You are on page 1of 3

*Kontra* ( Undang- Undang/ Konvensi / Prinsip-Prinsip yang mengecam Penggunaan Killer Robot

dalam Konflik Bersenjata )

*1.*

Saat ini, belum ada dokumen hukum internasional yang secara khusus mengatur penggunaan robot
pembunuh dalam konflik bersenjata. Namun, beberapa dokumen, perjanjian hukum internasional
serta prinsip-prinsip yang terkait dapat menjadi acuan dalam mengatur penggunaan teknologi ini:

*- Konvensi Den Haag tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat (1899 dan 1907):* Konvensi ini
mengatur penggunaan senjata dan metode perang, termasuk penggunaan senjata yang tidak perlu
dan tidak wajar serta penghormatan terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan.

*- Konvensi Jenewa tentang Perlindungan Korban Perang (1949):* Konvensi ini menegaskan bahwa
tindakan yang merugikan atau membahayakan warga sipil, tawanan perang, dan personel medis
dalam konflik bersenjata adalah melanggar hukum internasional.

*- Protokol Tambahan I dan II dari Konvensi Jenewa (1977):* Protokol Tambahan I dan II mengatur
perlindungan korban perang dan menetapkan aturan-aturan tentang perlindungan korban yang
lebih rinci, seperti perlindungan terhadap serangan yang tidak proporsional dan perlindungan
terhadap serangan yang tidak perlu.

*- Prinsip-prinsip Martens:* Prinsip-prinsip Martens merupakan prinsip-prinsip yang diadopsi oleh


Konferensi Internasional tentang Hukum Internasional (1899 dan 1907) dan diakui oleh Mahkamah
Internasional dalam berbagai keputusan. Prinsip-prinsip Martens menyatakan bahwa di samping
hukum internasional yang tertulis, ada juga prinsip-prinsip umum dari moral dan hukum alam yang
diakui oleh bangsa-bangsa beradab.

*- Konvensi tentang Senjata Konvensional (1980):* Konvensi ini menetapkan aturan-aturan tentang
penggunaan senjata konvensional dalam konflik bersenjata.

*- Konvensi tentang Pelarangan Penggunaan, Produksi, dan Penyimpanan Ranjau Darat dan Ranjau
Laut (1997):* Konvensi ini melarang penggunaan, produksi, dan penyimpanan ranjau darat dan
ranjau laut karena sifatnya yang merugikan warga sipil dan sulit dihilangkan.

*- Konvensi tentang Pelarangan Senjata Nuklir (1968):* Konvensi ini melarang pengembangan,
pengujian, produksi, dan pemilikan senjata nuklir karena sifatnya yang sangat merusak dan
membahayakan kemanusiaan.
*- Prinsip-prinsip Hukum Humaniter Internasional:* Prinsip-prinsip Hukum Humaniter Internasional
mengatur prinsip-prinsip perlindungan terhadap korban perang dan prinsip-prinsip kemanusiaan
dalam konflik bersenjata. Dalam hal ini, penggunaan robot pembunuh perlu diatur agar sesuai
dengan prinsip-prinsip ini.

*- Konvensi PBB tentang Pelarangan Penggunaan, Penimbunan, Produksi, dan Transfer Senjata Api
Konvensional , tahun 2001:* Konvensi ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif senjata api
konvensional pada warga sipil dan menyatakan bahwa setiap negara yang menandatanganinya harus
mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah penggunaan senjata itu dalam kondisi yang
tidak dapat membedakan antara sasaran sipil dan militer.

*-Konvensi tentang Pelarangan atau Pembatasan Penggunaan Beberapa Senjata Konvensional yang
Dapat Dinyatakan Mengakibatkan Efek Traumatis yang Berlebihan atau yang Tidak Dapat Diprediksi
(CCW Convention) tahun 1980.*

Dalam keseluruhan, meskipun belum ada dokumen hukum internasional yang secara khusus
mengatur penggunaan robot pembunuh dalam konflik bersenjata, penggunaannya perlu diatur agar
sesuai dengan prinsip-prinsip hukum internasional yang ada dan melindungi korban perang serta
menjaga prinsip-prinsip kemanusiaan.

*2.*

Selain dokumen, perjanjian hukum internasional serta prinsip-prinsip yang telah disebutkan
sebelumnya, beberapa negara telah mengeluarkan panduan dan kebijakan mengenai penggunaan
robot pembunuh dalam konflik bersenjata. Contohnya adalah:

*- Panduan Prinsip-Prinsip Robotic Warfare dari Kementerian Pertahanan Inggris:* Panduan ini
memberikan pedoman tentang bagaimana menggunakan robot pembunuh secara etis dan sesuai
dengan hukum internasional. Panduan ini menekankan perlunya pengendalian manusia dalam
penggunaan robot pembunuh.

*- Panduan Teknis tentang Robot Terkait dari Kementerian Pertahanan AS:* Panduan ini
memberikan informasi teknis mengenai penggunaan robot pembunuh dan menguraikan tugas-tugas
apa saja yang dapat diemban oleh robot tersebut.

*- Kebijakan Senjata Otonom dari Pemerintah Swedia:* Kebijakan ini mengatur bahwa Swedia tidak
akan mengembangkan, memproduksi, atau menggunakan senjata otonom, termasuk robot
pembunuh. Kebijakan ini merupakan contoh dari negara yang melarang penggunaan robot
pembunuh dalam konflik bersenjata.
*Panduan dan kebijakan ini dapat menjadi referensi bagi negara lain dalam mengatur penggunaan
robot pembunuh dan menjaga prinsip-prinsip kemanusiaan dan hukum internasional dalam konflik
bersenjata.* Namun, tetap perlu adanya perjanjian dan peraturan hukum internasional yang lebih
spesifik dalam mengatur penggunaan teknologi ini di masa depan.

*3.*

Saat ini, *Indonesia belum memiliki regulasi atau kebijakan khusus yang mengatur penggunaan
robot pembunuh dalam konflik bersenjata.* Namun, Indonesia telah meratifikasi beberapa
perjanjian dan konvensi internasional yang berkaitan dengan penggunaan senjata dan perlindungan
hak asasi manusia dalam konflik bersenjata. Beberapa di antaranya adalah:

*- Konvensi Jenewa IV tahun 1949 tentang perlindungan sipil di waktu perang;*

*- Protokol I dan II Konvensi Jenewa tahun 1977 tentang perlindungan korban konflik bersenjata;*

*- Konvensi tentang Larangan Penggunaan, Penimbunan, Produksi, dan Transfer Ranjau Anti Personil
dan Pemusnahannya tahun 1997;*

*- Konvensi tentang Senjata Konvensional Lainnya tahun 2001.*

*Meskipun tidak secara khusus mengatur penggunaan robot pembunuh,* perjanjian dan konvensi
tersebut mengandung prinsip-prinsip hukum internasional yang harus dipatuhi oleh semua pihak
dalam konflik bersenjata, termasuk Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa Indonesia telah
mengakui pentingnya menjaga prinsip-prinsip kemanusiaan dalam konflik bersenjata, termasuk
dalam hal penggunaan senjata.

*Dalam hal penggunaan robot killer,* banyak organisasi hak asasi manusia, seperti Amnesty
International dan Human Rights Watch, telah mengeluarkan pernyataan dan laporan yang
menentang penggunaan senjata otomatis tanpa kendali manusia. Mereka berpendapat bahwa
penggunaan robot killer dapat menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk hak untuk
hidup, hak atas keadilan, dan hak atas kebebasan dari perlakuan yang tidak manusiawi atau
merendahkan martabat.

*Secara umum, pandangan hukum internasional* saat ini menganggap bahwa penggunaan robot
killer dalam konflik bersenjata melanggar hukum humaniter internasional dan hak asasi manusia,
dan harus dilarang secara tegas.

You might also like