You are on page 1of 4

Kontaminasi Merkuri Pada Lampu Hemat Energi | Iptek | DW | 17.01.2012 http://www.dw.

com/id/kontaminasi-merkuri-pada-lampu-hemat-energi/a-15672034

RUBRIK / IPTEK

IP TEK

Secara bertahap mulai 2009 di Eropa dipacu penggunaan lampu hemat energi. Baru belakangan diketahui, lampu hemat energi
ternyata mengandung logam berat merkuri yang amat beracun.

Langkah Komisi Uni Eropa, untuk mengganti lampu pijar konvensional yang boros energi, dengan lampu yang lebih
efisien itu, mula-mula dipuji organisasi pelindung lingkungan. Tapi lampu hemat energi, jika sudah tidak berfungsi,
harus dibuang sebagai sampah khusus, karena mengandung logam berat merkuri atau air raksa yang berbahaya
bagi lingkungan dan manusia.

Para politisi Eropa menilai, lampu hemat energi dapat


memperlambat perubahan iklim, karena mengkonsumsi listrik
lebih sedikit untuk pendar cahaya yang lebih cemerlang. Dengan
begitu emisi karbon dioksidanya juga lebih kecil dibanding
lampu pijar konvensional.

Lampu pijar konvensional hanya memiliki efisiensi sekitar 5 persen. Dalam arti, hanya 5 persen
energi listrik yang diubah menjadi cahaya, sisanya sekitar 95 persen diubah menjadi panas.

Sisi negatif diabaikan Lampu pijar yang boros energi (depan) akan dilarang di
Eropa, diganti lampu hemat energi (belakang)
Sisi negatif lampu hemat energi, cukup lama tidak diangggap sebagai tema penting oleh organisasi
pelindung lingkungan. Dipandang dari segi teknik, lampu hemat energi adalah sebuah varian yang

1 of 4 2/21/2018, 3:56 PM
Kontaminasi Merkuri Pada Lampu Hemat Energi | Iptek | DW | 17.01.2012 http://www.dw.com/id/kontaminasi-merkuri-pada-lampu-hemat-energi/a-15672034

canggih dari lampu tabung neon. Cahayanya terfokus dan hanya terbatas pada spektrum tertentu dari sinar matahari.

Juga getaran cahaya yang khas, seperti pada lampu tabung neon, tetap ada. Kedipan cahaya amat cepat itu, sejauh ini belum diketahui dampaknya pada
tubuh manusia. Juga kenyataan, bahwa keawetan lampu hemat energi tidak sepanjang yang diiklankan, tidak menjadi tema penting bagi para politisi
dan aktivis lingkungan.

Bahkan sebaliknya, sejumlah organisasi pelindung lingkungan juga memuji politik Uni Eropa,
untuk memacu penggunaan lampu hemat energi. Pakar energi dari Greenpeace Austria, Niklas
Schinerl mengungkapkan :“Lampu pijar, dari pandangan kami, adalah teknologi kuno yang harus
ditarik dari pasar, digantikan sistem pencahayaan yang lebih efisien.“

Ambang batas aman terlalu tinggi

Komisi Uni Eropa mengizinkan ambang batas aman hingga lima miligram merkuri untuk tiap
unit lampu hemat energi. Dengan itu, muncul ancaman pencemaran logam berat merkuri di

Niklas Schinerl rumah tangga, jika pemasarannya sudah meluas di seluruh anggota Uni Eropa. Sejak lama
diketahui, logam berat merkuri dalam dosis kecil sekalipun amatlah beracun. Karena itu, lampu
hemat energi yang sudah tidak berfungsi, harus dibuang sebagai sampah khusus.

Tapi kenyataannya, hanya sekitar 20 persen dari sampah khusus lampu hemat energi itu yang didaur ulang. Sebagian besarnya justru mendarat sebagai
sampah rumah tangga. Dengan itu logam berat merkuri kembali memasuksi sirkulasi ekositem.

Ketetapan Komisi Uni Eropa terkait ambang batas aman kadar merkuri pada lampu hemat energi, merupakan skandal dan situasi tidak wajar. Demikian
penilaian pakar fisika radiasi dari Lembaga Nuklir Universitas Teknik Wina, Austria, Georg Steinhauser.

“Saya melihat, terdapat kelemahan besar dalam aturan yang ada. Kelemahannya, kadar merkuri baru dapat diketahui setelah lampunya dihancurkan.
Dengan dihancurkannya lampu, unsur gasnya juga menguap. Ini tidak disinggung dalam aturan. Artinya, disini ada kesalahan sistematis, dimana hasil
analisa kemungkinan secara dramatis dimanipulasi”, tegasnya.

Hal itu seharusnya menarik perhatian para ilmuwan, kata Steinhauser. Disebutkan, ia akan segera mempublikasikan hasil penelitian ilmiahnya.
Steinhauser menegaskan, baginya ambang batas aman merkuri sebesar lima miligram, atau bahkan hanya satu miligram, yang merupakan nilai minimal
bagi lampu hemat energi agar dapat bercahaya, masih terlalu tinggi.

2 of 4 2/21/2018, 3:56 PM
Kontaminasi Merkuri Pada Lampu Hemat Energi | Iptek | DW | 17.01.2012 http://www.dw.com/id/kontaminasi-merkuri-pada-lampu-hemat-energi/a-15672034

Perbandingan rasional

Kini dipertanyakan, apakah beban cemaran logam berat merkuri, masih rasional dibanding
penghematan energi yang dijanjikan? Niklas Schinerl dari Greenpeace Austria paling tidak masih
memperhitungan pengurangan emisi karbon dioksida sebesar 30 juta ton per tahunnya.

“Perhitungan kami, sedikitnya enam PLTN


dapat dinon-aktifkan, jika lampu hemat energi
digunakan secara meluas. Itu tidak sedikit.
Greenpeace juga tidak bahagia, karena ada Georg Steinhauser
peralatan rumah tangga, yang mengandung
merkuri. Itu jelas“, katanya.

Akhir tahun 2012 lampu pijar konvensional tidak diizinkan lagi dijual di pasaran Uni Eropa.
Artinya, zamannya lampu hemat energi yang mengandung logam berat merkuri semakin
6 PLTN di Eropa dapat ditutup, jika penggunaan lampu dimantapkan. Hasil evaluasi dampak beban cemarannya terhadap ekositem, sesuai ketentuan Uni
hemat energi sudah meluas.
Eropa baru dapat diketahui tahun 2014,

Alexander Musik/Agus Setiawan

Editor : Dyan Kostermans

Tanggal 17.01.2012

Kata Kunci Energiesparlampe, CO2, Energie, Umwelt, Klima, quecksilber, merkuri

Bagi artikel Kirim Facebook Twitter google+ lainnya

Cetak Cetak halaman ini

Permalink http://p.dw.com/p/13l0k

3 of 4 2/21/2018, 3:56 PM
LAMPU HEMAT ENERGY lampu TL (Tubular Lamp)

Sesungguhnya dalam setiap lampu TL mengandung sampai 5 miligram mercury, dalam bentuk uap atau bubuk. Jika ceroboh menggunakannya, dapat
membahayakan keselamatan, terutama untuk balita, anak-anak dan wanita hamil. Dengan catatan bahaya itu akan timbul jika bola lampu pecah. Uap raksa ini
menkonversi energi listrik menjadi cahaya ultraviolet sehingga substansi fosfor pada tabung menjadi berpendar.

Soalnya, beberapa miligram mercury dan uap raksa saja, sudah bisa meracuni metabolisme tubuh manusia. Apalagi bila terkena pada anak-anak, bisa
menurunkan IQ dan berdampak panjang pada usia lanjut. Uap raksa ini adalah neurotoksin, ialah racun yang sangat berbahaya dan berakibat fatal pada otak
dan ginjal. Jika mercury terakumulasi dalam tubuh dapat merusak sistem syaraf, janin dalam kandungan, dan jaringan tubuh anak-anak.

Kenapa penggunaan lampu TL menggunakan mercury? Karena dapat menghemat energi 2/3 pembangkit listriknya. Cukup signifikan memang dibanding
dengan penggunaan lampu pijar yang menkonsumsi banyak daya. Masih digunakannya mercury, karena memang belum ada pengganti sebaik mercury.
Makanya , akhir akhir ini penetrasi lampu berbasis LED semakin popular walaupun harganya masih MAHAL.

Cara kerja lampu hemat energy adalah : Elektroda ditempelkan dengan cara dijepit pada sebuah lead-wire. Untuk lampu yang bekerja ekstra, pada elektroda
biasanya dilindungi dengan perisai elektroda yang gunanya untuk menghindari terjadinya bercak hitam di ujung-ujung tabung lampu. Bercak hitam ini terjadi
karena penguapan pemancar dari elektroda.

Lampu diisi dengan gas mulia seperti argon, pada tekanan 200 pa – 660 pa. Fungsinya untuk membantu proses penyalaan lampu. Disamping itu, juga
dimasukkan mercury ( Hg ) ke dalam tabung yang digunakan dalam pembentukan cahaya. Pada temperatur waktu lampu tersebut beroperasi, terdapat tekanan
dari mercury. Dan radiasi yang dikeluarkan oleh pancaran mercury, berupa sinar ultra violet, dengan panjang gelombang 253 – 257 nm. Lapisan fosfor pada
bagian tabung berfungsi untuk mengkonversikan sinar ultra violet menjadi cahaya tampak, sehingga intensitas cahaya meningkat.

langkah-langkah yang harus diambil bila lampu pecah sebagai berikut:


1. Sebelum membersihkan buka semua ventilasi ruangan, jendela, pintu dan tinggalkan ruangan paling tidak 15 menit.
2. Matikan semua sistem ventilasi yang menggunakan kipas termasuk AC.
3. Bila lampu pecah di permukaan seperti lantai, ambilah pecahan kaca menggunakan kertas yang agak kaku atau karton dan tempatkan di kantong plastik
4. Gunakan selotip atau isolasi untuk mengambil sisa-sisa serpihan halus / remah-remah kaca.
5. Seka lantai dengan lap basah dan buang di kantong plastik.
6. Jangan sekali-kali menggunakan sapu atau vacuum cleaner untuk membersihkan pecahan kaca, karena akan memperluas sebaran debu serbuk mercury.
7. Segera buang kantong plastik yang tutup rapat dengan membuangnya sejauh mungkin. Di negara maju, untuk pembuangan sampah, khususnya limbah
lampu TL diatur secara ketat dan ada recycling center khusus lampu TL.
8. Cuci tangan dengan sabun sampai bersih.
9. Untuk di area Industri, yang menggunakan lampu TL, sebaiknya limbah lampu TL nya dilakukan pengelolaan, dan ditempatkan ditempat yang khusus
misalnya di TPS B3.

You might also like