You are on page 1of 9

LIGHT VOL. 8 NO.

2 OKTOBER 2015

STUDY ON IDENTIF IYING THE POTENTIALS BLACK SPOT AND


DETERMINING THE MAXIMUM SAFETY DESIGN SPEED IN
MANBAKOR- SARONGGI STREET

Zainal Abidin
Prodi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surabaya

ABSTRACT

This article deals with the application of the multiple regression approach and accident graphic to
identifiying potentials black spot and determine maximum safety design speed based on accident
data, traffic characteristics, geometric of highways.

Key words : maximum design safety speed, traffict accident, black spot, tarffic characteristics

3. Merumuskan penentuan kecepatan


1. PENDAHULUAN maksimal yang berkeselamatan untuk
Keselamatan transportasi khususnya di jalan mencegah terjadinya kecelakaan.
raya merupakan salah satu masalah transportasi Sedangkan sasaran kegiatan ini adalah :
yang belum sepenuhnya terselesaikan di 1. Teridentifikasinya data kondisi, jenis
Indonesia. Dilihat dari segi makro ekonomi, pelanggaran di ruas Jalan DPU Desa
kecelakaan merupakan inefisiensi terhadap Manbakor, Kecamatan Saronggi,
penyelenggaraan transportasi, merupakan suatu Kabupaten Sumenep.
kerugian yang mengurangi kuantitas dan 2. Teridentifikasinya faktor-faktor penyebab
kualitas orang dan atau barang yang diangkut kecelakaan yang paling berpengaruh pada
juga sekaligus menambah total biaya kejadian kecelakaan di jalan Jalan DPU
penyelenggaraan transportasi. Desa Manbakor, Kecamatan Saronggi,
Kabupaten Sumenep.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi 3. Tersusunnya ketentuan batas kecepatan
tingginya angka kecelakaan antara lain kondisi maksimal yang berkeselamatan beserta
jalan, kondisi lalu-lintas, kondisi lingkungan rekomendasi penanganannya.
dan faktor manusia. Penelitian-penelitian di
berbagai negara telah mengidentifikasikan 3. LINGKUP BATASAN STUDI
adanya hubungan antara kondisi lalu-lintas Wilayah kegiatan studi adalah ruas Jalan DPU
dengan angka kecelakaan. Salah satu kondisi Desa Manbakor, Kecamatan Saronggi,
lalu-lintas tersebut adalah derajat kejenuhan Kabupaten Sumenep dengan tetap
jalan atau (v/c) rasio, yaitu jumlah arus lalu- memperhatikan wilayah Kabupaten Sumenep.
lintas yang ditampung pada suatu kapasitas Lingkup materi studi ini adalah sebagai berikut :
jalan. Namun demikian hubungan antara (v/c) 1. Melakukan inventarisasi kondisi jalan,
rasio dengan angka kecelakaan tidaklah selalu tingkat kecelakaan, faktor penyebab
sama untuk masing-masing negara, bahkan kecelakaan dan jumlah korban
mungkin berbeda pada tiap lokasi penelitian. kecelakaan.
2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN 2. Melakukan identifikasi titik black spot di
STUDI ruas jalan.
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk 3. Menganalisis perkiraan rata-rata
melakukan kajian penentuan kecepatan kecepatan kendaraan pada saat terjadi
maksimal yang berkeselamatan pada Black kecelakaan berdasarkan data yang ada.
Spot di ruas Jalan DPU Desa Manbakor,
Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep.
Tujuan kegiatan ini adalah : 4. Menghimpun data dan informasi
1. Mendata pelanggaran dan kecelakaan lalu- pendukung lainnya yang diperlukan
lintas pada ruas DPU Desa Manbakor, untuk mendukung hasil studi.
Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, 5. Melakukan kajian penentuan kecepatan
yang meliputi jenis-jenis pelanggaran dan kendaraan di ruas jalan yang
kecelakaan yang terjadi. berkeselamatan.
2. Menidentifikasi faktor-faktor penyebab
kecelakaan yang paling berpengaruh dalam
kecelakaan lalu-lintas.
1
LIGHT VOL. 8 NO. 2 OKTOBER 2015

6. Merumuskan rekomendasi penanganan ini diharapkan memberikan alternatif bentuk-


black spot di ruas jalan sehingga bentuk penanganan lalu-lintas di jalan menjamin
meminimalkan tingkat kecelakaan. berkurangnya angka kecelakaan.

4. LANDASAN HUKUM Pendekatan dan kerangka studi ini secara


Landasan hukum yang berkaitan dengan materi diagramatis diperlihatkan pada Gambar 1.1 di
studi ini adalah sebagai berikut : bawah.
1. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
tentang lalu-Lintas Angkutan Jalan.
2. Undang-Undang No. 34 Tahun 2004
tentang Jalan.
3. Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006
tentang Jalan.
4. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1999
tentang Jalan;
5. Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1993,
tentang Prasarana dan Lalu-Lintas Jalan;
6. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993
tentang Lalu Lintas dan Prasarana Jalan.
7. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14
Tahun 2006 tentang Manajemen Dan
Rekayasa Lalu Lintas Di Jalan.
8. Standar Perencanaan Geometrik Untuk
Jalan Perkotaan Tahun 1992.
9. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota No. 038/T/BM/1997.
10. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
1997.

5. METODOLOGI
Aspek keselamatan menjadi penting dalam
pengembangan sistem transportasi dengan
melihat banyaknya kejadian transportasi.
Berbagai aktivitas terjadi di jalan mendorong
peluang adanya konflik atau kecelakaan.
Penambahan kendaraan yang pesat dan tidak
diimbangi ketersediaan prasarana jalan
menyebabkan sistem transportasi jalan belum
memberikan pelayanan yang memadai.
Kecelakaan menjadi salah satu akibat dari
kondisi-kondisi yang tidak dapat dikendalikan.

Kecelakaan merupakan kejadian yang sangat


kompleks yang dipengaruhi banyak
Faktor. Selain volume lalu lintas, geometri jalan
mempengaruhi kecelakaan yang terjadi.
Sebagai contoh, pengaruh lebar bahu, jumlah
lajur, dan lebar lajur bisa dikuantifikasi dengan
tingkat akurasi yang memadai.

Kecelakaan lalu-lintas merupakan indikator


utama tingkat keselamatan jalan raya. Di negara
maju perhatian dan upaya terhadap
permasalahan ini terus dikembangkan demi
meminimalkan kuantitas dan kualitas
kecelakaan. Namun di negara berkembang
seperti Indonesia angka kecelakaan lalu-lintas
masih sangat tinggi, sehingga diperlukan upaya-
upaya yang lebih serius lagi, baik yang bersifat
preventif maupun represif. Untuk itulah studi
2
LIGHT VOL. 8 NO. 2 OKTOBER 2015

Gambar 1. : Kerangka Studi

Tahapan Studi dengan tugas dan tanggungjawab Konsultan


antara lain meliputi persiapan adminsitratip,
Studi ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan mobiliasi personil maupun staf dan peralatan
yaitu tahap persiapan, tahap pendahuluan, tahap pendukung lainnya.
pengumpulan dan kompilasi data dan tahap
analisis. Tahap Pendahuluan

Tahap Persiapan Tahapan ini meliputi pengenalan wilayah studi


dengan melakukan survei pendahuluan,
Tahapan ini dipergunakan untuk koordinasi dan diskusi bersama Tim Teknis
mempersiapkan segala hal yang berkaitan untuk membahas metoda dan rencana kegiatan
3
LIGHT VOL. 8 NO. 2 OKTOBER 2015

studi. Seluruh hasil kegiatan ini selanjutnya e. Jam/arloji, sebagai penunjuk waktu
dituangkan dalam bentuk Laporan Pendahuluan. f. Meteran untuk mengukur jarak
g. Speedgun untuk mengambil data kecepatan
Pengumpulan Data Sekunder h. Surveyor, disini jumlah tenaga surveyor
disesuaikan dengan jumlah titik
Data sekunder dalam studi ini meliputi data pengambilan data dan data yang diperlukan.
kewilayahan yaitu data kependudukan dan data i. Kendaraan sebagai sarana bagi surveyor
ekonomi, peraturan perundangan yang berlaku Survei pencatatan kecepatan lalu-lintas
sebagai landasan hukum dari berbagai aspek rencananya dilaksanakan selama 6 jam yaitu 2
yang akan dibahas dalam studi, beberapa studi jam puncak pagi, 2 jam puncak siang dan 2 jam
yang relevan sebagai bahan rujukan dan data puncak sore sehingga membutuhkan
ruas-ruas jalan yang termasuk dalam lingkup penjadwalan tenaga surveyor seefisien mungkin
kegiatan studi. mengingat tenaga surveyor merupakan unsur
penting dalam pelaksanaan survei ini dan
Pengumpulan Data Primer pengaturan jam-jam kerja tenaga surveyor
mendapat perhatian yang baik agar diperoleh
Data primer dalam studi ini adalah data hasil yang optimal, baik ditinjau dari segi
geometrik jalan, data fasilitas keselamatanlalu- kualitas maupun kuantitasnya.
lintas, data kondisi tat guna lahan sekitar ruas a. Survei Kecepatan Setempat dengan Alat
jalan (side friction) dan data kecepatan rata-rata Pengukur Kecepatan
kendaraan. Waktu perjalanan bergerak dapat diperoleh dari
metode kecepatan setempat. Metode kecepatan
1. Survei Pendahuluan dan Persiapan setempat dimaksudkan untuk pengukuran
Survei karakteristik kecepatan pada lokasi tertentu pada
lalu-lintas dan kondisi lingkungan yang ada
Sebelum pelaksanaan survei, diadakan survei pada saat studi. Sejumlah kecepatan ini perlu
pendahuluan yang meliputi : diambil, agar dapat diperoleh hasil yang dapat
a. Survei tempat penelitian, bertujuan untuk diterima secara Statistik. Lokasi pengamatan
memilih pos pencatatan kecepatan kecepatan setempat sebaiknya dipilih pada ruas
kendaraan yang cocok dan memenuhi jalan diantara persimpangan, sedangkan waktu
syarat. pengamatan tergantung pada tujuan penggunaan
b. Survei pembagian waktu pelaksanaan basil survei. Kecepatan setempat hendaknya
penelitian diambil peak hour atau pada jam dilakukan pada saat udara yang baik dengan
puncak terjadi kepadatan arus lalu lintas. kondisi lalu-lintas normal. Pelaksanaan survey
c. Dengan survei pendahuluan akan dapat dapat secara manual atau otomatis. Pada cara
diketahui tenaga surveyor yang dibutuhkan, manual, kecepatan dihitung berdasarkan waktu
alat yang digunakan. selang pada jarak tertentu. Alat yang diperlukan
Persiapan survei merupakan langkah awal adalah stop watch, meteran dan material untuk
sebelum pelaksanaan survei. Langkah persiapan tanda pada permukaan jalan.
diperlukan untuk mengatur segala keperluan Tata Cara Survei
yang diperlukan selama survei, baik alat, bahan, Tata cara ini diberikan untuk pengukuran
tenaga surveyor, dan penjadwalan survei serta kecepatan setempat dengan metode manual
kebutuhan lain yang berhubungan dengan yang umum dilakukan. Sampel yang perlu
masalah pelaksanaan survei. dipenuhi saat melakukan survei adalah :
Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam 1) Kendaraan yang paling depan dari suatu
survei ini adalah : arus hendaknya diambil sebagai sampel
a. Kertas kerja/form survei, yaitu sebagai dengan pertimbangan bahwa kendaraan
tempat untuk mencacah kendaraan. Kertas kedua dan selanjutnya mempunyai
kerja tersebut telah dibuat sedemikian rupa, kecepatan yang sama dan kemungkinan
pada kolom telah dijelaskan semua jenis tidak dapat menyalip.
kendaraan yang akan dicacah, dan terdapat 2) Sampel untuk truk hendaknya diambil
penunjuk waktu tiap periode untuk sesuai dengan proporsinya. Dalam
mencacah kendaraan. pengukuran kecepatan setempat, panjang
b. Alat Tulis, yaitu digunakan untuk menulis jalan diambil sesuai dengan perkiraan
berupa bolpen, pensil, dan lain – lain kecepatan, seperti direkomendasikan pada
c. Counter, yaitu alat pencacah mekanik untuk Tabel 1 berikut.
memudahkan pencacahan, tetapi ada
sebagian mengadakan penghitungan secara
manual.
d. Hard Board, sebagai alas untuk menulis
4
LIGHT VOL. 8 NO. 2 OKTOBER 2015

Tabel 1 : Rekomendasi panjang jalan Hasil analisis ini berupa kinerja segmen jalan
untuk studi kecepatan setempat sesuai dengan karakteristik masing-masing
segmen.
Perkiraan kecepatan Penggal jalan 2. Analisis Kecepatan Rata-Rata
rata rata arus lalu-lintas (m) Perjalanan
(kpj) Kecepatan rata-rata perjalanan diperoleh dari
<40 25 25 rata-rata hasil survey kecepatan setempat
0 – 65 50 50 dengan menggunakan alat pengukur kecepatan
>65 75 75 setempat “speed gun”. Hasil analisis ini berupa
kecepatan rata-rata perjalanan segmen ruas jalan
Jumlah sampel kendaraan yang perlu diukur pada saat jam puncak dan bukan jam puncak.
kecepatannya dianjurkan sekitar sekurang- 3. Analisis Kondisi Geometrik Jalan
kurangnya 5 kendaraan. Analisis kondisi geometrik jalan sesuai dengan
ketentuan standar geometrik jalan yang
Perhitungan Hasil Survei menjamin keselamatan pergerakan kendaraan.
Untuk mendapatkan kecepatan setempat pada Berdasarkan analisis ini akan diketahui lokasi-
penggal jalan tertentu, rumus yang digunakan lokasi yang menimbulkan kerawanan lalu-lintas
adalah : yang disebabkan oleh kondisi geometrik jalan.
4. Analisis Kondisi Lingkungan (side
friction)
Kondisi lingkungan merupakan salah satu
penyebab menurunnya kapasitas jalan dan
Dimana : kerawanan lalu-lintas jalan yang memungkinkan
K = kecepatan setempat (km/jam) terjadinya kecelakaan lalu-lintas.
j = panjang jalan (m) 5. Analisis Kondisi Fasilitas Keselamatan
W = waktu tempuh (detik) Lalu-Lintas
Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas
umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan
b. Survei Kecepatan Setempat dengan Jalan berupa:
Pengukuran Waktu Tempuh a. Rambu Lalu Lintas;
b. Marka Jalan;
Pengumpulan data kecepatan kendaraan di c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
lapangan dilakukan dengan metode kecepatan d. Alat penerangan Jalan;
setempat dengan cara mengukur waktu tempuh e. Alat pengendali dan pengaman Pengguna
perjalanan kendaraan dalam menempuh jarak Jalan;
yang telah ditentukan. Dari waktu tempuh bisa f. Alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
dicari kecepatan rata – rata waktu kendaraan g. Fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan
dengan rumus : penyandang cacat; dan
h. Fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan yang berada di Jalan
dan di luar badan Jalan
Dengan : Analisis kondisi fasilitas keselamatan ini untuk
Vs : Space Mean Speed (km/jam) memastikan kebutuhan fasilitas yang menjamin
d : panjang ruas jalan yang ditempuh keselamatan berlalu-lintas telah terpenuhi.
(km atau m) 6. Analisis Kecepatan Maksimal yang
n : banyaknya data U Berkeselamatan
t : waktu untuk menempuh d (det Analisis kecepatan maksimal kendaraan yang
atau menit atau jam) berkeselamatan diarahkan untuk memperoleh
batas kecepatan maksimal yang
Tahap Analisis direkomendasikan bergasarkan kondisi lalu-
1. Analisis Kinerja Jalan lintas, kondisi lingkungan, kondisi tataguna
Analisis kinerja ruas jalan dilakukan dengan lahan di ruas jalan. Sehingga kecepatan
menggunakan data lalu-lintas hasil survey, maksimal yng direkomendasikan diharapkan
sedangkan data geometrik jalan dipergunakan akan meningktkan keselamatan pengguna jalan
data sekunder dari Bina Marga maupun Dinas atau mengurangi tingkat kecelakaan yang
Perhubungan. Data lainnya seperti kondisi terjadi pada ruas jalan.
penggunaan lahan sekitar ruas jalan merupakan
hasil pengamatan, sedangkan data kewilayahan Hasil Studi
merupakan data sekunder. Keseluruhan hasil studi dituangkan dalam
bentuk laporan studi yang berisi hasil analisis
5
LIGHT VOL. 8 NO. 2 OKTOBER 2015

kondisi ruas jalan, kecelakaan di ruas jalan, 6. ANALISIS KECELAKAAN LALU-


kecepatan lalu-lintas eksisting dan rekomendasi LINTAS DI RUAS JALAN
kecepatan lalu-lintas berkeselamatan yang Klasifikasi kecelakaan lalu-lintas berdasarkan
sesuai dengan kondisi ruas jalan. tipe-tipe kecelakaan dibagi menjadi enam yaitu,
1. Tabrak depan depan (satu jalur atau beda
jalur)
2. Tabrak depan belakang (kecelakaan tunggal
atau beruntun)
3. Tabrak depan samping (satu jalur atau
berpotongan) Dari diagram di atas terlihat bahwa jenis
4. Tabrak sendiri (korban tunggal atau korban kecelakaan yang sering terjadi adalah
ganda) kecelakaan yang melibatkan jenis tabrakan
5. Tabrak lingkungan (benda hidup atau benda depan depan (satu jalur atau beda jalur). Hal ini
mati) mungkin terjadi akibat jalan yang lurus yang
6. Tabrak samping samping (satu jalur atau mengakibatkan meningkatnya kecepatan
beda jalur) kendaraan dan menurunnya konsentrasi para
7. beruntun pengendara.
8. lain-lain
Data kecelakaan diperoleh dari Kepolisian 6.1. Analisis Titik-Titik Rawan
Kabupaten Sumenep. Hasil analisis data Kecelakaan (black spot)
tersebut dijelaskan sebagai berikut. Dari data Kepolisian Kabupaten Sumenep dan
hasil pengamatan di lapangan terdapat beberapa
titik rawan kecelakaan di area jalan DPU Desa
Manbakor,Kecamatan Saronggi Kabupaten
sumenep. Titik rawan kecelakaan terdapat pada
area jalan yang lurus dan berlubang, di titik
tersebut juga terdapat permukaan jalan yang
ditambal yang menyebapkan permukaan jalan
menjadi bergelombang dan tidak rata. Hal ini
dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan
dan menjadikan titik tersebut sebagai titik rawan
kecelakaan (black spot).

Analisis Daerah Rawan Kecelakaan matematis untuk menghitung angka kecelakaan


(black site) sebagai berikut :
Data kecelakaan dari kepolisian untuk ruas jalan Angka Kecelakaan Lalu-Lintas Per- Panjang
Desa Manbakor Kec. Saronggi, Kab. Sumenep Ruas
menunjukkan bahwa lokasi kecelakaan relatif Angka kecelakaan lalu-lintas per kilometer.
menyebar, sehinggga tidak ada penggal ruas adalah jumlah kecelakaan per kilometer dengan
yang secara khusus menunjukkan sebagai menggunakan rumus:
daerah rawan kecelakaan. Hanya saja AR = A / L
beradasarkan pengamatan di lapangan terdapat Keterangan :
beberapa lokasi yang berpotensi sebagai lokasi AR = Angka kecelakaan total per kilometer
rawan kecelakaan yaitu di beberapa lokasi setiap tahun
terdapat permukaan jalan yang rusak serta A = Jumlah total dari kecelakaan yang terjadi
adanya tambalan, pada lokasi ini juga terdapat setiap tahun
jalan yang lurus yang bisa menurunkan L = Panjang dari bagian jalan yang dikontrol
konsentrasi pengandara dan peningkatan dalam km
kecepatan oleh pengendara.
Kejadian kecelakaan dalam kurun 2012 sampai
2014 sebanyak 22 kejadian. Dengan panjang
Analisis Angka Kecelakaan ruas jalan 1. km, maka nilai AR adalah 22.
Angka kecelakaan (accident rate) biasanya
digunakan untuk mengukur tingkat kecelakaan Angka kecelakaan berdasarkan
pada satu satuan ruas jalan. Banyak indikator kendaraan km perjalanan.
angka kecelakaan yang telah diperkenalkan, Angka kecelakaan berdasarkan kendaraan km
Pignataro (1973) memberikan persamaan perjalanan dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut,
6
LIGHT VOL. 8 NO. 2 OKTOBER 2015

lingkungn yang berpotensi gangguan terhadap


lalu-lintas (side friction) sepanjang ruas jalan
menunjukkan intensitas kegiatan yang cukup
Keterangan : tinggi dengan dominasi kegiatan komersial dan
AR = Angka kecelakaan berdasarkan pemukiman.
kendaraan km perjalanan
A = Jumlah total kecelakaan Analisis Kondisi Fasilitas
LHRT = Volume lalu-lintas harian rata-rata Keselamatan Lalu-Lintas
tahunan
T = Waktu periode pengamatan Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas
L = Panjang ruas jalan (dalam km) umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan
Jalan berupa:
Hasil perhitungan angka kecelakaan i. Rambu Lalu Lintas;
berdasarkan kendaraan per kilometer perjalanan j. Marka Jalan;
adalah 774.83. k. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
l. Alat penerangan Jalan;
7. ANALISIS KECEPATAN m. Alat pengendali dan pengaman Pengguna
BERKESELAMATAN Jalan;
Kecepatan Rata-Rata Eksisting n. Alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
Kecepatan rata-rata perjalanan diperoleh o. Fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan
dari rata-rata hasil survey kecepatan penyandang cacat; dan
setempat dengan menggunakan alat p. Fasilitas pendukung kegiatan Lalu Lintas
pengukur kecepatan setempat “speed gun”. dan Angkutan Jalan yang berada di Jalan
Hasil analisis ini berupa kecepatan rata-rata dan di luar badan Jalan
perjalanan segmen ruas jalan.
Hasil pengamatan menunjukkan kecepatan rata- Analisis kondisi fasilitas keselamatan ini untuk
rata untuk kendaraan ringan 56 km/jam; untuk memastikan kebutuhan fasilitas yang menjamin
kendaraan sedang 53 km/jam; untuk Bus Besar keselamatan berlalu-lintas telah terpenuhi.
42 km/jam; untuk Truk 2 as 47 km/jam; untuk Hasil pengamatan menunjukkan ketersediaan
Truk 3 as 33 km/jam; untuk Truk Trailer 43 fasiitas keselamatan yang berupa rambu dan
km/jam dan untuk Motor 48 km/jam. Sehingga marka masih perlu penambahan terutama rambu
jika diambil rata-rata untuk semua jenis peringatan dan larangan parkir di sekitar ruas
kendaraan maka kecepatan rata-rata di ruas jalan yang lurus. Pemasangan fasilitas
jalan sebesar 46 km/jam. keselamatan ini dapat berupa lampu flas, rambu
peringatan dan rambu larangan.
Analisis Kondisi Geometrik Jalan
Analisis kondisi geometrik jalan sesuai Analisis Kecepatan Maksimal yang
dengan ketentuan standar geometrik Berkeselamatan
jalan yang menjamin keselamatan Analisis kecepatan maksimal kendaraan yang
pergerakan kendaraan. Kondisi geometrik berkeselamatan diarahkan untuk memperoleh
ruas jalan DPU Desa Manbakor secara batas kecepatan maksimal yang
umum relatif datar dengan maksimal direkomendasikan bergasarkan kondisi lalu-
kelandaian 3%. Kondisi geometrik yang lintas, kondisi lingkungan, kondisi tataguna
perlu mandapat perhatian adalah pada jalan lahan di ruas jalan. Sehingga kecepatan
yang lurus dan datar yang bisa maksimal yng direkomendasikan diharapkan
menimbulkan kecelakaan akibat akan meningkatkan keselamatan pengguna jalan
meningkatnya kecepatan dan menurunnya atau mengurangi tingkat kecelakaan yang
konsentrasi para pengendara juga adanya terjadi pada ruas jalan.
permukaan jalan yang rusak dan Berdasarkan analisis kondisi geometrik,
yang ditambal yang bisa tataguna lahan, gangguan samping, manajemen
mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan lalu-lintas dan fasilitas keselamatan lalu-lintas,
hasil analisis kondisi geometrik kecepatan maksimal di ruas jalan
tersebut direkomendasikan direkomendasikan sebesar 30 km/jam.
kecepatan yang berkeselamatan
di ruas jalan ini sebesar 30 km/jam.

Analisis Kondisi Lingkungan (side


friction)
Kondisi lingkungan merupakan salah satu
penyebab menurunnya kapasitas jalan dan
kerawanan lalu-lintas jalan yang memungkinkan 7
terjadinya kecelakaan lalu-lintas. Kondisi
LIGHT VOL. 8 NO. 2 OKTOBER 2015

Tabel .3. Standar Bina Marga Untuk Daftar Pustaka :


Kecepatan Rencana Ruas Jalan di Kawasan
Perkotaan Black, Introduction to Urban Transport
Planning, Mc Grow Hill, 1968
De Monfort University Library (2009) The
Harvard system of Referencing (WWW) De
Monford University.
www.library.dmu.ac.uk/Images/Selfstudy/Harva
rd.pdf (Diakses 04/06/2011).
Fachrurrozy. (2001) Keselamatan lalu lintas (
traffic safety ), Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Iskandar, et al. (2000) karakteristik kecelakaan
8. KESIMPULAN
lalu lintas di jalan tol Jakarta-Cikampek dan
Berdasarkan keseluruhan hasil analisis dapat
usulan pemecahannya. Konferensi Nasional
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
teknik jalan ke 6 Direktorat Jenderal Bina
1. Ruas jalan DPU Desa Manbakor, Kec.
Marga.
Saronggi, Kabupaten Sumenep merupakan
Kihlstrom, R. et al. (1976) The demand theory
jalan kabupaten yang memiliki karakteristik
of the weak axiom of revealed preference.
kawasan campuran dengan intensitas sangat
Econometrica. 44 (5). September, pp. 971-978.
padat.
Lahaie, Sebastian (....) Kernel methods for
2. Ruas jalan yang lurus memiliki potensi
revealed preference analysis (WWW).
kerawanan kecelakaan yang tinggi karena
www.research.yahoo.com/files/ECAI-707.pdf (
pengguna jalan yang cenderung untuk
Diakses 24/05/2011).
meningkatkan kecepatan dan menurunkan
Marwoto. (2002) Analisis kecelakaan lalu lintas
kewaspadaan dan konsentrasi.
jalan tol Krapyak - Srondol, Semarang.
3. Kejadian laka-lantas yang dominan
Universitas Diponegoro. Semarang.
melibatkan jenis kendaraan motor dengan
Peraturan pemerintah (PP) Nomor 43 tahun
tingkat kefatalan yang tinggi.
1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.
4. Berdasarkan perhitungan accident rate
Jakarta.
sepanjang ruas jalan DPU Desa Manbakor,
Juan de Dios Ortuzar, Luis G Willumsen,
Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep
Modelling Transport, John Wiley & Sons, 1990
diperoleh nilai AR sebesar 22 JPKP
Morlock, E.K; Introduction to Transportation
dengan nilai Angka kecelakaan berdasarkan
Engineering and Planning, Mc Grow Hill, 1978
kendaraan km perjalanan 325,26.
Peter R Stopher & Arnim H Meyburg, Urban
5. Lokasi kejadian kecelakaan merata di
Transportation Modelling and Planning,
sepanjang ruas sehingga ruas ini merupakan
Lexington Books, Massachusetts, 1975
black side.
Robertson, Douglas, Hummer, Joseph and
6. Kecepatan rata-rata aktual di ruas jalan ini
Nelson, Donna, (1994), Manual of
adalah 46 km/jam.
Transportation Engineering Studies, Prentice
Hall, Inc, New Jersey 07632.
9. REKOMENDASI
Tamin, O.Z, Perencanaan dan Pemodelan
1. Secara umum ruas jalan masih relatif aman
Transportasi, ITB, 2000.
terhadap kecelakaan lalu-lintas, meskipun
Pearmain, D. et al. (1991) Stated preference
demikian seiring dengan perkembangan
techniques: a guide to practice. 2nd ed. London
lalu-lintas dan kawasan sekitar ruas jalan
: Steer Davies Gleave Ltd. And Netherlands :
terdapat potensi lokasi-lokasi rawan
Hague Consulting Group.
kecelakaan sehingga diperlukan
Priyanto, et al. (1998) karakteristik kecelakaan
penanganan secara khusus yang meliputi
lalu lintas di jalan tol Surabaya – Gempol,
rekayasa lalu-lintas, penambahan fasilitas
Simposium I Forum Studi Transportasi
keselamatan dan penegakan hukum.
Perguruan Tinggi.
2. Kecepatan maksimal yang berkeselamatan
Pujiastutie, E. T.(2006) Pengaruh geometrik
di ruas ini direkomendasikan maksimal 30
jalan terhadap kecelakaan lalu lintas di jalan tol
km/jam.
: studi kasus tol Semarang dan tol Cikampek.
3. Penambahan lampu penerangan di beberapa
Thesis (MT). Universitas Diponegoro,
segmen jalan.
Semarang.
4. Pemasangan rambu untuk mengurangi
Ratinawulan, Y. 2004 Studi kecelakaan lalu
kecepatan.
lintas di jalan Soekarno-Hatta Bandung. Thesis
(MT). Institut Teknologi Bandung.

8
LIGHT VOL. 8 NO. 2 OKTOBER 2015

Sanko, N. (2001) Guidelines for state preference


experiments design. Desertasi (MSc), School Of
International Management Ecole Nationale Des
Ponts Et Chausses University, Paris.

You might also like