Professional Documents
Culture Documents
Gas Alam
Gas Alam
Disusun Oleh:
Riyanti Nur Malina
1009055027
Pembimbing:
Novy Pralisa Putri, S. T., M. Eng
Ferry Adhi Perdana
PT BADAK LNG
Bontang – Kalimantan Timur
Periode : 01 April 2014 s.d. 20 Mei 2014
Oleh :
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Feed gas yang bebas CO2 dialirkan ke Drier Precooler 4E-10 untuk
didinginkan hingga temperatur 19oC dengan propane sebagai media pendingin.
Pendinginan feed gas mengakibatkan sebagian uap air dan hidrokarbon berat yang
masih terkandung dalam feed gas akan terkondensasi. Aliran ini kemudian
dimasukkan ke kolom Drier Separator Decantor 2C-1 untuk memisahkan air dan
kondensat hidrokarbon dari feed gas. Temperatur masukan dari kolom 2C-1 harus
dijaga pada temperatur 19oC, feed gas dengan suhu terlalu panas akan
menyebabkan air yang terdapat dalam feed gas tidak terkondensasi sehingga
menambah beban kerja pada Drier 2C-2A/B/C. Sedangkan aliran feed gas yang
terlalu dingin akan mengakibatkan terbentuknya hidrat antara hidrokarbon dan air
di 2C-1 yang akan menghambat aliran. Feed gas dari 2C-1 kemudian dialirkan ke
Pada Plant-2 terdapat tiga buah kolom Drier yang dioperasikan secara
bergantian, 2 unit dioperasikan sedangkan satu unit lainnya akan diregenerasi.
Drier akan diregenerasi ketika hasil uji terhadap sampel aliran keluar Drier
menunjukkan kadar H2O dalam aliran sudah mendekati 0,5 ppm, dan proses
penghilangan H2O dalam feed gas akan diswitch ke Drier yang sudah stand by.
Proses regenerasi bertujuan untuk menghilangkan kandungan H2O yang
tertahan pada molecular sieve ketika proses pengeringan feed gas. Proses
regenerasi memanfaatkan feed gas yang sudah bebas H2O, untuk menjadi gas
pengering (gas panas) molecular sieve. Proses regenerasi terdiri dari beberapa
tahap diantaranya :
Tahap heating, dengan mengalirkan gas panas bersuhu sekitar 244oC dari
bawah kolom dengan laju alir sekitar 40 kNm3/h selama 420 menit. Gas panas ini
berasal dari sebagian gas keluaran 2C-2 yang dipanaskan dengan HP Steam di 2E-
7. Air yang teradsorbsi oleh molecular sieve akan teruapkan bersama hidrokarbon
berat dan keluar bersamaan dengan aliran gas panas dari bagian atas kolom.
Tahap cooling, dilakukan dengan mengalirkan gas yang tidak dipanaskan
kurang lebih selama 150 menit sampai temperatur turun menjadi 20oC. Kolom
perlu didinginkan agar siap digunakan kembali untuk menyerap air dari feed gas,
karena proses adsorbsi akan lebih efisien pada temperatur rendah.
Perpindahan panas terjadi jika terjadi kontak antara 2 aliran atau lebih yang
memiliki perbedaan temperatur. Perbedaan temperatur menjadi driving force dari
proses perpindahan panas. Panas akan berpindah dari aliran yang bertemperatur
tinggi ke temperatur rendah. Pada proses regenerasi Drier dibutuhkan aliran gas
panas untuk menguapkan kandungan H2O yang terdapat pada molecular sieve.
Gas panas yang digunakan diambil dari alian feed gas keluaran kolom 2C-2. Feed
gas keluaran kolom 2C-2 memiliki temperatur sekitar 20,56oC sehingga perlu
dilakukan peningkatan temperatur terhadap feed gas agar dapat digunakan dalam
proses regenerasi. Temperatur feed gas ditingkatkan hingga mencapai 243,3oC
dengan memanfaatkan perpindahan panas dari High Pressure Steam. Proses
perpindahan panas antara High Pressure Steam dengan feed gas berlansung pada
Heat Exchanger 2E-7.
Heat Exchanger digunakan untuk berbagai kepentingan dan kegunaannya
yang paling esensial adalah untuk mendinginkan atau memanaskan suatu fluida.
Selain itu digunakan pula untuk evaporasi atau kondensasi, untuk menyimpan
Riyanti Nur Malina / 1009055027
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman
Samarinda 10
panas yang terbentuk dari reaksi kimia atau reaksi pembakaran, sterilisasi,
pasteurisasi, fraksionasi, distilasi, kristalisasi, dan lain-lain. Persamaan umum
untuk menyatakan jumlah kalor yang dipindahkan dari fluida pada alat penukar
kalor dinyatakan dengan persamaan :
Dimana :
Q = Panas yang berpindah dari fluida panas ke fluida dingin, W
A = Luas permukaan perpindahan panas, m2
U = Koefisien perpindahan panas keseluruhan, W/ m2 oC
ΔTM = Perbedaan temperatur rata-rata, oC
Penukar kalor banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan di
industri. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari sering dipergunakan
peralatan masak memasak yang semuanya sebenarnya merupakan alat penukar
kalor. Di dalam mobil maupun alat transportasi lainnya banyak dijumpai radiator
maupun alat pengkondisi udara kabin, yang keduanya juga merupakan penukar
kalor. Di industri, banyak sekali peralatan penukar kalor seperti ketel uap (boiler),
pemanas lanjut (super heater), pendingin oli pelumas (oil cooler), kondenser
(condenser), dan lain-lain. Khusus untuk industri semen, sebenarnya peralatan
utama produksi seperti suspension Preheater, calciner, kiln, dan cooler sebenarnya
juga merupakan alat penukar kalor. Selain itu masih banyak penukar kalor untuk
fungsi lainnya yang dipergunakan dalam industri semen seperti pendingin minyak
pelumas, pendingin udara untuk kebutuhan jet pulse filter, dan lain sebagainya.
Jika ditinjau dari fungsinya, semua penukar kalor sebenarnya sama
fungsinya yaitu menukarkan energi yang dimiliki oleh suatu fluida atau zat ke
fluida atau zat lainnya. Perlu dicatat di sini bahwa fluida atau zat yang saling
ditukarkan energinya tersebut dapat merupakan fluida atau zat yang sama namun
berbeda temperaturnya. Sebagai contoh dalam hal penukar kalor yang berfungsi
untuk mendinginkan minyak pelumas gearbox dengan pendingin air, ini berarti
bahwa penukar kalor tersebut berfungsi memindahkan energi yang dimiliki oleh
minyak pelumas ke air pendinginnya, sehingga air tersebut menerima energi dari
minyak pelumas yang ditandai dengan kenaikan temperaturnya. Sedangkan bagi
Riyanti Nur Malina / 1009055027
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman
Samarinda 11
minyak pelumas yang memberikan energinya ke air akan mengalami penurunan
temperaturnya sehingga kekentalannya dan sifat melumasinya akan menjadi lebih
baik dan dapat dipergunakan untuk melumasi kembali. Dalam kasus seperti ini
seolah-olah penukar kalor hanyalah merupakan tempat berlangsungnya transfer
energi dari minyak pelumas menuju air pendingin.
Standar yang banyak dipergunakan dalam masalah penukar kalor ini yaitu
TEMA (Tubular Exchanger Manufacturer Association) yaitu suatu asosiasi para
pembuat penukar kalor di Amerika dan ASME (American Society of Mechanical
Engineers). TEMA lebih banyak membahas mengenai jenis penukar kalor,
metode perhitungan kinerja dan kekuatannya (proses perancangan), istilah bagian-
bagian dari penukar kalor (parts), dan dasar pemilihan dalam aplikasi penukar
kalor dalam kehidupan sehari-hari khususnya di industri. Sedangkan ASME lebih
memuat masalah prosedur dasar bagaimana membuat penukar kalor serta standard
Susunan tube di dalam shell tidak dapat saling berdekatan satu sama
lain, karena jarak yang saling berdekatan antara satu tube dengan tube lain
secara struktural akan mengurangi kekuatan tube sheet. Tube umumnya
Selain jenis seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.4 untuk tipe
tabung dan pipa masih ada jenis lain yang banyak pula dipergunakan di
industri yaitu tipe pipa U (U tube type) seperti diperlihatkan pada Gambar
2.5 dan tipe dua pipa (double pipe type) seperti diperlihatkan pada Gambar
2.6. Pada jenis yang terakhir ini setiap tabung berisi berkas pipa masing-
masing.
Fluida yang dipertukarkan energinya dalam penukar kalor tipe tabung
dan pipa ini dapat berwujud cair dan cair atau cair dan gas, atau cair dan cair
dalam proses perubahan fasa menjadi gas.
Gambar 2.7. Penukar Kalor Tipe Pipa Bersirip (Fins and Tube)
Orifice baffle
Hanya dapat dipakai pada design khusus. Disususn dari plate bulat
yang dilubangi untuk tempat tube dengan clearance 1/16’’ – 1/8’’. Fluida
mengalir melalui sela-sela tube.
METODOLOGI
Kemudian dapat dihitung operating cost yang telah dilihat pada tabel di atas
dengan persamaan :
1 Ton = 3. 12 USD
Sehingga saving kebutuhan steam masuk di E2E – 7, yaitu :
Saving kebutuhan steam masuk = basis – operating cost
Asumsi basis yang digunakan dalam hal ini adalah operating cost pada
temperatur 260oC yaitu sebesar 30, 8883 Ton/h, karena pada temperatur ini
temperatur dry gas masuk = temperatur dry gas keluar sehingga
kemungkinan transfer pans yang terjadi sangat kecil.
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah :
1. Heat Exchanger pada Train A dapat digunakan sebagai Preheater pada
Train E
2. Suhu optimum pada gas regenerasi outlet Preheater adalah 55oC
3. Pada suhu optimum yaitu 55oC di dapatkan saving kebutuhan steam masuk
pada Heat Exchanger di Train E yang besar sebesar 28 USD/h
5.2. Saran
Heat Exchanger pada Train A dapat dijadikan sebagai Preheater di Train E
karena saving kebutuhan steam yang sangat besar pada suhu optimum 55oC dan
juga perlu adanya studi tambahan untuk mengevaluasi secara dinamis pada
temperatur keluaran drier terhadap saving kebutuhan steam.
Kern, D.Q., 1965,” Process Heat Transfer”, Mc. Graw Hill Book Company, New
York. International Student Edition.
Coulson, J.H, and Richardson, J.F., 1989, “Chemical Engineering, An Introducing
to Chemical Engineering Design”, vol. 6, Pergamon Press, Oxford.
Putera, Yurico, 2013, “Laporan Kerja Praktik Badak LNG”, Bontang: Badak
LNG.