You are on page 1of 16

MAKALAH KURIKULUM MERDEKA MERDEKA DAN

KARAKTERISTIKNYA
(Desain Pembelajaran Matematika)

Disusun oleh :
Kelompok 1 (Kelas B)

Sasha Herlistiyanti 2113021006


Elsya Salsabilla D 2113021066
Nadhifah Kansah H 2113021034
Ayu Naharotu Z 2113021072
Salsabila Fitria Madani 2113021056

Dosen Pengampu :
Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd.
Dr Pentatito Gunowibowo, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Kurikulum Merdeka dan Karakteristiknya”
sebagai tugas diskusi kelompok di Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Selanjutnya kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. dan
Bapak Dr Pentatito Gunowibowo, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Desain Pembelajaran Matematika ini.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan proses penyusunan makalah ini. Sebagai penyusun, kami
merasa bahwa masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Oleh sebab itu,
dengan penuh kerendahan hati kami berharap kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga nantinya kami dapat
memperbaiki bentuk ataupun isi dari makalah ini agar menjadi makalah yang
lebih baik lagi, terimakasih.

Bandarlampung, 24 Agustus 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
2.1 Kurikulum Merdeka.......................................................................................7
2.2 Tujuan Kurikulum Merdeka...........................................................................8
2.3 Karakteristik Kurikulum Merdeka.................................................................9
2.4 Perbedaan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013.................................10
2.5 Pencapaian Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Kurikulum Merdeka
............................................................................................................................12
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka........................................17
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................18
3.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring perkembangan zaman perubahan terjadi suatu sistem pendidikan di
Indonesia. perkembangan tersebut dapat kita dilihat dari kebijakan-kebijakan dan
pembaharuan standar Pendidikan yang berlaku seperti pergantian kurikulum.
Sehingga sistem Pendidikan terus mengalami perubahan, sistem pendidikan di
Indonesia saat ini sudah 10 kali telah berganti kurikulum, sejak dimulai dari tahun
1947 (Insani, 2019).
Hasil survei dan penelitian menunjukkan bahwa, berbagai indikator keberhasilan
pendidikan di Indonesia terutama kualitas hasil belajar siswa belum
menampakkan hasil yang menggembirakan. Berbagai pengukuran menunjukkan
tidak terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang signifikan. Dari hasil tes
PISA selama kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2018, peserta didik
Indonesia menunjukkan adanya stagnan dan bahkan penurunan prestasi. Untuk
bidang matematika, misalnya, Indonesia berperingkat 72 dari 78 negara yang
berpartisipasi dalam PISA. Hasil yang kurang lebih sama ditunjukkan untuk tes
sains dan membaca. Nilai tes PISA Indonesia juga memperlihatkan tren stagnan.
Berdasarkan hasil survei non akademik, seperti pendidikan sikap dan perilaku,
data yang dimiliki Kemendikbudristek juga menunjukkan perlunya perbaikan.
Dalam hal perundungan (bullying) dan kerangka pikir kemajuan (growth
mindset), peserta didik Indonesia memiliki kerangka piker kemajuan rendah,
karena mereka tidak melihat perlunya memajukan diri mereka dalam segi
akademis. (sumber dari OECD 2019).
Fenomena learning loss akibat pandemic Covid 2019, bukan hanya terjadi di
Indonesia. Hampir seluruh negara di dunia merasakan penderitaan akibat
penutupan sekolah karena pandemi (Engzell, Frey,and Verghan, 2021; Jonson et
al., 2014). Untuk mengejar ketertinggalan, tiap-tiap negara membuat kebijakan
untuk merespon krisis Covid-19. Studi-studi lebih lanjut memberi perhatian pada
dampak-dampak yang terjadi dalam perubahan radikal dalam proses pembelajaran
selama pandemi. Temuan studi-studi tersebut antara lain menunjukkan terjadinya
ketertinggalan pembelajaran (learning loss) yaitu ketika siswa kehilangan
kompetensi yang telah dipelajari sebelumnya, tidak mampu menuntaskan
pembelajaran di jenjang kelas maupun mengalami efek majemuk karena tidak
menguasai pembelajaran pada setiap jenjang.

4
Pemerintah Indonesia melalui Kemdikbudristek mengambil langkah dengan
memberikan opsi penggunaan kurikulum: Kurikulum K-13 secara utuh,
Kurikulum darurat; dan Kurikulum Merdeka (Paparan Kemdikbudristek, 2021a).
Oleh karena itu untuk menjawab beberapa tantangan di atas, diperlukan kurikulum
yang: (1) Sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan; (2) Fokus pada
kompetensi dan karakter semua peserta didik; (3) Fleksibel; (4) Selaras; (5)
Bergotong royong; dan (6) Memperhatikan hasil kajian dan umpan balik (Kajian
Akademik Pemulihan Pembelajaran).
Solusi dari permasalahan di atas maka diterapkannya Kurikulum Merdeka.
Landasan utama perancangan Kurikulum Merdeka adalah filosofi Merdeka
Belajar yang juga melandasi kebijakan-kebijakan pendidikan lainnya,
sebagaimana yang dinyatakan dalam Rencana Strategis Kementerian pendidikan
dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020).
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Kurikulum Merdeka, tujuan
Kurikulum Merdeka, Karakteristik Kurikulum Merdeka, Perbedaan Kurikulum 13
dan Kurikulum Merdeka, pencapaian Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika
Kurikulum Merdeka, Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Merdeka ?
2. Apa tujuan dari Kurikulum Merdeka ?
3. Apa Karakteristik dari Kurikulum Merdeka?
4. Apa Perbedaan Kurikulum 13 dan Kurikulum Merdeka ?
5. Apa Pencapaian Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Kurikulum
Merdeka ?
6. Apa kelebihan dan kekurangan Kurikulum Merdeka ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kurikulum Merdeka.
2. Mengetahui tujuan Kurikulum Merdeka.
3. Memahami karakteristik Kurikulum Merdeka.
4. Mengetahui perbedaan Kurikulum 13 dan Kurikulum Merdeka.
5. Mengetahui Pencapaian Pembelajaran Mata Pelajran Matematika
Kurikulum Merdeka.
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Kurikulum Merdeka.

7.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakulikuler
yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki
cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru
memiliki keluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga
pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta
didik. Projek untuk menguatkan pencapaian profil belajar Pancasila
dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran
tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.

Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum


prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel,
sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan
kompetensi peserta didik. Dengan diterapkannya kurikulum ini maka
kegiatan belajar mengajar akan lebih optimal dan para peseta diddik memiliki
waktu yang lebih banyak lagi untuk meningkatkan kualitas dan potensi dalam
dirinya. kurikulum merdeka belajar identic dengan bakat dan minat seseorang
dalam belajar. Kurikulum mandiri berfungsi untuk mencapai keterampilan
membaca dan matematika. Kurikulum mandiri yang menawarkan solusi
perbaikan kurikulum, hal ini dapat dilaksanakan sedikit demi sedikit
tergantung kesiapan masing-masing sekolah. Merdeka learning diciptakan
untuk mengubah konsep awal pembelajaran berbasis pendidik menjadi sistem
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Kebijakan belajar mandiri ini
bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas
sehingga angka pengangguran di Indonesia dapat ditekan.
Melalui kurikulum ini, maka tenaga pendidik dapat memilih perangkat
perangkat pembelajaran agar bias menyesuaikan dengan kebutuhan dalam
kegiatan pembelajaran dan minat para peserta didik. Namun juga ditemukan
beberapa perbedaan antara kurikulum merdeka belajar ini dengan kurikulum
yang sebelumnya. Kurikulum merdeka belajar menjadi pilihan lain guna
memperbaiki pembelajaran yang akan brlangsung pada tahun 2022 – 2024.
Dan selain itu, Kemendikbud Ristek juga menyatakan akan mengkaji kembali
kurikulum merdeka belajar ini pada 2024 yang akan datang.
2.2 Tujuan Kurikulum Merdeka
Tujuan dari kurikulum Merdeka adalah untuk mencapai pembelajaran akibat
pandemi Covid-19. Kurikulum ini dibuat dengan tujuan agar pendidikan di
Indonesia bisa seperti negara maju dimana siswa memiliki kebebasan untuk
memilih apa yang ingin mereka pelajari. Adapun tujuan pembelajaran
merdeka belajar:
1. Mengembangkan Potensi Peserta Didik
Tujuan dari kurikulum merdeka adalah mengembangkan potensi siswa.
Kurikulum ini sederhana dan fleksibel untuk pembelajaran yang lebih
dalam. Selain itu, kurikulum merdeka dalam tahapannya juga menitik
beratkan pada materi esensial dan pengembangan keterampilan siswa.
Dengan adanya kurikulum mandiri diharapkan mampu mengembangkan
keterampilan siswa. Ini merupakan keuntungan yang jelas ketika
kurikulum ini lebih menekankan pada kebebasan siswa. Kurikulum ini
juga memudahkan guru untuk merekrut siswa.
2. Pembelajaran Yang Lebih Menyenangkan
Kurikulum Merdeka Belajar memiliki tujuan untuk menciptakan
pendidikan yang lebih menyenangkan bagi peserta didik dan guru. Selama
ini, pendidikan di Indonesia lebih menekankan kepada aspek
pengetahuan. Kurikulum Merdeka Belajar ingin menekankan pendidikan
Indonesia pada pengembangan aspek keterampilan dan karakter sesuai
dengan nilai-nilai bangsa Indonesia.
3. Merespon Kebutuhan Sistem Pendidikan
Pada masa ini revolusi industri pendidikan adalah 4.0, maka dengan
adanya hal ini Kemendikbud meresmikan yang namanya kurikulum
merdeka belajar yang pada prinsip dasarnya untuk menjawab semua
tantang yang ada pada masa sebelumnya.
Sebelum terjadinya penerapan kurikulum merdeka ini, pemerintah sendiri
sudah meyiapkan macam-macam sarana ataupun fasilitas yang mampu
menunjang kebutuhan pendidikan tersebut, terkhusus pada bidang teknologi
yang harus digunakan dalam pengaplikasian kurikulum ini.

2.3 Karakteristik Kurikulum Merdeka


1. Pengembangan Soft Skills dan Karakter
Pengembangan soft kills dan karakter melalui projek penguatan profil pelajar
Pancasila. Tujuan, muatan, dan rangkaian kegitan pembelajaran projek tidak
harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Sekolah
dapat melibatkan peran serta masyarakat dan/atau dunia kerja untuk
merancang dan menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar pancasila
pembelajaran berbasis projek mengacu pada hal-hal konstektual dan interaksi
dengan lingkungan sekitar. Profil pelajar pancasila, dirancang untuk
menjawab satu pertanyaan besar, yaitu bagaimana menghasilkan peserta didik
dengan profil (kompetensi) yang diinginkan oleh sistem pendidikan dengan
memperhatikan faktor internal yang berkaitan dengan identitas nasional,
ideologi, dan cita-cita. Faktor eksternal profil pelajar pancasila dimana
pancasila adalah kehidupan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di
abad 21 seperti masa revolusi 4.0. maupun 5.0. Profil peserta didik pancasila
tidak hanya terfokus pada kemampuan kognitif saja, tetapi juga sikap dan
perilaku sesuai identitasnya sebagai bangsa Indonesia dan warga dunia.
2. Fokus pada Materi Esensial
Fokus pada materi esensial, relevan, dan mendalam sehingga ada waktu
cukup untuk membangun kreativitas dan inovasi peserta didik dalam
mencapai kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. Literasi dan
numerasi menyimpan manfaat penting bagi kehidupan para pembelajar.
Numerasi adalah keterampilan yang dibutuhkan dalam semua aspek
kehidupan, baik di rumah,untuk pekerjaan, termasuk dalam masyarakat.
Begitu juga dengan literasi, adanya peningkatan literasi agar seseorang
mampu mengelola serta memaknai pengetahuan dan informasi yang diterima.
3. Pembelajaran yang Fleksibel
Keluasaan bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan
tahap capaian dan perkembangan masing-masing peserta didik dan
melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal. Tujuan
fleksibilitas dalam kurikulum merdeka adalah untuk menjadikan kurikulum
lebih relevan dan siap merespons dinamika lingkungan dan beragam
perubahan serta untuk memberikan ruang untuk pembelajaran yang sesuai
dengan konteks lokal dan
kebutuhan siswa
4. Tersedia Perangkat Ajar yang Cukup Banyak
Dalam Kurikulum Merdeka, guru dibebaskan untuk menggunakan perangkat
ajar yang cukup banyak, mulai dari buku teks, asesmen literasi dan numerasi,
modul ajar, dan lain-lain. Selain itu, Kemdikbud mengeluarkan aplikasi
android dan website, yaitu platform Merdeka Mengajar yang bisa digunakan
guru sesuai keperluan. Ada pula modul pelatihan yang dapat diikuti guru dan
kepala sekolah.

2.4 Perbedaan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013


Aspek Kurikulum 13 Kurikulum Merdeka
Kerangka Dasar Rancangan landasan utama Rancangan landasan
Kurikulum 2013 adalah utama Kurikulum
tujuan Sistem Pendidikan Merdeka adalah tujuan
Nasional dan Standar Sistem Pendidikan
Nasional Pendidikan Nasional dan Standar
Nasional Pendidikan.

Mengembangkan profil
pelajar Pancasila pada
peserta didik.
Kompetensi yang Kompetensi Dasar (KD) Capaian pembelajaran
Dituju yang berupa lingkup dan yang disusun per fase.
urutan (scope and
sequence) yang Capaian Pembelajaran
dikelompokkan pada empat dinyatakan dalam

8
Kompetensi Inti (KI) yaitu: paragraf yang
sikap spiritual, sikap sosial,
merangkaikan
pengetahuan, danpengetahuan, sikap, dan
keterampilan. keterampilan untuk
mencapai, menguatkan,
KD dinyatakan dalam dan meningkatkan
bentuk point-point dan kompetensi
diurutkan untuk mencapai
KI yang diorganisasikan
pertahun.
Struktur Kurikulum Jam Pelajaran (JP) diatur Struktur kurikulum
per minggu. Satuan dibagi menjadi 2 (dua)
mengatur alokasi waktu kegiatan pembelajaran
pembelajaran secara rutin utama, yaitu:
setiap minggu dalam setiap a. pembelajaran
semester, sehingga pada reguler atau rutin
setiap semester peserta yang merupakan
didik akan mendapatkan kegiatan
nilai hasil belajar setiap intrakurikuler;
mata pelajaran. dan
b. projek penguatan
Satuan pendidikan profil pelajar
diarahkan menggunakan Pancasila.
pendekatan
pengorganisasian Jam Pelajaran (JP) diatur
pembelajaran berbasis per tahun. Satuan
tematik integratif. pendidikan dapat
mengatur alokasi waktu
pembelajaran secara
fleksibel untuk mencapai
JP yang ditetapkan.

Satuan pendidikan dapat


menggunakan
pendekatan
pengorganisasian
pembelajaran berbasis
mata pelajaran, tematik,
atau terintegrasi.
Pembelajaran Pendekatan pembelajaran Menguatkan
menggunakan satu pembelajaran
pendekatan yaitu terdiferensiasi sesuai
pendekatan saintifik untuk tahap capaian peserta
semua mata pelajaran. didik.

Pada umumnya, Paduan antara


pembelajaran terfokus pembelajaran
hanya pada intrakurikuler intrakurikuler (sekitar

9
(tatap muka), untuk 70-80% dari jam
kokurikuler dialokasikan pelajaran) dan
beban belajar maksimum kokurikuler melalui
50% diluar jam tatap muka, projek penguatan profil
tetapi tidak diwajibkan pelajar Pancasila (sekitar
dalam bentuk kegiatan yang 20-30% jam pelajaran).
direncanakan secara
khusus, sehingga pada
umumnya diserahkan
kepada kreativitas guru
pengampu.
Penilaian Penilaian formatif dan Penguatan pada asesmen
sumatif oleh pendidik formatif dan penggunaan
berfungsi untuk memantau hasil asesmen untuk
kemajuan belajar, merancang pembelajaran
memantau hasil belajar, dan sesuai tahap capaian
mendeteksi kebutuhan peserta didik.
perbaikan hasil belajar
peserta didik secara Menguatkan pelaksanaan
berkesinambungan. penilaian autentik
terutama dalam projek
Menguatkan pelaksanaan penguatan profil pelajar
penilaian autentik pada Pancasila.
setiap mata Pelajaran.
Tidak ada pemisahan
Penilaian dibagi menjadi antara penilaian sikap,
penilaian sikap, pengetahuan, dan
pengetahuan, dan keterampilan.
keterampilan.
Perangkat Kurikulum Pedoman implementasi Panduan Pembelajaran
kurikulum, Panduan dan Asesmen, panduan
Penilaian, dan Panduan pengembangan
Pembelajaran setiap kurikulum operasional
jenjang. sekolah, panduan
pengembangan projek
penguatan profil pelajar
Pancasila, panduan
pelaksanaan pendidikan
inklusif, panduan
penyusunan program
pembelajaran individual,
modul layanan
bimbingan konseling.

2.5 Pencapaian Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika Kurikulum


Merdeka
A. Capaian Pembelajaran Matematika Setiap Fase

10
1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/MI/Program Paket A) Pada
akhir fase A, peserta didik dapat menunjukkan pemahaman dan memiliki
intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai 100, termasuk
melakukan komposisi (menyusun) dan dekomposisi (mengurai) bilangan
tersebut. Mereka dapat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan
pada bilangan cacah sampai 20, dan dapat memahami pecahan setengah
dan seperempat. Mereka dapat mengenali, meniru, dan melanjutkan pola-
pola bukan bilangan. Mereka dapat membandingkan panjang, berat, dan
durasi waktu, serta mengestimasi Panjang menggunakan satuan tidak baku.
Peserta didik dapat mengenal berbagai bangun datar dan bangun ruang,
serta dapat menyusun dan mengurai bangun datar. Mereka dapat
menentukan posisi benda terhadap benda lain. Peserta didik dapat
mengurutkan, menyortir, mengelompokkan, membandingkan, dan
menyajikan data menggunakan turus dan piktogram paling banyak 4
kategori.

2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/MI/Program Paket A)


Pada akhir fase B, peserta didik dapat menunjukkan pemahaman dan
intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai 10.000.
Mereka dapat melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan
cacah sampai 1.000, dapat melakukan operasi perkalian dan pembagian
bilangan cacah, dapat mengisi nilai yang belum diketahui dalam sebuah
kalimat matematika, dan dapat mengidentifikasi, meniru, dan
mengembangkan pola gambar atau obyek sederhana dan pola bilangan
yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah
sampai 100. Mereka dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan
kelipatan dan faktor, masalah berkaitan dengan uang menggunakan ribuan
sebagai satuan. Mereka dapat membandingkan dan mengurutkan antar-
pecahan, serta dapat mengenali pecahan senilai. Mereka dapat
menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada
bilangan desimal, dan dapat menghubungkan pecahan desimal dan
perseratusan dengan persen. Peserta didik dapat mengukur panjang dan
berat benda menggunakan satuan baku, dan dapat menentukan hubungan
antar-satuan baku panjang. Mereka dapat mengukur dan mengestimasi luas
dan volume menggunakan satuan tidak baku dan satuan baku berupa
bilangan cacah. Peserta didik dapat mendeskripsikan ciri berbagai bentuk
bangun datar dan dapat menyusun (komposisi) dan mengurai
(dekomposisi) berbagai bangun datar dengan satu cara atau lebih jika
memungkinkan. Peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan,
menyajikan, menganalisis dan menginterpretasi data dalam bentuk tabel,
diagram gambar, piktogram, dan diagram batang (skala satu satuan).

3. Fase C (Umumnya untuk kelas V dan VI SD/MI/Program Paket A)


Pada akhir fase C, peserta didik dapat menunjukkan pemahaman dan
intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah dengan 1.000.000.
Mereka dapat melakukan operasi aritmetika pada bilangan cacah sampai
100.000. Mereka dapat membandingkan dan mengurutkan berbagai

11
pecahan, melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan, serta
melakukan operasi perkalian dan pembagian pecahan dengan bilangan asli.
Mereka dapat membandingkan dan mengurutkan bilangan desimal dan
mengubah pecahan menjadi desimal. Mereka dapat mengisi nilai yang
belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika yang berkaitan dengan
operasi aritmetika pada bilangan cacah sampai 1000. Mereka dapat
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB dan masalah
yang berkaitan dengan uang. Mereka dapat mengidentifikasi, meniru, dan
mengembangkan pola bilangan membesar yang melibatkan perkalian dan
pembagian. Mereka dapat bernalar secara proporsional dan menggunakan
operasi perkalian dan pembagian dalam menyelesaikan masalah sehari-
hari dengan rasio dan atau yang terkait dengan proporsi. Peserta didik
dapat menentukan keliling dan luas beberapa bentuk bangun datar dan
gabungannya. Mereka dapat mengonstruksi dan mengurai beberapa
bangun ruang dan gabungannya, dan mengenali visualisasi spasial. Mereka
dapat membandingkan karakteristik antar bangun datar dan antar bangun
ruang. Mereka dapat menentukan lokasi pada peta yang menggunakan
sistem
berpetak. Peserta didik dapat mengurutkan, membandingkan, menyajikan,
dan menganalisis data banyak benda dan data hasil pengukuran dalam
bentuk beberapa visualisasi dan dalam tabel frekuensi untuk mendapatkan
informasi. Mereka dapat menentukan kejadian dengan kemungkinan yang
lebih besar dalam suatu percobaan acak.

4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/MTs/Paket B)


Pada akhir fase D, peserta didik dapat menyelesaikan masalah kontekstual
peserta didik dengan menggunakan konsep-konsep dan keterampilan
matematika yang dipelajari pada fase ini. Mereka mampu mengoperasikan
secara efisien bilangan bulat, bilangan rasional dan irasional, bilangan
desimal, bilangan berpangkat bulat dan akar, bilangan dalam notasi ilmiah;
melakukan pemfaktoran bilangan prima, menggunakan factor skala,
proporsi dan laju perubahan. Mereka dapat menyajikan dan menyelesaikan
persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel dan sistem persamaan
linier dengan dua variabel dengan beberapa cara, memahami dan
menyajikan relasi dan fungsi. Mereka dapat menentukan luas permukaan
dan volume bangun ruang (prisma, tabung, bola, limas dan kerucut) untuk
menyelesaikan masalah yang terkait, menjelaskan pengaruh perubahan
secara proporsional dari bangun datar dan bangun ruang terhadap ukuran
panjang, luas, dan/atau volume. Mereka dapat membuat jaring-jaring
bangun ruang (prisma, tabung, limas dan kerucut) dan membuat bangun
ruang tersebut dari jaring-jaringnya. Mereka dapat menggunakan sifat-sifat
hubungan sudut terkait dengan garis transversal, sifat kongruen dan
kesebangunan pada segitiga dan segiempat. Mereka dapat menunjukkan
kebenaran teorema Pythagoras dan menggunakannya. Mereka dapat
melakukan transformasi geometri tunggal di bidang koordinat Kartesius.
Mereka dapat membuat dan menginterpretasi diagram batang dan diagram
lingkaran. Mereka dapat mengambil sampel yang mewakili suatu populasi,
menggunakan mean, median, modus, range untuk menyelesaikan masalah;

12
dan menginvestigasi dampak perubahan data terhadap pengukuran pusat.
Mereka dapat menjelaskan dan menggunakan pengertian peluang,
frekuensi relatif dan frekuensi harapan satu kejadian pada suatu percobaan
sederhana.

5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program Paket C)


Pada akhir fase E, peserta didik dapat menggeneralisasi sifat-sifat operasi
bilangan berpangkat (eksponen), serta menggunakan barisan dan deret
(aritmetika dan geometri) dalam bunga Tunggal dan bunga majemuk. Mereka
dapat menggunakan sistem persamaan linear tiga variabel, sistem
pertidaksamaan linear dua variabel, persamaan dan fungsi kuadrat dan
persamaan dan fungsi eksponensial dalam menyelesaikan masalah. Mereka
dapat menentukan perbandingan trigonometri dan memecahkan masalah yang
melibatkan segitiga siku-siku. Mereka juga dapat menginterpretasi dan
membandingkan himpunan data berdasarkan distribusi data, menggunakan
diagram pencar untuk menyelidiki hubungan data numerik, dan mengevaluasi
laporan berbasis statistika. Mereka dapat menjelaskan peluang dan
menentukan frekuensi harapan dari kejadian majemuk, dan konsep dari
kejadian saling bebas dan saling lepas.

6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/Program Paket


C)
Pada akhir fase F, peserta didik dapat memodelkan pinjaman dan investasi
dengan bunga majemuk dan anuitas. Mereka dapat menyatakan data dalam
bentuk matriks, dan menentukan fungsi invers, komposisi fungsi dan
transformasi fungsi untuk memodelkan situasi dunia nyata. Mereka dapat
menerapkan teorema tentang lingkaran, dan menentukan panjang busur dan
luas juring lingkaran untuk menyelesaikan masalah. Mereka juga dapat
melakukan proses penyelidikan statistika untuk data bivariat dan
mengevaluasi berbagai laporan berbasis statistik.

7. Fase F+ (Sebagai pilihan untuk kelas XI dan XII)


Pada akhir fase F+, peserta didik dapat menyelesaikan masalah terkait
polinomial, melakukan operasi aljabar pada matriks dan menerapkannya
dalam transformasi geometri. Mereka dapat menyatakan vektor pada bidang
datar, melakukan operasi aljabar pada vektor dan menggunakannya pada
pembuktian geometris. Mereka dapat mengenal berbagai fungsi dan
menggunakannya untuk memodelkan fenomena, serta menyatakan sifat-sifat
geometri dengan persamaan pada sistem koordinat. Mereka dapat
mengevaluasi hasil keputusan dengan menggunakan distribusi peluang
dengan menghitung nilai yang diharapkan dan juga dapat menerapkan konsep
dasar kalkulus di dalam konteks pemecahan masalah aplikasi dalam berbagai
bidang.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka


A. Kelebihan Kurikulum Merdeka
1. Struktur Kurikulum lebih fleksibel

13
Kurikulum yang hingga saat ini berlaku secara nasional belum
memberikan keleluasaan bagi guru, terutama terkait jam mengajar
mingguan. Beberapa siswa atau orang tua mengeluh tentang kain tebal.
Topik yang terlalu padat tidak cukup untuk deep learning dan sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran di
masa depan akan fokus pada hal-hal yang hakiki.
2. Penggunaan Beragam Perangkat Pembelajaran
Materi pembelajaran yang tersedia kurang beragam sehingga guru
kurang fleksibel dalam mengembangkan pembelajaran kontekstual.
Oleh karena itu, ke depannya kurikulum mandiri akan memberikan
keleluasaan bagi guru untuk menggunakan perangkat pengajaran yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
3. Pemanfaatan Teknologi Digital
Kurikulum sebelumnya gagal memaksimalkan dan memanfaatkan
teknologi digital berbasis aplikasi. Yang dibutuhkan saat ini untuk
tetap kekinian adalah aplikasi yang menyediakan berbagai referensi
bagi para guru untuk mengembangkan metode pengajaran secara
mandiri dan berbagi praktik terbaik. Salah satunya platform
pendidikan Merdeka.
4. Lebih Fokus dan Sederhana
Keunggulan dari kurikulum merdeka dengan mandiri, biasanya lebih
fokus serta sederhana agar siswa tersebut menjadi lebih fokus pada
materi esensial serta dari pengembangan keterampilannya.
5. Jauh Lebih Merdeka
Maksud dari kata jauh lebih merdeka adalah kurikulum ini memberi
kebebasan terhadap siswa untuk memilih pelajaran yang sesuai
dengan minat dan bakatnya, sehingga siswa tersebut lebih fokus
terhadap kemampuan yang dimilikinya.
6. Lebih Interaktif
Kurikulum mandiri juga dianggap lebih bermakna dan interaktif.
Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) menawarkan
kepada siswa kesempatan yang lebih luas untuk secara aktif terlibat
dalam isu-isu terkini seperti lingkungan, kesehatan dan topik lainnya.
B. Kekurangan Kurikulum Merdeka
1. Dari segi implementasinya Kurikulum Merdeka masih kurang matang.
2. Sistem pendidikan dan pengajaran yang dirancang belum terealisasi
dengan baik.
3. Kurangnya sumber daya manusia (SDM), serta sistem yang belum
terstruktur.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Fianingrum, F., Novaliyosi, N., & Nindiasari, H. (2023). Kurikulum Merdeka


pada Pembelajaran Matematika. EDUKATIF: JURNAL ILMU
PENDIDIKAN, 5(1), 132-137.

Jamilatun, N., Dukan, J.F., Siti, M. (2022). Karakteristik Pembelajaran pada


Kurikulum Merdeka Belajar di Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Auladuna.

Pratycia, A., Putra, A. D., Salsabila, A. G. M., Adha, F. I., & Fuadin, A. (2023).
Analisis Perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka. Jurnal
Pendidikan Sains dan Komputer, 3(01), 58-64.

16

You might also like