You are on page 1of 22

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia,

serangan artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat

di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran

kemih (Edu S. Tehupeiory, 2000)

Asam urat adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan

asam urat yang nyeri pada tulang dan sendi, sangat sering ditemukan pada kaki

bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah ( Merkie, Carrie, 2005 ).

Asam urat adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan kronis

konsentrasi asam urat di dalam plasma. Gout merupakan terjadinya penumpukan

asam urat dalam tubuh dan terjadi kelainan metabolisme purin. Gout merupakan

kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetik pada

metabolisme purin (hiperurisemia) Brunner dan Suddarth, 2012).

2. Etiologi

a. Faktor genetik dan faktor hormonal

Menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan

meningkatnya produksi asam urat.

b. Jenis kelamin dan umur


Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya

asam urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia

menopouse (50-60 tahun).

c. Berat badan

Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout

berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau

kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.

d. Konsumsi alkohol

Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia,

karena alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.

e. Diet

Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau

memperburuk asam urat. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-

kacangan, rempelo, sea foot, dll.

f. Obat-Obatan Tertentu

Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk

mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis

diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.

3. Klasifikasi

klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik ada 3 yaitu :

a) Stadium asam urat akut

Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang

khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam


waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita

menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga

terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan. Pada

serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat hilang dalam

beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat dapat sembuh dalam

beberapa hari sampai beberapa minggu.

Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet

tinggi purin, kelelahan fisik, stres, tindakan operasi,pemakaian obat

diuretik atau penurunan dan peningkatan asam urat.

b). Stadium interkritikal

Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka

waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda.

Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata

berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan

seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan artritis gout atau

menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan

penyakit gout.

Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda-tanda akut, namun

pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa

proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan. Dengan

manajemen yang tidak baik , maka keadaan interkritik akan berlajut

menjadi stadium dengan pembentukan tofi.

c). Stadium asam urat menahun (kronik)


Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus.

Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau

lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang

sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan

keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal

monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi

dan tulang di sekitarnya. Pada stadium ini kadang-kadang disertai batu

saluran kemih. pirai menahun dan berat, yang menyebabkan terjadinya

kelainan bentuk sendi.

Pengendapan kristal urat di dalam sendi dan tendon terus berlanjut

dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi.

Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan di bawah kulit di sekitar

sendi. Tofi juga bisa terbentuk di dalam ginjal dan organ lainnya, dibawah

kulit telinga atau di sekitar sikut. Jika tidak diobati, tofi pada tangan dan

kaki bisa pecah dan mengeluarkan massa kristal yang menyerupai kapur.

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya:

1) Gout primer

Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat

berlebihan, penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal.

2) Gout sekunder

Gout sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan.

a.       Obat-obatan
Salisilat dosis rendah, diuretik, pyrazinamide(obat TBC), levodopa

(obat parkinson), asam nikotinat,ethambutol.

b.      Penyakit lain

Insufisiensi ginjal: gagal ginjal adalah salah satu penyebab yang

lebih lazim hiperusemia. Pada gagal ginjal kronikkdar asam urat pada

umumnya tidak akan meningkat sampai kretinie clearance kurang dari 20

mL/menit, kecuali bila ada faktor-faktor lain yang berperan. Pada kelainan

ginjal tertentu, seperti nefpropati karena keracunan timbal menahun,

hiperusemia umumnya telah dapat diamati bahkan dengan insufisiensi

ginjal yang minimal.

4. patofisiologi

Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan. Tahap

pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap ini penderita akan mengalami

serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa

pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering

penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga

terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.

Bahkan, dokter yang mengobati kadang-kadang tidak menduga penderita

terserang penyakit gout. Karena serangan pertama kali ini singkat waktunya dan

sembuh sendiri, sering penderita berobat ke tukang urut dan waktu sembuh

menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan. Padahal, tanpa diobati atau

diurut pun serangan pertama kali ini akan hilang sendiri.


Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal.

Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu.

Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu

tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun.

Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah

menderita serangan artritis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu

tak ada hubungannya dengan penyakit gout.

Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah

melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita

akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya

penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan

yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan

makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.

Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini

terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap

ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang

disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti

kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan

mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki

bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat

menggunakan sepatu lagi.

Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah

satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.
Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara

berurutan.

a. Presipitasi kristal monosodium urat.

Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila

kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan,

sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.

Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai

macamprotein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil

untuk berespon terhadap pembentukan kristal.

b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)

Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang

menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi

fagositosis kristal oleh leukosit.

c. Fagositosis

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan

akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram

leukositik lisosom.

d. Kerusakan lisosom

Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi

ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini

menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan

oksidase radikal kedalam sitoplasma.


5. Patoflow
6. Manefetasi klinis

Menurut Mutia Sari (2010 : 33) biasanya asam urat  mengenai

sendi ibu jari, tetapi bisa juga pada tumit, pergelangan kaki dan tangan atau

sikut. Kebanyakan asam urat muncul sebagai serangan kambuhan. Penyakit ini

timbul dari kondisi hiperurikemi, yaitu keadaan di mana kadar asam urat dalam

darah di atas normal.

Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 - 7 mg/dL,

sedangkan pada wanita 2,6 - 6 mg/dL. Serangan  asam urat biasanya timbul

secara mendadak/akut, kebanyakan menyerang pada malam hari. Jika asam urat

menyerang, sendi-sendi yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit

diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang sangat hebat, dan persendian sulit

digerakan. Serangan pertama asam urat pada umumnya berupa serangan akut

yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki, dan seringkali hanya satu sendi yang

diserang. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti

pada tumit, lutut, siku dan lain-lain.

Asam urat yang berlebih kemudian akan terkumpul pada

persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak. Kadang-kadang,

kita pun sering merasa nyeri atau pegal-pegal dan sejenisnya. Anda bisa

memastikan apakah Anda terkena asam urat atau tidak dengan cara mengetahui

gejala-gejala asam urat. Adapun gejala-gejalanya, yaitu:

a. Kesemutan dan linu.

b. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
c. Sendi yang terkena asam urat akan terlihat bengkak, kemerahan, panas,

dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi.

d. Terasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang kali.

e. Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, dengkul, tumit,

pergelangan tangan serta siku.

f. Pada kejadian kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat akan

bergerak.

7. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi

dalam darah ( > 6mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8mg%

dan pada wanita 7mg%. pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepatlagi bila

dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukositosis ringan

dengan led meninggi sedikit. Kadar asam urat dalam urin juga sering tinggi (500

mg%/liter per 24 jam).

Disamping ini pemeriksaan tersebut,pemeriksaan cairan tofi juga penting

untuk menegakkan diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti

susu dan kental sekali sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila

ditemukan gambarankristal asam urat ( berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik.

8. Penatalakasanaan medis

Tujuan : untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan

berulang, dan pencegahan komplikasi.


a. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg(pemberian

oral), Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena),

phenilbutazon, Indomethacin.

b. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)

c. Kompres dingin

d. Diet rendah purin

e. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)

f. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis

dari Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang

g. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri

daninflamasi.

h. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan

untuk mencegah serangan

i. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan

ekskresi asam urat dan menghambat akumulasi asam urat

(jumlahnya dibatasi pada pasien dengan gagal ginjal)

j. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat

menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone(Anturane)

pada pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan

pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg2 kali/hari.

9. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :

a.      Deformitas pada persendian yang terserang


b.     Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih

c.      Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal

10. Pencegahan

a. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu :

Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring,

Kacang- kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.   Kalori sesuai

kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan

dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.

b. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat

badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah

konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa

meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang

akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.

c. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti

dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat

karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.

d. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat

meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang

mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati,

ginjal, otak, paru dan limpa.

e. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui

urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega


sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen

dari total kalori.

f. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui

buah - buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang

disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis,

dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain

juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit

mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah

alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan lemak

yang tinggi.

g. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam

urat mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan

mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena

alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan

menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.

h. Olahraga ringan

Olahraga yang teratur memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan

sendi serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat

radang sendi. Selain itu, olahraga memberi efek menghangatkan

tubuh sehingga mengurangi rasa sakit dan mencegah pengendapan

asam urat pada ujung - ujung tubuh yang dingin karena kurang

pasokan darah. Jalan kaki, bersepeda, dan joging bisa dijadikan

alternatif olahraga untuk mengatasi rematik dan asam urat. Selain itu,
olahraga yang cukup dan teratur memperkuat sirkulasi darah dalam

tubuh.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun objektif melalui

anamnesis riwayat penyakit, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan diagnostik.

a. Anamnesis

Identitas

Meliputi nama, jenis jenis kelamin (lebih sering pada pria daripadawanita),

usia (terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang digunakan, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan darah, nomor

register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.

Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada sendi

metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat poli ± artikular. Gout

biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Untuk memperoleh pengkajian yang

lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.

1). Provoking Incident : hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah

gangguan metabolism puroin yang ditandai dengan hiperurisemia dan

serangan sinovitis akut berulang.

2). Quality of pain: nyeri yang dirasakan bersifat menusuk.

3). Region, Radiation, Relief: Nyeri pada sendi metatarsofalangeal ibu jari

kaki.
4). Severity (Scale) of pain: Nyeri yang dirasakan antara 1-3 pada rentang

pengukuran 0-4. Tidak ada hubungan antara beratnya nyeri dan luas

kerusakan yang terlihat pada pemeriksaan radiologi.

5). Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambahburuk

pada malam hari atau siang hari.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum

mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting

ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic,alopurinol.

c. Riwayat Penyakit dahulu

Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung

terjadinya gout (mis: penyakit gagal ginjal kronis,l eukemia, hiperparatiroidisme).

Masalah lain yang perluditanyakan adalah pernahkah klien dirawat dengan

masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alcohol yang berlebihan, penggunaan

obat diuretik.

d. Riwayat penyakit keluarga

Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai keluhan

yang sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh factor genetic. Ada

produksi/ sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.

e. Riwayat psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran

klien dalam keluarga dan masyarakat. Respons didapat meliputi adanya

kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan
berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat

respon nyeri, dan ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit

dan peningkatan asam urat pada sirkulasi. Adanya perubahan perandalam

keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon

terhadap konsep diri yang maladaptif.

f. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan

npemeriksaan setempat.

1) B1 (Breathing)

Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya

ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak

ada penggunaan otot bantu pernafasan.

Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.

Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi :

Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit, biasanya

didapatkan suara ronki atau mengi.

2) B2 (Blood)

Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan

keringat dingin dan pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.

3) B3 (Brain)

Kepaladan wajah: Ada sianosis.

Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis pada

kasus efusi pleura hemoragi kronis.


Leher : Biasanya JVP dalam batas normal.

4) B4 (Bladder)

Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan

pada system perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami

komplikasi ke ginjal berupa pielonefritis, batu asam urat, dan gagal

ginjal kronik yang akan menimbulkan perubahan fungsi pada

system ini.

5) B5 (Bowel)

Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi

tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.

Selain itu, perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan

jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung.

Dan tidak nafsu makan, terutama klien yang memakan obat

alnagesik dan anti hiperurisemia.

6) B6 ( Bone ).

Pada pengkajian ini di temukan:

(1) Look. Keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utamayang

mendorong klien mencari pertolongan (meskipun mungkin

sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri

biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan

istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri

yang lebih dibandingkan dengan gerakanyang lain. Deformitas


sendi (pembentukan tofus) terjadi dengan temuan salah satu sendi

pergelangan kaki secara perlahan membesar.

(2) Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.

(3) Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat.

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut berhubungkan dengan agen penceder, proses

inflamasi, destruksi sendi.

b. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunaan

rentang gerak, kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada

sendi kaki.

c. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki

dan terbenuknya tofus.

d. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

tentang penyakitnya.

a) Dx: Nyeri akut berhubungkan dengan agen penceder, proses

inflamasi,destruksi sendi.

Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam, nyeri yang dirasakan klien berkurang.

Dengan kriteria hasil :

-          Klien melaporkan penelusuran nyeri

-          Menunjukkan perilaku yang lebih rileks


-          Skala nyeri nyeri berkurang dari 0 – 1 atau teratasi

b) Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunaan rentang gerak,

kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki.

Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu

melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Dengan kriteria hasil :

-          Klien ikut dalam program latihan

-          Tidak mengalami kontraktur sendi

-          Kekuatan otot bertambah

-          Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

dan mempertahankan koordinasi optimal.

c) Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan

terbenuknya tofus.

Tujuan keperawatan : Citra diri dan kepercayan diri meningkat.

Kriteria hasil :

-          Klien mampu mengatakan dan mengkomunikasikan dengan

orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi

-          Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.

-          Mengakui dan menggabungkan dalam konsep diri.

d) Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.

Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien

mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Dengan kriteria hasil :


-          Klien mampu melakuan aktivitas secara mandiri.

-          tidak terjadi cedera fisik pada klien.

-          klien tidak memasakan aktivitas berat.

-          klien mampu menerima keadahan dirinya yang sudah usia

lansia.

e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang

penyakitnya.

Tujuan keperawatan : klien mengetahui informasi tentang penyakitnya

- Klien mampu mengenal penyakitnya

- Klien memperlihatkan peningkatan tingkat pengetahuannya mengenai

proses penyakitnya.

You might also like