You are on page 1of 3

AKHIR DAN AWAL KISAHKU

Hai, kenalin aku Nauren anak remaja umur 16 tahun duduk dibangku 1 SMA ternama di
Jakarta. Hari ini adalah Hari Senin, hari yang sangat membosankan untuk pergi kesekolah.
Sang surya muncul malu-malu di ufuk timur seakan tau isi hatiku. Aku malas pergi ke
sekolah bukan karena aku belum mengerjakan pr atau hari ini ada ulangan, tetapi karena
teman-temanku yang tidak meyukaiku, oh astaga maaf, lebih tepatnya siswa-siswi di sekolah
tidak menyukaiku. Sebenarnya aku tidak tau persis alasan mereka tidak menyukaiku, apa
karena aku pemalu dan lemah, atau karena aku tidak cantik dam tidak sempurna.

Setelah bersiap untuk berangkat aku keluar kamar dan melihat kedua orang tuaku sedang
menungguku di meja makan. Aku tersenyum dengan ceria dan menyapa mereka “selamat
pagi ibu,ayah” mereka tersenyum dan menyuruhku duduk. aku memakan sarapanku dengan
sedu, mereka tidak tau keadaanku di sekolah selama satu tahun ini, mereka sibuk berkerja dan
aku sangat takut untuk memberitahu mereka. Aku berangkat Bersama ayahku, aku
menyalami ibu dan masuk mobil. Aku sedang berfikir bagaimana nasibku hari ini, tiba-tiba
ayah bertanya “apakah kamu baik-baik saja?” aku tersenyum dan mengangguk. Tak terasa
sudah sampai depan pintu gerbang sekolah, aku menyalami ayahku dan turun “Sampai jumpa
ayah, hati-hati” kataku. “Baiklah Nauren, jika ada apa-apa hubungi ayah ya?” ucap ayahku
dan melajukan mobilnya. Aku sangat tersentuh, orang tua ku menyayangiku.

Hari ini gerimis, upacara ditiadakan. Aku langsung masuk ke dalam kelas, semua orang
memandangku tidak suka tapi aku hanya menurunkan wajahku bertatapan dengan lantai dan
terus berjalan. Sudah bel masuk tapi belum ada guru yang datang, beberapa anak di bangku
belakang mengatakan hari ini jam kosong semua guru sedang rapat. Setelah beberapa jam di
kelas dengan mendengarkan musik di handphone aku merasakan mataku ditimpa sekarung
beras, sangat berat dan aku tertidur. Saat terbangun kelas sudah sepi, aku melihat jam yang
melingkar di pergelangan tanganku, ternyata sudah istirahat. Aku mengambil bekalku dan
duduk di bangku taman belakang yang jarang dilalui orang dan tentu saja tidak akan ada yang
mengangguku, pikirku. Aku memakan bekalku dengan lahap sambil membuka buka desain-
desain baju yang ingin ku rancang, cita-citaku menjadi seorang desainer dan model membuat
diriku memiliki motivasi untuk selalu bersemangat. Aku sudah menyelesaikan makanku dan
akan beranjak pergi, baru saja akan melangkah ada seseorang yang memanggilku. Suara itu
membuat kakiku mati rasa, aku sangat takut. Mereka sekarang berdiri dihadapanku, mereka
adalah ifa, sita, dan sifa, geng yang suka menganggu siswa lemah sepertiku. Aku hanya
tertunduk takut menyembunyikan buku sketsaku di belakang tubuhku, “Apa yang kau bawa
itu?” tanya sifa, aku hanya menjawab dengan gelengan. Mereka merebut paksa buku itu dan
membukanya, mereka tertawa terbahak-bahak. Aku memberanikan diri untuk bertanya, “Ada
apa?”, mereka menatapku remeh” Nauren-Nauren kau bermimpi menjadi seorang desainer
dan model? Apakah kau tidak memiliki kaca?” tanya Sita remeh. Ifa merobek gambarku satu
persatu dan berkata “Ku akui tubuhmu bagus juga, tapi lihatlah muka itu apakah ada
keindahan disana?” Aku mencoba menahan air mataku yang mencoba turun. “hanya ada kulit
yang kusam dan jerawat, wajahmu sangat buruk” lanjut ifa dan membuang gambarku
berhamburan kesana kemari, mereka tertawa puas dan pergi begitu saja. Aku sudah tidak
tahan lagi mendengarkan perkataan mereka, air mataku jatuh dengan derasnya tanpa permisi.

Speaker pengumuman memberitahu hari ini siswa dipulangkan lebih awal, aku bergegas
mengambil tas dan langsung pulang. Sampai di rumah aku terkejut karena orang tua ku sudah
dirumah, biasanya mereka akan pulang malam. Aku menyalami ibu dan ayahku, “mengapa
pulang sangat awal?” tanya ibuku, aku mencoba tersenyum dan menjawab seadanya. Baiklah
aku akan mencoba kuat didepan orang tuaku agar mereka tidak khawatir, pikirku. Orang
tuaku malah heran dengan sikapku dan bertanya “Nauren ada apa? Apakah kau baik-baik
saja? Apa ada yang menganggumu?” pertanyaan ayah membuat tangisku pecah begitu saja,
Dadaku bagai di himpit tembok besar, aku menangis tersedu-sedu di pelukan orang tuaku.
“Aku ingin homeschooling, apakah boleh?” tanyaku ragu-ragu, mereka menatapku dengan
pandangan yang sulit di mengerti dan mengangguk tanpa bertanya apapun. Ibu menyuruhku
berganti pakaian dan membawakan makan siang, ibu mengelus rambutku dengan sayang dan
bertanya dengan hati-hati “Apa yang terjadi Nau?”, aku mencoba menjelaskan apa yang ku
lalui di sekolah. Ibu ku menangis mendengar ceritaku, aku menjadi tidak enak hati. “Maaf
kan ibu dan ayahmu yang tidak tau bagaimanaa penderitaanmu nau, maafkan ibu” kata-kata
ibu ku penuh penyesalan. “Bukan salah ibu, maaf nau baru berani bilang, dan maaf
merepotkan kalian” jawabku. “Tidak nau yang terpenting kau sudah berani terbuka pada ibu
dan ayah, ibu akan mencarikan guru untukmu dan kau akan keluar dari sekolah itu, ingatlah
nauren apapun yang terjadi ibu dan ayah akan selalu ada untukmu, jangan menyimpan
dendam di hatimu, tunjukkan jika kamu mampu menjadi versi terbaik dalam dirimu, percaya
dirilah, tidak ada yang sempurna didunia ini”.

Perkataan ibu sore itu menjadi sebuah motivasi dan penyemangat diriku. Sudah setahun
aku menjalani homeshooling, aku sangat beruntung mendapatkan guru yang sangat baik dan
orang tua yang sangat mendukungku. Selama setahun ini aku juga mendalami bakatku dalam
menjadi model dan desainer, terkadang aku ikut kursus desain dan menjalani beberapa
pemotretan majalah remaja. Aku sangat bangga pada diriku yang telah merawat dan tumbuh
menjadi gadis baik dan percaya diri. Tahun ini aku akan masuk ke sekolah baruku, aku tidak
akan menyianyiakan tahun terakhir ini. Aku senang karena mereka ramah dan aku mudah
berbaur, sekarang aku memiliki teman dan menjadi gadis yang kuat, mentalku sudah lebih
dari kata baik-baik saja. Sekarang aku sudah memulai kisah baruku dan menutup kisah
lamaku, Jadi tunjukkan pada dunia siapa dirimu, jadilah apa yang kamu inginkan, kamu
berhak menjadi apa saja, dan yang terpenting sayangilah dirimu sendiri dan percaya dirilah.

Nama: Maisya Puspita Nugraha

Nomor presensi: 13

Kelas: IXE

You might also like