You are on page 1of 8

1

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KASAR DAN FRAKSI EKSRTRAK ETANOL


Hibiscus sabdariffa L. TERHADAP Escherechia coli DAN Staphylococcus aureus
Ossy Saskia Pratama, Fitria Nugraha Aini, Rio Risandiansyah*
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang

ABSTRAK
Pendahuluan: Hibiscus sabdariffa L. mempunyai kandungan komponen aktif agen antibakteri. Namun, belum ada yang
menguji dengan metode fraksinasi berdasarkan pelarut dengan polaritas berbeda serta dibandingkan dengan ekstrak kasarnya.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membandingkan efektivitas ekstrak kasar dengan fraksi N-heksana, fraksi Etil-Asetat
serta fraksi air Hibiscus sabdariffa L pada Escherechia coli serta Staphylococcus aureus.
Metode: Percobaan ini dikerjakan secara in vitro. Simplisia diekstraksi secara maserasi dengan etanol 96% dan dilakukan
fraksinasi cair-cair dengan pelarut N-heksana, Etil-Asetat serta air dengan rasio (1:1). Selanjutnya dilakukan uji zona hambat
menggunakan metode Kirby-Bauer pada bakteri E. coli serta S. aureus pada dosis 100.000 ppm. Uji fitokimia dilakukan
secara kualitatif terhadap ekstrak kasar (EK), fraksi N-heksana (FH), fraksi Etil-Asetat (FE) serta fraksi air (FA).
Hasil: EK mempunyai kandungan metabolit sekunder dari golongan flavonoid, triterpenoid dan saponin, FH dan FE hanya
ditemukan dari golongan triterpenoid sedangkan pada FA ditemukan dari golongan flavonoid dan triterpenoid. Berdasarkan
hasil uji ZOI dimana memiliki perbedaan yang signifikan. Efektivitas antibakteri terkuat hingga tidak mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap E. coli berturut-turut adalah FA (9,67 ± 0,95mm), EK (9,61 ± 1,43mm), FE (8,44 ± 0,41mm) dan FH
(tidak mempunyai aktivitas antibakteri) sedangkan terhadap S. aureus berturut-turut adalah FA (9,51 ± 0,82mm), FE (8,51 ±
0,84mm), FH dan EK (tidak mempunyai aktivitas antibakteri).
Kesimpulan: EK, FH, FE kelopak bunga Rosella pada dosis 100.000 ppm mempunyai daya hambat lebih rendah
dibandingkan dengan FA pada E. coli dan S. aureus.
Kata Kunci: Antimikroba; Hibiscus sabdariffa L.; Fraksinasi.

*Penulis Korespondensi:
Rio Risandiansyah, S.Ked., M.P., Ph.D
Jl. M,.Haryono 193 Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia, 65145
e-mail: riorisandiansyah@unisma.ac.id

ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF CRUDE EXTRACT AND FRACTION ETHANOL EXTRACT OF


Hibiscus sabdariffa L. AGAINST Escherechia coli AND Staphylococcus aureus
Ossy Saskia Pratama, Fitria Nugraha Aini, Rio Risandiansyah*
Faculty of Medicine, University of Islam Malang

ABSTRAK
Background: Hibiscus sabdariffa L. contain compound that have antibacterial activity. However, no one has tested with the
fractionation method based on solvents with different polarities and compared with the crude extract. The aim of research is
compare effectiveness crude extract with N-hexane fraction, Ethyl-Acetate fraction and water fraction of Hibiscus sabdariffa
L. against Escherechia coli and Staphylococcus aureus.
Method: This research was conducted in vitro. Flower petals of Roselle extracted by maceration method using ethanol 96%
and liquid-liquid fractination was carried out using N-hexane solvents, Ethyl-Acetate and water with ratio (1:1). Furthermore,
the inhibition zone test using the Kirby-Bauer method against E. coli and S. aureus at a dose of 100.000 ppm. Phytochemical
tests were carried out qualitatively on crude extract (EK), N-hexane fraction (FH), Ethyl-Acetate fraction (FE) and water
fraction (FA) of Rosella petals.
Result: EK contains active compounds from the flavonoid, triterpenoid and saponin, FH or FE only found from the
triterpenoid group while in the FA found from the flavonoid and triterpenoid groups. Based on the results of ZOI test there is a
significant difference. The strongest antibacterial effectiveness to no antibacterial activity against E. coli respectively the FA
(9,67 ± 0,95mm), EK (9,61 ± 1,43mm), FE (8,44 ± 0,41mm) and FH (no antibacterial activity) while against S. aureus
respectively the FA (9,51 ± 0,82mm), FE (8,51 ± 0,84mm), FH and EK (no antibacterial activity).
Conclusion: EK, FH and FE of Roselle petals at a dose of 100.000 ppm had lower inhibition compared to the FA in inhibiting
E. coli and S. aureus.
Keyword: Antimicroba; Hibiscus sabdariffa L.; Fractination.

*Corresponding author:
Rio Risandiansyah,S,Ked., M.P., Ph.D
Jl. MT. Haryono 193 Malang City, East Java. Indonesia, 65145
email: riorisandiansyah@unisma.ac.id
2

PENDAHULUAN METODE
Infeksi masih menjadi kasus yang perlu Jenis Penelitian
diwaspadai di negara maju maupun negara Percobaan ini dikerjakan secara in vitro
berkembang. Infeksi dapat dikarenakan bakteri untuk melihat daya hambat fraksi ekstrak etanolik
yang mempengaruhi berbagai sistem organ.11 kelopak bunga Rosela terhadap bakteri
Bakteri yang sering menginfeksi dan termasuk Escherechia coli dan Staphylococcus aureus.
penyebab penyakit menular tersering yakni diare Pengambilan ekstrak dengan maserasi kinetik
yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.3 dengan etanol lalu dilanjutkan fraksinasi cair-cair
Kejadian diare tahun 2015 sampai dengan 2019 memakai pelarut n-heksana, etil asetat dan air.
termasuk dalam 10 besar penyakit pada semua Pada penelitian ini juga dilakukan uji ZOI
umur. Secara nasional, pada tahun 2018 kasus menggunakan metode difusi cakram.
diare pada balita adalah 75,88% dengan frekuensi
tertinggi di Nusa Tenggara Barat, diikuti oleh DKI BAHAN DAN ALAT PENELITIAN
Jakarta dengan 68,54% dan Jawa Barat dengan Bahan Penelitian
angka 46,35%, peringkat kesembilan.14 Simplisia diperoleh dari Laboratorium
Bakteri E. coli dapat hidup di saluran Herbal Materia Medica Batu. Escherechia coli
intestinal manusia. Sering ditemukan kasus diare serta Staphylococcus aureus diperoleh di
yang dikarenakan oleh E. coli. Staphylococcus Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran
aureus juga termasuk flora normal yang biasa Universitas Islam Malang. Keperluan lain; etanol
ditemukan di daerah hidung dan kulit. Beberapa 96%, N-heksana, etil-asetat, aquades, kertas saring,
penyakit karena S. aureus selain diare adalah kertas alumunium, cmc 0,1 %, agar powder,
impetigo, mastitis, meningitis dan pneumonia.18 Mueller Hinton Broth (MHB), normal saline 0,9%,
Antibiotik merupakan obat penting dalam blank disk.
menyembuhakn infeksi. Namun, pemakaian yang
ilegal dalam jangka panjang dapat menyebabkan Alat Penelitian
terjadinya resistensi terhadap suatu antibiotik. Neraca digital, pipet, gelas ukur, beaker glass,
Dimana saat resistensi ini pemberian antibiotik corong buchner, spatula, shaker, vacum rotary
dalam dosis normal tidak dapat mencegah evaporator, oven, corong pisah, famehood,
pertumbuhan bakteri.15 Terjadinya peningkatan autoclave, botol schoot, sendok stainless, ose,
resistensi bakteri dapat dibuktikan dengan bunsen, vortex mixer, tabung reaksi, cuvette,
munculnya Extended Spectrum B-lactamase inkubator, jangka sorong.
(ESBL) yang dihasilkan oleh E. coli yang dapat
mengakibatkan resistensi berbagai jenis antibiotik TAHAPAN PENELITIAN
golongan penisilin, sefalosporin dan aztreonam. Determinasi
Ditemukan juga Methicilin Resistant Tanaman Rosella yang diteliti perlu
Staphylococus aureus (MRSA). Salah satu solusi dilakukan identifikasi guna mendapat kebenaran
permasalahan resistensi adalah dengan identitas tanaman dan menghindarkan tanaman
menemukan obat alternatif yang mempunyai tercampur dengan tanaman lain. Identifikasi
senyawa aktif sebagai antibakteri atau yang dapat tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
dikombinasikan dengan antibiotik untuk dilakukan di Laboratorium Herbal Materia Medika
memaksimalkan fungsinya sebagai antibakteri.1 Batu.
Penelitian terbaru menyatakan beberapa
tanaman herbal mempunyai senyawa aktif yang Ekstraksi Kelopak Bunga Rosela Menggunakan
dapat digunakan sebagai antibakteri, salah satu Maserasi Kinetik.
diantaranya ialah Hibiscus sabdariffa L. (Rosella). Ekstraksi menggunakan maerasi kinetik
Banyak penelitian yang membuktikan adanya yang dilakukan dengan beberapa alat yaitu neraca
aktivitas antibakteri pada kelopak bunga Rosella. digital, shaker, spatula, corong buchner dan tabung
Namun, belum ada yang menguji dengan metode erlenmeyer, vacuum rotary evaporator dan oven.
fraksinasi berdasarkan tiga pelarut dengan Simplisia Rosella diambil 100 gram dan
polaritas yang berbeda serta dibandingkan dengan ditempatkan pada tabung Erlenmeyer, lalu diberi
ekstrak kasarnya. pelarut etanol 96% menggunakan perbandingan
Menurut penjelasan tersebut, percobaan ini 1:5 (w/v). Selanjutnya diaduk menggunakan
akan melakukan isolasi parsial kandungan aktif spatula lalu dimasukkan ke dalam shaker. Maserasi
ekstrak etanolik kelopak bunga Rosela dikerjakan sebanyak dua kali menggunakan
menggunakan cara fraksinasi dengan tiga pelarut perbandingan yang sama. Hasil ekstraksi
yang memiliki kepolaran. Daya hambat diuji dukumpulkan lalu dipekatkan menggunakan
dengan metode Kirby Bauer. vacum evaporator dengan suhu 60oC memakai
kecepatan 50 rpm selama 5 jam sampai
3

mengental. Selanjutnya diletakkan pada oven positif menunjukkan adanya perubahan biru
menggunakan suhu 50 oC selama 3-4 hari sampai hingga hijau.7
didapatkan hasil kering kemudian ditimbang.
Uji Daya Hambat Dengan Difusi Cakram
Pembuatan Fraksi Ekstrak Etanol Kelopak Kirby-Bauer.
Bunga Rosella. Dikerjakan menggunakan cara difusi
Fraksinasi cair-cair yang dikerjakan cakram. Dimana larutan bakteri disamakan
dengan corong pisah, labu erlenmeyer, gelas ukur, menggunakan standart McFarland
dan beaker glass. (1,5x108CFU/mL) lalu dioleskan pada media agar
Ekstrak etanol kering dilarutkan dengan siap pakai. Blank disk yang sudah ditetesi masing-
air hangat sampai mencapai 200.000 ppm. Ekstrak masing sample yaitu ekstrak kasar, fraksi N-
etanol dimasukkan lalu dipartisi menggunakan heksana, fraksi etil-asetat serta fraksi air pada dosis
pelarut n-heksana kemudian dikocok dan 100.000 ppm ditempatkan diatas media padat lalu
dibiarkan menjadi 2 layer. Layer atas merupakan didiamkan sehari semalam dengan suhu 37℃,
n-heksana serta layer bawah adalah air. Bagian n- Selanjutnya diamati dan diukur zona bening yang
heksana disisihkan menggunakan pipet, ada disekeliling cakram.
selanjutnya ditempatkan pada beaker glass.
Bagian air di dalam corong pisah dipartisi lagi HASIL PENELITIAN
menggunakan pelarut etil-asetat. Dikocok lalu Uji Fitokimia
didiamkan sehingga membentuk 2 layer. Layer Didapatkan hasil uji fitokimia pada ekstrak
atas merupakan etil asetat dan layer bawah adalah kasar kelopak bunga Rosella (Tabel 1)
air. Bagian etil asetat ke dalam beaker glass, menunjukkan adanya senyawa flavonoid,
sedangkan air ditempatkan ke dalam beaker glass triterpenoid serta saponin. Fraksi n-heksana serta
yang berbeda. Masing masing fraksi diletakkan di fraksi etil-asetat mengandung senyawa
oven menggunakan suhu 50 oC sampai 2-3 hari triterpenoid, sedangkan senyawa flavonoid dan
hingga diperoleh fraksi yang kering. saponin tidak terdeteksi. Pada fraksi air kelopak
bunga Rosella didapatkan adanya senyawa
Fitokimia flavonoid serta triterpenoid.
Bahan aktif dalam ekstrak kasar serta
fraksi ekstrak etanol kelopak bunga Rosella Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia
diidentifikasi dengan menggunakan uji fitokimia. Uji Fitokimia Flav Trit Sap
Hasil dinyatakan terdeteksi (+) jika terdapat busa Ekstrak Kasar + + +
yang permanen atau terjadi perubahan warna Fraksi N-Heksana - + -
setelah ditambahkan suatu reagen pada sampel uji. Fraksi Etil Asetat - + -
Sedangkan dinyatakan tidak terdeteksi (-) apabila Fraksi Air + + -
tidak terbentuk busa permanen dan tidak terjadi Keterangan: Tabel 1. +: Terdapat senyawa tersebut, -:
perubahan warnasampel uji. Tidak terdapat senyawa tersebut, Flav: Flavonoid, Trit:
Triterpenoid, Sap: Saponin.
Flavonoid
Sampel Ekstrak kasar dan fraksi 4 ml Hasil Uji Fitokimia pada Tabel 1.
kemudian ditambahkan 1 ml larutan amoniak encer menyatakan ekstrak etanol kelopak bunga Rosela
lalu diaduk agar tecampur. Adanya uji flavonoid mempunyai komponen aktif dari flavonoid,
yang positif dibuktikan pada berubahnya warna triterpenoid serta saponin. Fraksi N-heksana serta
sampel menjadi kuning.8 etil-asetat hanya mengandung triterpenoid. Fraksi
air keloak bunga Rosella mengandung senyawa
Saponin
aktif dari golongan flavonoid serta triterpenoid.
Sebanyak 3 ml sampel ekstrak kasar dan
fraksi ekstrak etanol kelopak bunga Rosella,
Hasil Uji Zone of Inhibition (ZOI) Fraksi
kemudian dicampurkan 5 ml air dan dilakukan
Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella
pemanasan. Hasil saponin dikatakan positif apabila
terhadap Escherechia coli
terbentuk busa yang permanen.20
Zona hambat pada Escherechia coli diukur
Triterpenoid / Steroid dari diameter zona bening di sekitar cakram. Hasil
Ekstrak kasar dan fraksinya diencerkan pengukuran ditunjukkan pada Gambar 1. serta
menggunakan masing-masing pelarut lalu Tabel 2.
ditambahkan 3 tetes reagen Liebermann-Buchard
(asam asetat glasial dan H2SO4(P)). Uji
triterpenoid positif menunjukkan perubahan
menjadi ungu sampai merah sedangkan steroid
4

Berdasarkan hasil analisis ANOVA


K2 K3
3 4 menampilkan angka signifikansi (p<0,05) yakni
K1 menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan,
K4
2 4 atas hal tersebut diteruskan uji Post Hoc guna
menentukan ketidaksamaan yang signifikan
3 X beberapa bahan uji yaitu ekstrak kasar, fraksi N-
1
heksana, fraksi Etil-Asetat dan fraksi air.
1 2
Gambar 1. Hasil ZOI Fraksi Ekstrak Etanolik Kelopak Hasil Uji Zone of Inhibition (ZOI) Fraksi
Bunga Rosella Terhadap Escherecia coli Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella pada
Keterangan: 1. Fraksi N-ekana; 2. Fraksi Etil-Asetat; 3. Staphylococcus aureus.
Fraksi Air; 4. Ekstrak Kasar; K1. Kontrol N-Heksana; K2. Zona bening pada Staphylococcus aureus
Kontrol Etil Asetat; K3. Kontrol Air; K4. Kontrol Etanol; X.
Tidak dipakai. dihitung dari diameter zona hambat di sekitar
cakram. Hasil pengukuran ditampilkan pada
Tabel 2. Hasil ukur Zone of Inhibition (ZOI) Gambar 3. serta Tabel 3.
Fraksi Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella
terhadap Escherechia coli K2
2 3 K1 K3
Rata-rata (mm)
Sampel
± Standar Deviasi 4
1 K4
b
Ekstrak Kasar 9,61 ± 1,43
1 4 X
Fraksi N-Heksana 0,00 ± 0,00a,c,d
2 3
Fraksi Etil Asetat 8,44 ± 0,41b,d
Fraksi Air 9,67 ± 0,95b,c Gambar 3. Hasil ZOI Fraksi Ekstrak Etanol Kelopak
Bunga Rosella Terhadap Staphylococcus aureus
Kontrol Etanol 96% 0,00 ± 0,00 Keterangan: 1. Fraksi N-heksana; 2. Fraksi Etil-Asetat; 3.
Fraksi Air; 4. Ekstrak Kasar; K1. Kontrol N-Heksana; K2.
Kontrol N-heksana 0,00 ± 0,00
Kontrol Etil Asetat; K3. Kontrol Air; K4. Kontrol Etanol; X.
Kontrol Etil-Asetat 0,00 ± 0,00 Tidak dipakai.

Kontrol Air 0,00 ± 0,00


Tabel 3. Hasil ukur Zone of Inhibition (ZOI)
Keterangan: Tabel 2. Hasil ukur Zone of inhibition Fraksi Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella
terhadap E. coli pada Staphylococcus aureus
Rata-rata (mm)
Hasil ukur rata-rata diameter Zone of Sampel
± Standar Deviasi
inhibition ekstrak kasar, fraksi N-heksana, fraksi
Etil-Asetat dan fraksi pada Escherechia coli (Tabel Ekstrak Kasar 0,00 ± 0,00c,d
2.) ditampilkan pada grafik di bawah ini: Fraksi N-Heksana 0,00 ± 0,00c,d
12 Fraksi Etil Asetat 8,51 ± 0,84a,b
10
Fraksi Air 9,51 ± 0,82a,b
8
Kontrol Etanol 96% 7,05 ± 0,00
6
4 Kontrol N-heksana 0,00 ± 0,00
2 Kontrol EtilAsetat 0,00 ± 0,00
0 Kontrol Air 0,00 ± 0,00
Keterangan: Tabel 3. Hasil ukur Zone of inhibition
terhadap S. aureus

Hasil ukur rata-rata diameter Zone of


inhibition ekstrak kasar, fraksi N-heksana, fraksi
Gambar 2. Grafik Hasil Pengukuran Zona Hambat Etil-Asetat dan fraksi pada Staphylococcus aureus
Ekstrak Kasar, Fraksi N-heksana, Fraksi Etil-Asetat dan (Tabel 3.) ditampilkan pada grafik di bawah ini:
Fraksi Air pada Escherechia coli.
5

12 Pada ekstrak kasar, hasil uji flavonoid


dinyatakan positif. Ekstrak kasar kelopak bunga
10 Rosella menggunakan pelarut etanol 96% dimana
8 sifatnya yang universal sehingga mampu
6 menyaring senyawa non polar, semi polar serta
polar, tidak toksik dan mempunyai kemampuan
4
absorbsi yang bagus [3]. Penelitian sebelumnya
2 menyatakan hasil ekstrak etanol kelopak bunga
0 Rosella memiliki beberapa senyawa aktif salah
satunya yaitu flavonoid [2]. Flavonoid positif juga
ditemukan pada hasil uji fitokimia fraksi air.
Demikian dapat terjadi karena sifat flavonoid polar
dan hanya dapat ditarik oleh pelarut dengan
polaritas yang sama [4]. Etanol ditambahkan air
menghasilkan polaritas yang semakin besar dan
Gambar 4. Grafik Hasil Pengukuran Zona Hambat sesuai untuk menarik senyawa polar seperti
Ekstrak Kasar, Fraksi N-heksana, Fraksi Etil-Asetat serta
Fraksi Air pada Staphylococcus aureus. flavonoid [5]. Teori tersebut sejalan dengan
percobaan terdahulu yang yang menyebutkan
Berdasarkan hasil analisis ANOVA fraksi air kelopak bunga Rosella mengandung
menampilkan angka signifikansi (p<0,05) yakni senyawa flavonoid [6].
menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan, Hasil tes triterpenoid semua sampel yaitu
atas hal tersebut diteruskan uji Post Hoc guna ekstrak kasar, fraksi N-heksana, fraksi Etil-Asetat
menentukan ketidaksamaan yang signifikan serta fraksi air menunjukkan hasil positif.
beberapa bahan uji yaitu ekstrak kasar, fraksi N- Triterpenoid terdiri atas untaian panjang
heksana, fraksi Etil-Asetat dan fraksi air. hidrocarbon C30 sehingga bersifat tidak polar dan
mengandung komponen hidroksi yang mempunyai
PEMBAHASAN sifat polar sehingga terdeteksi pada uji fitokimia
Kandungan Metabolit Sekunder Uji Fitokimia fraksi polar, semi polar dan tidak polar [7].
Uji saponin positif hanya didapatkan pada
Ekstrak Kasar, Fraksi N-heksana, Fraksi Etil-
ekstrak kasar. Pada ekstrak kasar etanol digunakan
Asetat serta Fraksi Air Hibiscus sabdariffa L. sebagai pelarut dimana sifatnya yang universal
Dilakukannya uji guna mendeteksi bahan sehingga dapat menarik beberapa senyawa aktif
aktif yang terhadapat pada ekstrak kasar, fraksi n- salah satunya yaitu saponin . Hasil dari percobaan
heksana, fraksi etil asetat serta fraksi air dimana ini sesuai dengan percobaan Komala (2013)
menggunakan yang berbeda kepolarannya guna menyatakan yakniekstrak etanolik Hiiscus
mengetahui senyawa mana saja yang dapat ditarik sabdariffa L. mempunyai senyawa aktif golongan
berdasarkan tingkat kepolaran pelarut. Kelarutan saponin [8].
suatu komponen terlarut pada pelarut berdasarkan Penelitian sebelumnya menemukan
jenis kepolaran pelarut tersebut. Komponen tidak senyawa aktif kelopak bunga Rosella diantaranya
polar tertarik kepada pelarut tidak polar serta adalah senyawa flavonoid yaitu Delphidin-3-
komponen polar juga tertarik kepada pelarut glucosyl-xyloside (hibiscin), Delphinidin-3-
polar. Hastuti (2018) menyatakan bahwa makin glukosida-xyloside, Cyanidin-3-glucoside, Gallic
polar pelarut semakin banyak komponen yang acid, Chlorogenic acid, 5-Hydroxmethylfurfural,
ditarik[1]. Pernyataan tersebut sejalan seperti hasil Protocatechuic acid glucoside, Quercetin-3-
fitokimia pada percobaan ini, yakni bahan aktif sambioside, Kampferol-3-O-rutinoside, Galloyl
yang didapatkan dari ekstrak kasar dan fraksi air ester, Kampferol-3-glucoside, 4-Caffeoylquinic
berjumlah melebihi fraksi N-heksana dan fraksi acid, N-Feruloyltyramide, Tiliroside [9]. Senyawa
Etil-Asetat. saponin yaitu α-Amyrin. Senyawa triterpenoid
Hasil uji fitokimia kelopak bunga Rosella yaitu α-bulnesene, γ-Elemene, Caryophyllene, α-
menunjukkan terdapat senyawa dari golongan ylangene, tetracyclo[6.3.2.0(2,5).0(1,8)]trideca N-
flavonoid, triterpenoid serta saponin. Beberapa 9-ol, 4,4-dimethyl- sesquterpene, 4,5-di-epi-
penelitian sebelumnya juga membuktikan aristolochene, Napthalene, 1,2,3,4,4a,5,5,8a-
demikian, salah satunya yaitu yang dilakukan octahydro-4a,8-dimethyl-2-(1-methythenyl)- dan
Hafiz dkk. (2020) menunjukkan bahwa hasil uji β-copaene [6].
fitokimia Hibiscus sabdariffa L. mempunyai bahan
aktif dari golongan flavnoid, triterpenoid serta
saponin[2].
6

Kemampuan Hambat Ekstrak Kasar, Fraksi N- membran sitoplasma serta kerusakan sekunder
heksana, Fraksi Etil-Asetat dan Fraksi Air dengan terjadinya penurunan kekuatan dinding sel
Hibiscus sabdariffa L. Pada Escherechia coli yang menyebabkan terjadi lisis [13]. Senyawa
saponin berperan dalam rusaknya permeabilitas,
dan Staphylococcus aureus
yang dapat menyebabkan sel mati [14].
Zona bening akibat mekanisme Triterpenoid berinteraksi pada porin yang ada di
antibakteri dibagi dikelompokkan menjadi 4 membran luar bakteri lalu menyebabkan eratnya
macam yakni tidak mempunyai aktivitas ikatan polimer serta menyebabkan kerusakan pada
antibakteri (diameter 0-5mm), rendah porin sdan menurunkan permeabilitas bakteri yang
(diameter 6-10mm), sedang (diameter 11- akan menyebabkan nutrisi berkurang dan
19mm), tinggi (diameter ≥20mm) [10]. Pada memperlambat tumbuhnya bakteri maupun bahkan
penelitian ini tidak digunakan antibiotik menyebabkan kematian [15]. Dapat disimpulkan
sebagai pembanding sampel uji, hal tersebut bahwa senyawa antibakteri pada eksrak kasar
dikarenakan mekanisme dan target organ berspektrum sempit karena hanya dapat mencegah
bakteri E. coli tumbuh. Hasil percobaan ini tidak
senyawa aktif kelopak bunga Rosella yang
sama dengan penelitian sebelumnya yaitu yang
paling berpotensi mempunyai agen antibakteri dikerjakan Rostinawati (2009) menunjukkan
belum diketahui secara pasti. Kontrol negatif bahwa ekstrak etanolik kelopak bunga Rosela
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu mempunyai agen antibakteri pada E. coli, S.
masing-masing pelarut yakni etanol, N- aureus serta S. typhi [16].
heksana, Etil-Asetat serta air. Hasil Hasil uji ZOI fraksi air dan ekstrak kasar
pengukuran zona bening yang menunjukkan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
mekanisme antibakteri pada ekstrak kasar signifikan karena mempunyai kesamaan yaitu
serta antar fraksi diolah menggunakan One- didapatkan hasil uji flavonoid yang positif.
Way ANOVA dengan signifikansi < 0,05 atau Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pada
didapatkan perbedaan secara nyata. kelopak bunga Rosella paling banyak ditemukan
bahan aktif dari golongan flavonoid [17].
Berdasarkan hasil uji ZOI ekstrak kasar,
Flavonoid memiliki tiga proses kerja agen
fraksi N-heksana, fraksi Etil-Asetat serta fraksi air
antimikroba yakni mengganggu kerja membran
pada Escherecia coli dan Staphylococcus aureus
sel, penghambatan dalam sintesis asam nukleat dan
diketahui bahwa diameter zona bening terbesar
metabolism energi. Flavonoid mengganggu kerja
terdapat pada cakram fraksi air. Pada E. coli
membran sel memlalui cara memproduksi bahan
diameter yang terbentuk yaitu sebesar 9,67 ±
kompleks protein ekstraseluler serta mampu
0,95mm (lemah) sedangkan pada S. aureus
menyebabkan rusaknya membran sel sehingga
diameter yang terbentuk sebesar 9,51 ± 0,82mm
bahan intraseluler dapat menuju keluar sel. Chain
(lemah). Saponin bekerja pada dinding sel bakteri
A serta B flavonoid berfungsi pada mekanisme
dengan mengurangi tegangan permukaan dan
interkalasi melalui cara menindihkan basa asam
mengganggu permeabilitas membran. Saponin
nukleat hingga mencegah terbentuknya DNA serta
kemudian berdifusi melintasi membran sitoplasma,
RNA. Dalam mencegah metabolisme energy,
mengganggu stabilitas membran, mengakibatkan
flavonoid mencegah bakteri menggunakan oksigen
sitoplasma bocor dan keluar sel sehingga dapat
pada mekanisme penghambatan
menyebabkan sel mati [11]. Triterpenoid adalah
pada penyusunan energi dan mencegah pergerakan
agen antibakteri akan berinteraksi pada porin di
bakteri terkait perannya sebagai agen antimikroba
membran luar bakteri selanjutnya menghasilkan
[18]. Flavonoid digolongan berupa beberapa jenis
ikatan polimer yang kokoh dan dapat merusak
menurut pengganti karbon dari komponen
porin [12]. Belum ada penelitian terdahulu yang
aromatik sentral (C) yaitu flavon, flavonol,
menilai perbandingan efektivitas fraksi kelopak
flavanon, flavanol atau katekin, antosinin serta
bunga Rosella pada E. coli serta S. aureus
kalkon [16].
berdasarkan tingkat kepolaran pelarutnya.
Fraksi Etil asetat kelopak bunga Rosella
Pada ekstrak kasar kelopak bunga Rosella
memiliki potensi agen antimikroba terhadap E. coli
lebih aktif pada Escherechia coli dibandingkan
serta S. aureus disebabkan oleh kandungan
dengan S. aureus. Terbukti dengan terdapatnya
senyawa yang dapat ditarik oleh semi-polar berupa
zona bening disekitar cakram ekstrak kasar
komponen polar hingga tidak polar, dimana pada
kelopak bunga Rosella terhadap E. coli dimana
rosella bahan yang bekerja sebagai antibakteri
diameternya yaitu 9,61 ± 1,43mm (lemah)
adalah senyawa yang bersifat polar. Penelitian
sedangkan terhadap S. aureus sebesar 0,00 ±
sebelumnya menyatakan bahwa mekanisme etil-
0,00mm (tidak terdapat mekanisme antibakteri).
asetat pada E. coli dan S. aureus yaitu bakterisid
Senyawa flavonoid dapat menyebabkan rusaknya
[17]. Triterpenoid berinteraksi pada porin di
7

membran luar bakteri, menimbulkan eratnya ikatan Escherechia coli dibandingkan dengan
polimer yang dapat menimbulkan porin rusak Staphylococcus aureus.
[15].
Pada fraksi non polar yaitu menggunakan Saran
pelarut n-heksana pada bunga Rosella tidak 1. Perlu meningkatkan dosis ekstrak kasar dan
menunjukkan adanya mekanisme antimikroba pada fraksi kelopak bunga Rosella.
E. coli maupun S. aureus dibuktikan pada hasil 2. Perlu dilakukan uji fitokimia kuantitif senyawa
pengukuran zona bening disekitar cakram yaitu yang terkandung pada kelopak bunga Rosella.
0,00 ± 0,00mm. komponen pada fraksi N-heksana 3. Perlu dilakukan sub-fraksinasi golongan
berdasarkan uji fitokimia kelopak bunga rosella flavonoid.
adalah dari golongan trierpenoid. Triterpenoid 4. Perlu menggunakan antibiotik pembanding
sebagai antibakteri akan berinteraksi pada porin di yang memiliki mekanisme kerja yang
membran luar bakteri, menimbulkan eratnya ikatan sesuai untuk melihat efektivitas senyawa
polimer yang dapat menimbulkan porin rusak dan
antibakteri yang terkandung pada herbal.
menurunkan permeabilitas sehingga nutrisi bakteri
menurun serta melambatnya pertumbuhan hingga UCAPAN TERIMA KASIH
sel mati [15]. Namun hasil uji ZOI fraksi N- Terima kasih pada Ikatan Orangtua
heksana tidak menampilkan adanya mekanisme Mahasiswa (IOM) FK UNISMA atas bantuan
antimikroba pada E. coli serta S. aureus. Hasil finansial untuk penelitian ini yang diberikan
tersebut dapat terjadi oleh komponen aktif kelopak kepada Laboratorium Pusat Riset, Fakultas
bunga Rosella sebagai agen antimikroba terhadap Kedokteran Universitas Islam Malang.
Escherechia coli dan Staphylococcus aureus Terima kasih pada Rio Risandiansyah,
cenderung mempunyai sifat yang polar. Lingga S.Ked,, M.P., Ph.D atas masukan serta saran
(2016) menyatakan bahwa suatu komponen yang hingga percobaan ini dituntaskan dengan baik.
mempunyai tingkat polaritas yang tinggi akan
mempunyai aktivitas antibakteri maksimum [18]. DAFTAR PUSTAKA
Sehingga tidak ditemukan zona bening pada [1] D. Hastuti, R. Rohadi, and A. S. Putri,
sekitar cakram fraksi n-heksana (non polar) pada “Rasio N-Heksana-Etanol Terhadap
E. coli serta S. aureus. Belum ada percobaan Karakteristik Fisik Dan Kimia Oleoresin
sebelumnya yang menguji mekanisme antimikroba Ampas Jahe (Zingiber majus Rumph)
fraksi N-heksana pada E. coli serta S. aureus. Varietas Emprit,” J. Teknol. Pangan dan
Has. Pertan., vol. 13, no. 1, p. 41, 2018,
Kesimpulan doi: 10.26623/jtphp.v13i1.2374.
1. Ekstrak kasar Hibiscus sabdariffa L. memiliki [2] M. Hafiz, R. Yulianti, and N. Hardini,
komponen aktif dari flavonoid, triterpenoid “Efektivitas Pemberian Ekstrak Bunga
serta saponin, fraksi N-heksana serta fraksi Etil- Rosella ( Hibiscus sabdariffa L .) Terhadap
Asetat hanya ditemukan triterpenoid selain itu Kadar Malondialdehid ( MDA ) Ginjal
pada fraksi air ditemukan dari golongan Tikus Galur Wistar ( Rattus norvegicus )
flavonoid dan triterpenoid. yang Diinduksi Etanol,” Semin. Nasiona
2. Efektivitas antibakteri terkuat hingga tidak Ris. Kedokt., pp. 280–286, 2020.
mempunyai agen antibakteri terhadap [3] N. V. Wendersteyt, D. S. Wewengkang,
Escherechia coli berurutan yakni fraksi air, and S. S. Abdullah, “Uji Aktivitas
ekstrak kasar, fraksi Etil-Asetat serta fraksi N- Aantimikroba dari Ekstrak dan Fraksi
heksana. Ascidian Herdmania momus dari Perairan
3. Efektivitas antibakteri terkuat hingga tidak Pulau Bangka Likupang Terhadap
memiliki agen antimikroba pada S. aureus Pertumbuhan Mikroba Staphylococcus
berurutan yaitu faksi air, fraksi Etil-Asetat, aureus, Salmonella typhimurium dan
fraksi N-heksana serta ekstrak kasar. Candida albicans,” Pharmacon, vol. 10, no.
4. Fraksi air ekstrak kelopak bunga Rosella 1, p. 706, 2021, doi:
memiliki diameter Zone of inhibition terbesar 10.35799/pha.10.2021.32758.
daripada ekstrak kasar, fraksi N-heksana serta [4] D. M. Putri and S. S. Lubis, “Skrining
fraksi Etil-Asetat terhadap Escherechia coli dan Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Daun Kalayu
Staphylococcus aureus. (Erioglossum rubiginosum (Roxb.) Blum),”
5. Senyawa yang bekerja ialah komponen aktif Amina, vol. 2, no. 3, pp. 120–125, 2020.
dimana mempunyai sifat polar yaitu flavonoid. [5] P. N. Khalisha, I. Widyaningrum, S.
6. Komponen aktif yang terkandung dalam Purwanti, P. N. Khalisha, I. Widyaningrum,
kelopak bunga Rosella lebih sensitif terhadap and S. Purwanti, “Uji Aktivitas Antibakteri
8

Eksrak Etanol dan Fraksi Polar Daun Ekstrak Etanol BUAH KAWISTA
Kumis Kucing ( Orthosiphon stamineus ) (Limonia Acidissima L.) dari Daerah
TERHADAP Propionibacterium acnes,” Kabupaten Aceh Besar terhadap Bakteri
pp. 1–9, 2022. Escherichia Coli,” J. Ilm. Mhs. Kegur. dan
[6] M. Ulfah, Nirmalasari, and E. Sasmito, “Uji Ilmu Pendidik. Unsyiah, vol. 2, no. 1, pp.
Aktivitas Imunostimulator Fraksi Etil 1–12, 2017.
Asetat Ekstrak Etanol Kelopak Bunga [13] Tika Siti Fatimah and Lanny Mulqie,
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap “Studi Literatur Aktivitas Antibakteri dari
Proliferasi Sel Limfosit Mencit Galur Swiss Tanaman Famili Malvaceae,” J. Ris. Farm.,
Secara In Vitro Beserta Identifikasi vol. 1, no. 2, pp. 106–113, 2021, doi:
Kandungan Senyawa Kimianya,” Pubilkasi 10.29313/jrf.v1i2.454.
Ilm. Unhawas, pp. 23–30, 2013. [14] W. Anggraini, S. C. Nisa, R. R. Da, and B.
[7] N. Jannah, C. Saleh, and D. R. Pratiwi, Ma, “Aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96
“Skiring Fitokimia Ekstrak Etanol dan % buah blewah ( cucumis melo l . Var .
Fraksi-Fraksi Daun Alamanda (Allamanda Antibacterial activity of 96 % ethanol
Catharica L.),” Pros. Semin. Nas. Kim. extract cantaloupe fruit ( cucumis melo l .
Berwawasan Lingkung. 2020, pp. 81–85, Var . Cantalupensis ) against escherichia
2020. coli bacteria.,” Pharm. J. Indones., vol. 5,
[8] O. Komala, R. Rosyanti, and M. no. 1, pp. 61–66, 2019.
Muztabadihardja, “Uji Efektivitas [15] A. Amalia, I. Sari, and R. Nursanty,
Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Ekstrak “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat
Airkelopak Bunga Rosella (Hibiscus Daun Sembung (Blumea balsamifera (L.)
sabdariffa L) Terhadap Bakteri DC.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus pneumoniae.,” Methicillin Resistant Staphylococcus
FITOFARMAKA J. Ilm. Farm., vol. 3, no. aureus (MRSA),” J. UIN Ar-Raniry, vol. 5,
1, pp. 177–183, 2013, doi: no. 1, pp. 387–391, 2017.
10.33751/jf.v3i1.173. [16] T. Rostinawati, “Aktivitas Antibakteri
[9] I. Da-Costa-Rocha, B. Bonnlaender, H. Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus
Sievers, I. Pischel, and M. Heinrich, Sabdariffa L.) Terhadap Escherichia coli,
“Hibiscus sabdariffa L. - A phytochemical Salmonella typhi Dan Staphylococcus
and pharmacological review,” Food Chem., aureus Dengan Metode Difusi Agar,”
vol. 165, pp. 424–443, 2014, doi: Penelit. mandiri, pp. 1–39, 2009.
10.1016/j.foodchem.2014.05.002. [17] R. Choesrina, S. Suwendar, L. Mulqie, and
[10] Y. Rahmadeni, F. A. Febria, and A. D. Mardliyani, “Potensi Aktivitas
Bakhtiar, “Potensi Pakih Sipasan Antibakteri Dari Fraksi Etil Asetat Daun
(Blechnum orientale) sebagai Antibakteri Jambu Air [Eugenia aqueum (Burn F.)
Terhadap Staphylococcus aureus dan Alston] Terhadap Sthaphylococcus Aureus
Methicillin Resistant Staphylococcus Dan Escherichia Coli,” J. Ilm. Farm.
aureus,” Metamorf. J. Biol. Sci., vol. 6, no. Farmasyifa, vol. 2, no. 1, pp. 33–39, 2019,
2, p. 224, 2019, doi: doi: 10.29313/jiff.v2i1.4230.
10.24843/metamorfosa.2019.v06.i02.p12. [18] A. R. Lingga, U. Pato, and and E. Rossi,
[11] K. Sudarmi, I. B. G. Darmayasa, and I. K. “Uji Antibakteri Ekstrak Batang
Muksin, “Uji Fitokimia Dan Daya Hambat Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan)
Ekstrak Daun Juwet (Syzygium cumini) Terhadap Staphylococcus aureus Dan
Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Escherichia coli.,” Uji Antibakteri Ekstrak
Dan Staphylococcus aureus ATCC,” Batang Kecombrang (Nicolaia speciosa
SIMBIOSIS J. Biol. Sci., vol. 5, no. 2, p. 47, Horan) Terhadap Staphylococcus aureus
2017, doi: Dan Escherichia coli., vol. 18, no. 2, pp.
10.24843/jsimbiosis.2017.v05.i02.p03. 33–37, 2016, [Online]. Available:
[12] A. A. Rini, Supriatno, and H. Rahmatan, http://www.tjyybjb.ac.cn/CN/article/downl
“Skrining Fitokimia dan Uji Antibakteri oadArticleFile.do?attachType=PDF&id=99
87

You might also like