You are on page 1of 15

MAKALAH

HUBUNGAN BISNIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“ HUKUM BISNIS DAN PERBANKAN INDONESIA”

Dosen Pengampu :

Budi Kolistiawan, S.Pd., M.E.I.

Disusun oleh :

Amanda Nurmala Anggraini 12101183102

HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKUM (FASIH)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

JULI 2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... ............. i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ............. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ............. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ ............. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... ............. 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... ............. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hubungan bisnis ........................................................ ............. 2
B. Bentuk-bentuk hubungan bisnis .................................................. ............. 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. ............. 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan bisnis seringkali terjadi karena adanya perjanjian atau kontrak
terlebih dahulu. Perjanjian atau kontrak adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh beberapa pihak untuk memperoleh suatu titik temu untuk saling
mengikatkan diri. Perjanjian atau kontrak seringkali membahas syarat dan
ketentuan sebelum disepakatinya suatu bisnis.
Dalam Kitab Hukum Perdata tidak disebutkan secara sistematis
tentang bentuk kontrak. Namun dari telaahan berbagai ketentuan yang
tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka kontrak
menurut bentuknya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kontrak lisan dan
tertulis.1
Hubungan bisnis ini bisa terjalin karena masing-masing pihak memiliki
tujuan masing-masing. Hubungan bisnis memiliki beberapa bentuk. Bentuk-
bentuk hubungan bisnis akan dijelaskan pada makalah yang akan kami susun ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hubungan bisnis?
2. Apa saja bentuk-bentuk hubungan bisnis?
C.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian dan hubungan bisnis.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang bentuk-bentuk hubungan bisnis.

1Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia (Jakarta, Sinar Grafika,
2005) hal.19.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian hubungan bisnis
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang
atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara
historis kata bisnis dari bahasa inggris bussines, dari kata bussy yang berarti
“sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian,
sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. 2
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau
sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan.
Kata “bisnis” sendiri dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan
yuridis(hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau
keuntungan.3
Menurut Allan Aufan: “Bisnis adalah sekumpulan aktivitas yang dilakukan
untuk menciptakan dengan cara menggembangkan dan mentransformasikan
berbagai sumber daya menjadi barang atau jasa yang diinginkan
konsumen(2004)”
Menurut Glos, Steade dan Lowry: “Bisnis merupkan jumlah seluruh
kegiatan yang diorganisir oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang
perniagaan dan industry yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan
mempertahankan dan memperbaiki standart serta kualitas hidup mereka”
B. Bentuk-bentuk hubungan bisnis
a. Keagenan
Dalam hal ini diartikan sebagai adanya hubungan hukum dimana
seseorang atau pihak agen diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama orang
atau pihak principal (badan/perseorangan yang dalam suatu perjanjian
memberikan amanat kepada pihak lain untuk melaksanakan suatu transaksi
perdagangan dalam perbankan) untuk melaksanakan transaksi bisnis dengan
pihak lain.4

2 Widyatmi, Diktat Pengantar Bisnis (Jakarta: Gunadarma,1996), hal 25


3 Ibid, 28
4 Solihin ismail, Pengantar Bisnis ( Jakarta: Prenada Media, 2006) hal. 45

2
Hubungan hukum antara partisipal dan suatu perusahaan dalam
penunjukan untuk melakukan perikatan/pembuatan/manufaktur serta
penjualan/distribusi barang modal atau produk industri tertentu. Jasa keagenan
adalah usaha jasa perantara untuk melakukan suatu transaksi bisnis tertentu
yang menghubungkan produsen di suatu pihak dan konsumen dilain pihak.
Jadi keagenan adalah adanya wewenang yang dipunyai oleh agen yang
bertindak untuk dan atas nama partisipal. Partisipal akan bertanggung jawab
atas tindakan-tindakan oleh seorang agen, sepanjang hal tersebut dilakukan
dalam batas-batas wewenang yang diberikan kepadanya. Dengan perkataan
lain bila seorang agen ternyata bertindak melampaui batas wewenagnya maka,
agen itu sendiri bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya sendiri.
Sedangkan distributor tidak bertindak untuk dan atas nama pihak yang
menunjuknya sebagai distributor (supplier) atau manufacture. Distributor
bertindak hanya untuk dan atas nama sendiri.
Dalam perjanjian bisnis yang diadakan antara agen atau distributor
dengan prinsipalnya, biasannya dilakukan dengan membuat suatu kontrak
keluarga isinnya ditentukan oleh para pihak sesuai dengan kepentingan para
pihak tersebut, supaya tidak bertentangan dengan hukum dan kesusilaan sesuai
pasal 1388 KUH Perdata. Apabila agen atau distributor ingin mengalihkan
haknya kepada pihak lain baik sebagian maupun seluruhnya, tentu dibolehkan
sesuai dengan isi pasal 1338 KUH Perdata mengenai hak kebebasan
berkontrak.
Perbedaan Pokok Agen dengan Distributor
Menurut Nathan Weinstock (1987):
a. Distributor membeli dan menjual barang untuk diri sendiri dan
atas tanggung jawab sendiri termasuk resiko, sedangkan agen
melakukan tindakan hukum atasperintah dan tanggung jawab
participal.
b. Distributor mendapat keuntungan atas margin harga beli dengan
harga jual, sementara agen mendapat komisi.

3
c. Distributor bertanggung jawaab sendiri atas semua biaya yang
dikeluarkan, sedangkan agen meminta pembayaran kembali atas
biaya yang dikeluarkannya.
d. Sistem manajemen dan akuntansi dari distributor bersifat
otonom, sedangkan keagenan berhak menagih secara langsung
kepada nasabah.5
Sengketa-sengketa Keagenan:
1. Perselisihan biasanya disebabkan terutama menyangkut tata
cara pengakhiran (siapakah yang dimaksud dengan “pihak”,
versi partisipal, pihak adalah hanya agen saja, sementara versi
agen, pihak adalah baik partisipal maupun agen.
2. Standard atau ukuran untuk menilai kegiatan yang tidak
memuaskan diri pihak agen.
3. Penunjukan agen lain sebelum ada penyelesaian tuntas.
4. Lemahnya system pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak
keagenan.
5. Masih ada anggapan bahwa agen hanya sebatas working
relationship, bukan sebagai partnership dari partisipal yang
kemudian berujung pada habis manis sepah dibuang, setelah
melakukan berbagai upaya untuk membangun channel of
distribution, promosi, pemasaran, dan lain-lainnya.
b. Franchising (Hak Monopoli)
Franchising pada mulannya dipandang bukan sebagai suatu usaha
(bisnis), melainkan sebagai suatu konsep atau metode system pemasaran yang
dapat digunakan sebagai suatu perusahaan (Franchisor) untuk
mengembangkan pemasaran tanpa melakukan investasi langsung pada outlet
atau tempat penjualan, melainkan dengan melbatkan kerja sama dengan pihak
lain (Franchisee) selaku pemilik outlet. 6
Kata Franchisee berasal dari bahasa Prancis yang berarti bebas atau
lebih lengkap lagi bebas dari perhambaan (Free From Servitude) dalam bidang

5 Solihin ismail, Pengantar Bisnis ( Jakarta: Prenada Media, 2006) hal. 57


6 Ibid, hal. 63

4
bisnis francisee berarti kebebasan yang diperoleh seseorang wirausaha untuk
menjalankan sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu.
Franchisee merupakan suatu metode untuk melakukan bisnis, yaitu
metode untuk memasarkan suatu produk atau jasa ke masyarakat. Yang lebih
spesifiknya lagi franchising adalah suatu konsep pemasaran.
Perusahaan yang memberikan lisensi disebut Franchisor dan
penyalurannya itu disebut Franchisi. Perusahaan kecil mendefinisikan francisi
sebagai suatu system dan distributor dimana suatu perusahaan yang dimiliki
oleh seseorang diselenggarakan seolah-olah merupakan bagian yang besar,
lengkap dengan nama produk, merek dagang, prosedur penyelenggaraan
standard dan produk penyelenggaraan standard.
Ada empat hal yang menonjol dalam hal pemsaran konsep frenchise yaitu:
1. Produk (product)
2. Harga (price)
3. Tempat (place)/distribution
4. Promosi (promotion)
Franchise dapat didefinisikan sebagai suatu system pemasaran dan
distributor barang dan jasa, dimana sebuah perusahaan induk atau franchisor
memberikan kepada individu atau perusahaan lain yang bersekala kecil dan
menegah (franchise) hak-hak istimewa untuk melaksanakan sesuatu system
usaha tertentu dengan cara yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu,
disuatu tempat tertentu.
Dalam hal ini diartikan bahwa:
1. Harus ada suatu perjanjian (kontrak) tertulis, yang mewakili
kepentingan yang seimbang antara franchisor dengan franchisee. Isi
kontrak hendaknya didasarkan pada kesepakatan kedua belah pihak
2. Franchisor harus memberikan pelatihan dalam segala aspek bisnis
yang akan dimasukinnya. Juga memelihara kelangsungan usaha
franchise dengan memberikan dukungan dalam berbagai aspek bisnis
misalnya periklanan, supervise, dan sebagainya)

5
3. Franchisee diperbolehkan (dalam kendali franchisor) beroprasi
dengan menggunakan nama/merek dagang, format dan atau
prosedur, serta segala nama (reputasi) baik yang dimiliki franchisor.
4. Franchisee harus menggadakan investasi yang berasal dari sumber
dananya sendiri atau dngan dukungan sumber lain (misalnya kredit
perbankan). Pada outlet (tempat penjualan) yang dikelola franchisee,
tidak ada investasi langsung dari franchisor. Yang lazim adalah
pengadaan peralatan dengan fasilitas leasing atau barang dengan
cicilan oleh franchisee, atau pengadaan gedung oleh franchisor yang
disewakan kepada franchisor kedalam unit usaha yang dikelola
frenchisee.
5. Franchisee berhak secara penuh mengelola bisnisnya sendiri.
6. Frenchisee membayar fee atau royalty kepada franchisor atas hak
yang didapatkannya dan atas bantuan yang terus-menerus diberikan
oleh franchisor.
7. Frenchisee berhak memperoleh daerah pemasaran tertentu dimana ia
adalah satu satunya pihak yang berhak memasarkan barang atau jasa
yang dihasilkannya.
8. Transaksi yang terjadi antara franchisor dengan franhisee bukan
merupakan transaksi yang terjadi antara cabang dari perusahaan induk
yang sama, atau antara individu dengan perusahaan yang dikontrolnya.
Keuntungan dan Kerugian Franchisee:
Setiap hubungan bisnis selalu ada keuntungan dan kerugiannya. Disini
keuntungan dari franchisee adalah:
1. Diberikannya latihan dan pengarahan oleh franchisor. Latihan awal
ini diikuti oleh pengawas yang berlanjut.
2. Diberikannya bantuan financial daro franchisor. Biaya permulaan
tinggi, dan sumber modal dari perusahaan sering terbatas. Bila
prospek usaha dianggap suatu resiko yang baik, franchisor sering
memberikan dukungan financial kepada franchisee.

6
3. Diberikan penggunaan nama perdaganggan, produk atau merek yang
telah dikenal. Nama-namanya seperti Wendy’s, Perwakilan
Walgreen, Dairy Queen, Holiday Inn, Mc Donald’s dsb.
Sedangkan kerugian dalam bisnis ini adalah:
1. Adanya program platihan yang dijanjiakan franchisor kadangkala
jauh dari apa yang diinginkan oleh franchisee
2. Perincian tiap hari tentang penyelenggaraan perusahaan sering
diabaikan
3. Hanya sedikit sekali kebebasan yang diberikan kepada franchisee
untuk menjalankan akal budi mereka sendiri. Mereka mendapatkan
diri mereka terikat suatu kontrak yang melarang untuk membeli baik
peralatan maupun perbekalan dari tempat lain.
4. Pada bisnis franchise jarang mempunyai hak untuk menjual
perusahaan kepada pihak ketiga tanpa terlebih dahulu
menawarkannya kepada franchisor dengan harga yang sama
c. Penggabungan Perseroan Terbatas (Joint Venture)

Menurut pandangan seorang ahli hukum, joint venture adalah kerjasama


sementara yaitu suatu macam partnership (perserikatan) yang bersifat sementara.
Join venture adalah kejasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal
nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian berkala. 7
Operasional dari Joint Venture:
1. Mencoba memanfaatkan modal asing yang berasal dari luar negri
2. Mencoba untuk memanfaaatkan teknologi yang berasal dari luar
negri
3. Mencona untuk memanfaaatkan kapasitas manajemen berasal dari
luar negri
Alasan Pembentukan Joint Venture:
1. Ingin membangun perusahaan yang lebih kuat
2. Adanya pembagian biaya dan resiko
3. Memperbaiki akses sumber finansial atau modal

7 Solihin ismail, Pengantar Bisnis ( Jakarta: Prenada Media, 2006) hal. 72

7
4. Pertimbangan ekonomi dan keuntungan
5. Akses menuju teknologi dan pelanggan baru
6. Akses menuju praktik manajerial yang lebih inovatif
Masalah-Masalah yang Kerap Terjadi Dalam Joint Venture:
1. Umumnya joint venture dengan pihak asia jarang berhasil
dikarenakan perbedaan budaya.
2. Adanya pembagian saham 49% (nasional) -51% asing membuat
perusahaan asing dapat mengambil keputusan penting karena
sahamnya lebih dari setengah, sedangkan bagi perusahaaan nasional
walaupun sahamnya mendekati 50% namun tetap saja tidak dihitung
sebagai setengah pemilik saham sehingga umumnya tidak dapat
mengambil keputusan penting.
3. Begitu juga dengan joint venture yang merupakan gabungan lebih
dari dua perusahaan, misalkan 5 perusahaan. Maka pembagian
sahamnya pun biasanya kecil-kecil, kemungkinan masing-masing
hanya 20% saja. Kemudian masalahnya adalah dalam pengambilan
suatu keputusan akan terjadi pengoperan saham ke pihak lain, karena
ketidakpuasan
4. Yang bermasalah lagi adalah bila joint venture dengan susunan 50%
50% maka keputusan tak dapaat diambil, apalagi kalau tidak ada
yang mau mengalah. Karena itu jangan pernaah membut joint
venture dengan susunan sama seperti itu.

d. Bangun Guna Serah (Build, Opera and Transfer=BOT)


Yang dimaksud dengan bentuk pola bangunan guna serah (Build, Operate
and Transfer/BOT) adalah pemanfaatan barang milik/kekayaan Negara/Daerah
yang dilimpahkan pengelolaanya kepada Perum atau Perusahaan Daerah berupa
tanah oleh pihak lain, dengan cara pihak lain tersebut membangun bangunan dan
atau sarana lain berikut fasilitasnya di atas tanah tersebut, serta mendayagunakan
dalam jangka waktu 20-30 tahun sesuai diatur didalam Keputusan Mentri
Keuangan No. 470/KMK.01/1994 tanggal 20 September 1994, untuk kemudian

8
menyerahkan kembali tanah, bangunan dan atau sarana lain berikut fasilitasnya
tersebut beserta pendayagunaannya kepada pemilik atau pihak pertama setelah
berakhirnya jangka waktu yang disepakati.8
Perjanjian meliputi transaksi pembangunan bangunan diatas tanah oleh
dan sepenuhnya atas biaya pihak kedua sesuai dengan ketentuan ketentuan dalam
perjanjian, untuk mana pihak kedua diberi imbalan dalam bentuk hak
pengoperasian bangunan supermarket dan menarik hasil dari pengoperasian
tersebut selama jangka waktu pengoperasian, serta menyerahkan kembali
bangunan serta hak pengoperasiannya kepada pihak pertama setelah jangka
waktu pengoperasian berakhir.
Kewajiban dan hak masing-masing pihak
1. Pihak pertama berkewajiban untuk:
- Menyiapkan dan menyerahkan tanah sebagaimana dalam keaadaan
kosong dan bebas dari ikatan hukum dengan pihak lain kepada pihak
kedua dengaan suatu berita acara penyerahan yang akan dilampirkan
pada dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjanjian ini.
- Membantu kelancaran pengurusan dan penyelesaian Hak Guna
Bangunan (HGB) atas tanah tersebut tanah tersebut tercatat atas
nama pihak kedua, serta membantu kelancaran pengurusan
penyelesaian perizinan perizinan dalam rangka pendirian sarana
yang diperlukan antara lain: Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), H.O,
Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), atas biaya pihak kedua.
2. Pihak kedua berkewajiban untuk:
- Melaksanakan pembangunan bangunan sebagaimana dimaksud
sampai selesai dalam jangka waktu maksimal 2 tahun setelah
keluarnya sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) atas nama Pihak
Kedua di atas tanah sertifikat Hak Milik atas nama Pihak Pertama,
sebagai masa kontruksi.
- Membayar biaya penggadaan tanah
- Menyetorkan bagian keuntungan setiap tahun kepada pihak pertama

888
Munir Fuady, pengantar hukum bisnis, menata bisnis modern (Bandung: Chitra Aditya Bhakti:
2002) hal. 98

9
- Membayar kompensasi atas pemberian Hak Guna Bnagunan atas
nama Pihak Kedua diatas Hak Milik atas nama Pihak Pertama
- Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Mengadakan renovasi Bangunan dan sarana penunjanganya
sekurang-kurangnya 5 tahun sekali
- Mengansuransikan bangunan tersebut pada Perusahaan Asuransi
sejak pembangunan dimulai sampai dengan berakhirnya kerjasama
- Menyerahkan kembali bangunan dan hak pengoperasian kepada
Pihak Pertama setelah berakhirnya jangka waktu pengoperasian
dalam keadaan baik dan dapat berfungsi secara maksimal
- Pihak kedua berhak meminjamkan Hak Guna Bangunan (HGB) atas
nama Pihak Kedua di atas Hak Milik atas nama Pihak Pertama pada
Bnk/Lembaga Keuangan lainnya sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
- Resiko finansial yang diakibatkan oleh transaksi antara Pihak Kedua
dengan Bank/Lembaga Keuangan maupun pihak pihak lain menjadi
beban dan tanggung jawab Pihak Kedua.
Pemutusan Perjanjian
1. Perjanjian dapat diputuskan apabila:
a. Kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri dan dituangkan dalam
persetujuan tertulis.
b. Pihak Kedua tidak dapat menyelesaikan pembangunan Bangunan
c. Terjadi keadaan memaksa dan perjanjian ini disepakati untuk
berakhir.
2. Pemutusan perjanjian ini dapat terjadi pada masa pembangunan Bangunan
maupun pada masa pengoperasian Bangunan Supermarket.
Penyerahan Kembali Bngunan dan Hak Pengoperasian
1. Dalam jangka waktu enam bulan sebelum perjanjian berakhir. Kedua
belah pihak harus melakukan penelitian dan evaluasi terhadap asset dan hutang-
piutaang yang berhubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini.

10
2. Dalam hal pelaksanaan perjanjian ini berlangsung dengan lancar dan tertib
dan jangka waktu pengoperasian berakhir, maka dalam waktu selambat-lambatnya
tuju hari kerja sejak berakhirnya jangka waktu kerjasama, pihak kedua wajib
menyerahkan bangunan Supermarket kepada Pihak Pertama dengan suatu Berita
Acara Penyerahan
3. Berita Acara Penyerahan tersebut harus memuat secara terperinci keadaan
tanah dan bangunan pada saat penyerahan kembali hak pengoperasian dari Pihak
Kedua kepada Pihak Pertama.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan bisnis bisa terjadi karena adanya perjanjian atau kontrak yang
disepakati oleh beberapa (lebih dari satu) pihak. Beberapa pihak ini melakukan
hubungan bisnis untuk mencapai tujuan masing-masing. Hubungan bisnis ini ada
syarat dan ketentuannya, jika salah satu melanggar maka kerugian tidak bisa
dihindarkan lagi, serta pihak yang merasa dirugikan harus melapor kepada pihak
yang berwajib.
Hubungan bisnis terdiri dari beberapa macam bentuk. Beberapa macam
bentuk itu adalah keagenan, franchising (hak monopoli), pembangunan perseroan
terbatas (joint venture), serta bangunan guna serah ( Build,Opera and Transfer =
BOT).
B. Saran
Makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kelompok kami siap untuk menerima kritik serta saran dari pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

H.S.,Salim, 2005, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia


Jakarta, Sinar Grafika

Widyatmi, 1996, Diktat Pengantar Bisnis, Jakarta Gunadarma

Ismail,Solihin , 2006, Pengantar Bisnis Jakarta, Prenada Media

Fuady ,Munir, 2002, pengantar hukum bisnis, menata bisnis modern ,Bandung
Chitra Aditya Bhakti

13

You might also like