You are on page 1of 138

STRUKTUR MODAL

DAN LEVERAGE

By :
Iwan Kusuma Negara
Faculty of Economics and Business
University of Mataram

Thank For Keeping Silent Your Mobile


PENDAHULUAN

 Struktur Modal (Capital Structure) sangat


penting bagi perusahaan karena
menyangkut kebijakan penggunaan
sumber dana yang paling menguntungkan.

 Dalam mendanai kebutuhan pendanaan,


perusahaan dapat menggunakan modal
sendiri atau modal asing (Hutang).
PENDAHULUAN Cont’d

 Jika menggunakan hutang, maka perusahaan


akan menanggung biaya tetap yaitu bunga (Interest).

 Masalah Leverage muncul karena


perusahaan menggunakan aset yang
menyebabkan harus membayar biaya tetap
dan menggunakan hutang yang menyebabkan
perusahaan harus menanggung beban tetap.
PENGERTIAN STRUKTUR MODAL

 Struktur Modal merupakan


pembelanjaan permanen di mana
mencerminkan perimbangan antara
hutang jangka panjang dengan
modal sendiri (Riyanto, 2018).
Pengertian Struktur Modal Cont’d

 Struktur Modal adalah kombinasi


atau perimbangan antara utang
dan modal sendiri (saham
preferen dan saham biasa) yang
digunakan perusahaan untuk
merencanakan mendapatkan
modal (Ambarwati, 2018).
NERACA (B/S) Struktur
Modal

AKTIVA PAS IVA

Investment Aktiva Lancar : Hutang Lancar :


Decision - Kas - Hutang dagang
- Efek - Accruals
- Piutang
- Persediaan
Struktur Hutang Jgk Panjang Struktur
Kekayaan Finansial
Aktiva Tetap :
- Pabrik Ekuitas (MS) : Financing
- Tanah - Saham Preferen Decision
- Kendaraan - Saham Biasa
- Laba Ditahan
Mengapa Perusahaan Menggunakan Hutang ?

 Menurut Brigham & Gapenski (2015)


hutang mempunyai keunggulan, yaitu :
1. Bunga mengurangi pajak sehingga
biaya hutang rendah.
2. Kreditur memperoleh return terbatas
sehingga pemegang saham tidak perlu
berbagi keuntungan ketika kondisi
bisnis sedang maju.
Mengapa Perusahaan Menggunakan Hutang Cont’d ?

3. Kreditur tidak memiliki hak suara


sehingga pemegang saham dapat
mengendalikan dengan penyertaan
dana yang kecil.
Apa Kelemahan Hutang ?

1. Hutang biasanya berjangka waktu tertentu untuk


dilunasi tepat waktu.

2. Rasio hutang yang tinggi akan meningkatkan


risiko yang selanjutnya akan meningkatkan biaya
modal.

3. Bila perusahaan dalam kondisi sulit dan labanya


tidak dapat memenuhi beban bunga, maka tidak
tertutup kemungkinan dilakukan tindakan likuidasi.
Neraca Unleveraged Firm Neraca Leveraged Firm

Hutang
30

Aktiva Ekuitas Aktiva


100 100 100
Ekuitas
70
 Pertanyaan yang sering
muncul terkait Struktur Modal
adalah :

1. Apakah struktur modal mempengaruhi nilai


perusahaan (Firm value) ?
2. Berapa Modal Asing dan berapa Modal
Sendiri yang harus digunakan ?
3. Struktur modal yang optimal seperti apa ?
TEORI STRUKTUR MODAL
1. Teori Modigliani & Miller (Teori MM)
a) Model MM tanpa Pajak (1958)
b) Model MM dengan Pajak (1963)
2. Trade-off Theory (Baxter, 1967)
3. Miller Model (1976)
4. Teori Informasi Tidak Simetris (Asymmetric
Information Theory) (Gordon Donaldson, 1960)
5. Balancing Theory (Myers & Majluf, 1984)
6. Pecking Order Theory (Myers, 1984).
1a. MODEL MM Tanpa Pajak

 Asumsi-Asumsi Model MM Tanpa Pajak :


1. Risiko bisnis perusahaan diukur dengan Standar
deviasi EBIT (σEBIT).
2. Investor memiliki pengharapan yang sama
tentang EBIT perusahaan di masa mendatang.
3. Saham & obligasi diperjualbelikan di suatu pasar
modal yang sempurna (Perfect Capital Market).
What is PERFECT CAPITAL MARKET ?

 Secara umum pasar modal sempurna memiliki


karakteristik ; 1) tidak ada biaya transaksi, 2) tidak
ada pajak, 3) ada cukup banyak pembeli dan
penjual, 4) ada kemampuan akses yang sama ke
pasar, 5) tidak ada biaya informasi, 6) setiap orang
memiliki harapan yang sama, 7) tidak ada biaya
yang berhubungan dengan hal kesulitan keuangan
(Financial Distress).
Asumsi Model MM Tanpa Pajak Cont’d

4. Hutang adalah tanpa risiko, sehingga suku bunga pada


hutang adalah suku bunga bebas risiko.
5. Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya
setiap periode hingga waktu tak terhingga) 
Pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu
sama.
6. Tidak ada pajak perusahaan maupun pajak pribadi.
DALIL MM TANPA PAJAK

 DALIL I
Menyatakan bahwa jika tidak ada pajak
maka nilai perusahaan tidak terpengaruh
penggunaan hutang (Leverage) atau tidak
menggunakan hutang (Unleverage).

EBIT EBIT
VL = VU = =
WACC KSU
Keterangan :
VL = Nilai perusahaan yang menggunakan hutang (Levered Firm)
VU = Nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang (Unlevered
Firm) atau perusahaan yang menggunakan 100% MS
EBIT = Earning Before Interest and Tax
KSU = Keuntungan yang disyaratkan pada Unlevered Firm
WACC = Weighted Average Cost of Capital

Nilai Total Perusahaan V = D + S

V = Nilai Perusahaan (Firm Value)


D = Hutang (Debt)
S = Modal Sendiri (Stock)
DALIL MM TANPA PAJAK Cont’d

 DALIL II

KSL = KSU + (KSU – Kd) (D/S)


Keterangan :
KSL = Keuntungan yang disyaratkan pada biaya Modal Sendiri
(MS) atau biaya MS pada Levered Firm
KSU = Biaya modal sendiri pada Unlevered Firm
Kd = Biaya hutang
D/S = Hutang dibagi MS
Jika penggunaan hutang bertambah (D bertambah
besar), biaya modal sendiri (KsL) juga bertambah besar.

Jika hutang yang digunakan bertambah, risiko


perusahaan juga bertambah, sehingga biaya modal
sendiri (KsL) atau tingkat keuntungan yang disyaratkan
pada MS juga bertambah.
WACC = Wd . Kd (1 – T) + Ws . Ks

D D
Wd = =
D + S V
S S
Ws = =
D + D V

Asumsi T = 0

D S
WACC = . Kd + . KsL
V V
 Kesimpulan Dalil II adalah Penggunaan hutang tidak
akan merubah WACC meskipun biaya hutang (Kd)
lebih kecil dibanding biaya modal sendiri (KSL), tetapi
semakin besar penggunaan hutang, maka semakin
besar pula risiko sehingga biaya modal sendiri (KSL)
bertambah. Jadi penggunaan hutang tidak akan
meningkatkan Firm Value, karena biaya hutang yang
lebih murah diiringi pula kenaikan biaya modal sendiri.
Contoh Kasus I
PT. XYZ memiliki EBIT sebesar Rp 5 Juta
konstan dari waktu ke waktu, jika
menggunakan hutang maka biaya bunga
sebesar 8% dan jika menggunakan MS
maka biaya MS 10%. Simulasikan
sehingga nampak VL = VU !
FEEDBACK Contoh Kasus I

a) Jika hutang = 0 & MS = Rp50 Juta, hitunglah nilai


perusahaan ...?

EBIT Rp5 Jt
VU = = = Rp 50 Jt
K SU 10%

VU = WACC = 10%
FEEDBACK Contoh Kasus I Cont’d

b) Jika hutang = Rp20 Jt, MS (S) = ....?

V = D + S
S = V – D
S = Rp 50 Jt – Rp20 Jt = Rp30 Jt

• Dengan MM tanpa pajak Dalil I, jika menggunakan


hutang Rp 5 Jt, maka nilai perusahaan adalah :

VL = EBIT / KSU = Rp5 Jt / 0,1 = Rp 50 Jt


FEEDBACK Contoh Kasus I Cont’d

• Biaya modal sendiri jika menggunakan hutang adalah :

KSL = KSU + (KSU – Kd) (D/S)


KSL = 10% + (10% – 8%) (Rp 5 Jt / Rp30 Jt)
KSL = 10,33%

WACC = D/V . Kd + S/V . KSL


WACC = Rp20 Jt/Rp50 Jt (8%) + Rp30 Jt/Rp50 Jt (10,33%)
WACC = 10%
KESIMPULAN:
Perusahaan menggunakan hutang atau tidak ternyata nilai
perusahaan & biaya modal perusahaan adalah tetap  Firm
Value perusahaan yang menggunakan hutang sama dengan Firm
Value perusahaan yang tidak menggunakan hutang (VL = VU)

IMPLIKASI:
a. Struktur modal perusahaan menjadi tidak relevan
b. WACC perusahaan akan tetap sama apapun
perimbangan hutang & MS (Struktur modal) yang
digunakan perusahaan.
Contoh Kasus II

Diketahui EBIT = Rp 2,4 Juta & konstan dari


waktu ke waktu. Biaya hutang (Kd) = 8%.
Biaya modal sendiri jika perusahaan tidak
menggunakan hutang (KsU) = 12%. Jika
perusahaan berhutang, uang tersebut
digunakan untuk membeli kembali saham,
dengan kata lain jika hutang bertambah
sebesar X, MS akan berkurang sebesar X pula
sehingga aktiva atau nilai perusahaan tetap.
1b. MODEL MM dengan Pajak

 Tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan “Teori


MM” tahun 1958.

 Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap


penghasilan perusahaan (Corporate Income Taxes).

 Dengan adanya pajak “MM” menyimpulkan bahwa


penggunaan hutang (Leverage) akan meningkatkan nilai
perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang
mengurangi pembayaran pajak (a Tax-Deductible Expense).
Contoh (Semua Pos dalam Jutaan Rp) :

Laporan L/R Laporan L/R


Perusahaan Perusahaan
L e v e r e d Unlevered
EBIT 1.000 1.000
I ydk Kreditor 80 0
EBT 920 1.000
Tax (34%) 312,8 340
EAT (for PS) 607,2 660
TI for PS & Kr 80 + 607,2 0 + 660
Tax Saving 27,2 0
DALIL MM Dengan PAJAK

 DALIL I
Menyatakan bahwa Penggunaan hutang
akan mempengaruhi nilai perusahaan.

VL = VU + T.D
Keterangan :
VL = Nilai perusahaan yang menggunakan hutang (Levered Firm)
VU = Nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang (Unlevered Firm)
T = Pajak (Tax rate)
D = Hutang (Debt)
DALIL MM Dengan PAJAK Cont’d

 DALIL II

KSL = KSU + (KSU – Kd) (1 – T) (D/S)

Keterangan :
KSL = Keuntungan yang disyaratkan pada MS pada Levered Firm
KSU = Keuntungan yang disyaratkan pada MS pada Unlevered Firm
Kd = Biaya hutang
T = Pajak
D = Hutang perusahaan
S = Modal sendiri perusahaan
2. TRADE OFF THEORY

• Dalam Trade off Theory struktur modal yang optimal dapat


ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan penggunaan
hutang (Tax shield benefits of leverage) dengan biaya
Financial distress dan Agency costs.

PV Biaya Financial PV Biaya


VL = VU + T.D Distress yang diharapkan – Keagenan
3. MILLER THEORY
 Tahun 1976, Miller menyajikan teori Struktur Modal yang meliputi
pajak untuk penghasilan pribadi. Pajak pribadi adalah (1) Pajak
penghasilan dari saham, dan (2) Pajak penghasilan dari obligasi.

VL = VU + T.D
(1 – Tc) (1 – Ts)
T = 1 –
(1 – Td)

(1 – Tc) (1 – Ts)
V L = VU + D
(1 – Td)
Keterangan :
Tc = Pajak perusahaan (Corporate tax rate)
Ts = Pajak pribadi pada penghasilan saham (Personal tax rate on stock income)
Td = Pajak pribadi pada penghasilan obligasi (Personal tax rate on bond income)
D = Hutang perusahaan

 Jika tidak ada pajak, maka Tc = Ts = Td  Model Miller akan menjadi MM


tanpa pajak, yaitu VL = VU.
 Jika tidak ada pajak pribadi, maka Ts = Td = 0  Model Miller akan menjadi
MM dengan pajak, yaitu VL = VU + T.D
 Keuntungan dari penggunaan hutang pada model Miller tergantung pada Tc
Ts Td dan D.
 Karena pajak pada Capital Gains suatu saham biasanya dibayar belakangan atau
tertunda (pajak dibayar setelah saham dijual), pada umumnya Ts < Td
 Kelemahan utama model Miller & Modigliani adalah mengabaikan faktor
yang disebut sebagai Financial distress dan Agency costs.
4. ASYMMETRIC INFORMATION THEORY

 Awal dekade 1960-an, ditemukan oleh Gordon Donaldson dari


Harvard University.
 Asymmetric Information adalah kondisi di mana suatu pihak
memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Manajemen
perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan
dibanding investor di pasar modal.

 Karena adanya Asymmetric Information, Donaldson


menyimpulkan bahwa perusahaan lebih senang menggunakan
dana dengan urutan : (1) Laba ditahan & dana dari depresiasi,
(2) Hutang, dan (3) Penjualan saham baru .
 Kebijakan struktur modal melibatkan
adanya suatu pertukaran (Trade off)
antara Risiko dan Return :

1. Penggunaan lebih banyak hutang akan


meningkatkan risiko yang ditanggung oleh para
pemegang saham, misal risiko insolvabilitas,
kenaikan suku bunga dan Financial distress.
2. Namun, penggunaan hutang yang lebih besar
biasanya akan menyebabkan terjadinya
ekspektasi return atas ekuitas menjadi lebih
tinggi. Misalnya adanya penghematan pajak
karena bunga yang akhirnya dapat
meningkatkan EPS dan ROE.
OPTIMAL CAPITAL STRUCTURE

 Struktur Modal Optimal (Optimal Capital


Structure) adalah struktur modal yang harus
berada pada keseimbangan antara
risiko dan tingkat pengembalian yang
memaksimumkan harga saham
(Brigham & Houston, 2012).
OPTIMAL CAPITAL STRUCTURE Cont’d

 Optimal Capital Structure


is the capital structure at
which the weighted average
cost of capital is minimized,
thereby maximizing the firm’s
value (Gitman, 2015).
EBIT x (1 – T)
V =
ka
di mana :
V = Nilai Perusahaan (Firm Value)
EBIT = Earning Before Interest and Taxes
T = Tax rate
ka = WACC
EBIT x (1 – T) = The after tax operatings available to
the debt and equity holders

WACC = wdkd(1-T) + wpkp + wsks + weke


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
STRUKTUR MODAL

1. Risiko bisnis
Risiko yang inheren dengan operasi perusahaan
jika perusahaan tidak menggunakan hutang.
2. Posisi perpajakan perusahaan
Salah satu alasan utama menggunakan utang
adalah bunganya yang dapat menjadi pengurang
pajak.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi STRUKTUR MODAL

3. Fleksibilitas keuangan
Kemampuan untuk memperoleh modal dengan
persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk,
yang merupakan hal yang vital bagi keberhasilan
jangka panjang perusahaan.

4. Konservatisme atau keagresifan manajemen


Beberapa manajer lebih agresif dari yang lainnya,
sehingga beberapa perusahaan cenderung utang
sebagai usaha untuk mendorong keuntungan.
 Menurut Atmaja (2017) berkaitan
dengan keputusan pendanaan
investasi, maka variasi arus
pendapatan disebabkan oleh :
1. Risiko Bisnis (Business risk)
2. Risiko Keuangan (Financial risk)
RISIKO BISNIS

 Risiko Bisnis merupakan Ketidakpastian pada


perkiraan pendapatan operasi perusahaan di
masa mendatang (Atmaja, 2017).

 Risiko Bisnis adalah risiko yang berkaitan


dengan proyeksi tingkat pengembalian atas
ekuitas (ROE) suatu perusahaan di masa yang
akan datang, dengan asumsi bahwa perusahaan
tersebut tidak menggunakan utang.
RISIKO KEUANGAN

 Risiko Keuangan adalah risiko tambahan pada


perusahaan akibat keputusan menggunakan
hutang atau risiko yang ditimbulkan dari
penggunaan hutang (Financial leverage).

Risiko Finansial merupakan bagian dari risiko


yang ditanggung pemegang saham, yang melebihi
risiko bisnis yang mendasar, sebagai akibat dari
penggunaan Leverage keuangan.
METODE PENENTUAN
OPTIMAL CAPITAL STRUCTURE

 Menurut Atmaja (2017) ada beberapa


metode dalam penentuan struktur
modal optimal perusahaan yaitu :
1. Analisis EBIT-EPS (Indifference Point)
2. Perbandingan rasio-rasio Leverage
3. Analisis arus kas perusahaan.
Metode Penentuan Optimal Capital Structure Cont’d

 Menurut Ambarwati (2018) beberapa cara


penentuan struktur modal optimum
perusahaan, yaitu :
1) Pendekatan Laba Operasional Bersih (NOI)
2) Pendekatan Tradisional
3) Menghitung biaya ekuitas, nilai ekuitas dan
total nilai perusahaan pada berbagai tingkat
penggunaan hutang.
ANALISIS EBIT-EPS

 EBIT-EPS Analysis (Indifference


Point) adalah Tingkat EBIT yang
dapat menghasilkan EPS yang sama
besarnya pada berbagai
perimbangan/bauran pembelanjaan
(Financing mix).
Analisis EBIT-EPS Cont’d

 EBIT-EPS Approach is an approach for


selecting the capital structure that
maximizes earning per share (EPS)
over the expected range of earnings
before interest and taxes (EBIT)
(Gitman, 2015).
Analisis EBIT-EPS Cont’d

 Perbedaan tingkat EBIT akan mempunyai Income


effect yang berbeda terhadap EPS pada berbagai
perimbangan pembelanjaan (Financing mix).

 Pada suatu tingkat EBIT tertentu Financing mix


(FM) Hutang dan Saham biasa
40%-60% (LF=40%), atau FM 15%-85% (LF=15%)
atau FM 0%-100% (LF=0) akan menghasilkan EPS
yang berbeda, atau EPS yang sama.
Analisis EBIT-EPS Cont’d

 Melalui Analisis EBIT-EPS ini manajemen dapat


melihat dampak dari berbagai alternatif pendanaan
terhadap EPS pada tingkatan EBIT yang bervariasi.
 Hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari
dengan cara, yaitu :
1. Menghitung EPS pada berbagai alternatif
pendanaan untuk EBIT tertentu.
2. Mengulang langkah pertama untuk EBIT yang
berbeda-beda. Hasilnya kemudian digambarkan
dalam grafik EBIT-EPS.
Contoh 1 : EBIT-EPS
Saham Biasa vs Hutang
 PT. JAYA mempunyai Struktur modal sebesar Rp 2 Milyar.
Struktur modal tersebut terdiri dari saham biasa dan
hutang. Jika diketahui tarif pajak perseroan sebesar 50%.
Saudara diminta :
1. Menentukan Financing Mix (FM) yang menguntungkan
bagi perusahaan tersebut jika :
(a) Alternatif I Hutang 40% Saham Biasa (SB) 60%,
Alternatif II Hutang 15% SB 85% dan
Alternatif III Hutang 0% SB 100%.
(b) EBIT berturut-turut Rp 60 Juta, Rp 120 Juta dan
Rp100 Juta.

2. Hitung Indifference Point (IP) !


TABEL 1.8a)
EFEK DARI BERBAGAI FINANCING MIX TERHADAP EPS
(DALAM Rp)
Alternatif I Alternatif II Alternatif III
Hutang 40% Hutang 15% Hutang 0%
SB 60% SB 85% SB 100%
Jumlah Modal : 2.000.000.000 2.000.000.000 2.000.000.000
(1) Saham Biasa 1.200.000.000 1.700.000.000 2.000.000.000
Lbr Shm (Rp100,-/Lbr) 12.000.000 17.000.000 20.000.000
(2) 5% Obligasi 800.000.000 300.000.000 0
EBIT 60.000.000 60.000.000 60.000.000
Interest of Bond = 5% 40.000.000 15.000.000 0
EBT 20.000.000 45.000.000 60.000.000
Tax = 50% 10.000.000 22.500.000 30.000.000
EAT 10.000.000 22.500.000 30.000.000
EPS *0,83 1,32 1,5

* = Rp 10.000.000,- : 12.000.000 Lembar


Pada tingkat EBIT Rp 60.000.000,-
alternatif yang mempunyai efek
pendapatan yang paling besar terhadap
EPS adalah “Alternatif III” menghasilkan
EPS sebesar Rp 1,50 sedangkan
Alternatif I dan Alternatif II masing-
masing sebesar Rp0,83 dan Rp1,32.
(See Table 1.8a).
TABEL 1.8b)
EFEK DARI BERBAGAI FINANCING MIX TERHADAP EPS
(DALAM Rp)

Alternatif I Alternatif II Alternatif III


Hutang 40% Hutang 15% Hutang 0%
SB 60% SB 85% SB 100%
EBIT 120.000.000 120.000.000 120.000.000
Interest of Bond = 5% 40.000.000 15.000.000 0
EBT 80.000.000 105.000.000 120.000.000
Tax = 50% 40.000.000 52.500.000 60.000.000
EAT 40.000.000 52.500.000 60.000.000
EPS 3,33 3,09 3,00
 Pada tingkat EBIT Rp 120 Juta alternatif
yang mempunyai Income effect yang
paling besar terhadap EPS adalah
“Alternatif I” menghasilkan EPS
sebesar Rp3,33 sedangkan Alternatif II
dan Alternatif III masing-masing sebesar
Rp3,09 dan Rp3,00 (See Table 1.8b).
TABEL 1.8c)
EFEK DARI BERBAGAI FINANCING MIX TERHADAP EPS
(DALAM Rp)

Alternatif I Alternatif II Alternatif III


Hutang 40% Hutang 15% Hutang 0%
SB 60% SB 85% SB 100%
EBIT 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Interest of Bond = 5% 40.000.000 15.000.000 0
EBT 60.000.000 85.000.000 100.000.000
Tax = 50% 30.000.000 42.500.000 50.000.000
EAT 30.000.000 42.500.000 50.000.000
EPS 2,50 2,50 2,50
Pada tingkat EBIT Rp 100 Juta
nampak “Indifference Point” Hutang
dan Saham Biasa dimana EPS pada
berbagai alternatif adalah sama
yaitu sebesar Rp2,50.

See Table 1.8c !


IP SAHAM BIASA Vs OBLIGASI

x (1 – t) (x – c) (1 – t)
IP SB vs O = =
S1 S2

Keterangan :
x = EBIT pada Indifference Point
c = Jumlah Bunga Obligasi dinyatakan dalam Rupiah
t = Tingkat pajak perseroan
S1 = Jumlah lembar SB yang beredar jika hanya menjual SB
S2 = Jumlah lembar SB yang beredar jika menjual SB dan O
(Obligasi) secara bersama-sama
IP Alternatif I dan III …?
0,5x 0,5 (x – 40 Jt)
IP SB vs O : =
20.000.000 12.000.000
0,5x (12.000.000) = 20 Jt (0,5x – 20 Jt)
6.000.0000x = 10.000.000x – 4E+14
4.000.000x = 400.000.000.000.000
x = Rp 100.000.000,-
IP Alternatif II dan III …?
0,5x 0,5 (x – 15 Jt)
IP SB vs O : =
20.000.000 17.000.000
0,5x (17.000.000) = 20 Jt (0,5x – 7,5 Jt)
8.500.0000x = 10.000.000x – 1,5E+14
1.500.000x = 150.000.000.000.000
x = Rp 100.000.000,-
Indifference Point untuk Tiga Alternatif Pembelanjaan SB dan O
EPS (dalam Rp)
3,5
Indifference Point 3,3
Saham Biasa dan Hutang 3,1
3,0 3,0

2,5

2,0

1,5

1,0

0,5 III II I

0 20 80 100 120
40 60
EBIT (dalam Jutaan Rupiah)
IP antara SB dan SP
 Cara menghitung IP SB vs SP Sama
dengan menghitung IP SB vs Hutang.
 Saham Preferen (SP) memerlukan
Adjustment, karena bunga hutang
merupakan “Tax deductibility”.
1
Dividen SP atas (Dividen SP
= atas Dasar
Dasar Sebelum Pajak
(1 – t ) Setelah Pajak)
Contoh IP SB vs SP
 Gunakan Kasus PT. JAYA, hutang diganti dengan
Saham Preferen dengan dividen sebesar 5%.
Alternatif pembelanjaan sebagai berikut :
TABEL 1.9a)
EFEK DARI BERBAGAI FINANCING MIX TERHADAP EPS
(DALAM Rp)
Alternatif I Alternatif II Alternatif III
SP 40% SP 15% SP 0%
SB 60% SB 85% SB 100%
Jumlah Modal : 2.000.000.000 2.000.000.000 2.000.000.000
(1) Saham Biasa 1.200.000.000 1.700.000.000 2.000.000.000
Lembar Saham (Rp100,-/Lbr) 12.000.000 17.000.000 20.000.000
(2) 5% Dividen Saham Preferen 800.000.000 300.000.000 0
 Dividen PS atas dasar sebelum pajak :
1
= (5% x Rp 800.000.000,-)
0,5
= Rp 80.000.000,-  Nilai Variabel c
0,5x 0,5 (x – 80 Jt)
IP SB vs SP : =
20.000.000 12.000.000
0,5x (12.000.000) = 20 Jt (0,5x – 40 Jt)
6.000.0000x = 10.000.000x – 8E+14
4.000.000x = 800.000.000.000.000
x = Rp 200.000.000,-
TABEL 1.9b)
EFEK DARI EBIT Rp200.000.000,- TERHADAP EPS
(DALAM Rp)

Alternatif Alternatif Alternatif


I II III
SP 40% SP 15% SP 0%
SB 60% SB 85% SB 100%
EBIT 200.000.000 200.000.000 200.000.000
Bunga 0 0 0
EBT 200.000.000 200.000.000 200.000.000
Tax = 50% 100.000.000 100.000.000 100.000.000
EAT 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Dividen SP (5%) 40.000.000 15.000.000 0
Earning available for CSH 60.000.000 85.000.000 100.000.000
Shares Outstanding (lembar) 12.000.000 17.000.000 20.000.000
EPS 5,00 5,00 5,00
Contoh 2 : Analisis EBIT-EPS
 PT. Arimbi dengan modal Rp10 Juta (seluruhnya menggunakan
MS) berencana menambah modal sebesar Rp 5 Juta.
Perusahaan mempertimbangkan 2 alternatif yaitu : (1) menjual
saham biasa baru dan (2) berhutang. Biaya hutang (Kd) adalah
12%, pajak 40%. Jumlah saham yang beredar saat ini adalah
200.000 lembar. Saham biasa dapat dijual dengan harga Rp50,-
per lembar, sehingga akan ada tambahan 100.000 lembar
saham. Jika diketahui EBIT sebesar Rp 2,4 Juta.
Diminta :
(a) Hitunglah EPS untuk masing-masing alternatif pembelanjaan ?
(b) Hitunglah Indifference Point (IP) ?
F e e d b a c k Contoh 2 Cont’d

a) EPS untuk masing-masing alternatif pembelanjaan


Saham Biasa Hutang
EBIT Rp2.400.000,- Rp2.400.000,-
Bunga 0 Rp 600.000,-
EBT Rp2.400.000,- Rp1.800.000,-
Pajak (40%) Rp 960.000,- Rp 720 .000,-
EAT Rp1.440.000,- Rp1.080.000,-
SO (Lembar) 300.000 200.000
EPS Rp 4,8 Rp 5,4
Feedback Contoh 2 Cont’d

b) Indifference Point (IP)

EPS menggunakan Saham = EPS menggunakan Hutang

EAT (Saham) EAT (Hutang)


=
Jumlah Saham Jumlah Saham

(EBIT* – C1) (1 – T) (EBIT* – C2) (1 – T)


=
S1 S2
Keterangan Rumus :
EBIT* = Indifference Point (IP)
C1 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1
C1 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2
S1 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1
S2 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2
T = Tingkat pajak
Feedback Cont’d

(EBIT* – 0) (1 – 0,4) (EBIT* – 600.000) (1 – 0,4)


=
300.000 200.000

EBIT* = Rp 1.800.000,-
EPS = Rp 3,6
Implikasi Manajerial :
 IP memberikan masukan penting bagi manajemen dalam memilih
alternatif pembelanjaan.
 Jika Expected EBIT lebih besar dari IP  Perusahaan sebaiknya
menggunakan hutang.
 Jika Expected EBIT lebih kecil dari IP  Menggunakan Saham lebih
menguntungkan.
EPS ( Rp) Hutang

Saham

5
Selisih keuntungan menggunakan
hutang daripada saham
4
3,6 . Indifference Point
3

Selisih keuntungan menggunakan


1 saham daripada hutang

0 1 4 5
1,8 3
EBIT (Jutaan Rupiah)
LEVERAGE
 LEVERAGE adalah penggunaan asset
dan sumber dana (Source of Funds)
oleh perusahaan yang memiliki biaya
tetap (beban tetap) dengan maksud
agar dapat meningkatkan keuntungan
potensial pemegang saham.
What is LEVERAGE ?

 LEVERAGE adalah penggunaan


asset dan sumber dana oleh
perusahaan yang memiliki
beban tetap (Sartono, 2018).
Leverage Cont’d

 Konsep LEVERAGE sangat penting


dalam melihat Trade off antara Risk
dan Return dari berbagai tipe
keputusan finansial yang diambil
suatu perusahaan.
LEVERAGE

OPERATING FINANCIAL COMBINED


LEVERAGE LEVERAGE LEVERAGE
(OL) (FL) (CL)
OPERATING LEVERAGE (OL)

OL adalah penggunaan aktiva yang


menimbulkan biaya tetap.

Dengan menggunakan OL perusahaan


mengharapkan bahwa perubahan
penjualan akan mengakibatkan
perubahan EBIT yang lebih besar.
OL Cont’d

Apabila perusahaan tidak mempunyai Fixed Cost


(FC), dengan kata lain semuanya variabel (VC),
maka perusahaan akan berada dalam posisi yang
relatif sangat enak. Hal ini disebabkan karena kalau
perusahaan terpaksa mengurangi kegiatannya, maka
biaya juga akan berkurang secara proporsional.

lebih tinggi dari VCnya, perusahaan tersebSelama


harga jual masih ut akan memperoleh laba.
OL Cont’d

 Apabila perusahaan menanggung FC, maka akan


ada batas minimal perusahaan harus berproduksi
dan menjual agar tidak menderita rugi (BEP).

 Dalam OL, laba yang digunakan adalah EBIT.


 Semakin besar FC suatu perusahaan, apabila
proporsi VC dan harga jual adalah konstan,
maka perusahaan tersebut akan mempunyai
BEP yang semakin tinggi.
OL Cont’d

 Perusahaan dengan BEP yang tinggi


tergolong mempunyai risiko usaha yang
tinggi. Hal ini dikarenakan mudah/peka
terhadap perubahan unit yang terjual (%Δ
unit yang terjual yang sama, maka %Δ EBIT
akan semakin besar). Perusahaan semacam
ini dikatakan mempunyai DOL yang tinggi.
Degree of Operating Leverage (DOL)

DOL merupakan rasio antara


persentase perubahan EBIT terhadap
persentase perubahan penjualan.
DOL mengukur berapa persen EBIT
berubah jika penjualan berubah 1%
(Atmaja, 2017).
FORMULA DOL
% Δ EBIT
DOL =
% Δ PENJUALAN

S – VC
DOL =
EBIT

(P – V) x Q
DOL =
(P – V) x Q – F
Keterangan:
P = Harga Jual Per Unit
V = Biaya Variabel Per Unit
F = Biaya Tetap (Fixed Cost)
S = Penjualan Bersih
Q = Unit Output yang dijual
Contoh Kasus DOL
 PT. Angkasa meramalkan penjualan sebesar Rp300.000,-
(atau 30.000 Unit). Harga jual per unit Rp10,- dengan VC
per unit adalah Rp6,- dan FC sebesar Rp100.000,-.
Diminta :
a) Apa yang terjadi dengan EBIT jika ternyata penjualan
yang terjadi adalah 20% lebih besar dari yang
diperkirakan?
b) Hitunglah DOL pada penjualan sebesar Rp300.000,- ?
c) Interpretasi hasil perhitungan DOL pada point b)
tersebut !
Feedback Kasus DOL
Diketahui : P = Rp10,-
Q = 30.000 Unit S = Rp300.000,-
V = Rp 6,-
F = Rp100.000,-
QS : a) EBIT …? Jika S meningkat 20%
b) DOL pada S = Rp300.000,- ...?
c) Makna/interpretasi DOL pada Point b) …?
Feedback Kasus DOL Cont’d

a) Peningkatan S = 20% berarti :


= [Rp300.000 + (Rp300.000 x 20%)]
= Rp360.000,-

Prediksi Realisasi
Penjualan Rp300.000,- Rp360.000,-
TVC Rp180.000,- Rp216.000,-
TFC Rp100.000,- Rp100.000,-
EBIT Rp 20.000,- Rp 44.000,-
Feedback Kasus DOL Cont’d

 EBIT naik sebesar Rp24.000,- yg berasal dari kenaikan


penjualan sebesar Rp360.000,- dikurangi kenaikan
biaya variabel total sebesar Rp36.000,-.

Rp44.000 – Rp20.000
% Δ EBIT = = 120%
Rp20.000

 Pada penjualan Rp300.000,- persentase perubahan


EBIT adalah 6X persentase perubahan penjualan.
Feedback Kasus DOL Cont’d

b) DOL pada S = Rp300.000,- ……..?

S – TVC
DOL Rp300.000 =
EBIT

Rp300.000 – Rp180.000
DOL Rp300.000 =
Rp20.000

DOL Rp300.000 = 6X
Feedback Kasus DOL Cont’d

c) Makna DOL ……..?

DOL = 6X  Pada saat penjualan sebesar


Rp300.000,- atau 30.000 Unit Jika
penjualan naik 1%, maka EBIT akan
naik 6x atau 6% & sebaliknya jika
penjualan turun 1%, maka EBIT akan
turun 6x atau 6%.
 Semakin besar DOL, maka semakin
peka/besar variasi keuntungan (EBIT)
akibat perubahan penjualan  Semakin
besar DOL, semakin besar Risiko bisnis
suatu perusahaan.

 DOL  Pengukur risiko bisnis.


Bagaimana Hubungan antara
Unit atau Rp Penjualan dengan DOL ?

Semakin tinggi tingkat penjualan


perusahaan, maka semakin rendah DOL.

 Lihat kembali Kasus PT. Angkasa !


Diketahui:
P = Rp10,-
V = Rp6,- dan
F = Rp100.000,-
Tabel 1
Hubungan antara Unit atau Rp Penjualan dengan DOL
Unit Penjualan Rp Penjualan DOL Rp
25.000 250.000 Tidak terdefinisi
30.000 300.000 6
35.000 350.000 3,5
40.000 400.000 2,67
45.000 450.000 2,25
50.000 500.000 2
75.000 750.000 1,5
100.000 1.000.000 1,33
FINANCIAL LEVERAGE (FL)

FL merupakan penggunaan sumber


dana yang memiliki beban tetap.

FL adalah suatu ukuran yang menunjukkan


sampai sejauh mana sekuritas
berpenghasilan tetap (Hutang dan saham
preferen) digunakan dalam struktur modal
perusahaan.
FL Cont’d

Suatu perusahaan dikatakan


menggunakan FL jika sebagian dari
aktivanya dibelanjai dengan sekuritas
yang membayar bunga tetap (hutang
bank, obligasi dan saham preferen).
FL Cont’d

Penggunaan FL diharapkan agar


terjadi perubahan EPS yang lebih
besar daripada perubahan EBIT.
Sehingga dapat meningkatkan
pendapatan yang tersedia bagi
Stockholders.
FL Cont’d

 Berdasarkan pertimbangan EPS atau


RMS, perusahaan dapat membuat opsi
apakah sebaiknya menggunakan
hutang (yang memberikan beban
finansial yang tetap) ? ataukah
menggunakan MS ?
FL Cont’d

 Pada tingkat EBIT tertentu penggunaan


hutang atau MS mempunyai akibat yang
sama terhadap EPS atau RMS.

 Besarnya EBIT atau Rentabilitas Ekonomi


(RE) yang memberikan EPS yang sama
untuk alternatif pembelanjaan yang
berbeda disebut “Indifference Point”.
Degree of Financial Leverage (DFL)

 DFL adalah persentase perubahan laba


yang tersedia bagi pemegang saham biasa
yang diakibatkan oleh berubahnya EBIT
dalam persentase tertentu.

 DFL adalah rasio antara persentase


perubahan EPS dibanding dengan
persentase perubahan EBIT.
Degree of Financial Leverage (DFL) Cont’d

 DFL mengukur seberapa jauh perubahan EPS


karena perubahan tertentu dari EBIT. Semakin
besar DFL, maka semakin besar Financial risk.

 Perusahaan yang mempunyai DFL yang tinggi


adalah perusahaan yang mempunyai hutang
dalam proporsi yang makin besar.
FORMULA DFL

% Δ EPS
DFL =
% Δ EBIT
EBIT
DFL* =
EBIT – I – DP / (1 – T)
*= Formula DFL jika ada Dividen Saham Preferen (DP)
I = Bunga hutang
FORMULA DFL Cont’d

 Jika tidak ada Dividen Saham Preferen (DP), hanya ada Bunga
Hutang (I), maka Formula DFL adalah sebagai berikut :

EBIT
DFL =
EBIT – I

(P – V) x Q – F
DFL =
(P – V) x Q – F – I
Contoh Kasus DFL
 PT. Berdikari beroperasi dengan biaya tetap sebesar
Rp100.000,- VC per unit Rp50,- dan harga jual per unit
Rp100,-. Informasi lain biaya bunga sebesar Rp20.000,-
dan pajak 50%. Jumlah saham yang beredar sebanyak
10.000 lembar.
Diminta :
a) Hitunglah EBIT pada Q = 4.000 Unit?
b) Hitunglah EPS?
c) Hitunglah DFL pada EBIT = Rp100.000,-?
d) Berikan interpretasi terhadap DFL pada Point c)?
Feedback Kasus DFL
Diketahui : P = Rp100,-
V = Rp 50,-
F = Rp100.000,-
C = Rp 20.000,-
T = 50%
Jml Saham yg Beredar = 10.000 Lembar
QS : a) EBIT pada Q = 4.000 Unit …?
b) EPS ...?
c) DFL pada EBIT = Rp100.000,- …?
d) interpretasi DFL …?
Feedback Kasus DFL Cont’d

a) Besarnya EBIT pada Q = 4.000 Unit :


EBIT = Q (P – V) – F
EBIT = 4.000 (100 – 50) – 100.000
EBIT = Rp100.000,-
Feedback Kasus DFL Cont’d

b) Perhitungan EPS :
EBIT Rp100.000,-
Biaya bunga Rp 20.000,-
EBT Rp 80.000,-
Pajak (50%) Rp 40.000,-
EAT Rp 40.000,-
Saham yg beredar (Lbr) 10.000
EPS Rp 4,-
Feedback Kasus DFL Cont’d

c) DFL pada EBIT = Rp100.000,- adalah :

EBIT
DFL Rp100.000 =
EBIT – C

Rp100.000
DFL Rp100.000 =
Rp100.000 – Rp20.000

DFL Rp100.000 = 1,25 X


Feedback Kasus DFL Cont’d

d) Interpretasi DFL = 1,25 X

DFL = 1,25 X  Jika EBIT berubah 1%, EPS akan


berubah 1,25%. Hal ini berlaku
pada saat EBIT sebesar Rp100.000,-

Semakin besar DFL, semakin besar pula fluktuasi EPS


akibat perubahan pada EBIT. Besar kecilnya DFL
tergantung pada besar kecilnya hutang yang
digunakan perusahaan.
Bagaimana Hubungan antara Hutang dengan DFL?

 Semakin besar hutang yang digunakan, maka


semakin besar pula DFL, sehingga semakin
besar risiko finansial perusahaan.

 Contoh Kasus :
Suatu perusahaan merencanakan 3 alternatif pendanaan
untuk modal Rp 2 Milyar.
Alternatif A tidak menggunakan hutang.
Alternatif B menggunakan hutang 20%.
Alternatif C menggunakan hutang 40%.
Asumsikan bunga adalah 10% untuk jumlah hutang
berapa pun dan EBIT perusahaan sebesar Rp200 Juta.
Rp200 Juta
Alternatif A : DFL = = 1x
Rp200 Juta – 0

Rp200 Jt
Alternatif B : DFL = = 1,25 x
Rp200Jt – Rp40 Jt

Rp200 Jt
Alternatif C : DFL = = 1,67 x
Rp200Jt – Rp80 Jt
COMBINED LEVERAGE (CL)

 Leverage Kombinasi (Combined


Leverage) terjadi apabila
perusahaan memiliki baik
Operating Leverage (OL)
maupun Financial Leverage (FL).
Degree of Combined Leverage (DCL)

 DCL merupakan Multiplier effect atas


perubahan EPS karena perubahan penjualan.

 DCL mengukur seberapa jauh pengaruh


perubahan penjualan terhadap perubahan EPS.

% Δ EPS
DCL =
% Δ PENJUALAN
FORMULA DCL Cont’d

DCL = DOL x DFL

S – VC EBIT
DCL = X
EBIT EBIT – I – DP / (1 – T)

S – VC
DCL =
EBIT – I – DP / (1 – T)
FORMULA DCL Cont’d

(P – V) x Q (P – V) x Q – F
DCL = X
(P – V) x Q – F (P – V) x Q – F – I

(P – V) x Q
DCL =
(P – V) x Q – F – I
DCL Cont’d

 DCL mengukur keseluruhan variabilitas EPS


karena adanya biaya operasi tetap dan biaya
modal tetap.

 DOL dan DFL dapat dikombinasikan untuk


mendapatkan DCL tertentu.

 Jika perusahaan memiliki DOL relatif tinggi  DCL


rendah  DOL tinggi tersebut dikombinasikan
dengan DFL yang rendah. Demikian sebaliknya.
DCL Cont’d

 DCL mengukur risiko perusahaan secara


keseluruhan (Business Risk and Financial Risk).

 Bagi investor, DCL terkait dengan penentuan


tingkat keuntungan yang disyaratkan (Required
Rate of Return).

 Jika DCL tinggi berarti Firm risk secara


keseluruhan juga tinggi, maka investor juga
akan meminta tingkat keuntungan yang tinggi.
DCL Cont’d

 Perusahaan yang menggunakan Excessive


Leverage akan menanggung beban tetap yang lebih
tinggi  Offset keuntungan karena penggunaan
Leverage tersebut.

 Penggunaan Excessive Leverage  Stock Market


Price turun  Firm Value turun yang pada
akhirnya Stockholders’ Wealth juga turun.
Contoh Kasus DOL, DFL dan DCL
Diketahui : P = Rp100,-
V = Rp 50,-
F = Rp100.000,-
C = Rp 20.000,-
T = 50%

QS : a) DOL pada Q = 4.000 Unit …?


b) DFL pada Q = 4.000 Unit ...?
c) DCL pada Q = 4.000 Unit …?
d) Interpretasi DCL …?
Q (P – V) 4.000 (100 – 50)
DOL = = = 2X
Q (P – V) – F 4.000 (100 – 50) – 100.000

Q (P – V) – F 4.000 (100 – 50) – 100.000


DFL = = = 1,25 X
Q (P – V) – F – C 4.000 (100 – 50) – 100.000 – 20.000

Q (P – V) 4.000 (100 – 50)


DCL = = = 2,5 X
Q (P – V) – F – C 4.000 (100 – 50) – 100.000 – 20.000

DCL = 2,5 X  Pada penjualan sebesar 4.000 Unit atau


Rp400.000,- jika penjualan naik 1% maka
EPS akan naik sebesar 2,5%.
Pembuktian

Penjualan meningkat 10%

4.000 Unit 4.400 Unit


Penjualan Rp400.000,- Rp440.000,- + 10%
TVC Rp200.000,- Rp220.000,-
TFC Rp100.000,- Rp100.000,- DOL = 2
EBIT Rp100.000,- Rp 120.000,- + 20%
Bunga Rp 20.000,- Rp 20.000,- DCL = 2,5
EBT Rp 80.000,- Rp100.000,-
Pajak (50%) Rp 40.000,- Rp 50.000,- DFL = 1,25
EAT Rp 40.000,- Rp 50.000,-
SO (Lembar) 10.000 10.000
EPS Rp 4,- Rp 5,- + 25%

EPS meningkat 25%


CONTOH KASUS** DOL, DFL dan DCL

 Pada tahun 2015 PT. Abadi mempunyai penjualan sebesar


Rp 5 Milyar dengan biaya operasi variabel sebesar Rp 3
Milyar dan Biaya operasi tetap senilai Rp 1 Milyar (Lihat
Laporan Laba Rugi PT. Abadi !)
 Jika penjualan meningkat sebesar 10%.
Saudara Diminta :
a) Menentukan DOL PT. ABADI ?
b) Menentukan DFL ?
c) Menentukan DCL ?
d) Interpretasikan hasil perhitungan pada Point a), b) dan
c) ?
PT. ABADI
Laporan Laba Rugi
Tahun 2010 (dalam Rp 000,-)

Penjualan Bersih 5.000.000


OPERATING
LEVERAGE B. Operasi Variabel 3.000.000
(OL) B. Operasi Tetap 1.000.000
4.000.000
EBIT 1.000.000

Bunga Pinjaman 250.000


FINANCIAL
EBT 750.000
LEVERAGE
Tax = 40% 300.000
(FL)
EAT 450.000
Dividen Saham Preferen 150.000
Laba yang Tersedia bagi CS Holders 300.000
EPS (OS = 100.000 Lembar) 3.000
TABEL 2
PT. ABADI
LAPORAN LABA RUGI
TAHUN 2015 (DALAM RP 000,-)

Pengaruh
Kenaikan (1) (2)
Penjualan 10%
Penjualan Bersih 5.000.000 5.500.000
B. Operasi Variabel 3.000.000 3.300.000
B. Operasi Tetap 1.000.000 1.000.000
4.000.000 4.300.000
EBIT 1.000.000 1.200.000

Perubahan Mengakibatkan EBIT


penjualan meningkat menjadi
sebesar 10% Rp1.200.000.000,-
Berapakah DOL ?
Rp 1,2 M – Rp 1 M
Rp 1 M
DOL =
Rp 5,5 M – Rp 5 M
Rp 5 M
DOL = 2,00

 DOL = 2,00 berarti setiap Δ 1% penjualan akan mengakibatkan


ΔEBIT sebesar 2% dengan arah yang sama, dengan kata lain
Peningkatan Penjualan sebesar 10% akan mengakibatkan
peningkatan EBIT sebesar 20% (10% x 2) dan sebaliknya.
 Semakin besar DOL berarti semakin besar pengaruh ΔS
terhadap ΔEBIT.
TABEL 3
PT. ABADI
LAPORAN LABA RUGI
TAHUN 2015 (DALAM RP 000,-)

Pengaruh Kenaikan
(1) (2) %
Penjualan 10%
Penjualan Bersih 5.000.000 5.500.000 10
B. Operasi Variabel 3.000.000 3.300.000 10
B. Operasi Tetap 1.000.000 1.000.000 0
4.000.000 4.300.000 8
EBIT 1.000.000 1.200.000 20

Perubahan Mengakibatkan
penjualan EBIT meningkat
sebesar 10% sebesar 20%
TABEL 4
PT. ABADI
LAPORAN LABA RUGI
TAHUN 2015 (DALAM RP 000,-)

Pengaruh Kenaikan
(1) (2)
Penjualan 10%
Penjualan Bersih 5.000.000 5.500.000
B. Operasi Variabel 3.000.000 3.300.000
B. Operasi Tetap 1.000.000 1.000.000
4.000.000 4.300.000
EBIT 1.000.000 1.200.000
Bunga Pinjaman 250.000 250.000
EBT 750.000 950.000
Tax = 40% 300.000 380.000
EAT 450.000 570.000
Dividen PS 150.000 150.000
Laba yang tersedia bagi CSH 300.000 420.000
EPS (SO = 100.000 Lbr) 3.000 4.200
TABEL 5
EPS Pada Berbagai Tingkat EBIT
(DALAM RP 000,-)

Alternatif EBIT 1 2 3 4
EBIT 800.000 1.000.000 1.200.000 1.600.000
Bunga Pinjaman 250.000 250.000 250.000 250.000

EBT 550.000 750.000 950.000 1.350.000


Pajak (40%) 220.000 300.000 380.000 540.000

EAT 330.000 450.000 570.000 810.000

Dividen PS 150.000 150.000 150.000 150.000

Laba yang tersedia bagi CSH 180.000 300.000 420.000 660.000

EPS (SO = 100.000 Lbr) 1.800 3.000 4.200 6.600


Berapakah DFL ?

Rp 4.200 – Rp 3.000
Rp 3.000
DFL =
Rp 1,2 M – Rp 1 M
Rp 1 M
DFL = 2,00

 DFL = 2,00 berarti setiap 1% ΔEBIT akan mengakibatkan


ΔEPS sebesar 2% dengan arah yang sama, atau dengan
kata lain; Kenaikan EBIT sebesar 10% akan
mengakibatkan kenaikan EPS sebesar 20% (10% x 2) dan
sebaliknya.
TABEL 6
PT. ABADI
LAPORAN LABA RUGI
TAHUN 2015 (DALAM RP 000,-)

Pengaruh Kenaikan
(1) (2) %
Penjualan 10%
Penjualan Bersih 5.000.000 5.500.000 10
B. Operasi Variabel 3.000.000 3.300.000 10
B. Operasi Tetap 1.000.000 1.000.000 0
4.000.000 4.300.000 8
EBIT 1.000.000 1.200.000 20
Bunga Pinjaman 250.000 250.000 0
EBT 750.000 950.000 27
Tax = 40% 300.000 380.000 27
EAT 450.000 570.000 27
Dividen PS 150.000 150.000 0
Earning availab. for CSH 300.000 420.000 40
EPS (SO = 100.000 Lbr) 3.000 4.200 40
Berapakah DCL ?

Rp 4.200 – Rp 3.000
Rp 3.000
DCL =
Rp 5,5 M – Rp 5 M
Rp 5 M
DCL = 4,00

 DCL = 4,00. Hal ini berarti bahwa setiap ΔS 1% akan


mengakibatkan ΔEPS sebesar 4% dengan arah Δ yang
sama, atau dengan kata lain bahwa setiap kenaikan S
sebesar 10% maka akan mengakibatkan kenaikan EPS
sebesar 40% (10% x 4) dan sebaliknya.
EXERCISE 1
PT. ABADI merencanakan ekspansi yang memerlukan
dana sebesar Rp 10 Juta, yang bisa dibelanjai dengan
pengeluaran saham biasa ataupun obligasi dengan
bunga 12% per tahun. Perusahaan harus membayar
pajak dengan tarif 50%, dan saat ini struktur modalnya
terdiri dari 100% saham biasa sebanyak 800.000
lembar dengan harga pasar Rp 50,- per lembar.
Apabila diperkirakan EBIT setelah ekspansi sebesar
Rp 8 Juta.
Diminta : Apakah rencana ekspansi tersebut
sebaiknya dibelanjai dengan Saham Biasa,
ataukah Obligasi ? Berapa “Indifference
Point nya” ?
EXERCISE 2
PT. ABC adalah sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang perakitan televisi. Harga jual televisi rata-rata
per unit Rp 100.000,- sedangkan biaya variabel per unit
Rp 60.000,-. Total biaya tetap sebesar Rp60.000.000,-.
Diminta :
a) Berapa besarnya EBIT jika unit yang terjual adalah
2.000, 3.000 dan 4.000 unit ?
b) Hitung DOL untuk ketiga tingkat penjualan tersebut ?
c) Kesimpulan apa yang saudara dapat ambil dari DOL
jika penjualannya meningkat ?
EXERCISE 3

 PT. MURNI merupakan perusahaan yang


mengkhususkan diri pada penerbitan buku untuk
anak-anak. EBIT perusahaan adalah Rp 300 Juta.
Beban bunga hutang Rp 5 Juta. Tarif pajak 35%.
Jika Shares Outstanding 10 Juta lembar.
Diminta:
a) Berapakah EPS ?
b) Hitung DFL ?
c) Jika EBIT meningkat sebesar 50%, berapakah
peningkatan EPS ?
EXERCISE 4
Berikut Laporan Laba Rugi PT. KENCANA Tahun 2020 :
PT. KENCANA
LAPORAN LABA RUGI
TAHUN 2020 (DALAM JUTAAN RUPIAH)

Penjualan Bersih 500


Biaya Variabel 240
Pendapatan Sebelum Biaya Operasi dan Biaya Tetap 260
Biaya Tetap 130
Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) 130
Beban Bunga 30
Laba Sebelum Pajak (EBT) 100
Pajak 35% 35
Laba Setelah Pajak (EAT) 65
Exercise 4 Cont’d

Saudara diminta :
a) Jika Shares Outstanding 10.000.000 lembar,
hitung DOL, DFL dan DCL ?

b) Jika penjualan meningkat sebesar 20%,


berapakah EAT yang baru ? Bagaimanakah
pengaruhnya terhadap DOL, DFL dan DCL
yang baru ? Tunjukkan pengaruh tersebut !
Berikan Interpretasi terhadap DOL, DFL dan
DCL yang baru tersebut !
Exercise 4 Cont’d

c) Jika Top management PT. Kencana, merencanakan


akan mengganti fasilitas produksi yang bersifat Capital
intensive. Investasi tersebut mengakibatkan biaya
tetap menjadi Rp260 Juta. Sementara itu dengan
proses yang lebih baik akan menurunkan biaya
variabel menjadi Rp120 Juta. Jika investasi tersebut
akan dibiayai dengan mengeluarkan obligasi, beban
bunga akan meningkat menjadi Rp50 Juta. Namun jika
dipenuhi dengan modal sendiri, perusahaan harus
mengeluarkan 1 Juta lembar saham baru. Apabila
faktor lain konstan, berapa laba per lembar saham
(EPS) dan Degree of Combined Leverage (DCL)?
EXERCISE 5
 PT. Angkasa meramalkan penjualan sebesar
Rp300.000,. Harga jual per unit Rp10,- dengan
VC per unit adalah Rp6,- dan FC sebesar
Rp100.000,-. Saudara diminta :
a) Apa yang terjadi dengan EBIT jika ternyata
penjualan yang terjadi adalah 20% lebih
besar dari yang diperkirakan ?
b) Hitunglah DOL pada penjualan sebesar
Rp300.000,- ?
c) Interpretasi hasil perhitungan DOL pada
point b) tersebut ?
EXERCISE 6

 PT. Berdikari beroperasi dengan biaya tetap sebesar


Rp100.000,- VC per unit Rp50,- dan harga jual per unit
Rp100,-. Informasi lain biaya bunga sebesar Rp20.000,-
dan pajak 50%. Jumlah saham yang beredar sebanyak
10.000 lembar.
Diminta :
a) Hitunglah EBIT pada Q = 4.000 Unit ?
b) Hitunglah EPS ?
c) Hitunglah DFL pada EBIT = Rp100.000,- ?
d) Berikan interpretasi terhadap DFL pada Point c) ?

You might also like