You are on page 1of 8

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Drone/UAV

Aplikasi penentuan posisi suatu obyek berperan sangat penting dalam

berbagai aspek kehidupan seperti halnya di bidang militer, pertanian, transportasi

dan telekomunikasi. Untuk menentukuan posisi suatu obyek dengan tepat

diperlukan tidak hanya peralatan dengan tingkat akurasi yang tinggi, namun juga

penggunaan metode penentuan posisi yang sesuai. Salah satu alat penentu posisi

yang dikembangkan dan telah banyak diaplikasikan secara luas adalah Drone.

Drone adalah wahana yang dilengkapi sistem pengendali terbang melalui

gelombang, navigasi presisi (Ground Positioning System (GPS), dan elektronik

kontrol penerbangan sehingga mampu terbang sesuai perencanaan terbang

(autopilot) Drone ini memungkinkan untuk melakukan pelacakan posisi dan

orientasi dari sensor yang diimplementasikan dalam sistem lokal atau koordinat

global Dengan drone sendiri mengefisienkan waktu karena dapat memiliki citra

suatu wilayah kapan pun kita mau tIdak tergantung waktu seperti citra satelit

waktu perekamannya yang sudah diatur (proide ulang perekaman daerah yang

sama. Drone biasanya juga dilengkapi dengan peralatan kamera resolusi tinggi

dapat melakukan pemotretan foto udara. Penggunaan drone menghasilkan

gambar/citra dengan resolusi spasial yang besar, tidak terkendala awan, karena

pengoperasiaannya pada ketinggian di bawah awan. Melalui drone, skala


kedetailan data menjadi sangat tinggi dan proses pengumpulan datanya menjadi

lebih mudah.

Drone merupakan pesawat tanpa pilot. Pesawat ini dikendalikan secara

otomatis melalui program komputer yang dirancang atau dikendalikan jarak jauh

dari pilot yang terdapat di dataran atau di kendaraan lainnya. Drone digunakan

sebagai pengintai musuh dan mengurangi korban manusia (pilot) Penggunaan

drone untuk misi militer sejak perang dunia petama dan perang dunia kedua

sebagai prototibe . Penggunaan drone sekarang lebih banyak tidak hanya militer

saja, aplikasi drone untuk pertanian, aplikasi drone untuk pemetaan vegetasi

perkotaan, aplikasi drone untuk tanah longsor, aplikasi drone untuk tutupan lahan

(Stevano,2020).

1.2 Sejarah Drone

Pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV atau

sering disebut sebagai drone merupakan mesin terbang yang dapat dikendalikan

dari jarak jauh oleh pilot maupun secara otomatis oleh operator. Upaya manusia

untuk bisa terbang telah diuji sejak awal sejarah peradaban manusia itu sendiri.

Keinginan untuk terbang telah dicoba sejak jaman kuno oleh seorang arsitek juga

seniman dari Yunani; Dedal dan Icarus, kemudian dilanjutkan proyek anatomi

burung oleh seorang ilmuwan popular pada masa Renaissance, Leonardo da Vinci

1452-1519 setelah itu proyek eksperimen berupa parasut oleh Montgolfer pada

tahun 1783. Tidak berhenti di sini, upaya berlanjut dengan keinginan mencipta

pesawat nirawak yang dapat diterbangkan lebih mudah dan lebih ringan oleh

antos-Dumont pada tahun 1899 dan Zeppelin 1900-1909, serta pesawat nirawak
yang dapat dikontrol dari jarak jauh oleh Otto Lilienthal 1890-1896, terus

dikembangkan secara pesat pada saat Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Kendaraan udara tanpa awak dikenal dengan banyak nama dan akronim sepanjang

sejarah, yaitu; Drone, RPV (Remotely Piloted Vehicle), UAV (Unmanned Aerial

Vehicle), UCAV (Uninhabited Combat Aerial Vehicle), FVO (Organic Aerial

Vehicle), UCAV/S (Uhinhabited Combat Aircraft Vehicles/System), RPA

(Remotely Piloted Aircraft), RPH (Remotely Piloted Helicopter), Aerial Robotics,

dan MAV (Micro Aerial Vehicle).

Drone lebih dikenal sebagai sistem udara tak berawak atau sistem pesawat

jarak jauh, yang telah membuat begitu banyak perubahan, pada awalnya drone

hanya difungsikan sebagai pengawasan dalam militer. Dalam beberapa tahun

terakhir, dronetelah memberikan banyak manfaat yang belum pernah terjadi

sebelumnya, terutama di sektor-sektor tertentu seperti sektor industri kreatif yang

berhubungan dengan fotografi udara dan pembuatan film. Industri film yang

juga merupakan keterkaitan antara bisnis dan teknologi yang dalam konteks

komunikasi dikenal sebagai “media” (Permana, Puspitasari, and Indriani 2019)

Konsep drone sudah ada sejak tahun 1849, ketika Austria menyerang

Venesia menggunakan balon tak berawak yang diisi dengan bahan peledak.

Pasukan Austria, yang mengepung Venesia pada saat itu, meluncurkan sekitar 200

balon pembakar ini ke atas kota.Peristiwa itu juga menandakan serangan udara

pertama yang diketahui yang melibatkan drone. Pertama kalinya balon digunakan

secara terorganisir dalam peperangan, ketika 200 balon diluncurkan dari kapal

Austria untuk memaksa Venesia agar menyerah.


200 balon yang diluncurkan pada tahun 1849 dilengkapi dengan 25-lb.

persenjataan dengan timer built-in, yang secara teknis memenuhi syarat mereka

sebagai sistem kendaraan tanpa pilot. Angin mendatangkan malapetaka pada

kemampuan drone untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan, mengakibatkan

serangan yang tidak efektif, tetapi warga Venesia yang terpojok hampir mati

kelaparan dan menyerah beberapa hari kemudian.Setiap balon membawa antara

24 (11 kg) hingga 30 (14 kg) pon bom. Begitu berada di posisinya, bom-bom ini

dijatuhkan dari balon pengangkutnya untuk menimbulkan malapetaka di kota di

bawahnya. Untungnya bagi orang-orang Venesia, hanya satu bom yang berhasil

menemukan sasarannya, karena sebagian besar balon meledak di luar jalur karena

perubahan arah angin yang tiba-tiba. Penggunaan balon tidak benar-benar

memenuhi definisi drone saat ini, terutama drone militer, Namun itu merupakan

suatu perkara yang paling inovatif di bidang militer kala itu.

Kemudian Inggris mengembangkan pesawat bersayap tanpa pilot yaitu

Ruston Proctor Aerial Target. Pesawat ini didesain oleh Nikola Tesla dan hanya

dikendalikan dengan radio kontrol, namun dengan teknologi yang masih

sederhana.Sebenarnya Aerial Target adalah bom terbang sebagai senjata dari

Inggris untuk melawan Zeppelin Jerman.Penemu pesawat ini mengira bisa

digunakan untuk sasaran darat.Setelah banyak prototype gagal diluncurkan,

militer Inggris membatalkan proyek ini. Mereka berpikiran bahwa kendaraan

udara tanpa awak memiliki keterbatasan potensi militer.


Setahun kemudian, Amerika menciptakan Pesawat Otomatis Hewitt-

Sperry.Setelah uji coba tes di depan perwakilan Angkatan Darat AS, produksi

masal akan ditugaskan oleh Bug Kettering. Bug merupakan keajaiban teknologi di

tahun 1918, tetapi terlambat digunakan dalam perang bahkan tidak pernah

digunakan.Kemajuan teknologi UAV terlihat selama Perang Dunia II dan saat

memasuki Perang Dingin.Sayangnya teknologi ini dipandang sebagai hal baru

yang tidak dapat diandalkan dan mahal.Namun mereka tertarik dengan inovasi

baru yaitu Flying Fortress dan SR-71 Blackbird. Informasinya Amerika Serikat

dan Uni Soviet menggunakan pesawat tanpa awak ini untuk melakukan mata-mata

selama Perang Dingin namun motifnya masih menjadi rahasia. Perang drone pun

terjadi pada tahun 1982 ketika Israel melakukan koordinasi penggunaan UAV

medan perang dengan pesawat tanpa awak untuk menghilangkan armada Suriah

dengan kerugian yang sangat minimal. Pihak Israel menggunakan pesawat tanpa

awak untuk melemahkan musuh, mengehentikan komunikasi, dan sebagai upaya

berkurangnya nyawa pilot.

Dari 170 tahun yang lalu. Pemikiran seperti inilah yang akan mendorong

perkembangan teknologi drone selama berabad-abad dan dekade mendatang serta

memengaruhi sejarah teknologi..Hanya soal mendapatkan teknologi baru dan

kesempatan menggunakannya, tetapi tentang emosi yang disampaikan melalui

visual yang dibuat. Drone sebagai modernitas perspektif udara dapat dianggap

sebagai suatu studi yang menambah karya penting dari dialektika teknologi

modern, kultur dan pengalaman. Teknologi drone juga akan memberikan

pengaruh pada masyarakat di sektor penjualan, dan tren ini akan terus berlanjut
selama beberapa dekade mendatang. Menurut Sachs, total penjualan yang akan

dicapai oleh industri drone sebelum 2020 sebesar USD 100 Miliar. Sektor militer

akan menjadi pasar penjualan terbesar untuk peralatan ini, tetapi peningkatan

paling tajam akan datang dari sektor bisnis dan sipil, yang diharapkan tumbuh

meningkat lebih dari 15% per tahun (Santamarina and Segarra 2018).

Pada awalnya ketika orang kebanyakan mendengar kata ‘drone’, sebagian

mengaitkannya dengan militer, juga berpikir tentang akan hadirnya musuh. Dalam

perkembangannya, kemampuan untuk memasang kamera di pesawat nirawak

tidak hanya menjadi anugerah untuk industri militer, namun juga menjadi revolusi

bagi pencipta film terutama dari sisi tahapan terpenting di dalam proses produksi

yaitu sudut pandang pengambilan gambar (Lestari and Yusanto 2019).

Kata “drone” sendiri muncul setelah Perang Dunia pertama, Saat

Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengembangkan sejumlah pesawat tanpa awak

dan pada tahun 1935 dibuatlah pesawat tanpa awak yang diberi nama “DH.82B

Queen Bee” atau yang berarti ratu lebah. Kemudian angkatan laut menjuluki

\pesawat tanpa awak itu dengan istilah “drone” yang berarti lebah jantan. Evolusi

teknologi mempengaruhi pengembangan pesawat tanpa awak, sehingga mencapai

desain yang kompleks selama bertahun-tahun.

Pesawat tanpa awak pertama kali digunakan selama Perang Dunia Pertama

oleh Amerika dan Inggris. AUV milik Inggris yang bernama Britain's Aerial

Target diuji coba pertama kali pada Maret 1917 dan milik Amerika dengan nama

Kettering Bug yang beroperasi pertama kali pada Oktober 1918.Meski tak

beroperasi untuk operasional perang pengambangan terus berlanjut. Hingga tahun


1935 Inggris menggunakan beberapa pesawat dengan kendali radio untuk tujuan

pelatihan. Di Amerika pun demikian, mengembangkan pesawat yang dikendalikan

oleh radio untuk latihan dan pelatihan sasaran. UAV atau pesawat tanpa awak

yang digunakan untuk pengintaian berskala besar digunakan pada Perang

Vietnam.Berawal dari sini, negara-negara selain Amerika dan Inggris mulai

melakukan riset. Amerika Serikat banyak menggunakan drone untuk mengawasi

daerah dan medan perang pada daerah yang menurut pertimbangan sebagai daerah

tidak aman.Selain itu drone juga digunakan senjata, namun penggunaannya

dianggap menyalahi etika persenjataan. Pasalnya menggunakan senjata dengan

pesawat tanpa awak dapat mengakibatkan kematian dari warga sipil karena data

yang tidak akurat atau kurang mengenali target.untuk terbang hingga memasuki

abad ke Penggunaan drone yang dapat memberikan pengurangan biaya yang

cukup signifikan dibandingkan dengan cara lama yaitu menyewa helikopter asli.

Setelah memeriksa historiografi pesawat nirawak atau drone dimulai dari

munculnya gagasan manusia untuk melayang dan melambung tinggi seperti

seekor burung ke langit di angkasa hingga terciptanya drone untuk militer hingga

ke ranah sinema, bahwa drone adalah sinematografer posthumanisme yang

sempurna, di dalamnya ada teknologi untuk terbang, kendali nirkabel, mengambil

gambar, dan kecanggihan warna, semua itu menjadi perspektif baru terhadap

dunia. Salah satu kunci untuk memahami bagaimana drone dapat menggeser

perspektif manusia dengan menyakini bahwa drone tidak memiliki pikirannya

sendiri, tetapi gerakannya mengikuti apa yang telah dipilih oleh operatornya, hal

itu membuat telaah lebih lanjut tentang bagaimana terciptanya kosakata visual
yang dinamis, mata melihat terhadap apa yang sudah dilewati dan direkam drone.

Pada akhirnya, drone mengajak kita berpikirlebih jauh dari hanya sekadar

representasi, memberikan gambar hidup tentang realitas yang tidak bisa dijangkau

You might also like