You are on page 1of 130

SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG METODE KONTRASEPSI


JANGKA PANJANG (MKJP) TERHADAP PENGETAHUAN
WANITA USIA SUBUR (WUS) DI WILAYAH
PUSKESMAS GANTI LOMBOK TENGAH

Disusun oleh :

RIA HUSNUN APRILIA


113421104

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN DAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG METODE KONTRASEPSI


JANGKA PANJANG (MKJP) TERHADAP PENGETAHUAN
WANITA USIA SUBUR (WUS) DI WILAYAH
PUSKESMAS GANTI LOMBOK TENGAH

Skripsi ini Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan (S. Keb) pada
Program Studi S1 Pendidikan Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hamzar
Lombok Timur

Disusun oleh :

RIA HUSNUN APRILIA


113421104

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN DAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023

ii
PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi atas Nama Ria Husnun Aprilia, NIM. 113421104 dengan Judul Pengaruh
Penyuluhan Tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) Terhadap
Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Ganti Lombok
Tengah.

Telah memenuhi syarat dan disetujui

Pembimbing I Tanggal

Ernawati, S.ST., M.Kes _______________


NIDN: 0823128903

Pembimbing II Tanggal

Nurlathifah N. Yusuf, S.ST., M.Keb _______________


NIDN: 0819059103

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Pendidikan Bidan

Eka Faizaturrahmi, S.ST., M.Kes


NIDN. 0808108904

iii
PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi atas Nama Ria Husnun Aprilia, NIM. 113421104 dengan Judul “Pengaruh
Penyuluhan Tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) Terhadap
Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Ganti Lombok Tengah”,
telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 13 Maret 2023.

TIM PENGUJI

No Nama Jabatan Tanda


Tangan

1 Ernawati, S.ST., M.Kes Ketua _______________


NIDN. 0823128903

2. Nurlathifah N.Yusuf, S.S.T.,M.Keb Anggota _______________


NIDN. 0819059103

3. Eka Faizaturrahmi, S.ST.,M.Kes Anggota _______________


NIDN. 0808108904

Mengetahui,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hamzar Program Studi S1 Pendidikan Bidan


Ketua, Ketua,

Drs. H. Muh. Nagib, M.Kes Eka Faizaturrahmi, S.ST., M.Kes


NIDN. 9908002131 NIDN. 0808108904

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam laporan penelitian ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk penelitian lain atau untuk memperoleh

gelar kesarjanaan pada perguruan tinggi lain dan sepanjang pengetahuan peneliti

juga tidak terdapat karya orang lain atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar Pustaka.

Lombok Timur, 13 Maret 2023

Ria Husnun Aprilia


NIM. 113421104

v
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG METODE KOTRASEPSI
JANGKA PANJANG (MJKP) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN
WANITA USIA SUBUR (WUS) DI PUSKESMAS GANTI

Ria Husnun Aprilia¹, Ernawati², Nurlathifah N Yusuf³

ABSTRAK

Latar Belakang : Metode IUD merupakan jenis alat kontrasepsi yang aman
digunakan dalam jangka panjang dan sifatnya non hormonal sehingga aman jika
digunakan. Pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi meliputi informasi tentang
pengertian kontrasepsi, manfaat kontrasepsi, jenis kontrasepsi, keunggulan, angka
kegagalan, efek samping, dan biaya dari setiap jenis kontrasepsi.
Tujuan : Mengetahui pengaruh penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka
Panjang (MJKP) terhadap Tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di
Puskesmas Ganti.
Metode : Jenis penelitian ini menggunakan pre Experiment dengan one group
pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu Wanita
Usia Subur (WUS) yang ada di puskesmas Ganti dari bulan November – Januari
2023 sebanyak 100 orang dan metode pengambilan sampel yaitu purposive
sampling didapatkan menggunakan rumus slovin sebanyak 50 responden dan
menggunakan analisis dengan Uji t-test.
Hasil : Hasil analisis uji T-test diperoleh Nilai p diperoleh sebesar 0,000, lebih
kecil dari taraf signifikan 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan penyuluhan
tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) terhadap Tingkat
pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Ganti.
Simpulan : Peneliti memberikan pemahaman kontrasepsi jangka panjang
menggunakan media leaflet dan tanya jawab langsung kepada responden dengan
harapan setelah diberikan pendidikan kesehatan wanita usia subur dapat
meningkatkan pengetahuannya berKB terutama menggunakan kontrasepsi jangka
panjang. Jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan di wilayah tersebut
adalah suntik, hal ini dikarenakan pemahaman responden tentang alat kontrasepsi
jangka panjang masih terbatas dan rendahnya motivasi yang diberikan bidan
karena hanya diberikan saat setelah melahirkan.
Kata Kunci : Penyuluhan, metode kontrasepsi jangka panjang (MJKP) ,
tingkat Pengetahuan, Wanita usia Subur (WUS)
Kepustakaan : 8 buku,(2012-2022), 12 Karya Tulis Ilmiah
Halaman : 81 halaman, 10 tabel, 2 gambar

_____________
¹ Mahasiswa Kebidanan, STIKes Hamzar
² Dosen S1 Pendidikan Bidan STIKes Hamzar
³ Dosen S1 Pendidikan Bidan STIKes Hamzar

vi
THE EFFECT OF LONG-TERM COTRACEPTION METHODS (MJKP)
ON THE LEVEL OF KNOWLEDGE WOMEN REPRODUCTIVE AGE
(WUS) IN GANTI PUBLIC HEALTH CENTERS

Ria Husnun Aprilia¹, Ernawati², Nurlathifah N Yusuf³

ABSTRACT

Background: The IUD method is a type of contraceptive that is safe to use in the
long term and is non-hormonal in nature so it is safe to use. Health education
about contraception includes information about the meaning of contraception, the
benefits of contraception, types of contraception, advantages, failure rates, side
effects, and costs of each type of contraception.
Objective: To determine the effect of counseling on Long-Term Contraception
Methods (MJKP) the level knowledge Women Reproductive Age (WUS) at the
Changing Health Center.
Method: This type of research uses pre-experiment with one group pretest
posttest design. The population in this study were all women of childbearing age
(WUS) at the Changing Health Center from November to January 2022 with a
total of 100 people and the sampling method, namely purposive sampling, was
obtained using the slovin formula for as many 50 respondents and using analysis
with the t-test.
Results: The results of the T-test analysis obtained a p-value of 0.000, which is
smaller than the significant level 0.05, meaning that there is a significant effect of
counseling on Long-Term Contraception Methods (MJKP) the level knowledge
Women of Reproductive Age (WUS) at the Changing Health Center.
Conclusion: Researchers provide an understanding of long-term contraception
using leaflets and direct questions and answers to respondents in the hope that
after being given health education women of childbearing age can increase their
knowledge of family planning, especially using long-term contraception. The
most widely used type of contraception in the area is injection, this is because the
respondents' understanding long-term contraception is still limited and the
motivation given by midwives is low because it is only given after giving birth.

Keywords: Counseling, long term contraception method (MJKP), level of


knowledge, Women of Reproductive Age (WUS)
Literature : 8 books, (2012-2022), 12 Scientific Papers
Pages: 81 pages, 10 tables, 2 pictures.

_____________
¹Student of Midwifery, Hamzar College of Health Sciences
²Lecturer of S1 Midwifery Education, Hamzar College of Health Sciences
³Lecturer of S1 Midwifery Education, Hamzar College of Health Sciences

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Segala Puji hanya bagi Allah SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh

penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) terhadap

pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Ganti Lombok

Tengah” .

Ketertarikan penulis akan topik ini didasari oleh fakta bahwa diharapkan

wanita usia subur dapat memberikan pemahaman tentang penggunaan alat

kontrasepsi MKJP sangat penting.

Pada penulisan Skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepda :

1. Drs. H. Muh. Nagib, M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Hamzar Lombok Timur.

2. Eka Faizaturrahmi, S.ST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1 Pendidikan

Bidan sekaligus Penguji.

3. Ernawati, S.ST., M.Kes, selaku dosen pembimbing Pertama yang telah

memberikan motivasi, arahan dan keluangan waktu dalam penyelesaian

Skripsi ini.

4. Nurlathifah N. Yusuf, S.ST., M.Keb, selaku dosen pembimbing kedua yang

telah memberikan arahan dan keluangan waktu dalam penyelesaian Skripsi

ini.

5. Bansal, S. Kep selaku Kepala UPTD Puskesmas Ganti yang telah

memberikan izin dalam penyusunan Skripsi ini.

viii
6. Semua Keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan waktu terhadap

jalanya proses penyusunan Skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini dan telah

mendoakan demi suksesnya ujian Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dan sempurna, oleh

karna itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.

Akhirnya, Semoga Skripsi ini dapat menambah wawasan mengenai “Pengaruh

penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) terhadap

pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Ganti Lombok

Tengah”.

Akhir kata, Wassalamu’alaikum wr.wb.

Lombok Timur, 13 Maret 2023

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
PENGESAHAN PENGUJI............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................ v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
E. Keaslian Penelitan................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyuluhan.............................................................................. `10
B. Konsep Tingkat Pengetahuan............................................................... 19
C. Konsep Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)......................... 24
D. Konsep Wanita Usia Subur................................................................... 40
E. Kerangka Konsep.................................................................................. 53
F. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................... 55
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.............................................. 56
C. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 58
D. Variabel Penelitian................................................................................ 58
E. Definisi Operasional............................................................................. 59
F. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan data........................... 60
G. Pengolahan Data .................................................................................. 62
H. Analisa Data.......................................................................................... 63
I. Etika Penelitian..................................................................................... 65
J. Alur Penelitian...................................................................................... 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian..................................................................................... 67
B. Pembahasan........................................................................................... 73
C. Keterbatasan Penelitian......................................................................... 79
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan............................................................................................... 80
B. Saran..................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian........................................................................... 8


Tabel 3.1.Rancangan Penelitian....................................................................... 55
Tabel 3.2 Definisi Oprasional........................................................................... 59
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Wanita Usia Subur (WUS)
di Puskesmas Ganti......................................................................... 69
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan tingkat pendidikan Wanita Usia
Subur (WUS) di Puskesmas Ganti................................................... 69
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Wanita Usia Subur
(WUS) di Puskesmas Ganti.............................................................. 70
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum pemberian
penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP)
di Puskesmas Ganti............................................................................ 70
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan setelah pemberian
penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP)
di Puskesmas Ganti........................................................................... 71
Tabel 4.6 Uji Normalitas.................................................................................. 71
Tabel 4.7 Pengaruh penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang
(MJKP) terhadap Tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS)
di Puskesmas Ganti.......................................................................... 72

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep.......................................................................... 53


Gambar 3.1 Alur Penelitian.............................................................................. 66

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Pernyataan Bersedia Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner Pengetahuan MJKP
Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 5 Leaflet

xiii
DAFTAR SINGKATAN

AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit


AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
ASI : Air Susu Ibu
AIDS : Acquired Immunodeficienceye Syndrome
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
CD : Compact Disc
DKT : Diskusi Kelompok Terfokus
HB : Hemogliobin
IMS : Infeksi Menular Seksual
IUD : Intra Unterine Device
KB : Keluarga Berencana
KBPK : Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
LCD : Liquid Crystal Display
MJKP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
MOP : Metode Oprasi Pria
MOW : Meode Oprasi Wanita
NTB : Nusa Tenggara Barat
PUS : Pasangan Usia Subur
SC : Seksio Cesaria
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SDM : Sumber Daya Manusia
TBC : Tubercolosis
TV : Televisi
WHO : Word Health Organization

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) ialah program dari Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang memiliki tujuan guna

mengatur jumlah penduduk Indonesia. Pengendalian jumlah penduduk

dilakukan untuk meminimalisir kepadatan penduduk ѕerta menaikkan mutu

Sumber Daya Manusia (SDM). Ѕalah ѕatu kegiatan yang direalisasikan dalam

Program KB yaitu dengan pemakaian alat kontrasepѕi (Trianziani, 2018).

Metode alat kontrasepsi dibagi dalam 2 kategori metode, ialah Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MJKP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (Non MJKP). Salah satu contoh MKJP adalah Intra Uterine Devices

(IUD) atau yang biasa disebut Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). IUD

bersifat terjamin, efisien dan reversibel untuk digunakan. IUD terbuat dari

logam kecil atau plastik yang dililit dengan tembaga dan dimasukkan ke

dalam rahim (uterus) (Putri dan Oktaria, 2016).

Data WHO menunjukan bahwa pengguna alat kontrasepsi Implant di

seluruh dunia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, kondom dan IUD,

terutama di Negara-negara berkembang. Presentasi penggunaan alat

kontrasepsi suntik yaitu 35,3%, pil 30,5%, IUD 15,2%, sedangkan Implant

dibawah 10% yaitu 7,3%, dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7%. Pada

saat ini diperkirakan memakai IUD/AKDR, 30% terdapat di Cina, 13% di

Eropa, 5% di Amerika Serikat, 6,7% di Negara-negara berkembang lainnya

1
2

(Nurmalita Sari dkk., 2020).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 jumlah penggunaan alat

kontrasepsi setelah persalinan pada perempuan menunjukkan suntik 3 bulan

sebanyak 42,4%, pil 8,5%, IUD/AKDR/Spiral 6,6%, suntik 1 bulan 6,1%,

susuk KB 4,7 %, metode operasi wanita (MOW) 3,1%, kondom 1,1 %,

metode operasi pria (MOP) 0,2%. Pada data tersebut yang paling banyak

diminati oleh pasangan usia subur (PUS) adalah Non MKJP dan untuk

penggunaan MKJP masih cukup rendah (Riskesdas, 2018).

Menurut BKKBN, peserta KB aktif di antara Pasangan Usia Subur

(PUS) tahun 2020 sebesar 67,6%. Angka ini meningkat dibandingkan tahun

2019 sebesar 63,31% berdasarkan data Profil Keluarga Indonesia tahun 2019.

Pada tahun 2020 menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI), tren penggunaan alat kontrasepsi atau cara KB memang didominasi

oleh KB suntik (32%) disusul pil (14%), IUD (4%), dan Implan (3%). Upaya

mewujudkan keluarga berkualitas, sasaran utamanya adalah terkendalinya

pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga kecil berkualitas ditandai

dengan meningkatnya penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP) (Profil Kesehatan RI, 2021).

Jumlah Total WUS di NTB tahun 2021 sebanyak 113,646 jiwa

sedangkan Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 1.038.158 pasangan dengan

peserta KB aktif sebanyak 896.115 orang atau 86,3% dari jumlah PUS yang

ada. Pola pemilihan jenis kotrasepsi peserta KB aktif menunjukkan bahwa

sebagian besar aseptor memilih menggunakan metode suntik sebesar 58,8%

dan diikuti implan sebesar 15,9%. Peserta KB pasca persalinan pada tahun
3

2021 adalah 65.122 orang atau 63,2 persen dari ibu bersalin. Upaya yang di

lakukan oleh pemerintah provinsi NTB yaitu pembentukan Kampung KB

dibentuk untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung

(wilayah Kampung KB) melalui berbagai kegiatan Program Kependudukan,

Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KBPK) serta pembangunan

sektor terkait. (Profil Dinas Kesehatan NTB, 2021).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Lombok Tengah tahun 2021 jumlah

wanita usia subur (WUS) 21,294 Jiwa sebesar 19,3% dari total jumlah WUS

di Nusa Tenggara Barat 113,646 jiwa dari 12 kecamatan dengan jumlah

peserta KB aktif sebanyak 183.814 akseptor (114,1%), Peserta KB Baru

sebanyak 95.782 akseptor (52,1%). KB IUD sebanyak 6.004 akseptor (3,3%).

Upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur

kelahiran, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan

sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang

berdasarkan Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 dan Undang-undang No.

25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan Nasional (Dinkes

Loteng, 2021).

Rendahnya pemakaian kontrasepsi IUD dikarenakan oleh dua

faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu pengalaman

rasa takut penggunaan IUD terhadap efek sampingnya, serta persepsi yang

salah tentang IUD, sedangkan faktor eksternalnya yaitu biaya yang

mahal, prosedur yang rumit, pengaruh dan pengalaman akseptor lainnya,

sosial ekonomi, dan pekerjaan dan tingkat pengetahuan (Manuba, 2014).


4

Rencana Pembangunan Jangka Menengah memiliki salah satu

strategi dalam program KB itu sendiri yaitu meningkatnya jumlah

penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti Intra

Uterine Device (IUD), implant atau susuk dan sterilisasi. Metode IUD

merupakan jenis alat kontrasepsi yang aman digunakan dalam jangka panjang

dan sifatnya non hormonal sehingga aman jika digunakan (BKKBN, 2020).

Upaya pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi dapat meningkatkan

pengetahuan yang mampu mempengaruhi sikap dan motivasi yang ada pada

diri sesorang untuk melakukan sebuah tindakan dalam memilih metode

kontrasepsi. Pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi meliputi informasi

tentang pengertian kontrasepsi, manfaat kontrasepsi, jenis kontrasepsi,

keunggulan, angka kegagalan, efek samping, dan biaya dari setiap jenis

kontrasepsi (Mayasari dkk, 2019).

Pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi juga sangat berpengaruh

terhadap motivasi ibu dalam penggunaan kontrasepsi. Pernyataan tersebut

sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

pemberian pendidikan kesehatan per group terhadap motivasi ibu

menggunakan kontrasepsi IUD di Dusun Tukharjo Purwoharjo Samigaluh

Kulon Progo Yogyakarta (Baihaqi, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Inggit Pratiwi dan Ulfa Fadilla (2019)

menyatakan bahwa pada informasi internal akseptor yang menjawab belum

mendapatkan informasi sebanyak 53 orang (73,6%) yang menjawab sudah

mendapatkan infromasi sebanyak 19 orang (26,4%) artinya masih banyak

PUS atau WUS yang minim informasi sehingga diperlukan adanya konseling
5

lanjut.

Pemilihan MKJP dipengaruhi oleh faktor umur, dukungan suami, dan

pengetahuan (Hastuty dan Afiah, 2018). Pengetahuan mengenai alat

kontrasepsi akan mempengaruhi seseorang untuk memilih metode kontrasepsi

(Simanungkalit, 2017). Selain pengetahuan merupakan faktor yang penting

dalam pemilihan kontrasepsi, kenyamanan dalam menggunakan kontrasepsi

bisa didapatkan dari dukungan keluarga terutama suami. Dukungan suami

dinilai cukup berkontribusi dalam keputusan penggunaan metode kontrasepsi

mengingat pengambilan keputusan mayoritas keluarga di Indonesia adalah

suami (Choiriyah., 2020).

Berdasarkan data cakupan akseptor KB baru dari bulan Januari sampai

bulan Desember 2021 terdapat IUD sebanyak 3 akseptor, MOW (Metode

Operasi Wanita) sebanyak 0 akseptor, Implan 15 sebanyak akseptor, Kondom

sebanyak 5 akseptor, dan Pil sebanyak 25 akseptor. Suntik 3 bulan sebanyak

67 akseptor (PWS KB Puskesmas Ganti, 2021).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap

15 orang wanita usia subur di Puskesmas Ganti 15 responden didapatkan 10

orang mengatakan belum mengetahui tentang alat kontrasepsi IUD dan hanya

mengetahui Pil KB dan Suntik KB. Sedangkan 5 orang mengatakan

mengetahui tentang metode penggunaan kontrasepsi janggka panjang

(MJKP).

Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “pengaruh penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi

Jangka Panjang (MJKP) terhadap pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di


6

Puskesmas Ganti Lombok Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah

“Adakah pengaruh penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang

(MJKP) terhadap pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Ganti

Lombok Tengah?“.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi

Jangka Panjang (MJKP) terhadap Tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur

(WUS) di Puskesmas Ganti Lombok Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) Sebelum penyuluhan di Puskesmas Ganti

Lombok Tengah.

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) Setelah penyuluhan di Puskesmas Ganti

Lombok Tengah.

c. Menganalisa pengaruh penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka

Panjang (MJKP) terhadap pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di

Puskesmas Ganti Lombok Tengah.


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain dan dapat menambah

pengetahuan bagi pembaca mengenai Keluarga Berencana terutama

tentang metode kontrasepsi jangka panjang khususnya alat kontrasepsi

IUD untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan mensukseskan

program KB di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam

menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan di

STIKes HAMZAR Lombok Timur Program Studi S1 Pendidikan

Bidan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai dokumentasi perpustakaan, memberi tambahan

informasi untuk melengkapi bahan pustaka, dan sebagai perbandingan

bagi penelitian selanjutnya.

c. Bagi institusi Puskesmas Ganti

Sebagai bahan masukan mengenai pengaruh penyuluhan

dengan motivasi wanita usia subur menggunakan Alat Kontrasepsi

Jangka Panjang di Puskesmas Ganti sehingga dapat dilakukan upaya

peningkatan motivasi masa yang akan datang.


8

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkenaan dengan pengaruh penyuluhan tentang

Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) terhadap Tingkat pengetahuan

Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Ganti.antara lain dapat di lihat pada

tabel 1.1 :

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti Penelitian Penelitian
Rilyani,
Pengaruh Jenis Terdapat pengaruhJenis penelitian ini adalah − Jumlah
2019 penyuluhan penelitian penyuluhan kuantitatif, dengan populasi
penggunaan ini adalah penggunaan IUD desain penelitian ini sebanyak
iud dengan kuantitatif, dengan pengetahuan adalah Quasi 2.288, dengan
pengetahuan dengan ibu dalam Eksperimental dengan menggunakan
ibu dalam desain menggunakan alat pendekatan one group rumus Slovin
mengguna penelitian kontrasepsi Intra pretes-postes design, di dapat 96
kan alat ini adalah Uterine Device (IUD) Teknik
kontrasepsi Quasi di Wilayah Kerja sampel dalam
intra uterine Eksperime Puskesmas Sekincau penelitian ini
device ntal Lampung Barat adalah
(IUD) di dengan Tahun 2018 purposive
Wilayah pendekatan sampling
Kerja one group
Puskesmas pretes-
Sekincau postes
Lampung design.
Barat
Anna Peran Metode survey Pengetahuan PUS − Meneliti variable − Penelitian
Fatchiya, Penyuluhan analitik tentang KB Kontrasepsi IUD terdahulu
2020 Keluarga dengan mengandalkan dari − teknik Sampling membahas
Berencana rancangan agen penyuluhan, Purposive tentang peran
dalam Cross terutama tenaga medis Sampling penyuluhan
Meningkat Sectional dan penyuluh KB di sedangkan
kan lapangan sebagai penelitian ini
Pengetahuan sumber informasi. membahas
KB pada tentang
Pasangan pengaruh
Usia Subur penyuluhan
(PUS)
Yati Faktor - faktor Metode survey Hasil analisis − Meneliti variable − Variabel bebas
Nur yang analitik hubungan dengan Kontrasepsi IUD penelitian ini
Indah berhubung dengan minat ibu dalam − teknik Sampling yaitu
Sari, an dengan rancangan pemilihan Purposive Penyuluhan
2019 minat ibu Cross alat kontrasepsi IUD Sampling tentang alat
dalam Sectional menunjukkan pada − Pendeka tan dengan kontrasepsi
Pemilihan alat taraf signifikansi crossectional IUD
kontrasepsi >0,05 diperoleh nilai − Penelitian ini
IUD signifikansi sebesar menggunakan
nilai design quasi
p=0,149 ekperimen
9

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Peneliti Penelitian Penelitian
Hatijar,
Hubungan Metode Bahwa nilai p=0,000 − Meneliti variable − Variabel bebas
2020 Pengetahuan survey yang berarti terdapat Kontrasepsi IUD penelitian ini
dan Sikap analitik hubungan antara − Teknik Sampling yaitu
Ibu dengan pengetahuan terhadap Purposive Sampling penyuluhan
Terhadap rancangan pemilihan pemakaian − Penedekatan waktu tentang alat
Pemilihan Cross alat kontrasepsi dalam dengan crossectio nal kontrasepsi
Metode Alat Sectional Rahim (AKDR). IUD
Kontrasepsi Bahwa terdapat − Penelitian ini
Dalam hubungan menggunakan
Rahim pengetahuan tentang design quasi
akdr dengan ekperimen
pemilihan metode − Populasi
AKDR Pada Akseptor penelitian ini
KB wanita Wanita Usia
sedang hasil Subur
menunjukkan nilai p-
value = 0,001
(p<0,05) terdapat
hubungan sikap
tentang
AKDR dengan
pemilihan metode
AKDR pada akseptor
KB wanita
Ni LuhHubungan Metode Hasil penelitian − Variabel Motvasi − Desain
Lanny Tingkat observasio menunjukkan terdapat Wanita Usia Subur penelitian
Suartin Motivasi nal analitik hubungan yang − Teknik
i Wanita Usia dengan signifikan antara pengambilan
(2019) Subur desain tingkat motivasi sampel
Dengan cross dengan keikutsertaan − Jumlah populasi
Keikutsertaa sectional pemeriksaan IVA (p = dan sampel
n 0.01). Desa − Analisis
Pemeriksaan diharapkan memberi statistik
Inspeksi perhatian pada WUS
Visual terhadap
Asam keikutsertaan
Asetat Di pemeriksaan IVA,
Desa Bajera bagi tenaga kesehatan
untuk memperluas
sosialisasi tentang
IVA.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyuluhan

1. Definisi

Penyuluhan adalah suatu edukasi dalam aspek promotif untuk

meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki perilaku sasaran serta dapat

menerapkan perilaku sehat dalam kehiduapan sehari-hari (Ilyas dan Putri,

2012). Penyuluhan yang disampaikan merupakan upaya terencana dan

terarah dalam memberi motivasi untuk memperbaiki dan memelihara

kesehatan gigi sasaran (Budiharto, 2015). Sasaran dalam penyuluhan

dibagi menjadi sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, misalnya

anak usia sekolah sebagai sasaran langsung sedangkan ibu anak usia

sekolah tersebut sebagai sasaran tidak langsung. Sasaran tidak langsung

berpengaruh terhadap sasaran langsung, seperti pengetahuan, sikap, dan

tindakan ibu terhadap bad oral habit anak dapat menentukan status

pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang anak (Notoatmodjo,

2013).

2. Tujuan

Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan individu,

kelompok, dan masyarakat sehingga dapat diterapkan perilaku sehat

(Fitriani, 2013). Menurut Mubarak dan Chayanti (2013), tujuan

penyuluhan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu tujuan jangka pendek adalah

terciptanya pemahaman dan sikap yang menuju pada perilaku sehat,

10
11

tujuan jangka menengah adalah terlaksananya perilaku sehat dan tujuan

jangka panjang adalah terciptanya perubahan status kesehatan yang

optimal. Tercapainya tujuan dari penyuluhan dapat dipengaruhi oleh

proses di dalamnya. Proses ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu

input, proses, dan output. Input merupakan subjek atau sasaran seperti

individu, kelompok, atau masyarakat. Proses adalah mekanisme

terjadinya perubahan pada subjek. Output adalah hasil dari proses baik

berupa pengetahuan atau perubahan perilaku (Nursalam, 2015).

3. Metode

Menurut Notoatmodjo (2013), metode penyuluhan dibagi menjadi tiga,

yaitu:

a. Metode individual : penyuluhan disampaikan pada individu, misalnya

melakukan kunjungan rumah.

b. Metode kelompok

1) Kelompok besar

Apabila jumlah peserta penyuluhan lebih dari 20 orang, maka

metode yang digunakan adalah ceramah dan seminar. Ceramah

adalah suatu metode penyampaian pesan kesehatan secara lisan

dan disertai dengan tanya-jawab (Budiharto, 2015). Ceramah

dapat disampaikan untuk sasaran dengan tingkat pendidikan tinggi

maupun rendah. Seminar merupakan penyampaian informasi oleh

seorang ahli di bidang tertentu. Metode ini cocok untuk sasaran

kelompok dengan tingkat pendidikan menengah ke atas.


12

2) Kelompok kecil

Apabila jumlah peserta penyuluhan kurang dari 20 orang, maka

disebut kelompok kecil. Metode yang dapat digunakan untuk

kelompok kecil antara lain, diskusi kelompok, curah pendapat

(brain storming), bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil

(bruzz group), role play (memainkan peran), permainan simulasi

(simulation game)

c. Metode penyuluhan massa (public)

Penyuluhan masa dapat dilakukan pada saat pesta rakyat atau acara

kesenian tradisional, penyuluhan ini juga dapat dilakukan dengan cara

pemasangan spanduk atau poster di tempat yang ramai atau biasa

dikunjungi banyak orang seperti balai desa atau posyandu (Depkes,

2013).

4. Media

Media adalah suatu perantara untuk menyalurkan informasi oleh

penyuluh kepada sasaran yang dibuat dan disampaikan sedemikian rupa

sehingga dapat menarik perhatian sasaran (Daryanto, 2017). Media dalam

penyuluhan memiliki beberapa manfaat, yaitu media dapat memperjelas

informasi yang disampaikan sehingga dapat meningkatkan pemahaman

sasaran, media penyuluhan dapat mengarahkan perhatian sasaran

sehingga meningkatkan motivasi sasaran untuk memperhatikan materi

penyuluhan, media penyuluhan dapat mengatasi keterbatasan indera,

ruang, dan waktu, misalnya melalui rekaman video yang menampilkan

kejadian langka di masa lampau atau melalui slide yang menampilkan


13

suatu objek yang terlalu besar atau kecil yang tidak tampak oleh indera

penglihatan secara langsung (Arsyad, 2012).

Ketepatan pemilihan media dalam penyuluhan akan

mempengaruhi hasil yang diharapkan. Media yang dipilih dalam

penyuluhan harus optimal sehingga proses penyuluhan dapat berjalan

dengan efektif (Daryanto, 2017). Berdasarkan jenisnya, media dibedakan

menjadi tiga jenis yaitu media audio, madia visual dan media audio visual

(Mubarak dkk., 2012) yang masing-masing memiliki kekurangan dan

kelebihan, antara lain sebagai berikut:

a. Media Audio

1) Radio

Radio memiliki beberapa kelebihan, antara lain: dapat didengar

tanpa menghentikan aktivitas, seperti sambil belajar atau

mengemudi, memiliki daya pikat tesendiri seperti efek suara dan

kata-kata yang disampaikan, serta dapat mengembangkan daya

imajinasi pendengarnya (Ahmad, 2015). Radio juga memiliki

bebrapa kekurangan, yaitu: terbatas dalam daya jangkauan siaran

(Nurwulan, 2013), komunikasi satu arah dan tidak ada feedback

dari pendengar (Pramudia, 2012).

b. Media Visual

1) Slide PowerPoint

Seiring dengan perkembangan teknologi, slide kini dapat dibuat

dengan menggunakan perangkat lunak (software) komputer yaitu

menggunakan program PowerPoint dari Microsoft Office.


14

Terdapat beberapa kelebihan dari power point, yaitu: aspek visual

yang ditampilkan dapat membantu memperkuat pemahaman

sasaran terhadap materi yang disampaikan secara verbal

(Setyawan, 2013), PowerPoint dapat menyajikan warna, animasi,

gambar diam maupun bergerak, sehingga dapat memberikan

tampilan yang menarik, materi yang disajikan dalam PowerPoint

dapat disimpan sebagai data dalam flashdisk atau CD sehingga

praktis dibawa ke mana-mana, materi PowerPoint dapat dipakai

berulang-ulang sesuai kebutuhan (Wati, 2016), dan program pada

power point memiliki fitur lengkap yang dapat memperindah

penampilan slide PowerPoint (Suratman, 2012). Power point juga

memiliki beberapa kekurangan, yaitu: membutuhkan kreativitas

dalam pembuatannya untuk dapat menyajikan materi yang

menarik, membutuhkan kemampuan atau skill yang baik dalam

mengoperasikan perangkat dan aplikasi PowerPoint tersebut,

membutuhkan biaya yang tinggi untuk menyediakan perangkat

pendukung seperti komputer atau laptop, LCD, proyektor, sound

system, dan pointer dalam mengoperasikan slide PowerPoint

(Setyawan, 2013), dan gambar yang diproyeksikan kurang jelas

bila cahaya dalam atau luar ruangan yang terlalu terang (Mubarak

dkk., 2012).
15

2) Leaflet

a) Pengertian

Pengertian leaflet dan e-leaflet, Leaflet adalah suatu alat

promosi atau pemasaran yang dicetak pada selembar kertas,

yang umumnya menggunakan art paper atau art carton, dan

memiliki dua atau lebih lipatan. Di dalam leaflet sendiri

biasanya berisikan informasi singkat mengenai suatu program,

usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang pemilik

atau badan usaha, terkait dengan program atau kegiatan. E-

leaflet adalah media promosi elektronik yang bisa digunakan

oleh suatu perusahaan, badan usaha atau bahkan usaha

perorangan untuk memberikan suatu informasi atau

memberikan keterangan secara singkat mengenai suatu

program atau kegiatan (Kusumawaty et al, 2020).

Leaflet memiliki beberapa kelebihan, yaitu mudah dibuat dan

diperbanyak, murah dan sederhana, dapat disimpan dan dibaca

saat waktu luang. Leaflet juga memiliki bebrapa kekurangan,

yaitu tidak tahan lama dan mudah hilang, memerlukan fasilitas

pencetakan yang baik (Ewles dkk, 2012).

b) Kelebihan leaflet

1. Bentuk dan ukuran leaflet sangatlah ringkas sehingga

mudah dibagikan dan mudah pula dibawa oleh calon

konsumen.
16

2. Informasi lebih jelas dan rinci.

Apabila desainnya unik dan menarik juga akan

meningkatkan peluang untuk disimpan.

3. Dapat memfokuskan penyebaran pada satu area tertentu

guna mengoptimalkan penargetan.

c) Kelemahan leaflet

(1) Kelemahan leaflet

Kelemahan dari leaflet yaitu tidak terlalu efektif dan efisien

apabila menargetkan calon konsumen pada area yang

terlalu luas, berkontribusi meningkatkan limbah kertas

terutama apabila desainnya kurang menarik dan disebar ke

area yang terlalu luas, karena banyak yang akan dibuang

begitu saja dan biaya lebih mahal dibandingkan dengan

menggunakan e-leaflet (Kusumawaty et al, 2020).

c. Media Audio Visual

1) Film

Film memiliki beberapa kelebihan, yaitu baik dalam menerangkan

suatu proses dan lebih realistis. Film juga memiliki bebrapa

kekurangan, yaitu perlu ruangan gelap saat menayangkan film

(Mubarak dkk., 2012).

2) TV

TV memiliki beberapa kelebihan, yaitu: merupakan media yang

modern dan menarik terutama untuk anak-anak dan bersifat

langsung dan nyata. TV juga memiliki bebrapa kekurangan, yaitu:


17

komunikasinya bersifat satu arah, TV dengan layar yang relatif

kecil jumlah audiennya menjadi terbatas (Mubarak dkk., 2012).

Media penyuluhan dapat memberikan pengalaman yang sama

kepada sasaran mengenai kejadian di lingkungan sekitar dan

memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara penyuluh

dengan sasaran (Daryanto, 2017). Menurut Notoatmodjo (2013),

media merupakan suatu alat saluran atau channel untuk

menyampaikan informasi kesehatan. Berdasarkan fungsinya

sebagai penyalur informasi kesehatan, media dibagi menjadi tiga,

yaitu:

3) Media cetak

a) Booklet; dapat berupa tulisan maupun gambar yang dimuat

dalam bentuk buku.

b) Leaflet; berisi informasi dalam bentuk tulisan maupun

gambar; bentuknya seperti flyer namun biasanya dilipat.

c) Flyer; selebaran yang tidak berlipat.

d) Flif chart; Leaflet yang biasanya dalam bentuk buku atau

lembaran dengan ukuran besar. Setiap lembar berisi gambar

dan Leafletnya berisi kalimat sebagai informasi yang berkaitan

dengan gambar tersebut atau gambar dan kalimat dapat

dikombinasikan dalam satu lembar.

e) Rubrik; tulisan yang dimuat dalam surat kabar seperti koran

atau majalah yang membahas hal-hal terkait dengan kesehatan.


18

f) Poster; media cetak yang berisi informasi kesehatan berupa

gambar atau gambar disertai tulisan yang di tempel di

tempat- tempat umum seperti sekolah, rumah sakit,

puskesmas, posyandu, apotek, laboraturium ataupun kantor.

4) Media elektronik

a) Televisi; penyampaian informasi seputar masalah kesehatan

dapat berupa suatu tayangan seperti forum diskusi dan talk

show.

b) Radio; penyampaian informasi dengan radio berupa audio

atau suara.

c) Video; biasanya memuat gambar dan suara yang dapat

digunakan sebagai media penyampaian edukasi tentang

kesehatan.

d) Slide; penyampaian informasi dengan slide dapat berupa

gambar, grafik dan objek lainnya yang dapat dimuat dalam

media tersebut.

5) Media papan (Billboard)

Media ini termasuk media luar ruangan. Penyampaian informasi

kesehatan dengan papan (billboard) biasanya dipasang di tempat

umum seperti halte atau di pinggir jalan.


19

B. Konsep Tingkat Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah keseluruhan pikiran, gagasan, ide, konsep dan

pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya

termasuk manusia dan isinya. (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan juga merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

melakukan penginderaan terjadi melalui panca indera manusia dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari

pengetahuan-pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, 2010 tingkat Pengetahuan yang dicakup

dalam dominan kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingatkembali secara spesifik dari seluruh badan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu merupakan

tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Misalnya dapat

menyebutkan, mendefenisikan, menetapkan dan lain sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar.


20

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang tidak dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).

Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain.

d. Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampaun untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, dapat

membedakan dan mengelompokkan.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan suata kemampaun untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat

menyusun dan merencanakan dapat menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.

f. Evaluasi (Evalution)

Evaluasi berkaitan dalam kemampuan untuk melakukan

penelitian terhadap suatau materi dan objek, pengukuran dan

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menyertakan tentang isi materi yang ingin diulas dari subjek penelitian

atau responden kedalam pengetahuan yang ingin disesuaiakan dengan

tingkatan-tingkatan tersebut diatas.


21

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan antara lain meliputi :

Cara ini paling tradisional yang pernah digunakan manusia

untuk memperoleh pengetahuan yaitu melalui cara coba-coba. Cara ini

telah dipakai orang sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu

seseorang apabila menghadapi masalah, upaya pemecahannya dengan

cara coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan memecahkan masalah, apabila tidak berhasil dicoba

kemungkinan yang lain sampai masalah terselesaikan.

b. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu, bila gagal dengan

cara tersebut, tidak akan mengulangi cara itu dan berusaha untuk

mencari cara lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya.

c. Melalui jalan pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalaran dalam

memperoleh pengetahuan. Dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik

melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum disebut


22

induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan umum kepada khusus.

d. Cara modern atau ilmiah

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis logis dan ilmiah yang disebut metode penelitian ilmiah.

Kemudian metode berpikir induct = f yang berkembang oleh B Bacon

dilanjutkan adalah Van Dalen bahwa dalam memperoleh kesimpulan

dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan

terhadap semua fakta berhubungan dengan objek yang diamati.

4. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat diukur menurut jenis penelitiannya

yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Pada penelitian

kuantitatif maka pengetahuan dapat diukur dengan wawancara dan angket

(kuesioner) yang menyatakan tentang isi materi atau objek yang ingin

diukur dari subjek penelitian. Sedangkan pada penelitian kualitatif,

pengetahuan dapat diukur dengan cara wawancara mendalam dan Diskusi

Kelompok Terfokus (DKT) (Notoatmodjo,2012).

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor

jawaban benar dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian

dikalikan 100%. Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

di interpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

a) Baik : 76-100%

b) Cukup : 56-75%

c) Kurang : <56%
23

5. Faktor–Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007) dalam Purwaningsih, U. (2013),

pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu:

1) Pengalaman

Pengalaman seseorang baik yang dialami pribadi maupun oleh

orang lain diyakini dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2) Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan sebagai sarana seseorang untuk

memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas. Dapat digambarkan

dari seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan seseorang

yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3) Budaya

Budaya menggambarkan tingkah laku manusia dalam

memenuhi kebutuhan seperti keyakinan. Keyakinan seseorang dapat

diperoleh baik secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu. Keyakinan yang bersifat baik maupun tidak diyakini

dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Fasilitas informasi

Fasilitas informasi sebagai media atau sarana informasi yang

dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi,

majalah, koran, buku. Seseorang yang memperoleh fasilitas yang

memadai maka memiliki pengetahuan yang lebih tinggi.


24

5) Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi menggambarkan kemampuan seseorang untuk

memilih kebutuhan hidup. Semakin seseorang memiliki tingkatan

social dan ekonomi yang tinggi akan menambah tingkat pengetahuan.

6) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan yang baik akan menjadikan seseorang

memperoleh pengetahuan yang baik secara langsung maupun tidak

langsung dan sebaliknya.

7) Umur

Umur menggambarkan tingkat kematangan dan kedewasaan

yang akan mempengaruhi dalam kematangan berfikir seseorang.

C. Konsep Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

1. Definisi kontrasepsi jangka panjang

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah alat

kontrsepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan

bahkan mengontrol kesuburan dengan menurunkan kesuburan yang di

gunakan dalam jangka panjang. Kontrasepsi Jangka panjang merupakan

metode kontrasepsi yang digunakan dalam jangka panjang dengan

efektivitas dan tingkat kelangsngan pemakaian tinggi dengan angka

kegagalan yang rendah. Alat kontrasepsi jangka panjang berdasarkan

waktu penggunaan adalah alat kontrasepsi yang digunakan secara terus

menerus selama minimal 3 tahun seperti penggunaan Implant/ susuk/ Alat


25

Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) kurang dari waktu penggunaan tersebut

dapat dikatakan alat kontrasepsi jangka pendek (Maziyyah, 2015).

2. Kelebihan alat kontrasepsi jangka panjang

Alat Kontrasepsi Jangka Panjang memiliki beberapa keunggulan

yaitu: memiliki efektifitas yang tinggi tanpa perlu kedisiplinan tinggi

dalam penggunaan, efek mencegah kehamilan dapat cepat dirasakan,

memiliki pemakaian yang lebih lama dibandingkan jangka pendek dari 3

tahun pemakaian hingga seumur hidup, pemakaian alat kontrasepsi jangka

panjang juga tidak mengganggu hubungan suami istri, tidak

mempengaruhi Air Susu Ibu (ASI) sehingga aman digunakan untuk ibu

yang sedang menyusui, tidak memiliki efek samping pada fungsi fertilitas

sehingga ketika dicabut selain alat kontrasepsi jangka panjang Metode

Operasi Wanita atau Metode Operasi Pria maka pengguna alat kontrasepsi

Jangka Panjang akan kembali subur dan dapat memiliki keturunan

(Affandi, 2011).

3. Kekurangan alat kontrasepsi jangka panjang

Kekurangan pada penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang

yaitu nyeri pada saat pemasangan karena sebagian alat kontrasepsi Jangka

Panjang menggunakan suatu alat yang di tanam di alat reproduksi, dapat

memungkinkan untuk ekspulsi atau alat tersebut terlepas jika tidak

dipasang maupun digunakan kurang sesuai dengan prosedur, pemakaian

alat kontrasepsi jangka panjang tidak dapat dihentikan sendiri oleh

pemakai sehingga harus datang ke dokter jika ingin melepas alat

kontrasepsi jangka panjang, pada sebagian pemasangan alat kontrasepsi


26

jangka panjang diperlukan pembedahan minor misalkan seperti Insersi

AKBK (Affandi, 2011).

4. Jenis alat kontrasepsi jangka panjang

a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/ IUD)

1) Pengertian

Intra Uterine Device (IUD) terbuat dari material dalam

berbagai bentuk, umumnya berbahan dasar polyethylene, yang

merupakan plastic bersifat inert (Hidayati, 2019).

IUD memiliki tambahan berupa benang yang dianalogikan

sebagai dawai atau dasi yang memudahkan pengontrolan

keberadaan serta memudahkan pelepasan IUD saat akseptor ingin

melepasnya. Cara penggunaan kontrasepsi ini adalah dengan

disisipkan ke dalam rahim. (Hidayati, 2019).

2) Tipe-tipe IUD

Jenis alat kontrasepsi dalam rahim/IUD yang sering

digunakan di Indonesia menurut (Proverawati dkk, 2014) :

a) Copper-T

AKDR yang berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen pada

bagian vertikalnya terdapat lilitan kawat tembaga halus. Lilitan

tersebut mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang

cukup baik.

b) Copper-7

AKDR ini berbentuk 7. Jenis ini mempunyai ukuran diameter

batang vertical 32mm dan ditambahkan gulungan kawat


27

tembaga (Cu) yang luas permukaannya 200mm2, fungsinya

sama seperti lilitan kawat Copper-T.

c) Multi load

AKDR ini terbuat dari plastic (polyethelene) dengan berbentuk

sayap yang fleksibel di bagian tangan kiri dan kanan. Panjang

dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya terdapat gulungan

kawat tembaga yang luas pemukaannya 250mm2 atau 375mm2.

Ada 3 ukuran yaitu, standar, small (kecil), mini.

d) Lippes Loop

AKDR ini terbuat dari bahan polythelene, bentuknya seperti

spiral atau huruf S bersambung dan dipasang benang pada

ekornya. Terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran

panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25mm (benang biru),

tipe B 27,5mm (benang hitam), tipe C berukuran 30mm (benang

kuning), dan tipe D 30mm (tebal, benang putih). Lippers loop

mempunyai angka kegagalan yang rendah.

3) Mekanisme kerja

Secara umum, mekanisme kerja IUD adalah dengan

menghambat implantasi blastokista dalam endometrium dan ini

tampaknya merupakan mekanisme kerja yang paling menonjol dari

jenis kontasepsi ini, hambatan nidasi terjadi karena adanya respons

inflamasi setempat (pada area terdapatnya IUD, endometrium)

yang selanjutnya mengakibatkan terpacunya kerja lisosom pada

blaktokista dan mungkin pula fagositosis spermatozoa. Keberadaan


28

alat dalam rongga uterus memungkinkan untuk mencegah

implantasi telur dalam uterus, menjadikan sperma sulit masuk ke

dalam alat reproduksi dan mengurangi kemampuan sperma untuk

fertilitasi. (Proverawati dkk., 2014).

4) Efektivitas

Berkisar Antara 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam

1 tahun pertama pemakaian (terdapat 1 kegagalan dalam 125-170

kehamilan). (Hidayati, 2019).

5) Keuntungan

Alat kontrasepsi dalam Rahim dapat diterima masyarakat

dunia,termasuk Indonesia dan menempati urutan ketiga dalam

pemakaian. Keuntungan AKDR dapat diterima masyarakat dengan

baik, pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit,

control medis ringan, penyulit tidak terlalu berat, pulihnya

kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik. (Manuaba,

2014).

6) Kerugian

Alat AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna,

sehingga masih terdapat beberapa kerugian sebagai berikut, masih

terjadi kehamilan dengan AKDR, leokorea sehingga menguras

protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah, dapat terjadi

infeksi, tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau

sekunder dan kehamilan ektopik, tali AKDR dapat menimbulkan

perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan seksual.


29

(Manuaba dkk., 2014) Perdarahan dan rasa nyeri, kadangkala

IUD/AKDR dapat terlepas. Perforasi Rahim (jarang sekali).

(Purwoastuti dkk, 2015).

7) Indikasi IUD/AKDR

Indikasi pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pasca

plasenta Indikasi pemasangan AKDR pasca plasenta menurut

Rusmini, dkk. (2017) yaitu:

a) Wanita pasca persalinan pervaginam atau pasca persalinan

sectio secarea dengan usia reproduksi dan paritas berapapun.

b) Pasca keguguran (non infeksi)

c) Masa menyusui (laktasi)

d) Riwayat hamil ektopik

e) Tidak memiliki riwayat keputihan purulen yang mengarah

kepada IMS (gonore, klaimidia dan servisitis purulen).

8) Kontraindikasi IUD/AKDR

Yang tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi IUD menurut

(Proverawati dkk., 2014) adalah yang mempunyai penyakit

kelamin (gonorrhoe, sipilis, AIDS dan sebagainya), kehamilan,

perdarahan dari Rahim yang tidak diketahui apa penyebabnya,

terdapat tumor jinak maupun ganas di dalam Rahim, ukuran

rongga Rahim kurang dari 5 cm.


30

9) Cara pemasangan kontrasepsi IUD

Menurut (Hidayati, 2019) adalah sebagai berikut;

a) Mencuci tangan sesuai dengan standar pencegahan infeksi

yaitu enam langkah.

b) Atur posisi litotomi (perhatikan privasi pasien)

c) Pakai APD sarung tangan steril.

d) Pasangan Duk

e) Jepit serviks dengan tenakulum (pada posisi vertikal jam 11

atau jam 1.

f) Pasang IUD menggunakan teknik menarik (withdrawl

technique). Masukkan tabung inserter yang berisi IUD ke

dalam tabung kanalis servikalis, pastikan IUD telah teroasang

sampai fundus. Tarik tabung inserter sampai pangkal

pendorong untuk memasukkan IUD. Keluarkan pendorong

dan dorong kembali inserter sampai terasa tahanan.

g) Gunting benang IUD ± 3-4 cm, keluarkan dari spekulum.

h) Cuci tangan dan keringkan.

i) Ajarkan pada pasien untuk memeriksa benang IUD.

10) Efek samping

a) Efek sampig ringan pemakaian IUD/AKDR; perdarahan

(menoragia atau spotting menoragia), rasa nyeri dan kejang

perut, secret vagina lebih banyak, dan gangguan pada suami

(benang IUD dirasakan sakit atau mengganggu saat

melakukan hubungan seksual, terganggunya siklus


31

menstruasi (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama

pemakaian), dismenore, kram atau kejang suprapubis.

b) Efek samping berat pemakaian IUD; perforasi uterus, infeksi,

pelvis, dan endometritis.

b. Alat Kontrsepsi Bawah Kulit (AKBK/susuk/implan)

1) Pengertian Implant

Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif,

tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara

tiga sampai lima tahun, metode ini dikembangkan oleh the

Population Council, yaitu suatu organisasi internasional yang

didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan metode kontrasepsi.

Implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasangkan di bawah

kulit lengan atas yang berbentuk kapsul silastik yang lentur

dimana di dalam setiap kapsul berisi hormon levernorgestril yang

dapat mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi implant ini

memiliki cara kerja menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan

selaput lendir endometrium tidak siap dalam menerima

pembuahan (nidasi), mengentalkan lendir dan menipiskan lapisan

endometrium dengan efektivitas keberhasilan kontrasepsi implant

sebesar 97-99% (BKKBN, 2014).

2) Jenis Kontrasepsi Implan

a) Norplant; Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4cm dengan diameter 2,4mm yang diisi dengan

36mg levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.


32

b) Implanon; Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang

kira-kira 40mm, dan diameter 2mm, yang diisi dengan 68mg 3-

keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

c) Jadena dan Indoplant; Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan

75mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

3) Cara Kerja dan Efektivitas

Cara kerja dan efektifitas implant adalah mengentalkan

lendir serviks yang dapat mengganggu proses pembentukan

endometrium sehingga terjadi implantasi, mengurangi transportasi

sperma, menekan ovulasi, serta efektif dalam mencegah kehamilan

yaitu dengan kegagalan 0,3 per 100 tahun (Marliza, 2013).

Mekanisme kerja implant untuk mencegah terjadinya

kehamilan melalui beberapa cara yaitu :

c) Mencegah ovulasi

Dimana pada kedua jenis implant norplan, hormon

lenovogestrel berdistribusi melalui membran silastik dengan

kecepatan yang lambat dan konstan. Dalam 24 jam setelah

insersi, kadar hormon dalam plasma darah sudah cukup tinggi

untuk mencegah ovulasi, kadar levonorgestrel yang

dipertahankan dalam tubuh klien dengan sistem norplant

secara parsial menekan lonjakan LH dan menghambat ovulasi.

Sekresi FSH dan LH tetap berada pada kadar normal

(BKKBN, 2014).
33

d) Perubahan lender serviks

Disini lender serviks menjadi kental dan sedikit sehingga

menghambat pergerakan spermatozoa, implant kemungkinan

besar juga menekan poliferasi siklik endometrium yang dipicu

oleh esterogen sehingga endometrium tetap dalam keadaan

atrofi (BKKBN, 2014).

e) Menghambat perkembangan sikli dari endometrium

Efektifitas implant ini pada jenis norplant akan berkurang

sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke enam kira-kira 2,5 –

3 % akseptor menjadi hamil. Kemudian untuk jenis jadena

sama efektifnya dengan norplant pada 3 tahun pertama

pemakaiannya, selanjutnya efektifitasnya berkurang namun

belum diketahui penyebabnya, kemungkinan karena

kurangnya pelepasan hormon (BKKBN, 2014).

4) Keuntungan Kontrasepsi Implant

Kontrasepsi implant memiliki keuntungan adalah memiki

daya guna yang tinggi, perlindungan dalam jangka waktu yang

panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah dilakukan

pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari

pengaruh esterogen, tidak mengganggu dalam kegiatan senggama,

tidak mengganggu produksi ASI, klien hanya perlu kembali untuk

kontrol bila terdapat keluhan selama pemakaian kontrasepsi, dapat

dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Pemakaian

kontrasepsi implant ini juga memiliki keuntungan non kontrasepsi


34

diantaranya (Saifuddin, 2010) adalah mengurangi rasa nyeri,

mengurangi jumlah darah haid, mengurangi atau memperbaiki

anemia, melindungi dari terjadinya kanker endometrium,

menurunkan angka kejadian kanker jinak payudara, melindungi

diri dari beberapa penyebab radang panggul, menurunkan angka

kejadian endometritis.

5) Kerugian Kontrasepsi Implan

a) Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola

haid berupa perdarhan bercak (spotting), hipermenorhae atau

meningkatnya jumlah darah haid serta amenorhae.

b) Timbulnya keluhan-keluhan seperti:

1) Nyeri kepala

2) Peningkatan/penurunan berat badan

3) Nyeri payudara

4) Perasaan mual

5) Pening/pusing kepala

6) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)

7) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan.

8) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular

seksual termasuk AIDS.

9) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian

kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus

pergi ke klinik untuk pencabutan.


35

10) Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat

tuberkolusis (rifampisinn) atau obat epilepsi (fenitoin dan

barbiturate.

11) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per

100.000 perempuan per tahun).

6) Indikasi Penggunaan Implan

ibu yang boleh menggunakan kontrasepsi implant adalah

(BKKBN, 2014):

a) Dalam usia reproduksi

b) Telah memiliki anak maupun belum memiliki anak.

c) Menghendaki kontrasepsi yang dimiliki efektivitas tinggi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

e) Pasca keguguran.

f) Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi.

g) Riwayat kehamilan ektopik.

h) Memiliki tekanan darah yang < 180/110 mmHg dengan

masalah pembuluh darah atau anemi bulan sabit (sickle cell).

i) Tidak diperkenan menggunakan alat kontrasepsi hormonal

yang mengandung hormon esterogen.

j) Pada klien yang sering lupa minum pil teratur.

7) Kontraindikasi Penggunaan Implan

a) Hamil atau diduga hamil

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya


36

c) Benjolan/kangker payudara atau riwayat kangker payudara

d) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

e) Miom uterus dan kangker payudara

f) Gangguan toleransi glukosa

8) Keluhan yang dapat dialami pengguna implant

Menurut Saifuddin (2010) beberapa klien dapat mengalami

perupahan pola haid berupa pendarahan bercak (spotting),

hipermenorhea, atau meningkatkan darah haid serta amenorhea.

Beberapa keluahan dari klien yang sering dialami dalam

penggunaan metode kontrasepsi implant ini adalah:

a) Nyeri kepala, nyeri payudara, perasaan mual, atau pening.

b) Peningkatan atau penurunan berat badan

c) Perubahan perasaan atau gelisah.

d) Memerlukan tindakan pembedahan untuk insersi dan

pencabutannya.

e) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular

seksual termasuk HIV/AIDS.

f) Tidak dapat sendiri menghentikan pemakaian kontrasepsi

sesuai dengan keinginan klien, tetapi harus datang ke fasilitas

kesehatan untuk dilakukan pencabutan oleh tenaga kesehatan

yang telah mendapat pelatihan.

g) Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obatan

tuberkolosis (fifampisin) atau obat epilepsi (feniton dan

barbiturat).
37

h) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per

100.000 perempuan per tahun).

9) Efek Samping

Amenorhea, penanganannya pastikan hamil atau tidak, bila

tidak memerlukan penanganan khusus maka cukup dengan

konseling saja. Kemudian bila klien tetap tidak menerima maka

angkat implant dan anjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi

lain. Bila terjadi kehamilan dan klien ingin mempertahankan

kehamilannya lakukan pencabutan implant dan jelaskan bahwa

progestin tidak berbahaya bagi janin namun bila diduga terjadinya

kehamilan ektopik maka lakukan rujukan karena tidak akan ada

pengaruh diberikan obat hormon untuk memancing pendarahan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu tahun 2015 menunjukkan

bahwa ketidakteraturan siklus menstruasi merupakan salah satu

efek samping dari pengguaan kontrasepsi implant.

a) Perdarahan bercak (spotting) ringan, berikan penanganan

dengan memberikan penjelasan bahwa spotting ini sering

terjadi terutama pada tahun pertama kemudian bila tidak

terdapat masalah dan tidak hamil maka diperlukan

penanganan. Bila klien tetap mengeluh dengan perdarahan

bercak dan ingin melanjutkan pemakaian implant maka

berikan klien pil kombinasi selama satu siklus atau berikan ibu

profen 3 x 800 mg selama 5 hari, beri penjelasan bahwa setelah

pil kombinasi habis akan terjadi perdarahan kemudian bila


38

terjadi perdarahan yang lebih banyak dari biasanya berikan

klien 2 pil kombinassi untuk 3-7 hari kemudian dilanjutkan

dengan 1 siklus pil kombinasi atau dapat juga diberikan 50 µg

etinilestradiol atau 1,25 mg esterogen equin konjugasi untuk

14-21 hari.

b) Ekspulsi, maka lakukan penanganan dengan cabut kapsul

ekspulsi kemudian periksa apakah kapsul yang lain masih di

tempat lalu pastikan ada atau tidaknya infeksi pada daerah

insersi kemudian bila tidak ada infeksi dan kapsul baru 1 buah

pada tempat insersi yang berbeda, namun bila ada infeksi pada

daerah insersi maka lakukan pencabutan pada seluruh kapsul

dan pasang kapsul yang baru pada lengan lain atau

manganjurkan klien untuk menggunakan kontrasepsi lain.

c) Infeksi pada daerah insersi, bila terjadi infeksi tanpa nanah

maka bersihkan dengan sabun, air atau antiseptik lalu berikan

antibiotik yang sesuai untuk 7 hari lalu implant jangan dilepas

serta anjurkan klien untuk datang 1 minggu kemudian. Bila

keadaan tidak membaik maka cabut implant dan pasang di

lengan yang lainnya atau mencari metode kontrasepsi lainnya.

d) Berat badan naik atau turun, maka berikan informasi pada

klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji

ulang jika terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih namun

apabila perubahan tidak dapat diterima maka bantu klien untuk

mencari kontrasepsi lain (BKKBN, 2014).


39

10) Waktu Pemakaian Kontrasepsi Implant

Menurut Saifuddin (2010) waktu dalam pemakaian alat

kontrasepsi implant dapat dimulai dalam keadaan dimana ketika

mulai siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7, tidak memerlukan

alat kontrasepsi tambahan. Ketika klien tidak haid, insersi dapat

dilakukan setiap saat dengan syarat tidak memungkinkan hamil

atau tidak sedang hamil, disarankan untuk tidak melakukan

hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain sampai 7

hari pasca pemakaian kontrasepsi. Insersi dapat dilakukan bila

diyakini klien tidak sedang hamil atau diduga hamil. Bila diinsersi

setelah hari ke-7 dalam siklus haid maka klien tidak dapat

melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode

kontrasepsi tambahan sampai 7 hari pasca pemasangan implant.

Bila klien menyusui selama 6 minggu sampai 6 bulan pasca

persalinannya, maka insersi dilakukan setiap saat, bila klien

menyususi penuh dan tidak perlu adanya kontrasepsi tambahan.

Bila setelah 6 minggu melahirkan dan terjadinya haid kembali,

insersi dapat dilakukan setiap saat tetapi klien tidak boleh

melakukan hubungan seksual atau menggunakan alat kontrasepsi

tambahan sampai 7 hari pasca insersi. Bila klien menggunakan

kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi

implant, maka insersi dapat dilakukan setiap saat, bilamana

diyakini klien tersebut tidak dalam keadaan hamil atau diduga


40

hamil atau klien menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya

dengan benar. Bila kontrasepsi yang digunakan ibu sebelumnya

adalah kontrasepsi suntik, maka kontrasepsi implant dapat

diberikan saat jadwal disuntik ulang tersebut dan tidak

memerlukan kontrasepsi tambahan. Bila kontrasepsi sebelumnya

adalah IUD maka klien yang ingin mengganti alat kontrasepsinya

menjadi implant maka dapat dilakukan insersi pada hari ke-7

dengan syarat tidak boleh melakukan hubungan seksual atau

menggunakan alat kontrasepsi tambahan lainnya selama 7 hari,

dan IUD segera dicabut. Bagi klien pasca keguguran, maka insersi

dalam dilakukan kapan saja.

D. Konsep Wanita Usia Subur

1. Definisi Wanita Usia Subur

Wanita Usia Subur atau WUS adalah wanita yang memiliki usia

reproduktif dari sejak mendapat haid pertama hingga berhentinya haid

antara usia 15-49 tahun dengan status belum menikah, menikah atau janda

yang masih berpotensi untuk memiliki keturunan (Firmansyah dkk, 2020).

Wanita Usia Subur (WUS) merupakan wanita usia produktif yang

berusia 15- 49 tahun dan wanita pada usia ini umumnya masih berpotensi

untuk memiliki keturunan (Novitasary dkk, 2013).

Secara umum yang dimaksud Wanita Usia Subur (WUS) adalah

wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara

umur 18-49 tahun. Dimana dalam masa ini petugas kesehatan wajib
41

memberikan penyuluhan atau pendidikan pada Wanita Usia Subur yang

memiliki masalah mengenai organ reproduksinya (Aisyaroh, 2012)

2. Fisiologi Wanita Usia Subur

a. Sistem Cardiovaskular

Denyut nadi akan memuncak hingga 10-15 denyut permenitnya.

Karena saat memasuki masa kehamilan denyut nadi akan semakin

bertambah dan irama detak jantung akan berubah. Dampak dari hal

tersebut apeks jantung akan kebagian lateral dan tidak ada pada tempat

yang seharusnya dan akan menyebabkan bentuk jantung di radiogram

membesar (Jannah, 2012).

Jantung akan menjalani hipertrofi atau pembesaran dikarenakan

peningkatan volume darah dan curah jantung yang tinggi. Pembesaran

uterus akan berdekatan dengan diafragma di bagian atas sehingga

jantung sedikit muncul ke atas dan akan berotasi sampai ke depan.

Bentuk ini harus sering diperhatikan sebab pembesaran uterus hidrasi

jaringan janin dan ibu suatu saat akan terjadi adekuat saat berdiri atau

terlentang. Cadangan jaringan inilah yang akan menggantikan darah

ibu saat melahirkan. Vasodilatasi perifer ini akan menjaga tekanan

darah tetap stabil walaupun volume darah ibu hamil semakin

bertambah (Kamariyah, 2014).

b. Sistem Reproduksi

Rentang usia seseorang untuk bisa berproduksi adalah sekitar

15-49 tahun. Setelah melewati usia tersebut maka secara fisiologis akan

terjadi penurunan fungsi organ tubuh dengan perlahan sampai


42

memasuki lansia. Umur 20-30 tahun adalah usia yang ideal dan sedikit

resiko untuk hamil dan melahirkan dan pada tahap ini sangat dianjurkan

untuk pasangan usia subur yang memiliki satu anak memakai cara yang

menurutnya paling efektif baik dalam hormonal ataupun non hormonal,

dan usia diatas 30 tahun memiliki sedikit banyak resiko kehamilan dan

persalinan yang tinggi dibandingkan pada waktu usia muda sehingga

dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi yang aman dan efektif

seperti kontap, implan dan IUD (Siswosudharmo, 2009) ( Harahap,

Hairani, & Dewi , 2019).

c. Sistem Muskulo Skeletal

Kekurangan keseimbangan kadar kalsium pada masa

kehamilan memang wajar saja apalagi disaat asupan nutrisi wajib

buatan seperti susu sudah terlaksanakan. Tulang dan gigi memang

terkadang tidak dapat berubah saat memasuki masa kehamilan

normal. Dikarenakan adanya hormon estrogen dan progesterone yang

berlangsung relaksasi dari ligamen dalam tubuh karena bertambahnya

mobilitas otot pada pelvis. Penyebab bergandengnya dan bertambahnya

ukuran uterus karena adanya perubahan yang tajam pada kurva tulang

belakang dan sering menjadi ciri khas pada kehamilan (Jannah, 2012)

Pada waktu masa kehamilan relaksin dan progesteron berproses

terhadap kartilago dan jaringan ikat terhadap sendi yang memungkinkan

untuk bergerak bebas. Hormon tersebut cukup berguna untuk panggul

karena dapat melebarkan jalan lahir sehingga mengurangi rasa nyeri

pada ibu melahirkan apalagi ketika melahirkan kadar hormon akan


43

meningkat secara drastis. Akibatnya hormon kedua ini merubah pusat

keseimbangan saat ibu ingin berjalan (Kamariyah, 2014).

d. Sistem Eliminasi

Pergantian struktur ginjal dapat disebabkan adanya kegiatan

pada hormonal esterogen dan progesterone serta desakan yang muncul

disebabkan bertambahnya ukuran uterus yang meningkatkan volume

darah. Saat memasuki minggu ke-10 gestasi pelvis ginjal dan ureter

akan terjadi dilatasi. Dilatasi ureter akan kelihatan lebih jelas jika sudah

memasuki PAP atau Pintu Atas Panggul. Dinding otot polos ureter

dapat mengalami hiperplasia, hipertrofi, dan relaksasi tonus otot.

Peralihan inilah yang mengakibatkan ibu hamil menjadi sensitif terkena

infeksi saluran kemih (Kamariyah, 2014) Adanya perubahan fungsi

ginjal yang disebabkan oleh Adreno cortico tropic hormone atau

disingkat ACTH anti diuretic hormon (ADH), kortisol, dan aldosteron.

Panjang dan berat ginjal bertambah hingga kurang lebih menjadi 1-1,5

cm. Glomerular filtration rate meningkat hingga 50%. Aliran plasma

ginjal dapat meningkat dari 25 sampai 50%. Peningkatan ini kadang

tidak dihadirkan kemampuan tubulus menyerap glukosa yang tersaring

yang menyebabkan terjadinya glukosuria. Maka harus dipastikan lagi

terjadinya tanda awal dari diabetes kehamilan dan perlu diperhatikan

sekalipun glukosuria dalam kehamilan bukan berarti patologis namun

sebab adanya peningkatan Glomerular filtration rate (Badriyah, 2014).

e. Sistem Syaraf
44

Sistem syaraf berasal dari kata ektodern yang umumnya pada

umur 18 hari sesudah fertilisasi tabung neural akan terbuka dan

terbentuk selama minggu ke-4. Sebelumnya tabung ini tertutup dan

akan bertemu diantara otak dan medula spinalis maka kedua ujungnya

akan saling terbuka (Fauziah, 2012) Bertambahnya umur wanita akan

membuat rangsangan dan emosi pada hipotalamus membesar dan dapat

mengeluarkan secret neurohormonal menuju hipofisis melalui sistem

portal serta akan mempengaruhi lobus anterior hipofisis (Lia Dewi,

2011).

Neuro merupakan sel syaraf otak dimana sel-sel tersebut dapat

mencatat atau merekam informasi disekitar kita ketika mendapatkan

stimulus. Menurut para ahli neuroscience sel saraf otak manusia dapat

menerima 4 juta notifikasi perdetiknya. Notifikasi tersebut akan masuk

kedalam alam pikiran bawah sadar kita melalui peran sel-sel syaraf atau

akson. Akson sesudah mendapatkan stimulus dari luar dan diproses

melalui dua cara yaitu sinyal listrik dan sinyal kimiawi. Dengan proses

listrik dan biokimiawi inilah informasi yang jumlahnya jutaan tersebut

dapat dicatat dan direkam dalam memori milik manusia. Sangat

kompleks hal-hal yang kita rekam mulai dari apa yang kita lihat, dengar

dan raba atau pegang hingga apa yang kita hirup dan dirasakan melalui

panca indera (Lampung, 2016)

3. Fisiologis Ketidaksuburan Wanita

a. Sumbatan saluran telur

Sumbatan saluran telur dapat disebabkan karena lengketnya area


45

saluran telur, kista ovarium seperti dampak yang terkena Infeksi

Menular Seksual dan radang panggul dapat mengakibatkan

melambatnya sel telur dan sperma bertemu (Irianto K, 2015) Menurut

(Mohd Rushdan Md.Noor et al. 2014) didalam jurnal (Ismail & Mat

Rohani, 2017) mengatakan kelainan genetic dapat menyebabkan ovum

yang dihasilkan tidak menjadi berkualitas dan tidak berlaku pada

proses persenyawaan dengan sperma, adapun yang boleh berlaku

persenyawaan tetapi embrio yang dihasilkan tetap tidak dapat bertahan

dan akan tetap mengalami keguguran.

b. Endometriosis

Endometriosis dapat diartikan sebagai jaringan endometrium yang

menciptakan lapisan rahim, yang ada ditempat lain dari rahim.

Jaringan yang merespon siklus hormonal bulanan wanita

mengakibatkan timbulnya rasa sakit yang dapat mengganggu. Ikatan

antara endometriosis dan ketidaksuburan sangat berpengaruh sekitar 30

hingga 40% wanita yang mengalami endometriosis akan

mempengaruhi masa kehamilan. Endometriosis menjadi salah satu

masalah yang dapat menyebabkan rusaknya organ dan minimnya

tingkat molekul spesifik dalam meningkatkan pembuahan dan

bertambahnya sel darah putih peritoneum serta tidak berperan aktif

dalam sistem kekuatan tubuh (Lestari, 2012)

c. Berat badan tidak seimbang

Berat badan sebagai representasi massa lemak didalam tubuh memiliki

banyak pengaruh terhadap keseimbangan hormon dan menstruasi.


46

Berat badan berlebih dan obesitas merupakan kondisi abnormal yang

ditandai dengan penumpukan lemak berlebihan melebihi batas

kebutuhan skeletal dan fisik yang dapat mengganggu kesehatan

(Prathita, Syahredi, & Lipoeto, 2017).

d. Faktor usia berakibat pada masa reproduksi

Faktor usia berakibat pada masa reproduksi wanita yang masih ada

kemungkinan untuk hamil. Ilmuwan memberikan kekuatan untuk

wanita hamil rendah umur 25 tahun dan menurun drastis pada usia

diatas 38 tahun (Irianto K, 2015) Menurut (Mohd Rushdan Md.Noor et

al. 2014) dalam jurnal (Ismail & Mat Rohani, 2017) Usia merupakan

salah satu faktor yang sangat berkaitan erat dengan tahap atau kadar

kesuburan seseorang wanita. Usia wanita yang paling tinggi

kesuburannya adalah ketika usia di awal 20 tahun. Manakala wanita

yang berumur 30 tahun ke atas kadar kesuburannya semakin lama akan

menurun.

e. Gaya hidup yang penuh stress

Gaya hidup yang kompetitif dewasa memang rentan mengalami stress.

Sementara keadaan jiwa yang penuh dengan gerakan dapat

menyebabkan gangguan- gangguan seperti ovulasi, spermatogenesis,

spasme tuba falopi menyusut (Ismail & Mat Rohani, 2017)

menjelaskan bahwa suami isteri yang menghadapi ketidaksuburan ini

ada dalam masalah yang besar sebab mereka yang merasakan

ketidaksuburan ini akan menganggap bahwa kehidupan mereka telah

gagal. Hal ini menyebabkan pasangan suami isteri mengalami tekanan.


47

4. Psikologis Wanita Usia Subur

a. Faktor yang menyebabkan ketidaksuburan wanita

Pemicu ketidakkesuburan wanita adalah masalah dalam pembuahan,

pembuahan merupakan metode lepasnya sel telur yang sudah matang

didalam rahim, beberapa hal yang menyebabkan ketidaksuburan yaitu :

b. Menolak Kehamilan Dalam Jangka Panjang

Para wanita karir banyak yang menolak kehamilan dalam jangka

panjang karena alasan karirnya. Sementara itu pada umur 30-40 tahun,

akan sulit untuk hamil terutama pada wanita karir. Semakin

bertambahnya usia maka sistem produksi sel telur akan makin sedikit

dan sulit untuk dibuahi (Triyana, 2013) Wanita karir yang sudah

menjadi isteri pasti menginginkan ikatan dalam rumah tangga mereka.

Anak merupakan suatu penyambung keturunan dan dapat membuat

hubungan yang semakin erat pada suami isteri. Oleh karena itu wanita

pekerja perlu menyadari beberapa faktor yang menyebabkan masalah

ketidaksuburan seseorang wanita. Seorang wanita pekerja juga perlu

bijak dalam menyelesaikan urusan rumah tangga dan urusan pekerjaan

agar dapat menghindari faktor yang menyebabkan ketidaksuburan

tersebut (Ismail, 2017).

c. Menopause Dini

Menopause dini didefinisikan sebagai kurangnya atau selesainya

menstruasi dan tanda awal akhirnya folikel ovarium sebelum wanita

berada di usia 40 tahun. Wanita dapat dikatakan menopause dini jika

indung telur dan menstruasinya telah berhenti. Penyakit dan kekebalan


48

radiasi merupakan faktor penyebab terjadinya menopause dini pada

wanita (Molika Sitompul, 2015) Menurut Mayo Clinic menopause

adalah berkurangnya dan terhentinya menstruasi serta berkurangnya

folikel ovarium dini pada umur 40 tahun Rata-rata umur wanita untuk

mencapai menopause pada umur 50 tahun. Akan tetapi separuh wanita

sudah mengalaminya di usia 40 tahun, separuhnya lagi mengalami

menopause pada umur yang lebih muda antara 20 sampai 30 tahun

(Suparni dkk, 2016).

d. Kerusakan Saluran Telur

Infeksi tuba falupi disebabkan oleh sumbatan pada jejaring perut

sehingga dapat menyebabkan ketidaksuburan ketika saluran telur

mengalami peradangan hal inilah yang menyebabkan sumbatan, yang

pada akhirnya menyebabkan infertilitas. Kerusakan tersebut karena

adanya infeksi penyakit menular seksual, terutama klamidia. Kasus-

kasus lain yang dapat menyebabkan penyumbatan pada tuba seperti

penyakit radang panggul, atau bekas operasi akibat dari kehamilan

ektopik (Molika Sitompul, 2015).

e. Rintangan tiroid

Dikarenakan tiroid ada hipertiroidisme dan hipotiridisme jadi

hipertiroidisme merupakan suatu keadaan yang membuat tiroid

bergerak, sedangkan hipotiridisme adalah keadaan yang tiroidnya tidak

dapat bergerak (Triyana, 2013) Kelenjar tiroid berisi 2 lobus yakni

terletak disebelah kanan dari trakea dan diikat oleh jaringan tiroid serta

menjaga trakea didepan. Kelenjar ini terletak didalam leher bagian


49

depan dan menempel pada dinding laring. Struktur kelenjar tiroid ini

berisi sejumlah beberapa vesikel yang dipisahkan oleh epitelium

silinder dan mengumpul di jaringan ikat. Hasil dari sel tersebut berupa

cairan yang sifatnya ketat seperti koloidea tiroid yang didalamnya

berisi zat senyawa yodium yang disebut hormon tiroksin (Lia Dewi,

2012).

f. Total Sperma tidak optimal

Fertilisasi tidak hanya dimiliki wanita saja tetapi jika pria

menghasilkan sperma yang tidak optimal dan kurang dari 20 juta per

ml air mani maka pembuahan tidak akan terjadi (Triyana, 2013)

Sperma bisa dikatakan normal saat memiliki gerakan dengan kategori

lebih besar atau sama dengan 25% atau lebih besar atau sama besar

dengan 50%. Spermatozoa dikatakan normal jika satu sama lain

terpisah dan bergerak kearah yang berbeda (Molika Sitompul, 2015).

g. Umur

Umur dapat mempengaruhi faktor kesuburan, wanita yang berumur

lebih dari 40 tahun tidak memiliki sel telur yang produktif dan pada

umur ini sangat rentan mengalami keguguran (Triyana, 2013) Wanita

yang yang sering bekerja dan sering menunda kehamilannya sampai

usia 30-an tahun atau bahkan memiliki beberapa alasan menunda

pernikahan sehingga saat usia 35 tahun keatas baru mengalami

kehamilan yang pertama. Sebenarnya itu tidak masalah selama

keadaan seseorang masih kuat dan sehat. Beberapa masalah seperti

infertile dan kelainan kromosom yang berakibat bayi dengan sindroma


50

down lebih besar kejadiannya seiring bertambahnya usia

(Rahmatullah, 2019).

h. Keputihan

Gejala keputihan memang sangat normal karena rata-rata semua wanita

sering mengalaminya. Gejala ini sering disebut sebagai bakteri baik

yang mengeluarkan kotoran dari vagina (Triyana, 2013) Keputihan

atau yang biasa disebut sebagai flor albus merupakan cairan yang

keluar dari vagina disertai proses infeksi dengan beberapa keluhan

yang banyak seperti disertai rasa gatal didalam vagina dan sekitar

vagina dalam dan luar vagina, Bau yang sangat menyengat, berwarna

putih atau kekuningan dan vagina terasa seperti terbakar. Hal ini bisa

dikarenakan adanya bakteri, virus, jamur atau parasit yang muncul

(Rahmatullah, 2019).

5. Cara mengetahui Masa Subur

a. Sistem Kalender

Cara kerja dari system kalender ini seperti perhitungan mundur siklus

datang bulan wanita selama 6-12 bulan yang tercatat. Cara tersebut

memang efektif jika dilakukan secara baik dan akurat. Setiap pasangan

mungkin boleh membuat agenda masa subur untuk keberhasilan buah

hati dan memastikan masa ovulasi pada pasangannya (Setiyaningrum,

2015) Ilmuan mulai melakukan penelitian secara mandiri dengan

mempelajari siklus menstruasi semasa 6-12 bulan. Kesulitan terbanyak

dengan sistem ini menurut para peneliti adalah setiap wanita tidak

mengalami siklus menstruasi secara teratur dalam 28 hari. Maka


51

dengan cara sistem kalender merupakan suatu cara agar kita dapat

mengetahui masa subur atau kontrasepsi sederhana yang bisa

dilakukan secara mandiri dengan pasangan kita atau pada saat

melakukan senggama pada saat masa subur dengan tingkat

keberhasilan yang tinggi. Cara ini akan berhasil jika dilakukan dengan

rutin dan benar (Lestari, 2011).

b. Modifikasi lendir leher Rahim

Normalnya lender dari leher Rahim bersih, licin dan elastis itu adalah

tanda dimana masa subur sedang terjadi. Pada saat itu produksi

hormone progesterone akan bertambah sehingga produksi lender akan

mengalami peningkatan. Lendir tersebut fungsinya membantu jalan

sperma menjadi lebih mudah ketika akan berjumpa dengan sel telur.

Umumnya saat memasuki masa subur atau bisa disebut dengan ovulasi

lendir Rahim akan sedikit lebih encer dan pada saat dipegang dengan

dua jari warnanya menjadi bening (Puspita , 2016).

c. Mengukur suhu basal tubuh

Suhu basal tubuh merupakan suhu terendah yang diperoleh oleh tubuh

pada waktu rehat atau pada waktu tidur. Cara ini dilakukan di pagi hari

setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya. Cara ini

sering digunakan oleh wanita untuk mengukur suhu tubuhnya setiap

hari dalam mengetahui suhu basalnya (Setiyaningrum, 2015) Dengan

termometer bisa memudahkan para wanita untuk mengetahui suhu

tubuh, dan tujuannya dari mengukur suhu tersebut agar memahami

berlangsungnya masa ovulasi. Ketika ovulasi sedang berjalan suhu


52

basal tubuh akan bertambah tinggi dan menyusut saat datang bulan

karena pada masa itu produksi hormone progesterone menurun. Jika

suhu tidak mengalami peningkatam dimasa ovulasi maka kesempatan

pembuahan menjadi rendah. Sama seperti kebalikannya jika

mengalami peningkatam suhu tubuh maka sangat besar juga peluang

untuk hamil (Puspita , 2016). Dengan cara mengukur suhu tubuh ini

wanita dapat mengetahui waktu yang pas memasuki masa suburnya.

d. USG

USG merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui beberapa

gambaran organ-organ tubuh manusia. Dengan cara USG kita dapat

mengetahui apa saja gangguan yang ada didalam rahim maupun janin

yang muncul pada Rahim. USG tersebut Dinamakan sebagai USG

transvaginal dengan cara dimasukkan pada kemaluan untuk melihat

apa saja yang ada didalam rahim tersebut. Prosesnya juga cepat dan

tidak akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien. Manfaat dari

USG tersebut adalah kita dapat mengetahui bagaimana keadaan di

dalam rahim dan bagaimana perkembangan sel telur apakah sudah siap

untuk dibuahi atau tidak (Puspita , 2016).


53

E. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Nursalam, 2015). Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam

menghubungkan hasil penemuan dengan teori. Kerangka konsep pada

penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Penyuluhan MJKP Pengetahua


n Ibu WUS

Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
1. Pendidikan
2. Usia
3. Sikap
4. Kepercayaa
n
5. Budaya

: Diteliti

: Tidak Diteliti

: Mempengaruhi

Gambar 2.1 Kerangka konsep pengaruh penyuluhan tentang penggunaan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) terhadap
Tingkat Pengetahuan ibu wanita usia subur (WUS).
54

F. Hipotesa Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan yang diperlukan sebagai jawaban

sementara atas pertanyaan penelitian, yang harus di uji kasahihannya secara

empiris (Nursalam, 2015). Hipotesis dapat dipandang sebagai kesimpulan

yang sifatnya sangat sementara. Sehubungan dengan pendapat itu penulis

berkesimpulan bahwa hipotesis adalah merupakan suatu jawaban atau dugaan

sementara yang bisa dianggap benar dan bisa dianggap salah, sehingga

memerlukan pembuktian dari kebenaran hipotesis tersebut melalui penelitian

yang akan dilakukan.

H0 : Ada pengaruh penyuluhan tentang penggunaan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) terhadap Pengetahuan ibu wanita usia subur

(WUS) di Puskesmas Ganti 2023.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan

kuantitatif dengan desain penelitian pre Experiment. Disebut eksperimen

semu karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri eksperimen

sebenarnya, yaitu tidak dilakukan randomisasi pada pengelompokkan anggota

sampel dan kontrol terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap

eksperimen tidak dilakukan. Variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau

dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan karena eksperimen dilakukan di

masyarakat (Notoatmodjo, 2017).

Desain penelitian yang di gunakan yaitu one group pre tetst post test

design dimana perlakuan dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan

penyuluhan tentang MKJP dengan teknik penyuluhan kelompok metode

ceramah kepada ibu wanita usia subur (WUS) yang menjadi sampel

penelitian. Kemudian diobservasi pengetahuan ibu wanita usia subur (WUS)

sebelum intervensi dan sesudah intervensi.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest


Kelompok perlakuan P1 O P2

Keterangan : P1 : Pre Test

O : Perlakuan

P2 : Post Test

55
56

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau himpunan objek

yang diteliti yang memiliki ciri yang sama (Nursalam, 2017). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua ibu Wanita Usia Subur (WUS) yang ada

di puskesmas Ganti dari bulan November-Januari 2023 sebanyak 100

orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang terpilih dari sampling

tertentu untuk memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2017).

Sampel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagian

Wanita Usia Subur (WUS) yang ada di Puskesmas Ganti.

Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin

(Riyanto, 2013), sebagai berikut :

n= N
1+N (e2)

n= 100
1+100 (0,1)

n= 100
1+(100x0,01)

n = 100
1+1
n = 100
2
n = 50
57

Keterangan :

𝑛 : Ukuran sampel

N : Ukuran populasi

α : Tingkat signifikansi (0,1)

Penetapan responden dipilih sesuai dengan kriteria yang sudah

ditetapkan yaitu sebagian Wanita Usia Subur (WUS) yang ada di

Puskesmas Ganti dengan menetapkan kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2018). Adapun kriteri Inklusi penelitian ini adalah:

1) Wanita Usia Subur dan mempunyai pasangan sah

2) WUS yang bisa baca tulis

3) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria eksklusi pada

penelitian ini :

1) Wanita Usia Subur (WUS) tetapi tidak mempunyai pasangan

2) Dalam keadaan sakit atau berhalangan dalam proses pengambilan

data.

3) Wanita usia subur yang mengalami kelainan ginekologi

4) Wanita usia subur dengan gangguan jiwa

5) Wanita usia subur yang belum memiliki keturunan


58

3. Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2017). Tehnik

sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling

yaitu tehnik yang digunakan dengan pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya (Notoatmojo, 2012).

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 14 Februari sampai 14 Maret 2023.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Ganti Kecamatan Praya Timur

Kabupaten Lombok Tengah.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (soeparto dalam

Nursalam, 2012).

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independen (Variabel bebas)

Variable independen adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lainnya (Nursalam, 2012). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel indevenden adalah “penyuluhan tentang Metode Kontrasepsi


59

Jangka Panjang (MKJP)”.

2. Variable Dependen (variabel terikat)

Variable dependen adalah variable yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2012). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel dependen adalah “Pengetahuan ibu Wanita Usia Subur”.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pengertian variabel yang diungkap dalam

definisi konsep secara operasional, praktik, dan nyata dalam lingkup objek

penelitian atau objek yang diteliti disesuaikan dengan teori yang ada.

Definisi operasional pada penelitian ini dijelaskan pada tabel 3.2 :


Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter/ Alat ukur Hasil Ukur Skala


operasional Indikator
Independen: Kamampuan Dilakukan Penyuluhan Leaflet - -
Penyuluhan responden Dengan metode
tentang dalam Ceramah kepada
MKJP menjawab Kelompok
pertanyaan 1. Pengertian IUD
mengenai & implan
Metode 2. Jenis IUD &
Kontrasepsi Implan
Jangka Panjang 3. Efektivitas IUD
(MKJP) & implan
4. Keuntungan
IUD & implan
5. Efek samping
IUD & Implan
6. Indikasi
pemakaian IUD
& implan
Dependen : Pemahaman 1. Tahu dan Kuisioner 1. Baik : 76- Ordinal
Tingkat responden Paham tentang 100%
Pengetahuan tentang metode MKJP dengan 2. Cukup :
ibu wanita kontrasepsi menggunkan 56-75%
Usia Subur jangka panjang IUD 3. Kurang :
(WUS) 2. Tahu dan <56%
Paham tentang (Arikunto,
MJKP Dengan 2013)
Menggunakan
Implant
60

F. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan data

1. Intervensi

Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penyuluhan

tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) di Puskesmas Ganti.

Menggunakan Leaflet sebagai media. Sebelum penyampaian materi

dilakukan pre test untuk mengukur pengetahuan awal peserta tentang

Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP). Selanjutnya Penyuluhan ini

dilakukan dengan menggunakan metode penyuluhan kelompok. Diawali

dengan ceramah, yaitu pemaparan materi oleh peneliti, kemudian diskusi

tanya jawab antara peserta, dan pemateri.

Setelah penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang

(MJKP) selesai dilaksanakan, diakhir acara dilakukan evaluasi proses

dengan cara memberikan pertanyaan kepada peserta dan meminta peserta

untuk menyimpulkan materi penyuluhan yang disampaikan oleh peneliti.

2. Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah

dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis sehingga lebih mudah diolah (Iqbal, 2012). Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Leaflet sebagai media

penyuluhan Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) dan

kuesioner sebagai alat ukur pengetahuan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

oleh Rizki Hangriani (2016) yaitu kuesioner dengan model Benar


61

dan Salah. Dimana Kuesioner tersebut dibuat sedemikian rupa

sehingga Responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada

jawaban yang sudah ada dari 2 (dua) penggunaaan Metode

Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) yaitu Intra Uterine Device

(IUD) dengan 10 item pernyataan dan Implant dengan 10 item

pernyataan di mana jumlah keseluruan pernyataan sebnayak 20 item

pernyataan didapatkan hasil uji validitas r hitung lebih besar dari r

table 0,444 dan hasil corelasi reliabilitas variabel ini terdapat 0,775.

3. Tehnik Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subyek

atau responden dan proses pengumpulan subyek yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Hidayat, 2012).

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

penelitian. Pengambilan data primer selama penelitian ini

menggunakan Data dari catatan medik pasien, berupa catatan identitas

pasien, pendidikan, usia, pekerjaan dll.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan data primer. Proses

pengumpulan datanya yaitu dengan cara mengumpulkan responden

dalam suatu pertemuan, membagikan lembaran kuesioner sebagai pre

test, kemudian memberikan penyuluhan kepada responden mengenai

metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), setelah penyuluhan

selesai, peneliti membagikan lembaran kuesioner sebagai post test.


62

b. Data Skunder

Data sekunder merupakan informasi yang diperoleh dengan

penggunaan dokumen ataupun umumnya diistilahkan dengan data

yang tidak langsung. (Sugiyono, 2018). Data sekunder untuk riset ini

ditemukan di data Puskesmas Ganti.

G. Pengolahan Data

Metode pengolahan data yaitu menjelaskan langkah-langkah

pengolahan data yang telah terkumpul atau penelitian kembali dengan

pengecekan validitas data, proses pengklasifikasian data dengan mencocokan

pada masalah yang ada, mencatat data secara sistematis dan konsisten dan

dituangkan dalam rancangan konsep sebagai dasar utama analisis. Menurut

Notoatmodjo (2014), langkah-langkah pengolahan data secara manual pada

umumnya melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

a. Mengecek nomor responden dan kelengkapan identitas responden

dalam check list

b. Menghitung banyaknya lembaran check list yang telah diisi untuk

mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.

c. Mengecek kelengkapan data yang telah diisi.

2. Coding

Coding adalah suatu proses pemberian angka pada setiap pertanyaan yang

terdapat pada kuesioner, yaitu sebagai pengganti substansi pertanyaan.

Pembuatan kode dimaksudkan untuk menyederhanakan judul kolom dalam

proses entry data (memasukkan atau tabulasi data) yaitu :


63

a. Penyuluhan metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

1) Sebelum dilakukan penyuluhan : 1

2) Sesudah dilakukan penyuluhan : 2

b. Tingkat pengetahuan

1) Baik : 1

2) Cukup : 2

3) Kurang : 3

3. Scoring

Scoring merupakan pemberian skor pada data-data sekunder dan primer

yang telah diberi kode dan selanjutnya memberikan nilai dan bobot pada

data tersebut

a) Baik : Skor 76-100%

b) Cukup : Sekor 56-75%

c) Kurang : Skor <56%

4. Data entry (memasukkan data)

Peneliti akan memasukkan data yaitu kegiatan data-data hasil penelitian ke

data komputer melalui program excel setelah dilakukan pengecekkan

ulang terhadap data yang meliputi seluruh variable penelitian dari jawaban

responden.

H. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan distribusi setiap variabel penelitian dan akan

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel


64

(Nursalam, 2014). Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan masing-masing proporsi variabel yang diteliti dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi. Analisis univariat dalam penelitian

ini yaitu tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) dengan menggunakan analisis data frekuensi dan

persentase.

f
P= x 100 %
n

Keterangan

P : Persentase

f : Frekwensi

n : jumlah sample

2. Analisis Bivariat

Analisis ntara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam

penelitian ini mempunyai 2 variabel yang terdiri dari 1 variabel independen

dan 1 variabel dependen. Penyuluhan tentang metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP) dengan merupakan variabel independen, sedangkan

tingkat pengetahuan ibu WUS merupakan variabel dependen. Setelah

pengumpulan data selesai dilaksanakan, maka data tersebut diolah dan di

analisis dengan uji statistik yang digunakan adalah T-test, dengan

menggunakan derajat kepercayaan 0,05 %. Adapun dari yang digunakan

adalah berdasarkan hasil perhitungan statistik yaitu ;

a. Jika probabilitas (p value) ≤ 0,05 berarti ada Pengaruh yang bermakna

antara variabel independen dengan dependen.


65

b. Jika probabilitas (p value) > 0,05 berarti tidak ada Pengaruh yang

bermakna antara variabel independen dengan dependen.

Analisis data menggunakan perangkat lunak (soft ware) SPSS

For Windows Versi 20.00 (santoso, 2012).

I. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2015), etika penelitian meliputi:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuannya adalah

agar responden mengerti maksud, tujuan dan dampak penelitian yang

dilakukan. Jika responden bersedia, maka harus menandatangani lembar

persetujuan, jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak responden.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Peneliti akan menjelaskan bentuk kuesioner dengan tidak perlu

mencantumkan nama lengkap pada lembar pengumpulan data tetapi

hanya menuliskan inisial, pekerjaan dan pendidikan pada lembar

pengumpulan data. Hal tersebut akan dilakukan untuk memberikan

kenyamanan kepada responden yang telah sukarela berpartisipasi dalam

penelitian ini.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti akan menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Upaya yang akan dilakukan peneliti

untuk menjaga kerahasiaan data yang diberikan oleh responden


66

diantaranya dengan tidak mempublikasikan kepada pihak yang tidak

berkepentingan.

J. Alur Penelitian

Rekomendasi dari Rekomendasi Dikes


Penentuan Loteng untuk penentuan
Judul Kampus ke
BAKESBANGPOLDAG lokasi penelitian dan
Penelitian pengambilan data
RI
Kabupaten

Rekomendasi Puskesmas
Membuat check list Menentukan besar Ganti untuk lokasi
sebagai alat bantu populasi, sampel dan penelitian
penelitian tehnik Sampling

Kesimpulan Hasil
Melakukan Menganalisis dan Penelitian
Penelitian di Mengolah Data
Puskesmas Ganti

Gambar 3.1. Alur Penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

a. Letak Geografis

UPTD Puskesmas Ganti adalah salah satu dari dua Puskesmas

di Kecamatan Praya Timur yang berstatus Puskesmas Rawat Inap.

UPTD Puskesmas Ganti didirikan di atas lahan seluas 4800 m2 dengan

luas bangunan 601.75 m2. UPTD Puskesmas Ganti terletak dibagian

Timur Kecamatan Praya Timur yang berbatasan langsung dengan

wilayah kerja Puskesmas Mujur Kecamatan Praya Timur dan

merupakan puskesmas perbatasan antara Kabupaten Lombok Tengah

dan Kabupaten Lombok Timur dengan jarak sekitar 14 km dari ibu

kota Kabupaten dengan waktu tempuh sekitar 20-25 Menit.

Puskesmas Ganti adalah salah satu Puskesmas dari dua Puskesmas

yang ada di wilayah Kecamatan Praya Timur dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut :

Sebelah Utara : wilayah kerja Puskesmas Janapria

Sebelah Selatan : wilayah kerja Puskesmas Truwai

Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten Lombok Timur

Sebelah Barat : wilayah kerja Puskesmas Mujur

b. Demografis

Secara demografis jumlah penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Ganti adalah 24.667 jiwa yang terdiri dari 12.158 KK

67
68

sebanyak 30.861 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 14.822 jiwa

dan penduduk perempuan 16.039 jiwa. Sedangkan berdasarkan

penyebarannya, penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ganti adalah di

Desa Ganti 4.278 jiwa, Desa Beleka 2.993 jiwa, Desa Semoyang

2.420 jiwa, Desa Bilelando 2.102 jiwa, dan di Desa Landah 2.127 jiwa.

c. Sarana Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Ganti terdiri dari 1 buah Puskesmas Perawatan, 4 buah Puskesmas

Pembantu dan 4 buah Polindes, yaitu Puskesmas Pembantu Beleke,

Puskesmas Pembantu Semoyang, Puskesmas Pembantu Landah dan

Puskesmas Pembantu Bilelando. Kemudian Pos Kesehatan Desa

( Poskesdes) yaitu Poskesdes Beleke, Poskesdes Semoyang, Poskesdes

Landah dan Poskesdes Bilelando.

d. Ketenagaan Puskesmas

Jumlah tenaga yang ada di Puskesmas Ganti adalah sebanyak 124

orang yang terdiri dari tenaga Medis dan Non Medis. Untuk lebih jelasnya

jenis ketenagaan di Puskesmas Ganti yaitu Dokter umum 3 orang, Perawat 51

orang, Kesehatana masyarakat 3 orang, Sanitarian 1 orang, Nutrisionos 3

orang, Apoteker 6 orang, Administrasi 3 orang, Kebidanan 43 orang, Analisis

2 orang, Perawat Gigi 1 orang, dan Tenaga Teknis lainya 8 orang.


69

2. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden
1) Usia
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Wanita Usia
Subur (WUS) di Puskesmas Ganti

Usia Frekuensi Persentase (%)


>20 tahun 8 16
20-35 tahun 27 54
<35 tahun 15 30
Total 50 100
Sumber : Data primer 2023

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 50

responden sebagian besar berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 27

orang (54%) dan usia >20 tahun sebanyak 8 orang (16%).

2) Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan tingkat


pendidikan Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas
Ganti
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Tidak tamat sekolah 3 6
Tamatan SD 2 4
Tamatan SMP 3 6
Tamatan SMA 29 58
Sarjana 13 26
Total 50 100
Sumber : Data primer 2023

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 50

responden tingkat pendidikan sebagian besar yaitu lulusan SMA

29 orang (58%) dan sebagian kecil yaitu lulusan SD sebanyak 2

orang (4%).
70

3) Pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan


Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Ganti
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
IRT 22 44
Petani 6 12
Wirausaha 9 18
Swasta 8 16
PNS 5 10
Total 50 100
Sumber : Data primer 2023

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 50

responden berdasarkan pekerjaan sebagian besar yaitu IRT

sebanyak 22 orang (44%) dan sebagian kecil yaitu PNS sebanyak

5 orang (10%).

b. Tingkat Pengetahuan Sebelum Pemberian Penyuluhan tentang


Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) di Puskesmas Ganti

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum pemberian


penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang
(MJKP) di Puskesmas Ganti

Tingkat Kecememasan Frekuensi (n) Persentase (%)


Baik 11 22
Cukup 20 40
Kurang 19 38
Total 50 100
Sumber : Data primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 50 responden

berdasarkan tingkat Pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan

tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) sebagian besar

pengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 orang (40%) dan pengetahuan

baik sebanyak 11 orang (22%).


71

c. Tingkat Pengetahuan setelah pemberian penyuluhan tentang


Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) di Puskesmas Ganti

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan setelah


pemberian penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka
Panjang (MJKP) di Puskesmas Ganti

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)


Baik 27 54
Cukup 21 42
Kurang 2 4
Total 50 100
Sumber : Data primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 50 responden

berdasarkan tingkat Pengetahuan setelah diberikan penyuluhan

tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) yang sebagian

besar yaitu pengetahuan Baik sebanyak 27 orang (54%) dan tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (4%).

3. Analisa Bivariat

a. Uji Normalitas

Data yang didapatkan dilakukan pengujian uji normalitas

untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak normal. Pengujian

normalitas data di penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov

dikarenakan jumlah responden > 50 responden.

Tabel 4.6 Uji Normalitas

Sig Kesimpulan
Pengetahuan Sebelum 0,200 Normal
Pengetahuan Sesudah 0,096 Normal

Berdasarkan table 4.6 didapatkan nilai signifikansi

Kolmogorov-Smirnov pada variabel pengetahuan sebelum adalah

0,200, variabel pengetahuan sesudah didapatkan nilai signifikansi


72

adalah 0,096, maka dapat disimpulkan distribusi data adalah normal

karena nilai signifikansi p-value > 0.05.

b. Hasil analisis pengaruh penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi


Jangka Panjang (MJKP) terhadap Tingkat pengetahuan Wanita
Usia Subur (WUS) di Puskesmas Ganti

Tabel 4.7 Pengaruh penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka


Panjang (MJKP) terhadap Tingkat pengetahuan Wanita
Usia Subur (WUS) di Puskesmas Ganti.

Tingkat Pengetahun Nilai


sing
Penyuluha Total
Baik Cukup Kurang (P-
n
value)
n % n % n % n %
Sebelum 11 22 20 40 19 38 50 100 0,000
Sesudah 27 54 21 42 2 4 50 100
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa tingkat Pengetahuan

sebelum diberikan penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka

Panjang (MJKP) sebagian besar pengetahuan cukup yaitu sebanyak 20

responden (40%) sedangkan setelah diberikan penyuluhan tentang

Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) sebagian besar tingkat

pengetahuan baik yaitu sebanyak 27 responden (54%).

Berdasarkan tabel di atas hasil uji statistik t-test diperoleh nilai

rerata tingkat Pengetahuan responen sebelum penyuluhan tentang

Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) sebesar 63,700 dan sesudah

penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP)

diperoleh rerata tingkat Pengetahuan sebesar 75,600. Nilai rerata

menunjukkan adanya peningkatan sebesar 11,900 tingkat Pengetahuan

pada Wanita Usia Subur (WUS). Nilai p diperoleh sebesar 0,000, lebih

kecil dari taraf signifikan 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan

penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP)


73

terhadap Tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas

Ganti.

B. PEMBAHASAN

1. Univariat

a. Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) sebelum


pemberian penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka
Panjang (MJKP) di Puskesmas Ganti.

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 50 responden

berdasarkan tingkat Pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan

tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) sebagian besar

pengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 orang (40%) dan pengetahuan

baik sebanyak 11 orang (22%).

Pengetahuan adalah keseluruhan pikiran, gagasan, ide,

konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan

segala isinya termasuk manusia dan isinya. (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan juga merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

melakukan penginderaan terjadi melalui panca indera manusia dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari

pengetahuan-pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2012).

Wanita Usia Subur atau WUS adalah wanita yang memiliki

usia reproduktif dari sejak mendapat haid pertama hingga berhentinya

haid antara usia 15-49 tahun dengan status belum menikah, menikah

atau janda yang masih berpotensi untuk memiliki keturunan


74

(Firmansyah dkk, 2020).

Pendidikan kesehatan tentang kontrasepsi juga sangat

berpengaruh terhadap motivasi ibu dalam penggunaan kontrasepsi.

Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan

bahwa terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan peer group

terhadap motivasi ibu menggunakan kontrasepsi IUD di Dusun

Tukharjo Purwoharjo Samigaluh Kulon Progo Yogyakarta (Baihaqi,

2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Inggit Pratiwi dan Ulfa

Fadilla (2019) menyatakan bahwa pada informasi internal akseptor

yang menjawab belum mendapatkan informasi sebanyak 53 orang

(73,6%) yang menjawab sudah mendapatkan infromasi sebanyak 19

orang (26,4%) artinya masih banyak PUS atau WUS yang minim

informasi sehingga diperlukan adanya konseling lanjut.

Tenaga kesehatan dan para tenaga lain merupakan pendorong

atau penguat prilaku sehat pada masyarakat untuk mencapai

kesehatan, maka tenaga kesehatan harus memperoleh pendidikan

pelatihan khusus tentang kesehatan atau pendidikan kesehatan dan

ilmu prilaku. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wahyuningsih dan Fatmawati (2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat pengetahuan WUS

terhadap MJKP yaitu Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap

jenis-jenis kontrasepsi jangka panjang membuat program KB seakan

berjalan di tempat dan penggunaan MKJP menunjukan sebagian besar


75

berpengetahuan kurang. Sedangkan dalam hasil sebelum penyuluhan

kepada setiap responden menunjukkan tingkat pengetahuan terhadap

MKJP sangat rendah bahkan pada beberapa individu baru mendengar

istilah tersebut.

b. Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) setelah


pemberian penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka
Panjang (MJKP) di Puskesmas Ganti.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 50 responden

berdasarkan tingkat Pengetahuan setelah diberikan penyuluhan

tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) sebagian besar

pengetahuan baik yaitu sebanyak 27 orang (54%) dan pengetahuan

kurang sebanyak 2 orang (4%).

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah

alat kontrsepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan

kehamilan bahkan mengontrol kesuburan dengan menurunkan

kesuburan yang di gunakan dalam jangka panjang. Kontrasepsi Jangka

panjang merupakan metode kontrasepsi yang digunakan dalam jangka

panjang dengan efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaian

tinggi dengan angka kegagalan yang rendah. Alat kontrasepsi jangka

panjang berdasarkan waktu penggunaan adalah alat kontrasepsi yang

digunakan secara terus menerus selama minimal 3 tahun seperti

penggunaan Implant/susuk/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

kurang dari waktu penggunaan tersebut dapat dikatakan alat

kontrasepsi jangka pendek (Maziyyah, 2015).


76

Ketepatan pemilihan media dalam penyuluhan akan

mempengaruhi hasil yang diharapkan. Media yang dipilih dalam

penyuluhan harus optimal sehingga proses penyuluhan dapat berjalan

dengan efektif. Berdasarkan jenisnya, media dibedakan menjadi tiga

jenis yaitu media audio, madia visual dan media audio visual

(Mubarak dkk., 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peningkatan

pengetahuan dapat dilihat dari kemampuan responden dalam

menjawab soal pretest dan postest. Sebelum pretest soal yang dijawab

benar sebagian besar mengalami peningkatan sedangkan soal yang

dijawab salah sebagian besar mengalami penurunan saat posttest.

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa setelah

mendapatkan pendidikan kesehatan pengetahuan responden

mengalami peningkatan karena mereka sudah mendapatkan informasi

secara jelas. Adapun terkait peningkatan tingkat pengetahuan sebelum

dan sesudah di berikan dimana responden antusias untuk

mendengarkan arahan dari penyuluhan yang di berikan terutama

banyak yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan setelah penyuluhan

yang diberikan.

2. Bivariat Analisis pengaruh penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi


Jangka Panjang (MJKP) terhadap Tingkat pengetahuan Wanita Usia
Subur (WUS) di Puskesmas Ganti

Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji statistic t-test diperoleh nilai rerata

tingkat Pengetahuan responen sebelum penyuluhan tentang Metode

Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) sebesar 63,700 dan sesudah


77

penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) diperoleh

rerata tingkat Pengetahuan sebesar 75,600. Nilai rerata menunjukkan

adanya peningkatan tingkat Pengetahuan pada Wanita Usia Subur (WUS)

sebesar 11,900. Nilai p diperoleh sebesar 0,000, lebih kecil dari taraf

signifikan 0,05 artinya ada pengarauh yang signifikan penyuluhan tentang

Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) terhadap Tingkat

pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Ganti.

Penyuluhan adalah suatu edukasi dalam aspek promotif untuk

meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki perilaku sasaran serta dapat

menerapkan perilaku sehat dalam kehiduapan sehari-hari (Ilyas dan Putri,

2012).

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah alat

kontrsepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan bahkan

mengontrol kesuburan dengan menurunkan kesuburan yang di gunakan dalam

jangka panjang. Kontrasepsi Jangka panjang merupakan metode kontrasepsi yang

digunakan dalam jangka panjang dengan efektivitas dan tingkat kelangsngan

pemakaian tinggi dengan angka kegagalan yang rendah. Alat kontrasepsi jangka

panjang berdasarkan waktu penggunaan adalah alat kontrasepsi yang digunakan

secara terus menerus selama minimal 3 tahun seperti penggunaan Implant/

susuk/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) kurang dari waktu penggunaan

tersebut dapat dikatakan alat kontrasepsi jangka pendek (Maziyyah, 2015).

Penelitian ini sejalan dengan susilawati, 2018 semakin tinggi

tingkat pengetahuan seseorang maka semakin mudah mencerna semua

informasi yang diperoleh, sehingga segala keputusannya didasari atas


78

pemikiran yang rasional (Susilawati, 2018).

Penelitian sesuai dengan penelitian Rotie dkk (2015)

keberhasilan suatu penyuluhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan. Faktor penyuluh terdiri dari

persiapan yang matang, penguasan materi, penampilan yang

menyakinkan, bahasa yang digunakan, bantuan peralatan. Assagaf (2018),

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Diniarti (2017) yang mengatakan bahwa ada pengaruh penyuluhan Intra

Uterine Device (IUD) dengan minat menggunakan IUD pada Wanita usia

35-44 tahun di Keluruhan Tegal, Danurejen Yogyakarta ditunjukan

dengan hasil analisis Wilcoxon test nilai sig 0,005 dengan nilai p-value.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Tahu

diartikan sebagai kata kerja untuk mengukur tentang apa termasuk

mengingat kambali (recall) sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka

semakin banyak dan jelas pula pengetahuan dan pemahaman yang

diperoleh dari suatu informasi (Notoatmodjo, 2014).

Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan kader dan bidan

desa dalam memberikan pendidikan kesehatan. Peneliti memberikan

pemahaman kontrasepsi jangka panjang menggunakan media Leaflet dan

tanya jawab langsung kepada responden dengan harapan setelah diberikan

pendidikan kesehatan wanita usia subur dapat meningkatkan


79

pengetahuannya berKB terutama menggunakan kontrasepsi jangka

panjang. Jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan di wilayah

tersebut adalah suntik, hal ini dikarenakan pemahaman responden tentang

alat kontrasepsi jangka panjang masih terbatas dan rendahnya motivasi

yang diberikan bidan karena hanya diberikan saat setelah melahirkan serta

adanya suara sumbang dari lingkungannya yang mengerikan misalnya,

timbul rasa nyeri ketika pemasangan, nyeri ketika berhubungan, dan yang

paling banyak adalah karena malu ketika proses pemasangan.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses

penelitian ini, keterbatasan yang dialami dapat menjadi perhatian bagi peneliti

yang akan datang untuk lebih menyempurnakan penelitiannya. Beberapa

keterbatasan dalam penelitian tersebut, antara lain :

1. Untuk mengumpulkan responden sangat sulit dilakukan karna jarak atau

tempat tinggal masing-masing responden cukup jauh.

2. Waktu dalam melakukan penyuluhan sangat terbatas dan banyak

responden yang datang tidaak tepat waktu sehingga peneliti melakukan

penyampaian materi kembali.

3. Keterbatasan peneliti yaitu setelah di berikan penyuluhan lefleat yang di

berikan kemudian di tarik kembali agar hasil jawaban pertanyaan

kuesioner sesuai dengan tingkat pengetahuan masing-masing responden.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Tingkat Pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan tentang Metode

Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) sebagian besar pengetahuan cukup

yaitu sebanyak 20 orang (40%) dan pengetahuan baik sebanyak 11 orang

(22%).

2. Tingkat Pengetahuan setelah diberikan penyuluhan tentang Metode

Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP) sebagian besar pengetahuan baik yaitu

sebanyak 27 orang (54%) dan pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (4%).

3. Hasil uji statistik diperoleh nilai rerata tingkat Pengetahuan responen

sebelum penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP)

sebesar 63,700 dan sesudah penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka

Panjang (MJKP) diperoleh rerata tingkat Pengetahuan sebesar 75,600.

Nilai rerata menunjukkan adanya peningkatan tingkat Pengetahuan pada

Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 11,900. Nilai p diperoleh sebesar

0,000, lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 artinya ada pengarauh yang

signifikan penyuluhan tentang Metode Kotrasepsi Jangka Panjang (MJKP)

terhadap Tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas

Ganti.

80
81

B. Saran

1. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembanding

penelitian-penelitian selanjutnya, untuk penelitian selanjutnya dapat

melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan MKJP pada wanita usia subur dalam program KB yaitu

mencegah kehamilan.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan agar dapat pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh

selama perkuliahan dan memperoleh pengetahuan serta wawasan

mengenai penyuluhan tentang MJKP terhadap tingkat pengetahuan WUS.

3. Bagi Pihak Puskesmas Ganti

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

pertimbangan bagi pengelola dapat menjadi bahan masukan yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan dan pelayanan kebidanan dapat menimbang kembali

kegiatan penyuluhan agar dijadikan sebagai alternatif dalam menurunkan

Pengetahuan dan mengurangi keluhan yang dialami WUS.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, 2011 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Pt. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ahmad, 2015 Metode Penelitian Administrasi Publik. Yogyakarta :Gava Media

Arsyad, 2012 Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Edisi Kedua

Badriyah, 2014 Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan 1. Bandung : CV


Pustaka Setia.

Baihaqi, 2018 Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan 1. Bandung : CV


Pustaka Setia.

BKKBN, 2014 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Pt. Bina
Pustaka.

BKKBN, 2020 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Budiharto, 2015 Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Dengan Pendekatan Fuzzy


Servqual Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan (Studi
Kasus Di Bengkel Resmi BAJAJ Padang). Jurnal TEKNOIF Vol. 3
No.

Daryanto, 2017 Manajemen Penilaian Kinerja Karyawan. Cetakan 1. Yogyakarta :


Gava Media.

Depkes, 2013 Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan


pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Ewles dkk, 2012 Educational Assesment Ettitudes, copetense, knowledge, and


practices: An Exploratory Study of Muscat Teacher in the Sultanate
of Oman. Journal of Education and Learning, Volume 1, Nomor 2.
http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1081333.pdf diakses pada 27
Nopember 2022

Fauziah, 2012 Buku Ajar Maternitas Kehamilan. Jakarta : Kencana Prenada


Media

Fitriani, 2013 Dampak Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI


terhadap Status Gizi Bayi Usia 8-12 Bulan di Kecamatan Seberang
Ulu I Palembang .Jurnal Sari Pediatri, Vol. 15, No. 4, Desember
2013

Harahap, Hairani, & Dewi , 2019 Hubungan Dukungan Suami dan Umur
Akseptor KB Dengan Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD .
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA , 2.
Hidayat, 2012 Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. (D. Sjabana, Ed.) (1st ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Hidayati, 2019 Penentuan Kadar Betakaroten Pada Wortel (Daucus carota, L)


Mentah dan Wortel Rebus dengan Spektrofotometri Visibel. Jurnal
Farmasi Sains dan Praktis. Vol. V No 1. Hal : 7-13

Ilyas dan Putri, 2012 Efek Penyuluhan Metode Demonstrasi Menyikat Gigi
Terhadap Penurunan Indeks Plak Gigi pada Murid Sekolah Dasar.
Demonstrasi Jurnal Kedokteran Gigi. 2012; 11 (2): 91

Iqbal, 2012 Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi dalam Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.

Irianto K, 2015 Kesehatan Reproduksi. Bandung: Alfabeta

Ismail & Mat Rohani, 2017 Faktor-Faktor Ketidaksuburan Wanita Berkejaya.


Fikiran Masyarakat, 97.

Jannah, 2012 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: C.V Andi
Offset.

Kamariyah, 2014 Buku Ajar Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika

Kemenkes RI, 2014 Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2014 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Lestari, 2011 Tips Praktis Mengetahui Masa Subur. Jogyakarta: Kata Hati

Lestari, 2012 Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik


Dalam Keluarga. Jakarta: Kencana.

Lia Dewi, 2011 Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Lia Dewi, 2012 Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

Manuaba, 2014 Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Unttuk Pendidikan


Bidan. Jakarta : EGC

Marliza, 2013 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk
Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi Di Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan. Jurnal Maternity and Maternal. Vol 1.
No 2.

Mayasari dkk, 2019 Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat penghasilan


Orang Tua Terhadap Aspirasi Melanjutkan Studi. Jurnal Bimbingan
Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Maziyyah, 2015 Evaluasi Input Program KB MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang) Di Kabupaten Magelang’, Skripsi Program Studi Sarjana
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Semarang, diakses 23 September 2018

Molika Sitompul, 2015 Panduan Pintar menghitung Masa Subur. Jakarta: Kunci
Aksara.

Mubarak dan Chayanti 2013 Ilmu keperawatan komunitas I. Jakarta : Salemba.

Mubarak dkk., 2012 Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi dalam
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, 2012 . Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, 2013 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2017 Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, 2018 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurmalita Sari dkk., 2020  Dasar – Dasar Komunikasi. Kesehatan, Yayasan Kita
Menulis; Medan

Nursalam, 2015 Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Nursalam, 2017 Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P.


P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Nurwulan, 2013 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada


Pasien Pre Anestesi Dengan Tindakan Spinal Anestesi di RSUD
Sleman.Skripsi: Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Prathita, Syahredi, & Lipoeto, 2017 Hubungan Status Gizi dengan Siklus
Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas.

Profil Dinas Kesehatan NTB, 2021 Profil kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
barat.

Profil Kesehatan RI, 2021 Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta: Kemenkes
RI.

Proverawati dkk, 2014 Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha


Medika. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan
Usia.

Purwaningsih, U. 2013 Model Caring Islami Terhadap Peningkatan Kepuasan


Pasien. Jurnal Ners, Vol 8 No 1. Al-Qur‟an
Purwoastuti dkk, 2015 Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Jakarta :
Erlangga

Puspita , 2016 Panduan Cepat Mendapatkan Buah Hati. Jogjakarta: CV Diandra


Primamitra Media

Putri dan Oktaria, 2016 Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD) Sebagai Alat.
Kontrasepsi. Jurnal Majority, 5(4), 138–141

Rahmatullah, 2019 Menjalani Kehamilan dan Persalinan Yang Sehat. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama

Riduwan, 2014 . Determinan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: CV. Trans Info
Media; 2014.

Riyanto, 2013 Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

santoso, 2012 Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Setiyaningrum, 2015 Pelayanan Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi


Edisi Revisi. Jakarta: CV Trans Info Media.

Setyawan, 2013 Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja


Karyawan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruan Malang”.
Jurnal Ilmu Manajemen. Vol 1, No 4; Juli 2013.

Siswosudharmo, 2009 Obstetri Fisiologi. Cetakan Pertama. Pustaka Cendekia:


Jogyakarta.

Suparni dkk, 2016 Menopause Masalah Dan Penanganannya. Yogyakarta: CV


Budi Utama.

Suratman, 2012 Statistika untuk Penelitian.Yogyakarta: Graha Ilmu

Trianziani, 2018 “Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Oleh Petugas


Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Di Desa Karangjaladri
Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran.” Jurnal Moderat
4(4):131–49.

Triyana, 2013 Panduan Klinis Kehamilan Dan Persalinan. Jogyakarta: DMedika.

Wati, 2016 Ragam Media Pembelajaran Visual, Audio Visual, Komputer,


Power Point, Internet, Interactive Video. Kata Pena.

Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Ibu/Wanita Usia Subur
di-
TEMPAT

Dengan hormat,
Peneliti adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) HAMZAR
Lombok Timur – NTB yang akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Penyuluhan Tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MJKP)
Terahadap Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di Wilayah Puskesmas
Ganti Lombok Tengah”.
Dengan identitas diri sebagai berikut :
Nama : Ria Husnun Aprilia
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat rumah : Maspanji, Desa Janapria Kecamatan Janapria
Kab. Lombok Tengah, NTB 83554

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir program studi S-1 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
HAMZAR Lombok Timur – NTB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
“Pengaruh Penyuluhan Tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MJKP) Terahadap Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di Wilayah
Puskesmas Ganti Lombok Tengah”
Apabila Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini diharapkan untuk
menandatangani lembar pernyataan bersedia menjadi responden.
Atas kesediaan dan kerja sama Ibu, peneliti mengucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Ria Husnun Aprilia


Lampiran 2

PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

yang bertanda tangan/cap jempol di bawah ini :

Nama : _____________________________________

Umur : _____________________________________

Jenis kelamin : _____________________________________

Agama : _____________________________________

No. responden : _____________________________________

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang

berjudul “Pengaruh Penyuluhan Tentang Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MJKP) Terahadap Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) di

Wilayah Puskesmas Ganti Lombok Tengah” Menyatakan setuju/tidak setuju

diikut sertakan dalam penelitian sebagai sampel, dengan catatan sewaktu-waktu

jika saudara dirugikan dalam bentuk apapun dapat membatalkan persetujuan ini.

Saya percaya setiap informasi yang saudara berikan kepada peneliti akan

tetap dijaga kerahasiaannya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesadar-sadarnya dan

tanpa paksaan dari pihak manapun, serta digunakan sebagaimana mestinya.

Ganti, 15 Februari 2023

Responden

(.....................................)
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENYULUHAN METODE KONTRASEPSI JANGKA
PANJANG (MKJP) TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA
SUBUR (WUS) DI WILAYAH PUSKESMAS
GANTI LOMBOK TENGAH
Petunjuk Pengisian
1. Jawablah pertanyaan berikut dengan cara memberi tanda check list()
I. IDENTITAS
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Jumlah Anak :
Alamat :

II. PENGETAHUAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG


(MKJP)
A. Intra Uterine Device (IUD)
No. Pernyataan Benar Salah
1. IUD (spiral) merupakan alat kontrasepsi
yang dipasang dibawah kulit lengan.
2. Copper-T merupakan salah satu jenis dari
IUD/AKDR
3. IUD/AKDR merupakan alat kontrasepsi
efektifitas tinggi, hanya 1-3 kehamilan per
100 wanita per tahun
4. Salah satu efek samping menggunakan IUD (spiral)
adalah darah haid lebih banyak.
5. Wanita yang sedang haid bisa dipasang IUD (spiral).
6. IUD/AKDR mempengaruhi hubungan
seksual
7. Wanita yang sedang menyusui tidak
disarankan
menggunakan IUD (spiral) karena IUD
(spiral) mempengaruhi produksi ASI.
8. Cara penggunaaan kontrasepsi IUD/spiral adalah
dimasukkan ke dalam rahim
9. IUD (Spiral) merupakan alat kontrasepsi
hormonal
10. Apabila ukuran Rahim kurang dari 5 cm maka
tidak bisa menggunakan IUD (Spiral)
B. Implan
No Pernyataan Benar Salah
1. Implan (susuk) adalah alat kontrasepsi
yang ditanam di dalam rahim wanita.
2. Masa kerja implan (susuk) ada yang 3 tahun
dan ada yang 5 tahun.
3. Wanita yang sedang menyusui tidak
disarankan menggunakan implan
(susuk) karena implan (susuk)
mempengaruhi produksi ASI.
4. Salah satu efek samping menggunakan
implan (susuk) adalah terjadi
perubahan pola haid berupa bercak/
flek (spotting).
5. Jika seorang wanita hamil atau diduga hamil
boleh menggunakan KB Implan
6. KB Implan (susuk) mrupakan alat kontrasepsi
jangka panjang
7. Kontrasepsi implan digunakan dengan cara
dimasukkan di bawah kulit
8. KB Implan sangat efektif (0,2-1 kehamilan per
100 wanita
9. Wanita dengan tekanan darah >180/110 MmHg
boleh menggunakan alat kontrasepsi Implan
10. Indoplan merupakan jenis Implan 2 batang dengan
lama kerja 3 tahun
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Bahasan

1. Pokok Bahasan : Kontrasepsi Jangka Panjang

2. Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian alat-alat Kontrasepsi

2. IUD/AKDR

3. Kontrasepsi Implan

A. Tujuan :

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 25 menit, diharapkan

ibu mengerti mengenai alat kontrasepsi jangka panjang.

2. Tujuan instruksional khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit, ibu diharapkan akan

mampu :

a. Menyebutkan macam-macam alat kontrasepsi jangka panjang

b. Menyebutkan keuntungan dan kerugian dari masing-masing alat

kontrasepsi tersebut.

B. Sasaran

Sasaran penyuluhan adalah Wanita Usia Subur untuk menunda,

menjarangkan kehamilan atau menghentikan .

C.    Metode

Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi.

D.    Waktu dan Tempat Penyuluhan

1. Hari/ tanggal :
2. Waktu :
3. Tempat :
E.     Media Penyuluhan

Leaflet

F.     Rencana Pelaksanaan :

No Kegiatan Peserta Waktu


1 Pembukaan
a. Membuka penyuluhan
Peserta menjawab salam
dengan mengucapkan
salam
Mengerti tujuan
b. Menjelaskan tujuan 15 menit
penyuluhan
penyuluhan
Peserta menyepakati
c. Kontrak waktu
Menjawab Kuesioner
d. Pretest
2 Proses :
Menjelaskan materi mengenai
Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang:
25
1. Macam-Macam Alat Memperhatikan materi
menit
Kontrasepsi Jangka yang diberikan
Panjang
2. AKDR .
3. Kontrasepsi Implan
3. Evaluasi Tanya jawab 15 Menit
Menanyakan kembali
Post test Menjawab Kuesioner
4 Penutupan :
a) Memberikan Memperhatikan
kesimpulan 2 menit
b) Mengucapkan salam Menjawab salam
penutup

G. Sumber

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

journal.unnes.ac.id

Zangpriboemi.blogspot.co.id/2012/10/pandangan-islam-terhadap-vasektomi-
dan.html?m=1
www.sridianti.com/vasektomi-keuntungan-dan-kerugian.html

https://www.seksualitas.net/vasektomi.htm
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian alat-alat kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan pencegahan terjadinya kehamilan/konsepsi

(bukan aborsi).  Alat kontrasepsi merupakan alat yang digunakan untuk

mencegah terjadinya suatu kehamilan.

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak

anak yang diinginkan. (Sulistyowati, 2011 : 12)

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 keluarga berencana

merupakan upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Hanafi hartanto, 2013).

Menurut WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yang membantu

individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,

mengatur interval diantara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam

keluarga. (Hanafi hartanto, 2013)

B. Alat Kontrasepsi Jangka Panjang

1. Kontrasepsi IUD/AKDR

a. Pengertian

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat atau

benda yang dimasukan ke dalam rahim yang efektif, reversible, dan

berajngka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia

produktif (saifuddin, 2006).

AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu alat yang dimasukaan
ke dalam rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi. AKDR atau IUD

atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastic yang

lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon

dan dimasukan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai

benang (Handayani, 2010).

b. Jenis-jenis Kontrasepsi IUD/AKDR

1) IUD yang terbuat dari plastik (Lippes loop) atau baja anti karat

(cincin Cina), mempunyai tingkat kegagalan tahun pertama yang

tertinggi (2-6 per wanita).

2) IUD berkandungan obat, yakni hormon steroid seperti IUD

progestasert yang mengandung progesteron dan yang baru

dikembangkan IUD Levo Nova mengandung levonorgestrel,

mempunyai tingkat kegagalan sedang (1-3 per 100 wanita).

3) IUD berkandungan tembaga, seperti Copper T ( CuT 380A dan

200C), multiload (MlCu250 dan 375) dan Nova T, mempunyai

tingkat kegagalan 1 atau kurang. (Handayani, 2010)

c. Mekanisme Kerja IUD/AKDR

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

2) .Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

3) Mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR

membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi

perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

(Saifuddin, 2006)
d. Keuntungan IUD/AKDR

1) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8

kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1

kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dan CuT 380 A tidak

perlu diganti).

4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil.

7) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT 380

A).

8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(jika tidak infeksi).

10) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun/lebih setelah haid

terakhir).

11) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

12) Membantu mencegah kehamilan ektopik. (Saifuddin, 2006)

e. Kerugian IUD/AKDR

1) Efek samping yang umum terjadi


a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan)

b) Haid lebih lama dan banyak

c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi saat haid lebih sakit

2) Komplikasi lain

a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan.

b) Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang

memungkinkan penyebab anemia.

c) Perforasi dinding uterus (sangat jarng apabila

pemasangannya benar)

d) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

e) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

yang sering berganti pasangan.

f) Penyakit radang panggul yang terjadi sesudah perempuan

dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu

infertilitas.

g) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik dierlukan

dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut

selama pemasangan.

h) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera

setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-

2 hari.
i) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh drinya sendiri.

Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.

j) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering

terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan).

k) Tidak mencegah kehamilan ektopik karena fungsi AKDR

untuk mencegah kehamilan normal.

l) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari

waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus

memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan

tidak mau melakukan ini. (Saifuddin, 2006)

f. Indikasi Pemakaian AKDR

Ibu yang dapat menggunakan yaitu:

1) Usia reproduktif

2) Resiko rendah IMS (Infeksi Menular Seksual)

3) Tidak menghendaki metode hormonal

4) Keadaan nulipara: perempuan yang belum pernah melahirkan

bayi dan untuk pertama kalinya melakukan persalinan dengan

tindakan section Caesaria (SC)

5) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

6) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

7) Pasca melahirkan

8) Pasca abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama


11) Perokok, sedang menyusui, gemuk atau kurus, sedang memakai

antibiotik atau anti kejang

12) Penderita tumor jinak payudara, hipertensi, diabetes, penyakit

tiroid, dll. (Saifuddin, 2006).

g. Kontraindikasi Pemakaian IUD/AKDR

1) Sedang hamil (diketahui/kemungkinan hamil)

2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui

3) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

4) 3 bulan terakhir sedang mengalami/menderita PRP/abortus

septic

5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim

yang dapat mempengaruhi kavum uteri

6) Penyakit trofoblas ganas

7) Diketahui menderita TBC pelvic

8) Kanker alat genital

9) Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm. (Saifuddin, 2006).

h. Waktu penggunaan IUD/AKDR

1) Sewaktu haid sedang berlangsung

Pada hari-hari pertama atau terakhir haid. Keuntungannya

pemasangan lebih mudah oleh karena serviks terbuka dan

lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul

akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan.

2) Sewaktu pasca melahirkan (post partum)


a) Secara dini (immediate insertion): dipasang pada wanita

yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.

b) Secara langsung (direct insertion): dipasang dalam masa 3

bulan pasca melahirkan/abortus

c) Secara tidak langsung (indirect insertion): dipasang setelah 3

bulan pasca melahirkan/abortus

d) Sewaktu post abortus

e) Beberapa hari setelah haid terakhir. (Marjati,2010)

i. Penanganan Efek Samping yang Umum dan Permasalahan yang

Lalu

1) Amenorea

Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR

lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea apabila

dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas

AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13

minggu. Apabila benang tidak terlihat atau kehamilan lebih dari

13 minggu, AKDR jangan dilepaskan. Apabila klien sedang

hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa

melepaskan AKDR, jelaskan adanya resiko kemungkinan

terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan

kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.

2) Kejang

Pastikan dan tegaskan adanya PRP atau penyebab lain dari

kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.


Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesic untuk

sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat,

lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi

yang lain.

3) Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur

Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvic dan kehamilan ektopik.

Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan

serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri

ibuprofen (800mg, 3x/hari selama 1 minggu) untuk mengurangi

perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet setiap hari selama 1-3

bulan). AKDR memungkinkan dilepas apabila klien

menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama >3

bulan dan diketahui menderita anemia (Hb<7gr%) anjurkan untuk

melepas AKDR dan bantulah memilih metode lain yang sesuai.

4) Benang yang hilang

Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR

terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan

kondom. Periksa talinya di dalam saluran endoserviks dan kavum

uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga

terlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan

rujuklah ke dokter, lakukan X-Ray atau pemeriksaan ultrasound.

Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan,

pasanglah AKDR baru atau bantulah klien memilih metode lain.

5) Adanya pengeluaran cairan dari vagina/dicurigai adanya PRP


Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila

ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe

atau infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang memadai. Bila

PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR

dikeluarkan, beri metode lain sampai masalahnya teratasi.

(Saifuddin, 2006).

2. Kontrasepsi Implan

a. Profil

1) Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant,

atau Implanon

2) Nyaman

3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi

4) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan

5) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut

6) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan

bercak dan amenorea

7) Aman dipakai pada masa laktasi

b. Jenis

1) Norplant; Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4cm, dengan diameter 2,4mm, yang diisi dengan 36mg

levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

2) Implanon; Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang

kira-kira 40mm, dan diameter 2mm, yang diisi dengan 68mg 3-

keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.


3) Jadena dan Indoplant; Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan

75mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

c. Cara Kerja

1) Lendir serviks menjadi kental

2) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi

3) Mengurangi transportasi sperma

4) Menekan ovulasi

d. Efektivitas

Sangat efektif (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)

e. Keuntungan Kontrasepsi Implan

1) Daya guna tinggi

2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun dan 3 tahun)

3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

5) Bebas dari pengaruh estrogen

6) Tidak mengganggu kegiatan senggama

7) Tidak mengganggu ASI

8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

f. Keterbatasan Kontrasepsi Implan

1) Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid

berupa perdarhan bercak (spotting), hipermenorhae atau

meningkatnya jumlah darah haid serta amenorhae.


2) Timbulnya keluhan-keluhan seperti:

a) Nyeri kepala

b) Peningkatan/penurunan berat badan

c) Nyeri payudara

d) Perasaan mual

e) Pening/pusing kepala

f) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)

g) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan

h) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular

seksual termasuk AIDS

i) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi

ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik

untuk pencabutan

j) Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat

tuberkolusis (rifampisinn) atau obat epilepsi (fenitoin dan

barbiturat

k) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per

100.000 perempuan per tahun)

g. Indikasi Menggunakan Implan

1) Usia reproduksi

2) Telah memiliki anak ataupun yang belum

3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang


4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

5) Pascapersalinan

6) Pascakeguguran

7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi

8) Riwayat kehamilan ektopik

9) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan

darah atau anemia bulan sabit (sickle cell)

10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang

mengandung estrogen

11) Sering lupa menggunakan pil

h. Kontraindikasi Menggunakan Implan

1) Hamil atau diduga hamil

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

3) Benjolan/kangker payudara atau riwayat kangker payudara

4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

5) Miom uterus dan kangker payudara

6) Gangguan toleransi glukosa

i. Waktu Mulai Menggunakan Implan

1) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak

diperlukan metode kontrasepsi tambahan

2) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal diyakini tidak terjadi

kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien

jangan melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode

kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.


3) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat asal saja

diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan

seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja

4) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan,

insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien

tidak perlu alat kontrasepsi lain.

5) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,

insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan

hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan alat

kontrasepsi lain untuk 7 hari saja

6) Bila klien menggunakan alat kontrasepsi hormonal dan ingin

menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat

asal saja diyakini tidak hamil atau klien menggunakan metode

kontrasepsi sebelumnya dengan benar

7) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntikan, implan dapat

diberikan pada saat jadwal kontrasepsi tersebut. Tidak diperlukan

ala kontrasepsi lain

8) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal

(kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan Norplant,

insersi Norplant dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak

hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.

9) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin

mengganntinya dengan implan, Norplant dapat diinsersikan pada

saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual
selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari

saja. AKDR segera di cabut.

10) Pascakeguguran implan dapat segera diinsersikan

j. Jadwal Kunjungan Kembali Ke Fasilitas Kesehatan

Klien tidak perlu kembali lagi ke Fasilitas Kesehatan, kecuali

ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut implan. Klien

dianjurkan kembali ke klinik tempat implan dipasang apabila

ditemukan hal-hal sebagai berikut:

1) Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah

2) Perdarahan yang banyak dari kemaluan

3) Rasa nyeri pada lengan

4) Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah

5) Ekspulsi dari batang implan

6) Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur

7) Nyeri dada hebat

8) Dugaan adanya kehamilan


PENGARUH PENYULUHAN TENTANG METODE KOTRASEPSI JANGKA PANJANG (MJKP) TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) DI PUSKESMAS GANTI TAHUN 2023
TINGKAT KECEMASAN
No UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN
NAMA (INISIAL) SEBELUM SESUDAH
1 NF 35 D3 SWASTA Baik Baik
2 AM 33 SMA WIRAUSAHA Cukup Cukup
3 AH 37 D3 PNS Baik Baik
4 LM 38 SMA PETANI Cukup Baik
5 MH 32 SMA IRT Cukup Cukup
6 LF 33 SMA IRT Baik Baik
7 LI 32 SMA IRT Cukup Baik
8 BS 25 SMA IRT Cukup Baik
9 LN 24 TTS PETANI Cukup Baik
10 BW 25 SMA WIRAUSAHA Kurang Cukup
11 MA 23 S1 PNS Kurang Cukup
12 LA 32 SMA WIRAUSAHA Kurang Cukup
13 LT 32 D3 SWASTA Kurang Cukup
14 GS 29 SMA IRT Kurang Cukup
15 NU 22 SMA SWASTA Baik Baik
16 AL 23 SMA IRT Kurang Cukup
17 AM 37 TTS IRT Kurang kurang
18 BR 30 SMA WIRAUSAHA Kurang Cukup
19 MS 37 S1 ASN Baik Baik
20 SS 39 D3 SWASTA Baik Baik
21 HA 26 SD IRT Cukup Baik
22 BA 28 SMA IRT Cukup Baik
23 BN 37 SMA WIRAUSAHA Cukup Baik
24 LA 38 SMP IRT Kurang Cukup
25 HH 32 SD IRT Kurang kurang
26 NU 33 D3 SWASTA Baik Baik
27 QN 32 SMA IRT Kurang Cukup
28 MA 31 SMA IRT Kurang Cukup
29 PR 39 SMA WIRAUSAHA Baik Baik
30 IS 34 D3 PNS Baik Baik
31 DA 39 S1 SWASTA Cukup Cukup
32 BH 21 SMA IRT Kurang Cukup
33 BA 21 SMA WIRAUSAHA Cukup Cukup
34 AA 38 SMA IRT Kurang Cukup
35 SA 30 SMP IRT Cukup Baik
36 MA 27 SMA WIRAUSAHA Kurang Baik
37 BM 29 SMP IRT Kurang Baik
38 EA 31 S1 SWASTA Cukup Baik
39 SK 36 S1 SWASTA Cukup Cukup
40 KL 39 SMA WIRAUSAHA Kurang Cukup
41 LL 35 D3 ASN Baik Baik
42 BQ 33 SMA PETANI Kurang Cukup
43 LA 37 D3 IRT Cukup Baik
44 AA 38 SMA IRT Cukup Cukup
45 WD 32 SMA IRT Cukup Baik
46 DD 33 SMA IRT Cukup Baik
47 DW 32 SMA PETANI Baik Baik
48 WQ 40 SMA PETANI Cukup Baik
49 SS 39 TTS PETANI Cukup Baik
50 EA 34 SMA IRT Kurang Cukup
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG METODE KOTRASEPSI JANGKA PANJANG (MJKP) TERHADAP
TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) DI PUSKESMAS GANTI TAHUN 2023

Tingkat pengetahuan
No UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN
NAMA (INISIAL) sebelum sesudah
1 NF 2 5 4 3 3
2 AM 2 4 3 2 2
3 AH 3 5 5 3 3
4 LM 3 4 2 2 3
5 MH 2 4 1 2 2
6 LF 2 4 1 3 3
7 LI 2 4 1 2 3
8 BS 1 4 1 2 3
9 LN 1 1 2 2 3
10 BW 1 4 3 1 2
11 MA 1 5 5 1 2
12 LA 2 4 3 1 2
13 LT 2 5 4 1 2
14 GS 2 4 1 1 2
15 NU 1 4 4 3 3
16 AL 1 4 1 1 2
17 AM 3 1 1 1 1
18 BR 2 4 3 1 2
19 MS 3 5 5 3 3
20 SS 3 5 4 3 3
21 HA 2 2 1 2 3
22 BA 2 4 1 2 3
23 BN 3 4 3 2 3
24 LA 3 3 1 1 2
25 HH 2 2 1 1 1
26 NU 2 5 4 3 3
27 QN 2 4 1 1 2
28 MA 2 4 1 1 2
29 PR 3 4 3 3 3
30 IS 2 5 5 3 3
31 DA 3 5 4 2 2
32 BH 1 4 1 1 2
33 BA 1 4 3 2 2
34 AA 3 4 1 1 2
35 SA 2 3 1 2 3
36 MA 2 4 3 1 3
37 BM 2 3 1 1 3
38 EA 2 5 4 2 3
39 SK 3 5 4 2 2
40 KL 3 4 3 1 2
41 LL 2 5 5 3 3
42 BQ 2 4 2 1 2
43 LA 3 5 1 2 3
44 AA 3 4 1 2 2
45 WD 2 4 1 2 3
46 DD 2 4 1 2 3
47 DW 2 4 2 3 3
48 WQ 3 4 2 2 3
49 SS 2 1 2 2 3
50 EA 2 4 1 1 2
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG METODE KOTRASEPSI JANGKA PANJANG (MJKP) TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) DI PUSKESMAS GANTI TAHUN 2023
TINGKAT PENGETAHUAN SEBELUM PENYULUHAN TENTANG METODE KOTRASEPSI JANGKA PANJANG (MJKP)
NAMA Pernyataan
0 (INISIAL Tota Kategor
) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 l % i
1 001 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 85 Baik
2 002 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 65 Cukup
3 003 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 16 80 Baik
10
4 004 Cukup
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0
5 005 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 14 70 Cukup
6 006 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85 Baik
7 007 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 65 Cukup
8 008 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 14 70 Cukup
9 009 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 65 Cukup
1
010 Kurang
0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 9 45
1
011 Kurang
1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 10 50
1
012 Kurang
2 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 10 50
1
013 Kurang
3 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 11 55
1
014 Kurang
4 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 8 40
1
015 Baik
5 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85
1
016 Kurang
6 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 65
1
017 Kurang
7 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 9 45
1
018 Kurang
8 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 10 50
1
019 Baik
9 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90
2
020 Baik
0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 17 85
2
021 Cukup
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 65
2
022 Cukup
2 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 14 70
2
023 Cukup
3 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 13 65
2
024 Kurang
4 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 9 45
2
025 Kurang
5 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 10 50
2
026 Baik
6 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15 75
2
027 Kurang
7 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 10 50
2
028 Kurang
8 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 10 50
2
029 Baik
9 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 16 80
3
030 Baik
0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 16 80
3
031 Cukup
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 14 70
3
032 Kurang
2 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 10 50
3
033 Cukup
3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 65
3
034 Kurang
4 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 11 55
3
035 Cukup
5 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 65
3
036 Kurang
6 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 9 45
3
037 Kurang
7 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 10 50
3
038 Cukup
8 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 13 65
3 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 12 60
039 Cukup
9
4 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 8 40
040 Kurang
0
4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85
041 Baik
1
4 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 10 50
042 Kurang
2
4 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 12 60
043 Cukup
3
4 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 12 60
044 Cukup
4
4 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 14 70
045 Cukup
5
4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 14 70
046 Cukup
6
4 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 14 70
047 Baik
7
4 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 13 65
048 Cukup
8
4 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 13 65
049 Cukup
9
5 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 10 50
050 Kurang
0

TINGKAT PENGETAHUAN SETELAH PENYULUHAN TENTANG METODE KOTRASEPSI JANGKA PANJANG (MJKP)
NAMA Pernyataan
0
(INISIAL) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total % Kategori
1 001 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 85 Baik
2 002 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 65 Cukup
3 003 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 16 80 Baik
10
4 004 Baik
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 0
5 005 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 14 70 Cukup
6 006 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 16 80 Baik
7 007 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 85 Baik
8 008 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 85 Baik
9 009 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 15 75 Baik
10 010 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 14 70 Cukup
11 011 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 14 70 Cukup
12 012 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 14 70 Cukup
13 013 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 14 70 Cukup
14 014 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 12 60 Cukup
15 015 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85 Baik
16 016 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 13 65 Cukup
17 017 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 10 50 kurang
18 018 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 13 65 Cukup
19 019 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 Baik
20 020 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 17 85 Baik
21 021 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 16 80 Baik
22 022 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 85 Baik
23 023 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 16 80 Baik
24 024 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 13 65 Cukup
25 025 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 10 50 kurang
26 026 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 80 Baik
27 027 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 10 50 Cukup
28 028 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 10 50 Cukup
29 029 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 90 Baik
30 030 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 90 Baik
31 031 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 14 70 Cukup
32 032 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 13 65 Cukup
33 033 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 14 70 Cukup
34 034 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 70 Cukup
35 035 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 16 80 Baik
36 036 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 75 Baik
37 037 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 80 Baik
38 038 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 17 85 Baik
39 039 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 14 70 Cukup
40 040 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 14 70 Cukup
41 041 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 18 90 Baik
42 042 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 14 70 Cukup
43 043 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 16 80 Baik
44 044 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 13 65 Cukup
45 045 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85 Baik
46 046 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 18 90 Baik
47 047 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 85 Baik
48 048 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 90 Baik
49 049 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 16 80 Baik
50 050 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 17 85 Cukup
T-Test

[DataSet0] 

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pretest 63.7000 50 14.35021 2.02943

Posttest 75.6000 50 11.76470 1.66378

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pretetst & Posttest 50 .721 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence

Interval of the

Difference
Std. Std. Error

Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Pretest -
-1.19000 10.04531 1.42062 -14.75484 -9.04516 -8.377 49 .000
posttest

Frequencies
Statistics

UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN PRETEST POSTTEST

N Valid 50 50 50 50 50

Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table

UMUR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid >20 Tahun 8 16.0 16.0 16.0

20-35 tahun 27 54.0 54.0 70.0

<35 tahun 15 30.0 30.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Tamat Sekolah 3 6.0 6.0 6.0

Tamatan SD 2 4.0 4.0 10.0

Tamatan SMP 3 6.0 6.0 16.0

Tamatan SMA 29 58.0 58.0 74.0

Sarjana/Sederajat 13 26.0 26.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

PEKERJAAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 22 44.0 44.0 44.0

Petani 6 12.0 12.0 56.0

Wirausaha 9 18.0 18.0 74.0

Swasta 8 16.0 16.0 90.0

ASN 5 10.0 10.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


PRETEST

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 11 22.0 22.0 100.0

Cukup 20 40.0 40.0 78.0

Kurang 19 38.0 38.0 38.0

Total 50 100.0 100.0

POSTTEST

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 27 54.0 54.0 100.0

Cukup 21 42.0 42.0 46.0

Kurang 2 4.0 4.0 4.0

Total 50 100.0 100.0

DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN

You might also like