You are on page 1of 9

BUKU MANUAL

INOVASI PUSKESMAS SIMPUR


“CORLA”
(COnnections to caRe, testing LAboratorium for ODHIV)
Tahun?????????????
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan penyakit AIDS

(Acquired immune deficiency syndrome) saat ini telah menjadi masalah kesehatan

global. Selama kurun waktu 25 tahun, infeksi HIV telah berkembang dengan

pesat, bermula dari beberapa kasus di area dan populasi tertentu hingga menyebar

ke seluruh area dan negara di dunia. Sejak awal HIV/AIDS menjadi epidemik di

seluruh negara di dunia, para klinisi telah melakukan pemeriksaan jumlah sel CD4

pasien sebagai indikator penurunan sistem imun dan untuk memantau risiko

progresivitas dari infeksi HIV. Pada pertengahan tahun 1990, para klinisi mulai

juga memantau secara rutin viral load HIV, yang secara langsung mengukur

jumlah virus HIV dalam darah. (Linda, 2020)

Penyakit HIV ini tidak bisa sembuh namun bisa dilakukan pencegahan

serta dikontrol pertumbuhan virus didalam tubuh dengan melakukan pemberian

terapi antiretroviral (ARV). Untuk mengetahui hasil dari pengobatan antiretroviral

dapat di lihat dari uji kadar viral load yang merupakan cara informatif untuk

mendeteksi kadar virus dalam tubuh, kian besar viral load maka kian cepat

penyakit HIV berkembang. (Zhang y, 2018)

Keberhasilan terapi dapat dinilai dari kepatuhan pasien dalam

mengkonsumsi obat ARV. Hal tersebut selaras dengan penelitian Hamzah tentang

kepatuhan meminum obat ARV yang menyebutkan bahwa, terdapat hubungan

yang signifikan pada kepatuhan dalam meminum obat ARV dengan kadar viral
load yang mana pasien HIV yang enggan mematuhi konsumsi obat ARV

berpeluang mengalami peningkatan kadar viral load (terdeteksi) yakni sejumlah

22,50 kali dari pada responden yang patuh dalam konsumsi obat ARV.(Hamzah

M, 2019)

Kepatuhan pasien dalam menjalani terapi Antiretroviral (ARV) dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut penelitian - penelitian sebelumnya,

faktor yang mempengaruhi ODHIV (Orang Dengan Human Immmunodeficiency

Virus) dalam melaksanakan terapi ARV adalah karakteristik pasien, bentuk fisik

dan efek samping obat, ketersediaan obat, pandangan atau stigma negative dari

masyarakat, ODHIV tidak merasakan keparahan atas kondisi kesehatannya,

pengetahuan, pemberian motivasi, kondisi Kesehatan yang membaik setelah

pengobatan, dukungan keluarga, peran tenaga Kesehatan dan kelompok dukungan

sebaya, akses terhadap layanan, serta layanan konseling kepatuhan dalam

menjalani terapi ARV (Marpung, 2016; Rahmadani et al., 2017; Anok et al.,

2018; Hestia2019)

Menurut WHO, data terbaru penderita HIV secara global mencapai 38,4 juta

pada tahun 2021 dengan kasus baru mecapai 1,5 juta/tahun, angka kematian 650.000

dan tingkat pengobatan penderita HIV yang mendapat terapi ARV mencapai 75%.

Populasi terinfeksi HIV terbesar di dunia adalah di benua Afrika (25,7 juta orang),

kemudian di Asia Tenggara (3,8 juta), dan di Amerika (3,5 juta). (WHO, 2021). Di

Indonesia kasus HIV/AIDS secara nasional mencapai 466.978 kasus dan diuraikan

HIV 329.581 kasus dan kasus AIDS nasional mencapai 137.397 kasus per tahun

2022 dan provinsi dengan kasus terbanyak yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa

Timur dan DKI Jakarta sedangan provinsi Lampung menduduki urutan ke 12


dengan jumlah kasus 17.991 kasus HIV/AIDS per tahun 2022 dari 34 provinsi yang

diambil data dari program P2P. Kota Bandar Lampung yang merupakan kota

terpadat diprovinsi Lampung memiliki jumlah kasus penderita HIV/AIDS mencapai

10.093 kasus per tahun 2020. Temuan kasus baru di Bandar Lampung per April

2023 ditemukan 114 kasus baru dimana didominasi oleh jenis kelamin laki-laki 95

orang dan perempuan 19 orang yang memiliki rata-rata usia 25-49 tahun.

Menurut hasil Capaian HIV & Pengobatan HIV Kota Bandar Lampung

APRIL 2023, ODHIV dengan Viral Load Tersupresi, berjumlah 645 Orang (26 %)

yang mana masih belum mencapai target yang ditentukan yaitu 73% dari program

P2P. (Dinkes Lampung, 2023).

Puskesmas Rawat Inap Simpur merupakan salah satu puskesmas dengan

PDP (Perawatan Dukungan dan Pengobatan) yang melayani pemeriksaan viral load

untuk pasien HIV di provinsi Lampung. ODHIV dari bulan Januari sampai dengan

Mei yang melakukan pemeriksaan Viral Load dari 205 yang tercatat sebagai

ODHIV, sebanyak 80 orang sudah melakukan pemeriksaan Viral Load di

Puskesmas Rawat Inap Simpur.

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma penyakit

defisiensi imunitas seluler yang didapat, disebabkan oleh Human Immunodeficiency

Virus (HIV) yang merusak sel yang berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh yaitu

CD4 (Lymphocyte T-helper). Sejak awal HIV/AIDS menjadi epidemik di seluruh

negara di dunia, para klinisi telah melakukan pemeriksaan jumlah sel CD4 pasien

sebagai indikator penurunan sistem imun dan untuk memantau risiko progresivitas

dari infeksi HIV. Pada pertengahan tahun 1990, para klinisi mulai juga memantau

secara rutin viral load HIV, yang secara langsung mengukur jumlah virus HIV dalam
darah. Dari beberapa penelitian, di antaranya yang dilakukan oleh John Mellors, MD

dkk dan Bryan Lau, MD dkk yang ditampilkan pada 14th Annual Conference on

Retroviruses and Opportunistic Infections (14th CROI) di Los Angeles Februari

tahun 2007 menunjukkan bahwa pemeriksaan viral load HIV merupakan prediktor

yang lebih baik untuk melihat progresivitas infeksi HIV dibandingkan pemeriksaan

jumlah sel CD4.

ODHIV wajib melakukan tes viral load untuk mengukur jumlah virus HIV

di dalam darah, sedangkan jumlah virus HIV di dalam darah disebut viral load, yang

dinyatakan dalam satuan kopi per mililiter (mL) darah. Dengan mengukur HIV RNA

di dalam darah dapat secara langsung mengukur besarnya replikasi virus. Untuk

melakukan replikasi, virus membutuhkan RNA sebagai "cetakan" atau "blue print"

agar dapat menghasilkan virus baru. Tiap virus HIV membawa dua kopi RNA. Ini

artinya jika pada kopi RNA. Ini artinya jika pada RNA. Ini artinya jika pada hasil tes

didapatkan jumlah HIV RNA sebesar 20.000 kopi per mL maka berarti di dalam

tiap mililiter darah terdapat 10.000 partikel virus. Pedoman- pedoman utama yang

telah ada saat ini memiliki nilai batasan jumlah plasma viral load dan limfosit T-

CD4 yang sedikit bervariasi dalam memberikan rekomendasi untuk memulai atau

menunda pemberian terapi antiretroviral. Pengukuran plasma viral load yang

berkisar antara 10.000–30.000 kopi/mL dan jumlah limfosit T-CD4 kopi/mL dan

jumlah limfosit T-CD4/mL dan jumlah limfosit T-CD4 kurang dari 350 hingga

500/mm3 merupakan indikasi untuk memulai pemberian terapi antiretroviral pada

sebagian besar pasien. (Linda Astari dkk, 2009).

Hasil rekapitulasi kegiatan salah satu program pencegahan dan

pengendalian penyakit (P2M) tentang presentase pelayanan pemeriksaan viral


load pada ODHIV di wilayah kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Simpur Bandar

Lampung Tahun 2023 dengan target 100% dan angka capaian 39,02%. Hal ini

menunjukan bahwa rendahnya tingkat pemeriksaan viral load pada ODHIV pada

layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV puskesmas rawat inap

simpur.

Hal tersebut masih menjadi masalah dalam pelayanan tersebut dan perlu

dipecahkan dan dicarikan solusi untuk meningkatkan capaian dan target yang

telah ditentukan dalam pelayanan. Dalam rangka peningkatan pencapaian

pelayanan, maka perlu diperhatikan hasil capaian pelaksanaan pelayanan –

pelayanan tersebut dan melakukan evaluasi pelayanan untuk menilai masalah serta

kemungkinan solusi yang dapat dilakukan untuk mencapai target. Maka

tercetuslah ide inovasi “CORLA” (COnnections to caRe, testing LAboratorium

for ODHIV), dimana kegiatan yang dilaksanakan antara lain konseling

pemantauan kepatuhan ARV dengan pemeriksaan viral load pada ODHIV.

B. Tujuan Inovasi
1. Tujuan umum
Mengevaluasi pelayanan yang menyebabkan tidak tercapainya target yang

diharapkan pada pemeriksaan viral load terhadap ODHIV di wilayah kerja

PDP HIV UPT Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung

Tahun 2023.

2. Tujuan khusus
a. Merumuskan alternatif pemecahan masalah dari pelayanan
pemeriksaaan viral load pada ODHIV pada layanan PDP HIV Puskesmas

Rawat Inap Simpur Tahun 2023?

b. Memperbaiki masalah dan kemungkinan penyebabnya dari tidak

tercapainya target dari pelayanan pemeriksaan viral load pada ODHIV

pada layanan PDP HIV Puskesmas Rawat Inap Simpur Tahun 2023.

C. Manfaat Inovasi

1. Bagi Puskesmas

Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan

pelayanan pemeriksaan viral load pada pasien ODHIV serta

memperoleh masukan berupa solusi dalam mengatasi masalah yang ada

untuk mencapai pelayanan yang lebih optimal.

2. Bagi ODHIV

a. Meningkatkan pengetahuan ODHIV pada pelayanan pemeriksaan

viral load terhadap pasien ODHIV sehingga diharapkan lebih

banyak penderita mengetahui pentingnya pemeriksaan viral load.

b. Dengan semakin banyaknya ODHIV melakukan pemeriksaan virall

load secara rutin, kepatuhan minum obat ARV dapat di ukur.

c. Meningkatkan kepatuhan minum obat pada ODHIV sehingga hasil


dari pemeriksaan viral load tidak terdeteksi dalam darah.
BAB II

KEGIATAN INOVASI KEKASI GIA

A. Kegiatan Pokok

UPT Puskesmas Rawat Inap Simpur memiliki kegiatan program kerja


inovasi yang disebut inovasi “CORLA” (Connections To Care, Testing
Laboratorium For ODHIV) dimana program tersebut memberikan konseling
pengetahuan terkait perlunya pemeriksaan viral load, untuk mengetahui
jumlah virus di dalam darah, yang merupakan indikator kepatuhan meminum
obat dan menurunkan angka penularan.
Kegiatan CORLA dilakukan di Puskesmas Simpur pada extra hour, yaitu
pada hari minggu dan dilakukan di sekretariat Yayasan SSG, untuk menjaga
privasi pasien dan memberikan kenyamanan bagi pasien.

B. Rangkaian Kegiatan
1. Edukasi
Program kerja inovasi CORLA terdapat kegiatan yang mengedukasi para
peserta mengenai pentingnya pemeriksaan viral load dengan penyuluhan
dan menggunakan media video yang di upload melalui aplikasi dan sosial
media.
2. Pengambilan dan pemeriksaan viral load
Pasien diambil darahnya dan diperiksa viral load pada laboratorium
rujukan.

C. Langkah Kegiatan CORLA


1. Pasien diregistrasi di pendaftran
2. Pasien di konseling tentang pentingnya kepatuhan minum obat
3. Pasien di motivasi untuk melakukan pemeriksaan viral load
4. Petugas menginput data pasien kedalam aplikasi SITRUST-HIV
5. Petugas memfasilitasi pengambilan darah pasien
6. Petugas melakukan packing sampel
7. Petugas mengirim sample melalui kurir
8. Hasil kegiatan di upload di aplikasi SITRUST-HIV

D. Dampak Inovasi
1. Tidak langsung :
Terjadinya penurunan angka penemuan HIV positif

2. Langsung :
a. Meningkatnya pengetahuan pasien tentang kepatuhan minum obat.
b. Diketahui jumlah virus yang ada di dalam tubuh pasien

E. Hasil Inovasi
1. Terlihat peningkatan pengetahuan pasien tentang kepatuhan minum obat,
dilihat dari disiplinnya kunjungan mengambil obat.
2. Setelah kegiatan ini capaian pemeriksaan viral load meningkat menjadi .....
%
GRAFIK YA MIR

KETERANGAN GRAFIK

You might also like