You are on page 1of 10

MAKALAH

BUDAYA BAHARI MASYARAKAT NTT

OLEH KELOMPOK 3:

WILLYBRORDUS D. UN LALA (2208030002)

SINDY P. NAU (2208030004)

CANTIKA M. SAUDILA (2208030015)

DIVA M. O. SEUBELAN (2208030018)

CONCHITA K. NENO MABU (2208030019)

THEODORA L. BUNGA (2208030022)

PUTERI M. I. TANEO (2208030030)

PUTRI Y. R. LUSI (2208030034)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2022
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha esa, karna atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun judul dari makalah ini, yaitu, “Budaya
Bahari Masyarakat NTT”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin berterima kasih kepada dosen mata kuliah Budaya
Lahan Kering Kepulauan dan Pariwisata, yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

Penulis sendiri tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dengan senang
hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar makalah ini dapat
memberi manfaat bagi penulis sendiri maupun sesama.

Kupang, 26 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2
2.1 Pengertian dari Budaya Bahari..........................................................................................................2
2.2 Ciri-ciri Budaya Bahari........................................................................................................................2
2.3 Pengetahuan Budaya Bahari tentang Biota Laut dan Musim di NTT.................................................3
2.4 Sistem Kepercayaan dan Keyakinan Budaya Bahari NTT...................................................................3
2.5 Hak Penguasaan Wilayah dan Sumber Daya Laut NTT.......................................................................4
2.6 Sistem Teknologi Kebaharian NTT.....................................................................................................4
2.7 Dinamika Budaya Bahari NTT dalam Konteks External dan Modern..................................................5
BAB III..........................................................................................................................................................6
PENUTUP.....................................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................6
3.2 Saran..................................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya bahari dimaknai sebagai kumpulan nilai, pengetahuan, kepercayaan, aktivitas,
dan perilaku masyarakat yang hidup berdampingan dengan laut.
Kompleksitas budaya bahari, khususnya berkaitan dengan keragaman kategori sosial
yang terlibat dalam pemanfaatan sumberdaya laut dan keragaman mata pencaharian yang
berhubungan dengan (aut, menjadi alasan utama penggunaan istilah "budaya bahari", Istilah
tersebut dirasakan lebih tepat dibandingkan istilah lain, yaitu "budaya maritim" atau "budaya
marin".

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Budaya Bahari?
2. Apa saja ciri-ciri Budaya Bahari?
3. Bagaimana Pengetahuan Budaya Bahari tentang Biota Laut dan Musim di NTT?
4. Bagaimana Sistem Kepercayaan dan Keyakinan Budaya Bahari NTT?
5. Bagaimana Hak Penguasaan Wilayah dan Sumber Daya Laut NTT?
6. Bagaimana Sistem Teknologi Kebaharian NTT?
7. Bagaimana Dinamika Budaya Bahari NTT dalam Konteks External dan Modern?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Budaya Bahari.
2. Mengetahui ciri-ciri Budaya Bahari.
3. Mengetahui Pengetahuan Budaya Bahari tentang Biota Laut dan Musim di NTT.
4. Mengetahui Sistem Kepercayaan dan Keyakinan Budaya Bahari NTT.
5. Mengetahui Hak Penguasaan Wilayah dan Sumber Daya Laut NTT.
6. Mengetahui Sistem Teknologi Kebaharian NTT.
7. Mengetahui Dinamika Budaya Bahari NTT dalam Konteks External dan Modern.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Budaya Bahari


Budaya bahari ialah suatu kumpulan nilai, pengetahuan, kepercayaan, aktivitas dan
perilaku masyarakat yang hidup berdampingan dengan laut. Kompleksitas budaya bahari,
khususnya berkaitan dengan keragaman kategori sosial yang terlibat dalam pemanfaatan
sumberdaya laut dan keragaman mata pencaharian yang berhubungan dengan laut, menjadi
alasan utama penggunaan istilah "budaya bahari". Istilah tersebut dirasakan lebih tepat
dibandingkan istilah lain, yaitu "budaya maritim" atau "budaya marin". Mengacu kepada
konsep kebudayaan tersebut, maka budaya bahari dapat dipahami sebagai system gagasan,
perilaku dan tindakan, dan sarana prasarana fisik yang digunakan oleh masyarakat bahari
untuk mengelola sumberdaya alam dan merekayasa jasa-jasa lingkungan laut bagi kehidupan
mereka. Dengan demikian, budaya bahari mengandung unsur-unsur berupa sistem
pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma, aturan, simbol komunikatif, kelembagaan,
teknologi, dan seni yang berkaitan dengan laut. Di kalangan komunitas bahari dari negara-
negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, terdapat sekurang-kurangnya lima pranata
tradisional (traditional institution) yang tetap bertahan, yaitu pranata kekerabatan
(kinship/domestic institution), pranata agama/ kepercayaan (religious institution), pranata
ekonomi (economic institution), pranata politik (political institution), dan pranata pendidikan
(educational institution).

2.2 Ciri-ciri Budaya Bahari


1) Kelompok sosial kebaharian seringkali bukan sekedar kelompok-kelompok kerja
yang merupakan sub-sub komunitas desa tetapi dikategorikan sebagai sub-sub etnis
seperti ditunjukkan oleh adanya desa-desa nelayan contohnya ada kelompok etnis
pada desa nelayan bajo di kepulauan Riau, Nusa tenggara timur Sulawesi Selatan dan
Sulawesi tengah
2) Munculnya berbagai kategori sosial yang dikondisikan oleh perkembangan jenis-jenis
usaha ekonomi

2
3) Selain pelaku dan pengguna langsung terdapat kategori sosial lain yang turut terlibat
dalam sektor ekonomi kebaharian
4) Fenomena sosial budaya bahari juga dilihat dari kategori dan hierarki sosial
masyarakatnya
5) Dinamika kebudayaan bahari juga dipicu oleh perkembangan teknologi seperti
peningkatan penggunaan teknologi mesin.

2.3 Pengetahuan Budaya Bahari tentang Biota Laut dan Musim di NTT
Nelayan memiliki pengetahuan mencakup antara lain pengetahuan tentang biota laut
bernilai ekonomi tinggi, lokasi dan sarang ikan, musim, tanda-tanda (di laut, darat, dan
angkasa/perbintangan), dan lingkungan sosial budaya. Pengetahuan tentang biota laut
bernilai ekonomi tinggi meliputi spesies-spesies ikan, udang, kepiting, cumi-cumi, gurita,
penyu dan kerang/siput-siputan, teripang, akar bahar, tali arus, rumput laut, dan berbagai
jenis karang. Kegiatan penangkapan berbagai spesies biota laut juga harus didukung dengan
pengetahuan tentang musim. Komunitas nelayan di perairan Nusantara sekurang- kurangnya
mengetahui tiga pola musim yang menentukan waktu-waktu intensif dan sepinya aktivitas
pemanfaatan sumberdaya laut dan perairan.
Pengetahuan tentang musim tidak hanya didasarkan pada "perilaku" angin dan ombak,
tetapi didasarkan pula pada perilaku ikan. Bagi nelayan NTT, pengetahuan mengenai tanda-
tanda selama mereka berada di laut seperti bunyi kemudi perahu dan cahaya laut, serta tanda-
tanda dari angkasa berupa kilat dan awan hitam menjadi penting untuk menjamin
keselamatan mereka.
Pengetahuan nelayan atau pelayar mengenai lingkungan sosial budaya dihasilkan oleh
keterlibatan mereka dalam proses interaksi baik dalam bentuk kerja sama maupun persaingan
memperebutkan peluang-peluang penguasaan sumberdaya.

2.4 Sistem Kepercayaan dan Keyakinan Budaya Bahari NTT


Nelayan di banyak tempat di dunia mempraktikkan keyakinan-keyakinan yang bersumber
dari agama atau kepercayaan yang dianutnya sebagai mekanisme pemecahan persoalan-
persoalan lingkungan fisik dan sosial yang dihadapi sehari-hari. Masyarakat NTT
mempercayai bahwa hasil yang mereka peroleh dalam kegiatan penangkapan ikan di laut
senantiasa dikembalikan kepada takdir. Rintangan berupa ombak besar, dalamnya laut yang

3
diselami pencari teripang, dan angkernya banyak tempat yang kaya sumberdaya, semuanya
dihadapi dan dilawan dengan keyakinan tentang adanya suatu kekuatan yang lebih
menentukan, yaitu Tuhan. Keberanian nelayan Nusa Tenggara Timur menjelajahi perairan
Nusantara dikendalikan oleh keyakinan tersebut yang dipadukan dengan pengalaman dan
keterampilan berlayar serta etis ekonominya yang kuat. Sebagian besar komunitas nelayan di
NTT mengandalkan upacara penyembahan atau praktik-praktik magis dalam rangka
memperoleh rezeki dari laut dan menghindari bahaya-bahaya di laut.

2.5 Hak Penguasaan Wilayah dan Sumber Daya Laut NTT


Berbagai bentuk hak penguasaan wilayah dan sumberdaya laut seperti usaha perikanan
dengan teknik rumpon dan bagang yang dipraktikkan nelayan Bugis, Jawa, dan Madura di
perairan NTT. Di kawasan timur Indonesia berkembang perusahaan-perusahaan perikanan
tongkol milik swasta yang mempunyai hak penguasaan atas gugusan lokasi perairan laut
dalam berdasarkan lisensi dari pemerintah.
Penetapan pemerintah terhadap suatu wilayah perairan sebagai kawasan lindung
merupakan bentuk penguasaan berdasarkan pemikiran bahwa wilayah tersebut merupakan
hak milik negara, kawasan lindung terbagi ke dalam beberapa zona, yaitu zona inti
(sanctuary zone), zona penyangga, zona pemanfaatan tradisional, dan zona pemanfaatan
intensif yang berada di luar kawasan. Penguasaan negara seperti ini dimaksudkan untuk
menyelamatkan ekosistem-ekosistem laut khususnya terumbu karang yang spesies-spesies
utamanya mulai terancam.

2.6 Sistem Teknologi Kebaharian NTT


Bagi masyarakat pesisir di NTT, sektor ekonomi perikanan dan usaha
transportasi/pelayaran masih menjadi andalan. Keberadaan sektor ini didukung oleh
teknologi pelayaran dan penangkapan ikan tradisional, salah satunya adalah perahu. Perahu
nelayan tradisional di Indonesia pada umumnya menjadi salah satu identitas dari kelompok
etnis yang menghasilkan atau menggunakannya. Masyarakat nelayan Nusantara pada
umumnya terdiri atas net atau jaring, pancing, perangkap, alat tusuk linggis dan parang,
menangkap atau memungut ikan dengan tangan.
Salah satu contoh sarana yang digunakan dalam masyarakat NTT adalah ketinting.
Ketinting adalah perahu kecil yang biasanya digunakan untuk mencari ikan, tetapi tidak

4
jarang juga nelayan NTT menggunakan perahu besar dengan mesin yang lebih modern.
Perkembangan sarana-prasarana tersebut membuat lingkungan bahari Nusa Tenggara Timur
lebih maju dan menghasilkan produk yang lebih berkualitas.

2.7 Dinamika Budaya Bahari NTT dalam Konteks External dan Modern
Deskripsi mengenai sistem budaya bahari memperlihatkan bahwa dinamika budaya
bahari terbentuk dari perilaku eksploitasi sumberdaya laut dan jaringan pemasarannya.
Aktivitas pemancingan ikan, penggunaan bubu dan pukat serta pengelolaan bagang dan
rumpon yang sudah berlangsung fana dapat dilacak asal-usulnya dan perkembangannya
dalam lingkup daerah, pulau, etnis, dan provinsi yang berdekatan. Hal yang sama juga
tampak dalam pemasaran komoditas hasil laut yang terjadi dalam lingkup pasar lokal dan
regional. Berdasarkan keadaan tersebut maka dinamika budaya bahari, khususnya dalam
komunitas nelayan di kawasan timur Indonesia, dapat dijelaskan dalam konteks internalnya.
Akan tetapi ketika dihadapkan pada berbagai gejala lain yang berkaitan dengan eksploitasi
sumber daya laut, penjelasan semacam itu dirasakan belum cukup.

Fenomena menangkap paus di Lamalera, desa wulandari, kabupaten Lembata sebagai


contoh sulit dipahami dalam konteks sosial budaya lokal. Memang pengetahuan dan praktik
menangkap paus bukanlah suatu hal yang baru karena Tradisi menangkap ikan paus di desa
lamalera, kabupaten lembata NTT telah lama berlangsung sejak abad ke-16 dimana kegiatan
ini dilakukan secara turun temurun dan masyarakat percaya bahwa nenek moyang mereka
dapat menempati desa dengan bantuan ikan paus.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Budaya bahari dimaknai sebagai kumpulan nilai, pengetahuan, kepercayaan, aktivitas,
dan perilaku masyarakat yang hidup berdampingan dengan laut. Budaya bahari mengandung
unsur-unsur berupa sistem pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma, aturan, simbol
komunikatif, kelembagaan, teknologi, dan seni yang berkaitan dengan laut.
Ciri budaya bahari adalah dibentuk dalam kekompok-kelompok sosial kebaharian,
munculnya berbagai kategori sosial yang dikondisikan oleh perkembangan jenis-jenis usaha
ekonomi, erdapat kategori sosial lain yang turut terlibat dalam sektor ekonomi kebaharian,
enomena sosial budaya bahari juga dilihat dari kategori dan hierarki sosial masyarakatnya,
serta dinamika kebudayaan bahari juga dipicu oleh perkembangan teknologi seperti
peningkatan penggunaan teknologi mesin.
Dalam pengelolaan budaya bahari, para pelaku juga harus mengetahui biota laut budaya
bahari, sistem kepercayaan dan keyakinan budaya bahari NTT. Pelaku budaha bahari juga
harus mengambil bagian dalam perkembangan teknokogi kebaharian dalam menghadapi
faktor-faktor eksternal dan modern.

3.2 Saran
Saran dari kami kepada kita semua terutama pelaku-pelaku yang mengembangkan
budaya bahari Nusa Tenggara Timur dalam mengikuti perkembangan teknologi untuk
menghasilkan budaya bahari yang berkualitas tinggi.

6
DAFTAR PUSTAKA

Yunandar F., 2004. Budaya Bahari dan Tradisi Nelayan di Indonesia. Sabda. ISSN 1410-7910.
23-35. Diakses pada https://ejournal.undip.ac.id/index.php/sabda/article/download/13243/10028
26, September 2022.

You might also like