You are on page 1of 24

KEHAMILAN DENGAN SIFILIS

BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Hepatitis bermasalah di Indonesia, pertama oleh karena carrier-nya tergolong banyak, Kedua,
imunisasi Hepatitis pada bayi (Universal Immunization) di Indonesia baru dimulai beberapa
tahun lampau (1996). Hal ketiga, belum semua orang berisiko tinggi kena Hepatitis patuh
meminta vaksinasi. Dengan kondisi seperti itu, berarti masyarakat yang telanjur tertular Hepatitis
sudah sekian banyak, dan kian tak terkontrol pula.
Masih banyak masyarakat kita yang belum tahu, bahwa hubungan seks bebas juga bisa
menjadi sumber penularan Hepatitis. Sembarang melacur, lalu seorang suami tanpa disadarinya
sebab mungkin tidak tahu, menularkan penyakitnya kepada istrinya, lalu kepada anak-anaknya
lewat cemaran cairan tubuh antar-anggota keluarga, atau persalinan bayi.
Penyakit ini biasanya jarang terjadi pada wanita hamil. Namun, apabila timbul ikterus
(gejala kuning) pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling sering adalah hepatitis virus.
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan
wanita tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih
mudah terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene
sanitasi yang kurang baik. Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan
angka kejadian yang sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5 persen hepatitis virus terjadi pada
trimester I, 32 persen terjadi pada trimester II, dan 58.5 persen terjadi pada trimester III.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan penapisan pada bumil khususnya
Kehamilan dengan Hepatitis.
2. Tujuan khusus
 agar mengetahui pengertian dan macam – macam penyakit dalam kehamilan, khususnya pada
kasus ibu hamil dengan hepatitis
 agar dapat melakukan manajemen pengkajian data
 agar dapat melakukan diagnosis dari pengkajian data

C.    Metode Penulisan


Metode ini menggunakan metode study pustaka yaitu berasal dari bahan – bahan atau
buku – buku yang erat hubungannya dengan tugas ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    DEFENISI

Hepatitis atau radang hati, satu jenis penyakit hati yang paling sering dijumpai di antara
penyakit – panyakit lain yang menyerang hati. Penyakit ini terutama disebabkan oleh virus dan
ditandai oleh perubahan warna kulit dan bagian putih mata (sclera) menjadi kekuningan. Warna
kuning tersebut timbul karena adanya pengendapan pigmen bilirubin, yang bersal dari cairan
empedu. Warna air kencing penderita pun menjadi kuning atau bahkan kecoklatan seperti air teh.
(Ensiklopedi)
Hepatitis B kronik adalah suatu penyakit infeksi ditandai oleh peradangan hati berlanjut,
lebih lama dari masa penyembuhan infeksi hepatitis akut, yaitu lebih dari 6 bulan.
Infeksi VHB pada masa anak – anak mempunyai resiko menjadi kronis, terutama pada anak
yang mendapat infeksi perinatal. Data yang menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi VHB
sebelum usia 1 tahun mempumyai resiko kronisitas sampai 90 %, sedangkan bila infeksi VHB
terjadi pada usia antara 2 – 5 tahun resikonya menjadi 50 %, bahkan bila terjadi infeksi pada
anak usia di atas 5 tahun, hanya beresiko 5 – 10 tahun untuk terjadinya kronisitas.
Istilah “hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya
berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat - obatan. Virus hepatitis juga ada beberapa
jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa
akut (hepatitis A), bisa kronik (hepatitis B dan C) dan bisa juga kemudian menjadi kanker hati
(hepatitis B dan C).
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita
tidak hamil pada umur yang sama. Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung dengan
peristiwa kehamilan, ialah : Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy).
Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan peristiwa kehamilan,
namun tetap memerlukan penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul
baik untuk ibu maupun janin. Hepatitis virus sering menimbulakan jaundice pada kehamilan,
dengan kemajuan pengobatan saat ini, asam ursodeoxychalic dapat mengurangi kerusakan hati,
baik akut maupun kronik.

Common hepatic viral pathogent in pregnancy


B.     ETIOLOGI

Penyebab hepatitis bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas


infeksi dan bukan infeksi.

Penyebab-penyebab tersebut antara lain :


1.      Infeksi virus ; hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, Hepatitis E, Hepatitis F,hepatitis
G.
2.      Non virus ; Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia atau zat kimia, Penyakit
autoimun.
Nama-nama virus penyebab hepatitis yang saat ini telah dikenali adalah:
  virus hepatitis A atau VHA
  virus hepatitis B atau VHB
  virus hepatitis C atau VHC,
  virus hepatitis D atau VHD,
  virus hepatitis E atau VHE,
  virus hepatitis F atau VHF
  virus hepatitis G atau VHG.

Sedangkan penyakit hepatitis yang ditimbulkannya disebut sesuai dengan nama virusnya. Di
antara ketujuh jenis hepatitis tersebut, hepatitis A, B dan C merupakan jenis hepatitis terbanyak
yang sering dijumpai. Sedangkan kasus hepatitis F masih jarang ditemukan. Para ahli pun masih
memperdebatkan apakah hepatitis F merupakan jenis hepatitis tersendiri atau tidak.
Ikterus merupakan salah satu gajala klinis pada wanita hamil denga hepatitis, namun adapun
ikterus dalam kehamilan sebenarnya disebabkan oleh beberapa keadaan. Ikterus yang disebabkan
oleh kehamilan berupa ; perlemakan hati akut, toksemia, dan kolestasis intrhepatik. Sedangkan
ikterus yang tejadi bersamaan dengan suatu kehamilan; hepatitis virus, batu empedu, penggunaan
obat-obatan hepatotoksik, dan sirosis hepatis. Ikterus dapat timbul pada satu dari 1500 
kehamilan, 41% diantaranya adalah hepatitis virus,21% oleh karna kolestatis intahepatik, dan
kurang dari 6% oleh karna obtruksi saluran empedu di luar hati.

C.    GEJALA KLINIK


   
Penyakit hati bisanya jarang terjadi pada wanita hami, namun apabila timbul ikterus pada
kehamiln, maka penyebabnya yang paling tering adalah hepatitis virus. Penyakit hepatitis
biasanya memberikan keluhan mual, muntah, anoreksia, demam ringan, mata kunng. Pada
pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan hepatomegali, sedangkan splenomegali hanya
ditemukan pada 20-25% penderita.
Gejala dan tanda penyakit hepatitis-B adalah sebagai berikut  :
1.      Selera makan hilang
2.      Rasa tidak enak di perut
3.      Mual sampai muntah
4.      Demam tidak tinggi Kadang-kadang disertai nyeri sendi
5.      Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
6.      Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning
7.      Kulit seluruh tubuh tampak kuning
8.      Air seni berwarna coklat seperti air teh

D.    PENGARUH HEPATITIS VIRUS PADA KEHAMILAN DAN JANIN


Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala
nya akan sama dengan gejalahepatitis virus pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala
yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester III,
namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang lebih
berat dan penderita umumnya me-nunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute
hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitasIbu yang sangat tinggi,
dibandingkan dengan penderita tidakhamil. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo
tropikdisertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menye-babkan penderita mudah
jatuh dalam acute hepatic necrosisTampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan
prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan
sangat tergantung darikeadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah
pula me-ningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin,menyebabkan infeksi hepatitis
virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap
berat ringannya hepatitis virus,telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan
antara perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis
virus. Diketahuibahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam
proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan
aktivitasfibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadi DIC(Disseminated Intra Vascular
Coagulation). Dalam penelitianini terbukti bahwa DIC tidak berperan dalam
meningkatkanberatnya hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi
gejala-gejala hepatitisvirus yang fulminant, barulah DIC mempunyai arti.Hepatitis virus pada
kehamilan dapat ditularkan kepada ja-nin, baik in utero maupun segera setelah lahir. Penularan
virusini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
1.      Melewati placenta
2.      Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
3.      Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
4.      Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus
in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang
lebih banyak dilaporkan dapat menembusplacenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa
virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin
in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang
mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya
perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis.
Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai
terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak
terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke
janin dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke
janinatau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat
persalinan. Angka tertinggididapatkan, bila infeksi hepatitis virus terjadi pada
kehamilantrimester III. Meskipun pada Ibu-Ibu yang mengalami hepatitis virus padawaktu hamil,
tidak memberi gejala-gejala icterus pada bayi-nya yang baru lahir, namun hal ini tidak berarti
bahwa bayi yang baru lahir tidak mengandung virus tersebut.Ibu hamil yang menderita hepatitis
virus B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh
lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yanghanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.
Dilaporkan, bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengan gejala yang jelas,
48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier
Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia. Meskipun
hepatitis virus, belum jelas pengaruh nya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan
bahwa kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya
icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kerena icterus pada janin. Icterus terjadi akibat
adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami
hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka
gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum
dapat dibuktikan, bahwa hepatitisvirus pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan congenital
pada janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis virus, tidak
dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila
terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin
dengan kehamilan berikutnya.
E.     PENCEGAHAN
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A
hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin
ternyatatidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan
seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis virus. Untuk
kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah
persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium
telah kembali normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan
laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.
F.     PENGOBATAN

Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak
hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin
dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi
protein dan karbohydrat.Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari.Kortison baru
diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat,
mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K.
Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan
pemeriksaantransaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigensecara periodik. Janin
baru lahir tidak perlu diberi pengobatankhusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit hepatitis virus, yang perlu dilakukan ialah
pada ibu hamil yang HBsAg positif bayinya perlu dilindungi dengan segera sesudah lahir sedapat
mungkin dalam waktu dua jam bayi diberi suntikan HBSIG dan langsung divaksinasi dengan
vaksin hepatitis B .  Pemberian HBIG hanya pada ibu yang selain HBsAg pasitif, HBe nya juga
positif. Vaksin ini diulangi lagi sampai 3 kali dengan interval satu bulan atau sesuai dengan
skema vaksin yang digunakan. Selain itu pada kasus seperti ini para dokter dan tenaga medis
harus diberi vaksin juga. Pengelolaan secara konservatif adalah terapi pilihan untuk penderita
hepatitis virus dalam kehamilan.  Prinsipnya ialah suportif dan pemantauan gejala penyakit.
Pada awal periode simptomatik dianjurkan :
1.      Tirah baring
pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti
dapat mempercepat penyembuhan. Kecuali pada mereka dengan umur tua dan keadaan umum
yang buruk
2.      Diet
Tidak ada larangan spesifik terhadap makanan tertentu bagi penderita penyakit hepatitis.
Sebaiknya semua makanan yang dikonsumsi pasien mengandung cukup kalori dan protein. Satu-
satunya yang dilarang adalah makanan maupun minuman beralkohol. jika pasien mual, tidak
nafsu makan atau muntah – muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi,
diberikan makanan yang cukup kalori (30 – 35 kalori / kg BB) dengan protein cukup (1 g / kg
BB). Pemberian lemak seharusnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk
membatasi lemak, karena disamakan dengna kandung empedu.
3. Medikamentosa :
a.       Interferon adalah protein alami yang disintesis oleh sel-sel sistem imun tubuh sebagai respon
terhadap adanya virus, bakteri, parasit, atau sel kanker.
Ada tiga jenis interferon yang memiliki efek antivirus yaitu :
         interferon alfa,
         interferon beta
         interferon gamma.
Efek antivirus yang paling baik diberikan oleh interferon alfa. Interferon alfa bekerja
hampir pada setiap tahapan replikasi virus dalam sel inang. Interferon alfa digunakan untuk
melawan virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Interferon diberikan melalui suntikan. Efek
samping interferon timbul beberapa jam setelah injeksi diberikan.
Efek samping dari pemberian interferon diantaranya adalah :
         rasa seperti gejala flu
         demam
         mengigil
         nyeri kepala
         nyeri otot dan sendi.
Setelah beberapa jam, gejala dari efek samping tersebut mereda dan hilang. Efek samping
jangka panjang yang dapat timbul adalah gangguan pembentukan sel darah yaitu menurunnya
jumlah sel granulosit (granulositopenia) dan menurunnya jumlah trombosit (trombositopenia),
mengantuk bahkan rasa bingung.

b.      Lamivudin : Lamivudin adalah antivirus jenis nukleotida yang menghambat enzim reverse
transcriptase yang dibutuhkan dalam pembentukan DNA. Lamivudin diberikan pada penderita
hepatitis B kronis dengan replikasi virus aktif dan peradangan hati. Pemberian lamivudin dapat
meredakan peradangan hati, menormalkan kadar enzim ALT dan mengurangi jumlah virus
hepatitis B pada penderita.
Terapi lamivudin untuk jangka panjang menunjukkan menurunnya resiko fibrosis, sirosis
dan kanker hati. Namun lamivudin memiliki kelemahan yang cukup vital yaitu dapat
menimbulkan resistensi virus.
Efek samping yang mungkin muncul dari pemberian lamivudin antara lain:
         rasa lemah
         mudah lelah
         gangguan saluran pencernaan
         mual, muntah
         nyeri otot
         nyeri sendi
         sakit kepala
         demam, serta kemerahan.
Efek samping yang berbahya lainnya adalah radang pankreas, meningkatnya kadar asam
laktat, dan pembesaran hati. Namun umumnya efek samping tersebut dapat ditolerir oleh pasien.
Terapi lamivudin ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil..
c.       Adepovir dipivoksil : Adepovir dipivoksil berfungsi sebagai penghenti proses penggandaan
untai DNA (DNA chain terminator), meningkatkan jumlah sel yang berperan dalam sistem imun
(sel NK) dan merangsang produksi interferon dalam tubuh. Kelebihan adepovir dipivoksil
dibandingkan dengan lamivudin adalah jarang menimbulkan resistensi virus.
Efek samping yang ditimbulkan adepovir dipivoksil antara lain:
         nyeri pada otot
         punggung
         persendian dan kepala.
Selain itu terdapat juga gangguan pada saluran pencernaan seperti mual atau diare, gejala
flu, radang tenggorokan, batuk dan peningkatan kadar alanin aminotransfrase. Gangguan fungsi
ginjal juga dapat terjadi pada dosis berlebih.
d.      Entecavir : Entecavir berfungsi untuk menghambat enzim polymerase yang dibutuhkan dalam
sintesis DNA virus. Kelebihan entecavir adalah jarang menimbulkan resistensi virus setelah
terapi jangka panjang.
Sedangkan efek samping yang dapat ditimbulkannya adalah :
         nyeri kepala
         pusing
         mengantuk
         diare
         mual
         nyeri pada ulu hati dan insomnia
e.       Telbivudin : Telbivudin adalah jenis antivirus yang relatif baru. Terapi telbivudin diberikan pada
pasien hepatitis B dengan replikasi virus dan peradangan hati yang aktif. Telbivudin berfungsi
menghambat enzim DNA polymerase yang membantu proses pencetakan material genetic
(DNA) virus saat bereplikasi. Meski belum didukung data yang cukup bahwa telbivudin aman
bagi ibu hamil, sebaiknya terapi telbivudin tidak diberikan pada ibu hamil mupun menyusui.
Efek samping dari terapi telbivudin antara lain :
         mudah lelah
         sakit kepala
         pusing
         batuk
         diare
         mual
         nyeri otot, dan rasa malas.
Vitamin K dapat diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan. Bila pasien
dalam keadaan prekoma atau koma, penagannn seperti pada koma hepatik.
G.    PEMERIKSAAN LABORATORIUM
   
Pemeriksaan laboratorum akan didapatkan gambaran kerusakan parenkin hati. Bilirubin
serum meningkat, demikian pula transaminase serum. HBV – Diagnosis dan tes lain, bila
SGPT/SGOT tinggi, diagnosis HBV dilakukan dengan tes darah. Tes ini jauh lebih rumit
daripada tes HIV: tes HBV mencari antigen (pecahan virus hepatitis B) tertentu dan antibodi
(yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap HBV). Tes darah awal untuk
diagnosis infeksi HBV mencari satu antigen – HbsAg (antigen permukaan, atau surface, hepatitis
B) dan dua antibodi – anti-HBs (antibodi terhadap antigen permukaan HBV) dan anti-HBc
(antibodi terhadap antigen bagian inti, atau core, HBV). Sebetulnya ada dua tipe antibodi anti-
HBc yang dibuat: antibodi IgM dan antibodi IgG.Tes darah yang dipakai untuk diagnosis infeksi
HBV dapat membingungkan, karena ada berbagai kombinasi antigen dan antibodi yang berbeda,
dan masing-masing kombinasi mempunyai artinya sendiri. Berikut adalah arti dari kombinasi
yang mungkin terjadi :

Table 2. Tes darah yang dipakai untuk diagnosis infeksi HBV.

H.    PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI


   
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan nekrosis sel hati sentribuler, infiltrasi sel radang
disegitiga portal, sedangkan kerang karetikulin masih baik.Sayangnya, tes darah tidak dapat
memberikan semua informasi tentang keadaan hati seseorang. Mengukur viral load HBV, tingkat
enzim hati, dan AFP dalam darah tidak dapat menentukan apakah ada kerusakan, dan bila ada,
tingkat kerusakan. Untuk ini, dibutuhkan biopsi hati. Biopsi hati hanya diusulkan untuk pasien
dengan viral load HBV yang tinggi (di atas 100.000 kopi) dan tingkat enzim hati yang tinggi.

BAB III

MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY PADA KEHAMILAN

I. PENGUMPULAN DATA (PENGKAJIAN)


1.      DATA SUBJEKTIF

A.    BIODATA PASIEN

  Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien (Christian .I.
1984 : 84).
  Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan
pasien/klien. Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-30 tahun. (Sarwono, 1999:23)
  Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan
mendesak. Dengan diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal
pasien/klien dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi keluarganya,
menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan petunjuk saat kunjungan
rumah. (Christina .I. 1984 : 84).
  Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan
kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan pasien/klien, bidan dapat mengetahui
bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah
pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang dihisap akan
berpengaruh pada janin. (Cristina I, 1989:85)
  Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
  Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku kesehatan seseorang.
  Status Perkawinan
Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan
terhadap masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan keberapa kalinya.
  Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

B.     RIWAYAT PASIEN (KELUHAN UTAMA)

Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien/klien datang kepada bidan.
Untuk mengetahui keluhan utama tersebut pertanyaan yang diajukan oleh bidan adalah sebagai
berikut: “Apa yang ibu rasakan, sehingga ibu datang kemari?”
Setelah pasien menjawab pertanyaan yang diajukan diatas maka pertanyaan selanjutnya
adalah sebagai berikut :
  Sejak kapan timbulnya gangguan dirasakan?
  Ceritakan secara kronologis timbulnya gangguan tersebut?
  Apakah gangguan tersebut hilang timbul? Bagaimana frekuensinya?
  Dimana letak rasa sakit yang dirasakan? Bagaimana intensitas dan tingkat perawatannya?
  Apakah ada keluhan lain?
  Apakah gangguan tersebutmenghalangi kegiatan sehari-hari?
  Apa yang telah dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan tersebut? Apakah efektif?

C.     RIWAYAT MENSTRUASI

Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien/klien.

  Menarche
Untuk mengetahui usia pertama kalinya mengalami menstruasi.

  Siklus Menstruasi
Untuk mengetahui jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam
hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.

  Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita
akan kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuan biasanya digunakan criteria
banyak, sedang, sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif, namun
kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa
kali mengganti pembalut dalam sehari.

  Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi,
misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak. Keluhan
yang disampaikan oleh pasien dapat menunjuk kepada diagnosis tertentu.

  Menstruasi yang Terakhir


Untuk mengetahui prediksi waktu mengenai kapan menstruasi yang akan datang

  Dismenorhea
Untuk mengetahui ketika haid terjadi nyeri atau sulit. Dismenorhea ditandai oleh nyeri
mirip kram yang terasa pada abdomen bagian bawah dan kadang-kadang oleh sakit kepala,
keadaan mudah tersinggung, depresi mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan lelah.

  Keteraturan Menstruasi
Untuk mengetahui jarak normal keteraturan menstruasi biasanya 23 sampai 32 hari.
Apabila terjadi ketidak teraturan menstruasi pada pasien dapat segera dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahui factor-faktor penyebabnya.

  Fluor albus
Untuk mengetahui pada umumnya adanya cairan di dalam vagina bertambah dalam
kehamilan tanpa sebab-sebab yang patologis dan sering menimbulkan keluhan. Ganococcus
menyebabkan flour seperti nanah, Trichomonasvaginalis menyebabkan flour yang putih berbau,
sedangkan candida albicans menyebabkan flour dengan gumpalan putih atau kuning dan
menyebabkan gatal yang sangat.

  Gangguan sewaktu Menstruasi

Untuk mengetahui gangguan apa saja yang dirasakan ketika mengalami


menstruasi,misalnya nyeri hebat,sakit kepala sampai pingsan, atau keadaan mudak tersinggung
(emosional meningkat). Gangguan yang dialami pasien dapat menunjuk kepada diagnosis
tertentu.

D.    RIWAYAT PERKAWINAN

Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh riwayat perkawinan terhadap permasalahan


kesehatan pasien/klien. Berapa kali kawin dan berapa lamanya untuk membantu menentukan
bagaimana keadaan alat kelamin ibu. Kalau orang hamil sudah lama kawin, nilai anak tentu besar
sekali dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak mahal). (Sulaiman,
1983:155). Hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien/klien mengenai riwayat perkawinannya
adalah :

Kawin : …………………..kali
Usia Kawin Pertama ………………………tahun
Status Perkawinan
Lama Pernikahan

E.     RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

Untuk mengetahui adanya masalah-masalah persalinan kehamilan dan nifas yang lalu.
Pertanyaan ini mempengaruhi prognosa persalinan dan persiapan persalinan yang lampau adalah
hasil ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi persalinan. Mencakup :
  Jumlah Kehamilan dan kelahiran: G (gravida), P (para), A (abortus), H (hidup)
Data ini digunakan untuk mengetahui riwayat kehamilan dan kelahiran pasien.
  Golongan Darah
Data ini menjelaskan golongan darah pasien, hal ini dilakukan untuk sumber informasi
jika ketika kehamilan atau persalinan mengalami pendarahan penanganan penggantian darah
yang keluar melalui transfusi darah lebih cepat dilakukan.
  Riwayat persalinan
Mencakup jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara
melahirkan. Dengan mengetahui riwayat persalinan, melihat kemungkinan yang dapat terjadi
pada ibu hamil saat persalinan sekarang dan mengupayakan pencegahannya dan
penanggulangannya. Jika persalinan dahulu terdapat penyulit seperti perdarahan, sectio saesaria,
solusio plasenta, plasenta previa kemungkinan dapat terjadi atau timbul pada persalinan
sekarang.
  Masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan
Untuk mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan, jika terdapat penyulit diupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.

F.      RIWAYAT NIFAS


Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa nifas yang lalu (perdarahan,
feloris).

G.    RIWAYAT KELAHIRAN ANAK

  Berat bayi sewaktu Lahir


Untuk mengetahui kondisi bayi apakah sehat atau mengalami trauma lahir dimana hal ini
terjadi karena trauma pada bayi akibat tekanan mekanik (seperti kompresi dan traksi) selama
preses persalianan. Kejadian ini terjadi pada berat badan bayi lebih dari 4.500 gram.
  Kelainan Bawaan Bayi
Untuk dapat segera melakukan tindakan preventif pada bayi agar tidak memperparah
kondisi.
  Jenis Kelamin Bayi
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi sebagai dokumentasi.
  Status Bayi yang Dilahirkan: hidup atau mati
o   Bila bayi hidup, bagaimana keadaannya sekarang
o   Bila meninggal, apa penyebab kematiannya

H.    RIWAYAT GINEKOLOGI

Data ini sangat penting karena akan memberikan petunjuk tentang organ reproduksi
pasien. Mencakup: infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker sistem reproduksi, operasi
ginekologi. Jika didapatkan adanya salah satu atau beberapa riwayat gangguan kesehatan alat
reproduksi, maka harus waspada akan adanya kemungkinan gangguan kesehatan alat reproduksi
pada masa postpartum.

I.       RIWAYAT KELUARGA BERENCANA

Untuk mengetahui apakah ada efek samping setelah penggunaan kontrasepsi, lamanya
menggunakan alat kontrasepsi, alasan pemakaian serta pemberhentian kontrasepsi (bila tidak
memakai lagi), serta keluhan selama memakai alat kontrasepsi. (Depdikbud, 1999).
J.       RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

Mencakup waktu mendapat haid terakhir, siklus haid, perdarahan pervaginam, fluor,
mual/muntah, masalah kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan/jamu.
Anamnesa haid serta siklusnya dapat diperhitungkan tanggal persalinan serta memantau
perkembangan kehamilannya serta dengan anamnesa ini dapat diketahui dengan segera adanya
kelainan / masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan segera.

K.    RIWAYAT PENYAKIT

Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita pasien/klien. Informasi ini
penting untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan
pencegahannya dan penanggulangannya. (Depkes RI, 1993:65),
misal:
o   Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi perlu ditentukan pimpinan persalinan dan
kemungkinan bisa menyebabkan transient hipertension.
o   Ibu hamil dengan riwayat penyakit TBC akut kemungkinan bisa menyebabkan kuman saat
persalinan dan bisa menular pada bayi.
o   Ibu dengan riwayat DM mempunyai pengaruh terhadap persalinannya dan bayi bisa cacat bawaan,
janin besar.
o   Ibu menderita hepatitis kemungkinan besar bayi akan tertular melalui ASI. (Sarwono, 1999:401)

L.     GAMBARAN PENYAKIT YANG LALU

Setelah mengetahui riwayat penyakit pasien/klien, bidan perlu mengetahui gambaran


mengenai riwayat penyakit pasien/klien, misal apakah penyakit tersebut parah/tidak, apakah
sudah dilakukan tindakan pada penyakit tersebut, dll. Informasi ini penting untuk melihat
kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahan dan
penanggulangannya.

M.   RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan ibu dan janinnya. Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan
mencakup penyakit kanker, jantung, hipertensi, diabetes, ginjal, jiwa, kelainan dibawa lahir,
kehamilan kembar atau lebih, TBC, epilepsy, penyakit darah, alergi, penyakit yang menyebabkan
kematian bagi bapak atau ibu yang telah meninggal.

N.    KEADAAN SOSIAL BUDAYA

Untuk mengetahui keadaan psikososial pasien atau klien perlu ditanyakan antara lain :
  Jumlah anggota keluarga
  Dukungan materiil dan moril yang didapat dari keluarga
  Kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan
  Kebiasaan yang merugikan kesehatan.
2.      DATA OBJEKTIF

Untuk mengetahui keadaan setiap bagian tubuh dan pengaruhnya terhadap kehamilan
untuk diupayakan pencegahan dan penanggulangannya.

A.    PEMERIKSAAN UMUM


  Pengukuran Temperatur, Tekanan Darah, dan Denyut Nadi
Pengukuran temperature, tekanan darah dan denyut nadi dilakukan sebab perbedaan suhu,
tekanan (tensi) darah dan denyut nadi dari normal akan menunjukkan adanya gangguan
kesehatan dalam tubuh pasien.
  Berat dan Tinggi Badan
Tujuan pengukuran berat dan tinggi badan adalah untuk memeastikan kesan umum
terhadap tubuh pasien/klien, terutama mengenai derajat kegemukannya. Pasien/klien yang
gemuk atau kurus memberikan kemungkinan lebih mudah mengidap penyakit. Barat badan
dicatat dalam ukuran kilogram, dan tinggi badan dalam ukuran sentimeter (cm).

B.     PEMERIKSAAN KHUSUS


  Pemeriksaan Kulit
o   Observasi : warna dan parut bekas luka.
  Postur tubuh
Untuk mengetahui perubahan pada tubuh seperti gemuk atau kurus, tinggi atau pendek,
perut tampak lebih besar atau tidak daan sebagainya.
  Gerakan tubuh
Untuk mengetahui cara berjalan, berdiri, duduk, berbicara, posisi anggota badan, lemah,
menggigil, sesak, dan sebagainya.

  Ekspresi wajah
Untuk mengetahui ekspresi gembira, sedih, kesakitan, ketakutan, pucat, ketuaan, dan
sebagainya pada ibu hamil
o   Palpasi : kelembaban dan turgor
  Kepala dan leher
Di dalam pemeriksaan kepala dan leher dapat dilakukan melalui:
  Rambut
Untuk mengetahui keadaan rambut seperti hitam, lebat, tidak bau, tidak berketombe
  Tempurung Kepala
Untuk observasi bentuk, benjolan, infeksi pada kepala. Palpasi bila tampak benjolan
untuk mengetahui besar, bentuk, kekenyalan dan mobilitasnya.
  Mata
Untuk mengetahui apakah terjadi anemia atau tidak pada conjungtiva
  Telinga
Untuk mengetahui ada atau tidak serumen di telinga
  Hidung
Untuk mengetahui ada atau tidak polip atau secret
  Muka
Untuk mengetahui ada atau tidak chloasma gravida dan ada icterus atau tidak pada sklera
  Mulut
Untuk mengetahui apakah adanya pembesaran tonsil atau karies gigi
  Gigi
Untuk mengetahui keadaan konstruksi gigi apakah terjadi kekeroposan atau tidak dimana
hal inimenjdi indikasi adanya kekurangan kalsium atau tidak
  Leher
Untuk mengetahui ada atau tidak pembesaran kelenjar getah bening, ada atau tidaknya
struma/kelenjar gondok, dan ada atau tidak pembesaran vena jogularis
  Dada dan Aksilla
Dinding Thoraks
Observasi bentuk thoraks. Misal, apakah kiphosis atau tidak.
  Payudara
Observasi dilakukan untuk mengetahui ukuran, bentuk, dan warna kulit dan putting susu.
Palpasi dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya benjolan, rasa sakit (oleh karena adanya
infeksi)
  Aksilla
Observasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya benjola. Palpasi dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya rasa sakit dan tumor.
  Abdomen
Observasi dinding abdomen.Untuk mengamati gerak uterus (his), gerak janin, dan tanda-
tanda kehamilan.
  Palpasi
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri yang erat kaitannya dengan umur kehamilan.
Pemerikasaan Leopold dengan mempalpasi abdomen dapat menentukan letak janin di dalam
uterus, cekungan perut, nyeri tekan, tes Osborn, ukuran panggul luar, his.
  Auskultasi
Dilakukan untuk mengetahui bunyi jantung anak (punctum maximum, lama, + kekuatan,
relaksasi)
  Ekstremitas
o   Atas : gangguan atau kelainan, bentuk
Observasi keadaan tangan terutama telapak tangan dan kuku, misal untuk mengetahui apakah
tampak pucat atau sianosis.
o   Bawah : bentuk, udema, varises
Observasi dilakukan untuk mangetahui ada tidaknya kelainan seperti varises dan udema.
Palpasi dilakukan untuk menentukan derajat varises atau udema.
  Pemeriksaan Tulang Punggung
Untuk mengetahui bentuk tulang punggung, misal apakah lordosis atau tidak.
  Genitourinaria
Kebersihan
o   Genetalia eksterna : observasi labia mayora, minora, fluor albus (warna dan baunya)
o   Genetalia interna : observasi vagina, portio dan orifisium eksterna
  Pemeriksaan Anus
Untuk mengetahui apakah ditemukan kelainan atau tidak pada anus.
  Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dengan jari telunjuk dan jari tengah untuk menentukan kondisi portio,
pembukaan orifisium uteri, keadaan ketuban, letak anak di dalam panggul, dan luas panggul
bagian dalam.

3.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

A.    Urine
Untuk mengetahui adanya kandungan albumin atau reduksi pada urine
B.     Kadar Hb
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami anemia atau tidak pada masa kehamilan
C.     Hematokrit (Ht)
Data ini digunakan sebagai penunjang diagnosis anemia.
D.    Kadar Leukosit
Untuk mengetahui adanya infeksi atau tidak pada kehamilan
E.     Golongan Darah
Jika terjadi pendarahan pada pasien pada masa kehamilan atau setelah melahirkan
menanganan segera dapat dilakukan.

4.      REKAM MEDIS KLIEN

Rekam medis klien digunakan untuk:


  Pengobatan Pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan
menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang
harus diberikan kepada pasien.

  Peningkatan Kualitas Pelayanan


Membuat rekam medis dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan
untuk melindungi bidan dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.
  Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit, pelayanan
medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan
pengajaran dan penelitian di bidang kebidanan.
  Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan pembiayaan
dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti
pembiayaan kepada pasien.
  Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk
mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita pada
penyakit-penyakit tertentu.
  Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam
penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
II. MERUMUSKAN MASALAH (DIAGNOSA)

Pada langkah ini, bidan menganalisa data dasar yang diperoleh pada langkah pertama,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan diagnose atau
masalah kebidanan.

Di dalam diagnosa unsur – unsur berikut perlu dicantumkan yaitu:


1.      Keadaan Pasien (ibu)
Keadaan pasien dicantumkan untuk membantu merumuskan masalah (diagnosa)
2.      Keadaan Janin
Keadaan janin dicantumkan untuk membantu merumuskan masalah (diagnosa)
3.      Masalah Utama dan Penyebabnya
Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap
kehamilannya. Tujuan mengetahui masalah utama dan penyebab adalah melakukan pengkajian
lebih lanjut untuk diberikan intervensi khusus, baik berupa dukungan/penjelasan/tindakan/follow
up/rujukan.

CONTOH:
  Keadaan Pasien dan Janin

Ibu G1P0A0 hamil 36 minggu 4 hari, janin tunggal, hidup, intrauterin, bagian terendah
kepala, dengan anemia ringan.

Dasar :
Ibu mengatakan pegal-pegal pada pinggang dan kaki, sering lelah, pusing, mata
berkunang-kunang,
Hb : 9,4 g%
Ibu mengatakan hamil anak pertama
HPHT : 5 Oktober 2006
Leopold I : TFU 34cm TBJ : 3410g
Leopold II : Puki (letak punggung janin kiri)
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, posisi sejajar
DJJ : 140x/menit

  Masalah Utama dan Penyebabnya


1. Gangguan aktifitas
Dasar :
1) Ibu merasakan kram pada kaki
2) Ibu mengatakan cepat lelah
2. Gangguan rasa nyaman
Dasar :
1) Ibu merasa cemas menjelang persalinan
2) Ibu mengatakan cepat lelah
3) Ibu mengatakan kurang istirahat
3. Gangguan pemenuhan nutrisi
Dasar:
1) Ibu terlihat pucat
2) Ibu mengatakan tidak nafsu makan
3) Ibu tampak lemas

III. MENGANTISIPASI MASALAH (IDENTIFIKASI)

Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan asuhan


kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul dari kondisi
yang sudah ada/sudah terjadi.

  Masalah Potensial
Dengan mengidentifikasi masalah potensial/diagnose potensial yang akan terjadi
berdasarkan diagnose/masalah yang sudah ada, bidan harus dapat merumuskan tindakan yang
perlu diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah/dignosa potensial yang akan terjadi.

  Mengantisipasi penanganan
Pada langkah antisipasif ini diharapkan bidan selalu waspada dan bersiap-siap bila
diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan
asuhan yang aman dan dilakukan secara cepat, karena sering terjadi dalam kondisi emergensi.
  Prognosa
Data ini digunakan untuk mengetahui perkembangan pasien apakah membaik atau
memburuk, sehingga dapat segera dilakukan tindakan.

CONTOH:

Berdasarkan contoh diagnosa diatas


  Masalah Potensial
Potensial terjadi persalinan lama, terjadi infeksi, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini
(KPD), terjadi sub involusi uteri yang menimbulkan perdarahan antepartum, pengeluaran ASI
kurang.
  Mengantisipasi penanganan
Jika diperlukan lakukan kolaborasi dengan dokter
  Prognosa
Prognosa ke arah baik

IV. MENETAPKAN KEBUTUHAN (TINDAKAN SEGERA)

Pada tahap ini bidan mengidentifiksi perlunya tindakan segera, baik tindakan
intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter atau rujukan berdasarkan kondisi
klien.Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan
dalam kondisi emergensi, berdasarkan hasil analisa data bahwa klien membutuhkan tindakan
segera untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.
Pada langkah ini mungin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik sehingga bidan
mengetahui penyebab langsung masalah yang ada. Untuk itu diperlukan tindakan segera yang
bersifat observasi atau pengkajian kembali.

CONTOH:

Berdasarkan contoh diagnosa diatas


  Penyuluhan tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan seperti gangguan pada pinggang dan
kaki.
  Penyuluhan tentang senam hamil dan latihan relaksasi.
  Penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu hamil
  Penyuluhan tentang persiapan persalinan.
  Pemberian Fe untuk pengobatan anemia ringan serta pemberian vitamin B kompleks dan vitamin
C untuk membantu penyerapan zat besi

V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH

  Rencana Kegiatan
Tujuan di dalam rencana kegiatan ini adalah untuk menunjukkan perbaikan-perbaikan
yang diharapkan.

  Langkah-langkah Tindakan
Langkah-langkah tindakan yang dilakukan berdasarkan ,asalah yang dihadapi oleh
pasien. Langkah-langkah tindakan merupakan upaya intervensi untuk mengatasi masalah.
  Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi dibuat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dilakukan.
Di dalam rencana evaluasi ditentukan sasaran yang akan dicapai.

CONTOH:
Berdasarkan contoh diagnosa diatas
  Rencana dan Langkah-Langkah tindakan
  Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini
  Ajarkan pada ibu cara menjaga kondisinya selama hamil
  Berikan terapi
1) Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
2) Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
3) Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
4) Vitamin C : 3 x 1 hari
  Anjurkan pada ibu cara mengkonsumsi zat besi
  Evaluasi cara ibu mengkonsumsi zat besi
  Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
  Jelaskan pada ibu pentingnya breast care dan senam hamil
1) Ajarkan bagaimana cara breast care dan senam hamil
2) Evaluasi cara ibu melakukan breast care dan senam hamil
3) Libatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam hamil
  Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi ibu hamil
  Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
  Anjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering
  Libatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
  Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang berlebihan dan berat
  Berikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
  Berikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
  Anjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan

  Rencana Evaluasi
Pada saat evaluasi diharapkan :
  Ibu mengerti kondisinya
  Ibu mengerti cara menjaga kondisinya selama hamil
  Ibu mau mengkonsumsi tablet Fe, kalsium laktat, vitamin B kompleks, vitamin C 3 x 1 tablet/hari
  Ibu mengerti cara mengkonsumsi zat besi
  Keluarga berjanji untuk memberikan bantuan psikologis pada ibu
  Ibu mengerti manfaat breast care dan senam hamil
1) Ibu mengerti cara breast care dan senam hamil
2) Keluarga berjanji akan mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam hamil
3) Ibu mengerti tentang kebutuhan gizi pada ibu hamil

  Ibu berjanji akan mengkonsumsi makanan gizi seimbang


  Ibu mengatakan akan makan sedikit tapi sering
  Keluarga berjanji akan membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
  Ibu mengatakan akan istirahat yang cukup dan akan mengurangi aktifitas yang berlebihan dan
berat
  Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
  Ibu mengerti tantang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
  Ibu berjanji akan melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan

VI. IMPLEMENTASI

Tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti dan dilakukan.Di dalam
tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai dengan kriteria yang telah direncanakan. Bila bidan
perlu memberikan infus atau pemberian obat, maka tindakan tersebut dilakukan sesuai dengan
prosedur tetap yang berlaku.
Berbagai hal yang perlu perhatian didalam tahap pelaksanaan ini adalah:
ü Intervensi yang dilakukan harus berdasarkan prosedur tetap yang lazim dilakukan.
ü Pengamatan dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan kriteria evaluasi yang
ditetapkan.
ü Pengandalian keadaan pasien atau klien sehingga berangsur-angsur menuju kondisi kesehatan
yang diharapkan.
Didalam melaksanakan tindakan, bidan dapat melakukan asuhan secara mandiri untuk
kasus-kasus yang didalam batas kewenangannya. Bila bidan menemukan kasus diluar batas
kewenangannya didalam melakukan tindakan, maka pasien atau klien tersebut dirujuk kerumah
sakit. Dan bidan dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya pada kasus-kasus tertentu.

CONTOH:
Berdasarkan contoh diagnosa diatas
  Menjelaskan pada ibu kondisinya saat ini
  Mengajarkan pada ibu cara menjaga kondisinya selama hamil
  Memberikan terapi
1) Tablet Fe : 2 x 1 tablet/ hari
2) Kalsium laktat : 3 x 1 tablet/hari
3) Vitamin B kompleks: 3 x 1 tablet/hari
4) Vitamin C : 3 x 1 hari
  Menganjurkan pada ibu cara mengkonsumsi zat besi
  Mengevaluasi cara ibu mengkonsumsi zat besi
  Melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu
  Menjelaskan pada ibu pentingnya breast care dan senam hamil
1) Mengajarkan pada ibu cara breast care dan senam hamil
2) Mengevaluasi cara ibu melakukan breast care dan senam hamil
3) Melibatkan keluarga untuk mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam hamil
4) Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan gizi ibu hamil
  Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
  Menganjurkan pada ibu untuk makan sedikit tapi sering
  Melibatkan keluarga agar membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
  Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang berlebihan dan
berat
  Memberikan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
  Memberikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
  Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan

VII. MENGEVALUASI

Tahap ini menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan. Bila tindakan yang
dilakukan mencapai tujuan, perlu dipertimbangkan kemungkinan masalah baru yang timbul
akibat keberhasilan. Dan sebaliknya bila tindakan tidak mencapai tujuan, maka langkah-langkah
sebelumnya perlu diteliti kembali.Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita
berikan kepada pasien, kita mengacu kepada beberapa pertimbangan berikut ini.
Tujuan asuhan kebidanan
ü Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan.
ü Memfasilitasi ibu untuk menjalani kehamilannya dengan rasa aman dan penuh percaya diri.
ü Meyakinkan wanita dan pasangannya untuk mengembangkan kemampuannya sebagai orangtua
dan untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orangtua.
ü Membantu keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan mereka dan mengemban
tanggungjawab terhadap kesehatannya sendiri.

  Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah


dalam melakukan evaluasi seberapa efektif tindakan dan asuhan yang kita berikan kepada
pasien, kita perlu mengkaji respons pasien dan peningkatan kondisi yang kita targetkan pada saat
penyusunan perencanaan. Hasil pengkajian ini kita jadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan
asuhan berikutnya.
  Hasil asuhan
Hasil asuhan adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi pasien dan keluarga yang
meliputi pemulihan kondisi pasien, peningkatan kesejahteraan emosional, peningkatan
pengetahuan dan kemampuan pasien mengenai perawatan diri, serta peningkatan kemandirian
pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.

CONTOH:
Berdasarkan contoh diagnosa diatas
  Ibu mengerti kondisinya saat ini
  Ibu mengerti cara menjaga kondisinya selama hamil
  Ibu mau mengkonsumsi tablet Fe, kalsium laktat, vitamin B kompleks, vitamin C 3 x 1 tablet/hari
  Ibu mengerti cara mengkonumsi zat besi
  Keluarga berjanji untuk memberikan bantuan psikologispada ibu
  Ibu mengerti manfaat breast care dan senam hamil
1) Ibu mengerti cara breast care dan senam hamil
2) Keluarga berjanjii akan mengingatkan ibu untuk melakukan breast care dan senam hamil
3) Ibu mengerti tentang kebutuhan gizi pada ibuhamil
  Ibu berjanji akan mengkonsumsi makanan gizi seimbang
  Ibu mengatakan akan makan sedikit tapi sering
  Keluarga berjanji akan membantu ibu untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang
  Ibu mengatakan akan istirahat yang cukup dan akan mengurangi aktifitas yang berlebihan dan
berat
  Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
  Ibu mengerti tantang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan
  Ibu berjanji akan melakukan kunjungan ulang segera jika ada keluhan
BAB IV

PENUTUP

Hepatitis adalah salah satu penyakit menular di Indonesiayang terbanyak. Cara


penularanya pun bermacam-macam. Dan salah satu cara penularan yang terbanyak adalah
melalui dari ibu ke janin. Oleh karna itu,pentingnya penapisan pada ibu hamil untuk mengetahui
lebih dini dan dapat diobati lebih lanjut, sehingga penularan ke janin bisa dihindari dan dapat
mencegah penyakit hepatitis pada bayi yang dilahirkan. Pentingnya menjaga kebersihan dan
personal sexual yang benar sangat diharapkan untuk mengurangi penularan penyakit Hepatitis B.
Dan pemberian makanan yang tinggi protein kalori juga dibutuhkan pada penderita hepatitisB
khususnya pada ibu hamil, selain itu penderita juga harus mengurangi aktifitas fisiknya. Itu
semua ditujukan untuk pemulihan kesehatan. Pengobatan sesuai terapi dokteryang benar dan
sesuai dapat mempercepat penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

Nelson. 1999 IKA vol 1. Jakarta. EGC


Junadi, purnawan 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga,Jakarta, Media Aesculapius. FK UI
Helen, Varney, 2001, Buku Saku Bidan, Jakarta, ECG
Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1989, Jakarta, PT Cipta Adi Pustaka
ASUHAN KEBIDANAN IV (PATOLOGI) Ai yeyeh rukiyah,S.Si.T,Jakarta 2011

You might also like