Professional Documents
Culture Documents
PEDOMAN
PEMBENTUKAN
KORPORASI
PETANI
[Pedoman KP]
i
KATA PENGANTAR
K
ementerian Pertanian pada tahun 2022 sampai dengan
2027 akan melakukan pembangunan kawasan
pertanian berkelanjutan yang tertuang dalam Program
ICARE (Integrated Corporation of Agricultural Resources
Empowerment). Program tersebut akan mendapatkan
pendanaan dari Bank Dunia (Word Bank) sesuai dengan hasil
“Second Pre-Appraisal dengan World Bank 27-28
Januari 2022” yang akan dilakukan di 9 provinsi di
Indonesia.
Adapun tujuan dari program tersebut adalah
mendukung pengelolaan kawasan dan rantai nilai komoditas
pertanian yang berkelanjutan dan inklusif di lokasi terpilih.
Konsep pengembangan pertanian diarahkan pada pola
terintegrasi berbasis dua komoditas unggulan spesifik lokasi
di masing-masing lokasi terpilih disamping komoditas
pendukung lainnya. Program yang diusulkan juga sesuai
dengan program strategis Kementerian Pertanian sebagai
tindak lanjut pelaksanaan RPJMN 2020-2024 dan kebijakan
strategis nasional di sektor pertanian.
Dalam pencapaian sasaran progarm ICARE Ruang
Lingkup dan Komponen Program meliputi 3 komponen yakni
Komponen A: Penguatan rantai nilai di kawasan pertanian
terpilih, Komponen B: Penguatan kapasitas institusi untuk
pengembangan rantai nilai dan Kompenen C: Dukungan
Manajemen Proyek. Kementerian Pertanian juga telah
menerbitkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 472 tahun
2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional sebagai
acuan pemilihan lokasi.
ii
i
Pada pengembangan kawasan pertanian tersebut
kegiatan pembangunan dilakukan mulai dari aspek hulu
hingga hilir yang dikelola dalam satu manajemen kawasan
berbasis korporasi dan inovasi pertanian dengan melibatkan
masyarakat petani, industri/swasta, pemerintah, dan
akademisi. Untuk menjamin tingkat keberlanjutan
(sustainability) hasil pengembangan pertanian di masing-
masing lokasi (9 Provinsi) khususnya tentang
pengembangan korporasi maka diperlukan Project
Operational Manual (POM) berupa buku “Pedoman
Pembentukan Korporasi Petani” yang hal tersebut dapat
dimanfaatkan oleh pelaku kebijakan di masing-masing
provinsi untuk membangun keseragaman tentang konsep
korporasi yang akan di imlementasikan spesifik lokasi.
Diharapkan buku pedoman tersebut dapat digunakan
sebagai acuan pengembangan korporasi petani sehingga
pengembangan program yang salah satunya adalah
korporasi petani mampu memberikan nilai tambah bagi
semua pelaku agribisnis di lokasi pengembangan sebagai
sasaran program.
Penyusun
iii
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI ............ ...........................................................................iii
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Kegiatan...................................................... 1
1.2. Tujuan Kegiatan .................................................................. 2
1.3. Ruang Lingkup ..................................................................... 4
1.4. Landasan Konseptual .......................................................... 4
II. RANCANGAN PEMBENTUKAN KORPORASI PETANI .................... 8
2.1. Visi dan Misi ........................................................................ 8
2.2. Basis Pengembangan Korporasi Petani............................... 9
2.3. Alternatif Model Korporasi Petani .................................... 10
III. RANCANGAN OPERASIONAL .................................................... 16
3.1. Manajemen Usaha ............................................................ 16
3.2. Lokus dan Skala Korporasi Petani ..................................... 17
3.3. Langkah-langkah Proses Pengembangan Korporasi ......... 17
IV. STRATEGI OPERASIONAL ......................................................... 22
4.1. Integrasi usaha pertanian ................................................. 22
4.2. Integrasi pelaku................................................................. 23
4.3. Prinsip Pemilihan Badan Usaha Korporasi Petani ........... 23
4.4. Prinsip Pemilihan Bentuk Badan Hukum .......................... 25
V. ANALISIS RISIKO PENGEMBANGAN KORPORASI PETANI......... 28
iv
iii
iv
I. PENDAHULUAN
1
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) |1
menjadi skala besar berorientasi ekonomi. Pengembangan
korporasi petani menjadi suatu keharusan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan petani. Presiden Joko Widodo
dalam Rapat Terbatas Kabinet Kerja pada 12 September
2017 juga menekankan pentingnya penumbuhan dan
pengembangan korporasi petani sebagai landasan
peningkatan kesejahteraan petani.
Kementerian Pertanian telah menerbitkan Permentan Nomor
18/2018 yang mendeskripsikan pedoman pengembangan
kawasan pertanian berbasis korporasi petani sebagai
kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum, baik dalam
bentuk koperasi maupun usaha lainnya, yang sebagian besar
modalnya berasal dari petani. Konsep pengembangan
korporasi petani telah tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana
Strategis Teknokratik Kementerian Pertanian 2020-2024,
yang akan diimplementasikan sebagai major project pada
periode tersebut. Dalam kaitan ini diperlukan terobosan pola
pikir seluruh pelaku pertanian, khususnya petani, untuk
membangun korporasi petani yang didukung oleh program
dan kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam bentuk penguatan kapasitas petani, kelembagaan
petani dan kapasitas usaha sebagai modal dasar dalam
pelaksanaan major project tersebut.
2
2| Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
tahun 2017 memerintahkan agar kuat, maka agribisnis harus
dijalankan dengan prinsip-prinsip korporat.
3
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) |3
1. Jumlah rancangan bisnis Korporasi Petani yang diperkuat
melalui matching grants (dokumen)
2. Jumlah korporasi petani yang mendapatkan keuntungan
setelah 2 tahun pendanaan dari matching grant (unit).
3. Persentase petani target yang mengikuti pelatihan bisnis
dan finansial korporasi petani (%)
4. Proporsi wanita dalam kepemimpinan dan struktur
manajemen korporasi petani (%).
5. Persentase petani target dalam korporasi petani yang
mendapatkan keuntungan dari infrastruktur yang
didukung oleh program (%).
4
4| Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
Project di bawah koordinasi Bappenas (Perpres No 18 tahun
2020).
5
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) |5
Kemenperin, Badan Usaha (BUMN/Swasta), Perguruan
Tinggi, Kemendes dan Kemenakertrans.
6
6| Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
keuntungan yang besar. Kementan mendorong korporasi
petani sebagai model kelembagaan kerjasama ekonomi
sekelompok petani dengan orientasi agribisnis melalui
konsolidasi usaha utamanya untuk off farm. Dengan
korporasi petani, pengelolaan sumberdaya bisa lebih optimal
karena dilakukan secara lebih terintegrasi sehingga
terbentuk usaha yang lebih efisien dan efektif.
7
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) |7
II. RANCANGAN PEMBENTUKAN KORPORASI
PETANI
8
8| Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
pengolahan atau off farm dan pemasaran hasil usaha tani.
Opsi untuk kegiatan on farm dapat dijalankan secara
individual atau berupa pertanian kolektif (corporate farming),
sedangkan untuk usaha off farm akan dijalankan oleh
kelompok (kelompoktani, KWT, UPJA, dan Gapoktan) dan
badan-badan usaha milik petani berbadan hukum (koperasi
atau PT).
Basis Bisnis:
Basis Aktor/Pelaku:
9
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) |9
dalam Permentan 18 tahun 2018, areanya adalah kawasan
pertanian. Ini bukan sekedar hamparan pertanian biasa,
namun satu area yang dicirikan oleh integrasi kuat di
dalamnya, yakni terdiri 1 atau lebih komoditas pertanian
dengan konsolidasi usaha yang sedemikian sehingga mampu
menghasilkan nilai tambah tertinggi melalui rekayasa teknis
dan manajemen. Korporasi petani sebagai bentuk relasi baru
dibangun di atas relasi-relasi lama yang telah ada maupun
menciptakan relasi baru. Relasi lama dapat berupa kelompok
(social group) maupun jaringan (network).
10
10 | Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
Tabel 1. Jenis KP dan KEP serta cakupan dan jumlahnya
per area
11
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) | 11
Dalam korporasi petani, keberadaan kelembagaan (KT, KWT,
Gapoktan, dll) tetap dipertahankan, sehingga korporasi
petani akan berisi seluruh KP dan KEP yang ada dalam satu
kawasan (Gambar 1). Contoh pembagian peranantara KP
dan KEP untuk berbagai aktivitas agribisnis disampaikan
pada Tabel berikut. KP akan lebih banyak berperan secara
internal, sedangkan KEP karena merupakan entitas hukum
(berbadan hukum) akan lebih banyak berperan keluar,
misalnya mendapatkan kontrak penyaluran pupuk bersubsidi
dari PT Pupuk Indonesia, mendapatkan pinjaman dari bank
komersial, serta juga berhubungan dengan BUMD semisal
food station Jakarta untuk pemasaran beras, dll.
12
12 | Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
1. Prinsip bertolak atas kenyataan yang ada (existing
condition). Tiap kelompok masyarakat memiliki
sejarahnya sendiri, sehingga kondisi yang ada harus
menjadi dasar pengembangan.
2. Prinsip kebutuhan, dengan memperhitungkan kebutuhan
teknis dan manajemennya.
3. Prinsip berpikir dalam kesisteman. Satu pelaku bisa
menggantikan tugas yang lain, bergantung kepada yang
lebih siap dan efisiensi.
4. Prinsip partisipatif. Pada hakikatnya, seluruh keputusan
dan aksi haruslah merupakan kesepakatan semua pihak.
Pembentukan organisasi petani (KP dan KEP) yang
didasarkan atas keinginan dan kesadaran sendiri tentu
akan menumbuhkan rasa memiliki yang sesungguhnya.
5. Prinsip efektifitas. KP dan KEP hanyalah alat, bukan
tujuan. Membangun KP dan KEP baru atau revitalisasi
yang lama, harus dapat diposisikan sebagai salah satu
langkah menuju tujuan tersebut.
6. Prinsip efisiensi. Pembentukan satu unit atau lebih
KP/KEP dengan pertimbangan biaya, kemudahan, dll.
7. Prinsip fleksibilitas. Pembentukan KP/KEP sesuai dengan
sumberdaya yang ada, kondisi yang dihadapi, keinginan
dan kebutuhan petani, serta kemampuan petugas
pelaksana.
8. Prinsip orientasi pada nilai tambah atau keuntungan.
Opsi yang dipilih adalah yang mampu memberikan nilai
tambah atau keuntungan paling besarbagi seluruh
pelaku agribisnis yang terlibat, terutama pelaku di
perdesaan.
9. Prinsip desentralisasi. Setiap sel dalam sistem harus
mampu beroperasi dengan kewenangan cukup,
sehingga kreatifitasnya dapat berkembang optimal.
13
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) | 13
10. Prinsip keberlanjutan. Pada akhirnya system korporasi
petani harus mampu membangun kekuatannya sendiri
dari dalam. Ia akan tetap mampu beroperasi, meskipun
input atau dukungan dar iluar berkurang.
14
14 | Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
Dalam satu korporasi petani dapat terdiri beberapa Koperasi
sekaligus dengan wilayah kerja yang sama, yakni koperasi
produsen benih, Koperasi permodalan, Koperasi pengolahan
RMU, Koperasi pemasaran, dll
15
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) | 15
III. RANCANGAN OPERASIONAL
16
16 | Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
koperasi atau pemilik kelembagaan ekonomi lainnya sebagai
Unit Manajemen Korporasi (UMK). Dalam rangka penerapan
manajemen korporasi petani yang baik dan benar maka
perlu ditunjuk manajer yang jumlahnya disesuaikan dengan
ruang lingkup usaha, seperti manager umum dan manager
di masing-masing unit usaha.
Manajer di tingkat unit usaha harus dibekali dan dilatih
tentang korporasi, penguasaan prinsip manajeman
administrasi keuangan dan sumberdaya manusia, sehingga
kegiatan pendampingan pembinaan penyuluhan harus
memasukkan program penyuluhan di
Bidang korporasi petani.
17
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) | 17
1) Persiapan dan penumbuhan korporasi;
2) Perancangan model dan penataan bisnis korporasi;
3) Pengembangan model bisnis;
4) Penguatan bisnis korporasi;
5) Pemandirian korporasi secara berkelanjutan
18
18 | Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
Pengembangan korporasi petani pada hakekatnya
terdiri atas dua bagian, sehingga dilakukan proses
penumbuhan dan pengembangan untuk organisasi petani dan
pengembangan kelembagaan agribisnis. Dua gambar berikut
secara sederhana memperlihatkan simulasi proses dimaksud,
yang menggambarkan kondisi eksisting (pra program ICARE)
dan kondisi ideal yang akan dicapai. Gambar 2 memvisualkan
kondisi eksisting, dimana meskipun sudah ada kelompok tani
dan Gapoktan, kinerja organisasi petani diperkirakan belum
optimal. Selain itu, diduga sebagian petani juga belum masuk
kelompok, utamanya pada kalangan perempuan dan petani
muda. Untuk Kelompok Tani, atau kelompok yang tergolong
individual organization, mencakup KWT, kelompok Pemuda
Tani, P3A, dan UPJA; maka opsi nya adalah memperkuat
kelompok yang lama atau membuat kelompok baru.
19
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) | 19
koperasi sekunder, sesuai UU No 25 tahun 1992, dapat
dilakukan jika setidaknya dibentuk oleh 3 unit koperasi primer
dan telah melakukan dua kali RAT, atau telah beroperasi
selama 2 tahun.
20
20 | Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
Kondisi eksisting diperkirakan dalam kondisi lemah
dan tidak menguntungkan, sehingga ICARE berupaya
mencapai kondisi ideal melalui dukungan teknologi,
permodalan, Bimtek, pendampingan, dan penguatan
manajemen agribisnis. Pada bagian kanan gambar ini
disampaikan aktor yang akan menjalankan tiap aktivitas
agribisnis tersebut.
21
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) | 21
IV. STRATEGI OPERASIONAL
22
22 | Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
Secara vertikal yakni korporasi akan mengintegrasikan
seluruh aktivitas hulu ke hilir dalam satu manajemen pula.
Keputusan di on farm didasarkan pada potensi off farm.
23
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) | 23
komoditas yang akan diusahakan, skala usaha, tingkat
kemajuan usaha, kemampuan permodalan, beban
manajemen, kemudahan komunikasi, hambatan geografis,
ketersediaan SDM, dukungan pemerintah, dan lain-lain.
Karena itu, model korporasi yang tepat untuk satu komoditas
di suatu wilayah akan berbeda.
24
24 | Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
Jika usaha dan teknologinya telah dikuasai, namun potensi
keuntungan yang diperoleh rendah, maka janganlah usaha
tersebut dipilih. Misalnya, petani telah terampil menghasilkan
pupuk organik namun harga jualnya rendah dan tidak
menguntungkan. Dengan demikian, usaha pupuk organik
tersebut sebaiknya dibatalkan saja dulu.
25
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) | 25
masyarakat dan antar pelaku usaha, serta lebih lincah
karena keputusan dapat cepat dibuat. Kekurangannya,
pendirian perusahaan relatif lebih sulit, kebutuhan modal
besar, pembukuan dan manajemen lebih merepotkan,
kewajiban pajak lebih rumit, dan lain-lain.
26
26 | Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
secara horizontal merupakan relasi pasar, yakni jual beli.
Jika pilihan membentuk unit sekunder maka akan
membuat relasi yang terjadi antara organ primer dengan
sekunder sebagai relasi ke organisasi anvertikal yang
saling membantu. Sebagai contoh, tiga organ primer
dengan satu organ sekunder akan menjadi holding yang
akan saling membantu dalam manajemen dan
permodalan di antara keempat organ. Namun, jika hanya
membantu keempat organ primer maka tidak ada relasi
manajemen dan permodalan sesama mereka.
27
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) | 27
V. ANALISIS RISIKO PENGEMBANGAN KORPORASI
PETANI
28
28 | Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)
Tabel 3. Analisis resiko program pengembangan korporasi
petani
29
Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP) | 29
6. Kegagalan usaha Produk tidak pengembangan pasar,
pemasaran hasil dipasarkan dengan penjualan langsung kepada
jumlah dan harga yang pengolahan atau pedagang
menguntungkan besar, menggunakan
fasilitas kredit perdagangan
berjangka komoditas
pertanian.
7. Kegagalan Pendapatan rumah Strategi diversifikasi,
peningkatan tangga petani sama Peningkatan pendapatan
pendapatan petani atau menurun yang bersumber dari
dibanding sebelum kegiatan di luar pertanian
kegiatan
8. Rendahnya Kurangnya dukungan Pelibatan pemangku
komitmen dan infrastruktur untuk kepentingan juga akan
dukungan pengembangan model memastikan inklusivitas
stakeholders kawasan pertanian dari Program ICARE.
terpilih termasuk
informasi akan
melibatkan mitra
eksternal yang menjadi
penyedia infrastruktur.
30
30 | Pedoman Pembentukan Korporasi Petani (Pedoman KP)