You are on page 1of 7

TUGAS PELATIHAN BT&CLS SMART EMERGENCY

HARI KEDUA

NAMA :

NO.ABSEN :

INSTANSI :

Setelah mempelajari materi yang disampaikan pada sesi learning/online (physical


distanching), peserta Pelatihan Basic trauma and cardiac life support diharapkan mampu
menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini. Jawablah pertanyaan tersebut sesuai dengan
pendapat yang anda pahami setelah mengikuti pembelajaran. Setelah menjawab dan
menyelesaikan tugas, peserta wajib mengunggah melalui aplikasi system website
www.smartemergency.id pada hari Kedua sesuai deadline yang sudah tertera pada system
tugas peserta.
Note: (File yang diunggah berbentuk dokumen/PDF)

1. TRIAGE
Pada kondisi bencana ada istilah START, Jelaskan istilah tersebut dan cara pengaplikasian
dari Metode START tersebut..!!

Jawaban :
Metode Simple Triage and Treatment (START)
Metode START dikembangkan oleh rumah sakit Hoag dan Newpoirt Beach Fire
Departemen Amerika Serikat untuk menjadi penolong pertama yang bertugas untuk
memisahkan pasien pada korban musibah massal/bencana dengan waktu 60 detik atau bahkan
lebih cepat berdasarkan tiga pemeriksaan yaitu respirasi, perfusi (mengecek nadi radialis), dan
status mental (Lumbantoruan and Nazmudin, 2015, p. 141). Namun yang paling penting
diperhatikan adalah tidak diperkenankan melakukan tindakan terapi pada pasien yang akan
dilakukan triage. Akan tetapi yang paling utama yang harus dilakukan penolong triage adalah
memeriksa pasien secepat mungkin dan memisahkan pasien berdasarkan berat ringannya
cedera yang dialami. Apabila penolong lain sudah datang ke lokasi kejadian maka korban
akan dilakukan re-triage dengan pemeriksaan yang lebih lengkap untuk mengenali kegawatan
yang mungkin terjadi, evaluasi lebih lanjut, resusitasi, stabilisasi, dan trasfortasi. Re-tiage
dilakukan dengan menggunakan pemasangan label metag sistem. Pasien diberi label dengan
tujuan agar mudah dikenali oleh penolong lain saat tiba ditempat kejadian (Dewi, N, 2011,
pp. 4–5) kegawatannya sebagai berikut:
1. Korban kritis/immediate diberi label merah yang berarti kegawatan yang mengancam
nyawa (prioritas I). Dengan kriteria hasil pengkajian respirasi >30x/menit, Tidak ada nadi
radialis, Tidak sadar/tingkat kesadaran menurun.
2. Delay/tertunda diberi label kuning kegawatan yang tidak mengancam nyawa dalam waktu
dekat (prioritas 2) dengan hasil pengkajian respirasi <30x/menit, nadi teraba, status
mental normal.
3. Korban luka namun masih bisa berjalan diberi label hijau/tidak gawat penanganan masih
bisa ditunda (prioritas 3). Penolong akan memberikan instruksi verbal agar pasien dibawa
ke lokasi yang aman dan melakukan pengkajian trauma dan mengirim korban ke rumah
sakit.
4. Meninggal diberi label hitam/tidak memerlukan penanganan
Metode START dilakukan dengan dua tahap yakni:
1. Memberikan instruksi menggunakan loud speaker memerintahkan para korban yang
masih bisa berjalan segera meninggalkan lokasi kejadian dan mencari tempat yang lebih
aman. Namun jika korban mengeluh nyeri dan menolak untuk berjalan jangan dipaksa
untuk pindah tempat. Pasien yang dapat berjalan dikategorikan sebagai minor.
2. Pasien yang tidak dapat berdiri dan bergerak lakukan pengkajian singkat kurang dari satu
menit setiap pasien dan berikan label yang sesuai pada korban tersebut. Namun tugas
penolong adalah untuk menemukan pasien dengan label merah (immediate) yang
membutuhkan pertolongan segera, periksa setiap korban, perhatikan gangguan airway dan
breathing yang mengancam nyawa dan berikan label merah pada korban.

2. Initial Assessment
Sebutkan langkah-langkah dalam melakukan Initial Assessment..!! Jelaskan
Jawaban :

INITIAL ASSESSMENT/ PENGKAJIAN PRIMER


Suatu cara atau langkah-langkah yang digunakan untuk menilai hal-hal yang mengancam
nyawa napas pada kasus trauma dan bagaimana cara mengatasi dengan cepat dan benar.
Initial assessment dibagi menjadi dua fase, yaitu primary dan secondary assessment.

Primary Assessment

A : Jalan napas yang melindungi tulang leher (cervical spine) secara simultan pada napas
trauma.
B : Keefektifan bernapas.
C : Keefektifan sirkulasi.
D : Disability (pengkajian neurologi).
E : Exposure/ kontrol lingkungan.
Secondary Assessment

a. Difokuskan pada monitoring jantung dan pulsasi oksimetri yang berkelanjutan.


b. Berikan rasa nyaman
c. Kaji riwayat kesehatan secara singkat dan jelas

Komponen Initial Assessment


A. PRIMARY SURVEY
Obstruksi jalan napas dibedakan menjadi obstruksi jalan napas parsial (partial airway
obstruction) yang ditandai dengan suara napas stridor, gurgling (bunyi kumur-kumur),
wheezing dan obstruksi total (complete airway obstruction) bila tidak ada gerakan
pernapasan.
Sumbatan pada jalan napas ini sering disebakan karena :
a. depresi sistem saraf pusat
b. benda asing padat, cairan seperti sekresi pada jalan napas atas (darah atau muntah)
c. edema laring atau spasme laring
d. posisi kepala tertekuk (fleksi)
e. pangkal lidah jatuh ke belakang
f. kerusakan jalan napas karena rudapaksa

Jalan napas merupakan prioritas pertama. Penilaian pada jalan napas adalah menilai apakah
jalan napas terbuka, paten dan efektif. Pastikan udara menuju paru-paru tidak terhambat.
Apa yang harus saudara lakukan dalam pengkajian/penilaian:
a. Mengenal kepatenan jalan napas (inspeksi, auskultasi, palpasi)
b. Penilaian secara cepat dan tepat , apabila ada obstruksi saudara akan menemukan data
sebagai berikut:
1) Gurgling (bunyi kumur-kumur): menandakan adanya cairan pada jalan napas
2) Snoring (mengorok) : obstruksi pada jalan napas karena sumbatan pangkal lidah
3) Stridor : sumbatan karena “anatomis”

A. AIRWAY
Tindakan atau penatalaksanaan pada obstruksi jalan napas sangat tergantung pada tanda
dan gejala yang saudara temui.
a. Gurgling
Tindakan yang dilakukan :
1) Lakukan logroll ( miringkan)
2) Lakukan suction; bila cairannya banyak.
3) Finger sweep (bila ada bekas muntah, gumpalan darah di bagian mulut)

b. Snoring
1) Lakukan tindakan manual, yaitu :
a) Head tilt – chin lift
Dilakukan dengan control servikal in-line immobilisasi
Pada trauma TIDAK BOLEH dilakukan head tilt.
Dengan satu tangan di dahi korban, doronglah dahi ke belakang agar kepala dan mulut
sedikit terbuka (head tilt). Pertolongan dapat ditambah dengan mengangkat dagu (chin
lift)

b) Jaw thrust
Dengan kedua tangan kita, dagu korban diangkat sehingga deretan gigi rahang bawah
berada di depan deretan gigi rahang atas.
c) Bebaskan jalan napas sementara dengan cara : pasang oro/nasopharyngeal tube
Oropharyngeal airway merupakan cara pembebasan jalan napas yang mengalami
obstruksi partial pada napas yang tidak sadar.
Nasopharyngeal airway merupakan cara pembebasan jalan napas yang mengalami
obstruksi partial pada napas yang sadar.
c. Stridor/Crowing
Suara napas stridor dapat disebabkan oleh non trauma (karena benda asing, difteri) dan
trauma (adanya edema laring pada luka bakar, fraktur laring).
Karena aspirasi benda asing biasanya memerlukan tindakan pembebasan jalan napas
definitif oleh dokter, yaitu: pemasangan blind naso-tracheal, intubasi oro-tracheal,
krikotirodoitomi.

B : BREATHING
Penilaian berikut adalah pernapasan, jalan napas yang baik tidak selalu menggambakan
pernapasan/ ventilasi yang adekuat. Saudara harus mampu melakukan pengkajian
pernapasan pasien dengan cepat dan tepat. Dibawah ini dijelaskan bagaiman saudara
menilai dan pengelolaan yang tepat.

Pengkajian / Penilaian
a. Buka leher dan dada napas, dengan tetap memperhatikan control servikal in-line
immobilisasi.
b. Tentukan laju dan dalamnya pernapasan, tanda -tanda sianosis
Sumbatan jalan napas napas tidak sadar paling sering oleh pangkal lidah
c. Inspeksi dan palpasi leher dan toraks untuk mengenali kemungkinan terdapat deviasi
trakea, apakah dada mengembang secara simetris atau tidak, adakah pemakaian otot-otot
tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
d. Perkusi toraks untuk menilai adanya udara atau cairan di rongga pleura.
e. Auskultasi paru pada kedua sisi untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru.
Penatalaksanaan / Pengelolaan
a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi (non rebreathing mask 11-12 liter permenit)
b. Ventilasi dengan bag valve mask
c. Memasang pulse oksimetri
d. Bila tension pneumotoraks pasang needle toracosintesis
e. Menutup dengan kassa 3 sisi pada kasus open pneumotoraks
Evaluasi:
Pernapasan adekuat, frekuensi napas dalam batas normal, saturasi oksigen lebih dari 95%

C : CIRCULATION
Kehilangan cairan yang dapat disebabkan karena adanya perdarahan dapat
mengakibatkan gangguan hemodinamik yang merupakan penyebab utama terjadinya
kematian
Pengkajian / Penilaian
1. Identifikasi sumber perdarahan eksternal maupun internal.
2. Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus.
3. Tidak ditemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya
resusitasi masif segera. Frekuensi nadi yang cepat dan kecil dapat merupakan tanda
hypovolemia.
4. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis
5. Periksa tekanan darah.
Pengelolaan
6. Tinggikan pada area ekstermitas bawah 450
7. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal dan elevasi pada area yang
luka
8. Kenali perdarahan internal, observasi tanda -tanda adanya shock hypovolemi
9. Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
10. Pasang bidai untuk control perdarahan pada napas fraktur femur/ pelvis :.
11. Cegah hipotermia.
Evaluasi:
Napas memperlihatkan status cairan seimbang dengan kriteria frekuensi nadi dan
tekanan darah dalam batas normal, turgor kulit elastis, out put urine 5cc/kg BB /jam

D : DISABILITY
Pada penilaian disability adalah melakukan pengkajian keadaan neurologis secara cepat,
adapun yang dinilai adalah tingkat kesadaran pada modul ini kami menjelaskan tentang
GCS (Glasgow Coma Scale) yang terdiri dari motoric, verbal dan eyes.
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS, cara menilai GCS :
a. MOTORIK :
1) Mengikuti perintah nilai 6
2) Melokalisir nyeri nilai 5
3) Menjauh dari nyeri nilai 4
4) Fleksi abnormal nilai 3
5) Ekstensi abnormal nilai 2
6) Tidak ada respons nilai 1
b. VERBAL
1) Bicara biasa nilai 5
2) Bicara mengacau nilai 4
3) Hanya kata-kata nilai 3
4) Hanya suara nilai 2
5) Tidak ada respons nilai 1
c. EYE
1) Buka mata spontan nilai 4
2) Buka terhadap suara nilai 3
3) Buka mata terhadap nyeri nilai 2
4) Tidak buka mata nilai 1
2. Nilai pupil : ukuran (besarnya), bentuk (isokor atau tidak), reflex cahaya, dan awasi
tanda-tanda lateralisasi.
3. Evaluasi dan re-evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.

E: EXPOSURE/ENVIRONMENT
1. Buka pakaian napas, prinsipnya adalah untuk melihat apakah ada sumber perdarahan,
luka, penting diperhatikan jangan sampai napas kedinginan
2. Cegah hipotermia: beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang cukup
hangat.

B. SECONDARY SURVEY
a. Temperatur
Temperatur dipengaruhi oleh aktifitas, kondisi penyakit tertentu (seperti hipertiroid, dan
hipotiroid), terutama faktor-faktor lingkungan (seperti hipertermia, dan hipotermia),
inflamasi, infeksi, dan cidera.

b. Denyut Nadi
Denyut nadi adalah suatu indicator penting dari fungsi kardiovaskuler. Perubahan dalam
denyut nadi sering menjadi tanda awal peristiwa mekanisme kompensasi yang digunakan
untuk mempertahankan homeostasis. Dalam menilai denyut nadi meliputi laju denyut jantung,
dan irama (teratur atau tidak teratur), kualitas (normal, lemah, kecil, atau tidak ada denyut),
dan kesamaan denyut nadi perifer, dan sentral.

c. Respirasi
Penilaian respirasi meliputi laju/kecepatan, irama, kedalaman, dan usaha bernapas. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat terhadap laju dan pola pernapasan harus diukur 1 menit
penuh. Tanda dari bertambahnya usaha bernapas meliputi pernapasan cuping hidung, retraksi
suprasternal, intercostals, atau substernal, penggunaan otot bantu napas (otot abdomen dan
leher), dan adanya suara napas tambahan.

d. Saturasi oksigen
Pengukuran saturasi oksigen menggunakan pulse oximeter, merupakan hal yang penting
untuk melihat adanya gangguan respirasi atau hemodinamik, gangguan tingkat kesadaran,
atau penyakit/cedera yang serius.

e. Tekanan darah
Tekanan darah adalah sebagai parameter dari refleksi kontraktilitas jantung, denyut nadi,
volume sirkulasi, dan resistensi pembuluh darah perifer.

f. Kenyamanan
Nyeri merupakan komponen emosi dan fisiologis yang dikelompokkan menjadi nyeri akut
dan kronik. Keluhan nyeri yang sering disampaikan napas di unit gawat darurat. Nyeri akut
diklasifikasikan sebagai nyeri yang berlangsung secara singkat atau
lamanya dapat diperkirakan, memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi, dan akan mereda
ketika terjadi proses penyembuhan. Nyeri kronik akan bertambah parah dan semakin
meningkat intensitasnya bersamaan dengan berjalannya waktu, selanjutnya nyeri yang kronik
dibagi menjadi nyeri maligna dan nonmaligna. Tipe nyeri yang ditemukan UGD dapat
disebabkan karena kerusakan system saraf tepi atau pusat yang menunjukkan tipe nyeri
neuropatik, penyebab nyeri lain yaitu nyeri yang terjadi pada organ dalam dan sering menjalar
di sepanjang dermatom saraf dengan lokasi yang tidak jelas menunjukkan tipe nyeri visceral,
dan penyebab nyeri yang lainnya akibat inflamasi pada kulit atau jaringan yang dalam, atau
cedera tulang yang menunjukkan tipe nyeri somatik.

g. Head to toe (pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari kepala sampai dengan kaki)

3. Airway And Breathing Management


Dalam kasus Airway and Breathing sering kali ditemukan ganguan atau bahkan sumbatan
jalan nafas, dalam situasi pandemik Covid-19 saat ini apa yang menjadi poin penting ketika
anda berhadapan dengan pasien suspected / confirmed Covid-19 untuk menangani pasien
tersebut yang mengalami gangguan Airway and Breathing...? Jelaskan
Jawaban :
a. Menggunakan APD level 3
b. Pakai alat yang bisa disposible atau yang dapat disterilkan
c. Pada ruangan yang tekanannya negatif dibatasi orang yang ada diruangan dalam
melakukan tindakan
d. Gunakan teknik intubasi yang memaksimalkan keberhasilan intubasi dalam satu
kali percobaan
e. Intubasi endotrakeal harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih dan
berpengalaman

4. Syok Management
Pasien Ny. M mengalami kecelakaan umur 40 tahun, diketahui terdapat fraktur terbuka di
Femur, berat badan 60 kg, kesadaran menurun (Somnolen), HR 150 x/menit, akral dingin,
CRT 4 detik, RR 35 x/menit, TD 80/50 mmHg, kehilangan darah 2.000 cc.
Tolong jelaskan kategori Syok yang dialami oleh pasien teresebut, dan hitung berapa jumlah
cairan yang di butuhkan oleh pasien diatas berdasarkan Estimated Blood Loss (EBL)..?
Jawaban :

5. Trauma Capitis
Pada kasus Trauma Capitis atau Kepala, ada berapa tingkat kesadaran dan GCS..? Jelaskan
masing-masing poin-nya..!!
Jawaban :

6. Trauma Thorax and Abdoment


Pasien Tn. J diketahui umur 45 thn mengalami kecelakaan dan terdapat jejas di dada sebelah
kiri, terjadi peningkatan teknan JVP sebelah kiri, dan terjadi deviasi trakea kesebelah kanan,
RR 37 x/mnt, HR 125 x/mnt, TD 160/90 MmHg, pasien pucat, akral dingin, CRT 4 dtk, ada
jejas di Abdomen akibat trauma tumpul, dari data diatas pasien mengalami kasus trauma
dengan...? Jelaskan langkah-langkah yang anda lakukan..!!
Jawaban :

~ Selamat Mengerjakan ~

You might also like