasarkan Teori Belajar

a. Pada menit 3:27- guru meminta siswa untuk mengingat materi yang
sudah di jelaskan pada minggu sebelumnya selain itu guru juga
menyajikan kompetensi dasar yang akan di pelajari yaitu materi
himpunan.
b. Pada menit 4:32-6:02 guru memberikan sebuah pertanyaan kepada
murid yaitu tentang lampu lalu lintas, kemudian guru tersebut
bertanya jika lampu lalu lintas merupakan himpunan apa kemudian
para murid ada yang menjawab bahwa itu himpunan rambu dan ada
juga yang menjawab bahwa itu merupakan himpunan warna , selain
lampu lalu lintas guru juga memberikan contoh yang lain terkait
himpunan.
c. Pada menit 6:43 setelah bertanya kepada muridnya tentang contoh
pada kehidupan sehari hari guru tersebut memberikan pengertian
tentang apa yang di maksud dengan himpunan.
d. Menit ke 8 - 16 : pada menit sudah menerapkan pendekatan
pemecahan masalah. Pada menit 8 - 14 menerapkan model
pendekatan pemecahan masalah yaitu :
a. Menebak dan Menguji
b. Mengidentifikasi Informasi yang Diinginkan, Diberikan dan
Diperlukan.
e. Lalu pada menit ke 8 - 16 pun mengikuti langkah-langkah umum
pendekatan pemecahan masalah yaitu pendahuluan. Dimana langkah
pendahuluan meliputi:
1. Pendahuluan
a. Mengiformasikan tujuan pembelajaran (terdapat pada menit awal)
b. Mengingatkan siswa tentang materi yang akan dibahas (pada
menit 8 - 14) Mengarahkan siswa untuk membaca secara cermat
satu permasalahan secara individual (permasalahan dapat disajikan
dalam bentuk LKS). (dimulai dari menit ke 14 dan seterusnya)
f. Menit ke 16 - 24 : pada menit sudah menerapkan pendekatan
pemecahan masalah. Dengan mengikuti langkah-langkah umum
pendekatan pemecahan masalah yaitu pengembangan. Dimana
langkah pengembangan meliputi:
1. Pengembangan
a. Membimbing siswa untuk memahamai masalah. (pada menit
16:00 – 16:49)
b. Membantu siswa menentukan strategi pemecahan masalah yang
sesuai dengan permasalahan yang diberikan. (strategi yang
digunakan yaitu menebak dan menguji; mengidentifikasi
informasi yang diinginkan, diberikan, dan diperlukan.)
c. Meminta siswa melaksanakan penyelesaian sesuai dengan yang
telah direncanakan (guru memberi bantuan jika diperlukan).
Siswa dapat bekerja secara individual secara bebas dan siswa
diberi kebebasan untuk memilih cara penyelesaian soal. (pada
menit 17:00 – 19:31)
d. Bila suatu penyelesaian sudah diperoleh, Guru mendiskusikan
apakah jawaban siswa sudah benar dan adakah kemungkinan
alternatif jawaban lain atau cara lain untuk memperoleh jawab
tersebut. (pada menit 22:21 – 22:52)
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran di atas, dapat


disimpulkan bahwa video tersebut sudah menerapkan pendekatan scientific .
Kita berbicara tentang penedekatan scientific karena pembelajaran telah
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan menurut pendekatan
scientific, yaitu meningkatkan kemampuan berpikir siswa, membentuk
kemampuan dalam menyelesaikan masalah secara sistematik, menciptakan
kondisi pembelajaran supaya siswa merasa bahwa belajar merupakan suatu
kebutuhan, melatih siswa dalam mengemukakan ide-ide, meningkatkan hasil
belajar siswa dan mengembangkan karakter siswa. Pembelajaran yang
diterapkan juga sudah sangat baik.

4.2 Saran

Dari video yang telah kami analisis, kami menyarankan kepada pembaca
ataupun calon guru untuk dapat lebih memahami mengenai pendekatan
pembelajaran Problem Solving serta penerapannya di dalam ruang kelas.
Supaya kelak ketika terjun ke lapangan dapat menerapkan pendekatan
tersebut dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Arrifadah, Yuni (2004). Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok


Bahasan Luas dan Keliling di Kelas V Sekolah Dasar. Tesis.
Program Pascasarjana UNESA Surabaya.

Gravemeijer, K (1994). Developing Realistic Mathematics Education. Ultrech:


Freudenthal institute.

Soedjadi, R (2001). Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelajaran


Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Realistic
Mathematics Education di FMIPA UNESA.

Sam, H. (2017). “Realistic Mathematics Education (RME)” Pengertian - Prinsip


- Karakteristik & (Kelebihan - Kekurangan). (Online). Tersedia di:
http://www.dosenpendidikan.com/realisticmathematics-education-
rme-pengertianprinsip-karakteristik-kelebihan-kekurangan/.

Sumianto. (2018). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik (Pmr) Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Al-Azim
Sdit Raudhatur Rahmah Pekanbaru. Jurnal Basicedu Volume 2
Nomor 1.

You might also like