You are on page 1of 33

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I LATAR BELAKANG.......................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. ZAKAT
B. HAJI
C. WAKAF
BAB III KESIMPULAN ................................................................................
KAMUS ISTILAH KATA PENTING...........................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

1
BAB I :

LATAR BELAKANG

Memahami Islam tidak akan lengkap bila kita tidak mengetahui hukum-hukumnya.
Melalui hukumlah aturan yang berasal dari nilai-nilai Islam dapat dilaksanakan. Allah SWT
menerapkan syari’at bukan untuk memberatkan manusia , akan tetapi dibalik itu, orang-orang
yang mampu melaksanakan syariat dengan baik pasti akan mendapatkan kebahagiaan dan
kemulyaan hidup.

Dalam bab ini akan dibahas ibadah-ibadah yang menggunakan unsur harta yaitu :
zakat, haji dan wakaf. Pemerintah juga memiliki kewajiban untuk menjamin keterlaksanaan
ibadah zakat, haji dan wakaf. Untuk itulah pemerintah mengeluarkan undang-undang yang
mengatur zakat, haji dam wakaf dengan tujuan agar ibadah tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik, mensejahterkan masyarakat dan dapat memberdayakan potensi umat Islam
untuk kemaslahatan umat. 

2
BAB II
PEMBAHASAN

Memahami Islam tidak akan lengkap bila kita tidak mengetahui hukum-hukumnya.
Melalui hukumlah aturan yang berasal dari nilai-nilai Islam dapat dilaksanakan. Allah SWT
menerapkan syari’at bukan untuk memberatkan manusia , akan tetapi dibalik itu, orang-orang
yang mampu melaksanakan syariat dengan baik pasti akan mendapatkan kebahagiaan dan
kemulyaan hidup.
Dalam bab ini akan dibahas ibadah-ibadah yang menggunakan unsur harta yaitu :
zakat, haji dan wakaf. Pemerintah juga memiliki kewajiban untuk menjamin keterlaksanaan
ibadah zakat, haji dan wakaf. Untuk itulah pemerintah mengeluarkan undang-undang yang
mengatur zakat, haji dam wakaf dengan tujuan agar ibadah tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik, mensejahterkan masyarakat dan dapat memberdayakan potensi umat Islam
untuk kemaslahatan umat. 
A. Haji
Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat
dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan
kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung
dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu
yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan
ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
ْ َ‫)اَ ْلق‬. Menurut istilah haji ialah
Haji menurut bahasa artinya menyengaja (ُ‫د‬77‫ص‬
menyengaja berkunjung ke Baitullah (Ka'bah) untuk melakukan beberapa perbuatan
antara lain wukuf, thowaf, sa'i dan amalan-amalan lain pada waktu tertentu dengan syarat
dan rukun tertentu demi  memenuhi  panggilan Allah swt, dan mengharap ridhoNya. 
Allah swt,  berfirman :
  ‫ران‬77‫ورة أل عم‬77‫[ س‬ ً‫بِ ْيال‬77‫ ِه َس‬77ْ‫تَطَا َع ِإلَي‬77‫اس‬ ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
ْ ‫ت َم ِن‬ ِ َّ‫َ ِوهللِ َعلَى الن‬
] 97

Artinya : "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang
yang sanggup  mengadakan perjalanan ke Baitullah ". (Ali Imron : 97)
1. Syarat Haji
Haji diwajibkan atas orang yang kuasa dan mampu, satu kali dalam seumur
hidupnya.  Adapun  syarat wajib haji adalah :

3
a. Islam
b. Baligh (dewasa), anak-anak tidak wajib.
c. Berakal sehat.
d. Merdeka (bebas, sedang tidak dalam  tahanan).
e. Mampu (istitho'ah)
            Yang dimaksud dengan mampu disini adalah :
- Mempunyai bekal yang cukup untuk perjalanan pergi dan pulang serta bekal bagi
keluarga yang  ditinggalkan.
- Aman dalam perjalanan.
- Bagi perempuan hendaklah dengan muhrimnya, suami atau wanita lain yang
dapat  dipercaya. Rasulullah saw,  bersabda :

)‫(رواه البخاري‬ ‫الَتُ َسافِ ُر ْال َمرْ َأ ِة ِإالَّ َم َع ِذى َمحْ َر ٍم‬

Artinya : "Janganlah seorang wanita bepergian kecuali beserta muhrimnya". (HR.


Bukhori)   

- Sehat badan. Orang yang sakit atau sudah tua kewajiban haji boleh  digantikan 
orang lain  dengan biaya  orang tersebut.
2. Rukun Haji.
Di dalam haji rukun dibedakan dengan wajib. Rukun haji adalah perbuatan-
perbuatan yang apabila tidak dikerjakan maka batal ibadah hajinya dan harus diulang.
Sedang wajib haji adalah suatu perbuatan yang wajib dikerjakan tetapi syahnya haji
tidak tergantung kepadanya, dan apabila tidak dikerjakan wajib diganti dengan dam
(denda). Adapun yang termasuk rukun haji adalah sebagai berikut :
a. Ihrom, yaitu niat mulai mengerjakan ibadah haji/umroh dengan berpakaian ihrom.
b. Wukuf, yaitu berdiam dipadang Arafah pada waktu yang ditentukan, yaitu mulai
tergelincirnya matahari pada tanggal 9 dzulhijjah sampai terbit fajar pada tanggal
10  dzulhijjah.
c. Thawaf, yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali. Adapun syarat-syarat thawaf
adalah sebagai berikut:
1) Suci dari hadats dan najis.
2) Menutup aurot
3) Hendaklah sempurna 7 kali putaran.
4) Dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad.

4
5) Hendaklah Ka'bah selalu disebelah kiri orang yang thowaf.
6) Hendaklah thawaf itu diluar Ka'bah tetapi masih di dalam Masjid.  
               Macam-macam  Thawaf :          

q  Thawaf Qudum, yaitu thawaf yang dilakukan ketika baru datang. (sebagai tahiyatul 
masjid).

 Thawaf  Ifadhah, yaitu thawaf yang merupakan rukun haji.


 Thawaf  Wada', yaitu thawaf ketika akan pulang ke tanah air.
 Thawaf Tahallul, yaitu thawaf yang dilakukan untuk melepaskan diri dari yang
diharamkan karena ihrom.
 Thawaf Nadzar, yaitu thowaf karena nazdar.
 Thawaf Sunat. 

Adapun bacaan ketika thawaf adalah sebagai berikut :

)‫(رواه إبن ماجه‬ ِ‫ الَ َحوْ َل َوالَ قُ َّوةَ ِإالَّ بِاهللا‬,ُ‫ُس ْب َحانَ هللاِ َو ْال َح ْم ُد ِهللِ َوالَِإلَهَ ِإالَّهللاُ َوهللاُ َأ ْكبَر‬

Artinya : "Maha  Suci Allah, segala  Puji  bagi  Allah,  tidak  ada Tuhan  selain Allah,  Allah
Maha Besar, tidak  ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah".  (HR. Ibnu 
Majah)

d.    Sa'i, yaitu berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan Marwah.

Syarat-syarat sa'i adalah sebagai berikut :

§ Dimulai dari bukit Shofa dan di akhiri dibukit Marwah.

§ Dilakukan sebanyak 7 kali. Dari Shofa ke Marwah dihitung sekali dan sebaliknya  dari
Marwah  keShofa juga dihitung sekali.

§ Dilakukan sesudah thawaf.

e.    Mencukur/Menggunting rambut.

Mencukur rambut berfungsi sebagai tahallul (penghalalan) terhadap  beberapa hal yang
diharamkan selama ihrom. Mencukur rambut sekurang-kurangnya 3  helai.

3.    Wajib Haji.

5
Wajib haji adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam mengerjakan haji dan bila 
ditinggalkan tetap syah hajinya tetapi wajib membayar dam (denda). Hal-hal yang termasuk
wajib haji adalah :

a.    Ihrom dari miqot.

Miqot  adalah  batas tempat dan waktu untuk melakukan ihrom ( niat haji ). Miqot dibagi
menjadi  dua macam :

o   Miqot Zamani yaitu batas atau ketentuan waktu mulai mengerjakan ibadah haji.  Miqot
zamani mulai awal bulan syawal sampai  terbit fajar tanggal 10 dzulhijjah.

o   Miqot Makani yaitu tempat memulai ihrom bagi yang akan mengerjakan haji/ 
umroh.Untuk jamaah haji dari Indonesia mulai ihromnya dari Bandara King Abdul Azis
Jeddah bagi yang langsung menuju Makkah, dan mulai dari Bir Ali  bagi yang menuju
Madinah lebih dahulu.

b.    Bermalam di Musdalifah.

Yaitu sesudah terbenam matahari tanggal 9 dzulhijjah (setelah wukuf). Kemudian sholat
maghrib dan isak dijamak qosor. Disini bisa mengambil kerikil sebanyak 49 buah atau 70
buah.

c.    Bemalam di Mina.

Pada tanggal 11, 12, atau 13  wajib bermalam di Mina.

d.    Melontar Jumrah Aqobah.

Dilakukan sebanyak 7 kali pada tanggal 10 dzulhijjah kemudian melakukan tahallul awal
dengan mencukur rambut, sehingga seluruh larangan ihrom menjadi gugur kecuali menggauli
istri.

e.    Melontar  Jumrah Ula, Wustha dan Aqobah.

Dilakukan  pada  tanggal 11, 12, 13 dzulhijjah (masing-masing 7 kali). Boleh melontar pada
tanggal 11,12 saja kemudian kembali ke- Makkah dan ini dinamakannafar awal. Bagi yang
pada tanggal 13 masih di Mina diharuskan melontar jumrah lagi dan ini dinamakan nafar
tsani.

6
f.     Menjauhkan dari hal-hal yang diharamkan selama ihrom.

g.    Thawaf Wada'.

            Adapun larangan-larangan ihrom haji dan umroh adalah :

            1). Bagi laki-laki dilarang berpakaian berjahit.

            2). Bagi laki-laki dilarang menutup kepala.

            3). Bagi wanita dilarang menutup muka dan telapak tangan.

4). Bagi laki-laki maupun perempuan dilarang memakai harum-haruman selama  ihrom baik
badan atau pakaian kecuali sebelum ihrom malah dianjurkan.

5). Dilarang memotong rambut atau bulu badan lain, dan juga dilarang memakai  minyak
rambut.

            6). Dilarang meminang, menikah, menikahkan, atau menjadi  wali.

            7). Dilarang bersetubuh atau pendahulunya.

            8). Dilarang membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan.

            ad. g. Thawaf  Wada' ( thawaf pamitan ).

4.   Sunat Haji   

a.    Membaca Talbiyah. Bagi laki-laki dengan suara nyaring dan bagi perempuan cukup di
dengar sendiri. Waktunya sejak mulai ihrom sampai melontar jumrah aqobah. Adapun lafal
talbiyah adalah sebagai berikut :

َ َ‫ك ل‬
)‫(رواه البخارى و مسلم‬ ‫ك‬ ُ ‫ ِإ َّن ْال َح ْم َد َوالنِّ ْع َمةَ لَكَ َو ْال ُم ْل‬, َ‫ك لَكَ لَبَّ ْيك‬
َ ‫ك الَ َش ِر ْي‬ َ ‫لَبَّ ْيكَ اللَّهُ َّم لَبَّ ْي‬
َ ‫ لَبَّ ْي‬,‫ك‬
َ ‫ك الَ َش ِر ْي‬

Artinya: "Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah  aku memenuhi panggilan-Mu, tiada


sekutu  bagi-Mu, sesungguhnya segala puji dan nikmat bagi-Mu, bagi-Mulah segala
kekuasaan,  tiada sekutu bagi-Mu". (HR.  Bukhori dan Muslim)

b.    Membaca sholawat dan berdo'a sesudah membaca talbiyah.

c.    Membaca dzikir sewaktu thawaf. Lafal dzikirnya adalah :

َ ‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬


ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬ ِ ‫ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي‬    
َ

7
d.   Sholat dua rokaat sesudah thawaf.

e.   Masuk ke Ka'bah.

5.   Cara Mengerjakan Haji.

            Ada 3  cara mengerjakan haji yaitu :

1) (1). Ifrod, yaitu mengerjakan haji dan umroh dengan cara mendahulukan haji dari
pada umroh. Yakni ihrom diteruskan haji, kemudian ihrom lagi untuk umroh. Cara ini
yang terbaik dan bebas dari  dam (denda).
2) (2). Tamatuk, yaitu mengerjakan haji dan umroh dengan cara mendahulukan umroh
dari pada haji. Yakni  ihrom dulu diteruskan umroh kemudian ihrom lagi untuk haji.
Cara ini terkena dam (denda).
3) (3). Qiron, yaitu mengerjakan haji dan umroh secara bersama. Jadi sekali ihrom dalam
waktu haji untuk menunaikan haji dan umroh sekaligus. Cara ini juga terkena dam.

6.   Dam  (denda) Dalam Haji.

Dam adalah denda yang wajib dilaksanakan oleh orang yang selama menunaikan haji dan 
umroh,  melanggar larangan haji atau meninggalkan wajib haji.

a.    Dam karena bersenggama  dalam keadaan ihrom sebelum tahallul pertama :

 Menyembelih seekor unta atau lembu, atau 7 ekor kambing.


 Bila tidak menyembelih, ia wajib bersedekah kepada fakir miskin berupa makan
seharga unta/lembu.
 Bila tidak sanggup, ia harus berpuasa sebanyak harga unta dengan perhitungan setiap
satu mud (+ 0,8 kg.) daging tersebut ia harus berpuasa satu hari.

b.    Dam karena melanggar salah satu larangan haji sebagai berikut : mencukur rambut,
memotong kuku, memakai pakaian berjahit (bagi laki-laki), memakai minyak rambut,
memakai wangi-wangian, bersenggama sesudah tahalul pertama, maka dendanya memilih
salah satu diantara 3 hal yaitu:

-   Menyembelih seekor kambing.

-   Puasa 3 hari.

-   Bersedekah 3 gantang (9,3 liter) makanan kepada 6 orang fakir miskin.

8
c.    Dam karena melaksanakan haji Tamatuk atau Qiron. Dendanya adalah sebagai berikut:

·   Menyembelih seekor kambing.

·   Jika tidak  mampu ia  wajib  puasa 10 hari, 3 hari dikerjakan di tanah suci  dan 7 hari
dikerjakan di tanah  air.

d.    Dam karena meninggalkan salah satu wajib haji. Dendanya sama dengan melakukan 
haji  Tamatuk atau Qiron

e.    Dam karena berburu atau membunuh binatang buruan. Dendanya memilih  salah satu
diantara 3 hal :

1) Menyembelih binatang yang sebanding dengan binatang yang dibunuh.


2) Bersedekah kepada fakir miskin seharga binatang tersebut.
3) Puasa sebanyak harga binatang tersebut, setiap satu mud wajib berpuasa 1 

8.   Hikmah Haji

 Dapat menambah dan memperkuat iman dan taqwa kepada Allah swt, sebab haji  dan 
umroh  memerlukan fisik yang  kuat.
 Dapat memberi pelajaran dan pendorong kaum muslimin untuk berkorban.
 Memperkuat ukhuwah islamiyah antara sesama umat Islam dari berbagai penjuru
dunia.
 Dapat menjadi forum muktamar umat Islam seluruh dunia untuk membahas dan 
memecahkan permasalahan kaum muslimin.
 Dapat mengenal tempat-tempat bersejarah seperti Ka'bah, Sofa, Marwa, Sumur Zam-
zam  Mekah, Arofah, Madinah, Makam Nabi saw, dan lain-lain.

Penyelenggaraan Haji dan Umroh di Indonesia.

Penyelenggaraan ibadah Haji di Indonesia diatur oleh Undang-undang Nomor 13 Tahun


2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

BAB I. KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Ayat 1. Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur
hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya.
9
Ayat 2. Penyelenggaraan Ibadah Haji adalah rangkaian kegiatan pengelolaan pelaksanaan
Ibadah Haji yang meliputi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan Jemaah Haji.

Ayat 3. Jemaah Haji adalah Warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan telah
mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Ayat 7. Komisi Pengawas Haji Indonesia, yang selanjutnya disebut KPHI, adalah lembaga
mandiri yang dibentuk untuk melakukan pengawasan terhadap

Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Ayat 8. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji, yang selanjutnya disebut BPIH, adalah sejumlah
dana yang harus dibayar oleh Warga Negara yang akan menunaikan Ibadah Haji.

Ayat 11. Paspor Haji adalah dokumen perjalanan resmi yang diberikan kepada Jemaah Haji
untuk menunaikan Ibadah Haji.

Ayat 16. Ibadah Umrah adalah umrah yang dilaksanakan di luar musim haji.

Ayat 17. Dana Abadi Umat, yang selanjutnya disebut DAU, adalah sejumlah dana yang
diperoleh dari hasil pengembangan Dana Abadi Umat dan/atau sisa biaya operasional

Penyelenggaraan Ibadah Haji serta sumber lain yang halal dan tidak mengikat.

Ayat 18. Badan Pengelola Dana Abadi Umat, yang selanjutnya disebut BP DAU, adalah
badan untuk menghimpun, mengelola, dan mengembangkan Dana Abadi Umat.

BAB II. ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Penyelenggaraan Ibadah Haji dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, profesionalitas, dan


akuntabilitas dengan prinsip nirlaba.

Pasal 3

Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan


perlindungan yang sebaikbaiknya bagi Jemaah Haji sehingga Jemaah Haji dapat

menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.

BAB III. HAK DAN KEWAJIBAN

10
Pasal 4

(1) Setiap Warga Negara yang beragama Islam berhak untuk menunaikan Ibadah Haji dengan
syarat:

a) berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun atau sudah menikah; dan
b) mampu membayar BPIH.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.

Pasal 5

Setiap Warga Negara yang akan menunaikan Ibadah Haji berkewajiban sebagai berikut:

a) mendaftarkan diri kepada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji kantor Departemen


Agama kabupaten/kota setempat;
b) membayar BPIH yang disetorkan melalui bank penerima setoran; dan
c) memenuhi dan mematuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku dalam
Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Pasal 6

Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan


menyediakan layanan administrasi, bimbingan Ibadah Haji, Akomodasi, Transportasi,
Pelayanan Kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh Jemaah Haji.

Pasal 7

Jemaah Haji berhak memperoleh pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dalam


menjalankan Ibadah Haji, yang meliputi:

a) pembimbingan manasik haji dan/atau materi lainnya, baik di tanah air, di perjalanan,
maupun di Arab Saudi;
b) pelayanan Akomodasi, konsumsi, Transportasi, dan Pelayanan Kesehatan yang
memadai, baik di tanah air, selama di perjalanan, maupun di Arab Saudi;
c) perlindungan sebagai Warga Negara Indonesia;
d) penggunaan Paspor Haji dan dokumen lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
Ibadah Haji; dan

11
e) pemberian kenyamanan Transportasi dan pemondokan selama di tanah air, di Arab
Saudi, dan saat kepulangan ke tanah air.

BAB IV. PENGORGANISASIAN

Pasal 11

(1) Menteri membentuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di tingkat pusat, di daerah
yang memiliki embarkasi, dan di Arab Saudi.
(2) Dalam rangka Penyelenggaraan Ibadah Haji, Menteri menunjuk petugas yang
menyertai Jemaah Haji, yang terdiri atas:

a. Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI);

b. Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI); dan

A. ZAKAT
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah rukun ketiga dari rukun Islam. Secara  syari'ah, zakat merujuk
pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu
untuk orang-orang tertentu menurut ketentuan-ketentuan Al-Qur’an. Zakat secara
bahasa dapat berarti ”kesucian”, ”tumbuh atau berkembang”,dan dapat berarti
”keberkatan”. Menurut istilah zakat ialah kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan
oleh seseorang kepada yang berhak menerima (mustahik) dengan ketentuan dan syarat
syarat tertentu. Zakat mengandung arti kesucian, maksudnya jika harta itu dikeluarkan
zakatnya, maka harta yang dimiliki orang tersebut menjadi suci. Begitu pula orangnya
juga menjadi suci atau lepas dari dosa. Zakat mengandung arti tumbuh atau
berkembang, maksudnya jika zakat itu dilaksanakan dapat menjadikan suburnya harta
yang dimilliki, maupun suburnya bagi orang yang menerima. Zakat mengandung
arti keberkatan,maksudnya jika zakat itu dilaksanakan dapat memberi berkah terhadap
harta itu sendiri, orang yang zakat (muzakki) maupun  orang  yang menerima  zakat 
(mustahik).
Zakat berbeda dengan pajak, menurut ahli fiqih pajak sama dengan jizyah
yang berari pajak pungut, membalas  jasa. Menurut istilah, pajak ialah kewajiban

12
yang ditetapkan terhadap wajib pajak yang harus disetorkan  kepada negara sesuai
dengan ketentuan.
Selain zakat dan pajak ada dana yang bersifat kesosialan yaitu :
a) Infaq ialah memberikan sebagian harta yang dimiliki kepada fihak lain yang
membutuhkan untuk membantu  meringankan  beban.
b) Hibbah yaitu memberikan suatu barang kepada orang lain atas dasar cinta kasih
dan tidak  mengharap balasan.
c) Sedekah yaitu memberikan suatu barang kepada orang lain dengan dasar mencari
keridhaan Allah swt.
d) Hadiah yaitu memberikan suatu barang kepada orang lain atas dasar prestasi.
2. Dasar Kewajiba Zakat.
Zakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
tegaknya [syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori
ibadah, seperti:shalat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah,sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ummat manusia. Adapun dasar kewajiban ialah firman Allah swt:
Artinya: "Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan harta dan mendo'akan untuk mereka. Sesungguh-nya
do'a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar
Lagi Maha Mengetahui". ( At-Taubah : 103).
Dari ayat diatas ada beberapa masalah yang perlu dicatat yaitu :

a.    Kata  khudz  (ambilah) menunjukkan kata perintah yang maksudnya wajib.

b.    Zakat yang diambil itu dalam bentuk harta yang penjabarannya bisa bermacam-
macam seperti : emas, perak, dagangan, buah-buahan dan lain sebagainya.

c.    Zakat akan membawa keberuntungan bagi orang yang mengeluarkannya berupa


kebersihan mereka dari kekikiran, menimbulkan  ketentraman dan ketenangan jiwa
bahkan akan mendapatkan do'a dari mereka yang diberi zakat.

Adapun kewajiban melaksanakan pajak didasarkan kepada kemaslahatan umum yaitu


sebagai dasar untuk mewujudkan keadaan masyarakat yang sejahtera lahir

13
batin.Kesejahteraan lahir batin antara  lain didukung oleh tersedianya  kesejahteraan
lahir dalam bentuk perlengkapan hidup untuk dapat melaksanakan perintah Allah swt.

3. Macam-macam Zakat

a.    Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat pribadi yang wajib dikeluarkan setiap bulan ramadhan
atau sebelum idhul fitri berupa makanan pokok atau uang sebesar kadar yang diwajibkan.
Zakat fitrah boleh dibayarkan sejak awal ramadhan dan sunahnya dibayarkan sesudah
sholat subuh sebelum sholat Ied. Bila dibayarkan sesudah sholat Iedul fitri sebelum
matahari tenggelam, hukumnya makruh sedang bila dibayar sesudah matahari tenggelam
hukumnya haram.Yang wajib dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah berupa makanan
pokok seperti beras, jagung dan gandum sebesar 3,1 liter.

Zakat fitrah adalah wajib atas setiap muslim dan muslimah. Berdasar hadits


berikut, Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata, “Rasulullah saw. telah memfardhukan
(mewajibkan) zakat fitrah satu sha’ tamar atau satu sha’ gandum atas hamba sahaya, orang
merdeka, baik laki-laki maupun perempuan, baik kecil maupun tua dari kalangan kaum
Muslimin; dan beliau menyuruh agar dikeluarkan sebelum masyarakat pergi ke tempat
shalat ‘Idul Fitri.” (Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari III :367 no:1503, Muslim II: 277
no:279/984 dan 986, Tirmidzi II : 92 dan 93 no: 670 dan 672, ‘Aunul Ma’bud V:4-5 no:
1595 dan 1596, Nasa’i V:45, Ibnu Majah I: 584 no:1826)

Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, “Rasulullah saw. telah


mewajibkan zakat fitrahsebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang
sia-sia dan yang kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa yang
mengeluarkannya sebelum (selesai) shalat ‘id, maka itu adalah zakat yang diterima (oleh
Allah); dan siapa saja yang mengeluarkannya sesuai shalat ‘id, maka itu adalah shadaqah
biasa, (bukan zakat fitrah).” (Hasan : Shahihul Ibnu Majah no: 1480, Ibnu Majah I: 585
no: 1827 dan ‘Aunul Ma’bud V: 3 no:1594). 

Yang wajib mengeluarkan zakat fitrah ialah orang muslim yang merdeka yang


sudah memiliki makanan pokok melebihi kebutuhan dirinya sendiri dan keluarganya untuk
sehari semalam. Di samping itu, ia juga wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk orang-
orang yang menjadi tanggungannya, seperti isterinya, anak-anaknya, pembantunya, (dan
budaknya), bila mereka itu muslim. Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata, “Rasulullah saw.

14
pernah memerintah (kita) agar mengeluarkan zakat untuk anak kecil dan orang dewasa,
untuk orang merdeka dan hamba sahaya dari kalangan orang-orang yang kamu tanggung
kebutuhan pokoknya.” (Shahih : Irwa-ul Ghalil no: 835, Daruquthni II:141 no: 12 dan
Baihaqi IV: 161). 

b.    Zakat Maal

Zakat Maal adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh individu atau


lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara
hukum (syara). Maal berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti 'harta'.

Harta yang akan dikeluarkan sebagai zakat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

·         Milik penuh, yakni harta tersebut merupakan milik penuh individu yang akan
mengeluarkan zakat.

·         Berkembang, yakni harta tersebut memiliki potensi untuk berkembang bila


diusahakan.

·         Mencapai nisab, yakni harta tersebut telah mencapai ukuran/jumlah tertentu sesuai


dengan ketetapan, harta yang tidak mencapai nishab tidak wajib dizakatkan dan dianjurkan
untuk berinfaq atau bersedekah.

·         Lebih dari kebutuhan pokok, orang yang berzakat hendaklah kebutuhan


minimal/pokok untuk hidupnya terpenuhi terlebih dahulu

·         Bebas dari hutang, bila individu memiliki hutang yang bila dikonversikan ke harta
yang dizakatkan mengakibatkan tidak terpenuhinya nishab, dan akan dibayar pada waktu
yang sama maka harta tersebut bebas dari kewajiban zakat.

·         Berlalu satu tahun (Al-Haul), kepemilikan harta tersebut telah mencapai satu tahun
khusus untuk ternak, harta simpanan dan harta perniagaan. Hasil pertanian, buah-buahan
dan rikaz(barang temuan) tidak memiliki syarat haul.

Adapun harta (mal) yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah:

 Emas, perak dan mata uang


 Harta perniagaan
 Hewan ternak

15
 Buah-buhan dan biji-bijan
 Barang tambang dan rikaz (harta terpendam)

Daftar nisob jenis harta dan besarnya zakat :

No Jenis Harta Nisonya Besarny Keterangan


a Zakat
1. Emas 20 Dinar (" 93,6 gram) 2,5 % Zakatnya
2. Perak 200 Dirham (" 624 2,5 % dikeluarkan
3. Uang kontan gram) 2,5 % setelah
4. Harta senilai  dengan harga 2,5 % semua sarat
perniagaan emas terpenuhi
senilai  dengan harga
emas
Adapun binatang ternak yang wajib dizakati adalah kambing, domba, kerbau, sapi dan
unta. Penghitungannya adalah sebagai berikut :

Ø  Kambing atau domba;

1) 40 – 120 ekor, zakatnya 1 ekor kambing berumur 1 tahun.


2) 121 – 200 ekor, zakatnya 2 ekor kambing berumur 2 tahun.
3) 201 – 300 ekor, zakatnya 3 ekor kambing berumur 2 tahun.
4) 301 ke atas, setiap bertambah 100 zakatnya bertambah 1 ekor kambing berumur 2
tahun.
5) Sapi atu kerbau;
6) 30 – 39 ekor, zakatnya 1 ekor berumur 1 – 2 tahun.
7) 40 – 59 ekor, zakatnya 2 ekor berumur 1 – 2 tahun.
8) 60 – 69 ekor, zakatnya 2 ekor berumur 1 – 2 tahun.
9) 70 – 79 ekor, zakatnya 2 ekor berumur 2 – 3 tahun.
10) 80 – 89 ekor, zakatnya 3 ekor berumur 1 – 2 tahun.
11) 89 ke atas,setiap bertambah 30 zakatnya bertambah 1 ekor.

Ø  Hasil pertanian;

Hasil pertanian seperti makanan pokok beras, jagung dan gandum, hasil perkebunan seperti
kurma, anggur dan semacamnya syarat zakatnya seperti wajib zakat emas dan perak.

16
Waktunya setelah selesai panen. Nisobnya kurang lebih 930 liter. Biaya hasil pertanian yang
ditanam dengan biaya yang cukup banyak, zakatnya 5 % , sedang bila ditanami tanpa biaya
zakatnya 10 %.

Ø  Rikaz (harta tependam);

Harta rikaz (harta terpendam seperti emas, perak dan semacamnya zakatnya 20 %.

 Yang berhak menerima zakat.

Firman  Allah swt ;

Artinya : "Sesungguhnya zakat-zakat  itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang 


miskin, pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)  budak,
orang yang berutang,  untuk jalan  Allah, dan orang-orang  yang sedang dalam  perjalanan,
sebagai  suatu  ketetapan  yang  diwajibkan  Allah  dan Allah  Maha Mengetahui Lagi  Maha
Bijaksana ". (At-Taubah : 60)

Delapan asnaf yang berhak menerima zakat (mustahik) itu ialah :

 Fakir yaitu orang yang tidak mempunyai harta atau usaha, atau mempunyai harta dan 
usaha tetapi kurang dari  ½  kecukupannya dan tidak ada orang memberi belanja
kepadanya.
 2)    Miskin yaitu orang yang mempunyai harta atau usaha sebanyak ½   kecukupan-
nya atau lebih tetapi tidak mencukupinya.
 Amil yaitu semua orang yang bekerja mengurus zakat, sedang dia tidak mendapatkan
upah selain zakat itu.
 Muallaf yaitu orang yang masih lemah imannya sehingga masih  memerlukan
bimbingan  dan pembinaan iman.
 Riqob yaitu  hamba sahaya yang ingin merdeka. Dalam hal ini zakat dipergu nakan
untuk  menebus kepada majikannya.
 Ghorim yaitu orang yang terlilit hutang sehingga berat sekali  untuk  membayar
padahal  hutang bukan untuk maksiat.
 Sabilillah yaitu orang-orang yang berjuang di jalan Allah swt., atau menegakkan
agama Islam, seperti membangun Rumah Sakit, Masjid dan lainnya.
 Ibnu Sabil yaitu orang-orang yang sedang dalam perjalanan jauh  bukan  untuk
maksiat seperti belajar, haji dan lain sebagainya

17
 Yang tidak berhak menerima zakat

·         Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang
yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).

·         Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.

·         Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami


(ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).

·         Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.

·         Orang kafir.         

 Beberapa Faedah Zakat.


A. Faedah Diniyah (segi agama)
 Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang
mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
 Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya,
akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam
ketaatan.
 Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana
firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah"
(QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yangmuttafaq "alaih Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam" juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan
ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.
 Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah
Muhammad SAW.
B. Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)
 Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat.
 Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut
kepada saudaranya yang tidak punya.
 Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa
harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan

18
jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai
tingkat pengorbanannya.
 Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.
C. Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)
o Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para
fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di
dunia.
o Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat
eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah
satunya adalah mujahidin fi sabilillah.
o Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang
ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat
mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk
sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan
mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk
mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih
antara si kaya dan si miskin.
o Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas
berkahnya akan melimpah.
o Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena
ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak
pihak yang mengambil manfaat.
 Hikmah Zakat

Hikmah dari zakat antara lain:

 Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka


yang miskin.
 Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i
yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
 Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
 Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
 Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
 Untuk pengembangan potensi ummat

19
 Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
 Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi
ummat.
 Zakat dalam Al Qur'an

·         QS (2:43) ("Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku'".)

·         QS (9:35) (Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu.")

·         QS (6: 141) (Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang
tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan).

Pengelolaan Zakat di Indonesia.

Sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap masalah zakat ini, pemerintah mendirikan
BAZIS (Badan Amil Zakat dan Sedekah). Lembaga ini diharapkan mampu mendorong
profesinalisme dalam pengelolaan ZIS. Bagi umat Islam pengeloaan ZIS yang profesional
akan memberikan beberapa manfaat antara lain :

o   Pendistribusian ZIS  lebih terorganisir dan benar-benar akan sampai kepada yang berhak.

o    Pemerintah dapat melihat potensi masyarakat pembayar ZIS dan para penerimanya.

o   Masyarakat yang tidak mampu akan terbantu ekonominya

Selain itu pemerintah juga mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38


Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Keputusan Menteri Agama RI no. 373 tahun 2003
dan Keputusan Dirjen Bimas Islam Urusan Haji no : D/291 tahun 2000 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Zakat.

Adapun isi dari UU Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat tersebut adalah :

20
 BAB I

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimkasud dengan :

1)    Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap


pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

2)    Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang musli atau badan yang dimiliki
oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.

3)    Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban
menunaikan zakat.

4)    Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat.

5)    Agama adalah agama Islam.

6)    Menteri adalah Menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
bidang agama.

Pasal 2

Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki
oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat.

Pasal 3

Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada


muzakki, mustahiq dan amil zakat.

BAB II

Pasal 5

Pengelolaan zakat bertujuan :

1)    meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan


tuntunan agama;

21
2)    meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

3)    meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.

BAB III

Pasal 6

(1) Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah.

(2) Pembentukan badan amil zakat :

a. nasional oleh Presiden atas usul Menteri;

b. daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen agama 
propinsi;

c. daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau wali kota atas usul kepala kantor
departemen agama kabupaten atau kota;

d. kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecamatan.

BAB IV

Pasal 11

(1) Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah.

(2) Harta yang dikenai zakat adalah :

a. emas, perak dan uang;

b. perdagangan dan perusahaan;

c. Hasil pertanian, perkebunan dan perikanan;

d. Hasil pertambangan;

e. Hasil peternakan;

f. Hasil pendapatan dan jasa;

g. tikaz

22
(3) Penghitungan zakat mal menurut nishab, kadar dan waktunya ditetapkan berdasarkan
hukum agama.

Pasal 13

Badan amil zakat dapat menerima harta selain zakat seperti infaq, shadaqah, wasiat waris dan
kafarat.

BAB V

Pasal 16

(1) Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan agama.

(2) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq
dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.

(3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana


dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri.

Gerakan zakat di Indonesia telah diberlakukan sebagai komponen pengurang


penghasilan sebelum dikenakan pajak. Pendirian Badan Amil Zakat Nasional dan
tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya Dompet Dhuafa pada
tahun 1993 merupakan gerakan masyarakat walau sebelumnya sudah ada lebih dulu Badan
Amil Zakat, Infak, dan Sedekah (BAZIS) DKI yang dikelola Pemda DKI. Kelahiran
lembaga-lembaga amil zakat profesional dan kiprahnya yang semakin masif di masyarakat
selanjutnya mendorong lahirnya FOZ (forum zakat)yang merupakan asosiasi lembaga-
lembaga zakat di Indonesia. Saat ini muncul nama-nama lembaga yang dikenal di masyarakat
seperti Dompet Dhuafa, PKPU, Rumah Zakat Indonesia, DPU Daarut Tauhiid, YDSF, Al
Azhar, dan lainnya. Paralel dengan gerakan mewujudkan terbentuknya Dewan Zakat
Internasional yang akan mempelopori pembentukan Baitul Mal Internasional ini berawal
melalui diselenggarakannya Konferensi Zakat Asia Tenggara di Kuala Lumpur tahun 2006
yang didukung oleh lembaga-lembaga zakat dari 4 negara yaitu Indonesia,
Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam mengeluarkanDeklarasi Zakat mengenai
berdirinya Dewan Zakat MABIMS dengan Indonesia sebagai sekretariatnya kemudian
disusul dengan Konferensi Zakat Internasional pertama tahun 2007 di Kuala Lumpur dan
selanjutnya Konferensi Zakat Internasional kedua tahun 2008 yang diselenggarakan
di Padang.

23
C.   WAKAF

Wakaf merupakan salah satu ibadah kebendaan yang penting yang secara ekplisit
tidak memiliki rujukan dalam kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu, ulama telah melakukan
identifikasi untuk mencari “induk kata” sebagai sandaran hukum. Hasil identifikasi mereka
juga akhirnya melahirkan ragam nomenklatur wakaf yang dijelaskan pada bagian berikut.
       Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang eksplisit dalam al-
Quran dan sunah. Ulama berpendapat bahwa perintah wakaf merupakan bagian dari perintah
untuk melakukan al-khayr (secara harfiah berarti kebaikan). Dasarnya adalah firman Allah
berikut :
‫وافعلوا الخير لعلكم تفلحون‬
...dan berbuatlah kebajikan agar kamu memperoleh kemenangan”
Imam Al-Baghawi menafsirkan bahwa peerintah untuk melakukan al-khayr berarti perintah
untuk melakukan silaturahmi, dan berakhlak yangbaik.     SementaraTaqiy al-Din Abi Bakr
Ibn Muhammad al-Husaini al-Dimasqi menafsirkan bahwa perintah untuk melakukan al-
khayr berarti perintah untuk melakukan wakaf. Penafsiran menurut al-Dimasqi tersebut
relevan (munasabah) dengan firman Allah tentang wasiyat.
‫بالمعروف حقا على المتقون‬  ‫كتب عليكم ادا حضر احدكم الموت ان ترك خير الوصية للوالدين واالقربين‬

              “Kamu diwajibkan berwasiat apabila sudah didatangi (tanda-tanda) kematian dan jika
kamu meninggalkan harta yang banyak untuk ibu bapak dan karib kerabat dengan acara
yang ma’ruf; (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang takwa.”
                     Dalam ayat tentang wasiat, kata al-khayr diartikan dengan harta benda. Oleh karena itu,
perintah melakukan al-khayr berarti perintah untuk melakukan ibadah bendawi. Dengan
demikian, wakaf sebagai konsep ibadah kebendaan berakar pada al-khayr. Allah
memerintahkan manusia untuk mengerjakannya.

Pengertian Wakaf
       Menurut bahasa Wakaf berasal dari waqf yang berarti radiah (terkembalikan), al-tahbis
(tertahan), altasbil  (tertawan) dan al-man’u (mencegah).[ disebut pula dengan al-habs (al-
ahbas, jamak). Secara bahasa, al-habs berarti al-sijn (penjara), diam, cegah, rintangan,

24
halangan, “tahanan,” dan pengamanan. Gabungan kata ahbasa (al-habs) dengan al-mal
(harta) berarti wakaf (ahbasa al-mal).
       Penggunaa kata al-habs dengan arti wakaf terdapat dalam beberapa riwayat. Yaitu :
 Pertama, dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Ibn ‘Umar yang menjelaskan bahwa
Umar Ibn al-Khatab datang kepada Nabi saw. Meminta petunjuk pemanfaatan tanah miliknya
di Khaibar. Nabi saw. Bersabda:

‫ان شئت حبست اصلها وتصدقت بها‬


“Bila engkau menghendaki, tahanlah pokoknya dan sedekahkanlah hasinya (manfaatnya)!”
Kedua, dalam hadits riwayat Ibn Abbas (yang dijadikan alasan hukum oleh Imam Abu
Hanifah) dijelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda :
‫الحبس عن فوائض هللا‬
“Harta yang sudah berkedudukan sebagai tirkah (harta pusaka) tidak lagi termasuk benda
wakaf.”
       Dalam hadits dikatakan bahwa wakaf disebut dengan sedekah jariah (shadaqat jariyah)
dan al-habs (harta yang pokoknya dikelola  dan hasilnya didermakan). Oleh karena itu,
nomenklatur wakaf dalam kitab-kitab haditas dan fiqih tidak seragam.. Al-Syarkhasi dalam
kitab al-Mabsuth, memberikan nomenklatur wakaf dengan Kitab al-waqf, Imam Malik
menuliskannya dengan nomenklatur Kitab Habs wa al-Shadaqat, Imam al-Syafi’I dalam al-
Umm memberikan nomenklatur wakaf dengan al-Ahbas, dan bahkan Imam Bukhari
menyertakan hadits-hadits tentang wakaf dengan nomenklatur Kitab al-Washaya. Oleh
karena itu secara nomenklatur wakaf ddisebut dengan al-ahbas, shadaqat jariyat, dan al-
waqf.
       Secara normative idiologis dan sosiologis perbedaan nomenklatur wakaf tersebut dapat
dibenarkan, karena landasan normative perwakafan secara eksplisit tidak terdapat dalam al-
Quran atau al-Sunna dan kondisi masyarakat pada waktu itu menuntut akan adanya hal
tersebut. Oleh karena itu, wilayah Ijtihad dalam bidang wakaf lebih besar dari pada wilayah
Tauqifi-Nya.
Ketiga, sebab nuzul (salah satu ayat) dalam surat an-nisaa’ dalam penjelasan Imam Syuraih
adalah bahwa:
‫جاء محمد يبيع الحبس‬
“Nabi Muhammad saw. menjual benda wakaf.”
Menurut Istilah, wakaf berarti :
‫ مع بقاء عينه يقطع التصرف فى رقبته على مصرف مباح موجد‬ ‫]حبس مال يمكن االنتفاع به‬
25
“Penahanan harta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan desertai dengan kekal zat/benda
dengan memutuskan (memotong) tasharruf (penggolongan) dalam penjagaannya atas
Mushrif (pengelola) yang dibolehkan adanya.

       Atas dasar sejumlah riwayat tersebut, nomenklatur wakaf dalam kitab-kitab hadits dan 
fikih tidaklah seragam. Al-Syarkhasi dalam kitab al-Mabsut memberikan nomenklatur wakaf
dengan al-Wakaf, Imam al- Syafi’i dalam al-Um memberikan nomenklatur wakaf dengan al-
Ahbas, dn bahkan Imam Bukhari menyertakan hadits-hadits tentang  wakaf dengan
nomenklatur Kitab al-Washaya. Oleh karena itu, secara teknis, wakaf disebut dengan al-
ahbas, shadaqah jariyah, dan al-wakaf
       Keragaman nomenklatur wakaf terjadi karena tidak ada kata wakaf yang eksplisit dalam
Al-Quran dan hadits. Hal ini menunjukan bahwa wilayah ijtihad dalam bidang wakaf lebih
besar dari pada wilayah tawqifi.

A.     Ayat-ayat al-Quran  yang berkaitan dengan Wakaf


Seperti telah diuangkapkan di muka,  bahwa secara eksplisit tidak ditemukan ayat al-Quran
yang mengatur tentang wakaf, namun secara implisit cukup banyak ayat-ayat yang  bisa jadi
dasar hukum tentang wakaf, yaitu beberapa ayat   tetang infak diantaranya :

1.      Qur’an : al Hajj :  77


(‫ اركعوا واسجدوا‬ ‫)يايها الدين امنوا‬  (‫ ( واعبدوا‬   ‫اى ارجعوا من تكبر قيام االنسانية الى توضع الحيوانية ودلة النباتية‬
  ‫ واجبا ومندوبا واتوجهوا الى هللا تعالى فى جميع احوالكم‬ )‫ (وافعلو الخير‬ ‫ خالصا لوجهه‬ ‫ بسائر ما كلفكم به‬ )‫ربكم‬
‫ الفالح غير متيقنين‬ ‫ كلها وانتم راجعون بها‬ ‫ اىافعلوا هده‬ ‫ اى لتضفروا بنعيم الجنة‬ )‫(لعلكم تفلحون‬
Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu dan
berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung.
2.      Qur’an : al Baqarah : 261
(‫) مثل الدين ينفقون امولهم فى سبيل هللا كمثل حبت انبتت سبع سنا بل‬  ‫ اموا لهم فى دين‬ ‫ صدقاة الدين ينفقون‬ ‫اى سفة‬
‫ اموالهم فى وجوه الخيرات من الوجب والنفل كمثل‬ ‫ او المعنى مثل الدين ينفقون‬ ‫هللا كصفة حبة اخرجت سبع سنا بل‬
‫ (فى كلى سنبلة مائة حبة ) كما يشاهد دلك فى‬ ‫ اخرجث ساقا تشعب منه سبع شعب فى كلى واحدة منها سنبلة‬ ‫زراع‬
‫على اليضيق عليه ما يتفضل به من‬  )  ‫ (لمن يشاء‬ ‫ فوق دلك‬ ) ‫ (وهللا يضعف‬ ‫الدرة والدخن بل فيهما اكثر من دلك‬
‫ (عليم ) بنية المنفق وبمن يستحق ىالمضاعفة‬ ‫ ائ ال يضيق عليه ما يتفضل به من التضعيف‬ ) ‫ (وهللا وا سع‬ ‫التضعيف‬
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-

26
tiap butir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
3.      Qur’an  Ali Imran : 92
‫ وما تنفقوا من شيء فان هللا به عليم‬ ‫لن تنالوا الير حتى تنفقوا مما تحبون‬
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya. 
‫ لن تدركو ايها المومنون‬:  ‫قال ابو حعفر يعنى بدلك جل ثناه‬
,‫ ودلك تفضله عليهم بادخالهم جنة‬,‫ وهو البر من هللا الدى يطلبونه منه بطاعتهم اياه وعباد تهم له ويرجونه منه‬: ‫البر‬
‫وصرف عدابه عنهم‬.
‫ فل ألجنة‬,‫ لن تنالوا البر‬: ‫ عن ابى اسحاق عن عمرو بن ميمون في قوله‬ ‫ حدثن وكيع عن شريك‬:‫حدثن ابو كريب قال‬.
‫ جنة ربكم‬: ‫ فتاويل الكالم لن تنالوا ايها المومنون‬: ‫قال ابو جعفر‬
‫ حتى تتصدقوا مما تحبون وهوون ان نكون لكم من نفيس اموالكم‬: ‫حتى تنفقوا مما تحبون يقول‬

       Kutipan Al-Quran surat Ali Imran ayat 92 tersebut benar-benar menyentuh. Ternyata
menafkahkan harta yang kita cintai merupakan salah satu jalan sekaligus syarat untuk
menyempurnakan semua kebajikan lain yang sudah, sedang, dan akan kita lakukan. Bisa jadi
seseorang telah banyak berbuat baik. Tampaknya  dengan menafkahkan sebagian hak milik
yang sangat dicintai untuk perjuangan di jalan Allah, barulah akan sampai kepada
kebajikan/keshalehan yang sempurna.
       Sabab Nuzul ayat tersebutadalah, Seperti diterangkan dalam hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Imam Buchori, Muslim, Tarmidzi, dan An-Nasa’i, yang diterima dari Anas
bin Malik, Beliau menrangkan :
       Abu Tholhah diantara salah seorang Sahabat Nabi yang paling banyak memiliki kebun
kurmanya di Madinah, salah satunya kebun kurma Bairuha, kebun tersebut berhadapan
dengan Masjid tempat Nabi sembahyang dan Nabi sering keluar masuk memakan kurma
tersebut dan meminum airnya yang harum.
       Ketika turun ayat tersebut (Ali Imran : 92)  Tholhah langsung mendatangi Rasull lalu ia
berkata, :Ya Rasulullah, sesungguhnya kekayaan yang sangat kucintai yaitu kebun kurma
Bairuha, karena ada perintah dari Allah melalui ayat tadi, kusedekahkan bairuha ini
kepadamu Ya Rasulullah.
       Mendengar ucapan Abu Tholhah, Rasulullah berkata, wahai Tholhah sungguh engkau
beruntung, kebun kurma itu membawa keberuntungan, kalau begitu alangkah baiknya

27
disedekahkan kebun kurma itu kepada karib kerabatmu. Timpal Abu Tholhah, ya Rasulullah
akan kusedekahkan harta itu sesuai dengan petunjukmu Ya Rasulullah.
       Kemudian dalam Riwayat Abi Hatim dari Muhammad bin Al-Munkodir, beliau berkata,
bahwa ketika turun ayat Ali Imran ke 92, datang sahabat Zaid bin Haritsyah membawa seekor
kuda yang bernama Sibul, Zaid tidak memiliki lagi kekayaan lain selain kuda itu.
       Beliau berkata, Ya Rasulullah saya datang akan menyerahkan kuda ini untuk
kepentingan agama, Rasull menjawab “Aku menerima sedekahmu” wahai Zaid.
       Selanjutnya oleh Rasulullah ditunggangkan diatas punggung kuda itu Usamah bin Zaid
anaknya Zaid, lantas Rasull melihat muka Zaid agak muram masih merasa berat hati
melepaskan kuda kesayangannya.
Namun Rasulullah melanjutkan perkataannya. Sesungguhnya Allah telah menerima sedekah
engakau Zaid.
     Pemahaman konteks atas ajaran wakaf juga diambilkan dari beberapa hadits Nabi yang
menyinggung masalah shadaqah jariyah, yaitu :

‫ او علم‬ ‫ ادا مات ابن ادم انقطع عمله اال من ثلث صدقة جارية‬: ‫ان رسول هللا صلى عليه و سلم قال‬  ‫عن ابى هريرة‬
) ‫ (رواه مسلم‬ ‫ينتفع به او ولد صالح يدعوله‬
Dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda : “Apabila anak Adam
(manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara:
Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya”.
(HR. Muslim)
Penafsiran shadaqah jariyah dalam hadits tersebut dikataakan asuk dalam pemebahasan
wakaf, seperti yang diuangkapkan seorang Imam
‫دكره باب الوقف النه فسر العلماء الصدقة الجارية بالوقف‬
Hadit tersebut dikemukakan di dalam bab wakaf, karena para ulama menafsirkan shadaqah
jariyah dengan wakaf.

Hadits Nabi yang secara tegas menyinggung dianjurkannya ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi
kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya yang ada di Khaibar :
 ‫ فئاتى النبي صلى هللا عليه وسلم يستئامره فيها‬ ‫عن ابن عمر رضى هللا عنهما ان عمر بن الخطاب اصاب ارضا بخيبر‬
‫ ان شئت حبست‬: ‫قال‬  ‫ فما تئامرنى به‬ ‫ ماال قط انفس عندى منه‬ ‫ يا رسول هللا انى اصبت ارضا بخيبر لم اصب‬: ‫فقال‬
‫ وفى سبيل‬ ‫ وتصدق بها فى الفقراء وفى القربى وفى الرقاب‬ ‫ وال يرث‬ ‫اصلها فتصدقت بها عمر انه ال يباع وال يوهب‬
) ‫ (رواه مسلم‬ ‫هللا وابن السبيل والضيف الجناح على من وليها ان ياكل منها با المعرف ويطعم غير متمول‬

28
Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar Ra. Memperoleh sebidang tanah d
Khaibar kemudian menghadap kepada Rasulullah untukm memohon petunjuk Umar berkata :
Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah
mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah engkau perintahkan kepadaku ? Rasulullah
menjawab: Bila kamu suka, kamu tahan (pokoknya) ntanah itu, dan kamu sedekahkan
(hasilnya). Kemudian Umar menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat,
budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi 
yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara yang baik
(sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta (HR. Muslim).

Pada sabda Nabi yang lainnya disebutkan :


‫ ان مائة سهم لى بخيبر لم اصب ماال قط اعجب الي منها قد‬ ‫ قال عمر للنبي صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن ابن عمر قال‬
‫ (رواه ألبخارى و مسلم‬ ‫ احبس اصلها وسبل ثمرتها‬: ‫ فقال النبي صلعم‬ ‫اردت ان اتصدق بها‬
Dari Ibnu Umar, ia berkata : “Umar mengatakan kepada Nabi Saw, saya mempunyai 
seratus dirham saham di Khaibar. Saya belum pernah mendapat harta yang paling saya
kagumi seperti itu. Tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi Saw mengatakan kepada
Umar : Tahanlah (jangan jual, hibahkan dan wariskan) asalnya (modal pokok) dan jadikan
buahnya sedekah untuk sabilillah” (H.R. Bukhari dan Muslim).
       Bertitik tolak dari beberapa ayat al-Quran dan hadits Nabi yang menyinggung tentang
akaf tersebut nampak tidak terlalu tegas. Karena itu sedikit sekali hukum-hukum wakaf yang
diterapkan berdasarkan kedua sumber tersebut. Sehingga ajaran wakaf ini diletakan pada
wilayah yang bersifat ijtihadi, bukan ta’abudi, khususnya yang berkaitan dengan aspek
pengelolaan, jenis wakaf, syarat, peruntukan dan lain-lain.
       Meskipun demikian, ayat al-Quran dan Sunnah yang sedikit itu mampu menjadi
pedoman para ahli fikih Islam. Sejak masa Khulafaur Rasyidun sampai sekarang, dalam
membahas dan mengembangkan hukum-hukum wakaf dengan menggunakan metode
penggalian hukum (ijtihad) mereka. Sebab itu sebagian besar hukum-hukum wakaf dalam
Islam ditetapkan sebagai hasil ijtihad, dengan menggunakan metode ijtihad seperti qiyas,
maslahah mursalah dan lain-lain.
       Oleh karenanya, ketika suatu hukum (ajaran) Islam yang masuk dalam wilayah ijtihadi,
maka hal tersebut menjadi sangat fleksibel, terbuka terhadap penafsiran-penafsiran baru,
dinamis, fururistik dan berorientasi pada masa depan. Sehingga dengan demikian, ditinjau
dari aspek ajaran saja, wakaf merupakan sebuah potensi yang cukup besar untuk bisa
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan zaman. Apalagi ajaran wakaf ini termasuk bagian

29
dari muamalah yang memiliki jangkauan yang sangat luas, khususnya dalam pengembangan
ekonomi lemah.
       Memang, bila ditijau dari kekuatan sandaan hukum yang dimiliki, ajaran wakaf
merupakan ajaran yang bersifrat anjuran (sunnah), namun kekuatan yang dimiliki
sesungguhnya begitu besar sebagai tonggak menjalankan roda kesejahteraan masyarakat
banyak. Sehingga dengan demikian, ajaran wakaf yang masuk dalam wilayah ijtihadi, dengan
sendirinya menjadi pendukung non manajerial yang bisa dikembangkan pengelolaannya
secara optimal.

B.      Perwakafan Dalam Undang-Undang  Di Indonesia


1.       Wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi yang perlu
dikelola secara efektif dan efisien untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan
kesejahteraan umum.
2.       Wakaf merupakan perbuatan hukum  yang telah lama hidup dan dilaksanakan dalam
masyarakat.
C.      Regulasi Perwakafan di Indonesia
1.       Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
2.       Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tantang Wakaf
3.       Peraturan pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004
4.       Peraturan pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik

Benda Tidak Bergerak yang Dapat Diwakafkan


1.      Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik
yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar.
2.      Bangunan atau bagian bangunan  yang berdiri di atas tanah dan atau bangunan.
3.      Tanaman dan beda lain yang berkaitan dengan tanah
4.      Hal milik atas satuan rumah sesuai dengan peraturan perundag-undangan yang berlaku.
5.      Benda tidak bergerak lain yang sesuai dengan sejarah dan peraturan perundang-unagan.

D.     Benda Bergerak yang dapat Diwakafkan


1.      Uang Rupiah
2.       Logam Mulia
3.      Surat Berharga
4.      Benda bergerak lain yang berlaku

30
5.      Kendaraan
6.      Hak atas kekayaan intelektual
7.      Hak sewa sesuai ketentuan syariah dan peraturan perunda-undanga yang berlaku.
E.      Unsur-Unsur Wakaf
1.      Wakif
2.      Nadzir
3.      Harta Benda Wakaf
4.      Peruntukan Wakaf
5.      Jangka Waktu Wakaf
6.      Sighat Wakaf/Akad
F.       W a k I f
1.      Wakif perseorangan (dewasa, sehat, dan cakap)        Organisasi (Pengurus memenuhi syarat
sebagai wakif perseorangan, bergerak dalam bidang
sosial/pendidikan/kemasyarakatan/keagamaan Islam.
2.      Badan Hukum (Pengurus memenuhi syarat sebagai wakif perseorangan, Badan Hukum sah,
bergerak dalam bidang sosial/pendidikan/keagamaan Islam dan kemasyarakatan
3.      Pemilik sah harta benda yang akan diwakafkan.
G.     N a d z I r
1.      Nadzir Perorangan (dewasa, sehata, cakap).
2.      Organisasi (Pengurus memenuhi syarat sebagai Nadzir perseorangan, bergerrak dalam
bidang sosial/pemdidikan/kemasyarakatan/keagamaan Islam.
3.      Badan Hukum (Pengurus memenuhi syarat sebagai Nadzir perseorangan, Badan Hukum sah,
bergerak dalam bidang sosial/ pendidikan/kemasyarakatan /keagamaan Islam.
4.      Terdaftar di BWI dan Kemenag (Pendaftaran dapat dilaksanakan setelah proses wakaf bagi
nadzir baru.
H.     Tugas Nadzir
1.      Pengadministrasian
2.      Mengelola dan mengembangkan harta wakaf sesuai tujuan
3.      Mengawasi proses pengelolaan
4.      Melaporkan hasil pengelolaan kepada BW) dan Kemenag.
Nadzir dapat memperoleh imbalan maksimal 10 % dari hasil pengelolaan.

I.        Tata Cara Perwakafan Tanah Milik

31
1. Calon Wakif menyerahkan bukti kepemilikan tanah yang akan diwakafkan berupa
sertifikat, Keterangan tidak sengketa Pendaftaran tanah, Keterangan Bupati tentang
kesesuaian Master Plan untuk diteliti PPAIW.
2. PPAIW melakukan pemeriksaan terhadap Nazir.
3. Wakif menyatakan Ikrar Wakaf dihadapan PPAIW dengan dihadiri Wakif dan 2 orang
saksi bermaterai cukup
4. PPAIW menuangan Ikrar Wakaf alam bentuk tertulis
5. PPAIW menuangkan membuat AIW ditandatangani Wakif, Nazir, Saksi dan PPAIW.
6. AIW diserahkan kepada Nazir beserta dokumen tanah.
7. PPAIW menerbitkan pendaftaran wakaf dan mendaftarkan kepada BWI dan Menteria
Agama dengan tembusan Kemenag dan Kanwil Kemenag Provinsi.
8. PPAIW memberikan bukti pendaftaran harta wakaf kepada Nazir.
9. Nazir mengurus sertifikat tanah wakaf ke BPN.
10. Terbit Sertifikat Tanah Wakaf.

J.        Wakaf Benda Bergerak Selain Uang


1. Calon Wakif menyerahkan dokumen bukti kepemilikan hata benda wakaf (jika ada)
2. PPAIW melakukan pemeriksaan Nazhir.
3. Wakif menyatakan Ikrar Wakaf di hadapan PPAIW dengan dihadiri Wakif dan dua oang
saksi.
4. PPAIW menuangkan Ikrara Wakaf dalam bentuk tertulis
5. PPAIW membuat AIW ditandatangani Wakif, Nazhir, saksi, PPAIW bermaterai cukup.
6. AIW disrahkan kepada Nazhir beserta Harta Wakaf.
7. PPAIW mendaftarkan Benda Wakaf kepada BWI dan Menag dengan tembusan Kemenag
dan Kanwil Kemenag Provinsi.
8. Nazhir mengurus pengalihan bukti kepemilikan kepada Instansi terkait.
9. Terbit bukti kepemilikan Harta Benda Wakaf.

BAB III : KESIMPULAN


Zakat secara bahasa dapat berarti ”kesucian”, ”tumbuh atau berkembang”,dan dapat
berarti ”keberkatan”. Menurut istilah zakat ialah kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan
oleh seseorang kepada yang berhak menerima (mustahik) dengan ketentuan dan syarat syarat
tertentu.

32
Haji menurut bahasa artinya menyengaja (ُ‫)اَ ْلقَصْ د‬. Menurut istilah haji ialah
menyengaja berkunjung ke Baitullah (Ka'bah) untuk melakukan beberapa perbuatan antara
lain wukuf, thowaf, sa'i dan amalan-amalan lain pada waktu tertentu dengan syarat dan rukun
tertentu demi  memenuhi  panggilan Allah swt, dan mengharap ridhoNya.
Wakaf ialah menyerahkan sesuatu benda yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya
oleh umum (masyarakat) ataupun oleh perorangan.

KAMUS ISTILAH/KATA-KATA PENTING

1) muzakki    = orang yang zakat


2) mustahik   = orang  yang menerima  zakat.
3) jizyah         = pajak
4) Zakat Maal            = zakat harta
5) Rukun haji             = perbuatan-perbuatan yang apabila tidak dikerjakan maka batal
ibadah hajinya dan harus diulang.
6) wajib haji   = perbuatan yang wajib dikerjakan tetapi syahnya haji tidak tergantung
kepadanya, dan apabila tidak dikerjakan wajib diganti dengan dam (denda).
7) Wakif         = fihak yang menyerahkan wakaf.
8) nadzir        = fihak yang menerima wakaf
9) Mauquf      = harta yang diwakafkan 

DAFTAR PUSTAKA

http://barzacommunity.blogspot.co.id/2013/04/kelas-x-bab-11-zakat-haji-waqaf.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat

http://suherman111.blogspot.co.id/2011/11/makalah-wakaf.html

33

You might also like