You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-
sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan
tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495). Leukemia adalah neoplasma akut
atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi. Sifat
khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam
sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi
di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti
meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit (Reeves, 2001)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit leukimia?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan leukimia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit leukimia.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan leukimia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR TEORI
1.1 Definisi
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175). Leukimia adalah proliferasi
tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan
elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 ).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-
sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan
tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495). Leukemia adalah neoplasma akut
atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi. Sifat
khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam
sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi
di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti
meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit (Reeves, 2001).

1.2 Epidemiologi
a. Berdasarkan Orang
1) Umur
Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) di Amerika
Serikat, leukemia menyerang semua umur. Pada tahun 2008, penderita leukemia
44.270 orang dewasa dan 4.220 pada anak-anak. Biasanya jenis leukemia yang
menyerang orang dewasa yaitu LMA dan LLK sedangkan LLA paling sering
dijumpai pada anak-anak.
Menurut penelitian Kartiningsih L.dkk (2001), melaporkan bahwa di RSUD
Dr. Soetomo LLA menduduki peringkat pertama kanker pada anak selama
tahun 1991-2000. Ada 524 kasus atau 50% dari seluruh keganasan pada anak
yang tercatat di RSUD Dr. Soetomo, 430 anak (82%) adalah LLA, 50 anak
(10%) menderita nonlimfoblastik leukemia, dan 42 kasus merupakan leukemia
mielositik kronik (The Leukemia and Lymphoma Society, 2009).
2
Penelitian Simamora di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2004-2007
menunjukkan bahwa leukemia lebih banyak diderita oleh anak-anak usia <15
tahun khususnya LLA yaitu 87%. Pada usia 15-20 tahun 7,4%, usia 20-60 tahun
20,4%, dan pada usia >60 tahun 1,8%.

2) Jenis Kelamin
Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada laki-laki dibanding
perempuan. Pada tahun 2009, diperkirakan lebih dari 57% kasus baru leukemia
pada laki-laki.10 Berdasarkan laporan dari Surveillance Epidemiology And End
Result (SEER) di Amerika tahun 2009, kejadian leukemia lebih besar pada laki-
laki daripada perempuan dengan perbandingan 57,22%:42,77%.
Menurut penelitian Simamora (2009) di RSUP H. Adam Malik Medan,
proporsi penderita leukemia berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada laki-
laki dibandingkan dengan perempuan (58%:42%).

3) Ras
IR di negara barat adalah 4 per 100.000 anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Angka kejadian terendah terdapat di Afrika (1,18-1,61/100.000) dan tertinggi di
antara anak-anak Hispanik (Costa Rica 5,94/100.000 dan Los Angeles
5,02/100.000). IR ini lebih umum pada ras kulit putih (42,1 per 100.000 per
tahun) daripada ras kulit berwarna (24,3 per 100.000 per tahun) (Soegiyanto,
2004).
Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009), leukemia
merupakan salah satu dari 15 penyakit kanker yang sering terjadi dalam semua
ras atau etnis. Insiden leukemia paling tinggi terjadi pada ras kulit putih (12,8
per 100.000) dan paling rendah pada suku Indian Amerika/penduduk asli Alaska
(7,0 per 100.000).

b. Berdasarkan Tempat dan Waktu


Menurut U.S. Cancer Statistics (2005) terdapat 32.616 kasus leukemia di
Amerika Serikat, 18.059 kasus diantaranya pada laki-laki (55,37%) dan 14.557
kasus lainnya pada perempuan (44,63%). Pada tahun yang sama 21.716 orang
meninggal karena leukemia (CFR 66,58%).
3
Berdasarkan laporan kasus dari F. Tumiwa dan AMC. Kaparang (2008)
menyebutkan bahwa IR tertinggi LMK terdapat di Swiss dan Amerika (2 per
100.000) sedangkan IR terendah berada di Swedia dan Cina (0,7 per 100.000).
LMK merupakan leukemia kronis yang paling sering dijumpai di Indonesia yaitu
25-20% dari leukemia. IR LMK di negara barat adalah 1-1,4 per 100.000 per
tahun. Berdasarkan data dari International Pharmaceutical Manufacturers Group
(IPMG) penderita leukemia pada anak-anak di RSK Dharmais terus bertambah
setiap tahunnya. Pada tahun 2007 terdapat 6 kasus leukemia pada anak dan pada
tahun 2008 bertambah menjadi 16 kasus (Depkes RI, 2007). Di RSUP H. Adam
Malik Medan pada tahun 2004 terdapat 30 penderita (18,52%), tahun 2005 terdapat
39 penderita (24,07%), tahun 2006 terdapat 35 penderita (21,61%) dan pada tahun
2007 terdapat 58 penderita (35,8%) (Simamora, 2009).

1.3 Klasifikasi
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan
tipe sel asal yaitu :
1) Leukemia akut
Leukimia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang
disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain.32 Leukemia akut memiliki
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata
dalam 4-6 bulan
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi
dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan
organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.LLA lebih
sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%).Insiden
LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan
sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama
diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.

b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)

4
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang
akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi. LMA atau Leukemia Nonlimfositik
Akut (LNLA) lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan
anak-anak (15%).Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai
3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal
dalam 3 sampai 6 bulan

2) Leukemia kronik
Leukimia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
Adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).
Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang
berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK cenderung
dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia 50
sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.

b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)


Adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang.34 LGK/LMK
mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia
pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom
philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK. Sebagian besar
penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang
disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit,
biasanya berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit
dan sel darah merah yang amat kurang.

1.4 Etiologi
Penyebab (etiologi) leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, seperti:
5
a. Radiasi
Radiasi dapat meningkatkan frekuensi LMA dan LMA. Tidak ada laporan
mengenai hubungan antara radiasi dengan LLK. Beberapa laporan yang
mendukung :
1. Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia
2. Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia
3. Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima
dan Nagasaki, Jepang
b. Faktor Leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat mempengaruhi
frekuensi leukemia:
1. Racun lingkungan seperti benzena
2. Bahan kimia industri seperti insektisida
3. Obat untuk kemoterapi
c. Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia
feline, HTLV-1 pada dewasa.
d. Neoplasia
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain,
misalnya proliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologis sel dan
infiltrasi organ. Lebih dari itu kelainan sum-sum kronis lain dapat berubah
bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera,
mielosklerosis atau anemia aplastik.
e. Infeksi
Leukemia pada tikus dan unggas dapat ditransnamsi oleh filtrate bebas
sel. Partikel virus dapat ditunjukkan dengan mikroskop elektron. Pada manusia
terdapat bukti kuat untuk etiologi baik pada satu jenis leukemia / limfoma sel T
dan pada limfoma burkit.
f. Keturunan
Ada laporan beberapa kasus yang terjadi pada satu keluarga dan pada
kembar identik ada insiden yang meningkat pada beberapa penyakit kerediter,
khususnya sindroma down (dimana leukemia terjadi dengan peningkatan

6
frekuensi 20 – 30 kali lipat) anemia panca sindroma down dan ataksia –
talangiektasia.

1.5 Patofisiologi
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat.
Normalnya, produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan
tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan
membelah diri sampai ke tingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik).
Proliferasi neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat radiasi,
virus onkogenik, maupun herediter. 

Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum


tulang. Sedangkan limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen
(kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam
sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka
dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat
radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang
berlebihan dan imatur. Pada kasus AML, dimulai dengan pembentukan kanker pada
sel mielogen muda (bentuk dini neutrofil, monosit, atau lainnya) dalam sumsum
tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel-sel darah putih
dibentuk pada banyak organ ekstra medula.

Sedangkan secara imunologik, patogenesis leukemia dapat diterangkan


sebagai berikut. Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang
mempunyai struktur antigen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk
ke dalam tubuh manusia dan merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur
antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia tersebut, maka virus mudah
masuk. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka
virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini terbentuk dari struktur antigen dari
berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan
tubuh atau HL-A (Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-A diturunkan menurut
hukum genetik, sehingga etiologi leukemia sangat erat kaitannya dengan faktor
herediter. Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah
yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme (terjadi
7
granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di
sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah
tulang.  Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri
akibat pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah
akibat leukemia meningeal.

1.6 Pathway

Sel masenkim
Stem cell, sel retukuler

Sumsum tulang Sel blast Jaringan


mieloblast mieloid

Proliferasi
SDP immatur

Mekanisme
Akumulasi
imun terganggu

Resiko infeksi
Infiltrasi

Hati Tulang Limfa

hepatomegali
al

Nyeri Gangguan
nutrisi

8
1.7 Tanda dan gejala
a. Pilek tak sembuh-sembuh
b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c. Demam, anoreksia, mual, muntah
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
f. Nyeri tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Hepatosplenomegali, limfadenopati
i. Abnormalitas WBC
j. Nyeri kepala
1.8 Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap (CBC).
b. Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP.
c. Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum
d. Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% sel blast memperkuat diagnosis.
e. Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang.
f. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik
g. Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.

1.9 Penatalaksanaan
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang
diberikan pada anak. Proses remisi induksi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi,
konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak
menerima berbagai agens kemoterapi untuk menimbulkan remisi. Periode intensif
diperpanjang 2-3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan
sistem syaraf pusat dan oragan vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa
tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai
untuk leukemia anak-anak adalah prednison, vinkristin, asparaginase, metrotreksat,
merkaptopurin, sitarabin, alopurinol, siklofosfamid, dan daunorubisin

9
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian fokus
a. Demografi
- Usia : terjadi pada anak berusia dibawah 15 tahun dengan insidensi tertinggi
pada umur 4 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan
- Ras : pada kasus tertentu lebih banyak pada anak kulit putih
- Lingkungan banyak terpapar pada zat radioaktif dan bahan kimia.

b. Riwayat kesehatan
- Riwayat penyakit dahulu
- Riawayat kelainan kromosom (sindrom down)
- Riwayat infeksi
- Riwayat penyakit keluarga : faktor ras, keluarga dan genetika

c. Data fokus
- Aktivitas : kelelahan, malaise, kelemahan otot dan somnolen
- Sirkulasi : palpasi, takikardia, membran mukosa pucat
- Eliminasi : diare, nyeri tekan perianal, darah pada urin, penurunan haluan urin
dan feces hitam
- Integritas ego : perasaan tidak berdaya, depresi, menarik diri, ansietas dan
takut
- Makanan / cairan : anoreksia, muntah, BB turun, distensi abnormal, disfagia
dan perubahan rasa
- .Neurosensori : disorientasi, pusing, parestesi dan kesemutan
- Nyeri : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri sendi dan kram otot
- Pernafasan : nafas pendek dengan kerja minimal , dispnea, batuk, ronkhi dan
penurunan bunyi nafas
- Keamanan : pendarahan tak terkontrol, demam purpura, pendarahan gusi,
pembesaran nodus limfe, limfa atau hati
- Seksualitas : perubahan libido, aliran menstruarsi
-
10
d. Pemeriksaan fisik
- Palpitasi, mukosa pucat
- Penurunan BB
- Penurunan bunyi usus
- Splenomegali, hepatomegali
- Penurunan kesadaran
- Nyeri abdomen, nyeri sendi
- Pendarahan spontan
- Purpura, kemerahan

e. Pemeriksaan penunjang
Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang
dari 10.000/mm3 saat di diagnosis memiliki prognosis paling baik, jumlah
leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada
sembarang umur
- Hemoglobin : kurang dari 10 gr/100 ml
- Retikulosit : jumlah biasanya rendah
- Trombosit : <50.000/mm
- SDP : >50.000/cm dengan peningkatan SDP immatur
- PTT : memamnjang
- Asam urat serum : mungkin meningkat
- Copper serum : meningkat
- Zink serum : menurun
(Dongoes, 1999)
Pemeriksaan lainnya yaitu : fungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susana
saraf pusat, foto thoraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum, aspirasi
sumsum tulang ditemukannya 25% sel blast memperkuat diagnosis, pemindahan
tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang, pemindaian
ginjal, hati, limfa untuk mengkaji infiltrat leukemik, jumlah trombosit
menunjukkan kapasitas pembekuan (Bezt, 2002)

11
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

b. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. NIC NOC


DX
Setelah dilakukan tindakan a. Pantau suhu dengan teliti
1.
keperawatan 2X24 jam diharapkan
b. Berikan periode istirahat
pasien dapat memenuhi kriteria hasil :
tanpa gangguan
1.Anak tidak mengalami gejala-gejala
c. Anjurkan semua keluarga
infeksi
ntuk menggunakan teknik
mencuci tangan dengan baik

d. Berikan antibiotik sesuai


ketentuan

Setelah dilakukan tindakan a. Mengkaji tingkat nyeri


2.
keperawatan selama 2X24jam dengan skala 0 sampai 5
diharapkan pasien dapat memenuhi
b. Lakukan teknik pengurangan
kriteria hasil :
nyeri non farmakologis yang
pasien tidak mengalami nyeri atau tepat
nyeri menurun sampai tingkat yang
c. Berikan obat-obat anti nyeri
12
secara teratur
dapat diterima anak
d. Kolaborasi dengan tim
medis lainnya

Setelah dilakukan tindakan a. Pantau status nutrisi


3.
keperawatan 2X24 jam diharapkan
b. Berikan makanan yang
pasien dapat memenuhi kriteria hasil :
disertai suplemen nutrisi gizi
1. Nutrisi menjadi adekuat
c. Jelaskan pada keluarga
faktor pencetus mual dan
muntah

d. Kaloborasi dengan ahli gizi


dalam pemenuhan protein
yang mengalami
ketidakadekuatan tentang
asupan protein.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
Epidemiologi nya mencakup :
1) Di Afrika, 10-20% penderita LMA memiliki kloroma di sekitar orbita mata
2) Di Kenya, Tiongkok, dan India, LMK mengenai penderita berumur 20-40
tahun
3) Pada orang Asia Timur dan India Timur jarang ditemui LLK.
4) Penderita sindrom Down memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar
dari orang normal.

B. Saran
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan ajar untuk penyusunan
berikutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.dkk. 2009. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarata:EGC


Doenges, Marilynn E.dkk.2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta: EGC.
Engram, Barbara.2008. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol:2.Jakarta:EGC
Mansjoer.dkk.2010. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Jakarta:FKUI
Ngastiyah.2007. Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran.Jakarta:EGC

15

You might also like