Professional Documents
Culture Documents
Khutbah Jum'at
Khutbah Jum'at
إن الـ َح ْم َد هّلِل ِ نَـحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهَُ ،ونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن َّ
ض َّل لَهُ، ت َأ ْع َمالِنَاَ ،م ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم ِ ُور َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا ُِشر ِ
ي لَهَُ ،أ ْشهَ ُد َأن الَّ ِإلَهَ ِإالَّ هللا َوحْ َدهُ اَل َو َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد َ
ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُمـ َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه َش ِر ْي َ
ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ قال هللا تعالى فى كتابه الكريم ،يَا َأيُّهَا الَّ ِذ َ
ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم َ
ون َح َّ
ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِدي ًدا وقال تعالى ،يَا َأيُّهَا الَّ ِذ َ
يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ
فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظي ًما
ي هَ ْد ُ
ي ث ِكتَابُ هَّللا َِ ،وَأحْ َس َن ْالهَ ْد ِ ق ْال َح ِدي ِ ص َد ََ أ َّما بَ ْع ُد ،فِإ َّن َأ َ
ور ُمحْ َدثَاتُهَاَ ،و ُك َّل مُ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمَ ،و َش َّر اُأل ُم َح َّم ٍد َ
ِ
ضاللَ ٍة فِي النَّ ِ
ار ضاللَةٌ َ ،و ُك َّل َ ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َعةٌَ ،و ُك َّل بِ ْد َع ٍة َ
Ummatal Islam,
Sesungguhnya iman itu memiliki rasa, yaitu rasa manis di dada. Akan tetapi tidak setiap
manusia/tidak setiap orang yang menyatakan dirinya beriman, dia merasakan manisnya iman.
Karena orang yang merasakan manisnya iman, Allah akan berikan kelezatan didalam ibadah
dan ketaatannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ثَاَل ٌ
ث َم ْن ُك َّن فِي ِه َو َج َد بِ ِه َّن َحاَل َوةَ اِإْل ي َم ِ
ان
“Ada tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada seseorang, ia akan mendapatkan
manisnya iman.” Yang pertama:
َك َما يَ ْك َرهُ َأ ْن،َُوَأ ْن يَ ْك َرهَ َأ ْن يَعُو َد فِي ْال ُك ْف ِر بَ ْع َد َأ ْن َأ ْنقَ َذهُ هَّللا ُ ِم ْنه
ِ َّف فِي الن
ار َ يُ ْق َذ
“Dan ia tidak mau kembali kepada kekafiran, tidak mau kembali kepada dunia yang gelap,
sebagaimana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.” (HR. Muslim)
Inilah, saudaraku..
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa siapapun orang yang memiliki
tiga perangai ini, dia akan mendapatkan manisnya iman di dadanya, kelezatan dalam
beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang pertama yaitu, Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, lebih ia
cintai daripada anak-anaknya, lebih ai cintai daripada hartanya, lebih ia cintai dari segala-
galanya. Karena sesungguhnya ia sadar bahwasanya ia adalah milik Allah dan bahwasanya
Allah yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan. Dan kenikmatan yang paling
besar adalah nikmat hidayah. Maka ia pun mencintai Allah atas karunia yang Allah berikan
kepadanya, ia cintai Allah karena sifat-sifat Allah yang luar biasa sangat sempurna, sehingga
ia pun tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Cinta itulah yang akan memberikan kepada dia kekuatan untuk menaati Allah. Karena orang
yang mencintai sesuatu, ia akan semangat untuk meraih sesuatu tersebut. Orang yang
mencintai harta, ia akan semangat meraih harta. Orang mencintai kedudukan ia akan
semangat untuk meraih kedudukan. Maka orang yang mencintai Allah dan RasulNya, ia
semangat kepada ketaatan kepada Allah dan RasulNya dan tidak semangat kepada
kemaksiatan.
Maka kita lihat diri kita, tentang ucapan kita bahwasanya kita mengaku bahwa kita mencintai
Allah dan RasulNya. Apakah sudah jujur ucapan kita dimana kita menyatakan cinta kita
kepada Allah? Bagaimana semangat kita kepada ketaatan? Kalaulah kita mencintai Allah,
mencintai RasulNya, kita akan semangat kepada ketaatan-ketaatan. Kita semangat
kepada shalat, kita semangat untuk melaksanakan perintah Allah berupa puasa Ramadhan,
kita semangat untuk menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Bahkan ia cintai semua perintah Allah dan RasulNya itu melebihi segala-galanya.
Ummatal Islam,
Cinta bukan hanya sebatas di mulut. Akan tetapi cinta itu hakikatnya adalah ittiba‘ dengan
cara mengikuti Allah dan RasulNya. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31:
ُّون اللَّـهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْ بِ ْب ُك ُم اللَّـهُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم
َ قُلْ ِإن ُكنتُ ْم تُ ِحب
ُذنُوبَ ُك ْم
“Katakan, jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku (yaitu Rasulullah), niscaya Allah
akan ampuni kalian dan cintai kalian.” (QS. Ali Imran[3]: 31)
Ini disebut -kata Ibnu Katsir- sebagai ayat ujian bagi setiap orang yang mengaku bahwa
dirinya beriman kepada Allah dan mencintai Allah. Allah mengatakan, “Jika kalian mencintai
Allah, hendaklah kalian mengikuti Rasulullah.” Karena orang yang menyatakan bahwasanya
dia cinta kepada Allah, maka realisasinya adalah dengan mengikuti Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Bukan dengan cara kita berbuat bid’ah dengan mengada-ngada ibadah
yang tidak pernah disyariatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi
dengan cara ittiba’, mengikuti sunnah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Setiap ibadah yang telah jelas ada perintahnya dari Rasulullah ia jalankan. Tapi kalau tidak
ada perintahnya, ia tidak lakukan. Karena ia tahu bahwasanya ibadah itu hak Allah, bukan
hak dirinya. Hak Allah! Allah ingin diibadahi sesuai dengan apa yang Allah cintai dan ridhai.
Bukan sesuai dengan selera-selera kita. Maka ia tidak berani mengamalkan suatu ibadah yang
tidak jelas dalilnya. Karena sesungguhnya itulah yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Rasul kita yang mulia ‘Alaihish Shalatu was Salam bersabda:
Maka saudaraku,
Mencintai Allah dan RasulNya dengan cara kita berusaha semangat menjalankan perintah
Allah, menjalankan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Orang-orang yang bertaqwa, yang cinta mereka karena Allah, karena ketaatan, karena
ketaqwaan, karena ketundukannya kepada Allah dan RasulNya, semakin dia melihat
seseorang yang sangat taat kepada Allah, semakin dia mencintainya.
Ia tidak mau kembali kepada dunianya yang gelap terdahulu, sebagaimana ia tidak mau
dilemparkan ke dalam api. Karena ia sudah merasakan nikmatnya hidayah, dia sudah
merasakan nikmatnya hijrah, dia sudah merasakannya nikmatnya ketaatan. Maka tidak akan
pernah ia menjual lagi nikmat hidayah tersebut walaupun dengan uang ataupun harta sepenuh
bumi.
Ummat Islam,
Inilah tiga perangai, siapa yang tiga perangai ini ada pada diri seseorang -kata Rasulullah-
maka ia akan merasakan manisnya iman.
ْت َعلَى صلَّي َ
آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ اَللَّهُ َّم َ
ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌدَ .وبَ ِآل ِإ ْب َرا ِه ْي َمِ ،إنَّ َ
ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ
ت َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ
آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم، آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك َ َو َعلَى ِ
ِإنَّ َ
ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد
َو َخ َذ َل َم ْن َشا َء ِم ْن،ق َم ْن َشا َء ِم ْن َخ ْلقِ ِه بِفَضْ لِ ِه َو َك َر ِم ِه َ َّاَ ْل َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ َوف
َ َواَل َشبِ ْيه،ُْك لَه َ ـ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإ ٰلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري.َخ ْلقِ ِه بِ َم ِشيَْئتِ ِه َو َع ْدلِ ِه
َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا.ُضا َء لَهَ َواَل َح َّد َواَل جُثَّةَ َواَل َأ ْع،َُواَل ِم ْث َل َواَل نِ َّد لَه
.ُصفِيُّهُ َو َحبِ ْيبُه َ و،َُ َو َحبِ ْيبَنَا َو َع ِظ ْي َمنَا َوقَاِئ َدنَا َوقُ َّرةَ َأ ْعيُنِنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه
صحْ بِ ِه َ َو َعلَى آلِ ِه َو،هللا ِ ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ِد ب ِْن َع ْب ِد ِ َصلِّ َو َسلِّ َم َوب َ اَللهم
.ِ َواَل َح ْو َل َواَل قُ َّوةَ ِإاَّل بِاهلل،ان ِإلَى يَ ْو ِم ْالقِيَا َم ِة ٍ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس،َُو َم ْن َّوااَل ه
ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم ْالقَاِئ ِل فِ ْي ُمحْ َك ِمِ فَِإنِّي ُأ ْو،َأ َّمابَ ْع ُد
َ ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم
ون َّ ين آ َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح َ يَاَأيُّهَا الَّ ِذ: ِكتَابِ ِه
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat
kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha
meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan
menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan
diharamkan. Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Dalam kesempatan khutbah kali ini,
khatib akan menyampaikan tema tentang sebagian tanda-tanda semakin dekatnya hari kiamat.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan dinyatakan oleh al-Hafizh al-Haitsami
dalam kitab Majma’ az-Zawa’id sebagai hadits yang shalih lil ‘amal bihi (layak dipedomani),
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ين َ اج ِر ِ َيَا َم ْع َش َر ْال ُمه
اح َشةُ ِفي قَ ْو ٍم ِ َظهَ ِر ْالف ْ َ لَ ْم ت: َوَأ ُعو ُـذ بِاهللِ َأ ْن تُ ْد ِر ُكوهُ َّن،َخ ْمسٌ ِإ َذاـ ا ْبتُلِيتُ ْم بِ ِه َّن
ت ْ ض َ ع الَّتِي لَ ْم تَ ُك ْن َم ُ َواَأْل ْو َجا،ونُ ِإاَّل فَ َشا فِي ِه ُم الطَّا ُع، َحتَّى يُ ْعلِنُواـ ِبهَا،ط ُّ َق
ِإاَّل ُأ ِخ ُذوا،ان َ يزَ ال َو ْال ِمَ َ َولَ ْم يَ ْنقُصُوا ْال ِم ْكي،ض ْوا َ ين َم َ فِي َأ ْساَل فِ ِه ُم الَّ ِذ
، َولَ ْم يَ ْمنَعُوا َز َكاةَ َأ ْم َوالِ ِه ْم،ان َعلَ ْي ِه ْم َو َج ْو ِر الس ُّْلطَ ِـ، َو ِش َّد ِـة ْال َمُئونَ ِة،ين َ ِبِال ِّسن
َولَ ْم يَ ْنقُضُواـ َع ْه َد، َولَ ْواَل ْالبَهَاِئ ُم لَ ْم يُ ْمطَرُوا،ط َر ِم َن ال َّس َما ِء ْ َِإاَّل ُمنِعُوا ْالق
ْض َما َ فََأ َخ ُذوا بَع، ِإاَّل َسلَّطَ هللاُ َعلَ ْي ِه ْم َع ُد ًّواـ ِم ْن َغي ِْر ِه ْم، َو َع ْه َد َرسُولِ ِه،هللا ِ
ِإاَّل،ُ َويَتَ َخيَّرُوا ِم َّما َأ ْن َز َل هللا،ِب هللا ِ َو َما لَ ْم تَحْ ُك ْم َأِئ َّمتُهُ ْم بِ ِكتَا،فِي َأ ْي ِدي ِه ْم
َج َع َل هَّللا ُ بَْأ َسهُ ْم بَ ْينَهُ ْم Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Dalam hadits ini,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan kepada kita bahwa apabila umat
manusia melakukan lima hal, maka mereka akan dihukum dengan lima hal. Dan kelima
perbuatan itu adalah tanda-tanda semakin dekatnya hari kiamat. Pertama, apabila suatu
kaum sudah terang-terangan melakukan perzinaan maka akan menjalar berbagai wabah dan
penyakit yang tidak dikenal sebelumnya di kalangan mereka. Apa yang disinyalir oleh
Baginda Nabi tersebut saat ini telah benar-benar terjadi. Perzinaan marak di mana-mana,
hamil di luar nikah sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat, pergaulan bebas muda-
mudi yang berujung pada hubungan layaknya suami istri dapat disaksikan di berbagai tempat,
kumpul kebo seakan menjadi tren di masyarakat. Bahkan kadang perzinaan itu direkam dan
disebar melalui medsos dan internet. Akibat dari itu semua sebagaimana disinyalir oleh
Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, merebaklah virus, wabah dan penyakit
yang tidak dikenal sebelumnya, dan sebagiannya sampai detik ini belum ditemukan obatnya,
seperti virus HIV, flu burung, flu babi, dan—yang terbaru—virus corona. Kedua, apabila
suatu kaum telah mengurangi timbangan dan ukuran dan berbuat curang dalam jual beli,
maka mereka akan diazab dengan kemarau berkepanjangan, melambung tingginya harga
kebutuhan pokok, dan kezaliman para penguasa. Hal ini juga sudah terjadi di tengah-tengah
masyarakat kita. Pada masa sekarang, sulit sekali kita menemukan pedagang yang jujur,
padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ق يُحْ َش ُر يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َم َع َّ التَّا ِج ُر ال
ُ ْص ُدو
) ُّص ِّد ْيقِ ْينَ َوال ُّشهَدَا ِء ( َر َواهُ التِّـرْ ِم ِذي
ِّ النَّبِيِّ ْينَ َوالMaknanya: “Seorang pedagang yang jujur akan
dikumpulkan pada hari kiamat bersama para nabi, para wali yang berderajat tinggi dan orang-
orang yang mati syahid” (HR at-Tirmidzi). Ketiga, apabila suatu kaum enggan membayar
zakat, Apabila suatu kaum enggan membayar zakat, maka langit akan berhenti meneteskan
air hujan untuk mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan dalam hadits
ini, seandainya bukan karena binatang-binatang, maka Allah tidak akan menurunkan air
hujan sama sekali kepada mereka. Sebagaimana kita tahu bahwa membayar zakat, baik zakat
fitrah maupun zakat mal, hukumnya adalah wajib bagi yang mampu. Keengganan membayar
zakat bagi orang yang mampu adalah dosa besar yang mengundang murka Allah subhanahu
wa ta'ala. Keempat, apabila suatu kaum telah meninggalkan perintah Allah dan Rasul-Nya
serta melakukan larangan Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan menjadikan mereka
dikalahkan dan dikuasai oleh musuh-musuh mereka dari luar kalangan mereka, lalu musuh-
musuh itu akan mengambil paksa apa yang mereka miliki, harta mereka bahkan tanah air
mereka. Hal ini, hadirin sekalian, telah terjadi di kalangan umat Islam sejak ratusan tahun
terakhir. Umat Islam secara kuantitas sangat banyak jumlahnya, tapi secara kualitas mereka
sangat jauh dari nilai-nilai keislaman sehingga hal itu membuat mereka tidak berdaya di
hadapan umat-umat yang lain. Memegang teguh aqidah dan ajaran Islam adalah sebuah
kekuatan dahsyat yang tidak akan terkalahkan oleh siapa pun sebagaimana dibuktikan oleh
umat Islam pada masa-masa kejayaan mereka. Sebaliknya, menjauh dari nilai-nilai keislaman
dan banyak berbuat maksiat adalah kelemahan yang membuat musuh-musuh Islam dengan
mudah mengalahkan mereka. Sayyidina Umar radliyallahu 'anhu menegaskan: ِإنَّا ُكنَّا َأ َذ َّل قَوْ ٍم