Professional Documents
Culture Documents
Lapkas Katarak Senilis Matur OD (Coass Atta.S)
Lapkas Katarak Senilis Matur OD (Coass Atta.S)
Halaman
COVER i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………….. 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………. 1
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........……………………………… 2
2.1. Anatomi Lensa………………….......................................... 3
2.2. Fisiologi Lensa.......………………………………………... 6
2.3. Katarak...................................……………………………... 6
1. Definisi…………………………………………….. 7
2. Epidemiologi………………………………………. 7
3. Etiologi…………………………………………….. 8
4. Klasifikasi…………………………………………. 10
5. Gejala klinis……………………………………….. 11
6. Diagnosis…………………………………………... 13
7. Penatalaksanaan…………………………………… 14
8. Prognosis…………………………………………... 25
BABIII LAPORAN KASUS…………………………………............. 27
3.1. IdentitasPasien…………………………............................ 27
3.2. Anamnesis ……………………………………………….. 27
3.3. PemeriksaanFisik…………………………....…………… 28
3.4. Pemeriksaan Khusus/Status Oftalmologi…………............ 29
3.5. Resume...…………………………........………………..... 30
3.6.Diagnosis................……………………….......………...... 30
3.7. Pemeriksaan Anjuran…………………………….............. 30
3.8. Terapi…………………………………………………….. 31
3.9. Prognosis…………………………………………………. 31
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………. 32
BAB V KESIMPULAN……………………………………………… 34
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...
1
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 0100840172
Pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Mengesahkan, Jayapura
Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 1. Anatomi Lensa
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan
tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa.
Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa
pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian
anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada
di bagian tengah kutub posterior.
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat
zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian
anterior dan posterior dari kapsul lensa.
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.
Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-
sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel
tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan
energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator
lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa.
Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.
5
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Supaya hal ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah
sesuai dengan sinar yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya
refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan
mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.2
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris
relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini,
daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan
terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot
siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi oleh daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris,
zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal
sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan
refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.2
6
Gambar 2. Perubahan saat akomodasi lensa
2. Metabolisme Lensa
7
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan
vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di
bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih
besar. Ion k bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous
humor, dari luar ion na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian
anterior untuk menggantikan ion k dan keluar melalui pompa aktif na-
k atpase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh
ca-atpase. Inhibisi natrium kalium atpase dapat mengakibatkan
hilangnya keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di dalam
lensa..Hilangnya keseimbangan kalsium ini dapat menyebabkan
depresi metabolisme glukosa, pembentukan protein high molecular
weight, dan aktivasi protease destruktif.2
2.3 Katarak
1. Definisi
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah
tetapi dapat disembuhkan. Kata katarak berasal dari Yunani
“katarraktes”, atau dalam bahasa Inggris (Cataract) dan Latin
(Cataracta) yang berarti air terjun, karena pada awalnya katarak
dipikirkan sebagai cairan yang mengalir dari otak ke depan lensa.
Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada
lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak
terjadi karena faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anak-anak
yang lahir dalam kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi
setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya. Katarak senilis
adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia diatas 50 tahun. 3
8
Gambar 4: perbedaan pandangan mata normal dan mata dengan katarak
2. Epidemiologi
9
Dari hasil survei di America didapatkan sekitar 10 % orang
menderita penyakit ini, dan prevalensi meningkat sampai sekitar
40% untuk mereka yang berusia 65 sampai 74 tahun dan sampai
sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun,
sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan
perkembangan pada masing – masing mata jarang sama. (5)
3. Etiologi
a. Katarak primer
Penyebab paling banyak adalah akibat proses lanjut usia/
degenerasi, yang mengakibatkan lensa mata menjadi keras dan
keruh. Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok,
sinar ultraviolet, alkohol, kurang vitamin E,radang menahun
dalam bola mata, polusi asap motor/pabrik karena mengandung
timbal.
b. Katarak Sekunder
Katarak Metabolik
Diabetes melitus, hipokalsemia (oleh sebab apapun),
defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis atopik,
galaktosemia, dan sindrom Lowe, Werner, serta Down
Katarak Traumatik
Paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada
lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan
angin dan petasan merupakan penyebab yang sering.
penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, batu,
kontusio, pajanan berlebih terhadap panas (glassblower’s
cataract), dan radiasi pengion. Di dunia industri, tindakan
pengamanan terbaik adalah sepasang kacamata pelindung
yang bermutu baik
Katarak Komplikata
Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain
dapat menimbulkan katarak komplikata. Penyakit
10
intraokular yang sering menyebabkan kekeruhan pada lensa
ialah iridosiklitis, glukoma, ablasi retina, miopia tinggi dan
lain-lain. Katarak-katarak ini biasanya unilateral.
Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan cairan lensa subkapsul anterior.
Bentuk kekeruhan ini berupa titik-titik yang tersebar
sehingga dinamakan katarak pungtata subkapsular
diseminata anterior atau dapat disebut menurut penemunya
katarak Vogt. Katarak ini bersifat reversibel dan dapat
hilang bila tekanan bola mata sudah terkontrol.
Ablasio dan miopia tinggi juga dapat menimbulkan katarak
komplikata. Pada katarak komplikata yang mengenai satu
mata dilakukan tindakan bedah bila kekeruhannya sudah
mengenai seluruh bagian lensa atau bila penderita
memerlukan penglihatan binokular atau kosmetik.
Katarak Toksik
Katarak terinduksi obat, seperti obat kortikosteroid sistemik
ataupun topikal yang diberikan dalam waktu lama, ergot,
naftalein, dinitrofenol, triparanol, antikolinesterase,
klorpromazin, miotik, busulfan. Obat-obat tersebut dapat
menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.
Tak jarang katarak timbul pada saat lahir atau pada anak usia
dini sebagai akibat dari cacat keturunan, trauma parah pada
mata, operasi mata, atau peradangan intraokular. Faktor lain
yang dapat menyebabkan perkembangan katarak pada usia
lebih dini meliputi paparan berlebihan cahaya ultraviolet,
diabetes, merokok, atau penggunaan obat-obatan tertentu,
seperti steroid oral, topikal, atau inhalasi.
Etiologi katarak kongenital yang paling umum termasuk
infeksi intrauterin, gangguan metabolisme, dan sindrom
genetik ditransmisikan. Sepertiga dari katarak pediatrik
sporadis, mereka tidak berhubungan dengan penyakit
11
sistemik atau mata. Namun, mereka mungkin mutasi spontan
dan dapat menyebabkan pembentukan katarak pada
keturunannya pasien. Sebanyak 23% dari katarak kongenital
adalah familial. Cara transmisi yang paling sering adalah
autosomal dominan dengan penetrasi yang lengkap. Jenis
katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak
polar, katarak lamelar, atau opasitas nuklear. Semua anggota
keluarga dekat harus diperiksa. Infeksi penyebab katarak
termasuk rubella (yang paling umum), rubeola, cacar air,
cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster,
poliomyelitis, influenza, virus EpsteinBarr, sifilis, dan
toksoplasmosis.(6)
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui
secara pasti. Patofisiologi di balik terjadinya katarak senilis
amat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti. Namun
ada beberapa kemungkinan di antaranya terkait usia lensa
mata yang membuat berat dan ketebalannya bertambah,
sementara kekuatannya menurun.(7)
4. Klasifikasi(8,9)
Katarak dapat diklasifikasikan menurut beberapa aspek, yaitu :
1. Menurut usia :
Katarak kongenital ( terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
Katarak juvenil ( terlihat sesudah usia 1 tahun )
Katarak senile ( setelah usia 50 tahun )
2. Menurut lokasi kekeruhan lensa :
Nuklear
Kortikal
Subkapsular (posterior/anterior) jarang
3. Menurut derajat kekeruhan lensa :
Insipien
12
Imatur
Matur
Hipermatur
4. Menurut etiologi :
Katarak primer
Katarak sekunder
5. Gejala klinis(10)
a. Subyektif
Kemunduran visus
Tajam penglihatan akan menurun, penglihatan buram atau
berkabut. Tergantung tebal tipisnya kekeruhan serta lokalisasi
kekeruhan, makin tebal kekeruhan lensa, tajam penglihatan
makin mundur, jika kekeruhan terletak di sentral maka
13
penderita akan merasa kabur dibandingkan dengan kekeruhan
di perifer.
Tampak adanya bercak putih pada lapang pandang yang tidak
ikut bergerak dengan pergerakan mata (stasioner), yang mana
harus dibedakan dengan kekeruhan di korpus vitreus (bercak
bergerak-gerak).
Pada stadium permulaan terjadi ”artificial myope” sehingga
jika penderita melihat jauh kabur dan akan merasa lebih enak
membaca dekat tanpa kacamata. Hal ini terjadi karena proses
pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan
kekuatan refraksi mata meningkat, akibatnya bayangan jatuh di
depan retina.
Kekeruhan di subkapsular posterior menyebabkan penderita
mengeluh silau dan penurunan penglihatan pada keadaan
terang.
Penderita mengeluh melihat dua bayangan atau lebih (diplopia
monokuler). Keluhan ini disebabkan adanya refraksi ireguler
dari lensa. Akibat kelainan ini penderita mengeluh silau dan
pusing.
b. Obyektif
Leukokoria : pupil berwarna putih pada katarak matur
Test iris shadow : positif pada katarak imatur dan negatif pada
katarak matur
Refleks fundus warna jingga akan menjadi gelap (negatif) pada
katarak matur
Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi
6. Diagnosis11
Diagnosa katarak dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk
mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai. Penyakit
seperti Diabetes Mellitus dapat menyebabkan perdarahan
14
perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini dan bisa dikontrol
sebelum operasi.
Optotip snellen
Untuk mengetahui visus untuk mengetahui kemampuan melihat
pasien.
Lampu senter
Reflek pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal.
Tampak kekeruhan lensa terutama jika pupil dilebarkan,
berwarna keabu-abuan yang harus dibedakan dengan refleks
senil. Diperiksa proyeksi iluminasi dari segala arah pada
katarak matur untuk mengetahui fungsi retina secara garis
besar. Lakukan pemeriksaan shadow test untuk mengetahui
Oftalmoskopi
Untuk pemeriksaan ini sebaiknya pupil dilebarkan. Pada
stadium insipien dan imatur tampak kekeruhan kehitam-
hitaman dengan latar belakang jingga, sedangkan pada stadium
matur didapatkan reflek fundus negatif.
Slit lamp biomikroskopik
Dengan alat ini dapat dievaluasi luas, tebal, dan lokasi
kekeruhan lensa. Selain untuk mengetahui opasitas lensa dapat
juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris,
bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan
hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum
dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata
sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur.(15)
7. Penatalaksanaan
Satu-satunya terapi katarak adalah tindakan bedah. Indikasi
operasi katarak secara umum adalah untuk rehabilitasi visus,
mencegah dan mengatasi komplikasi, tujuan terapeutik dan
15
diagnostik, mencegah ambliopia dan tujuan kosmetik. Saat ini
terapi bedah katarak sudah mengalami banyak perkembangan.(12)
Dahulu bedah katarak dilakukan dengan teknologi yang
disebut ECCE dan ICCE masih memerlukan sayatan lebar untuk
mengeluarkan lensa secara utuh, sehingga pasien pun harus
mendapatkan jahitan yang cukup banyak pada matanya yang
mengakibatkan proses pemulihan matanya menjadi lama. Sekarang
dengan teknologi fakoemulsifikasi sayatan pada mata menjadi
sangat kecil dan seringkali tidak memerlukan jahitan.12
Indikasi dilakukannya operasi katarak :12
16
Kontraindikasi absolut ICCE adalah katarak pada anak dan dewasa
muda serta katarak traumatik dengan ruptur kapsul. Kontraindikasi
relatif ICCE adalah miopi tinggi, sindrom Marfan, katarak
Morgagni.10,11 Operasi ini lebih susah untuk sembuh karena luka
insisi yang sangat lebar sekitar 160-1800, IOL harus diletakkan di
camera oculi anterior atau dijahit di posterior, dan resiko terjadi
komplikasi atau penyulit lebih besar. Penyulit yang dapat terjadi
pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, kebocoran vitreus, dan perdarahan.13
Metode ”Ekstraksi ekstra kapsuler (ECCE)”
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar
melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya
telah mengalami prolap badan kaca, ada riwayat mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi,
untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul
pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
Meskipun phakoemulsifikasi telah menjadi metode ekstraksi
ekstrakapsular yang disukai untuk sebagian besar operasi katarak
di Amerika Serikat sejak tahun 1990-an, EKEK konvensional atau
standar dianggap kurang berisiko untuk pasien dengan katarak
yang sangat keras atau jaringan epitel kornea yang lemah. Getaran
ultrasound yang digunakan dalam phakoemulsifikasi cenderung
menimbulkan stress kornea.
Sebuah ekstraksi katarak ekstrakapsular konvensional
membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk dilakukan. Setelah
17
daerah sekitar mata telah dibersihkan dengan antiseptik, kain steril
digunakan untuk menutupi sebagian wajah pasien. Pasien diberikan
baik anestesi lokal untuk membuat mati rasa jaringan di sekitar
mata atau anestesi topikal untuk membuat mati rasa mata itu
sendiri. Eyelid holder digunakan untuk membuat mata tetap
terbuka selama prosedur. Jika pasien sangat gelisah, dokter
mungkin dapat menggunakan obat penenang secara intravena.
Setelah anestesi telah diberlakukan, ahli bedah membuat sayatan di
kornea pada titik di mana sklera dan kornea bertemu. Meskipun
panjang khas sayatan EKEK standar adalah 10-12 mm pada 1970-
an, perkembangan IOLs akrilik yang dapat dilipat telah
memungkinkan ahli bedah banyak untuk bekerja dengan sayatan
yang hanya 5-6 mm. Variasi ini kadang-kadang disebut sebagai
EKEK sayatan kecil (small-insision / SICS). Setelah sayatan
dibuat, ahli bedah membuat robekan sirkular di depan kapsul lensa,
teknik ini dikenal sebagai capsulorrhexis. Ahli bedah kemudian
dengan hati-hati membuka kapsul lensa dan membuang nukleus
lensa dengan memberikan tekanan dengan instrumen
khusus. Setelah nucleus dikeluarkan, ahli bedah menggunakan
suction untuk menghisap sisa korteks lensa. Suatu bahan
viskoelastik khusus disuntikkan ke dalam kapsul lensa kosong
untuk membantu mempertahankan bentuk sementara ahli bedah
memasukkan IOL. Setelah lensa intraokular telah ditempatkan
dalam posisi yang benar, substansi viskoelastik akan dibuang dan
sayatan ditutup dengan dua atau tiga jahitan.13
18
Gambar 6 :Teknik ECCE
Metode fakoemulsifikasi
19
diyakini dapat mengurangi surgically induced astigmatism dan
memungkinkan refraksi stabil dan rehabilitasi visi dan kegiatan
sehari-hari. Selain itu, operasi phakoemulsifikasi menunjukkan
inflamasi dan kerusakan sawar darah-aqueus humor yang lebih
rendah daripada yang diamati dengan operasi EKEK . 14
20
Gambar 8. Lokasi insisi pada SICS.
21
Gambar 11 Terowongan (tunnel) pada SICS.
22
bagus. kornea.
IOL di COP.
Phaco Sebagian besar Rehabilitasi visual Peralatan / instrumen mahal.
katarak kecuali cepat. Pelatihan lama.
katarak Ultrasound dapat
Morgagni dan mempengaruhi endotel kornea.
trauma.
23
IOL ditanam. Koreksi lensa harus dilakukan setelah operasi, karena
mungkin membutuhkan penyesuaian.16
24
Gambar 13. Lensa Intra Okuler / Intra Ocular Lens (IOL)
25
minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan
peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
phacoemulsification. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka
pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokuler multifokal, lensa intraokuler yang dapat berakomodasi sedang
dalam tahap pengembangan.
26
d. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi
pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain :
Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
Melakukan pekerjaan yang tidak berat
Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan
mengangkat kaki keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain :
Jangan menggosok mata
Jangan menggendong yang berat
Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
27
8. Prognosis
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang
memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien
katarak dewasa. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali
saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan
pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman
penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital
unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral
inkomplit yang progresif lambat.
Sedangkan pada katarak senilis jika katarak dapat dengan
cepat terdeteksi serta mendapatkan pengobatan dan pembedahan
katarak yang tepat maka 95 % penderita dapat melihat kembali
dengan normal.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : NY. W
Umur : 63tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : APO
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tanggal Pemeriksaan : 29 April 2017
No RM : 36 31 14
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Mata kanan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang:
28
Pasien datang ke polik mata dengan keluhan mata kanan kabur sejak 1 tahun
yang lalu. Pasien mengaku penglihatannya menjadi sangat kabur dalam 5
bulan terakhir. Pasien mengatakan pandangan yang kabur terlihat seperti ada
bayangan putih. Tidak ada faktor yang memperburuk atau memperingan
gejala tersebut. Keluhan pasien tidak disertai dengan mata merah ataupun
nyeri pada matanya. Pasien mengaku tidak memiliki keluhan melihat seperti
ada benda-benda berterbangan yang mengikuti arah gerak mata. Pasien juga
merasa penglihatannya menjadi lebih silau ketika melihat cahaya/lampu.
Pasien menyangkal mempunyai keluhan sering menabrak saat berjalan.
Riwayat nyeri hebat pada mata yang disertai dengan mual, muntah dan sakit
kepala disangkal oleh pasien. Pasien merupakan penderita diabetes sejak 8
tahun yang lalu. Pasien mengkonsumsi metformin namun tidak teratur.
Pasien juga memiliki riwayat penyakit hipertensi 1 tahun yang lalu, pasien
mengaku meinum obat secara teratur dan tansi terkendali. Pasien menyangkal
mempunyai riwayat pemakaian obat tetes mata atau konsumsi obat dalam
waktu lama.
Riwayat keluarga:
Dalam keluarga tidak ada yang memiliki gejala yang sama dengan pasien.
Riwayat alergi :
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan.
29
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 83 x/m
Suhu Badan : 36,6 0C
Jantung dan Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
2. Status Neurologi
Motoris : parese (-)
Sensoris : dalam batas normal
Reflex : dalam batas normal
Kesan/kesimpulan : dalam batas normal
3. Status Psikiatri
Afek : appropriate
Sikap : koperatif
Respon : baik
Kesan/Kesimpulan : dalam batas normal
2. JENIS PEMERIKSAAN OD OS
30
Light Sence Tde Tde
2. Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan Bagian Luar
b. JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Edema - -
Hiperemi - -
Sekret - -
Lakrimasi + -
Inspeksi Umum
Fotofobia + +
Blefarospasme - -
Benjolan / Tonjolan - -
Edema - -
Ulkus - -
Vesikel - -
Krusta - -
Tumor - -
Lain-lain - -
31
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Ulkus - -
Krusta - -
Margo Palpebra
Silia - -
Skuama - -
Warna - -
Palpebra Sekret - -
Edema - -
Warna - -
Injeksi - -
32
k Sikatriks - -
u
Panus - -
l
i Arkus senilis - -
Reflex kornea + +
Lain-lain _ _
Cukup Cukup
COA
dalam dalam
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
I Iris Perlekatan _ -
Reflex + +
Tumor - -
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
33
Kornea Jernih Jernih
1. Obligus Ilumination
Iris Coklat Coklat
Keruh Keruh
Lensa(kekeruhan)
seluruhnya sebagian
Refleks fundus - -
34
Rata,licin, jernih
jernih
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
3.5 Resume
Pasien perempuan 63 tahun datang ke polik mata dengan keluhan mata kanan
kabur sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku penglihatannya menjadi sangat
kabur dalam 5 bulan terakhir Penglihatan yang buram dideskripsikan pasien
seperti berkabut seperti ada asap. Silau ketika melihat cahaya/lampu. Nyeri
35
pada mata disangkal. Pasien memiliki riwayat operasi katarak pada mata
kanannya. Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus sejak 8 tahun yang lalu
pasien mengaku mengkonsumsi obat metformin namun tidak teratur dan
Hipertensi 1 tahun yang lalu, namun dalam hal ini tensinya terkontrol. Pada
pemeriksaan fisik didapati pada OD 1/300 dan kekeruhan pada lensa yang
menyeluruh, dan OS 6/30 kekeruhan pada lensa sebagian.
3.6 Diagnosis
Katarak Senilis Stadium Matur OD
3.8 Terapi
1. Pro oprasi katarak OD ECCE (Ekstra capsular cataract
extraction)
2. Edukasi :
Edukasi tentang penyakit katarak
Modifikasi gaya hidup
3.8 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis pada pasien ini adalah Katarak senilis stadium matur okulus
dekstra berdasarkan identitas pasien yaitu pasien berusia 63 tahun, pasien
36
memiliki faktor predisposisi menderita katarak senilis yaitu kekeruhan pada lensa
pada usia diatas 50 tahun.
Dari anamnesis didapatkan keluhan utama pasien adalah penurunan fungsi
penglihatan sejak 1 tahun, mulai menurun secara perlahan tanpa disertai mata
merah, sejak 5 bulan lalu dan mulai memburuk,Penyakit ini masuk dalam
kelompok penyakit visus turun perlahan tanpa mata merah. Penglihatan buram
pasien dideskripsikan seperti berasap, pasien juga merasa cahaya/lampu menjadi
lebih silau dari sebelum-sebelumnya. Ini merupakan gejala penurunan visus dan
glare yang terdapat pada katarak. Pasien menyangkal mempunyai keluhan sering
menabrak saat berjalan yang menunjukan adanya gangguan dalam penyempitan
lapangan pandang. Pasien menyangkal adanya gejala nyeri pada mata yang berat
disertai dengan sakit kepala, mual dan muntah. Gejala nyeri pada mata, nyeri
hebat pada kepala, sakit kepala, mual, muntah dan keluhan sering menabrak saat
berjalan penting ditanyakan guna menyingkirkan diagnose glaucoma akut. Pasien
menderita diabetes mellitus sejak 8 tahun yang lalu, penyakit diabetes ini
membuat perjalanan penyakit katarak menjadi lebih cepat. Pasien menyangkal
mempunyai riwayat pemakaian obat tetes mata atau konsumsi obat dalam waktu
lama.
Dari Pemeriksaan fisik oftalmologis, didapatkan pemeriksaan visus pada okuli
dekstra visus 1/300 dan terdapat lensa yang keruh. Serta visus pada okuli sinistra
visus 6/30 Pada mata kanan, terdapat kekeruhan pada lensa katarak matur.
Diagnosa katarak senilis matur ditegakkan dengan menanyakan identitas pasien,
melakukan anamnesa serta pemeriksaan fisik oftalmologi. Dari identitas,
anamnesa dan pemeriksaan fisik oftalmologi maka diagnosa pasien pada kasus
diatas adalah Katarak senilis stadium matur, sudah sesuai dengan tinjauan
pustaka dan teori yang ada.
Penatalaksanaan pada kasus diatas dapat dibagi menjadi dua, non edikamentosa
yaitu edukasi tentang penyakit katarak dan modifikasi gaya hidup dengan
mengurangi faktor resiko, diet dan olahraga teratur untuk memperlambat
perburukan katarak pada mata kanan dan Tindakan operasi pada okuli dekstra
37
yaitu dengan operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction)+ IOL.
Dilakukan sebagai terapi definitif untuk katarak matur atas indikasi untuk
perbaikan visus. Dipilih ECCE + IOL, karena insisi pada kornea yang dibutuhkan
lebih kecil dengan resiko astigmatisme post-operatif yang lebih kecil. Komplikasi
yang lebih sedikit dan pemulihan visus yang lebih cepat. Sebelum pasien
melakukan tindakan oprasi katarak, pasien harus melakukan pemeriksaan Hb, Hct,
Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT dengan tujuan persiapan operasi serta menilai
fungsi hemostasis. Pemeriksaan glukosa darah,untuk melihat apakah gula darah
dalam kondisi yang baik untuk operasi agar tidak terjadi komplikasi seperti
ketoasidosis dan untuk memastikan apakah pasien memiliki Diabetes Mellitus
dalam pemberian penatalaksanaan medikamentosa dan non-medikamentosa.
Pemeriksaan EKG dan konsultasi ke jantung: untuk melihat apakah ada kelainan
dengan irama atau fungsi jantung untuk menilai kesiapan pasien untuk operasi dan
pemilihan jenis anestesi.
Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merupakan
suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan
pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.
DAFTAR PUSTAKA
38
2. Scanlon VC, Sanders T. Indra. In. : Komalasari R, Subekti NB, Hani A, editors. Buku
Ajar Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
3. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 2007. Hlm 172-3, 199, 200-13.
4. Resnikoff S, pascolini D, moriotti P. S, pokharel P. P, 2008, global
magnitude of visual impartment cause by uncorrected refractive error in
2004, Volume 86. Number 1, U.S.A. : Bulletin of World Health
Organization.
5. Shock, J.P, Harper, R.A, 2005, Lensa, dalam: Vaughan, Asbury,
Oftalmologi Umum, edisi 14, penerbit Widya Medika, Jakarta, pp.175-
183.
6. Bashour M, Roy H. Congenital Cataract. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1210837-clinical#showall. Updated
on: 7 August 2012. Accessed on: 27 August 2014.
7. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview. Updated on: 22
January 2013. Accessed on: 27 August 2014.
8. Ilyas, S, et all, 2002, Ilmu Penyakit Mata, edisi 2, penerbit CV. Sagung
Seto, Jakarta, pp. 143-157.
9. Cahyani E dkk, 2001 ,Katarak Senilis :Cermin Dunia Kedokteran No. 132
Bagian Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
diakses dari http://www.kalbe.co.id/files/CDK.html
10. Victor V.D et all, 2012, Senile Cataract, Accessed on 26 August 2014,
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a0104
11. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi
Tegal, Jakarta, 1993 : 190-196.
12. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika, 2000.
13. Extra Capsular Cataract Extraction. Diakses dari
http://www.surgeryencyclopedia.com/Ce-Fi/Extracapsular-Cataract-
Extraction.html, tanggal 15 April 2013.
39
14. Quinlan M, Wormstone IM, Duncan G, Davies PD. Laboratory science
Phacoemulsification versus extracapsular cataract extraction: a
comparative study of cell survival and growth on the human capsular bag
in vitro Original Article. British Journal of Ophthalmology 1997;81:907–
910
15. Gogate PM. Small incision cataract surgery: Complications and mini-
review. Indian J Ophthalmol. 2009 Jan-Feb; 57(1): 45–49.
http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pmc/articles/PMC2661529/
16. Sharma RL, Panwar P. Minimal Duration Cataract Surgery – Small Incision Cataract
Surgery. Diakses dari http://www.djo.org.in/printerfriendly.aspx?id=159, tanggal 15
April 2013.
17. Ilyas S. Katarak. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. FKUI:
Jakarta. 2009. hal. 200-12.
40